Bab 1-5 Laporan Kp Bkr

download Bab 1-5 Laporan Kp Bkr

of 42

Transcript of Bab 1-5 Laporan Kp Bkr

  • 1

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    AMP (Asphalt Mixing Plant)/Unit Produksi Campuran Beraspal adalah

    seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,

    dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal

    panas yang memenuhi persyaratan tertentu

    AMP (Asphalt Mixing Plant) dapat terletak di lokasi yang permanen atau

    berpindah dari satu tempat ke tempat lain. AMP (Asphalt Mixing Plant) yang

    digunakan pada PT.Bahtera Karang Raya adalah jenis permanen atau tetap dan

    mempunyai kapasitas yang lebih besar dari 800 kg/batch. Apabila ditinjau dari

    jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai

    jenis AMP (Asphalt Mixing Plant) yaitu:

    a) AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran (batch plant)

    b) AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis drum pencampur (drum mix)

    Namun secara umum kebanyakan AMP (Asphalt Mixing Plant)

    dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur.

    Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan ialah AMP (Asphalt Mixing

    Plant) jenis takaran. Perbedaan utama dari AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis

    timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya.

  • 2

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis timbangan komposisi bahan dalam

    campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan. Proses

    pencampuran campuran beraspal pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran

    dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan

    aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran

    Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur (mixer/pugmill) dalam waktu

    tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk

    menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga

    aliran material ke masing-masing bin pada bin panas menjadi lancar dan

    berimbang.

    Sedangkan pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis pencampur drum

    komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing

    bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan

    waktu. Cara kerjanya pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis pencampur drum,

    agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau

    di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan

    dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal

    ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.

    Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP (Asphalt Mixing

    Plant) tersebut adalah; AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran dilengkapi

    saringan panas (Hot Screen), Bin panas (Hot Bin), timbangan (weight hopper) dan

    pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis

  • 3

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP

    (Asphalt Mixing Plant) tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama

    dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.

    Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP (Asphalt Mixing Plant), tujuan

    dasarnya adalah sama yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang

    mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan

    spesifikasi.

    Bagian-bagian AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis timbangan adalah:

    1. Bin dingin (Cold Bin)

    2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (Cold Feed Gate)

    3. Sistem pemasok agregat dingin (Cold Elevator)

    4. Pengering (Dryer)

    5. Pengumpul debu (Dust Collector)

    6. Cerobong pembuangan (Exhaust Stack)

    7. Sistem pemasok agregat panas (Hot Elevator)

    8. Unit ayakan panas (Hot Screening Unit)

    9. Bin panas (Hot Bins)

    10. Timbangan Agregat (Weigh Box)

    11. Pencampur (Mixer/Pugmill)

    12. Penyimpanan bahan pengisi (Mineral Filler Storage)

    13. Tangki aspal (Hot Asphalt Storage)

    14. Sistem penimbangan aspal (Aspal Weigh Bucket)

  • 4

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    1.2 Maksud Dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

    1. Dengan adanya kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa akan

    menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang nyata sehingga

    apa yang didapatkan di bangku perkuliahan dapat diaplikasikan di

    lapangan.

    2. Untuk mengenal langsung proses produksi dalam suatu perusahaan,

    PT. Bahtera Karang Raya

    3. Agar terjalin hubungan timbal balik antara dunia pendidikan dan

    instansi/ lapangan usaha.

    4. Membiasakan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah dan melakukan

    penelitian.

    5. Sebagai perbandingan antara apa yang telah didapatkan di bangku

    kuliah dengan kenyataan di lapangan (melihat implementasi di

    lapangan).

    1.3 Pembatasan Masalah

    Ruang lingkup kegiatan kerja praktek yang dilakukan pada perusahaan

    AMP (Aspal Mixing Plant) ini adalah untuk mengetahui kegiatan operasi proses

    produksi yang berhubungan dengan produksi aspal sebagai bahan perkerjaan

    konstruksi, maka dalam hal ini perlu diadakan pembatasan masalah sebagai

    berikut:

  • 5

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    1. Bahan baku aspal yang digunakan adalah bahan yang diperoleh dari

    pertamina dan sumbersumber lainya yang komposisinya telah ditetapkan

    oleh perusahaan yang mengeluarkan produk tersebut (pembatasan masalah

    penulis tidak membahas proses produksi aspal, penulis hanya

    menggunakan, dan memodifikasi, kalaupun ada hanya sebatas tinjauan

    umum saja untuk kelengkapan laporan ini).

