PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

89
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU Brassica juncea L. PADA BERBAGAI DESAIN HIDROPONIK RISPA YEUSY ANJELIZA H411 09 280 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

Page 1: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU

Brassica juncea L. PADA BERBAGAI DESAIN HIDROPONIK

RISPA YEUSY ANJELIZA

H411 09 280

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

i

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU

Brassica juncea L. PADA BERBAGAI DESAIN HIDROPONIK

Skripsi ini disusun untuk melengkapi Tugas Akhir dan memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Sains pada Jurusan Biologi

RISPA YEUSY ANJELIZA

H411 09 280

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU Brassica

juncea L. PADA BERBAGAI DESAIN HIDROPONIK

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Hj. Andi Masniawati, S.Si, M.Si

NIP : 19700213 199603 2 001

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Prof. Dr. Ir. Baharuddin, Dipl. Ing. Agr Drs. Muhtadin Asnady S, M.Si

NIP : 19601224 198601 1 001 NIP : 19620712 198803 1 003

Page 4: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan

anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

Berbagai Desain Hidroponik” sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dan

meraih gelar sarjana pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan

oleh berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang

tua penulis, Bapak Benyamin Sattu dan Ibu Herlina Pasintik atas segala kasih

sayang, doa, bimbingan, kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang tiada henti

bagi penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya juga penulis

ucapkan kepada Dr. Hj. Andi Masniawati, S.Si, M.Si selaku pembimbing utama,

Prof. Dr. Ir. Baharuddin, Dipl. Ing. Agr selaku pembimbing pertama dan Drs.

Muhtadin Asnady Salam, M.Si selaku pembimbing kedua atas segala waktu,

arahan dan saran, selama penelitian hingga dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Page 5: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

iv

Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin Prof. Dr. Abd. Wahid Wahab, M.Sc dan para Pembantu Dekan,

Karyawan dan Staf dalam lingkup Fakultas MIPA atas segala bantuan yang

bersifat akademis dan administratif.

2. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetehuan Alam,

Universitas Hasanuddin Dr. Eddy Soekandarsi, M.Sc beserta seluruh dosen dan

staf yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan kepada penulis

selama penulis menempuh pendidikan.

3. Tim penguji yang telah membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini:

Dr. Fahruddin, M.Si, Drs. Ambeng, M.Si, Dr. Magdalena Litaay, M.Sc, dan

Dr. Irma Andriani, S.Pi, M.Si.

4. Penasehat akademik, ibu Helmy Widyastuti, S.Si, M.Si yang telah banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, Universitas

Hasanuddin, yang telah banyak memberikan saran selama penelitian.

6. Adik-adikku Tirza Septyanti dan Ririn Trivellicia Caroline serta teman

teristimewa Handy Yanuardi Tandikarrang, S.Hut yang banyak memberikan

dorongan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian dan

dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Terimakasih banyak untuk segala doa yang

tulus untuk penulis.

Page 6: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

v

7. Teman-teman angkatan Bi09enesis, teman-teman MIPA angkatan 2009 dan

khusunya teman terbaik Tenri Sa’na Wahid, S.Si, Irmayanti, S.Si dan Hasriani

Rahman, S.Si yang banyak membantu penulis dalam memberikan semangat

dan doa yang tulus sampai penyusunan Tugas Akhir ini selesai. Terima kasih

kawan buat setiap senyum, canda tawa, suka dan duka yang telah kita alami

bersama.

Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya

dan untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar, Mei 2013

Penulis

Page 7: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

vi

ABSTRAK

Penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. pada berbagai desain hidroponik dilaksanakan di Laboratorium

Divisi Bioteknologi Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar

dan berlangsung mulai bulan Januari hingga Maret 2013. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui desaian hidroponik yang lebih efektif untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Penelitian ini

disusun berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan desain

hidroponik, yaitu D1 (desain aeroponik), D2 (desain NFT), D3 (desain hidroponik

tetes) dan D4 (desain hidroponik genangan). Setiap ulangan terdapat 5 sampel

tanaman, sehingga total sampel adalah 100 tanaman. Parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai

daun dan berat basah tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Data dianalisis

dengan menggunakan uji F kemudian dilanjutkan dengan uji (Beda Nyata

Terkecil) BNT. Hasil penelitian menujukkan bahwa desain hidroponik Nutrient

Film Technique merupakan desain hidroponik terbaik untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Kata kunci : Sawi Hijau Brassica juncea L., desain hidroponik

Page 8: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

vii

ABSTRACT

The research about growth and production of green mustard Brassica

juncea L. on a variety of hydroponic design took place at the Laboratory Division

of Biotechnology Activities Research Center, University of Hasanuddin,

Makassar and runs from January to March 2013. This research aimed to determine

which is more effective hydroponic design to optimize growth and production of

green mustard Brassica juncea L. This research was based on a completely

randomized design (CRD) with 4 treatments hydroponic design, namely D1

(aeroponics design), D2 (Nutrient Film Technique design), D3 (design hydroponic

drip) and D4 (floating hydroponic). Each replicate contained 5 samples of plants,

so that the total sample was 100 plants. The parameters measured were plant

height, number of leaves, leaf length, leaf width, petiole length and wet weight of

green mustard plant Brassica juncea L. Data were analyzed using the F test

followed by a test (Least Significant Difference) BNT. The results showed that the

design of Nutrient Film Technique is the best design to optimize the growth and

production of green mustard plant Brassica juncea L.

Keywords: Green mustard Brassica juncea L., hydroponic design

Page 9: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………. .. 1

I.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

I.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 4

I.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 4

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5

II.1 Sawi Hijau Brassica juncea L. ............................................ 5

II.1.1 Morfologi Sawi Hijau Brassica juncea L. ................. 5

II.1.2 Syarat Tumbuh Sawi. ................................................. 6

II.1. 3 Potensi Sawi di Indonesia. ........................................ 7

II. 2 Hidroponik .......................................................................... 8

Page 10: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

ix

II. 2.1 Sistem Tetes (Drip System). ...................................... 10

II. 2.2 Sistem Genangan (Floating Hydroponic). ................ 12

II. 2. 3 Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) 12

II. 2. 4 Sistem Aeroponik (Aeroponics). .............................. 14

II. 2. 5. Faktor-Faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik 16

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................ 21

III.1 Alat ...................................................................................... 21

III.2 Bahan .................................................................................. 21

III.3 Prosedur Kerja .................................................................... 22

III.3.1 Pembuatan Instalasi Hidroponik ............................... 22

a. Pembuatan Sistem Aeroponik (Aeroponics) .......... 22

b. Pembuatan Sistem hidroponik NFT (Nutrient Film

Technique) ................................................................ 24

c. Pembuatan Sistem Tetes (Drip System) ................ 25

d. Pembuatan Sistem Hidroponik Genangan (Floating

Hydroponic) ............................................................. 26

III.3.2 Pembuatan Larutan Nutrisi ....................................... 28

III.3.3 Pembibitan ................................................................ 28

III.3.4 Penanaman Sistem Hidroponik ................................. 28

III.3.5 Pemeliharaan ............................................................. 28

III.3.6 Panen ......................................................................... 29

III.3.7 Pengamatan ............................................................... 29

III. 4 Analisis Data ...................................................................... 29

Page 11: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

x

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................ 31

IV.1 Hasil .................................................................................... 31

IV.1.1 Pertambahan tinggi tanaman sawi hijau Brassica

juncea L. .................................................................. 31

IV.1.2 Pertambahan jumlah daun tanaman sawi hijau Brassica

juncea L. .................................................................. 32

IV.1.3 Pertambahan panjang daun tanaman sawi hijau Brassica

juncea L. .................................................................. 34

IV.1.3 Pertambahan lebar daun tanaman sawi hijau Brassica

juncea L. .................................................................. 35

IV.1.4 Pertambahan panjang tangkai daun tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. .................................................... 37

IV.1.4 Pengukuran berat basah tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. .................................................... 38

IV.2 Pembahasan ........................................................................ 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 48

V.1 Kesimpulan .......................................................................... 48

V. 2 Saran .................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 49

Page 12: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Larutan Nutrisi LABIOTA .......................................... 21

2. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Tinggi Tanaman

Sawi Hijau Brassica juncea L . ..................................................... 31

3. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Jumlah Daun

Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L . ..................................... 33

4. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Panjang Daun

Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L . ..................................... 34

5. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Lebar Daun

Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L . ..................................... 36

6. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Panjang Tangkai

Daun Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L . ........................... 37

7. Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Berat Basah

Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. ...................................... 38

Page 13: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi Sawi Hijau Brassica juncea L. ................................. 6

2. Skema Kategori Sistem Hidroponik............................................ 9

3. Skema Sistem Aeroponik ............................................................ 23

4. Skema Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique ................. 25

5. Skema Sistem Hidroponik Tetes (Drip System).......................... 26

6. Skema Sistem Hidroponik Genangan (Floating Hydroponic) .... 27

7. Perbandingan tinggi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan ..................................................................... 32

8. Perbandingan jumlah daun sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan ..................................................................... 34

9. Perbandingan panjang daun sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan ..................................................................... 35

10. Perbandingan lebar daun sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan ...................................................................... 36

11. Perbandingan tangkai daun sawi hijau Brassica juncea L.

pada berbagai perlakuan.............................................................. 38

12. Perbandingan berat basah tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

pada berbagai perlakuan.............................................................. 39

13. Denah Penelitian ........................................................................ 65

14. Biji Sawi Hijau Brassica juncea L. ............................................ 66

15. Pembibitan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L ................. 66

Page 14: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

xiii

16. Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. umur 7 Hari .............. 66

17. Desain Aeroponik....................................................................... 67

18. Desain Hidroponik Genangan/ Deep Flow Technique............... 68

19. Desain Hidroponik Tetes/ Drip System ...................................... 68

20. Desain Hidroponik Nutrient Film Technique ............................. 69

21. Keadaan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. Mulai 14 HST

Hingga 42 HST dengan Desain Aeroponik................................ 70

22. Keadaan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. Mulai 14 HST

Hingga 42 HST dengan Desain Hidroponik Nutrient Film

Technique .................................................................................... 71

23. Keadaan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. Mulai 14 HST

Hingga 42 HST dengan Desain Hidroponik Tetes/

Drip System ................................................................................. 72

24. Keadaan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. Mulai 14 HST

Hingga 42 HST dengan Desain Hidroponik Genangan/ Floating

Hydroponic.. ............................................................................... 73

25. Perbandingan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. setelah

42 HST dengan Berbegai Desain Hidroponik ........................... 74

26. Pengukuran Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L.

setelah 42 HST ........................................................................... 74

Page 15: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

14 – 42 HST .................................................................................. 52

2. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 – 42

HST ............................................................................................... 54

3. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 – 42

HST ............................................................................................... 57

4. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 – 42

HST ............................................................................................... 59

5. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

14 – 42 HST .................................................................................. 62

6. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

14 – 42 HST .................................................................................. 64

Page 16: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sawi hijau Brassica juncea L. merupakan salah satu komoditas sayuran

yang penting di dunia. Walaupun sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia,

namun pengembangan komoditas tanaman berpola agribisnis dan agroindustri ini

dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian

di Indonesia. Manfaat tanaman sawi adalah daunnya yang digunakan sebagai

sayur dan bijinya yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan

(Arief, 2000).

Tanaman sawi dikenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi mengingat

sayuran ini merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Namun

hingga saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam

dan luar negeri. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional masih

sangat rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan rata-rata

hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2010).

