Bkr

110

Click here to load reader

description

Bina Keluarga Berencana

Transcript of Bkr

Page 1: Bkr

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA (BKR) PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN MEDAN DELI

IRA PUSPITA SARI 1103100079

Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan program yang

dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) yang tugas dan fungsinya dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kota Medan. Program ini dikembangkan oleh Petugas Lapangan KB dan dibantu Stakeholder yang ada di setiap Kelurahan. Sasaran program ini ditujukan bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja sebagai wadah dan sumber informasi bagi orang tua untuk memperoleh pengetahuan tentang pembinaan remaja agar terwujudnya remaja yang berakhlak mulia dan terciptanya keluarga sejahtera.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program bina keluarga remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli. Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu para orang tua membina anak remaja mereka melalui sosialisasi dengan memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, fungsi keluarga dan tumbuh kembang remaja sehingga tercapai kualitas kesehatan bagi remaja.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi analisis kualitatif. Narasumber penelitian adalah 8 orang yang terdiri dari 3 orang pengelola BKR dan 5 orang kader di Kecamatan Medan Deli.

Hasil akhir penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan program BKR di Kecamatan Medan Deli sudah berjalan namun belum dapat dikatakan efektif. Hal ini terlihat dari kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan setiap bulan, sosialisasi yang diberikan belum merata dan tidak adanya penyediaan sarana dan prasarana kegiatan. Sehingga belum dapat memberikan pemahaman kepada orang tua tentang materi substansi BKR. Oleh karena itu, dari hasil yang diperoleh melalui penelitian ini dapat dijadikan referensi dan rekomendasi untuk mendukung kelancaran pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli pada khususnya.

Page 2: Bkr

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skipsi ini dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat berangkaikan

salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang

mempunyai suri tauladan dan membawa ummat manusia keluar dari zaman

kebodohan menuju zaman yang terang-benderang dengan ilmu pengetahuan.

Syukur Alhamdulilah akhirnya skripsi dengan judul “Efektivitas

Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Pada Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli” dapat

terselesaikan. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk menempuh ujian tingkat

Sarjana pendidikan S-1 dan memperoleh gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

tak terhingga untuk keluarga penulis yang teristimewa dan tersayang, khususnya

kepada Ibunda Penulis Fatimah dan Ayahanda Tri Yasin Hanato serta Adinda

Ya’qub Fadel Fadly yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, nasehat

dan dukungan dari awal sampai akhir kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu

Page 3: Bkr

memberikan kesehatan, keselamatan, lindungan dan membalas semua kebaikan

Ibunda, Ayahanda dan Adinda saya tercinta. Aamiin.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan batas dan

segala kemampuan yang dimiliki.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Agussani, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

2. Bapak Rudianto, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Tasrif Syam, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Dosen Penasehat

Akademik penulis.

4. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

5. Ibu Ida Martinelly, S.H, MM, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I

yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 4: Bkr

6. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing

II penulis yang telah banyak meluangkan waktunya disela kesibukan untuk

memberikan bimbingan, masukan, dan perbaikan-perbaikan dalam penulisan

skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

7. Dosen-dosen dan seluruh Staf Pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

8. Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Ibu

Rormawarni S.E, selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga, Ibu Nurjannah

selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli dan seluruh pegawai di

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan yang

telah banyak memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam

melakukan penelitian.

9. Bapak Camat Medan Deli yang telah memberikan izin penulis untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Medan Deli.

10. Para narasumber yang disertakan dalam penelitian ini, yang telah memberikan

bantuan berupa informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

11. Untuk Alm. Kakek dan Nenek saya yaitu Nenek Sadinam dan Alm. Kakek

Gito terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

12. Untuk Uwak, Ibuk dan Paman Saya, terima kasih atas dukungan dan semangat

serta perhatian yang diberikan dari saya kecil hingga dewasa seperti saat ini.

13. Untuk Sepupu-sepupu tersayang yang tak bisa disebutkan satu per satu, terima

kasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang kalian berikan. Khususnya

Page 5: Bkr

Kakak Sunita Effiani, Abang Afrizal, Abang Satrio dan Abang Mhd. Prasetyo,

Abang Andriansyah.

14. Untuk sahabat penulis, Sri Wahyuni Siregar (Bebeh), Indra Sukmana (Indro),

Aji Kusuma Nur (Ajo), Solihin (Pak Lihin) dan M.Gusti (Mamang), terima

kasih telah menjadi sahabat yang baik dikala sedih maupun senang. Semoga

persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

15. Untuk teman-teman sepengkaderan IMM FISIP UMSU Tahun 2011 Husna,

Ikhsan (Intan Bayo), Mulkan, Buya, Ade, Anto (bule), Himne Harma (Ifni

Ocik), Mardiani Tanjung (Wak Njung), bang Siddiq, dan Yugi.

16. Teman-teman dekat khususnya Unnie Saidah, Rama Ayunita, Rika Rumida,

Hardiyani dan Rekan-rekan seangkatan IAN 2011 khususnya IAN A2 Sore dan

IAN B2 Adm. Pembangunan. Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan

kesuksesan kepada kita semua. Aamiin.

17. Untuk teman-teman SMA penulis, khususnya Hendra Mora Harahap, Fatwa

Rizky, Intan Fauzi Ramadhani, Wahyu Rizka A, Zaida Adlina Lubis.

18. Untuk Senior penulis di PK IMM FISIP UMSU Dwi ramadhana, Jehan Ridho,

Dyo Saqib Arsalan, Agung Purnomo, Rodliyatan N., Sigit Hardianto, Nusul

Ramadhan, Ria Agustina, Astri Dewi, Jilawati, Ima Zahara, Khuriah, Alvino.

19. Untuk adinda di PK IMM FISIP UMSU Indah, Ayu, Hamdy, Wendy, Arif, Ina,

Bryan, Adhan, Wahyu gemot, Fadil, Nanda, Dira, Gangga, Faisal, Laila, Jefry,

Ilham, Yona, Aji, Juliandi, Susi, Nurmalia, Kiki, Yopie, Fikri, Arif Ghazali,

Wahyu, Yuca, Amel dan adek-adek di PK IMM FISIP UMSU lainnya yang tak

Page 6: Bkr

tersebutkan satu per satu terima kasih atas bantuan dan dukungan yang adik-

adik berikan. IMM JAYA!!!

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak semoga mendapat balasan yang berlipat ganda oleh Allah

Swt. Penulis juga meminta maaf atas semua kekurangan dan kesalahan yang ada

selama penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Aamiin Ya Rabbal’alamiin

Billahifisabililhaq Fastabiqul khairat,

Wassalaamualaikum Wr. Wb.

Medan, Februari 2015 Penulis

IRA PUSPITA SARI

Page 7: Bkr

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................... 7

BAB II URAIAN TEORITIS

A. Konsep Efektivitas ................................................................... 8

1. Pengertian Efektivitas .......................................................... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas ............................... 11

3. Ukuran Efektivitas ............................................................... 12

B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .................................... 16

1. Konsep Program .................................................................. 16

2. Pengertian Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .............. 17

3. Tujuan dan Sasaran BKR ..................................................... 19

4. Kebijakan dan Strategi BKR ................................................ 21

Page 8: Bkr

5. Substansi Program BKR ...................................................... 22

6. Kegiatan-kegiatan dalam Pengelolaan BKR ......................... 23

C. Konsep Keluarga ...................................................................... 26

1. Pengertian Keluarga............................................................. 26

2. Fungsi Keluarga .................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian......................................................................... 34

B. Narasumber .............................................................................. 35

C. Definisi Konsep ....................................................................... 36

D. Kerangka Konsep ..................................................................... 36

E. Kategorisasi ............................................................................. 37

F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39

G. Teknik Analisis Data ................................................................ 40

H. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 41

I. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data ......................................................................... 65

B. Analisis Data Wawancara ......................................................... 70

C. Pembahasan Hasil Wawancara ................................................. 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 95

B. Saran ........................................................................................ 96

Page 9: Bkr

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: Bkr

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin .................... 66

Tabel IV.2 Distribusi Narasumber Menurut Umur ................................. 67

Tabel IV.3 Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan ............ 68

Tabel IV.4 Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan ........................... 68

Page 11: Bkr

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 37

Gambar 3.2 Bagan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan ......................................... 45

Page 12: Bkr

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar Pedoman Wawancara

Lampiran II : Wawancara Penelitian

Lampiran III : SK-1 Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran IV : SK-2 Surat Penetapan Judul Skripsi dan Pembimbing

Lampiran V : SK-3 Permohonan Seminar Proposal Skripsi

Lampiran VI : SK-4 Undangan Seminar Proposal Skripsi

Lampiran VII : Sk-5 Berita Acara Bimbingan Skripsi

Page 13: Bkr

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu program

yang dikembangkan oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) dalam upaya menciptakan ketahanan keluarga dan mewujudkan

peningkatan kualitas remaja sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 52 Tahun

2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dimana

dalam pengelolaan programnya didasarkan pada Peraturan Kepala BKKBN Nomor

109/PER/F2/2012. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini merupakan salah satu

kegiatan yang sangat strategis dalam mengupayakan terwujudnya Sumber Daya

Manusia potensial melalui upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang remaja melalui peran

orang tua dalam keluraga. Selain itu, dengan adanya program BKR ini diharapkan

dapat mengatasi meningkatnya kecenderungan perilaku seks bebas di kalangan

remaja.

Agar program Bina Keluarga Remaja (BKR) terlaksana dengan efektif

diperlukan kecakapan dari para pelaksana dan pengelola program dengan

meningkatkan kompetensi petugas penyuluh sehingga dapat memberikan

penyuluhan materi tentang remaja kepada orang tua terutama pada anggota BKR.

Hal ini dilakukan agar program BKR dapat terlaksana secara tepat sasaran

berdasarkan pada kebijakan dan strategi program BKR dengan memfasilitasi

tersedianya sarana dan prasarana pendukung kelompok BKR, mengintegrasikan

Page 14: Bkr

kegiatan PIK Remaja dengan kegiatan kelompok BKR, dan menyediakan

dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR yang bertujuan untuk

membangun keluarga berwawasan kependudukan dan pembinaan moral serta

sikap remaja melalui peran orang tua dalam keluarga.

Jumlah remaja yang banyak yaitu sekitar 27,6 % atau ± 64 juta jiwa dari total

penduduk Indonesia sangat memerlukan perhatian khusus dari semua pihak, apalagi

usia remaja adalah masa pancaroba, masa pencarian jati diri, di tambah lagi dengan

arus globalisasi dan informasi (paparan media audio-visual) yang kian tak terkendali

menyebabkan perilaku remaja menjadi tidak sehat (unhealthy) dan berdampak pada

resiko Triad KRR seperti seks pranikah, narkoba, HIV dan AIDS, meningkatnya

pernikahan usia dini, dan tingginya angka kematian ibu dan anak.

Berdasarkan Survey Kesehatan Repoduksi Remaja Indonesia (SKRRI,

2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah

berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%),

sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%), dan 21,2%

remaja mengaku pernah aborsi. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun

2008, menunjukkan bahwa terdapat 115.404 kasus pengguna NAPZA (Narkotika,

Psikotropika, dan Zat adiktif) serta data dari Kemenkes RI, tahun 2011

menunjukkan bahwa penderita AIDS adalah sekitar 49,5% diantaranya adalah

kelompok usia 20-29 tahun. (www.kulonprogokab.go.id/v21/Membangun-

Kesadaran-Remaja-Berprilaku-Sehat-1655 di akses pada pukul 21.35 WIB, 8

November 2014).

Page 15: Bkr

Permasalahan remaja seperti yang terjadi di atas. seringkali berakar dari

rendahnya informasi dan pengetahuan remaja yang mengakibatkan remaja

cenderung mempraktekkan prilaku menyimpang. Selain itu, faktor sosial ekonomi

dan demografi, faktor budaya dan lingkungan serta faktor psikologi juga turut

menyumbang dampak buruk terhadap kesehatan remaja. Tentu saja, hal ini dapat

mengganggu perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.

Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga mempunyai peran

yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi perilaku menyimpang

pada remaja (Juvenile delinquency) karena remaja sebagai generasi penerus

merupakan aset bangsa yang diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi terutama

dalam mencapai cita-cita pembangunan bangsa sehingga perlu diberikan

pembinaan terhadap tumbuh kembang anak remaja yang optimal dengan

menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam Hadist Riwayat al-Turmudzi

“Tidak ada pemberian orang tua yang paling berharga terhadap anaknya selain

budi pekerti yang baik”.

Dalam rangka merespon permasalahan remaja tersebut, Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPD KB) Kota Medan bertugas

mengembangkan dan melaksanakan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di

Kota Medan melalui Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tupoksi

dan Tata Kerja Badan PPKB Kota Medan yang tugasnya diselenggarakan oleh

Seksi Advokasi dan Pengembangan Institusi. Badan PPKB terus berupaya

Page 16: Bkr

mengembangkan dan melaksanakan program BKR pada keluarga atau anggota

keluarga di Kota Medan khususnya di Kecamatan Medan Deli agar semakin

banyak remaja dan keluarga yang mengetahui pentingnya membentuk kelompok

BKR sebagai wadah dan sumber informasi bagi orang tua dengan maksud agar

Program Bina Keluarga Remaja (BKR) semakin dikenal luas oleh remaja dan

orang tua sehingga permasalahan di atas dapat teratasi.

Penelitian ini akan dilakukan di kantor Badan PPKB Kota Medan untuk

melihat pelaksanan program BKR dan Sejauh mana keberhasilan program ini

dilakukan di Kecamatan Medan Deli sebagai wilayah kajiannya. Dalam rangka

mengimplementasikan program BKR di tingkat kecamatan maka ditempatkan

petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang tugas dan

fungsinya antara lain adalah melakukan pembinaan dan mengkoordinasikan

pelaksanaan program BKR terhadap institusi masyarakat yang terkait. Sehingga

para Orang tua di Kecamatan Medan Deli dapat menerima manfaat dari hasil

pelaksanaan program BKR dan remaja juga mampu secara mandiri menata

kehidupannya di masa depan dan berkreativitas dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa kegiatan BKR yang

dilakukan di Kecamatan Medan Deli hingga saat ini masih sebatas pembentukan

kelompok saja. Oleh karena itu, Pengembangan kegiatan kelompok BKR masih

pada stratifikasi dasar dan kegiatannya belum dilaksanakan secara merata

diberbagai tingkatan. Untuk itu, diperlukan orientasi dan pembinaan secara

optimal dan upaya pemantapan dari Badan PPKB dan lembaga pelaksananya

untuk mengembangkan pengelolaan BKR khususnya di Kecamatan Medan Deli.