    2. Studi yang dilakukan adalah di mulai dari alatalat, tempat penyimpanan

    bahan mentah sampai dengan proses produksi (pembatasan dilakukan

    hanya dari segi tempat penampungan bahan mentah sampai proses

    produksi).

    3. Kerja praktek dimulai dari (mempelajari) proses penghasil agergat pada

    unit Ston Crusher, selanjutnya menuju tempat penyimpanan dan

    pemprosesan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi pada AMP (Asphalt

    Mixing Plant).

    4. Faktor-faktor sosial ekonomi serta aspek manajemen dianggap tidak ada

    karena diluar jangkauan pembahasan, kalaupun ada hanya bersifat tinjauan

    umum untuk kelengkapan laporan ini.

  • 6

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    BAB 2

    TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN

    2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

    Ditengah kemajuan teknologi pembangunan, usaha yang tak pernah

    diabaikan untuk mendukung dan mutlak diperlukan adalah usaha jasa konstruksi.

    Melihat kondisi tersebut merupakan peluang untuk memberikan peran keahlian

    yang diwujudkan dengan mendirikan perusahaan Jasa Konstruksi yang bernama

    PT. Bahtera Karang Raya, yang diharapkan mampu berpartisipasi untuk

    mengembangkan potensi daerah dalam rangka mewujukan pembangunan.

    PT. Bahtera Karang Raya yang berdiri pada tahun 1996 ini memulai usaha

    dengan menggabungkan berbagai tenaga ahli yang berkecimpung dalam jasa

    konstruksi, menyajikan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan tersendiri

    bagi setiap yang dilayani baik Badan Usaha Swasta, Pribadi, Investor Asing,

    APBN (Angaran Pendapatan dan Belanja Negara) maupun APBD (Angaran

    Pendapatan Belanja Daerah). Wahana profesional yang dilayani adalah bidang

    Infrastruktur dan Building Construction yang didukung dengan peralatan yang

    lengkap serta tenagatenaga ahli yang dimiliki, berharap bisa memberikan

    pelayanan maksimal dalam hal mutu dan waktu pelaksanaan dengan biaya yang

    terkendali dan wajar.

  • 7

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    PT. Bahtera Karang Raya adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh

    pengusaha bernama Tuan Haji Ibnu Zakwan pada tahun 1996. PT. Bahtera Karang

    Raya berlokasi di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru Kabupaten

    Aceh Tamiang dengan luas lahan 2 Hektar.

    Kegiatan usaha perseroan :

    a. Menjalankan usahausaha pemborong (kontraktor) bangunan, jalan,

    jembatan, irigasi, parit, pembangunan, pemasangan instalasi, jaringan,

    distribusi, baik air minum, listrik, gas, dan telekomunikasi meliputi

    baik pekerjaan sipil, elektrikal, maupun mekanikal

    b. Menjalankan usaha Real Estate, berupa pembangunan perumahan,

    apartemen, kapling-kapling, siap bangun dan gedung-gedung berikut

    pemasaranya

    c. Mengusahakan perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan atau

    pertambakan.

    d. Menjalankan usahausaha dalam bidang industri antara lain industri

    pengolahan hasilhasil bumi dan hasil laut

    e. Mengusahakan percetakan Offset penjilitan dan penerbitan

    f. Menjalankan usaha dibindang konstruksi dan bertindak sebagai biro

    jasa arsitek, jasa konsultan bagunan, jasa perencanaan, Interior dan

    Eksterior Desainer (tidak termasuk jasa dibidang hukum dan pajak)

    g. Menjalankan perdagangan umum termasuk Impor dan Ekspor, dengan

    Interinsuler dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk

  • 8

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    perhitungan orang atau badan lainya atas dasar komisi atau secara

    amanat dan juga bertindak sebagai Inverensi/Supplier, grosir dan distri

    butor.

    h. Berusaha sebagai perwakilan atau peragenan dari perusahaan

    perusahaan atau badan hukum lain, baik dari dalam maupun dari luar

    negeri baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk perhitungan pihak

    lain secara komisi.

    proyek yang telah ditangani:

    1. Pembangunan Jalan Lintas Timur, Batas Kota Langsa, Batas Sumut.

    2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Tanjung MinjeiMeunasah Asan

    3. Prasarana Dasar Pemukiman Kawasan Siap Huni Desa Lhok Seuntang

    4. Pembangunan dan Relokasi Puskesmas Tamiang Hulu Aceh Tamiang

    5. Pembangunan Jalan Kota Langsa (Pelebaran 2 Jalur)

    6. Pembangunan Jalan Kuala Simpangbatas Sumut

    Perusahana ini masih berjalan sampai pada saat ini yang masa sekarang

    masih dipimpin oleh dirut utama yaitu bapak Haji Ibnu Zakwan dan dirutnya di

    pegang oleh anandanya yaitu M. Ichsan, perusahaan ini kini telah memiliki

    cabang dibeberapa tempat di Aceh khususnya.