Rendahnya produksi sawi di Indonesia dapat disebabkan karena beberapa

alasan, seperti penerapan teknologi budidaya yang masih sederhana, ataupun

karena lahan untuk bercocok tanam semakin berkurang. Seperti yang diketahui,

dewasa ini perkembangan industri semakin maju pesat. Perkembangan tersebut

banyak yang menggeser lahan pertanian, terlebih di daerah sekitar perkotaan.

Akibatnya lahan pertanian semakin sempit. Untuk mengatasi hal tersebut dapat

Page 17: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

2

ditempuh berbagai cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan cara

ini diharapkan dari lahan yang sempit dapat dihasilkan produksi yang banyak

(Said, 2009).

Kebanyakan budidaya sawi yang dilakukan para petani di Sulawesi

Selatan, masih bersifat konvensional dan tidak memperhatikan teknik budidaya

yang baik, teknologi juga masih kurang diterapkan oleh petani, sehingga kualitas

dan kuantitas produksi yang dihasilkan masih tergolong rendah. Untuk memenuhi

permintaan pasar yang semakin hari semakin meningkat, beberapa alternatif

teknik budidaya dapat dilakukan, dengan harapan produksi yang dihasilkan

optimal. Cara yang dilakukan adalah dengan teknik budidaya yang tepat.

Penerapan budidaya sawi tersebut dapat dilakukan dengan sistem hidroponik

Tidak seperti budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah,

budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan

larutan nutrisi sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman. Pada budidaya

tanaman dengan media tanah, tanaman memperoleh unsur hara dari tanah, tetapi

pada budidaya tanaman secara hidroponik, tanaman memperoleh unsur hara dari

larutan nutrisi yang dipersiapkan khusus (Steinberg et. al., 2000).

Ada beberapa macam desain hidroponik, antara lain adalah desain

genangan (floating hydroponic), desain aeroponik, desain hidroponik tetes (drip

system) dan desain hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Desain aeroponik

dan desain hidroponik NFT merupakan desain hidroponik aktif yang

menggunakan pompa dan mensirkulasi larutan nutrisi kembali ke tandon.

Perbedaanya, mekanisme pemberian larutan nutrisi pada desain hidroponik NFT

Page 18: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

3

dialirkan hanya selapis tipis, sedangkan pada desain aeroponik, larutan nutrisi

disemprotkan berupa pengabutan butir-butir air. Sementara pada desain

hidroponik genangan, pompa hanya berfungsi memompa air dari tandon ke kolam

genangan, kemudian larutan nutrisi dimasukkan kedalam kolam dan dibiarkan

menggenang. Berbeda dengan ketiga desain tersebut, desain hidroponik tetes tidak

menggunakan pompa untuk mengalirkan nutrisi. Larutan nurisi akan dialirkan dan

diteteskan ke media tanam dalam polibag yang berisi tanaman dan tidak dialirkan

kembali (Roberto, 2003).

Hasil penelitian Wijayani (2005), menunjukkan bahwa dari berbagai

desain hidroponik tersebut, yang paling efektif untuk pertumbuhan tanaman

kentang Solanum tuberosum adalah desain aeroponik. Penelitian sistem

hidroponik lain, yang dilakukan Hidayati (2009) menunjukkan bahwa

pertumbuhan selada Lactuca sativa sangat efektif dengan menggunakan desain

hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Berbeda dengan penelitian desain

hidroponik yang dilakukan Agustina (2009), menunjukkan bahwa desain

hidroponik genangan (floating hydroponic) sangat efektif untuk pertumbuhan

tanaman bayam hijau Amaranthus viridis. Sedangkan penelitian Mappanganro

(2012), desain hidroponik tetes (drip system) merupakan desain hidroponik yang

sangat baik untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman stroberi Fragaria sp.

Disini terbukti beberapa jenis tanaman akan menunjukkan pertumbuhan dan hasil

yang optimal dengan menggunakan desain hidroponik tertentu.

Page 19: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

4

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan

menggunakan beberapa desain hidroponik, yaitu dengan desain aeroponik, desain

hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), desain hidroponik genangan (floating

hydroponic) dan desain hidroponik tetes (drip system) untuk melihat desain

hidroponik yang lebih efektif untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi

hijau Brassica Juncea L.

I.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desaian hidroponik yang lebih

efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

Brassica juncea L.

I. 3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu dapat menambah pemahaman dan

memberikan informasi tentang desaian hidroponik yang lebih efektif untuk

budidaya tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 – Maret 2013 di Pusat

Penelitian dan Pengembangan Divisi Bioteknologi Pertanian Gedung LPPM

Lantai 4 dan 5, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page 20: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sawi hijau Brassica juncea L.

II.1.1 Morfologi Sawi hijau Brassica juncea L.

Menurut Tindall (2009), tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

merupakan terna anual, dengan daun tunggal berbentuk lonjong, dengan panjang

daun 20 – 30 cm atau lebih, berwarna hijau tua, dan berkerut. Sawi hijau Brassica

juncea L. memiliki urat daun utama lebar dan berwarna putih. Pola pertumbuhan

daun mirip tanaman kubis, dimana daun yang muncul terlebih dahulu menutup

daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang

berwarna putih (Sunarjono, 2004).

Menurut Ananda (2005), sawi hijau Brassica juncea L. merupakan

tumbuhan berbatang basah (herbaceus), dimana batangnya lunak berair. Batang

tanaman sawi pendek sehingga hampir tidak kelihatan. Sistem perakaran tanaman

sawi memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar kesemua

arah dengan kedalaman antara 30-50 cm (Heru dan Yovita, 2003).

Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh

memanjang dan bercabang banyak. Bunga merupakan bunga banci, mahkota

bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 (khas Brassicaceae), benang sarinya 6

mengelilingi satu putik. Bunganya kecil, tersusun majemuk berkarang (Cahyono,

2003).

Page 21: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

6

Gambar 1. Morfologi sawi hijau Brassica juncea L. (Muliatama, 2012).

Menurut Margiyanto (2008), benih sawi berbentuk bulat kecil,

permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih berwarna coklat

kehitaman. Biji sawi yang diameternya 1 mm berpotensi menghasilkan minyak

karena di kawasan sub tropis, sawi lebih banyak menghasilkan biji daripada daun.

II.1.2 Syarat Tumbuh Sawi

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Asia.

Dikembangkan di Indonesia karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap

iklim, cuaca dan tanahnya. Tanaman sawi dapat tumbuh baik ditempat yang

bersuhu panas maupun dingin. Meskipun pada kenyataannya, hasil yang diperoleh

lebih baik tumbuh di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok untuk sawi

adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dpl. Namun

biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter

sampai 500 meter dpl. Sawi dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata 15-300

Page 22: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

7

C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari dan kelembapan 60-100%

(Lestari, 2009).

Pertumbuhan sawi, membutuhkan hawa yang sejuk dan lebih cepat

tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi, tanaman ini tidak

senang pada air yang menggenang. Dengan demikian tanaman ini cocok bila di

tanam pada akhir musim penghujan. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto et.

al., 2007).

Pertumbuhan sawi juga dipengaruhi oleh penggunaan benih. Benih yang

akan digunakan harus mempunyai kualitas yang baik. Apabila benih sawi yang

digunakan dari hasil penanaman, maka perlu diperhatikan kualitas benih, misalnya

tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari

(Margiyanto, 2008).

II.1.3 Potensi sawi di Indonesia

Pengembangan berbagai tanaman hortikultura, khususnya penanaman sawi

dapat ditingkatkan, namun masih belum seimbang dengan permintaan pasar.

Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah

penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat.

Konsekuensi dari kebutuhan yang demikian menyebabkan permintaan beberapa

jenis sayuran seperti sawi meningkat (Pabinru, 2008).

Pasandaran dan Hadi (2009) melaporkan bahwa konsumen sayuran,

khususnya sawi sebagian besar adalah masyarakat perkotaan, dimana rata-rata

konsumsi sayuran masyarakat kota perkapita adalah 6,9% lebih tinggi daripada

Page 23: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

8

masyarakat desa, yaitu mencapai 29-32 kg/kapita/tahun dari anjuran 60

kg/kapita/tahun. Dengan demikian pengeluaran untuk pangan di pedesaan lebih

kecil dari pada perkotaan. Kondisi ini memberikan prospek bagi pengembangan

usaha tani sayuran di daerah pedesaan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis

serta memiliki orientasi pasar (Gatoet dan Arifin, 2006).

Diantara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, sawi

merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang

cukup baik. Di Sulawesi Selatan sendiri, luas panen sawi adalah 1.949 ha dengan

produksi 10.560 ton dan produktivitas sebesar 5,42 ton/ha. Data ini menunjukkan

bahwa potensi sawi di Sulawesi Selatan cukup baik untuk dikembangkan (Badan

Pusat Statistik, 2010).

Menurut Rukmana (2008), kelayakan pengembangan budidaya sawi antara

lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis

Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas sawi, disamping itu, umur panen

sawi relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan

keuntungan yang memadai.

II. 2 Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahsa Yunani, yaitu hydro = air dan ponos = kerja.

Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan cara bercocok

tanam tanpa menggunakan media tanah sebagai media bercocok tanamnya. Dalam

hidroponik, fungsi tanah sebagai tempat berpegangnya akar tanaman digantikan

oleh media padat. Tanaman yang tumbuh di tanah memperoleh semua unsur hara

yang diperlukan dari dalam tanah itu sendiri. Sedangkan dalam hidroponik,

Page 24: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

9

kebutuhan unsur hara tersebut disediakan dan diberikan bersama dengan air

siraman oleh manusia. Unsur hara yang diberikan pada tanamn hidroponik lebih

dikenal sebagai larutan nutrisi (Hartus, 2007).

Banyak ragam sistem hidroponik yang digunakan dalam skala komersial

sekarang ini, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema kategori sistem hidroponik (Suhardiyanto, 2009).

Pada dasarnya sistem hidroponik dikelompokkan menjadi dua, yaitu kultur

media tanam dan kultur larutan nutrisi. Dari masing-masing sistem, ada ratusan

variasi desain sistem hidroponik, tetapi semua sistem hidroponik adalah

kombinasi dari kedua sistem tersebut (Lestari, 2009).

Page 25: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

10

Pada kultur media tanam, penanaman dilakukan menggunakan media

tanam padat berpori sebagai tempat dimana akar tanaman tumbuh. Media tanam

yang digunakan dapat berupa media organik, anorganik, atau campuran keduanya.

Berdasarkan metode pemberian larutan nutrisinya, kultur media dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu sub irrigation (irigasi bawah permukaan) dan top

irrigation (irigasi permukaan). Karena top irrigation sering diaplikasikan pada

sistem hidroponik dengan menggunakan penetes maka sistem ini lebih terkenal

dengan sebutan drip system (sistem tetes). Sub irrigation dibagi dua, yaitu passive

sub irrigation (sistem irigasi dengan prinsip kapiler), dan ebb and flow (sistem

irigasi genang dan alir) (Suhardiyanto, 2009).

Pada kultur larutan nutrisi, penanaman dilakukan tidak menggunakan

media tanam atau media tumbuh, sehingga akar tanaman tumbuh di dalam larutan

nutrisi atau di udara. Kultur larutan nutrisi dibagi menjadi tiga kelompok besar,

yaitu hidroponik larutan diam hidroponik dengan larutan nutrisi yang

disirkulasikan dan aeroponik. Sistem hidroponik dipilih berdasarkan

pertimbangan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, kebijakan investasi,

kompetensi tenaga kerja, dan kondisi iklim (Suhardiyanto, 2009).