Page 17: Bkr

Hal ini dilakukan demi tercapainya harapan dan tujuan program secara efektif

dalam menyiapkan keluarga sejahtera. Atas dasar pemikiran dan asumsi

sebagaimana di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Di

Kecamatan Medan Deli”.

B. Perumusan Masalah

Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

perkembangan. Oleh karena itu, perumusan masalah merupakan hal yang sangat

penting dilakukan sehingga peneliti dapat terarah dalam membahas masalah yang

akan diteliti, mengetahui arah batasan penelitian, serta meletakan pokok yang

akan dikaji atau dibahas dalam suatu penelitian.

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2012 : 93), masalah adalah

lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah

suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang

menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya

memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah

Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan

Deli?”

Page 18: Bkr

C. Tujuan Penelitian

Usman dalam Sumartono (2000:29), berpendapat bahwa tujuan penelitian

sangat penting dilakukan agar peneliti lebih terarah dalam melaksanakan

penelitiannya, setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan,

demikian pula halnya dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja

(BKR) pada badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di

Kecamatan Medan Deli.

2) Untuk mengetahui pemahaman orang tua di Kecamatan Medan Deli tentang

materi Substansi Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam rangka menciptakan

keluarga yang berwawasan kependudukan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi

pemikiran yang positif dan membangun bagi pemecahan masalah praktis

yang berkaitan dengan judul penelitian.

b. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan serta memperluas wawasan penulis dalam menghadapi masalah

yang ada.

c. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan so

Page 19: Bkr

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah

mengenai konteks penelitian, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II URAIAN TEORITIS : Bab ini berisikan dan menguraikan teori tentang

konsep efektivitas, ukuran efektivitas, menjelaskan tentang program Bina

Keluarga Remaja yang diuraikan mulai dari pengertian, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup, kebijakan dan strategi pengelolaan BKR, kegiatan dalam pengelola BKR

dan pengelola kelompok, konsep menganai keluarga, pengertian keluarga dan

fungsi keluarga.

BAB III METODE PENELITIAN : Berisikan persiapan dan pelaksanaan

penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, narasumber, defenisi

konsep, kerangka konsep, kategorisasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, lokasi waktu penelitian, dan deskripsi lokasi penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisikan

tentang analisa data penelitian yang menguraikan penyajian data, analisis data

hasil wawancara dan pembahasan analisis data tentang efektivitas pelaksanaan

program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli.

BAB V PENUTUP : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian dan rekomendasi yang dianggap relevan dengan penelitian yang

dilakukan.

Page 20: Bkr

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas adalah suatu kosa

kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, ditaati,

mengesankan, mujarab, dan mujur. Dari sederatan arti di atas, maka kata yang

paling tepat untuk memahami efektivitas adalah sesuatu yang dilakukan berhasil

dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas selalu terkait dengan

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.

Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat

dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.

Efektivitas dapat digunakan untuk mengukur suatu kerja organisasi karena

efektivitas merupakan kemampuan untuk dapat memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata

lain, pelaksanaan pekerjaan atau program di dalam organisasi dikatakan efektif

apabila dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dengan metoda (cara) yang

tepat untuk mencapai tujuan.

Menurut Drucke yang dikutip Handoko (2003:07), efektivitas adalah

melakukan pekerjaan yang benar (doing the rigth things). Maksudnya bukan

bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan

Page 21: Bkr

pekerjaan yang benar untuk dilakukan dan memusatkan sumber daya dan usaha

pada pekerjaan tersebut.

Denison dalam Pabundu (2010:135), mengemukakan bahwa ada empat

prinsip integratif mengenai efektivitas yang berhubungan dengan budaya

organisasi dan kinerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat

utama (main cultural traits) yang mencakup keterlibatan (involvement),

konsistensi (consistency), adaptabilitas (adaptability), dan misi (mission).

Georgopolous dan Tannembaum (1999:50), melakukan penilaian terhadap

efektivitas. Mereka meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, dan

berpendapat bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan

bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan

mengejar sasarannya. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan

dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi.

Lebih lanjut, Agung Kurniawan (2005:109) dalam bukunya Transformasi

Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan

tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Sedangkan menurut Streers (1985:87) Efektivitas adalah jangkauan usaha

suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sasaran tertentu

untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber

daya itu serta tanpa memberi tekanan yang wajar terhadap pelaksanaannya.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan

bahwa efektivitas adalah merupakan suatu konsep yang sangat penting karena

Page 22: Bkr

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam

mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan. Memperhatikan beberapa

pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep

yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbeda-

beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari

efektivitas adalah pencapaian tujuan yang dilaksanakan dengan tepat sesuai

dengan yang telah direncanakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Emerson

dalam Handayaningrat (1996:16), bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan

tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah

perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen

organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan

organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau

dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang

dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta

metode dn model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila

dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan dikatakan efektif

bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang

bermanfaat.

Page 23: Bkr

2. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Menurut Sutrisno (2011:125) ada empat kelompok variabel yang

berpengaruh terhadap efektivitas, ialah :

a. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan organisasi

b. Karakteristik lingkungan interen dan lingkungan eksteren

c. Karakteristik karyawan

d. Kebijakan praktik manajemen

Sedangkan menurut Gibson et. Al (1992:28), bahwa terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi efektivitas antara lain :

a. Kemampuan

Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam

dirinya, baik kemamuan teknik maupun kemampuan umum.

b. Keahlian

Keahlian adalah kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang untuk

menangani masalah teknis tertentu dalam pekerjaan terutama dalam

pelaksanaan program-program kegiatan dalam suatu organisasi.

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan suatu kemampuan yang diperoleh dari

pengembangan diri melalui penelusuran keilmuan.

d. Sikap

Sikap adalah kepribadian yang tercermin dari wujud perilaku seseorang

dengan sikap yang baik maka efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan

atau program dapat dilakukan dengan baik pula.

Page 24: Bkr

e. Motivasi

Motivasi marupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

f. Stress

Stress adalah tekanan yang timbul akibat tekanan lingkunga di luar diri

manusia seperti pekerjaan yang dilakukan.

3. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

mudah dan sederhana. Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat

keluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk

dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan.

Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil

(outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi

dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas

biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk

pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka

efektivitasnya baik pula.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi

tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Cambell yang dikutip

oleh Richard M. Steers (1985:46-48) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi”

menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:

1) Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;

Page 25: Bkr

2) Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3) Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap

biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

4) Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua

biaya dan kewajiban dipenuhi;

5) Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang

dan masa lalunya;

6) Pemanfaatan lingkungan yaitu batas keberhasilan organisasi

berinteraksi dengan lingkungannya, memperoleh sumber daya yang

langka dan berharga yang diperlukannya untuk operasi yang efektif;

7) Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya

sepanjang waktu;

8) Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian

tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan

perasaan memiliki;

9) Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu

untuk mencapai tujuan;

10) Kepuasan yaitu adanya tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang

atas pekerjaanya dalam organisasi;

11) Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai

satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan

mengkoordinasikan;

Page 26: Bkr

12) Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk

mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk

mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan.

Sehubungan dengan hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran

efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang

akan dicapai. Selain itu, terdapat indikator ukuran efektivitas program sebagai

suatu sistem yang menunjukan tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan

fungsi-fungsinya secara optimal berdasarkan pada indikator : 1) kejelasan dan

efektivitas tujuan program; 2) kejelasan strategi pencapaian; 3) perumusan

kebijakan program yang mantab; 4) penyusunan program yang tepat; 5)

penyediaan sarana dan prasarana; 6) efektivitas operasional dan fungsional

program; 7) efektivitas sasaran program; 8) efektivitas individu dan unit kerja

dalam pelaksanaan kebijakan. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi

kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan

tercapai suatu kesinambungan (sustainabillity).

Streers dalam Tangkilas (2007:140), mengemukakan 5 (lima) kriteria

dalam pengukuran efektivitas, yaitu :

1) Produktivitas

2) Kemampuan adaptasi kerja

3) Kepuasan kerja

4) Kemampuan berlaba

5) Pencarian sumber daya

Page 27: Bkr

Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan

usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang

ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu

masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan dikutip M. Steers (1985:53)

dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, sebagai berikut :

1) Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang

sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin

terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-

bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan

terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (b)

sasaran merupakan target yang kongktit.

2) Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu :

(a) prosedur, (b) proses sosialisasi.

3) Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk

meyelaraskan suatu individu terhadap perubahan–perubahan yang terjadi di

lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) peningkatan

kemampuan (b) sarana dan prasarana.

Page 28: Bkr

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan

penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan

menggunakan sasaran yang tersedia. Oleh karena itu, dalam rencana penelitian ini

peneliti menggunakan teori pengukuran efektivitas sebagaimana yang

dikemukakan oleh Duncan dalam Steers (1985:53), yaitu : pencapaian tujuan,

integrasi, dan adaptasi. Dengan teori ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas

pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dilakukan oleh Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan

Deli yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta orang tua dalam membina

anak remaja sehingga remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan

mampu merencanakan kehidupannya di masa yang akan datang.

B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR)

1. Konsep Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu

kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek yaitu mengenai tujuan

kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan

yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang

dibutuhkan serta diperlukannya strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan

lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program

yang diuraikan oleh Jones (1996:295) adalah cara yang disahkan untuk mencapai

Page 29: Bkr

tujuan. Beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk

mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

a) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan

atau sebagai pelaku program.

b) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang

biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

c) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif

dapat diakui oleh publik.

Oleh karena itu, program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan

pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang

ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada

pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan

apa yang menjadi solusi terbaik, sehingga pelaksanaan program Bina Keluarga

Remaja (BKR) yang telah dibentuk dapat berjalan secara efektif sesuai dengan

harapan dari lembaga BKKBN melalui Badan PPKB yang pelaksanaan

lapangannya dilakukan oleh PLKB dan Kader BKR Kecamatan Medan Deli.

2. Program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Program Bina Keluarga Remaja merupakan aplikasi dari program Generasi

Berencana (GenRe) yang dilakukan melalui pendekatan kepada keluarga yang

mempunyai remaja. Bina Keluarga Remaja merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh keluarga (orang tua) khususnya untuk meningkatkan bimbingan dan

pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja secara baik dan terarah dalam

Page 30: Bkr

rangka pembangunan Sumber Daya Manusia yang bermutu, tangguh, maju dan

mandiri. BKR dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari orang tua dan anak

remaja yang dibimbing dan dibantu oleh fasilitator/motivator/kader dari tenaga

masyarakat secara sukarela dengan pembinaan oleh pemerintah.

(www.http://badankbppakukerr.blogspot.nl/2012/10/bina-keluarga-remaja-bina-

keluarga.html?m=1 , diakses pada tanggal 8 November 2014)

Program Bina Keluarga Remaja merupakan suatu wadah yang berupaya

untuk mendapatkan pemahaman orang tua dalam mendidik anak remaja yang

benar yang dilakukan dalam bentuk kelompok – kelompok kegiatan, dimana

orang tua mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana

meningkatkan dan membina tumbuh kembang anak remaja.

Pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu

orangtua dalam memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi

dengan remaja. Melalui kelompok BKR setiap keluarga yang memiliki remaja

dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang

berkaitan dengan remaja, meliputi Kebijakan Program GenRe, Penanaman Nilai-

Nilai Moral Melalui 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan,

Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS, Keterampilan Hidup, Ketahanan Keluarga

Berwawasan Gender, Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran

Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja, Kebersihan dan

Kesehatan Diri Remaja, dan Pemenuhan Gizi Remaja.

Page 31: Bkr

Dengan demikian dapat disimpulan bahwa program BKR adalah program

yang dibuat bertujuan untuk membentuk karakter remaja melalui keluarga dan

pola asuh orang tua, yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat

penting dalam pembentukan karakter remaja. Proses pola asuh orang tua meliputi

kedekatan orang tua dengan remaja, pengawasan orang tua, dan komunikasi orang

tua dengan remaja. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengembangan

kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orang tua dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga

lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja.

3. Tujuan dan Sasaran BKR

a. Tujuan Bina Keluarga Remaja

Setiap instansi, lembaga maupun organisasi pasti memiliki tujuan

organisasi. Dengan adanya tujuan tersebut maka apa yang diinginkan setiap

organisasi akan tercapai, dengan tercapainya tujuan organisasi maka apa yang

menjadi sasaran sasaran setiap organisasi akan tercapai pula.

BKKBN (2012:05) tujuan BKR adalah meningkatkan pengetahuan

anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak remaja, di antaranya

yaitu tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada satu keluarga

dalam rangka pembinaan kepribadian anak dari remaja. Menumbuhkan rasa cinta

dan kasih sayang antara orang tua dan anak dan remajanya, atau sebaliknya dalam

memecahkan berbagai masalah yang di hadapi oleh masing-masing pihak

sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain. Terlaksananya

diteksi dini terhadap setiap gejala yang memungkinkan timbulnya kesenjangan

Page 32: Bkr

hubungan antara orang tua dan anak remaja di daam kehidupan rumah tangga.

Serta tercipta sarana hubungan yang sesuai yang di dukung sikap dan perilaku

yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh

kembang anak dan remaja. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan tanggung

jawab orang tua terhadap kewajiban membimbing, meningkatkan pengetahuan,

kesadaran anak dan remaja dalam rangka meningkatkan ketahanan fisik dan non

fisik melalui interaksi, komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana rumah

tangga yang bahagia dan sejahtera.

Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan program bina keluarga remaja

adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pembina dan pengelola

BKR, dalam menumbuhkembangkan program Bina Keluarga Remaja (dasar,

berkembang, paripurna).

2) Meningkatkan kualitas pelayanan kelompok BKR.

3) Mewujudkan kelompok BKR Paripurna.

4) Meningkatkan jumlah keluarga yang memiliki remaja yang aktif dalam

kegiatan kelompok BKR.

5) Memperluas jejaring kerja didalam pengelolaan BKR.