  • 9

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    2.2 Lokasi dan Area Kerja

    Secara geografis lokasi PT. Bahtera Karang Raya terletak di daerah Aceh

    Tamiang yaitu di Desa Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru, lokasi ini

    terletak bersebelahan dengan pinggiran aliran Sungai Tamiang.

    Area produksi penghasil bahan dasar berupa batubatu alam yang

    diperoleh dari Exploitasi dan Eksplorasi barang tambang yang diperoleh dari

    beberapa daerah diantaranya, Sungai Pulau Tiga dan Sungai Aceh Tamiang.

    2.3 Organisasi Dan Manajemen Perusahaan

    Struktur organisasi bertujuan untuk mengatasi tugas, pemberian tanggung

    jawab dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi untuk mencapai

    tujuan. Strukrur organisasi di PT. Bahtera Karang Raya berupa struktur garis.

    dimana sebagi pemimpin tertinggi adalah direktur utama bertanggung jawab

    langsung dengan bidang proyek maupun peroses produksi perusahaan dalam

    pelaksanaannya direktur utama dibantu oleh seorang manager didalamya.

  • 10

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    BAB 3

    URAIAN PROSES PRODUKSI AMP (ASPHALT MIXING PLANT)

    Pada bab ini penulis akan membahas uraian proses produksi aspal sebagai

    bahan perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plant secara ringkas dan

    keseluruhan dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan

    jadi selama melakukan kerja praktek di PT.Bahtera Karang Raya Aceh Tamiang.

    3.1 Uraian Proses Pembuatan Aspal Beton Pada Asphalt Mixing Plant

    Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada Gambar 3.1

    Gambar 3.1 Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.

  • 11

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    3.2 Persiapan Bahan Baku

    3.2.1 Bahan Baku Batu Pecah/Agregat.

    Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan

    perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-

    batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya,

    kemudian batubatuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone

    Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan.

    dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia)

    tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2,

    inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk

    dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku

    untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant).

    Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar 3.2

    Gambar 3.2 Agregat

  • 12

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    3.2.2 Bahan Baku Aspal

    Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat

    yang satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi

    satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang

    digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi.

    diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal

    emulsi dapat dilihat pada Gambar 3.3.

    Gambar 3.3 Aspal Emulsi

    3.2.3 Filler.

    Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat

    dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan

    aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat

    pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu

    kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang

    yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang

  • 13

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji

    dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus

    mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %

    terhadap beratnya.

    Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada

    aspal dapat dilihat pada Gambar 3.4.

    Gambar 3.4 Filler

    3.3 Bin dingin

    Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari

    tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam

    memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal

    Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar,

    agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3

    sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi

    tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga

  • 14

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja

    (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan

    demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin

    harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing

    bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih

    yang dapat berakibat tercampurnya agregat.

    Bin dingin (cool bin) yang digunakan pada PT. Bahtera karang raya dapat

    dilihat pada Gambar 3.5.

    Gambar 3.5 Bin Dingin (cool bin)

    3.4 Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer

    Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit

    stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang

    sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju

    dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer

    tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin

  • 15

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses

    pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen

    yang berputar dengan suhu 1500

    C proses pembakaran dengan menggunakan

    bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama 45 detik dengan

    kapasitas 80 ton/jam.

    Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar

    diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

    a. Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan.

    Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari

    pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih

    (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).

    b. Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap

    yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran

    berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak

    sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah,

    pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam

    terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-

    pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.

    c. Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu

    dilakukan pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya,

    kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat

    tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan

  • 16

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan

    menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga campuran beraspal

    berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada pada PT.

    Bahtera Karang Raya dapat dilihat pada Gambar 3.6

    Gambar 3.6 Unit Dryer

    3.5 Pengumpul Debu (dust collector)

    Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat

    pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas

    buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas

    pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu

    yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan

    ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di

    sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang

    digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust

    collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga

    partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari

  • 17

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak

    air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan

    jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang

    tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak

    diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer).