II.2.1 Desain Hidroponik Tetes (Drip System)

Teknologi ini lazim digunakan untuk budidaya tanaman berumur panjang

dan jenis tanaman yang berbatang besar dan berbuah berat seperti melon,

mentimun, tomat, dan paprika. Karena akar tanaman harus kuat menahan batang

dan buah, maka diperlukan media tanam yang padat. Pada sistem hidroponik

substrat, akar berkembang di dalam media tanam dan mencengkram media tanam

Page 26: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

11

sehingga mampu menopang batang dan buah. Supaya dapat berdiri tegak,

tanaman yang tumbuh melebihi 1 meter perlu ditopang dengan tali ajir. Pada drip

system atau desain hidroponik tetes, larutan nutrisi yang diberikan kepada media

tanam adalah melalui penetes secara sinambung dan perlahan di dekat tanaman

(Lestari, 2009).

Kelebihan dari sistem hidroponik ini adalah tidak menggunakan pompa

yang membutuhkan aliran listrik dalam prosesnya, sehingga dapat digunakan pada

daerah-daerah yang belum dialiri tenaga listrik, khususnya di daerah pedesaan.

Selain itu, pada sistem ini perawatan lebih mudah, karena larutan nutrisi yang

berlebih tidak diserap kembali ke dalam tandon sehingga kepekatan nutrisi dan pH

pada tandon tidak berubah-ubah (Lestari, 2009).

Kelemahan dari sistem tetes ini antara lain, pemberian larutan nutrisi

dengan desain tetes (drip system) merupakan sistem terbuka, yaitu larutan nutrisi

yang dialirkan ke tanaman tidak disirkulasikan kembali. Larutan nutrisi dibiarkan

terbuang jika media tanam sudah jenuh. Pemberian larutan nutrisi dengan sistem

ini harus tepat dari segi jumlah agar efisien dan larutan nutrisi tidak banyak yang

terbuang karena mengalir keluar dari media tanam. (Suhardiyanto et. al., 2006).

Menurut Lestari (2009), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

sistem ini seperti, larutan nutrisi harus mengandung komposisi ion dalam

konsentrasi yang tepat dan suhu yang dapat ditolerir oleh tanaman. Selanjutnya,

media tanam organik untuk metode tetes sebaiknya tidak menyediakan nutrisi

bagi tanaman, dan tidak mengalami pelapukan dalam jangka pendek. Media

tanam untuk hidroponik ini harus memiliki pori-pori makro dan mikro yang

Page 27: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

12

seimbang, sehingga sirkulasi udaranya cukup baik dan daya serap airnya cukup

tinggi, misalnya arang sekam. Sebelum menanam, media arang sekam sebaiknya

dipadatkan terutama bagian bawah agar tak mudah amblas karena kepadatannya

yang rendah.

II.2.2 Desain Hidroponik Genangan (Floating Hydroponic)

Pada sistem hidroponik genangan, larutan nutrisi dialirkan ke kolam

tanaman hingga merendam akar. Sistem ini termasuk kategori sistem hidroponik

dengan sirkulasi tertutup. Tanaman dalam pot diletakkan pada kolam tanaman,

dimana larutan nutrisi dialirkan kedalamnya. Ketika pompa dinyalakan, air akan

mengalir kedalam kolam tanaman, kemudian nutrisi dicampurkan kedalamnya

hingga pot terendam sampai ketinggian tertentu. Larutan nutrisi dalam kolam

tidak dialirkan keluar, tetapi pada sistem ini hanya dilakukan penambahan larutan

nutrisi dalam jangka waktu tertentu. Dengan penambahan larutan nutrisi secara

berkala ini tanaman mendapat cukup unsur hara, udara dan air (Suhardiyanto et.

al., 2006).

Menurut Agustina (2009), desain hidroponik genangan (floating

hydroponic) memiliki kelebihan, antara lain tidak memerlukan pengaturan waktu

(timer), akar tidak mudah kering bila terjadi pemadaman listrik. Namun, sistem ini

biasanya hanya cocok untuk tanaman lettuce atau suka air. Kekurangan lainnya

adalah akar tanaman mudah busuk bila waktu perendaman terlalu lama.

II.2.3 Desain Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)

Nutrient Film Technique disebut juga sebagai teknik air mengalir atau

teknik lapisan tipis, sebab menggunakan media air yang mengandung nutrisi,

Page 28: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

13

dimana air tersebut mengalir tipis rata-rata 3-4 mm, tipis seperti film. Hal ini

dimaksudkan, agar akar-akar tanaman dijaga agar tetap basah dengan selapis tipis

larutan dan tersirkulasi. Dengan demikian, tanaman dapat memperoleh unsur hara,

air, dan oksigen yang cukup. Agar permukaan talang basah merata, biasanya

digunakan sehelai kain sebagai alat bantu perantara (Lestari, 2009).

Pada desain hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), kebutuhan dasar

yang harus terpenuhi adalah Bed (talang), tangki penampung, pipa, styrofoam dan

pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara massal dan

disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan pertanian, di

Jepang bed NFT terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia belum diproduksi

sehingga banyak petani Indonesia memakai talang rumah tangga. Tangki

penampung dapat memanfaatkan ember plastik. Pompa berfungsi untuk

mengalirkan larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT (Jensen dan

Collins, 2000).

NFT memiliki karakteristik, bahwa akar tanaman berada di udara dan

larutan nutrisi sekaligus. Sebagian akar berada pada ruang udara dalam saluran,

sehingga dapat menyerap oksigen, sebagian yang lain terendam dalam larutan

nutrisi sehingga dapat menyerap unsur hara dan air yang diperlukan oleh tanaman.

Saluran yang diletakkan dengan kemiringan tertentu memungkinkan larutan

nutrisi mengalir sampai ujung saluran dan ditampung kembali dalam tangki.

Dalam sistem ini, larutan nutrisi disirkulasikan terus menerus secara tertutup

(Matsuoka dan Suhardiyanto, 1992).

Page 29: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

14

Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain, dapat memudahkan

pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan

baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang

dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman,

tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek,

sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang

dapat terkontrol. Selain itu, peredaran larutan nutrisi pada NFT mengalir secara

konstan selama 24 jam/hari sehingga tidak diperlukan timer dalam pengerjaanya.

Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya

perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik (Hartus, 2007).

II.2.4 Desain Aeroponik (Aeroponics)

Aeroponik dapat diartikan bercocok tanam di udara. Dalam sistem ini,

akar tanaman yang tumbuh tegak pada styrofoam dibiarkan menggantung. Nutrisi

diberikan dengan cara disemprotkan. Untuk penyemprotan nutrisi, diperlukan

pompa bertekanan tinggi agar butiran air yang dihasilkan sangat halus seperti

kabut (Lingga, 1994).

Larutan nutrisi disemprotkan dalam bentuk kabut, ke akar tanaman yang

berada dalam chamber dengan durasi tertentu. Chamber merupakan lingkungan

tertutup tempat tumbuhnya akar. Biasanya helaian styrofoam yang telah dilubangi

digunakan untuk menempatkan pangkal batang tanaman. Helaian styrofoam ini

diletakkan di bagian atas chamber, memisahkan kanopi dengan akar tanarnan

(Prastowo et. al., 2007).

Page 30: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

15

Aeroponik sangat efisien dalam penggunaan air dan nutrisi. Pada sistem

aroponik perlu dilakukan pengecekan terhadap nozzle secara berkala untuk

menjamin kelancaran pengkabutan larutan nutrisi ini karena kalau tidak, nozzle

sering tersumbat oleh kotoran atau partikel dalam larutan nutrisi. Selain itu,

larutan nutrisi yang sampai ke akar tanaman harus benar-benar dalam bentuk

kabut dan tersebar secara merata (Prastowo et. al., 2007) .

Keunggulan sistem aeroponik diantaranya, produksi lebih tinggi, tidak

mencemari lingkungan, pemakaian hara dan air lebih hemat, tanaman yang mati

mudah diganti dengan tanaman baru, hasil produksi lebih kontinyu dibandingkan

dengan penanaman secara konvensional, kadar oksigen dalam larutan hara lebih

banyak, serta tidak bergantung pada kondisi alam atau musim. Hidroponik

terutama dengan sistem aeroponik mempunyai prospek yang sangat baik karena

dapat mempersingkat umur panen dan produktivitas tanaman cukup tinggi. Selain

itu hemat dalam pemakaian air jika dikelola secara baik dan benar (Park, 2005).

Selain memiliki keunggulan, sistem hidroponik terutama sistem aeroponik

memiliki kerugian, seperti membutuhkan biaya tambahan untuk pengendali waktu

(timer), pompa, dan rak instalasi aeroponik. Pada sistem aeroponik konvensional

yang menggunakan pompa dan nozzle untuk mendapatkan efek penyemprotan,

tekanan pompa yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan mineral pada nozzle

dan penyumbatan, sedangkan bila tekanan pompa rendah akan menyebabkan

penurunan kecepatan penyerapan nutrisi. Pada saat nozzle tersumbat atau terjadi

kerusakan sistem aeroponik, maka tanaman mengalami kerusakan dalam

pertumbuhannya (Sudarmodjo, 2008).

Page 31: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

16

II.2.5 Faktor-faktor penting dalam budidaya hidroponik

Faktor-faktor penting dalam budidaya hidroponik (Istiqomah, 2002) :

a. Unsur hara

Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting, karena media

hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau

air yang berlebihan. Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5,5 – 7,5, tetapi yang

terbaik adalah 6,5. Sebab dalam kondisi ini unsur hara tersedia bagi tanaman.

Selain pH, suhu larutan nutrisi juga perlu dikontrol, dengan tujuan agar perubahan

yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama dalam

hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat dipertahankan. Suhu yang terlalu

rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya

penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman sayuran suhu optimal antara 5-15oC

dan tanaman buah antara 15-25oC.

Menurut Dwijoseputro (1992), tanaman membutuhkan 16 unsur hara

esensial. Disebut esensial karena bila satu saja diantaranya tidak tersedia maka

tanaman akan mati atau minimal tanaman tidak mampu menyelesaikan siklus

hidupnya. Ke-16 unsur hara esensial tersebut digolongkan menjadi unsur hara

makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar

dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro

adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan

dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan

Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat

pertumbuhannya dan jenis tanamannnya.

Page 32: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

17

b. Media tanam hidroponik

Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari bahan organik maupun

bahan anorganik. Contoh bahan organik yang dapat digunakan adalah : gambut,

potongan kayu, serbuk gergaji, kertas, arang sekam, arang kayu, batang pakis,

cocopeat (sabut kelapa). Sementara itu contoh bahan anorganik yang dapat

digunakan adalah pasir, kerikil alam, kerikil sintetik, batu kali, batu apung, perlit,

zeolit, pecahan batal genting, spons, serabut batuan (rockwool) (Suhardiyanto et.

al., 2006)

Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara

tetap tersedia, kelembaban terjamin, dan drainase baik. Media substrat sebaiknya

tidak terbuat dari bahan empuk karena bahan tersebut mudah menjadi rusak,

struktur dan ukuran partikelnya menjadi kecil sehingga gampang memadat.

Kondisi ini akan menyebabkan aerasi akar menjadi sulit. Selain itu, media harus

dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman sehingga

dapat berfungsi seperti tanah (Arshad, 2003).

Kemampuan mengikat kelembaban suatu media tergantung dari ukuran

partikel, bentuk, porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas

permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampun menahan air.

Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air dibanding

yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih

besar menahan air. Disamping harus mampu menahan air, media juga harus

meneruskan air (mempunyai drainase yang baik). Sesuai syarat ini, media atau

Page 33: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

18

substrat yang partikelnya berukuran halus sebaiknya dihindari. Hal ini dilakukan

guna memperlancar lalu lintas oksigen dalam substrat. Jadi, substrat berpartikel

kecil dengan kemapuan besar menahan air tidak selalu ideal dijadikan media.