Dengan adanya tujuan dari Program BKR di atas diharapkan setiap

masyarakat khususnya di Kecamatan Medan Deli dapat memahami arti penting

dari kegiatan dalam BKR dan apa yang diinginkan serta menjadi target dari

BKKBN dalam mewujudkan pembangunan bangsa dan keluarga yang berkualitas

yang dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai remaja

Page 33: Bkr

sehingga remaja dapat tumbuh sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki

tanggung jawab, berakhlak, dan berprilaku sehat.

b. Sasaran Bina Keluarga Remaja

Sasaran program Bina Keluarga Remaja adalah setiap keluarga yang

memiliki anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah atau setara dalam

keluarga dan remaja yang sudah berusia 10-24 tahun. Sedangkan sasaran tidak

langsung yaitu guru, pemuka agama, pemuka adat, pimpinan organisasi

profesi/organisasi sosial kemasyarakatan, pemuda/wanita, para ahli dan lembaga

bidang ilmu yang terkait, serta institusi/lembaga pemerintah dan non pemerintah.

Oleh karena itu, setiap program memiliki tujuan dan sasaran begitu pula

dalam program BKR yang telah dikembangkan oleh lembaga BKKBN juga

memliki sasaran seperti yang tertera di atas, dengan adanya sasaran tersebut maka

apa yang menjadi visi dan misi lembaga BKKBN dapat tercapai dengan baik.

4. Kebijakan dan strategi

Setelah adanya tujuan dan sasaran dari organisasi ataupun lembaga di atas

selanjutnya setiap organisasi ataupun lembaga tersebut harus membuat kebijakan

dan strategi dalam menjalankan kebijakan tersebut. Di bawah ini merupakan

kebijakan dan strategi yang dimiliki oleh BKKBN dalam menjalankan program

Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu :

a. Kebijakan

a) Pembentukan dan pengembangan BKR

Page 34: Bkr

b) Peningkatan kualitas pengelola BKR

c) Peningkatan komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja dalam

pengelolaan BKR

d) Peningkatan pelayanan BKR yang berintegrasi dengan kegiatan PIK

R/M

e) Penyediaan dan peningkatan kompetensi SDM pengelola BKR

b. Strategi

a) Melakukan advokasi tentang penumbuhan dan pengembangan BKR

b) Malakukan promosi dan sosialisasi tentang BKR

c) Menyediakan dukungan anggaran bagi kegatan BKR

d) Melaksanakan pelatihan dan orientasi bagi SDM Pengelola BKR

e) Mengembangkan materi substansi BKR sesuai dengan kebutuhan

keluarga remaja.

5. Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan pokok-

pokok materi yang dijadikan acuan untuk memberikan informasi dalam

penyuluhan dan konseling kepada Orang tua/keluarga. Substansi Program tersebut

diantaranya ialah sebagai berikut :

1) Penanaman nilai-nilai moral melalui 8 Fungsi Keluarga

2) Kesehatan reproduksi

3) Triad KRR (Seksualitas, Napza, dan HIV/AIDS)

4) Keterampilan hidup

Page 35: Bkr

5) Komunikasi efektif orang tua terhadap remaja

6) Peran orang tua dalam pembinaan tumbuh kembang remaja

7) Kebersihan dan kesehatan diri remaja

8) Pemenuhan gizi remaja.

6. Kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Bina Keluarga Remaja

Pengelolaan kegiatan Bina Keluarga Remaja yang dilaksanakan mengacu

pada Pedoman Operasional Program Ketahanan keluarga. Pengembangan

kegiatan, materi, dan media dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan muatan

lokal di setiap wilayah.

Pokok-pokok kegiatan dalam Pengelolaan Kegiatan Bina Keluarga Remaja

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan Kegiatan Bina Keluarga Remaja

Kegiatan BKR bertjuan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalam

melakukan pembinaan termaja. Di samping itu, kegiatan ini diarahkan pula untuk

dapat meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi

pasangan usia subur (PUS) anggota BKR. Agar penyelenggaraan kegiatan

tersebut berlangsung secara efektif, maka perlu diperhatikan pokok-pokok

kegiatan dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok BKR yang meliputi

pembentukan kelompok, peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana serta

pelayanan kegiatan BKR seperti berikut ini :

a. Pembentukan kelompok BKR

Page 36: Bkr

Pelaksanaan kegiatan pembentukan kelompok BKR dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

a) Identifikasi potensi dan masalah

b) Penggalangan kesepakatan

c) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

d) Menyiapkan sumber daya

b. Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana

Untuk meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana perlu dilakukan

kegiatan sebagai berikut :

a) Training of trainer (TOT)

b) Workshop / Orientasi

c. Pelayanan kegiatan kelompok BKR

Rangkaian pelayanan kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja adalah

seperti berikut ini :

a) Pertemuan penyuluhan

b) Tata cara penyuluhan

c) Kunjungan rumah

d) Rujukan

2) Pengembangan Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)

Pengembangan kegiatan kelompok BKR dilakukan berdasarkan

strafisikasi kelompok sebagai berikut :

a. Stratifikasi Dasar

b. Stratifikasi Berkembang

Page 37: Bkr

c. Strafikasi Paripurna

3) Pendekatan dalam pengembangan kegiatan Bina Keluarga Remaja

Pengembangan kegiatan kelompok BKR dapat dilakukan dengan

pendekatan sebagai berikut :

a. Promosi kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja

Pemahaman tentang pentingnya kegiatan BKR perlu dimiliki oleh

setiap pengelola dan pelaksana program KB, lintas sektor terkait, kader serta

seluruh keluarga yang memiliki anak remaja. Mengingat pentingnya

penyebarluasan pemahaman tentang kegiatan BKR, maka perlu dilakukan

kegiatan promosi.

b. Pengembangan model keterpaduan kegiatan Bina Keluarga Remaja

Penyelenggaraan kegiatan BKR yang telah berjalan selama ini dapat

dikembangkan dengan berbagai model penyelenggaraan. Bentuk pengembangan

yang dilakukan antara lain dapat berupa penambahan/pengembangan materi,

pelayanan terpadu dengan institusi yang menangani remaja, baik program maupun

kegiatan serta integrasi dengan kegiatan yang ada pada berbagai organisasi.

4) Pemantapan kegiatan Bina Keluarga Remaja

Kegiatan kelompok BKR yang belum dilaksanakan secara merata di

berbagai tingkatan dapat memberikan kontribusi terhadap uapaya pencapaian

kualitas pembinaan anak remaja yang belum optimal dalam bentuk kegiatan

sebagai berikut :

Page 38: Bkr

a. Pemantapan jejaring kerja

b. Pembinaan kelompok BKR

c. Peningkatan kualitas kegiatan kelompok BKR.

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa

orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi (memandang satu sama lain

sebagai kewajiban, perasaan biasa, berbagai kewajiban tertentu berjodoh dengan

kasih sayang) satu sama lain dan hidup dekat dalam poksimitas geografis unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak yang mempunyai

ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah. Menurut

Horton (1999), suatu keluarga mungkin merupakan suatu kelompok yang

mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang

disatukan oleh darah atau perkawinan dan sebagainya.

Sedangkan Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau

lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi

pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri

mereka sebagai bagian dari keluarga.

Dari pengertian yang dijelaskan oleh ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah unsur sosial terkecil yang memiliki peran utama dalam

membentuk karakter seseorang dalam keluarga melalui rangkaian pendekatan baik

fisik maupun emosional.

Page 39: Bkr

2. Fungsi Keluarga

Untuk menjadikan remaja sebagai sumber daya manusia yang potensial

diperlukan peran orang tua dalam keluarga untuk menyiapkan remaja menjadi

pribadi yang matang serta mampu mempersiapkan perencanaan mereka di masa

yang akan datang, mendukung remaja melangsungkan jenjang-jenjang pendidikan

secara terencana, dan mampu menjadikan remaja untuk dapat berkarir dalam

pekerjaan.

Menurut Soekanto (2007:212) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dengan kata lain, seseorang

menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Peran merupakan pola

perilaku yang ditetapkan saat anggota keluarga berinteraksi dengan anggota

lainnya.

Oleh karena itu, Peran Orangtua dalam keluarga mempunyai kedudukan

yang sangat fundamental dalam membentuk karakter anak karena lingkungan

pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya. Sehingga di dalam

keluarga orang tua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada remaja dengan

melaksanakan 8 fungsi keluarga. BKKBN (2012:07) menyebutkan ada 8 fungsi

yang harus diterapkan dalam keluarga yaitu :

1) Fungsi agama

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam

kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.

Page 40: Bkr

Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai

agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.

Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan

ditanamkan dalam keluarga. 12 nilai tersebut diantaranya :

a. Iman, yang dimaksud dengan Iman yaitu mempercayai akan adanya

Allah SWT, Tuhan YME, dan mengamalkan segala ajaran-Nya.

b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala

sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah

SWT.

c. Kejujuran, yaitu menyampaikan apa adanya.

d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang

berbeda dalam sifat dan karakternya.

e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan

tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

f. Kesalehan, adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan

sesuatu yang benar secara konsisten.

g. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan apa

yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang

lain tanpa mengharapkan imbalan.

i. Disiplin, yaitu menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.

j. Sopan santun, adalah seseorang yang berprilaku sesuai dengan norma-

norma dan nilai-nilai agama.

Page 41: Bkr

k. Sabar dan ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan

diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu

kesulitan.

l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian,

kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.

2) Fungsi sosial budaya

Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain

tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga sebagai bagian

dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial

budaya setempat. Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 nilai dasar yang mesti

dipahami dan ditanamkan dalam keluarga diantaranya :

a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang

dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.

b. Sopan santun, prilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma

sosial budaya setempat.

c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan

harmonis.

d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.

e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan sekepentingan.

f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda bertentangan

dengan pendirian sendiri.

g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia harus

menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.

Page 42: Bkr

3) Fungsi cinta dan kasih sayang

Mendapatkan cinta kasih adalah hak dan kewajiban orang tua untuk

memenuhinya. Dengan kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya

menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan

kasih sayang terdapat 8 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam

keluarga, diantaranya adalah :

a. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain.

b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan

perasaan.

c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak.

d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam.

e. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan.

f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka

membantu orang lain.

g. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu

orang lan.

h. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi

tugasnya.

4) Fungsi perlindungan

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota

keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa

aman, tenang dan tentram bagi anggota keluarganya. Dalam fungsi perlindungan

terdapat 5 nilai dasar diantaranya :

Page 43: Bkr

a. Aman, suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran.

b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan

memberi kesempatan untuk memperbaikinya.

c. Tanggap, mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan

d. Tabah, mampu menahan diri ketika megahdapi situasi yang tidak

diharapkan.

e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari

kerusakan.

5) Fungsi reproduksi

Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai

pengembangan dari tuntutan fitrah manusia. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3

nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya :

a. Tanggung jawab, dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi

tugasnya.

b. Sehat, dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem

reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi

reproduksinya dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga

kebersihan dan kesehatan reproduksinya.

c. Teguh, adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu

menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.

6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam

kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara

Page 44: Bkr

berkelompok dan bermasyarakat. Ada 7 nilai dasar yang ditanamkan dalam

keluarga, diantaranya :

a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan

mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa bergantung pada

orang lain.

b. Luwes, mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya

dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul

dengan siapa saja.

c. Bangga, perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakn

tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang

diinginkan.

d. Rajin, yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan

tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal

tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita.

e. Kreatif, yaitu mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu yang

dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu.

f. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi

tugasnya.

g. Kerjasama, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama.

7) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat

dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari

Page 45: Bkr

sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada 3 nilai

dasar dalam fungsi ekonomi, diantaranya :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan

datang.

8) Fungsi lingkungan

Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana

bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya

menjadi keluarga sejahtera. Ada 2 nilai dasar dari fungsi lingkungan yang harus

ditanamkan dalam keluarga, yaitu :

a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran,

sampah dan polusi.

b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat

mendukung terlaksanya 8 fungsi keluarga yang harus ditanamkan sejak dini dalam

keluarga. Maka dari itu program Bina Keluarga Remaja (BKR) dibentuk untuk

membatu meningkatkan peranan orang tua dalam menerapkan dan menanamkan

fungsi keluarga. Selain itu program BKR sebagai wadah informasi orang tua

untuk mengetahui tumbuh kembang remaja dan mengetahui apa solusi yang

diberikan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin atau sedang dialami.

Page 46: Bkr

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui jenis

penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam

penelitian serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut

sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses

analisis data.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Menurut Arikunto (2010:03), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah

disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Selain itu,

untuk menganalisisnya digunakan analisis data kualitatif yaitu prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengamatan, wawancara, dan

menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

Menurut Moleong (2012:05), penelitian kualitatif memafaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan,

dan perilaku individu atau sekelompok orang. Pendekatan ini diarahkan kepada

latar belakang individu secara kualistik menggunakan metode deskriptif sehingga

dapat memberikan gambaran mengenai realita sosial yang kompleks dalam

melihat pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut.

Page 47: Bkr

B. Narasumber

Narasumber adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan

oleh peneliti dan berkompeten atau menguasai informasi yang diberikan, yakni

tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarag Berencana di Kecamatan Medan

Deli.

Untuk menentukan narasumber yang menjadi key informan dalam

penelitian ini dipilih sejumlah narasumber dengan pertimbangan tertentu yang

dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Adapun yang menjadi

narasumber peneliti berjumlah 8 orang yaitu :

1) Kepala Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga : Bapak Drs. Azhar

2) Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga : Ibu Rosmawarni S.E

3) Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli : Ibu Nurjannah

4) Kader BKR di Kecamatan Medan Deli :

a. Ibu Nani Siregar, Ketua Kelompok Mawar di Kelurahan Mabar Hilir.

b. Ibu Jamilah, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Kota Bangun.

c. Ibu Halimah, Sekertaris Kelompok Anggrek di Kelurahan Titi Papan.

d. Ibu Murni, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia

e. Ibu Suratdih, Ketua Kelompok Kamboja di Kelurahan Mabar.

Page 48: Bkr

C. Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995 : 31), konsep adalah istilah atau definisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau

individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Dari uraian diatas digunakan konsep pemikiran untuk mempersempit

penelitian yang akan diteliti :

1) Efektivitas adalah usaha atau proses dalam mencapai suatu tujuan dan target

sasaran yang hasilya diharapkan dapat memenuhi dan memperhatikan

kepentingan orang banyak dan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak.