    Gamabr Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar 3.7.

    Gambar 3.7 Pengumpul Debu (dust collector)

    3.6 Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen

    Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer

    selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan

    pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara

    gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring

    agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya

    masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi

  • 18

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah

    disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin

    guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.

    Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran

    yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran

    butir agregat maksimum 19 mm adalah :

    1. Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya

    lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuang.

    2. Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat

    antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.

    3. Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara

    9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.

    4. Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara

    4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang

    lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.

    Alat hot screen dapat dilihat pada gambar 3.8.

    Gambar 3.8 Hot Screen

  • 19

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    3.7 Bin panas (hot bin)

    Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran

    (batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4

    bin yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh

    berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung

    agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui

    unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran

    pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat

    dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan

    kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat

    halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan

    jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi

    agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200.

    3.8 Timbangan

    Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah

    masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses

    penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan

    digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat

    biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan

    berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/

    tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.

  • 20

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat

    perhatian antara lain sebagai berikut :

    1. Kalibrasi timbangan.

    2. Weigh box tergantung bebas.

    3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

    Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar 3.9

    Gambar 3.9 Timbangan

    3.9 Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.

    Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara

    terperinci pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses

    pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

    3.10 Proses Akhir Mixer

    Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah

    dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang

    diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin

    panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.

  • 21

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara

    agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu 1500C cara pengadukan dilakukan

    dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama

    pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik

    setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan

    dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan

    yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal

    beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu 1500C dan setiap jamnya

    suhunya akan berkurang 2.5 - 50C.

    Alat mixer dapat dililat pada Gambar 3.10

    Gambar 3.10 Mixer

  • 22

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    3.11 Tenaga penggerak (genset)

    Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-

    komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset.

    Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau

    kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup

    untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta

    peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk

    penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup

    untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan.

    Genset yang dipergunakan pada unit aspal mixing plant dapat

    dilihat pada Gambar 3.11

    Gambar 3.11 Tenaga Penggerak (genset)

  • 23

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    BAB 4

    TUGAS KHUSUS

    Dalam melaksanakan kerja praktek di PT. Bahtra Karang Raya praktikan

    diberi tugas khusus yaitu ; Proses Pemanasan Aspal Padat Dengan Boiler Fire

    Tube. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui proses, sistem kerja, dan

    alat-alat instrument pada AMP (Asphalt Mixing Plant) untuk memproduksi aspal

    sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan. Pada tugas ini, praktikan mengambil

    objek pada sistem pemanasan aspal padat dengan boiler pada AMP (Asphalt

    Mixing Plant).

    4.1 Metodologi Tugas Khusus

    Metode yang diterapkan dalam melaksanakan kerja praktek adalah :

    1. Masa orientasi, yaitu pengarahan dan penjelasan secara umum tentang

    proses produksi.

    2. Meninjau ke unit-unit produksi AMP (Aspal Mixing Plant) dan unit stone

    crusher plan

    3. Wawancara dengan kepala jasa staf, operator, dan pekerja serta

    pengumpulan data-data dan literatur yang berkenaan dengan tugas khusus.

    4. Penyelesaian tugas khusus sesuai dengan bimbingan dan arahan dari dosen

    pembimbing.

  • 24

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    4.2 Aspal

    4.2.1 Pengertian Aspal

    Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua Pada temperatur

    ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dipanaskan sampai temperatur

    tertentu dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat

    pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau dapat masuk ke dalam pori-pori

    yang ada pada penyemprotan/penyiraman pada perkerasan macam dan atau

    pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat

    agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Hidrocarbon adalah bahan dasar

    utama dari aspal yang umumnya disebut bitumen, sehingga aspal sering juga

    disebut bitumen. Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan

    lentur, (Sukirman, 2003). Aspal merupakan komponen kecil, umumnya 4 10 %

    dari berat campuran atau 10 15% berdasarkan volume campuran, tetapi

    merupakan komponen yang relatif mahal. Aspal umumnya berasal dari salah satu

    hasil destilasi minyak bumi (Aspal Minyak) dan bahan alami (Aspal Alam). Aspal

    minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan

    memberikan lapisan kedap air serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan

    garam, sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur aspal akan menjadi kaku

    dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang

  • 25

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    4.2.2 Jenis Aspal Berdasarkan Cara Mendapatkannya