Apabila hidroponik dibuat di luar ruangan, substrat yang bertepi tajam

harus dihindari karena batang yang bergerak akibat adanya angin dapat

bergesekan dengan substrat. Akar tanamanpun akan menjadi luka sehingga

memudahkan masuknya parasit (Said, 2009).

Sekam padi adalah kulit biji padi yang sudah digiling. Sekam padi yang

biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar).

Sekam mentah dan sekam bakar memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai

media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga

sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Kelebihan sekam

mentah sebagai media tanam adalah mudah mengikat air, tidak mudah lapuk dan

tidak mudah menggumpal atau memadat, sehingga akar tanaman dapat tumbuh

dengan sempurna (Arshad, 2003).

Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam, yang

dihasilkan dari hasil pembakaran yang tidak sempurna. Arang sekam merupakan

sumber bahan organik yang mudah didapat yang berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai bahan pembawa pupuk hayati. Kandungan karbon (C) yang tinggi,

membuat media tanam ini menjadi gembur.

Karakteristik arang sekam adalah sangat ringan dan kasar, sehingga

sirkulasi udara tinggi karena memiliki banyak pori, kapasitas menahan air yang

tinggi. Warnannya yang hitam dapat mengabsorpsi sinar matahari secara efektif,

Page 34: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

19

pH tinggi (8,5 – 9,0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit, khususnya

bakteri dan gulma. Media arang sekam memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya antara lain harganya relative murah, bahannnya mudah di dapat,

ringan, steril, mempunyai porositas yang baik, selain itu penggunaan sekam bakar

untuk media tanam tidak perlu disterilkan lagi, karena mikroba patogen telah mati

selama proses pembakaran. Kekurangannnya yaitu jarang tersedia di pasaran.

Yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja (Ermina, 2011).

Dalam pembuatan arang sekam, hal penting yang harus diperhatikan

adalah saat penyiraman. Penyiraman tidak boleh terlambat karena bila penyiraman

terlambat akan mengakibatkan sekam terbakar menjadi abu dan bukan menjadi

arang. Abu lebih kompak (padat) sehingga kurang bagus sebagai media tanam.

Selain itu, rendemen yang didapat juga kecil. Dari 10 karung sekam padi hanya

akan menghasilkan dua karung abu (20%). Sementara dari jumlah sekam padi

yang sama akan didapatkan rendemen arang sekam yang lebih besar, yaitu 5

karung (50%) (Hartus, 2007).

c. Oksigen

Keberadaan oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya

oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel

makin sukar untuk ditembus. Akibatnya, tanaman akan kekurangan air. Hal ini

dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang

tergenang.

Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempegaruhi perkembangan

rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti

Page 35: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

20

memberikan gelembung-gelembung pada larutan atau kultur air, penggantian

larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose

dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman

untuk kultur agregat.

d. Air

Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik

mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2.500 ppm atau mempunyai nilai

EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung logam-logam berat

dalam jumlah besar, karena dapat meracuni tanaman.

e. Kelembaban

Kelembaban juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman

hidroponik. Menurut Salisbury dan Ross (1995), kelembaban atau kadar air ada

kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait

dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kelembaban tinggi

maka banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi

ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai

ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar. Pada kondisi ini, faktor

kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang kurang. Tetapi, kelembabapan

yang tinggi memicu tumbuhnya hama dan penyakit yang dapat menurunkan hasil

panen. Sedangkan bila kelembaban terlalu rendah, maka evapotranspirasi akan

meningkat, air yang menguap akan lebih banyak dari daya serap akar. Akibatnya,

sel tanaman akan kehilangan tekanan turgor, jaringan mengkerut dan tanaman

akan layu.

Page 36: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

21

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Alat – alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah plastik

tempat menyemai, styrofoam, wadah gelas plastik, tungku pembakar sekam,

kawat, cutter, gergaji pipa, pipa pralon (ukuran 1/2), penutup pipa, sambungan

pipa, sekop, stop kran, ember plastik, kolam genangan, rak instalasi sistem

aeroponik, rak NFT, paku, spons, saringan wastafel, nozzle, kain kasa, solder,

polibag, talang air, plastik mulsa, terpal, timbangan dan alat tulis

III. 2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain media arang

sekam, bibit tanaman sawi hijau Brassica juncea L., lem pipa, air dan larutan

nutrisi Labiota (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi Larutan Nutrisi Labiota

Bahan Gram / 100 liter air

Ca(NO3)2 . 4H2O

KH2PO4

KNO3

Fe-EDTA

MgSO4

Fetrilon Combi (MgO 9,0%, S 3,0%, Mn 4,0 %, Fe

4,0%, Cu 1,5%, Zn 1,5%, B 0,5%, Mo 0,1%. )

24

12

65

0,9

24

1,2

Sumber : Baharuddin, 2012

Page 37: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

22

III. 3 Prosedur Kerja

III. 3. 1 Pembuatan Instalasi Hidroponik

a. Pembuatan Sistem Aeroponik (Aeroponics)

1. Disediakan rak instalasi aeroponik. Ukuran panjang rak instalasi aeroponik

adalah 2 m dan lebarnya 1 m.

2. Terpal dipasang di bagian bawah rak aeroponik membentuk huruf “V”, tetapi

pada salah satu sisinya ada bagian yang dipasang lebih tinggi dengan

kemiringan 30o, agar kelebihan nutrisi saat pengabutan akar dapat diarahkan

ke lubang pembuangan yang telah dipasang saringan wastafel, kemudian

dialirkan ke ember penampung nutrisi.

3. Pipa pralon ukuran ½ dipasang di tengah rak, kira-kira 30 cm di bawah helaian

styrofoam, lalu pipa dilubangi untuk penyemprotan nutrisi oleh nozzle dengan

jarak 25 cm tiap lubangnya.

4. Pada styrofoam dibuat lubang dengan diameter 10 cm dan jarak tanam 15 cm

x 15 cm, yang akan menopang keberadaan wadah gelas plastik yang berisi

media tanam dan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Kemudian, styrofoam

dilapisi dengan plastik mulsa. Styrofoam yang digunakan setebal 3 cm.

5. Wadah gelas plastik yang telah berisi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

diletakkan di atas helaian styrofoam yang dibawahnya telah dipasangi kawat

untuk menopang styrofoam. Akar tanaman berada pada chamber (lingkungan

tertutup tempat tumbuhnya akar), sehingga kanopi dengan akar tanaman

dipisahkan oleh helaian styrofoam.

Page 38: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

23

6. Pipa dihubungkan dengan pompa. Pompa listrik akan menyedot larutan nutrisi

dalam ember penampung nutrisi lalu dialirkan melalui pipa pralon.

Selanjutnya timer dipasang untuk mengontrol pompa nutrisi sehingga

pengabutan dapat diatur 15 menit on/off.

7. Plastik UV dipasang di atap rak aeroponik yang berbentuk kubah.

Skema sistem aeroponik yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan Gambar :

A : Tanaman

B : Styrofoam

C : Nozzle

D : Pompa dan timer

E : Ember penampung nutrisi

F : Chamber

G : Terpal

Gambar 3. Skema Sistem Aeroponik

A

B

C

E

F

G

D

Page 39: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

24

b. Pembuatan Sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)

1. Disiapkan rak NFT sebagai penyangga talang dengan tinggi 1,5 meter.

2. Disiapkan talangan air rumah tangga dengan panjang talang 4 m dengan lebar

bawah 0,11 m dan tinggi 0,12 m. Kemudian diletakkan di atas kedua rak

instalasi NFT.

3. Salah satu sisi talangan air dibuat lebih tinggi dengan kemiringan 40o agar sisa

nutrisi dari tanaman dapat dialirkan kembali ke penampungan nutrisi

mengikuti gravitasi.

4. Penutup talang disambungkan dengan pipa pralon dan dipasang menuju unit

pompa nutrisi, pada endplug yang paling rendah (kemiringan). Dengan

bantuan pompa air dalam tandon, siklus air dan nutrisi akan terus mengalir.

5. Dibuat lubang pada styrofoam dengan diameter 10 cm dan jarak tanam 15 cm

x 15 cm, yang akan menopang keberadaan wadah gelas plastik yang berisi

media tanam dan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Styrofoam dilapisi

dengan plastik mulsa. Styrofoam yang digunakan setebal 3 cm.

6. Posisi styrofoam diganjal agar dapat berada di permukaan talang dengan

menggunakan potongan pipa setinggi 4 cm. kemudian wadah gelas plastik

yang telah berisi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. diletakkan di atas

helaian styrofoam.

7. Pompa dihubungkan dengan aliran listrik. Larutan nutrisi akan mengalir

secara konstan selama 24 jam/hari.

Skema sistem hidroponik NFT (Nutrien Film Technique yang dibuat dapat dilihat

pada Gambar 4.

Page 40: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

25

Keterangan Gambar :

A : Talangan Rumah Tangga

B : Pipa pralon 1,5

C : Ember penampung nutrisi

D : Pompa

E : Tanaman

Gambar 4. Skema Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)

c. Pembuatan Sistem Tetes (Drip System)

1. Disiapkan meja kayu untuk menempatkan ember plastik tempat menampung

nutrisi. Tinggi meja kayu 1 meter.

2. Pipa pralon ukuran 1/2 dipasang dan dihubungkan dengan ember penampung

nutrisi, kemudian penutup pipa dipasang pada ujung pipa pralon. Pipa pralon

terpasang melintang. Selanjutnya, dipasang penyangga kayu di ujung pipa

yang dipasangi penutup pipa. Agar pipa dapat meneteskan nutrisi.

3. Bagian pipa yang terpasang melintang dilubangi untuk penetesan nutrisi

dengan paku. Mengusahakan agar lubang yang dibuat hanya dapat meneteskan

nutrisi.

A

B

C

D

E

Page 41: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

26

4. Disediakan wadah media tanam, yaitu polibag yang telah berisi arang sekam

dan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. dan menempatkannya sejajar

dengan lubang penetes nutrisi dari pipa. Ukuran wadah polibag adalah 40 cm

x 45 cm.

5. Larutan nutrisi nantinya akan menetes melalui lubang yang terdapat pada pipa

ke dalam setiap polibag. Larutan nutrisi akan menetes selama 24 jam/ hari

secara konstan.

Skema desain sistem hidroponik tetes (drip system) yang dibuat dapat dilihat pada

gambar 5.

Keterangan Gambar :

Gambar 5. Skema Sistem Hidroponik Tetes (Drip Sytem)

d. Pembuatan Sistem Hidroponik Genangan (Floating Hydroponic)

1. Disiapkan kolam instalasi genangan, dengan ukuran 3 m x 1 m dan tinggi 50

cm. Kemudian kolam dilapisi dengan terpal agar kedap air.

A : Penampung Nutrisi

B : Pipa pralon

C : Polibag

D : Tanaman

E : Penutup pipa

F : Lubang penetes

G : Penopang pipa pralon

E F

B

G

A

C

D

Page 42: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

27

2. Pada styrofoam dibuat lubang dengan diameter 10 cm dan jarak tanam 15 cm

x 15 cm, yang akan menopang keberadaan wadah gelas plastik yang berisi

media tanam dan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. Styrofoam dilapisi

dengan plastik mulsa. Styrofoam yang digunakan setebal 3 cm.

3. Wadah gelas plastik yang telah berisi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

diletakkan di atas helaian styrofoam yang dibawahnya telah dipasangi kawat.

4. Pipa pralon dihubungkan dengan pompa untuk memompa air dari tandon

penampungan air. Memasukkan nutrisi yang telah dicairkan kedalam bak

genangan. Melakukan penambahan larutan nutrisi setiap seminggu sekali.