2) Program Bina Keluarga Remaja adalah suatu program yang dilakakukan untuk

memberikan pengetahuan kepada orangtua ataupun anggota keluarga lain yang

memiliki anak remaja dalam mendidik dan membina tumbuh kembang anak

remaja yang berkaitan dengan tumbuh kembang fisik dan psikologisnya.

3) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan, menyusun dan pelaksanaan kebijakan

urusan Pemerintahan daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan,

perlindungan anak dan Keluarga Berencana.

D. Kerangka Konsep

Sapto Haryoko dalam Sugiyono (2010:66), menyebutkan bahwa kerangka

berpikir dalam surat penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian

tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas

Page 49: Bkr

sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti

disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga

argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.

Gambar 3.1 kerangka konsep efektivitas program Bina Keluarga Remaja Pada

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

E. Kategorisasi

Kategorisasi menunjukkan bagaimana cara mengukur suatu variabel

penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategorisasi

Pelaksanaan dilakukan oleh Badan

PPKB melalui Praturan Walikota No.

4/2010 tentang Tupoksi dan Tata Kerja

Organisasi Badan PPKB

Peraturan Kepala BKKBN No :

109/PER/F2/2012 Tentang

Pedoman Pengelola Bina

Keluarga Remaja

Tercapainya tujuan dalam

meningkatkan pengetahuan orangtua

dalam membina tumbuh remaja dan

meningkatkan terbentuknya

kelompok BKR di Kecamatan

Medan Deli.

Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat dilihat dari:

a) Tercapainya tujuan program sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tercapainya sasaran dalam pelaksanaan program.

b) Adanya integrasi kegiatan program BKR kepada masyarakat yang dilakukan melalui prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program.

c) Adanya adaptasi yang dilakukan oleh petugas penyuluh kepada kelompok BKR yang disampaikan berdasarkan pada kemampuan petugas dan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan.

Page 50: Bkr

penelitian pendukung untuk analisis dari variabel tersebut. Kategorisasi dalam

penelitian ini antara lain yaitu :

1) Tercapainya tujuan

Yaitu tercapainya hasil dalam pelaksanaan program Bina Keluarga remaja

untuk memberi pemahaman kepada orangtua dalam membina dan mendidik anak

remaja. Tercapainya tujuan program dapat dilihat dari : tercapainya tujuan

program sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tercapainya target sasaran

dalam kegiatan Program Bina Keluarga Remaja.

2) Integrasi

Merupakan aspek penyeragaman dan penyatuan dalam suatu sistem.

Integrasi dalam hal ini adalah kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan

pendekatan kepada masyarakat. Agar kegiatan program Bina Keluarga Remaja

dapat terintegrasi dengan masyarakat sebagai sasaran dapat dilakukan melalui :

a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan yaitu tata cara pelaksanaan pelayanan

kegiatan BKR yang dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

b. Sosialisasi Program yaitu adanya penyuluhan dan promosi kegiatan

kelompok BKR yang dapat memberikan manfaat dan bisa dirasakan

oleh anggota kelompok maupun masyarakat.

3) Adaptasi

Yaitu suatu proses penyesuaian diri petugas penyuluh kepada para

kelompok atau masyarakat, sehingga kelompok BKR dapat memahami maksud

dan tujuan dari program BKR, melalui :

Page 51: Bkr

a. kemampuan petugas pelaksana kegiatan yaitu kompetensi atau keahlian

petugas dalam pemberi pelayanan sehingga pemahaman kelompok

BKR dapat berkembang ke dalam stratifikasi paripurna.

b. Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan yaitu adanya fasilitas

pendukung yang digunakan dalam kegiatan BKR sehingga memberi

kenyamanan pada masyarakat maupun anggota kelompok BKR.

F. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam satu

penelitian agar diproses hasil yang sesuai dengan kegunaan (harapan) melakukan

kesalahan dalam mengumpulkan data yang diperoleh atau yang didapat dari

responden. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data atau informasi dan fakta-

fakta yang diperlukan dalam penelitian, digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah :

1) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya dokumen-dokumen maupun catatan-catatan

tertulis, buku atau referensi serta naskah lainnya yang berkenaan dengan masalah

yang diteliti dan digunakan sebagai pendukung analisis data.

2) Data Primer

Data primer adalah data yang berdasarkan pada pemilihan langsung

terhadap objek yang diteliti. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

penelitian dalam hal ini data primer adalah hasil wawancara dari para key

Page 52: Bkr

informan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi kesimpulan dari definisi data

primer didapat dari narasumber yang kita jadikan objek penelitian. Untuk

memperoleh data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan tanya jawab dan

berhadapan langsung dengan informan/narasumber dan menggunakan

pedoman wawancara (guide interview).

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moloeng (2012:248) menjelaskan

bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan

kepada orang lain. Penggunaan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa

penelitian ini berusaha untuk menggambarkan efektivitas pelaksanaan program

Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana di kecamatan Medan Deli.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui pengumpulan data kemudian

akan diinterprestasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif dengan

analisa kualitatif.

Page 53: Bkr

Analisa data keseluruhan dilakukan dengan peringkasan data yaitu

menyeleksi lalu disederhanakan dan diambil makna utamanya (intinya) kemudian

disajikan berdasarkan fakta-fakta yang saling berkaitan sehingga mampu

memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan Jalan Ibus Raya No. 131 tepatnya di belakang

Petisah. Sedangkan studi penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Deli.

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Februari

2015.

I. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Biro Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana

Pemberdayaan Perempuan adalah upaya kemampuan perempuan untuk

memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial,

budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri

untuk mampu berperan dan berpatisipasi aktif dalam memecahkan masalah,

sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Kantor BKKBN Kota

Medan yang berganti nama menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan, diresmikan pada tanggal 5 januari

1985 oleh Kepala BKKBN Pusat yaitu Dr. Haryono Suyono. Seiring dengan

Page 54: Bkr

adanya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan ditambah

adanya peraturan daerah Kota Medan nomor 36 Tahun 2002 tentang perubahan

atas peraturan Daerah Kota Medan Nomor 05 Tahun 2001 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja lembaga tekhnis daerah di lingkungan pemerintah kota

medan. Hal ini diperjelas dengan adanya peraturan Walikota Medan Nomor 4

Tahun 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana. Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana (PPKB) beralamat di Jalan Ibus Raya Nomor 131

(Petisah) Medan.

2. Visi dan Misi Lembaga

Adapun Visi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan yaitu :

“Terwujudnya kesetaraan gender dan perlindungan anak dua anak

lebih baik menuju keluarga sejahtera”.

Sedangkan Misi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan adalah :

a) Meningkatkan kesejahteraan gender dan kualitas hidup Perempuan

dan Anak.

b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana,

Kesehatan Reproduksi dalam membangun keluarga sejahtera.

c) Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan keluarga.

Page 55: Bkr

3. Strategi dan Kebijakan

Strategi

a) Meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.

b) Meningkatkan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan.

c) Meningkatkan perspektif gender dalam proses pembangunan kota.

d) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana.

e) Meningkatkan jaminan ketersediaan kontrasepsi terutama bagi

keluarga yang kurang mampu.

f) Mewujudkan visi misi dibidang pemberdayaan perempuan, keluarga

berencana dan keluarga berencana.

g) Meningkatkan pelayanan keluarga berencana.

h) Meningkatkan keluarga sejahtera.

i) Meningkatkan koordinasi antar lintas sektoral.

j) Peningkatan kinerja SKPD.

Kebijakan

Kebijakan yang akan dilaksanakan Badan PPKB pada rencana strategi 5

tahun mendatang :

a) Peningkatan penyusunan kebijakan kualitas hidup perempuan dan

anak.

b) Peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan untuk mempertinggi

kualitas hidup perempuan.

c) Peningkatan pengetahuan masyarakat.

Page 56: Bkr

d) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.

e) Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pelayanan KB.

f) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program KB.

g) Meningkatkan pembiayaan program KB.

4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

Struktur organisasi merupakan susunan pembagian kerja, wewenang dan

sistem komunikasi dalam mewujudkan tujuan kantor atau organisasi. Dengan

demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu kantor disusun secara teratur

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Pada organisasi

di Badan PPKB Kota Medan dipakai struktur organisasi lini dan staf dimana

secara vertikal jenjang wewenang dan tanggung jawab mengalir dari atas ke

bawah yang berupa perintah dan dari bawah ke atas berupa laporan, sedangkan

secara horizontal terdapat koordinasi diantara pegawai setingkat. Untuk lebih jelas

struktur dapat dilihat sebagai berikut :

1) Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana (PPKB) Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 3.2

Page 57: Bkr
Page 58: Bkr

2) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi

a. Badan

Tugas dan fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan,

perlindungan anak, dan keluarga berencana;

b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana;

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan perempuan,

perlindungan anak, dan keluarga berencana; dan

d) Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

b. Sekretariat

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;

b) Pengkoordinasin penyusunan perencanaan program Badan;

c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Badan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggaan Badan;

d) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi, dan ketatalaksanaan;

e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Badan;

f) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian bidang

kesekretariatan;

Page 59: Bkr

g) Pelaksanaan monitoring, evaluais, dan pelaporan kesekretariatan;

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dn kegiatan sub bagin umum;

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah

dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan Badan;

d) Pengelolaan administasi kepegawaian;

e) Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f) Pelaksanaan hubungan masyarakat;

g) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

h) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

i) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bagian Keuangan

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan sub bagian keuangan;

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keunagan;

Page 60: Bkr

c) Pelaksanaan pengeloaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan

verifikasi;

d) Penyiapan bahan/pelaksanan koordinasi pengelolaan administrasi

keungaan;

e) Penyusunan laporan keuangan Badan;

f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bagian Penyusunan Program

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan

Program;

b) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan

program Badan;

c) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Badan;

d) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

e) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Tugas dan fungsi :

Page 61: Bkr

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidnag Pemberdayaan

Perempuan;

b) Pelaksanaan kebijakan pengarustamaan gender;

c) Penyiapan kelembagaan pengarustamaan gender;

d) Penyiapan kebijakan kualitas hidup perempuan;

e) Pengintegrasian kebijakan hidup perempuan;

f) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan kualitas hidup perempuan;

g) Penyiapan kebijakan perlindungan perempuan;

h) Pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan;

i) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan perlindungan perempuan;

j) Penyiapan kebijakan kesejahteraan dan perlindungan anak;

k) Pengintegrasian hak-hak anak dalam kebijakn dan program

pembangunan;

l) Pengoordinasian pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan anak;

m) Penguatan lembaga/organisasi msyarakat dan dunia usaha untuk

melaksanakan pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan

anak;

n) Pengembangan dan peguatan jaringan kerja lembaga masyrakat dan

dunia usaha untuk pelaksanan pengarustamaan gender, kesejahteraan

dan perlindungan anak;

o) Penyiapan data terpilih menurut jenis kelamin dari setia bidang terkait;

p) Penyiapan data dan informasi gender dan anak;

q) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);

Page 62: Bkr

r) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

pemberdayaan perempuan;

s) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsi-fungsinya.

Sub Bidang Pengarustamaan Gender

Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Pengarustamaan

Gender;

b) Penetapan kebijakan daerah pelaksanaan pengarustamaan gender;

c) Penyiapan bahan koordinasi, fasilitasi, dan mediasi pelaksanaan

penagrustamaan gender,

d) Pelaksanaan fasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan

mekanisme pengarustamaan gender pada lembaga pemerintahan, PSW,

lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga non pemerintah;

e) Penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi kebijakan, program, dan

kegiatan yang responsif gender;

f) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengarustamaan gender;

g) Pelaksanaan analisis gender perencanaan anggaran yang responsif

gender, dan pengembangan materi KIE pengarustamaan gender;

h) Pelaksanaan pengarustamaan gender yang terkait dengan bidang

pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,

hukum, HAM, dan politik;

i) Pelaksanaan faslitasi penyediaan data terpilih menurut jenis kelamin;

Page 63: Bkr

j) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

k) Pelaksanaan tugas lain yang diberikn oleh Kepala Bidang sesui dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bidang Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak

Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Kualitas Hidup dan

Perlindungan Perempuan dan Anak;

b) Penyelenggaraan kebijakan peningkatan Kualitas Hidup perempuan

yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidsng

pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan

dan sosial budaya;

c) Pengintegrasian upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dalam

kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM,

politik, lingkungan dan sosial budaya;

d) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan kualitas hidup

perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan

HAM, politik, lingkungan dan sosial budaya;

e) penyelenggaraan kebijakan perlindungan perempuan terutama

perlindungan terhadap kekerasan, tenaga perempuan, perempuan lanjut

usia dan penyandang cacat, dan perempuan di daerah konflik dan

daerah yang terkena bencana;

Page 64: Bkr

f) pelaksanaan fasilitasi pengintegrasian kebijakan kota perlindungan

perempuan terutama perlindungan perlindungan terhadap kekerasan,

tenaga perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan

perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena bencana;

g) penyiapan bahan koordinasi pelaksana kebijakan perlindungan

perempuan terutama perlindungan terhadap kekerasan, tenaga

perempuan, perempuan lanjut usia dan perempuan di daerah konflik

dan daerah yang terkena bencana;

h) pelaksanaan kebijakan dalam rangka kesejahteraan dan perlindungan

anak;

i) Penetapan kebijakan daerah untuk kesejahteraan dan perlindungan

anak;

j) Pengintegrasian hak-hak anak dalam kebijakan dan program

pembangunan;

k) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kesejahteraan dan

perlindungan anak;

l) Pelaksanaan fasilitasi penguatan lembaga/organisasi masyarakat dan

dunia usaha untuk pelaksanaan dan peningkatan kesejahteraan dan

perlindungan anak;

m) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan penguatan jaringan kerja

lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan

pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak;

Page 65: Bkr

n) Pelaksanaan fasilitasi lembaga lembaga masyarakat untuk

melaksanakan rekayasa sosial untuk mewujudkan KKG dan

perlindungan anak;

o) Penjabaran dan penetapan kebijakan system informasi gender dan anak

dengan merujuk pada kebijakan nasional;

p) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan analisis, pemanfaatan dan

penyeberluasan sistem informasi gender dan anak;

q) Pelaksanaan analisis, pemanfaatan, penyebarluasan dan

pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus

perempuan dan anak skala kota;

r) Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pendataan dan

system informasi gender dan anak;

s) Penyusunan model informasi data (mediasi dan advokasi);

t) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

u) Ppelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi;