    1. Aspal Alam :

    a. Aspal Gunung (Rock Asphalt)

    contoh : Aspal P. Buton

    b. Aspal Danau (Lake Asphalt)

    contoh: Aspal Bermudez, Trinidad

    2. Aspal Buatan :

    a. Aspal Minyah

    Merupakan hasil destilasi minyak bumi

    b. Tar

    Merupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu (tidak umum

    dugunakan, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun)

  • 26

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    4.2.3 Klasifikasi Aspal Minyak

    Klasifikalsi aspal minyak dapat dilihat pada Gambar 4.1

    Gambar 4.1 Klasifikasi Aspal Minyak

    Aspal

    Minyak

    Berdasarkan

    bentuknya

    Berdasarkan jenis

    bahan dasarnya

    - Aspal dingin / Cair

    (Cut Back Asphalt)

    Aspal yang digunakan dalam

    keadaan dingin dan cair, pada

    suhu ruang berbentuk cair

    - Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

    Aspal yang digunakan dalam

    keadaan panas dan cair, pada

    suhu ruang berbentuk padat

    - Mixed base crude oil

    Bahan dasar campuran

    asphaltic dan parafin

    - Parafin base crude oil Bahan dasar dominan parafin

    - Asphaltic base crude

    oil

    Bahan dasar dominan aspaltic

    - Aspal emulsi (emulsion

    asphalt)

    Aspal yang disediakan dalam

    bentuk emulsi dan digunakan

    dalam kondisi dingin dan cair

  • 27

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    4.2.4 Komposisi Aspal

    1. Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangat komplek sangat

    sukar memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut

    2. Secara umum komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan

    maltenes

    3. Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang

    tidak larut dalam heptane.

    4. Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils, dan

    larut dalam heptanes

    5. Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang

    memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah

    hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Oils adalah media

    dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda

    6. Proporsi dari asphaltenes, resin, oils berbeda tergantung dari banyak

    faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan

    ketebalan aspal dalam campuran.

    7. Aspal secara kimia terdiri dari

    a. Aromat.

    b. Parafin.

  • 28

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    c. Alefine

    a) Parafine merupakan rangkaian hidrocarbon yang

    jenuh bercabang

    CH3 CH2 CH CH2 CH2

    |

    CH3

    b) Olefine merupakan rangkaian hidrocarbon yang tak

    jenuh

    CH3 CH = CH2

    4.2.5 Sifat Kimia Dan Sifat Fisik Aspal Saling Berhubungan

    Sifatsifat kimia dan sifat fisik aspal dapat dilihat pada table 4.1

    Tabel 4.1 sifat-sifat kimia dan fisik

    Sifat Kimia Sifat Fisik

    Kelekatan Base on Aromat Base on Resin

    Durabulity (daya tahan) Base on Parafin Base on Ikatan Maltene

    Kepekaan terhadap suhu Base on Parafin Base on Maltene

    1. Sifat aspal minyak juga dipengaruhi minyak mentah penyusunnya

  • 29

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    2. Sifat Parafinic base crude oil :

    a. Mudah teroksidasi

    b. Pada suhu panas, leleh dan pada suhu rendah mengeras dan rapuh

    c. Adhesi kecil

    d. Dactilitas kecil

    3. Sifat sifat seperti parafin base crude oil tidak diingini pada konstruksi

    jalan

    4. Sifat asphaltene base crude oil bertolak belakang dengan sifat parafinic

    crude oil, dan hal ini menguntungkan untuk dipakai pada konstruksi jalan.

    4.2.6 Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan

    Fungsi aspal dalam pekerjaan perkerasan jalan adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai Bahan Pengikat:

    Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara

    aspal itu sendiri

    2. Bahan Pengisi.

    Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada antara

    agregat itu sendiri.

    4.2.7 Sifat Sifat Aspal

    Sifat sifat aspal pada dasarnya adalah sebagai berikut:

  • 30

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    1. Sifat aspal adalah coloidal antara asphaltens dengan maltene.

    2. Daya tahan (durabilitas)

    Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat

    asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan.

    3. Sifat Adhesi dan Kohesi.

    Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga

    dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal, Kohesi

    adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap

    pada tempatnya setelah terjadi pengikatan..

    4. Kepekaan terhadap temperatur.

    Aspal merupakan bahan yang termoplastis, artinya akan menjadi keras

    dan kental jika temperatur rendah dan menjadi cair (lunak) jika

    temperatur tinggi. Akibat perubahan temperatur ini viscositas aspal

    akan berubah seiring dengan perubahan elastisitas aspal tersebut. oleh

    sebab itu aspal juga disebut bahan yang bersifat viskoelastis,

    Kepekaan terhadap suhu perlu diketahui untuk dapat ditentukan suhu

    yang baik campuran aspal di campur dan dipadatkan.