Skema desain sistem hidroponik genangan (floating hydroponic) yang dibuat

dapat dilihat pada Gambar 6.

Keterangan Gambar :

A : Kolam genangan

B : Pipa Pralon ukuran 1/2

C : Pompa

D : Penampung air

E : Styrofoam

F : Tanaman

Gambar 6. Skema Sistem Hidroponik Genangan (Floating Hydroponic)

F

C

E

A

B

D

Page 43: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

28

III. 3. 2 Pembuatan Larutan Nutrisi

Pembuatan formulasi larutan nutrisi Labiota dilakukan dengan melarutkan

Ca(NO3)2 4H2O (sebanyak 24 gram), KH2PO4 (sebanyak 14 gram), KNO3

(sebanyak 65 gram), Fe-EDTA (sebanyak 0,9 gram), Fertilion Combi (sebanyak

1,2 gram) ke dalam 100 L air. Larutan nutrisi ini kemudian diaduk hingga merata,

kemudian disimpan dalam ember plastik.

III. 3. 3 Pembibitan

Pembibitan dilakukan dengan menaburkan benih sawi hijau Brassica

juncea L. di dalam wadah persemaian yang berisi media arang sekam.

Pemeliharaan bibit dilakukan selama 7 hari sebelum dipindahkan ke tempat

permanen atau sistem hidroponik.

III. 3. 4 Penanaman Sistem Hidroponik

1. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3-4 helai (umur 7 hari), bibit dicabut dengan

hati-hati. Akarnya dicuci dengan air hingga bersih, kemudian dipindahkan ke

dalam gelas plastik yang telah dibalut batangnya dengan spons. Untuk sistem

hidroponik tetes, bibit tetap dibiarkan dalam gelas plastik berisi arang sekam.

2. Meletakkan bibit pada unit instalasi hidroponik sesuai dengan desain

hidroponik masing - masing.

III. 3. 5 Pemeliharaan

Setelah penanaman bibit maka dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai

tanaman mencapai usia panen. Adapun hal–hal yang dilakukan dalam

pemeliharaan adalah penyiraman/pemberian nutrisi, pengontrolan secara berkala

aliran nutrisi yang diberikan, serta pemberantasan hama dan penyakit.

Page 44: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

29

III. 3. 6 Panen

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 42 hari. Tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. diangkat dari helaian styrofoam kemudian dicabut dari media

tanamnya. Setelah itu akar sawi hijau Brassica juncea L. dipotong kemudian sawi

hijau Brassica juncea L. dicuci bersih.

III. 3. 7 Pengamatan

Pengamatan meliputi pertumbuhan dan produksi tanaman :

1. Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi jumlah daun yang terbentuk,

panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, panjang tangkai daun. Pengamatan

dilakukan sejak tanaman berumur 14 HST hingga berumur 42 HST, dengan

selang waktu pengamatan 7 hari.

2. Pengamatan produksi dilakukan setelah panen dengan menimbang berat basah

keseluruhan tanaman.

Jumlah sampel yang di amati sebanyak 5 tanaman dengan 5 ulangan dari 4

perlakuan dengan total sampel 100 tanaman.

III. 4 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdapat 5 sampel tanaman, sehingga

total sampel adalah 100 tanaman. Perlakuan didasarkan pada perbedaan desain

hidroponik untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau Brassica juncea L., yaitu

dengan desain D1 (sistem aeroponik), desain D2 (Nutrient Film Technique),

desain D3 (sistem hidroponik tetes/drip system) dan desain D4 (sistem

genangan/floating hydroponic). Selanjutnya, dilakukan analisis ragam atau uji F

Page 45: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

30

untuk mengetahui perbedaan pengaruh tiap perlakuan terhadap parameter

pengamatan dan dilanjutkan dengan uji BNT.

Page 46: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Pertambahan tinggi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa variasi desain hidroponik

tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

pada pengamatan 14 HST, 21 HST, 28 HST, dan 35 HST. Namun, berpengaruh

sangat nyata pada pengamatan 42 HST (Lampiran 1).

Tabel.2 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Tinggi Tanaman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Perlakuan Rataan Tinggi Tanaman 42 HST BNT 1%

D2 34.46a

0.49 D1 31.85b

D3 29.35c

D4 28.01d

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

tinggi tanaman pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

Hasil analisis statistik uji BNT pada taraf 1% menunjukkan bahwa

tanaman dengan perlakuan D2 (desain Nutrient Film Technique) memberikan

hasil tertinggi pada tiap pengamatan dibandingkan dengan tanaman pada desain

lainnya. Perlakuan D4 (desain hidroponik genangan/ floating hydrponic)

memberikan hasil terendah dibandingkan desain lainnya, dan berbeda sangat

nyata dengan perlakuan D2 (desain Nutrient Film Technique), D1 (desain

Page 47: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

32

0

5

10

15

20

25

30

35

40

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D1 : DesainAeroponik

D2 : DesainHidroponik NFT

D3 : DesainHidroponik Tetes

D4 : DesainHidroponik Genangan

Tin

ggi

Tan

am

an

Aeroponik), dan D3 (desain hidroponik tetes/ drip system) pada 42 HST.

Perbedaan tinggi tanaman pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan tinggi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan

IV.1.2 Pertambahan jumlah daun tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa variasi desain hidroponik

berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi hijau Brassica

juncea L. pada tiap pengamatan yaitu 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 42

HST (Lampiran 2).

Waktu Pengamatan

Cm

14 21 28 35 42

HST

HST : Hari Setelah Tanam

Page 48: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

33

Tabel.3 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Perlakuan

Rataan Jumlah Daun

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D2 6.60a 8.12a 9.16a 10.28a 11.12a

D1 5.88b 6.88b 7.84b 8.92b 10.16b

D3 5.00c 5.80c 6.84c 8.28c 9.52c

D4 4.24d 5.40c 6.28d 7.48d 8.76d

BNT 1% 0.43 0.67 0.35 0.35 0.35

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

jumlah daun tanaman pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

Berdasarkan hasil analisis statistik uji BNT pada taraf 1%, jumlah daun

tanaman pada perlakuan D4 (desain hidroponik genangan/ floating hydroponic)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya pada tiap waktu pengamatan,

kecuali pada pengamatan 21 HST. D4 (desain hidroponik genangan/ floating

hydroponic) tidak berbeda sangat nyata dengan D3 (desain hidroponik tetes/ drip

system).

Tanaman yang diberikan perlakuan D4 (desain hidroponik genangan/

floating hydroponic) memiliki jumlah daun paling sedikit, dibandingkan dengan

D3 (desain hidroponik tetes/ drip system) dan D1 (desain aeroponik). Sedangkan

tanaman dengan jumlah daun paling banyak ditemukan pada perlakuan D2 (desain

hidroponik Nutrient Film Technique). Perbandingan jumlah daun pada setiap

perlakuan dapat terlihat pada Gambar 8.

Page 49: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

34

0

2

4

6

8

10

12

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D1 : Desain aeroponik

D2 : DesainHidroponik NFT

D3 : DesainHidroponik Tetes

D4 : DesainHidroponik Genangan

Ju

mla

h D

au

n

Waktu Pengamatan

Gambar 8. Perbandingan jumlah daun sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan

IV.1.3 Pertambahan panjang daun tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa variasi desain hidroponik

tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. pada pengamatan 14 HST, 21 HST, 28 HST, dan 35 HST dan

berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 42 HST (Lampiran 3).

Tabel.4 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Panjang Daun Tanaman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Perlakuan Rataan Panjang Daun 42 HST BNT 1%

D2 25.10a

0.17 D1 24.08b

D3 22.04c

D4 18.10d

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

panjang daun pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

14 21 28 35 42

Helai

HST

HST : Hari Setelah Tanam

Page 50: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

35

0

5

10

15

20

25

30

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D1 : Desain Aeroponik

D2 : Desain HidroponikNFT

D3 : Desain HidroponikTetes

D4 : Desain HidroponikGenangan

Pan

jan

g D

au

n

Panjang daun tanaman berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa D4

(Desain hidroponik genangan/ floating hydroponic) memberikan hasil terendah

dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada perlakuan

D2 (desain hidroponik Nutrient Film Technique) menunjukkan panjang daun

tertinggi dibandingkan panjang daun tanaman pada perlakuan D1 (desain

aeroponik) dan D3 (desain hidroponik tetes/ Drip System). Perbedaan panjang

daun tanaman pada setiap perlakuan terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Perbandingan panjang daun sawi hijau Brassica juncea L. pada

berbagai perlakuan

IV.1.4 Pertambahan lebar daun tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa variasi desain hidroponik

tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan lebar daun tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. pada pengamatan 14 HST, 21 HST, 28 HST, dan 35 HST dan

berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 42 HST (Lampiran 4).

Waktu Pengamatan

14 21 28 35 42

HST

Cm

HST : Hari Setelah Tanam

Page 51: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

36

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D1 : Desain Aeroponik

D2 : Desain HidroponikNFT

D3 : Desain HidroponikTetes

D4 : Desain HidroponikGenangan

Leb

ar

Dau

n

Tabel.5 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Lebar Daun Tanaman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Perlakuan Rataan Lebar Daun 42 HST BNT 1%

D2 17.44a

0.32 D1

15.69b

D3 14.39c

D4 13.02d

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

lebar daun pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

Lebar daun tanaman berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa D4

(desain hidroponik genangan/ floating hydroponic) memiliki lebar daun paling

rendah dan berbeda sangat nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan

daun tanaman pada perlakuan D2 (desain hidroponik Nutrient Film Technique)

memberikan hasil tertinggi dibandingkan desain lainnya. Perbedaan lebar daun

tanaman pada setiap perlakuan terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan lebar daun sawi hijau Brassica juncea L. pada berbagai

perlakuan

Waktu Pengamatan

14 21 28 35 42

HST

Cm

HST : Hari Setelah Tanam

Page 52: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

37

IV.1.5 Pertambahan panjang tangkai daun tanaman sawi hijau Brassica

juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa variasi desain hidroponik

tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tangkai daun tanaman

sawi hijau Brassica juncea L. pada pengamatan 14 HST dan berpengaruh sangat

nyata pada pengamatan 21 HST, 28 HST, dan 35 HST 42 HST (Lampiran 5).

Tabel.6 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Panjang Tangkai Daun Tanaman

Sawi Hijau Brassica juncea L.

Perlakuan

Rataan Panjang Tangkai Daun

21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D2 5.05a 5.89a 6.59a 8.13a

D1 4.16b 5.34b 6.29b 7.19b

D3 2.93c 4.96c 5.96c 6.94c

D4 2.20d 3.89d 5.24d 6.44d

BNT 1% 0.05 0.23 0.11 0.11

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

panjang tangkai daun pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

Tabel hasil analisis statisk uji BNT pada taraf 1% di atas menunjukkan

bahwa tanaman pada perlakuan D2 (desain hidroponik Nutrient Film Technique)

memberikan hasil tertinggi pada setiap pengamatan dan berbeda sangat nyata

dengan desain hidroponik lainnya. Perlakuan D4 (desain hidroponik genangan/

floating hydroponic) memberikan hasil terendah dibandingkan dengan desain

lainnya. Perbedaan panjang tangkai daun pada setiap perlakuan dapat terlihat pada

Gambar 11.

Page 53: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

38

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

D1 : Desain Aeroponik

D2 : Desain HidroponikNFTD3 : Desain HidroponikTetesD4 : Desain HidroponikGenangan

Pa

nja

ng

Ta

ng

ka

i D

au

n

Gambar 11. Perbandingan panjang tangkai daun sawi hijau Brassica juncea L.

pada berbagai perlakuan

IV.1.6 Pengukuran berat basah tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa pembuatan desain

hidroponik berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. (Lampiran 6).