Page 66: Bkr

b) Penetapan kebijakan dan pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga

berencana, peningkatn partisipasi pria, penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak;

c) Penetapan kebijkan dan pelaksanaan kesehatan reproduksi remaja dan

perlindungan hak-hak reproduksi;

d) Pelaksanaan monitoring, evluasi, dn pelaporan lingkup bidang keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi;

e) Pelaksanaan tugas lain yyang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Sub Bidang pengembangan Pelayanan Keluarga Berencana

Tugas dan Fungsi :

a) Penetapan kebijakan jaminan pelayanan keluarga berencana;

b) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan

operasionalisasi jaminan pelayanan keluarga berencana;

c) Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan keluarga berencana

termasuk pelayanan keluarga berencana di rumah sakit;

d) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan

keluarga berencana;

e) Pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga berencana.;

f) Pemantauan tingkat drop out peserta keluarga berencana;

g) Pengembangan materi penyelenggaraan jaminan dan pelayanan;

h) keluarga berencana dan pembinaan penyuluh keluarga berencan;

i) Perluasan jaringan dan pembinaan pelayanan keluarga berencana;

Page 67: Bkr

j) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi;

k) Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender terutama partisipasi

keluarga berencana pria dalam pelaksanaan program pelayanan

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;

l) Pembinaan terhadap petugas keluarga berencana;

m) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kontrasepsi mantap dan

kontrasepsi jangka panjang yang lebih terjangkau, aman, berkualitas

dan merata;

n) Pelaksanaan distribusi pengadaan sarana, alat, obat dan cara

kontrasepsi, dan pelayanan dengan prioritas keluarga miskin dan

kelompok rentan.;

o) Penjaminan ketersediaan sarana, alat,obat dan cara kontrasepsi bagi

peserta mandiri;

p) Pelaksanaan informed choice dan informed concent dalam program

keluarga berencana;

q) Pelaksanaan pelayanan keluarga berencana pada moment khusus pada

HUT IBI, HUT Kota Medan, Harganas, HUT TNI dan HUT PKK;

r) Pelaksanaan tim keluarga berencana keliling;

s) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

t) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Page 68: Bkr

Sub bidang kesehatan reproduksi

Tugas dan Fungsi :

a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang kesehatan

reproduksi;

b) Penetapan kebijakan KRR, Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya

NAPZA;

c) Penyelenggaraan dukungan operasional KRR, Pencegahan HIV/AIDS,

IMS dan bahaya NAPZA;

d) Penetapan perkiraan sarana pelayanan KRR, Pencegahan HIV/AIDS,

IMS dan bahaya NAPZA;

e) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan

KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA;

f) Penyelenggaraan pelayanan KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS,

IMS dan bahaya NAPZA;

g) Penyelenggaraan kemitraan pelaksanaan KRR termasuk Pencegahan

HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah

dengan sektor lembaga swadaya organisasi masyrakat;

h) Penetapan fasilitas pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS,

IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor

LSOM;

i) Pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya

NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM;

Page 69: Bkr

j) Penetapan sasaran KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan

bahaya NAPZA;

k) Penetapan prioritas kegiatan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS,

IMS dan bahaya NAPZA;

l) Pemanfaatan tenaga SDM pengelola, pendidikan sebaya dan konselor

sebaya KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan bahaya

NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM;

m) Penyelenggaraan dan fasilitasi upaya peningkatan kesadaran keluarga

berkehidupan seksual yang aman dan memuaskan, terbebas dari

HIV/AIDS dan infeksi menular dan seksual (IMS);

n) Pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga

berencana, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta

kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak;

o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya;

e Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang ketahanan dan

pemberdayaan keluarga;

b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan ketahanan dan

pemberdayaan keluarga;

Page 70: Bkr

c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan penguatan kelembagaan keluarga

kecil berkualitas dan jejaring program;

d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

ketahanan dan pemberdayaan keluarga;

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya;

Sub bidang pengembangan dan ketahanan keluarga

Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pengembangan

dan ketahanan keluarga;

b) Penetapan kebijakan dan pengembangan penguatan kelembagaan

keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;

c) Penyelenggaraan dukungan operasional penguatan kelembagaan

keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;

d) Penetapan perkiraan sasaran pengembangan dan pengetahuan

kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;

e) Penetapan petunjuk teknis pengembangan peran Institusi Masyarakat

Perkotaan (IMP) dalam program KB;

f) Pendayagunaan pedoman pemberdayaan dan pergerakan institusi

masyarakat perkotaan program KB nasional dalam rangka kemandirian.

g) Pelaksanaan pembinaan teknis IMP dalam mendukung program KB

nasional;

Page 71: Bkr

h) Pelaksanaan peningkatan kerja sama dengan mitra kerja program KB

nasional dalam rangka kemandirian, mengkoordinir IBI-KB-KES, TNI

Manunggal-KB-KES, PKK-KB-KES, dan lain-lain;

i) Penyiapan pelaksanaan pengkajian dan pengembangan program KBN;

j) Pemanfaatan hasil kajian dan penelitian pengembangan ketahanan

keluarga;

k) Pendayagunaan kerja sama jejaring pelatih terutama pelatihan klinis

kota;

l) Pendayagunaan SDM program terlatih, serta perencanaan dan

penyiapan kompetensi SDM program yang dibutuhkan;

m) Pendayagunaan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan program

peningkatan kinerja SDM;

n) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kwalitas kegiatan IMP;

o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub bidang Pemberdayaan Keluarga

Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pemberdayaan

keluarga;

b) Penetapan kebijakan dan pengembangan ketahanan pemberdayaan

keluarga;

Page 72: Bkr

c) Penyelenggaraan dukungan pelayanan ketahanan dan pemberdayaan

keluarga;

d) Penyerasian penetapan kriteria pengembangan ketahanan dan

pemberdayaan keluarga;

e) Penetapan sasaran Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja

(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Bina Lingkungan Keluarga

(BLK);

f) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kualitas ketahanan dan

pemberdayaan keluarga;

g) Penyelenggaraan BKB,BKR,BKL termasuk bidang pendidikan pra

melahirkan;

h) Pelaksanaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;

i) Pelaksanaan model-model kegiatan ketahanan dan pemberdayaan

keluarga;

j) Pembinaan teknis peningkatan pengetahuan, keterampilan,

kewirausahaan dan managemen usaha bagi keluarga pra sejahtera dan

keluarga sejahtera I dalam kelompok usaha peningkatan pendapatan

keluarga sejahtera (UPPKS);

k) Pelaksanaan pendampingan/magang bagi para kader/anggota kelompok

UPPKS;

l) Pelaksanaan kemitraan untuk aksesbilitas permodalan, teknologi dan

manajemen serta pemasaran guna peningkatan UPPKS;

m) Peningkatan kualitas lingkungan keluarga;

Page 73: Bkr

n) Pelaksanaan promosi dan gelanggang dagang produk unggulan

kelompok UPPKS;

o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

f Bidang Data dan Informasi

Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang data dan informasi;

b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan data mikro kependudukan dan

keluarga;

c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan advokasi dan KIE;

d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi,dan pelaporan lingkup bidang data

dan informasi;

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bidang Data

Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang data;

b) Penetapan kebijakan dan pengembangan data mikro kependudukan dan

keluarga;

c) Penyelenggaraan data mikro kependudukan dan keluarga;

Page 74: Bkr

d) Penetapan perkiraan sasaran pengembangan data mikro kependudukan

dan keluarga;

e) Pelaksanaan data mikro kependudukan dan keluarga;

f) Pelaksanaan operasional sistem data manajemen program keluarga

berencana nasional;

g) Pemuktahiran, pengolahan, dan penyediaan data mikro kependudukan

dan keluarga;

h) Pengelolaan data program keluarga berencana nasional serta penyiapan

sarana dan prasarana;

i) Pemanfaatan data program keluarga berencana nasional untuk

mendukung pembangunan daerah;

j) Pemanfaatan operasional jaringan komunikasi data dalam pelaksanaan

pemerintahan dan melakukan diseminasi informasi;

k) Penetapan perkiraan sasaran pelayanan keluarga berencana, sasaran

peningkatan perencanaan kehamilan , sasaran peningkatan partisipasi

pria, sasaran “UMNED NEED”, sasaran penanggulangan masalah

reproduksi serta sasaran kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak;

l) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

m) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sub Bidang Informasi

Tugas dan fungsi :

Page 75: Bkr

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan sub bidang informasi;

b) Penetapan kebijakan dan pengembangan advokasi dan KIE;

c) Penyelenggaraan operasional advokasi KIE;

d) Penetapan perkiraan sasaran advokasi dan KIE;

e) Penyeserasian dan penetapan kriteria advokasi dan KIE;

f) Pengembangan dan pengadaan sarana media KIE antara lain MOPEN,

MPC dan sarana komunikasi lainnya;

g) Penetapan dan pengembangan materi/isi pesan, design KIE, KB/KKR

meliputi media luar ruang, media ekeltronik dan media cetak;

h) Pelaksanaan advokasi, KIE serta konseling program keluarga berencana

dan KRR;

i) Pelaksanaan KIE ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan

kelembagaan dan jaringan institusi program keluarga berencana;

j) Pemanfaatan prototipe program keluarga berencana/ kesehatan

reproduksi (KR), KRR, Ketahanan dan pemberdayaan keluarga,

penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas;

k) Pelaksanaan promosi KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan

bahaya NAPZA dan perlindungan hak-hak reproduksi;

l) Penyebarluasan hasil materi KIE dalam penyelenggaraan pelaksanaan

program keluarga berencana dan KRR;

m) Pelaksanaan publikasi dan dokumentasi kegiatan-kegiatan program

pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

n) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

Page 76: Bkr

o) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

g Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi unit pelaksana teknis

ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota.

h Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan sesuai dengan

keahlian dan kebutuhan.

Page 77: Bkr

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Bab ini membahas dan menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil

penelitian di lapangan atau dikenal dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang

diperoleh dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan narasumber sehingga

memberikan gambaran yang jelas dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.

Untuk mendukung perolehan data, selain data primer yang diperoleh di

lapangan melalui wawancara secara langsung oleh beberapa key informan di

kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota

Medan, Koordinator Petugas Lapangan KB yang bertugas di Kecamatan Medan

Deli dan beberapa orang Kader BKR di Kecamatan Medan Deli. Maka

selanjutnya juga diperlukan data sekunder dalam membantu menjelaskan hasil

wawancara terutama yang terkait dengan tingkat karakteristik jawaban para

narasumber seperti data-data berupa dokumen, arsip dan referensi lainnya yang

diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera

Utara.

Data-data yang diperoleh tersebut akan dideskripsikan sehingga masalah

penelitian tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR)

pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan

Page 78: Bkr

Medan Deli dapat terjawab dan dianalisa. Selanjutnya hasil wawancara akan

diuraikan secara sistematis sesuai dengan sifat metode penelitian deskriptif

kualitatif. Adapun penyajian data selanjutnya dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin

Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin, akan dikelompokan

menjadi dua kelompok yaitu narasumber dengan jenis kelamin laki-laki dan

narasumber dengan jenis kelamin perempuan. Pada tabel IV.1 berikut akan

dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori.

Tabel IV.1

Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 1 12,5 %

2 Perempuan 7 87,5 %

Jumlah 8 100 %

Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan tabel IV.1 di atas maka dapat dilihat bahwa narasumber dari

jenis kelamin laki-laki dengan frekuensi hanya 1 orang dan persentase sebesar

12,5 %, sedangkan untuk narasumber perempuan sebanyak 7 orang dengan

persentase 87,5 %. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola

dan pelaksana program Bina Keluarga Remaja (BKR) baik pada Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maupun kader-kader BKR

didominasi oleh perempuan.

Page 79: Bkr

2. Distribusi Narasumber Menurut Umur

Distribusi narasumber menurut umur, maka narasumber dikelompokan

menjadi empat kelompok umur yaitu narasumber dengan umur 45-48 tahun, umur

49-52 tahun, umur 53-56 tahun dan narasumber dengan umur 57-60 tahun. Pada

tabel IV.2 akan dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori umur sebagai

berikut.

Tabel IV.2

Distribusi Narasumber Menurut Umur

No Umur Frekuensi Persentase

1. 45-48 tahun 4 50 %

2. 49-52 tahun 1 12,5 %

3. 53-56 tahun 2 25 %

4. 57-60 tahun 1 12,5 %

Jumlah 8 100 %

Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat dilihat bahwa narasumber

dikelompokan menjadi empat kelompok umur dengan umur 45-48 tahun ada

sebanyak 4 orang dan persetasenya adalah sebesar 50%, umur 49-52 tahun

sebanyak 1 orang dengan persentase 12,5 %, umur 53-56 tahun sebanyak 2 orang

yang persentasenya sebesar 25 %, dan kelompok umur 57-60 tahun hanya ada 1

orang dengan pesesentase 12,5 %. Jadi dapat dilihat bahwa narasumber banyak

yang berumur 45-48 tahun yang didominasi oleh kader-kader BKR. Usia tersebut

sudah pantas jika mengayomi para orang tua dan remaja dalam memberikan

motivasi dan dorongan untuk ikut dalam kegiatan BKR.

Page 80: Bkr

3. Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh narasumber, maka

distribusinya dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu S1, D1, SMA,

dan SMP. Pada tabel IV.3 di bawah ini akan dijelaskan frekuensi untuk masing-

masing kategori sebagai berikut.

Tabel IV.3

Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. S1 2 25 %

2. D1 1 12,5 %

3. SMA 3 37,5%

4. SMP 2 25 %

Jumlah 8 100 %

Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan tabel IV.3 di atas, maka dapat dilihat bahwa narasumber

penelitian mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda yaitu S1 ada sebanyak

2 orang dengan persentase 25 %, D1 hanya ada 1 orang dengan persentase 12,5

%, yang berpendidikan di tingkat SMA ada 3 orang dengan persentase sebesar

37,5 % sedangkan yang berpendidikan di tingkat SMP sebanyak 2 orang dengan

persentase 25 %. Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap tingkat pemahaman seseorang.

4. Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan

Setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda dan tak terkecuali pada

pekerjaan narasumber. Maka dari itu, berdasarkan distribusi pekerjaan narasumber

Page 81: Bkr

maka akan dikelompokan menjadi tiga ketegori yaitu PNS, Ibu Rumah Tangga,

dan Karywan swasta. Pada tabel IV.4 akan dijelaskan frekuensi untuk masing-

masing kategori sebagai berikut.

Tabel IV.4

Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. PNS 3 37,5%

2. Ibu Rumah Tagga 3 37,5%

3. Karywan Swasta 2 25%

Jumlah 8 100%

Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan data yang telah didistribusikan ke dalam tabel IV.4 di atas

dapat dilihat bahwa narasumber yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan Ibu

Rumah Tangga masing-masing ada sebanyak 3 orang dengan persentase sebasar

37,5%, dan yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta ada 2 orang

dengan persentasinya sebesar 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa

narasumber mempunyai profesi yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi

tantangan apakah dengan pekerjaan ataupun profesi yang mereka miliki mampu

dalam mengembangkan program BKR yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Page 82: Bkr

B. Analisis Data Wawancara

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Kantor Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan pada

Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Kasubbid Pemberdayaan

Keluarga, UPT PPKB di Kecamatan Medan Deli yaitu Ketua Koordinator Petugas

Lapangan KB dan beberapa orang kader di setiap Kelurahan di Kecamatan Medan

Deli maka akan diuraikan hasil wawancara dengan narasumber terkait tentang

efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli

yang dikategorisasikan ke dalam ukuran efektivitas program yaitu tercapainya

tujuan, integrasi dan adaptasi.

1. Tercapainya tujuan

Tujuan merupakan hasil akhir dari perencanaan yang telah dirancang

sedemikian rupa dalam rangka mencapai misi sasaran yang diinginkan oleh suatu

organisasi. Tujuan juga merupakan kunci untuk menentukan atau merumuskan

apa yang akan dikerjakan, ketika pekerjaan itu harus dilaksanakan, dan disertai

pula dengan penentuan program kegiatan. Tercapainya tujuan dari suatu kegiatan

atau program dalam organisasi merupakan keberhasilan yang diidamkan oleh

suatu organisasi. Oleh karena itu, agar tercapainya tujuan akhir secara optimal dan

semakin terjamin, maka diperlukan pentahapan baik dalam proses pencapaiannya,

pelaksanaannya, maupun periodisasinya. Seperti adanya ketepatan waktu

pelaksanaan dan kesesuaian sasaran program yang diinginkan oleh Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) pada program BKR

Page 83: Bkr

di Kecamatan Medan Deli. Tercapai atau tidaknya tujuan program tersebut dapat

dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada narasumber sebagai

berikut.

Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada Bapak Drs. Azhar

selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga di Badan PPKB Kota

Medan pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan

BKR memang rutin dilakukan setiap bulannya, dan setiap bulan juga dilaporkan

kegiatannya. Tetapi untuk jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum

memadai, belum maksimal. Untuk saat ini hanya menargetkan satu Kelurahan

hanya satu kelompok sebagai kelompok percontohan. Dan harapannya ke depan,

juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap lingkungan. Sedangkan

pengembangan kegiatan kelompok BKR di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah

berkembang, karena diluar kelompok BKR sudah ada PIK-R/M ada yang di

Kelurahan, Sekolah dan Perguruan tinggi. Maka dari itu, menurut Bapak Azhar

ada upaya untuk lebih mengembangkan program BKR pada orang tua maupun

remaja yaitu dengan mengintegrasikan BKR dengan kegiatan PIK-R/M, supaya

remaja juga mau bergabung dan tidak malu jika ingin bertanya, karena di BKR

juga harus ada kader remaja jadi mereka lebih kepada pendidik sebaya.

Begitu pula hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu

Rosmawarni, S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2

Februari 2015. Beliau mengatakan bahwa pelaporan pelaksanaanya rutin setiap

bulan, tapi kegiatannya lebih teknis oleh petugas lapangannya. Tetap ada

kunjungan kami ke Kelurahan untuk melihat kegiatannya dan memberi

Page 84: Bkr

penyuluhan. Sedangkan untuk jumlah kelompok BKR saat ini sudah memadai,

karena sementara ini memang dibuat setiap kelurahan hanya ada satu kelompok.

Semestinya, disetiap keluruhan maupun lingkungan dibentuk kelompok. Untuk

pengembangan kegiatan kelompok BKR sendiri kurang berjalan sesuai apa yang

diinginkan. Seharusnya untuk lebih mengembangkan kegiatan ada dibentuk Pusat

Konseling Keluarga di setiap lingkungan. Upaya yang dilakukan agar kelompok

dan kegiatan BKR berkembang maka diadakanlah pertemuan dan pelatihan untuk

kader dan petugas penyuluh. Kemudian pendekatan juga kepada orang tua untuk

mau bergabung dalam kegiatan.

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku

Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015,

menuturkan bahwa penyuluhan kegiatan tidak rutin setiap bulan.

Namun,pelaporannya harus setiap bulan dikirim ke PPKB Kota Medan. Untuk

jumlah kelompok yang ada saat ini sudah memadai karena setiap keluruhan sudah

terbentuk kelompok tetapi untuk lebih optimal pembentukan BKR seharusnya di

setiap lingkungan juga harus dibuat. Sementara itu, pengembangan kegiatan

kelompok BKR kurang berkembang, karena susah mengumpulkan orang, kurang

mau kalau diajak mengikuti penyuluhan BKR. kendala yang juga dihadapi adalah

kuranganya kader dan petugas penyuluh. Upaya yang dilakukan agar

pengembangan kelompok dan kegiatan BKR berjalan maka diintegrasikan dengan

kegiatan lain misalnya waktu kegiatan posyandu atau arisan PKK disitu

dilaksanakan penyuluhan sekaligus merekrut kader BKR.

Page 85: Bkr

Hasil wawancara dari Kader-Kader BKR yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu

Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan

bahwa Kegiatan terlaksana tapi tidak contineu (jarang), kadang ada kegiatan

kadang tidak. Rutin kalau ada kunjungan saja. Namun, hal berbeda disampaikan

oleh Ibu Jamilah selaku Ketua Kader BKR di Kelurahan Kota Bangun bahwa

kegiatan BKR yang diadakan oleh petugas penyuluhrutin dilakukan setiap bulan.

Mereka juga mengatakan untuk jumlah kelompok BKR di masing-masing

Kelurahan sudah memadai namun pengembangan kegiatan kelompoknya belum

maksimal dan merata di setiap kelurahan. Sedangkan, Ibu Jamilah mengatakan

bahwa untuk pengembangan kegiatan di Kelurahan Kota Bangun sudah

berkembang dan sudah banyak materi kegiatan yang diberikan sehingga terus ada

upaya untuk mengembangkannya dengan penyuluhan dan ada pelatihan untuk

kader. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Ibu Nani Siregar, Ibu Halimah, Ibu

Murni dan Ibu Suratdiah, mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini

hanya melakukan pendekatan, mengajak, memotivasi dan mengumpulkan orang

tua dan remaja untuk ikut kegiatan BKR.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan program BKR yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah

berjalan, karena sudah terbentuk kelompok BKR namun pelaksanaan kegiatan

dalam kelompok BKR tidak rutin dilakukan setiap bulan. Tentu saja, hasil

laporannya tidak sesuai dengan harapan. Jumlah kelompok juga belum

berkembang dan merata bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang

Page 86: Bkr

mempunyai remaja di Kelurahan tersebut. Selain itu, Pembentukan kelompok juga

harus dilakukan di setiap lingkungan agar tercipta suatu konseling keluarga yang

dijadikan sebagai wadah untuk mendapatkan pemahaman dan sumber informasi

bagi orang tua dalam mendidik anak remaja mereka dengan benar yang dilakukan

dalam bentuk kelompok-kelompok kegiatan.

2. Integrasi

Integrasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat

agar program yang telah dirancang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk

menyatukan keserasian antara pengelola program dengan masyarakat sebagai

sasaran, maka di dalam mengintegrasikan program diperlukan pengadaan

prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program. Sehingga pengembangan Program

Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat berjalan secara efektif dan

terstruktur.

Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.

Azhar selaku Kabid Ketahanan Dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2

Februari 2015, beliau mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan

kelompok dibentuk berdasarkan SK Lurah. Lalu ditentukan siapa yang jadi ketua,

sekertaris, bendahara, dan siapa-siapa anggota. Pembentukan kelompok tersebut

setelah dilakukan pendataan di lingkungan setempat, berapa jumlah remaja dan

keluarga yang punya anak remaja kemudian dibuat apa program yang mau

Page 87: Bkr

dilaksanakan. Misalnya penyuluhan tentang remaja, HIV/AIDS, dan lainnya.

Pembentukan kelompok BKR yang sudah dilakukan saat ini juga membuat orang

tua aktif dan ada yang kurang aktif dalam kegiatan. Jika orang tuanya aktif dan

mendukung maka anaknya juga akan aktif. Untuk menyiasatinya maka

pengembangan kegiatan BKR juga dipadukan dengan kegiatan lain dan

berkoordinasi dengan Dinas pendidikan dan Dinas Pemuda dan Olahraga.

Hal yang sama juga disampaikan Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid

Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa

prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dibentuk berdasarkan hasil

pendataan keluarga per tahunnya. Hasilnya nanti dapat diketahui berapa keluarga

yang punya remaja di suatu lingkungan atau kelurahan. Kemudian diundanglah

untuk hadir ke Kelurahan bersama ibu-ibu PKK. Setelah ada kesepakatan maka

selanjutnya ditentukanlah siapa pengurusnya dan di sahkan lewat SK yang

dikeluarkan oleh lurah setempat. Namun, dengan dibentuknya kelompok ini orang

tua juga kurang aktif, karena banyak yang disibukkan dengan pekerjaannya. Maka

untuk lebih mengembangan kegiatan BKR dipadukan dengan kegiatan lain

biasanya pengajian, partamiangan untuk non muslim,dan kegiatan remaja mesjid

serta karang taruna untuk kader remaja jadimereka bisa lebih aktif.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku

Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015,

mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dilakukan

dengan mengundang para Orang tua di lingkungan untuk datang ke kelurahan

setelah ada persetujuan maka dibentuk kelompok. Selanjutnya kelompok yang

Page 88: Bkr

terbentuk ditetapkan dersasarkan SK Kelurahan dari Lurah setempat. Hal yang

sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah bahwa setelah adanya kelompok juga

belum membuat para orang tua aktif dalam kegiatan BKR. Hanya sebagian kecil

aktif dan selalu bertanya kalau ada pertemuan. Agar para orang tua ikut dan hadir

dalam kegiatan BKR maka kegiatan ini juga dipadukan dengan kegiatan lain

seperti wirid-wirid atau pengajian, kegiatan penyuluhan narkoba yang diadakan

oleh PKK, dan pemerikasaan kesehatan.

Hasil wawancara yang juga telah dilakukan kepada para Kader BKR yaitu

Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada

tanggal 29 Januari 2015, mereka mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan

pembentukan kelompok BKR yang dilakukan oleh petugas penyuluh adalah

mendata nama-nama yang mau ikut dalam kelompok BKR dengan mengundang

para orang tua dan remaja ke kantor Lurah. Setelah terbentuk maka diberi blangko

pengisian kelompok. Walaupun sudah menjadi anggota kelompok kadang orang

tua atau kader aktif kadang tidak. Namun, berbeda dengan yang disampaikan Ibu

Jamilah selaku Ketua Kader di Kelurahan Kota Bangun, ia mengatakan bahwa

orang tua dan kader di Kelurahan Kota Bangun aktif dan respon karena rata-rata

punya anak remaja, jadi mereka ingin tahu tahu bagaimana cara mendidik remaja

yang benar, agar tidak salah bergaul. Mereka juga mengatakan, agar orang tua

mau hadir kegiatan BKR ini juga dipadukan dengan kegiatan PIK-Remaja,

posyandu lansia, arisan ibu-ibu PKK dan kegiatan pemeriksaan kesehatan.

Dengan adanya prosedur pelaksanaan kegiatan BKR berupa data potensi

kelompok kegiatan BKR maka secara administrasi pelaksanaan program BKR

Page 89: Bkr

berjalan dengan baik. Pendataan untuk anggota kelompok BKR yang dilakukan

juga berguna untuk mengetahui jumlah sasaran keluarga yang mempunyai remaja,

jumlah keluarga yang menjadi anggota BKR, jumlah keluarga anggota BKR

berstatus PUS (Pasangan Usia Subur) dan keluarga anggota BKR yang menjadi

peserta Keluarga Berencana (KB).

Selain adanya prosedur pelaksanaan diperlukan juga sosialisasi program

dalam mendukung proses integrasi. Sosialisasi program merupakan penyebaran

informasi kegiatan BKR melalui Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) yang

diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

serta Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli secara langsung bertatap

muka kepada orang tua.

Namun pelaksanaan pembentukan kelompok BKR yang telah dilakukan

saat ini juga belum membuat para orang tua di Kelurahan Medan Deli aktif untuk

mengikuti kegiatan. Hal ini dikarenakan kesibukan dari para orang tua yang harus

bekerja. Hal ini juga didukung pada proses sosialisasi yang belum optimal dan

menyebabkan para orang tua dan remaja kurang tertarik mengikuti kegiatan BKR.

Tetapi, hanya satu kelompok dari lima kelompok di Kecamatan Medan Deli yang

pengembangan kegiatan BKR sudah berjalan baik yaitu di Kelurahan Kota

Bangun. Hal ini didukung karena para orang tua di Kelurahan Kota Bangun

memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, kegiatan

Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) juga diaktifkan untuk

mengintegrasikan kegiatan BKR di kelurahan Kota Bangun tersebut.

Page 90: Bkr

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak

Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2

Februari 2015, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang diberikan untuk

mengembangkan kegiatan BKR pada orang tua dilakukan melalui kader-kader

untuk mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada para orang tua atau

remaja di lingkungan sekitarnya, namun proses penyuluhan yang dilakukan

kurang dapat menarik orang tua dikarenakan banyak yang kerja. KIE yang

diberikan juga mudah dipahami oleh orang tua mengenai tumbuh kembang remaja

termasuk memantau kegiatan anaknya maupun perubahan fisik maupun emosional

yang terjadi pada anaknya. Agar kegiatan ini lebih dikenal maka ada mitra

kerja/stakeholders yang juga membantu mempromosikan kegiatan BKR seperti

Lurah, Camat dan juga Tim PKK.

