Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran
description
Transcript of Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran
Lampiran 1
PREPLANNING
LOGOTERAPI
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stres adalah kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang
membebani kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban
emosional dan kejiwaan, sedangkan koping adalah cara berpikir dan
bereaksi yang di tunjukan untuk mengatasi beban dan trauma atau
transaksi yang menyakitkan (stresor). Stres yang berlangsung secara
berkepanjangan bisa berakibat serius, termasuk kemungkinan munculnya
penyakit jantung, hipertensi, stroke, penyakit kanker dan komplikasi
lainnya termasuk masalah sosial dan emosional. Cara seorang lansia
beradaptasi terhadap stres sangat di pengaruhi oleh tipe kepribadian serta
strategi penyesuaian yang telah digunakan sepanjang hidup (Tamher, S.
2009)
Stres juga berkaitan erat dengan insomnia, mudah terbangun dari
tidur yang mengakibatkan stres individual. Kondisi fisik yang kurang
mendukung seperti sering buang air kecil, kaki kejang atau kram atau
karna masalah kesehatan lain. Stres selain menyebabkan insomnia juga
dapat menyebabkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena
ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Dari pengkajian Ny. A
didapat bahwa Ny. A mengalami stres akibat perpindahan dari
lingkungan yang biasa dia tinggal. Akibat stres tersebut tibul masalah
kesehatan pada Ny. A seperti pola tidur yang terganggu, masalah nutrisi
yang terganggu serta masalah kesehatan yang lainnya (Maryam, R. 2008)
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
Faktor-faktor pencetus lain yang mengakibatkan Ny. A mengalami
stress. Kondisi mental dan emosional Ny. A juga perlu untuk di kaji lebih
lanjut karena menutut keterangan lansia lain yang ada di panti, Ny. A di
kenal sebagai seorang yang galak.
C. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang terjadi terhadap Ny. A adalah stress.
Stres yang terjadi akibat dari pindahnya Ny.A ke panti wredha. Ny. A
tidak senang dengan lingkungan panti, Ny A menginginkan untuk
kembali ke lingkungannya sebelumnya.
II. RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sindrom stres akibat perpindahan berhubungan dengan kurang dukungan
sosial yang adekuat
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu tahun, diharapkan
ketidaknyamanan klien di lingkungan panti berkurang
C. TUJUAN KHUSUS
1. Klien mengatakan nyaman tinggal di panti
2. Klien dapat berkomunikasi minimal dengan 3 lansia lain dalam satu
ruangan
3. Klien dapat lebih banyak melakukan aktivitas seperti mealukan
senam yang dilakuakan rutin di panti
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Peningkatan makna dan tujuan hidup dengan menggunakan logoterapi
B. METODE PELAKSANAAN
Metode dilakukan dengan cara diskusi
C. SASARAN DAN TERGET
Sasaran dan target dari pendidikan kesehatan ini adalah Ny.A dengan
masalah stress
D. STRATEGI PELAKSANAAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media
1. Orientasi
(5 menit)
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu dan tempat
e. Menyampaikan kontrak waktu
f. Menyampaikan peraturan selama logoterapi
g. Melakukan apersepsi dan menanyakan mengenai
ketidaknyamanan emosi
a. Menjawab salam
b. Mendengarkan dan
memperhatikan
c. Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Mendengaran,memperhatikan
dan berusaha mematuhi
e. Menyetujui kontrak waktu
f. Mendengarkan
g. Menjawab dan berperan aktif
Metode: ceramah
Media: -
2. Kerja (20
menit)
a. Bertanya mengenai masalah ketidaknyamanan emosi
klien
b. Memotivasi klien untuk lebih semangat menjalani
hidup
c. Menjelaskan kepada klien bahwa hidup itu harus
memiliki tujuan
a. Menjawab, mendengarkan dan
memperhatikan
b. Mendengarkan dan
memperhatikan
c. Mendengarkan dan
memperhatikan
Metode: diskusi
(tanya-jawab),
ceramah,
Media: gambar.