Tabel.7 Hasil Analisis Statistik Uji Lanjut BNT pada Berat Basah Tanaman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Perlakuan Rataan Panjang Tangkai Daun 42 HST

D2 176.32a

D1 158.72b

D3 122.84c

D4 97.36d

BNT 1% 1.48

Keterangan: 1. huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

berat basah tanaman pada setiap perlakuan.

2. HST = Hari Setelah Tanam.

Waktu Pengamatan

14 21 28 35 42

Cm

HST

HST : Hari Setelah Tanam

Page 54: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

39

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

42 HST

D1 : Desain Aeroponik

D2 : Desain Hidroponik NFT

D3 : Deasain HidroponikTetes

D4 : Desain HidroponikGenangan

Ber

at

Basa

h

Berdasarkan tabel diatas, berat basah tanaman tiap perlakuan menunjukkan

hasil yang berbeda sangat nyata. Berat basah tanaman pada perlakuan D2 (desain

hidroponik Nutrient Film Technique) merupakan sampel yang memiliki berat

basah paling besar, yaitu 176,32 gram diikuti oleh tanaman pada perlakuan D1

(desain aeroponik) dengan berat 158,72 dan D3 (desain hidroponik tetes/ Drip

System) dengan berat basah 122,84. Sedangkan tanaman yang memiliki berat

basah paling rendah yaitu sampel dengan perlakuan D4 (desain hidroponik

genangan/ floating hydroponic), dengan berat basah sebesar 97,36 gram.

Perbedaan berat basah tanaman pada setiap perlakuan dapat terlihat pada Gambar

12.

Gambar 12. Perbandingan berat basah tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

pada berbagai perlakuan

Gram

PERLAKUAN

Page 55: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

40

IV.2 Pembahasan

Pertumbuhan tanaman menunjukkan telah terjadi pembelahan dan

pembesaran sel. Pertambahan jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi

tanaman, dan panjang tangkai daun adalah salah satu bagian dari pertumbuhan.

Parameter ini menjadi salah satu yang diamati untuk mengukur pengaruh tiap

perlakuan yang diberikan pada sampel penelitian. Sedangkan untuk mengukur

pengaruh tiap perlakuan pada hasil produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea

L. maka dilakukan pengamatan dengan parameter berat basah.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa perlakuan berbagai desain

hidroponik, yaitu desain D1 (desain aeroponik), D2 (desain hidroponik Nutrient

Film Technique), D3 (desain hidroponik tetes), dan D4 (desain hidroponik

genangan) tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 14 HST, 21 HST, 28 HST,

35 HST dan berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 42 HST untuk parameter

tinggi tanaman. Sedangkan untuk parameter panjanag tangkai daun, hasil yang

diperoleh adalah tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 14 HST, dan

berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 21 HST, 28 HST, 35 HST, dan 42

HST. Pertambahan tinggi tanaman merupakan salah satu bukti bahwa tanaman

mengalami pertumbuhan. Tinggi tanaman sawi hijau Brassica juncea L. berkaitan

erat dengan panjang tangkai daun dan panjang daun. Jadi semakin besar panjang

tangkai daun dan panjang daun, maka tinggi tanaman akan semakin besar.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa perlakuan berbagai desain

hidroponik, yaitu desain D1 (desain aeroponik), D2 (desain hidroponik Nutrient

Page 56: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

41

Film Technique), D3 (desain hidroponik tetes), dan D4 (desain hidroponik

genangan) berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pengukuran jumlah daun

pada setiap waktu pengamatan, yaitu 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 42

HST. Sedangkan Untuk parameter lebar daun dan panjang daun hasil yang

diperoleh adalah tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 14 HST, 21 HST, 28

HST, 35 HST dan berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 42 HST.

Menurut Dwijoseputro (1992), daun merupakan organ tanaman tempat

mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman. Daun memiliki klorofil yang

berperan dalam melakukan fotosintesis. Jadi, semakin banyak jumlah daun, maka

tempat untuk melakukan proses fotosisntesis lebih banyak dan hasilnya juga

semakin meningkat. Selain jumlah, ukuran panjang dan lebar daun yang juga

berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman. Semakin besar panjang dan lebar

daun tanaman, maka penerimaan cahaya matahari akan juga lebih besar. Cahaya

merupakan sumber energi yang digunakan untuk melakukan fotosintesis.

Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa perlakuan berbagai desain

hidroponik, yaitu desain D1 (desain aeroponik), D2 (desain hidroponik Nutrient

Film Technique), D3 (desain hidroponik tetes), dan D4 (desain hidroponik

genangan) berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pengukuran berat basah

tanaman sawi hijau Brassica juncea L. pada 42 HST.

Berat basah sawi hijau Brassica juncea L. merupakan total berat tanaman

yang terdiri dari panjang tangkai daun, tinggi tanaman, panjang daun dan jumlah

daun yang menujukkan adanya aktivitas metabolik tanaman. Semakin tinggi hasil

Page 57: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

42

dari komponen pertumbuhan, maka berat basah tanaman juga akan semakin

meningkat.

Menurut Campbell et. al., (2000) sekitar 80% sampai 85% dari berat basah

herba (tumbuhan tidak berkayu) adalah air, dan sebagian besar tumbuhan tumbuh

dengan cara mengakumulasi air di dalam vakuola tengah sel-selnya. Selain itu air

sesungguhnya dapat dianggap sebagai nutrien karena air menyediakan sebagian

besar atom hidrogen dan beberapa atom-atom oksigen yang digabungkan dalam

senyawa organik pada peristiwa fotosintesis. Namun demikian, hanya sebagian

kecil saja dari air yang masuk ke dalam suatu tumbuhan yang menyumbangkan

atom kepada molekul organik. Umumnya lebih dari 90% air yang diserap oleh

tumbuhan hilang melalui transpirasi, dan sebagian besar dari air yang

dipertahankan tumbuhan ternyata berfungsi sebagai bahan pelarut, memungkinkan

terjadinya pemanjangan sel, dan bertugas mempertahankan bentuk jaringan yang

lunak dengan cara menjaga sel-sel agar tetap turgid. Kemampuan tanaman dalam

menyerap air terletak pada akarnya. Akar merupakan organ vegetatif utama yang

memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Kondisi akar yang baik akan mendukung penyerapan air

yang optimal.

Pengamatan yang dilakukan untuk setiap parameter, terlihat bahwa desain

hidroponik Nutrient Film Technique merupakan desain hidroponik yang terbaik

untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

dibandingkan desain aeroponik, desain hidroponik tetes (drip system), dan desain

hidroponik genangan (floating hydroponic).

Page 58: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

43

Pertumbuhan tananaman dengan sistem Nutrient Film Technique memiliki

hasil yang sangat baik, karena akar berkembang dengan baik. Menurut Morgan

(2000), pada sistem Nutrient Film Technique, kebutuhan terhadap oksigen bagi

sistem perakaran tanaman diperoleh dari sebagian akar yang tidak terendam dalam

lapisan larutan nutrisi. Oksigen tetap diperoleh tanaman dari oksigen yang terlarut

dalam larutan nutrisi, tetapi sebagian besar oksigen yang diserap tanaman

diperoleh dari akar yang tidak terendam dalam larutan nutrisi. Sedangkan

sebagian akar yang terendam dalam lapisan nutrisi, menyerap unsur hara dan air

yang diperlukan oleh tanaman. Sehingga, oksigen, air dan unsur hara yang

diperlukan oleh tanaman bisa terpenuhi untuk pertumbuhan tanaman secara

normal.

Menurut Devlin (1975), air sangat berperan penting dalam pertumbuhan

tanaman, akan tetapi air juga dapat membatasi pertumbuhan. Jika jumlah air

terlalu sedikit akan menimbulkan kekeringan pada tanaman. Tanaman yang

mengalami kekurangan air, stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya

turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun.

Selain itu menutupnya stomata akan mengakibatkan laju transpirasi menurun.

Menurunnya laju transpirasi akan mengurangi suplai unsur hara dari larutan

nutrisi hidroponik ke tanaman, karena transpirasi pada dasarnya memfasilitasi laju

aliran air, sedangkan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman bercampur dengan air

pada sistem hidroponik.

Menurut Morard dan Silvestre (1996), kekurangan oksigen pada aktifitas

sistem perakaran menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga

Page 59: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

44

dinding sel makin sukar untuk ditembus. Hal ini mempengaruhi terjadinya proses

penyerapan air dan mineral hara. Akibatnya, tanaman akan kekurangan air. Hal ini

dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi yang tergenang.

Selain itu, gangguan akar sebagai akibat kekurangan oksigen mengakibatkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tidak sempurna serta

menyebabkan menurunnya hasil panen.

Desain hidroponik yang menunjukkan hasil terendah dibandingkan desain

hidroponik lainnya adalah desain hidroponik genangan (floating hydroponic).

Karakteristik sistem genangan adalah terisolasinya lingkungan perakaran,

sehingga suhu larutan nutrisi tergolong rendah. Menurut Salisbury dan Ross

(1995), peranan suhu adalah sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi

yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman.

Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman.

Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh suhu, suhu makin tinggi dalam

batas tertentu reaksi makin cepat, sehingga pertumbuhan sayuran lebih cepat.

Oleh karena itu, pertumbuhan dan produksi tanaman dengan sistem ini kurang

baik, karena suhu larutan nutrisi rendah. Pada desain hidroponik genangan, larutan

nutrisi tidak disirkulasikan tetapi dibiarkan dalam kolam genangan. Akar tanaman

dibiarkan terendam dalam larutan nutrisi dalam kolam genangan. Hal ini

mengakibatkan rendahnya kadar oksigen di zona perakaran.

Komponen penting dalam pertumbuhan tanaman hidroponik selain desain

hidroponik adalah larutan nutrisi. Pada budidaya tanaman secara hidroponik

garam-garam mineral dilarutkan dalam air dengan komposisi tertentu. Campuran

Page 60: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

45

garam-garam mineral dan air ini biasa disebut larutan nutrisi. Larutan nutrisi

selanjutnya akan diserap oleh tumbuhan menuju daun melalui pembuluh xilem

yang selanjutnya akan dipakai tumbuhan untuk berfotosintesis, kemudian floem

akan mengangkut bahan-bahan hasil fotosintesis tersebut ke seluruh bagian

tumbuahan.

Menurut Lestari (2009), nutrisi yang diberikan pada tanaman harus dalam

komposisi yang tepat. Bila kekurangan atau kelebihan, akan mengakibatkan

pertumbuhan tanaman terganggu dan hasil produksi yang diperolehpun kurang

maksimal. Pupuk hidroponik (larutan nutrisi hidroponik) mengandung semua

nutrisi mikro dalam jumlah sesuai, berbeda dengan pupuk reguler (pupuk tanah).

Selain itu, pupuk hidroponik juga bersifat lebih stabil dan cepat larut dalam air

karena berada dalam bentuk lebih murni.

Selain pemberian larutan nutrisi, hal penting yang perlu diperhatikan

dalam budidaya tanaman hidroponik adalah tempat untuk menumbuhkan dan

mengontrol pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini, tempat untuk

menumbuhkan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. dilakukan dalam suatu

tempat tertutup, agar pertumbuhan tanaman sawi hijau Brassica juncea L. dapat

terkontrol dengan baik. Penanaman sistem hidroponik pada penelitian ini,

dilakukan dalam rumah tanaman bukan dalam greenhouse. Istilah greenhouse

tidak digunakan dalam penelitian ini karena greenhouse di yang dibangun tidak

lagi menggunakan kaca sebagai bahan penutup tetapi menggunakan plastik.