Hasil wawancara yang sama juga disampaikan oleh Ibu Rosmawarni S.E

selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,

mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua diperlukan

Sosalisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di Kelurahan.

Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum dapat menarik para orang tua

untuk ikut dalam kegiatan BKR. Oleh karena itu, untuk menyebarkan pemahaman

orang tua maka petugas juga harus berkompeten dalam memberikan KIE kepada

para orang tua atau kader. Diperlukan juga mitra kerja sama dalam

mempromosikan kegiatan BKR ini di tingkat kelurahan seperti Tim penggerak

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tokoh masyarakat (Toma) dan

Tokoh agama (Toga).

Page 91: Bkr

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator

PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015. Beliau mengatakan

bahwa untuk melakukan sosialisasi pada orang tua atau remaja dilakukan melalui

kader untuk menarik para orang tua dan remaja juga PLKB yang memberikan

sosialisasi dan promosi melalui brosur atau booklet. Akan tetapi, tetap saja proses

penyuluhan tersebut belum dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam

kegiatan BKR. Sehingga diperlukan mitra atau kelompok lain untuk membantu

mempromosikan kegiatan BKR seperti PPKBD yang beranggotakan Tim PKK

dan Sub PPKBD yang beranggotakan Ibu kepling (kepala lingkungan).

Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader

BKR di masing-masing Kelurahan yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu

Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah, mereka mengatakan bahwa untuk

melakukan pendekatan pada orang tua dalam mengembangkan kelompok BKR

para petugas melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Namun tidak semua orang

tua dan remaja di lingkungan sekitar yang masuk dalam kelompok, dan

kebanyakan orang tua kurang paham tentang KIE yang diberikan oleh petugas.

Selain petugas, ada juga kelompok lain yang membantu mensosialisasikan

Program BKR seperti Ibu PKK, Remaja mesjid, Dinas Kesehatan dan Kader lain

seperti Kader BKB.

Dalam proses sosialisasi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi

dalam program BKR tidak hanya dilakukan melalui pendekatan dan penyuluhan

saja untuk lebih optimal maka proses sosialisasi juga perlu dibuat banner,

spanduk, gambar maupun brosur. Sehingga penyebaran informasi ini dapat merata

Page 92: Bkr

di setiap kalangan masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat lebih

mengetahui tentang Program BKR yang telah dicanangkan oleh Pemerintah

melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang

penyebarannya dilakukan di seluruh Indonesia. Untuk itu, diperlukan mitra kerja

sama dan institusi masyarakat terkait dalam melakukan promosi dan

pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR).

3. Adaptasi

Adaptasi dalam hal ini merupakan kemampuan petugas penyuluh untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi masyarakat khususnya di

Kecamatan Medan Deli. Proses adaptasi ini meliputi kemampuan petugas

penyuluh melalui pengadaan dan pengisian sumber daya manusia yang

berkompeten serta pelaksanaan kegiatan program yang dilengkapi sarana dan

prasarana yang memadai. Sehingga pengembangan Program BKR oleh Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli

dapat terlaksana dengan baik.

Seperti hasil wawancara yang disampaikan Bapak Drs. Azhar selaku

Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,

mengatakan bahwa cara yang dilakukan dalam mengembangkan materi substansi

BKR kepada orang tua adalah dengan mengadakan sosialisasi, penyuluhan,

pertemuan lewat acara pengajian atau wirid dan yang non muslim lewat acara-

acara gereja. Untuk saat ini, kompetensi SDM pelaksana kegiatan BKR sudah

memadai karena PLKB sudah lama bertugas jadi sudah banyak pengalaman dan

Page 93: Bkr

latar belakang pendidikannya minimal SLTA, dan ada juga yang bidan. Oleh

karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola

dengan mengadakan pelatihan, orientasi tri bina, dan diberikan buku-buku

pegangan untuk penyampaian materi.

Hal ini dibenarkan oleh Ibu Rosmawarni S.E, selaku Kasubbid

Pemberdayaan Perempuan. Beliau mengatakan bahwa cara dalam

mengembangkan materi substansi BKR kepada orang tua dengan sosialisasi,

kemudian mengadakan pertemuan dalam bentuk diskusi kelompok. Untuk saat

ini, kompetensi SDM pelaksana penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadai

namun, tetap perlu diadakan pelatihan setiap 6 bulan sekali seperti workshop dan

orientasi pengembangan kelompok.

Hasil wawancara kepada Ibu Nurjannah, selaku Koordinator PLKB

Kecamatan Medan Deli yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2015,

mengatakan bahwa dalam mengembangkan materi substansi BKR kepada orang

tua caranya dengan sosialisasi, penyuluhan dan penyampaian informasi tentng

remaja kemudian ada diskusi dan tanya jawab. Kompetensi SDM pelaksana

penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadaikarena petugas juga harus

menguasai materi. Oleh karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR melalui pelatihan,

workshop dan buku-buku pegangan untuk penyampaian materi.

Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader

BKR di Kecamatan Medan Deli yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah,

Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka mengatakan bahwa dalam memberikan

Page 94: Bkr

penyuluhan petugas sudah menunjukan sikap baik tetapi belum mampu

menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan kepada orang tua atau kelompok untuk

mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, materi substansi BKR tidak merata diberikan

oleh petugas di setiap Kelurahan dan kurang cermat dalam menghadapi para orang

tua. Namun, Ibu Jamilah mengatakan hal yang berbeda di Kelurahan Kota Bangun

petugas penyuluh dengan cermat menyampaikan materi kegiatan BKR dan sudah

banyak materi yang telah diberikan oleh petugas seperti HIV/AIDS, tumbuh

kembang remaja, peran orang tua dalam keluarga, Kesehatan Reproduksi Remaja,

bahaya narkoba dan pembinaan remaja.

Petugas penyuluh adalah aparat pemerintah (PNS/Non PNS) yang

mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab melakukan kegiatan

penyuluhan, penggerakkan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan program BKR

serta kegiatan dalam program BKR tersebut. Petugas Lapangan yang ada di

Kecamatan Medan Deli sudah menunjukan respon dan sikap yang baik dalam

melakukan tugasnya untuk mengembangkan kegiatan BKR. Adanya pelatihan

yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

juga mendukung untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

penyuluh sehingga mereka dapat memberikan pemahaman kepada orang tua

tentang pentingnya kegiatan BKR.

Berdasarkan hasil paparan yang telah disampaikan oleh narasumber bahwa

kemampuan petugas penyuluh sebagian besar saat ini sudah memadai, hal ini

dilihat dari pengalaman selama bertugas, tingkat pendidikan yang menjadikan

pemahaman mereka dapat lebih berkembang ditambah lagi pemberian pelatihan

Page 95: Bkr

dan orientasi tentang Program BKR. Namun, hingga saat ini petugas penyuluh

belum dapat memberikan materi kepada orang tua maupun kader di setiap

kelurahan dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.

Hal ini disebabkan Sumber Daya Pelaksana yang terbatas dan tingkat kemampuan

petugas yang berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan kondisi dan

karakteristik masyarakat sehingga menjadikan program BKR belum optimal

dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan kader dan anggota BKR

belum meningkat dan Kader BKR juga merasa kurang puas dengan kegiatan BKR

ini sehingga menyebabkan mereka menjadi kurang aktif.

Selain kemampuan atau kompetensi petugas penyuluh dalam proses

adaptasi ini, terdapat juga kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan

untuk mendukung kelancaran dan pengembangan program sehingga dapat

membantu kelancaran kegiatan dan kenyamanan orang tua atau remaja sebagai

sasaran Program BKR untuk mengikuti kegiatan. Sarana dan prasarana adalah

segala sesuatu yang dapat dipakai dalam mencapai maksud atau tujuan program

sebagai unsur penunjang utama terselenggaranya suatu proses kegiatan yang

dilakukan.

Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.

Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2

Februari 2015, beliau mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang

digunakan dalam kegiatan BKR baru diberikan oleh BKKBN Pusat seperti Genre

KIT yaitu alat bantu penyuluhan seperti monopoli GENRE, bahas kasus dan

lembar balik. Jadi penyuluhan yang diberikan seperti permainan tujuannya agar

Page 96: Bkr

para orang tua tidak bosan. Tetapi alat ini baru diberikan dan pembagiannya

belum merata di setiap Kecamatan di Kota Medan. Sehingga pelaksanaan kegiatan

belum berjalan optimal. Sedangkan untuk penyediaan dukungan anggaran untuk

kegaiatan BKR ini ditampung dari APBD Kota Medan tetapi hanya untuk

kegiatan Pelatihan para petugas penyuluh dan kader.

Hasil wawancara kepada Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid

Pemberdayaan Keluarga juga membenarkan bahwa kelengkapan sarana dan

prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR masih kurang dan untuk saat ini

belum memadai. Sehingga belum mendukung kelancaran pelaksanan program

BKR. Sedangkan penyediaan dukungan anggaran dari APBD kota Medan

dialokasikan untuk pelaksaan pelatihan petugas dan kader saja. Kalau anggaran

untuk kelompok BKR sendiri tidak ada.

Hal ini yang menyebabkan pengembangan kegiatan kelompok BKR

menjadi terhambat dan kurang direspon oleh orang tua di lingkungan sekitar.

Untuk itu diperlukan perhatian dari para tokoh masyarakat maupun agama untuk

memberikan kontribusi agar pelaksanaan Program BKR dapat berjalan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator

PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, beliau mengatakan

bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR

untuk kelompok tidak ada sehingga belum dapat mendukung kelancaran kegiatan.

Untuk mengadakan penyuluhan dilakukan di kantor Lurah. Sementara dukungan

anggaran juga tidak ada. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan BKR untuk

Page 97: Bkr

membantu membeli makanan dan minuman anggarannya dari uang kas arisan dari

semua kader dan ibu-ibu PKK.

Hal ini juga dibenarkan oleh para Kader di Kecamatan Medan Deli yaitu

Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka

mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam

kegiatan program BKR tidak ada, sejauh ini hanya dilakukan di kantor Kelurahan.

Tetapi di Kelurahan Kota Bangun sudah diberi buku-buku materi BKR sementara

di Kelurahan Titi Papan ada kontibusi yang diberikan masyarakat berupa tempat

untuk melaksanakan kegiatan. Untuk membeli konsumsi pada saat kegiatan,

anggarannya dari uang kas kader-kader dan kontribusi PKK.

Berdasarkan hasil paparan yang disampaikan oleh narasumber di atas maka

dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjung

kelancaran kegiatan BKR di Kecamatan Medan Deli belum memadai dan tidak

ada dukungan penyediaan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR. Dalam

hal ini, sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan tempat, peralatan

dan anggaran yang dapat mendukung kelancaran kegiatan dalam Program BKR.

Dengan demikian proses adaptasi dalam program Bina Keluarga remaja

(BKR) belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan petugas

penyuluh yang sudah memadai juga belum dapat membuat pengetahuan orang tua

maupun kader meningkat dan didukung tidak adanya sarana dan prasara untuk

kelancaran kegiatan BKR.

Page 98: Bkr

C. Pembahasan Hasil Wawancara

1. Tercapainya tujuan program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Berdasarkan hasil wawancara dan didukung dengan data sekunder yang

diperoleh berupa dokumen database Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)

bahwa Kelompok BKR telah relatif lama dibentuk di Kecamatan Medan Deli

sebagai upaya dalam mengantisipasi meningkatnya kenakalan remaja yang

berujung pada penurunan kualitas hidup anak remaja. Namun, pelaksanaan

kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum berkembang. Hingga saat ini

sebagian besar kegiatan BKR di masing-masing Kelurahan telah dilakukan

pembentukan kelompok dan telah melaksanakan pemilihan Kader. Berarti

kegiatan BKR ini masih pada tahap awal dan belum ada perkembangan yang

signifikan.

Hal inilah yang menjadikan pengelolaan kegiatan BKR masih pada

stratifikasi dasar, belum memiliki pengembangan buku pedoman BKR dan tidak

memiliki media penyuluhan. Ini berarti tidak ada pemberian advokasi untuk

penumbuhan dan pengembangan BKR. Sehingga pencapaian tujuan dari program

BKR belum dapat dikatakan efektif. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan materi

yang telah dilakukan tidak rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan bahkan sebagian besar kelompok tidak ada melakukan diskusi kegiatan

di masing-masing kelurahan dan anggota kelompok yang terbentuk juga tidak

sebanding dengan jumlah keluarga yang memiliki remaja di Kelurahan tersebut.

Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli ini sama

seperti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kelurahan Kebun Roos,

Page 99: Bkr

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu berdasarkan pada penelitian yang

dihasilkan oleh Ella Lubis dkk (2013). Hasil penelitian ini menyebutkan “bahwa

pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada BKR Kelurahan Kebun

Roos, Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu tersebut belum dilaksanakan

dengan baik karena pembentukan kelompok BKR belum efektif, hal ini

disebabkan pada sosialisasi dan sumber dana masih sangat minim serta

peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR yang dilakukan

dengan orientasi juga belum berhasil membuat pengetahuan kader dan anggota

BKR juga meningkat.”

Sehingga kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum dapat

mewujudkan kualitas pelayanan kelompok BKR menuju kelompok BKR

Paripurna dan belum ada prestasi yang diraih oleh kelompok BKR di Kecamatan

Medan Deli baik tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.

2. Integrasi program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Belum tercapainya tujuan BKR yang optimal juga disebabkan karena

pengelola dan pelaksana kurang meleburkan diri kepada masyarakat untuk

melakukan pendekatan. Hal ini berarti proses integrasi program kepada

masyarakat melalui sosialisasi yang telah dilakukan Petugas Penyuluh KB di

Kecamatan Medan Deli belum dapat menarik para orang tua untuk bergabung dan

ikut menjadi anggota maupun Kader Bina Keluarga Remaja (BKR) walaupun

sudah dilakukan dengan cara pendekatan dan penyuluhan. Hal ini juga disebabkan

karena para orang tua memiliki akivitas masing-masing untuk mencari nafkah dan

Page 100: Bkr

bekerja. Selain itu, juga masih rendahnya sebagian besar kesedian dan

keikutsertaan para orang tua untuk mengembangkan Bina Keluarga Remaja

(BKR) di Kecamatan Medan Deli.