3. Terminasi (5
menit)
a. Menanyakan pada Ny. A apakah ada hal yang kurang
jelas atau yang ingin ditanyakan
d. Menanyakan pertanyaan
mengenai hal yang tidak
Metode: diskusi,
ceramah
b. Menjawab pertanyaan
c. Menanyakan pendapat Ny. A setelah melaksanakan
kegiatan
d. Mengevaluasi hasil demonstrasi yang dilakukan
e. Memberikan reinforcement positif
f. Tindak lanjut kegiatan/kontrak waktu untuk kegiatan
berikutnya
g. Terminasi
h. Mengucapkan salam
dimengerti
e. Mendengarkan dan
memperhatikan
f. Mengekspresikan perasaan
setelah melaksanakan
pendidikan kesehatan
g. Introspeksi keberlangsungan
kegiatan pendidikan kesehatan
h. Bersemangat untuk
melaksanakan materi yang
didapat.
i. Ikut berpartisipasi aktif,
menyepakati kontrak waktu
dan kegiatan selanjutnya
i. Menjawab salam
Media: -
E. MEDIA DAN ALAT BANTU
Media yang digunakan adalah kertas dengan gambar
F. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Ny. C
: Penyaji
G. SUSUNAN ACARA
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri kepada Ny. C (untuk mengingatkan)
3. Membuat kontrak waktu dan tempat dengan Ny. C
4. Memberikan materi pendidikan kesehatan dengan cara diskusi
5. Mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada Ny.C
6. Membuat kontrak waktu untuk bertemu kembali
7. Salam
H. PENGORGANISASIAN
No. Nama Peran Uraian Tugas.
1. Luh Juita Amare
Putri
- Instruktur
- Penanggung Jawab
intervensi
- Mengkomunikasikan
untuk meningkatkan
makna dan tujuan hidum
klien
- Mengkoordinasi
persiapan alat/ bahan dan
pelaksanaan kegiatan.
2. Agnes
Yovita P.
R
- MC
- Pendokumentasian
- Membuka acara
- Memperkenalkan acara
- Mendokumentasikan
kegiatan.
3. Ebtabes F. - Observer
- Pembantu instruktur.
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu mempraktikan
untuk memotivasi klien
4. Endar Giri
B.
- Obeserver
- Timer
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu mengukur
waktu pelaksaan
intervensi.
I. KRITERIA EVALUASI
1. STRUKTUR
a. Materi pendidikan kesehatan sudah disiapkan
b. Media telah disiapkan
c. Peserta siap diberikan pendidikan kesehatan
d. Kontrak waktu dan tempat sudah disepakati
e. Pemateri siap memberikan pendidikan kesehatan
2. PROSES
a. Pendidikan kesehatan berjalan dengan lancar
b. Waktu dan tempat sesuai kontrak
c. Peserta kooperatif saat diberikan pendidikan kesehatan
d. Terjadi diskusi antara peserta dan pemateri
3. HASIL
a. Peserta terlihat antusias ketika diberikan pendidikan kesehatan
b. Peserta dapat memahami materi yang diberikan walaupun
hanya beberapa
J. MATERI
Lansia secara alami akan mengalami perubahan struktur dan
fisiologis seperti penurunan penglihatan penurunan sistem pernafasan,
enurunan tingkat pendengaran, dan juga penurunan padda persendian
tulang. Akibatnya lansia merasa membebani keluarga dan orang yang ada
di sekelilingnya. Keadaan itu dapat menjadi sumber stres dengan akibat
jangka panjang mengalami isolasi sosial.
Stres pada lansia juga dapat dipicu oleh adanya relasi sosial atau
kondisi lingkungannya yang buruk. Kondisi lingkungan yang buruk
tersebut akan berdamapak pada ketidaknyamanan hidup yang terus
tesimpan setiap hari sehingga dalam waktu lama bisa membuat lansia
terssebut stres.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres
pada lansia yaitu dengan menggunakan logoterapi. Logoterapi disini
berfungsi untuk meningkatkan makna dan tujuan hidup lansia itu sendiri.