Menurut Suhardiyanto (2009), penggunaan rumah tanaman di kawasan

yang beriklim tropika basah seperti Indonesia berbeda dengan di kawasan

Page 61: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

46

subtropika. Di daerah yang beriklim tropika basah, rumah tanaman berfungsi

sebagai bangunan perlindungan tanaman. Dalam hal ini, rumah tanaman lebih

ditujukan untuk melindungi tanaman dari hujan, angin dan hama, mengurangi

intensitas radiasi matahari yang berlebihan, mengurangi penguapan air dari daun

dan media, serta memudahkan perawatan tanaman. Oleh karena itu, rancangan

rumah tanaman di daerah tropika basah tidak meniru rancangan rumah tanaman di

daerah yang beriklim subtropika yang umumnya ditujukan untuk melindungi

tanaman dari suhu udara yang rendah pada musim dingin.

Rumah tanaman yang dibuat berdinding kasa dan beratap UV plastik

dengan ketebalan 0.02 mm. Penggunan rumah tanaman berfungsi untuk

menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman, menghindarkan lahan

dari kondisi yang becek, mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh

(karena dapat mengencerkan larutan hara). Selain itu penggunaan rumah tanaman

berfungsi juga untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk pada saat

intensitas cahaya tinggi dan dapat mengurangi tingkat serangan OPT.

Penanaman sistem hidroponik ini juga menggunakan mulsa polyethylene

(plastik hitam-perak) yang dipasang pada styrofoam. Menurut Vos et. al. (1991),

penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi kerusakan tanaman

akibat serangan gulma. Jenis gulma yang merugikan adalah ganggang dan lumut.

Ganggang merugikan dalam sistem hidroponik karena sering menyumbat saluran

air/larutan hara, menyumbat nozzle, kompetitor penyerapan nutrisi, dan

mengurangi estetika dalam ruangan produksi. Lumutpun merugikan dalam

penanaman tanaman secara hidroponik, karena mengurangi estetika, kompetitor

Page 62: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

47

bagi penyerapan nutrisi, inang beberapa jenis penyakit. Lumut sering menjadi

gulma pada sistem hidroponik substrat terutama apabila tingkat ketebalannya

tinggi. Lumut juga sering tumbuh pada papan penyangga tanaman (misal

styrofoam) untuk itu penggunaan mulsa polyethylene sangat penting dalam

budidaya hidroponik. Selain itu, mulsa polyethylene juga dapat meningkatkan

efisiensi penggunaan air dengan mengurangi kehilangan air akibat evaporasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat

perbedaan pertumbuahan dan produksi tanaman sawi hijau Brassica juncea L.

dengan pembuatan berbagai desain hidroponik. Desain yang paling baik untuk

pertumbuhan sawi hijau Brassica juncea L. adalah desain hidroponik Nutrient

Film Technique, yang mampu memberikan pengaruh menyeluruh pada

pertumbuhan dan produksi sawi hijau Brassica juncea L.

Page 63: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Desain hidroponik Nutrient Film Technique merupakan desain hidroponik

terbaik untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

Brassica juncea L. dibandingkan desain hidroponik genangan (floating

hidroponik), desain hidroponik tetes (drip system) dan desain aeroponik.

V.2 Saran

Sebaiknya penelitian tentang desain hidroponik untuk melihat optimalisasi

pertumbuhan dan produksi tanaman, dilakukan untuk jenis tanaman sayuran lain.

Page 64: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

49

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H., 2009. Efisiensi Penggunaan Air pada Tiga Teknik Hidroponik

untuk Budidaya Bayam Hijau Amaranthus viridis L. Skripsi Biologi

FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

Ananda, 2005. Adakah Prospek Diversifikasi Usahatani di Lahan Sawan

Irigasi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 (1):13-15.

Anonim, 2010. Produksi Sayuran di Indonesia 2010. http://www.bps.go.id.

Diakses pada tanggal 15 September 2012, Pukul 11:12 WITA, Makassar.

Arief, A., 2000. Hortikultura. Penebar Swadaya, Jakarta.

Arshad, A., 2003. Menanam Secara Hidroponik. Graha Pena, Jakarta.

Baharuddin, 2012. Nutrisi Labiota. Pusat Penelitian dan Pengembangan Divisi

Bioteknologi Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Cahyono, 2003. Tanaman Holtikultura. Penebar Swadaya, Jakarta.

Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell., 2000. Biology. Erlangga,

Jakarta.

Devlin, R. M., dan F. H. Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book

Corporation a Subsidiarey of Champion Reinhold inc, New York.

Dwijoseputro, D., 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Ermina, Y., 2011. Media Tanam Hidroponik dari Arang Sekam. http:// Agri

informasi.blogspot.com.html. Diakses pada tanggal 29 September 2012,

Makassar.

Gatoet, S. H., dan M. Arifin., 2006. Keragaan Konsumsi Sayuran dan Buah

Indonesia Info Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Jakarta.

Hartus, T., 2007. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya,

Bogor.

Haryanto, E., T. Suhartini., E. Rahayu., dan H. Sunarjono., 2007. Sawi dan

Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 65: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

50

Heru, J., dan Yovita. 2003. Budidaya Tanaman Holtikultura. Bina Aksara,

Jakarta

Hidayati, M., 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam

Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Lactuca sativa.

Skripsi Biologi FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

Istiqomah, S., 2002. Menanam Hidroponik. Azka Press, Bandung.

Jensen, M. H., dan W. L Collins., 2000. Hydroponic vegetable production. In :

Hortic. Vol 7 : 483-553.

Lestari, G., 2009. Berkebun Sayuran Hidroponik di Rumah. Prima Info

Sarana, Jakarta.

Lingga, P., 1994. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Mappanganro, M., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tanman Stroberi

Fragaria sp. pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair

dan Urine Sapi dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes. Tesis Program

Studi Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Margiyanto, E., 2008. Budidaya Tanaman Sawi. http://zuldesains.wordpress.

com. Diakses tanggal 18 September 2012.

Matsuoka, I., dan H. Suhardiyanto., 1992. Thermal and flowing aspects of

growing petty tomato in cooled NFT solution during summer.

Environment Control in Biology Vol 30 (3) : 119-125.

Morard, P., dan J. Silvestre., 1996. Plant injury due to oxygen deficiency in the

root environment of soilless culture: a review. Plant and Soil Vol.

184:243-254.

Morgan, L., 2000. Are your plants suffocating? The importance of oxygen in

hydroponics. The Growing Edge Vol. 12(6):50-54.

Muliatama, 2012. Photo Gallery Sukses Petani Sukses Kami. http:/www.

muliatama.com/photo.html. Diakses pada Tanggal 29 September 2012.

Pabinru, M. A., 2008. Kebijakan Sayuran di Indonesia Prosiding Lokakarya

Nasional Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Park, J. S., 2005. Pengalaman Memproduksi Benih Kentang GO dengan

Sistem Aeroponik. Korea International Coorporation Agency, Korea.

Page 66: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

51

Pasandaran, E., dan P. U. Hadi., 2009. Budidaya Hidroponik Pada Tanaman

Sayuran. Prosiding Pengkajian Teknologi Usaha Tani Sayuran

Pinggiran Perkotaan. BPTP Karangploso, Malang.

Prastowo, S., Hardjoamidjojo., dan N. Laelasari., 2007. Irrigation Efficiency and

Uniformity of Aeroponics System: a Case Study in Parung Hydroponics

Farm. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 (2): 127 – 133.

Roberto, K., 2003. How to Hydroponics. 4th edition. The Future Garden Press,

New York.

Rukmana, R., 2008. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.

Said, A., 2009. Budidaya Tanaman Secara Hidroponik. Azka Press, Jakarta.

Salisbury, F.B. dan C. W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press,

Bandung.

Sudarmodjo, 2008. Hidroponik. Parung Farm, Bogor.

Sunarjono, H., 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Steinberg, D., Jaquelin., dan C. Vengers., 2000. Efisiensi Penggunaan Air pada

Tiga Teknik Hidroponik untuk Budidaya Bayam Hijau. Skripsi Jurusan

Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Indonesia, Depok.

Suhardiyanto, H., 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika

Basah: Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. IPB Press, Bogor.

Suhardiyanto, H., A. Sapei., C. Arif., A. M. Patappa., dan B. D. Astuti, 2006.

Sistem Kendali Berbasis PLC untuk Pengaturan Larutan Nutrisi pada

Jaringan lrigasi Tetes. Jurnal llmiah llmu Komputer Vol. 2: 42-47.

Tindall, H. D.,1983. Vegetables in Tropics. Mc Millan Press Ltd., Hongkong.

Vos, J. G. M., N. Sunarmi., S. U. Tinny dan R. Sutarya., 1991. Mulch trial with

hor pepper in Subang and Kramat. ATA Project Report, USA.

Wijayani, A., dan W. Widodo., 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa

Varietas Kentang Solanum tuberosum dengan Sistem Budidaya

Hidroponik. Skripsi Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Pertanian Nasional Veteran, Yogyakarta.

Page 67: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

52

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica

juncea L. pada 14 - 42 HST

Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman 14 HST

Source Type III Sum of

Squares Df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 82.04 3 27.34 2.963E3

Intercept 1451.12 1 1451.12 1.572E5

Perlakuan 82.04 3 27.34 2.96 3.24 5.29

Error 0.14 16 0.009

Total 1533.32 20

Corrected Total 82.19 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,998)

FH = 2.96 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tinggi tanaman pada 14 HST.

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 21 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman 21 HST

Source Type III Sum of

Squares Df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 127.95 3 42.65 2.639E3

Intercept 3622.89 1 3622.89 2.242E5

Perlakuan 127.95 3 42.65 2.63 3.24 5.29

Error 0.25 16 0.01

Total 3751.10 20

Corrected Total 128.20 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,998)

FH = 2.63 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tinggi tanaman 21 HST.

Page 68: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

53

Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 28 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman 28 HST

Source Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 207.71 3 69.23 1.714E4

Intercept 7610.461 1 7610.46 1.884E6

Perlakuan 207.71 3 69.23 1.71 3.24 5.29

Error 0.06 16 0.004

Total 7818.23 20

Corrected

Total 207.77 19

a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = 1,000)

FH = 1.71 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tinggi tanaman 28 HST.

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 35 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman 35 HST

Source Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 330.49 3 110.16 1.220E4

Intercept 11629.70 1 11629.70 1.288E6

Perlakuan 330.49 3 110.16 1.22 3.24 5.29

Error 0.14 16 0.009

Total 11960.33 20

Corrected

Total 330.63 19

a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = ,999)

FH = 1.22 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tinggi tanaman 35 HST.

Page 69: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

54

Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 42 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman 42 HST

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Hitung F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 121.55 3 40.51 466.67

Intercept 19122.16 1 19122.16 2.203E5

Perlakuan 121.55 3 40.51 466.67** 3.24 5.29

Error 1.38 16 0.08

Total 19245.10 20

Corrected Total 122.94 19

a. R Squared = ,989 (Adjusted R Squared = ,987)

FH = 466.67 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap tinggi tanaman pada 42 HST.

Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica

juncea L. pada 14 – 42 HST

Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Jumlah daun 14 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 15.86 3 5.28 88.12

Intercept 589.69 1 589.69 9.828E3

Perlakuan 15.86 3 5.28 88.12** 3.24 5.29

Error 0.96 16 0.06

Total 606.52 20

Corrected Total 16.82 19

a. R Squared = ,943 (Adjusted R Squared = ,932)

FH = 88.12 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 14 HST.

Page 70: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

55

Tabel 7. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 21 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Jumlah daun 21 HST

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 22.29 3 7.43 52.70

Intercept 858.05 1 858.05 6.085E3

Perlakuan 22.29 3 7.43 52.70** 3.24 5.29

Error 2.25 16 0.14

Total 882.60 20

Corrected Total 24.55 19

a. R Squared = ,908 (Adjusted R Squared = ,891)

FH = 52.70 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 21 HST.