Adanya Upaya untuk mengembangkan Program BKR juga telah dilakukan

dengan bekerjasama pada organisasi pemerintah seperti Dinas Kesehatan, Dinas

Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga maupun organisasi lainnya seperti Tim

Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Ikatan Remaja

Masjid (IRMA).

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang

Pemberdayaan Keluarga juga selaku Pengelola Program Bina Keluarga Remaja

(BKR) mengatakan bahwa “dalam melakukan pendekatan kepada orang tua

diperlukan Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di

Kelurahan. Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum juga dapat menarik

para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Selain itu, juga diperlukan mitra

kerja sama dalam mempromosikan kegiatan BKR ini.”

Sehingga diperlukan strategi operasional dalam mengembangkan program

Bina Keluarga Remaja (BKR), diantaranya adalah :

a. Strategi pendekatan, yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan

sasaran yang terdiri dari orang tua, remaja, kelompok sebaya, tokoh

agama dan tokoh masyarakat.

b. Strategi pelembagaan, yaitu mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan

lain di lingkungan setempat.

Page 101: Bkr

c. Strategi pencapaian, yaitu mengintegrasikan kegiatan Bina Keluarga

Remaja (BKR) di lingkungan mitra yang bekerja sama dengan BKKBN.

3. Adaptasi program Bina Keluarga Remaja (BKR)

Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) sendiri telah cukup lama berdiri di

Kecamatan Medan Deli. Hal ini terlihat dari Surat Keputusan Lurah di masing-

masing Kelurahan diantaranya yaitu kelompok BKR Anggrek di Kelurahan Titi

Papan terbentuk pada tanggal 11 Mei 2011 (SK Lurah : 476/SK/962/2011),

kelompok BKR Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia terbentuk pada tanggal 16

November 2011 (SK Lurah : 449/SK/TM/V/2011), kelompok BKR Arimbi di

Kelurahan Kota Bangun terbentuk pada tanggal 1 Juni 2008 (SK Lurah :

476/08/KB/VI/2008), kelompok BKR Kamboja di Kelurahan Mabar terbentuk

pada tanggal 10 Januari 2012 (SK Lurah : 411/704/SK/III/2012) dan kelompok

BKR Mawar di Kelurahan Mabar Hilir terbentuk pada tanggal 15 Oktober 2012

(SK Lurah : 476/SK.303/2012).

Hal ini berarti kelompok BKR di masing-masing Kelurahan telah ada

selama tiga tahun, empat tahun dan bahkan tujuh tahun kelompok Bina Keluarga

Remaja (BKR) ini dibentuk. Seharusnya dalam kurun waktu yang relatif lama

seperti ini, pelaksanaan kegiatan juga dapat lebih dikembangkan dengan

memperbanyak materi maupun kegiatan diskusi. Namun, kenyataannya belum ada

satu pun kegiatan yang aktif hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

berfungsinya Program Bina Keluarga Remaja (BKR) sebagai salah satu wadah

dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua maupun remaja

Page 102: Bkr

tentang tumbuh kembang anak remaja. Keadaan ini juga disebabkan karena

kurangnya perhatian dan pengawasan Pengelola Program Bina Keluarga Remaja

(BKR) terhadap pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan

Medan Deli.

Minimnya pemahaman kelompok BKR ini dikarenakan belum

terlaksanannya penyuluhan materi bahkan sama sekali tidak ada materi yang

diberikan Petugas Lapangan tentang substansi BKR mengenai peran orang tua

dalam pembinaan anak remaja, kesehatan reproduksi remaja, penanaman nilai-

nilai moral pada remaja, HIV/AIDS dan keterampilan/kecakapan hidup anak

remaja. Sementara Pelatihan dan orientasi telah dilaksanakan oleh Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kepada pelaksana program

BKR yaitu Petugas Penyuluh Lapangan. Hal ini berarti Petugas Lapangan belum

menjalankan tugasnya dengan optimal walaupun ada upaya yang mereka lakukan

dalam pengembangan BKR. Sedangkan bagi Kader BKR di Kecamatan Medan

Deli belum ada yang diberikan pelatihan.

Keterbatasan anggaran juga menjadi kendala dalam melakukan

pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli. Dana untuk pelatihan

bagi kader sama sekali tidak ada sehingga pengetahuan kader masih sebatas

pengetahuan dasar. Hal ini menyebabkan tidak ada pihak yang dapat membantu

Petugas Lapangan dalam memberikan penyuluhan pada orang tua di lingkungan

sekitar. Karena kader BKR juga belum dibina dan diberi pelatihan. Sedangkan

dana bagi kegiatan pengembangan BKR dihasilkan dari uang swadaya dan

kontribusi para pihak terkait. Tidak ada bantuan dana maupun sarana dan

Page 103: Bkr

prasarana dalam mendukung kelancaran kegiatan BKR. Selain itu, kurangnya

Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kegiatan BKR juga menyebabkan

program ini tidak berjalan lancar. Terbatasnya jumlah kader BKR yang ada harus

menjadikan kader Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Kader Bina Keluarga Balita

(BKB) juga merangkap menjadi kader BKR. Tentu ini akan menyulitkan Kader

tersebut untuk fokus dalam menjalankan kegiatan BKR. Terlebih lagi Kader BKR

merupakan ibu rumah tangga yang juga memiliki kesibukan lain di luar kegiatan

BKR.

Terbatasnya sarana ruang kegiatan juga menjadi penghambat dalam

pengembangan kegiatan BKR sehingga pertemuan kegiatan BKR sering diadakan

di Kantor Kelurahan. Prasarana lain seperti buku-buku tentang materi BKR juga

tidak ada disediakan untuk kader sehingga program BKR yang dijadikan wadah

pusat informasi orang tua menjadi kurang maksimal.

Oleh karena itu, program BKR yang ada saat ini belum dapat menanamkan

pemahaman orang tua tentang substansi materi BKR yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman orang tua di

Kecamatan Medan Deli tentang pentingnya membina tumbuh kembang anak

remaja. Bagi remaja, pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyiapan

kehidupan berkeluarga juga belum ada diberikan. Padahal ini sangat penting

dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas. Selain itu, perlunya

mengintegrasikan kegiatan BKR pada anak remaja yang tergabung dalam kegiatan

remaja mesjid dan karang taruna juga dapat menjadikan kegiatan yang positif bagi

anak-anak remaja sehingga waktu yang mereka gunakan untuk berdiskusi dan

Page 104: Bkr

mengikuti kegiatan dapat bermafaat dan sebagai salah satu upaya untuk terhindar

dari perilaku menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba,

pernikahan dini dan kejahatan kriminalitas lainnya.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan

Deli sudah berjalan ini dibuktikan dari adanya kelompok BKR yang terbentuk,

prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok yang telah dibuat didasarkan aspek

legalitas, dan petugas pelaksana kegiatan program yang telah memiliki

kemampuan dan berkompeten.

Namun, untuk pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut

belum dapat dikatakan efektif. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan

tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, ini dibuktikan dari hasil

wawancara oleh kader-kader BKR bahwa “kegiatan BKR ini tidak rutin dilakukan

setiap bulan, misalnya bulan ini dilaksanakan dan bulan depan tidak ada

kegiatan”. Kemudian sasaran yang dijadikan target BKR juga belum memadai, hal

ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahan dan Pemberdayaan

Keluarga selaku pengawas dan sekaligus pengelola program BKR di Kota Medan

bahwa “jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum memadai, dan

harapan ke depannya juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap

lingkungan”.

Selain itu, belum berhasilnya proses sosialisasi yang dilakukan, belum

terlaksananya penyuluhan materi, terbatasnya SDM pelaksana dan terbatasnya

dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR juga menjadi faktor

Page 105: Bkr

kurang efektifnya pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini di

Kecamatan Medan Deli. Hal ini seperti yang disampaikan oleh para Kader BKR

di Kecamatan Medan Deli bahwa “pendekatan dalam sosialisasi hanya berupa

penyuluhan, tidak semua orang tua dan remaja paham, petugas juga belum

memberikan materi substansi kegiatan BKR. Pemberian materi tidak merata

dilakukan karena tenaga pengelola terbatas jadi harus bergiliran untuk membuat

kegiatan. Selain itu, tidak ada bantuan dana untuk membantu kegiatan ini, dana

berasal dari swadaya Kader dan pihak terkait.”

Oleh karena itu, pelaksanaan program BKR yang ada saat ini belum dapat

menghasilkan mutu yang baik sehingga efektivitasnya juga belum baik pula.

Untuk menghasilkan suatu program yang efektif maka diperlukan waktu

pencapaian program dan ketepatan sasaran yang diinginkan sehingga tercapainya

tujuan yang diinginkan, kejelasan dalam integrasi melalui prosedur pelaksana dan

sosialisasi program serta adaptasi melalui kemampuan petugas dan kelengkapan

sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan Duncan (dikutip M. Streers, 1985:53) yaitu untuk mengukur

efektivitas pelaksanaan program ada beberapa kriteria ukuran efektivitas yang

digunakan diantaranya yaitu tercapainya tujuan, integrasi dan adaptasi program.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada suatu harapan yang diinginkan

oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam

mengembangkan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu adanya komitmen

Pemerintah Kota dalam membantu menyediakan sumber dana dan sarana

prasarana untuk mengembangkan program-program kependudukan dan kepada

Page 106: Bkr

masyarakat untuk berpastisipasi bersama-sama membangun keluarga berwawasan

kependudukan, menanamkan dan menerapkan 8 (delapan) fungsi keluarga,

tercapainya keluarga sejahtera dan membangun moral serta sikap remaja melalui

keluarga dalam rangka mencapai “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”.

Page 107: Bkr

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penelitian dilakukan oleh peneliti tentang efektivitas pelaksanaan

program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli, maka penulis membuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program BKR yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli tidak

rutin dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

sebelumnya, kemudian sasaran program yang terbentuk dalam kelompok juga

belum memadai di setiap kelurahan bila dibandingkan dengan jumlah keluarga

yang mempunyai remaja di lingkungan sekitar. Hal ini membuat pencapaian

tujuan tidak tercapai secara efektif.

2. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam pembentukan kelompok sudah baik

sesuai dengan administrasi pelaksanaanya, hanya saja orang tua dan remaja

kurang aktif sementara sosialisasi yang diberikan juga sudah berjalan dengan

bentuk penyuluhan dan pendekatan kepada orang tua. Oleh karena itu,

diperlukan upaya mengembangkan kegiatan kelompok BKR ini dengan

memadukan kegiatan lain agar lebih efisien dan juga dibantu oleh stakeholder

maupun mitra kerja sama di lingkungan setempat.

3. Sebagian besar petugas penyuluh yang bertugas di setiap kelurahan di

Kecamatan Medan Deli sudah memadai, namun pemberian materi substansi

BKR belum dilakukan oleh petugas secara merata. Hal ini dikarenakan

Page 108: Bkr

terbatasnya jumlah SDM pengelola yang bertugas di kecamatan Medan Deli

dan tidak didukung oleh penyediaan anggaran dalam kegiatan BKR. Sehingga

pelaksanaan Program BKR belum berkembang dan belum berjalan lancar.

4. Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) belum dapat meningkatkan

pemahaman orang tua mengenai materi substansi Bina Keluarga Remaja

(BKR) termasuk pemahaman tentang tumbuh kembang remaja, reproduksi

remaja, dan penanaman nilai-nilai moral pada remaja. Sehingga belum dapat

menciptakan keluarga berwawasan kependudukan dan peningkatan keluarga

sejahtera. Sehingga efektivitas pelaksanaan proram Bina Keluarga Remaja

(BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di

Kecamatan Medan Deli dapat dikatakan kurang efektif, sehingga belum dapat

terlihat tingkat keberhasilan program BKR kepada orang tua atau remaja di

Kecamatan Medan Deli.

B. Saran

Saran adalah suatu masukan atau rekomendasi yang dibuat untuk

menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dimana saran sebagai maukan bagi

pihak terkait yang menjadi objek penelitian yang dilakukan peneliti pada waktu

yang akan datang.

1. Diharapkan petugas penyuluh dan mitra kerja berkoordinasi dengan kelompok

BKR untuk membuat kesepakatan tentang jadwal kegiatan BKR di masing-

masing Kelurahan. Sehingga para petugas maupun orang tua dapat mengatur

waktunya untuk hadir dalam pelaksanaan kegiatan BKR. Oleh karena itu,

Page 109: Bkr

kegiatan ini dapat terlaksana rutin setiap bulannya. Dan diharapkan pula

keterlibatan serta partisipasi orang tua untuk mengembangkan kegiatan BKR

yang telah dicanangkan oleh BKKBN dengan maksud dan tujuan agar para

orang tua dapat mendidik dan membina anak remaja dengan benar,

meningkatkan keharmonisan keluarga dan membentuk keluarga yang

berwawasan kependudukan.

2. Diharapkan pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan dapat lebih menarik minat

orang tua untuk mengetahui lebih jauh tentang Program BKR ini dengan

membuat spanduk, brosur dan gambar-gambar. Selain itu, pendekatan yang

yang dilakukan oleh pengelola dan pelaksana sebaiknya ditunjukkan dengan

sikap peduli, ramah dan terbuka sehingga para orang tua pun tertarik untuk

mengikuti kegiatan BKR dan jumlah Kader yang ada dapat bertambah dengan

diberikan pelatihan agar dapat membantu Petugas Penyuluh dalam

mengembangkan BKR.

3. Kompetensi petugas juga diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan

pelatihan dan orientasi yang sebaiknya juga rutin dilakukan oleh Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) untuk

mengembangkan program tersebut di Kecamatan Medan Deli. Bagi Pemerintah

Kota Medan diharapkan komitmen dan perhatiannya untuk menyediakan

dukungan anggaran dan mengupayakan tersedianya ruang kegiatan bagi

kelompok BKR agar kegiatan dalam Program ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Dengan adanya tujuan Bina Keluarga Remaja (BKR) diharapkan setiap

kalangan dapat memahami apa yang diinginkan dan menjadi target dari

Page 110: Bkr

lembaga BKKBN dan Badan PPKB sebagai institusi pelaksananya. Sehingga

program ini dapat berjalan efektif dan diterima di kalangan masyarakat dengan

tujuan membangun moral, sikap dan perilaku remaja melalui 8 fungsi keluarga

yang patut diterapkan orang tua dalam keluarga.