Cara tersebut dilakukan agar lansia lebih bisa menghargai dirinya sendiri
dan dapat mengganggap dirinya berguna di lingkungannya. Adapun
aktifitas yang dapat dilakukan seperti berolahraga, menyalurkan hobi,
dan membaur dengan lingkungannya (Lomboan. 2015)
Berolahraga dapat menyehatkan tubuh, tidak perlu olahraga berat
karena kondisi fisik lansia yang sudah menurun, cukup dengan jogging,
jalan kaki ataupun senam lansia. Lansia juga dapat menyalurkan hobi
yang dia suka misal menjahit atau membuat kerajian untuk
menghilangkan kejenuhan. Cara lain untuk menghilangkan stres adalah
dengan saling berbagi dengan orang lain, misal dengan bercerita tentang
apa yang dirasakan pada diri masing masing lansia.
K. DAFTAR PUSTAKA
Tamher, S. Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika
Lomboan, Arlita M ; Bidjuni, Hendro; Karudeng, Michael. 2015.
PENGARUH PENERAPAN LOGOTERAPI TERHADAP TINGKAT
STRES PADA LANSIA DI BPLU SENJA CERAH PANIKI BAWAH
KECAMATAN MAPANGET MANADO. Manado : Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USR
Lampiran 2
PRE PLANNING
RELAKSASI OTOT PROGRESIF
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (Lansia) atau menua merupakan suatu yang mutlak
terjadi dalam kehidupan manusia. Saat mengalami masa lansia ini kita
mulai mengalami kelemahan otot-otot pada tubuhnya, diantaranya juga
mengalami kelemahan fisik seperti kelemahan pada sistem
pernafasannya, pada sistem urinaria, pada sistem kardiovaskuler dan
lainnya. (Nugroho 2008)
Pada lanjut usia tentu saja kondisi fungsi tubuh akan semakin
menurun sehingga semakin banyak pula keluhan yang bisa terjadi.
Masalah yang sering muncul pada lanjut usia yaitu immobility
(imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence
(inkontinensia), intelectual impairment (gangguan intelektual), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing (gangguanpenglihatan dan
pendengaran), isolation(depresi), inanition (malnutrisi), insomnia
(gangguan tidur), hingga immune deficincy (menurunnya kekebalan
tubuh) (Siburian,2007).
Salah satunya adalag istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar
manusia yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang, termasuk orang
lanjut usia. Pada lansia membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup
untuk menjaga kesehatan fisiknya. Salah satu aspek utama dari
peningkatan kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk
memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang
optimal dan untuk memastikan keterjagaan di siang harinya umtuk
menyelesaikan tugas-tugas dan dapat menikmati kualitas hidup yang
tinggi (Stanley and Bear, 2007).
Terdapat insidensi lansia yang mengalami gangguan tidur lebih dari
50% terjadi pada lansia yang berusia 65 tahun dan lebih mengalami
gangguan tidur. (Linton & Helen, 2007). Survey yang dilakukan oleh
National Institut of Health di Amerika menyebutkan bahwa pada tahun
1970, total penduduk yang mengalami insomnia atau gangguan tidur
17% dari populasi, presentase penderita insomnia lebih tinggi dialami
oleh lansia, dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur
yang serius (Chopra,1994 dalam Purwanto, 2007).
Kurang tidur dapat pula mengakibatkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari termasuk keluarga dan perkawinan, dikarenakan kurang tidur
dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit bergaul. Bila saja tidur
kurang lelap, maka tubuh akan merasakan letih, lemah, dan lesu pada
saat bangun (Sumedi dkk, 2010). Meskipun gangguan tidur bukanlah
merupakan keluhan utama pada setiap rang, namun hampir disetiap
masalah medis dan psikososial yang terjadi pada usia lanjut
menyebabkan mereka menjadi gangguan tidur.
Penatalaksanaan terhadap kualitas tidur yang kurang baik dapat
dibagi yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Namun, obat
dapat menimbulkan efek negatif, menyebabkan penderita gangguan tidur
mengalami ketergantungan dalam pemakaiannya, sehingga kualitas tidur
yang baik tidak akan tercapai. Penatalaksanaan non farmakologis saat ini
sangat dianjurkan, karena tidak menimbulkan efek samping dan dapat
memandirikan lansia untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri
(Haryadi, 2012). Salah satu pengobatan secara non farmakologis dalam
mengatasi gangguan tidur yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik
relaksasi otot progresif diperkenalkan oleh Edmund Jacob tahun 1929
dengan buku Progressive Relaxation. Latihan relaksasi otot progresif
merupakan kombinasi latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi serta
relaksasi kelompok otot (Alim 2010).