Tabel 8. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 28 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Jumlah daun 28 HST

Source Type III Sum

of Squares Df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 23.95 3 7.98 162.98

Intercept 1134.01 1 1134.01 2.314E4

Perlakuan 23.95 3 7.98 162.98** 3,24 5,29

Error 0.78 16 0.04

Total 1158.76 20

Corrected

Total 24.74 19

a. R Squared = ,968 (Adjusted R Squared = ,962)

FH = 162.98 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 28 HST.

Page 71: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

56

Tabel 9. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 35 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Jumlah daun 35 HST

Source Type III Sum

of Squares Df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 21.01 3 7.005 166.79

Intercept 1527.75 1 1527.75 3.638E4

Perlakuan 21.01 3 7.005 166.79** 3.24 5.29

Error 0.67 16 0.04

Total 1549.44 20

Corrected

Total 21.68 19

a. R Squared = ,969 (Adjusted R Squared = ,963)

FH = 166.79 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 35 HST.

Tabel 10. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Jumlah Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 42 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Jumlah daun 42 HST

Source Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 14.99 3 4.99 124.98

Intercept 1956.24 1 1956.24 4.891E4

Perlakuan 14.99 3 4.99 124.98** 3.24 5.29

Error 0.64 16 0.04

Total 1971.88 20

Corrected

Total 15.63 19

a. R Squared = ,959 (Adjusted R Squared = ,951)

FH = 124,98 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 42 HST.

Page 72: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

57

Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica

juncea L. pada 14 – 42 HST

Tabel 11. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 HST

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang daun 14 HST

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 25.73 3 8.57 2.262E3

Intercept 481.57 1 481.57 1.270E5

Perlakuan 25.73 3 8.57 2.26 3.24 5.29

Error 0.06 16 0.004

Total 507.36 20

Corrected

Total 25.79 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,997)

FH = 2.26 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang daun pada 14 HST.

Tabel 12. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 21 HST

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang daun 21 HST

Source

Type III

Sum of

Squares

df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 71.93 3 23.97 2.021E3

Intercept 1328.93 1 1328.93 1.120E5

Perlakuan 71.93 3 23.97 2.02 3.24 5.29

Error 0.19 16 0.01

Total 1401.06 20

Corrected Total 72.12 19

a. R Squared = ,997 (Adjusted R Squared = ,997)

FH = 2.02 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang daun pada 21 HST.

Page 73: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

58

Tabel 13. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 28 HST

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang Daun daun 28 HST

Source

Type III

Sum of

Squares

Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 138.35 3 46.11 2.983E3

Intercept 3097.56 1 3097.56 2.004E5

Perlakuan 138.35 3 46.11 2.98 3.24 5.29

Error 0.24 16 0.01

Total 3236.15 20

Corrected Total 138.59 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,998)

FH = 2.98 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang daun 28 HST.

Tabel 14. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 35 HST

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang daun 35 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 147.06 3 49.02 2.540E3

Intercept 6270.04 1 6270.04 3.249E5

Perlakuan 147.06 3 49.02 2.54 3.24 5.29

Error 0.30 16 0.01

Total 6417.41 20

Corrected Total 147.36 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,998)

FH = 2.54 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang daun 35 HST.

Page 74: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

59

Tabel 15. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 42 HST

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang daun 42 HST

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 143.68 3 47.89 5.310E3

Intercept 9976.15 1 9976.15 1.106E6

Perlakuan 143.685 3 47.89 5.31** 3.24 5.29

Error 0.14 16 0.009

Total 10119.98 20

Corrected Total 143.82 19

a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,999)

FH = 5,31 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap panjang daun pada 42 HST.

Lampiran 4. Tabel Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea

L. pada 14 – 42 HST

Tabel 16. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Lebar Daun 14 HST

Source Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0,05 0,01

Corrected Model 30.341a 3 10.114 1.669E3

Intercept 254.327 1 254.327 4.197E4

perlakuan 30.341 3 10.114 1.669E3 3.24 5.29

Error .097 16 0.006

Total 284.765 20

Corrected Total 30.438 19

a. R Squared = ,997 (Adjusted R Squared = ,996)

FH = 1.66 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan

tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap lebar daun 14 HST.

Page 75: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

60

Tabel 17. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 21 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Lebar Daun 21 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0,05 0,01

Corrected

Model 31.196a 3 10.399 2.231E3

Intercept 515.519 1 515.519 1.106E5

perlakuan 31.196 3 10.399 2.231E3 3.24 5.29

Error .075 16 0.005

Total 546.789 20

Corrected

Total 31.271 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,997)

FH = 2.23 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan

tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap lebar daun 21 HST.

Tabel 18. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 28 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Lebar Daun 28 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0,05 0,01

Corrected

Model 43.284a 3 14.428 3.164E3

Intercept 1130.707 1 1130.707 2.480E5

perlakuan 43.284 3 14.428 3.164E3 3.24 5.29

Error .073 16 0.005

Total 1174.064 20

Corrected

Total 43.357 19

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,998)

FH = 3.16 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan

tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap lebar daun 28 HST.

Page 76: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

61

Tabel 19. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 35 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Lebar Daun 35 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0,05 0,01

Corrected

Model 48.689a 3 16.230 1.701E3

Intercept 2324.384 1 2324.384 2.436E5

Perlakuan 48.689 3 16.230 1.701E3 3.24 5.29

Error .153 16 0.010

Total 2373.225 20

Corrected

Total 48.842 19

a. R Squared = ,997 (Adjusted R Squared = ,996)

FH = 1.70 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan

tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap lebar daun 35 HST.

Tabel 20. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Lebar Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 42 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Lebar Daun 42 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0,05 0,01

Corrected

Model 53.221a 3 17.740 900.974

Intercept 4583.786 1 4583.786 2.328E5

Perlakuan 53.221 3 17.740 900.97** 3.24 5.29

Error .315 16 0.02

Total 4637.322 20

Corrected Total 53.536 19

a. R Squared = ,994 (Adjusted R Squared = ,993)

FH = 900.97 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi

perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah daun pada 42 HST.

Page 77: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

62

Lampiran 5. Tabel Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau

Brassica juncea L. pada 14 – 42 HST

Tabel 21. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

14 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang Tangkai Daun daun 14 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 24.96 3 8.32 1.067E3

Intercept 185.92 1 185.92 2.384E4

Perlakuan 24.96 3 8.32 1.06 3.24 5,29

Error 0.12 16 0.008

Total 211.01 20

Corrected

Total 25.08 19

a. R Squared = ,995 (Adjusted R Squared = ,994)

FH = 1.06 < F Tabel 0.05 = 3.24, maka H0 diterima pada taraf 5 %. Jadi perlakuan tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang tangkai daun 14 HST.

Tabel 22. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

21 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang Tangkai Daun daun 21 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 24.07 3 8.02 5.459E3

Intercept 257.76 1 257.76 1.753E5

Perlakuan 24.07 3 8.02 5.45** 3.24 5.29

Error 0.02 16 0.001

Total 281.85 20

Corrected Total 24.09 19

a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,999)

FH = 5.45 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap panjang tangkai daun pada 21 HST.

Page 78: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

63

Tabel 23. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

28 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:panjang tangkai daun 28 HST

Source

Type III

Sum of

Squares

Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 10.64 3 3.54 144.345

Intercept 504.81 1 504.81 2.054E4

Perlakuan 10.64 3 3.54 144.34** 3.24 5.29

Error 0.39 16 0.02

Total 515.84 20

Corrected Total 11.03 19

a. R Squared = ,964 (Adjusted R Squared = ,958)

FH = 144.34 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap panjang tangkai daun pada 28 HST.

Tabel 24. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

35 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:panjang tangkai daun 35 HST

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected

Model 5.05 3 1.68 371.148

Intercept 725.77 1 725.77 1.599E5

Perlakuan 5.05 3 1.68 371.14** 3.24 5.29

Error 0.07 16 0.00

Total 730.89 20

Corrected

Total 5.12 19

a. R Squared = ,986 (Adjusted R Squared = ,983)

FH = 371.14 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap panjang tangkai daun pada 35 HST.

Page 79: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

64

Tabel 25. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Panjang Tangkai Daun Sawi Hijau Brassica juncea L. pada

42 HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:panjang tangkai daun 42 HST

Source

Type III

Sum of

Squares

Df Mean Square F Hitung

F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 7.528 3 2.50 506.93

Intercept 1031.04 1 1031.04 2.083E5

Perlakuan 7.52 3 2.50 506.93** 3.24 5.29

Error 0.07 16 0.00

Total 1038.65 20

Corrected Total 7.60 19

a. R Squared = ,990 (Adjusted R Squared = ,988)

FH = 506.93 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap panjang tangkai daun pada 42 HST.

Lampiran 6. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain

Hidroponik terhadap Berat Basah Tanman Sawi Hijau

Brassica juncea L.

Tabel 26. Hasil Analisis Statistik Uji F Pengaruh Variasi Desain Hidroponik

terhadap Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 42

HST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Berat Basah 42 HST

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Hitung F Tabel

0.05 0.01

Corrected Model 18882.75 3 6294.25 9.325E3

Intercept 385364.32 1 385364.32 5.709E5

Perlakuan 18882.75 3 6294.25 9.32** 3.24 5.29

Error 10.80 16 0.67

Total 404257.88 20

Corrected Total 18893.55 19

a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,999)

FH = 9.32 F Tabel 0.01 = 5.29, maka H0 ditolak pada taraf 1 %. Jadi perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap berat basah pada 42 HST.

Page 80: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

65

Gambar 13. Denah Rancangan Penelitian

D1 D2 D3 D4

t1 t3 t1 t5

t3 t5 t3 t4

t2 t4 t5 t2

t5 t2 t4 t3

t4 t1 t2 t1

Keterangan :

: Tanaman

t : Ulangan

D : Perlakuan

D1 : Desain Aeroponik

D2 : Desain Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)

D3 : Desain Hidroponik tetes (drip system)

D4 : Desain Hidroponik genangan (floating hydroponic)

Page 81: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

66

Gambar 14. Biji Sawi Hijau Brassica juncea L.

Gambar 15. Pembibitan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L.

Gambar 16. Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. umur 7 Hari

Page 82: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

67

Gambar 17. Desain Aeroponik

Page 83: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

68

Gambar 18. Desain Hidroponik Genangan/ Floating Hydroponic

Gambar 19. Desain Hidroponik Tetes/ Drip System

Page 84: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

69

Gambar 20. Desain Hidroponik Nutrient Film Technique

Page 85: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

70

Gambar 21. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14

HST - 42 HST dengan Desain Aeroponik

14 HST 21 HST

35 HST 28 HST

42 HST

Page 86: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

71

Gambar 22. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14

HST - 42 HST dengan Desain Hidroponik Nutrient Film

Technique

14 HST 21 HST

35 HST 28 HST

42 HST

Page 87: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

72

Gambar 23. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14

HST - 42 HST dengan Desain Hidroponik Tetes/ Drip System

14 HST 21 HST

35 HST 28 HST

42 HST

Page 88: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

73

Gambar 24. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. pada 14

HST - 42 HST dengan Desain Hidroponik Genangan/ Floating

Hydroponic

14 HST 21 HST

35 HST 28 HST

42 HST

Page 89: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI HIJAU …

74

Gambar 25. Perbandingan Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L. setelah

42 HST dengan Berbegai Desain Hidroponik

Gambar 26. Pengukuran Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea

L. setelah 42 HST

D1 D2 D3 D4

42 HST