  • 31

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    5. Kekerasan Aspal.

    Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal

    pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat

    sehingga agregat dilapisi aspal. Pada proses pelaksanaan terjadi

    oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas (Viskositas

    bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah masa

    pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan

    polimerisasi yang besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti

    agregat. Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat,

    semakin tinggi tingkat kerapuhan yang terjadi.

    4.2.8 Pengertian Boiler.

    Pada dasarnya dan kebanyakan boiler adalah bejana tertutup dimana panas

    pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau

    steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke

    suatu proses. Dan pembakaran/proses pemanasan pada boiler bisa dari gas,

    minyak bumi, atau bahan alam lainya (UNEP, (2006). Pada AMP (Asphalt Mixing

    Plant) PT. Bahtera Karang Raya boiler yang digunakan ialah bukan untuk

    menghasilkan uap/steam, tetapi boiler dimanfaatkan untuk pemanasan aspal padat

    yang telah beku pada temperatur ruang untuk dicairkan kembali guna untuk

    diproses dalam pembuatan aspal beton yang digunakan sebagi bahan

  • 32

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    perekat/pengikat agregat, jenis boiler yang digunakan adalah Boiler jenis Fire

    Tube.

    4.3 Pembahasan

    4.3.1 Boiler

    Boiler Fire Tube adalah salah satu boiler yang digunakan dalam

    perindustrian, Cara kerjanya boiler fire tube adalah proses pengapian terjadi di

    dalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan dihantarkan langsung ke dalam

    boiler yang berisi aspal. Besar dan konstruksi boiler mempengaruhi cepat rambat

    panas yang dihasilkan boiler tersebut untuk memanaskan aspal. Boiler tipe Fire

    Tube dapat dilihat pada Gambar 4.2.

    Gambar 4.2 Boiler Tipe Fire Tube

  • 33

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Spesifikasi:

    a) BOILER

    Tipe boiler : Fire tube

    Dimension body : 260 x 170 x 240 cm

    Volume : 10.6 m3

    Diameter pipa luar : 10

    Diameter pipa dalam : 9.5

    Panjang pipa : 6 m

    Jenis besi : Carbon steel ST-32

    b) BLOWER BURNER.

    Nama : Blower burner

    Kegunaan : Penyuplai panas

    Merek : Tenco

    Jenis motor : Dua phasa motor induksi

    Kekuatan motor : 7 Hp (horse power) Tenaga kuda

    Rpm : 3000 Rpm

    Berdasarkan bahan bakar yang digunakan tipe boiler oil fuel bahan bakar

    cair memiliki karakteristik yaitu harga bahan baku pembakaran paling mahal

    dibandingkan dengan semua tipe. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika

    dbandingkan dengan boiler bahan bakar padat dan listrik. Cara kerja boiler oil

    fuel: pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar

    cair (solar) dengan oksigen dan sumber panas.

  • 34

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Di sini pembakaran pencampuran bahan bakar dengan solar adalah dengan

    menggunakan blower burner yang menginjeksikan udara dan bahan bakar minyak

    dengan perbandingan 1:12 ke dalam pipa boiler. Kemudian panas yag diterima

    boiler ditransfer pada aspal padat yang beku sehingga mencair, proses pemanasan

    aspal dengan boiler ini memerlukan waktu 5 jam pemanasan sampai dengan

    mencapai suhu 150oC. tujuan utama dipanaskan pada suhu ini adalah mengubah

    fasa padat aspal menjadi fasa cair, memisahkan kandungan kotoran yang terlarut

    dalam aspal dengan cara pengendapan dan penguapan, mengetahui kadar residu

    pada destilasi, mengetahui kadar minyak hasil penyulingan.

    Aliran proses pencampuran aspal dari boiler dapat di lihat pada

    gambar 4.3

    Gambar 4.3 Aliran Proses Pencampuran Aspal

    Timbangan

    mixer

    switch Pompa

    sirkula

    si

    Boiler

    1

    Boiler

    2

  • 35

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengoprasian boiler antara lain:

    1. Suhu dari boiler harus selalu dikontrol agar tetap konstan

    2. Pengaturan/penyetelan blower burner agar terjadi proses pencampuran

    bahan bakar dengan udara yang sehomogen, sehingga terjadi

    pembakaran yang sempurna dan menghasilkan energi panas/ calor

    yang efisien.