Latihan relaksasi progresif ini dapat dilaksanakan 15-30 menit, satu
kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam
menurunkan gangguan tidur karena dapat memberikan pemijitan halus
pada berbagai kelenjar-kelenjar dalam tubuh, menurunkan produksi
kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang
secukupnya sehingga memberi keseimbangan emosi dan ketenangan
pikiran (Sitralita, 2010)
Berdasarkan penemuan yang di temukan pada Ny. A berumur 68
tahun yang mengeluh semalaman tidur gelisah, susah tidur pada malam
hari serta waktu yang dibutuhkan untuk tidur maka akan mencoba
diajarkan mengenai latihan terapi relaksasi otot progresif untuk
meningkatkan kualitas tidur Ny. A.
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
Beberapa data yang perlu dikaji lebih lanjut diantaranya adalah :
- Keadaan Fisik Ny. A : TD, Kantung mata, dan Keadaan tubuh klien.
- Kebutuhan tidur Ny. A
Kuantitas atau jumlah jam tidurnya atau kualitas tidur dengan PSQI
Ny. A dalam beberapa hari kedepan.
- Aktivitas Ny.A sebelum tidur.
Kegiatan atau hal yang lain yang biasanya dilakukan Ny. A sebelum
tidur.
- Keadaan Psikologis
Keadaan Psikologis Ny. A atau hal yang sedang dipikirkan Ny, A
sehingga membuat tidak bisa tidur.
C. MASALAH KEPERAWATAN
Dari data yang di peroleh disimpulkan Ny. A mengalami gangguan pola
tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (00198)
II. ‘RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (00198)
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Relaksasi otot progresif selama
2 x 6 minggu, maka masalah Gangguan Pola Tidur diakibatkan
kurangnya kontrol tidur dapat teratasi dengan kriteia kualitas tidur klien
mengingkat dari sebelumnya.
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan kompres jahe hangat selama 1 x 30 menit diharapkan
Ny. A mampu :
- Menjelaskan manfaat relaksasi otot preogresif untuk meningkatkan
kualitas tidur.
- Menjelaskan tahap-tahap dari pelaksanaan relaksasi otot progresif
pada gangguan pola tidur.
- Menjelaskan hal-hal yang dapat membantu pelaksaan relaksasi otot
progresif.
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Latihan Relaksasi Otot Progresif untuk mengurangi gangguan istirahat
tidur pada Lansia.
B. METODE PELAKSANAAN
Intervensi terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Menjelaskan tentang Latihan Relaksasi Otot Progresif .
Sebelum melakukan latihan Relaksasi otot progresif , Ny. A
diberikan penjelasan mengenai informasi pelaksaannya diantaranya,
manfaat dari Relaksasi otot progresif , bahan-bahan yang di
butuhkan dan alat-alat yang diperlukan, serta langkah- langkah
dalam melakukan Relaksasi otot progresif . Ketika diberi penjelasan,
anggota lain mengamati respon yang diberikan oleh Ny. A dalam
pemahaman penjelasan yang diberikan.
b. Melakukan Relaksasi otot progresif
Setelah Ny. A mengerti cara pelaksanaan Relaksasi otot progresif ,
bersama anggota kelompok mempersiapkan bahan dan alat yang
dibutuhkan. Apabila semua bahan siap, Ny. A diinstruksikan untuk
memperhatikan langkah-langkah latihan Relaksasi otot progresif
dengan waktu yang ditentukan. Selama proses tindakan Relaksasi
otot progresif jahe anggota tetap mengamati perubahan respon yang
ditunjukkan oleh Ny. A.
c. Evaluasi respon warga.
Ny. A telah memperhatikan cara Relaksasi otot progresif. Setelah itu
, dilakukan evaluasi terhadap yang sudah dipraktikan di hadapan Ny.