    3. Keadaan ruang boiler selama proses pembakaran tidak boleh

    kosong/kekurangan bahan baku, karena akan mengakibatkan pecahnya

    pipa boiler yang disebabkan oleh panas yang tinggi.

    4. Aspal panas yang ada didalam boiler harus tetap terjaga agar jangan

    sampai kemasukan air didalamnya karena akan mengakibatkan aspal

    akan memuai dan tumpah keluar secara tiba-tiba.

    5. Pemasangan pipa pompa aspal tidak boleh terlalau kandas kedasar

    bawah permukaan boiler, minimal setengah dari diameter pipa boiler.

    6. Kotoran-kotoran atau endapan harus segera dikelurkan dari dasar

    boiler agar tidak terjadi penyumbatan pada pompa sirkulasi.

    Setelah aspal benarbenar mencair aspal tersebut siap untuk di gunakan

    sebagai bahan pencampuran pembuatan aspal sebagai pengikat atara

  • 36

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    agregat/bahan dasar aspal. Dengan perbandingan pencampuran aspal 4 10% dari

    campuran atau 10 15% pada volume campuran.

    4.3.2 Tangki Aspal (Asphalt Storage)

    Tangki aspal pada AMP harus cukup besar sehingga dapat menampung

    aspal yang memenuhi kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, dan aspal yang

    terdapat di dalamnya dapat dengan mudah terlihat. Pada AMP terdapat beberapa

    tangki aspal yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Tangki pertama

    mempunyai fungsi menampung aspal yang baru datang dari pemasok, dan tangki

    lainnya mempunyai fungsi untuk menampung aspal yang telah dipanaskan dan

    siap untuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill).

    Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometric yang telah

    dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol. Aspal harus

    cukup cair untuk dapat dialirkan dengan baik, oleh karena itu diperlukan pemanas

    aspal (boiler). Aspal yang digunakan adalah aspal dengan pen 60-70, atau aspal

    pen 80-100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 100 yang sesui dengan

    standar SNI (Standar Nasional Indonesia).

    Persyaratan aspal yang digunakan sesuai dengan SNI ( Standar Nasional

    Indonesia ) dapat dilihat pada table 4.2

  • 37

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Table 4.2 Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat

    No Sifat Metode Satuan Batasan

    Pengujian pada Aspal Emulsi

    1 Viskositas Saybolt Furol pada 50oC SNI 03-6721-2002 Detik 20 100

    2 Pengendapan dalam 5 hari ASTM 244 % berat Maks. 5

    3 Stabilitas Penyimpanan dalam 24

    jam

    ASTM 244 % berat Maks. 1

    4 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks. 0,1

    5 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positf

    6 Kemampuan mengemulsi kembali ASTM D244 % berat Min. 30

    7 Kadar residu dengan destilasi SNI 03-3642-1994 % berat Min. 60

    8 Minyak hasil penyulingan SNI 06-2440-1991 % volume Maks. 3

    Pengujian pada Residu Hasil Penguapan

    9 Titik lembek Cincin & Bola SNI 06-2434-1991 oC Min. 45

    10 Penetrasi SNI 06-2456-1991 0,1 mm 100 200

    11 Daktilitas SNI 06-2432-1991 cm Min. 50

    12 Kelarutan dalam Tricloroethylene AASHTO T44-90 % berat Min. 97.5

    Persyaratan aspal yang digunakan sesuai dengan SNI (Standar Nasional

    Indonesia) untuk aspal keras penetrasi 60/70 dapat dilihat pada tabel 4.3

    Table 4.3 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70

    Jenis pemeriksaan Penetrasi 60/70

    Satuan

    min max

    Penetrasi (25oC, 100gr, 5 det) 60 79 0,1 mm

  • 38

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Titik Lembek (ring ball) 48 58 0C

    Titik nyala Cleaveland >200

    >225

    oC

    Daktilitas (25OC, 5 cm/menit >100 >100 cm

    Kelarutan dalam CC14 14 14 %

    Kehilangan Berat, 160oC, 5 jam - 0,8 %

    penetrasi setelah kehilangan berat 54 - % semula

    Berat jenis(25oC) 1 - gr/cc

    4.3.3 Timbangan Aspal (Asphalt Weight Hopper)

    Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang

    ditentukan berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas dialirkan melalui

    pipa pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai dengan yang dibutuhkan sebelum

    dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Tipikal aliran aspal dan

    pengukuran aspal dapat dilihat pada Gambar 4.4. Kuantitas aspal yang dialirkan

    ke dalam pencampur (mixer) harus selalu diamati dan secara berkala

    timbangannya dikalibrasi, sehingga diperoleh jumlah aspal yang tepat dengan

    toleransi sesuai dengan spesifikasi.

  • 39

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    Gambar 4.4 Tipikal Penimbangan Dan Aliran Aspal

    Selanjutnya Proses pencampuran aspal pada mixer plan aspal dipompa melalui

    pompa sirkulasi aspal menuju timbangan tujuannya adalah untuk menenukan

    campuran aspal yang sesuai dengan yang diinginkan apabila aspal tidak sesuai

    dengan komposisi yang di tentukan maka akan mendapatkan hasil akhir berupa

    aspal yang cepat rusak karena kekurangan campran aspal pada agregat atau aspal

    terlalu banyak dari agerga dan sulit membeku malah sungkar mencair sehingga

    dapat mempersingkat usia kontruksi yang dikerjakan.

  • 40

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan AMP (Aspal mixing plant) unit proses pemanasan

    aspal padat pada boiler fire tube, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    a. Aspal pada AMP (Aspal mixing plant) ini adalah aspal yang

    diperoleh dari produsen aspal dan hanya menggunakan dan

    memodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

    b. Berdasarkan analisa pratikan kerja praktek dapat disimpulkan

    bahwa AMP (Aspal mixing plant) ialah unit proses produksi

    memcampurkan aspal dengan batubatuan sebagai bahan untuk

    perkerasan konstruksi jalan dan lainya dengan komposisi-

    komposisi tertentu dengan cara penimbangan material.

    c. Bahan dasar batu batu pembuatan aspal jalan disortir dahulu, bagi

    batu yang besar disostir direngkah (dipecahkan) terlebih dahulu

    dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu AC-BASE (asphalt

    concrete - Base), AC-BC (asphalt concrete Binder course) dan

    AC-WC (asphalt concrete - Wearing Course).

    d. Unit AMP (Aspal Mixing Plant) terdiri dari unit AMP (Aspal

    Mixing Plant) yaitu unit untuk pencampuran aspal dengan bahan

    dasar agergat dan unit stone crusher yaitu suatu unit yang berfungsi

  • 41

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    penyedia bahan baku/agergat batu pecah sebagai bahan campuran

    aspal.

    e. Bahan dasar agregat diperoleh dari hasil penambangan bebatuan

    yang berasal dari aliran Sungai Tanjung Karang, Sungai Pulau Tiga

    dan beberapa daerah di sungai di Aceh Tamiang.

    f. Sebelum aspal dicampur kan dengan agregat aspal terlebih dahulu

    dipanaskan agar mencair dan dapat menyerap merekat pada

    agregat.

    g. Tenaga penggerak untuk unit AMP (Aspal Mixing Plant) adalah

    tenaga listrik dari genset dengan kapasitar 250 KVA (Kilo Volt

    Ampere)

    5.2 Saran

    Saran yang dapat penulis di berikan setelah melakukan KP (Kerja Praktek)

    adalah :

    a. Kedepannya agar menyediakan mess/ruang istirahat untuk para

    mahasiswa yang melakukan KP ( Kerja Peraktek)/ PKL (Praktek

    Kerja Lapangan) di PT. Bahtera Karang Raya .

    b. Diharapkan kepada pimpinan agar menyediakan suatu tenaga ahli

    sebagai supervisor dan sebagai pemandu jika ada mahasiswa yang

    KP pada PT. Bahtera Karang Raya

    c. Membuat daftar pustaka menyediaka buku-buku, referensi data-

    data peralatan mekanik di laboratorium.

  • 42

    Laporan kerja praktek

    PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant

    Jurusan Teknik Indistri

    Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa

    DAFATAR PUSTAKA

    Turabian Citation and Format Style Guide. Bucknell Information Services &

    Resources. Available from http://www.pusair-

    pu.go.id/index.php/direktori?stts=internet acces 10 juni 2012.

    Sukirman, Silvia. Beton aspal campuran panas; edisi 1. Jakarta:garanit 2003 Xviii.

    Universitas Sumatra Utara. Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur

    Aspal Panas Buku- I :Fungsi dan Cara Kerja. 2001.

    Republik Indonesia Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina

    Marga. Spesifikasu Umum 2010

    WWW.HERMANFITRIS.BLOGSPOT.COM