A , menanyakan kepada Ny A menganai manfaat, bahan, alat dan
cara melakukan Latihan Relaksasi Otot Progresif. Anggota lain
mendokumentasikan hasilnya ke dalam catatan perkembangan
komunitas yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
C. SASARAN DAN TARGET
Ny.A, 68 tahun, lansia yang mengalami gangguan tidur.
D. STRATEGI PELAKSANAAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media
1. Orientasi (5 menit) a. Menngucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu dan tempat
e. Menyampaikan kontrak waktu
f. Menyampaikan peraturan selama
demonstrasi Relaksasi Otot Progresif
g. Melakukan apersepsi dan menanyakan
mengenai pengertahuan cara penanganan
hipertensi
a. Menjawab salam
b. Mendengarkan dan memperhatikan
c. Mendengarkan dan memperhatikan
d. Mendengaran,memperhatikan dan
berusaha mematuhi
e. Menyetujui kontrak waktu
f. Mendengarkan
g. Menjawab dan berperan aktif
Metode: ceramah
Media: -
2. Kerja (20 menit) a. Bertanya terlebih dahulu mengenai
penanganan kualitas tidur dengan cara non
farmakologis pada Ny. A
b. Menjelaskan manfaat Relaksasi otot
progresif.
c. Menjelaskan alat dan bahan yang
diperlukan.
d. Mempersiapkan alat dan bahan latihan
Relaksasi otot progresif
a.Menjawab, mendengarkan dan
memperhatikan
b.Mendengarkan dan memperhatikan
c.Mendengarkan dan memperhatikan
d.Ny. A berpartisipasi aktif
e.Ny. Aberperan aktif
Metode: diskusi
(tanya-jawab),
ceramah, simulasi
Media: Poster.
e. Melakukan Latihan Relaksasi Otot
progresif.
3. Terminasi (5 menit) a. Menanyakan pada Ny. A apakah ada hal
yang kurang jelas atau yang ingin
ditanyakan
b. Menjawab pertanyaan
c. Menanyakan pendapat Ny. A setelah
melaksanakan kegiatan
d. Menanyakan kembali cara melakukan
Relaksasi otot progresif .
e. Mengevaluasi hasil demonstrasi yang
dilakukan
f. Memberikan reinforcement positif
g. Tindak lanjut kegiatan/kontrak waktu
untuk kegiatan berikutnya
h. Terminasi
i. Mengucapkan salam
a. Menanyakan pertanyaan mengenai
hal yang tidak dimengerti
b. Mendengarkan dan memperhatikan
c. Mengekspresikan perasaan setelah
melaksanakan pendidikan kesehatan
d. Memberi kesimpulan mengenai
kegiatan latihan Relaksasi otot
progresif .
e. Introspeksi keberlangsungan
kegiatan pendidikan kesehatan
f. Bersemangat untuk melaksanakan
materi yang didapat.
g. Ikut berpartisipasi aktif,
menyepakati kontrak waktu dan
kegiatan selanjutnya
h. Menjawab salam
Metode: diskusi,
ceramah
Media: -
E. MEDIA DAN ALAT BANTU
Alat dan Bahan : Poster Gerakan ROP.
F. SETTING TEMPAT
G. PENGORGANISASIAN
No. Nama Peran Uraian Tugas.
1. Luh Juita
Amare
Putri
- Instruktur
- Penanggung Jawab
intervensi
- Mendemonstrasikan
dan
mengkomunikasikan
langkah-langkah yang
akan dilakukan dan
yang telah dilakukan
selama latihan
Relaksasi Otot
Progresif.
- Mengkoordinasi
persiapan alat/ bahan
dan pelaksanaan
kegiatan.
2. Agnes
Yovita P.
R
- MC
- Pendokumentasian
- Membuka acara
- Memperkenalkan acara
- Memperkenalkan alur
demontrasi dan kontrak
waktu.
Keterangan :
Penyaji
Observator
Audiens
- Mendokumentasikan
kegiatan.
3. Ebtabes F. - Observer
- Pembantu instruktur.
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu
mempraktikan cara
latihan Relaksasi otot
progresif.
4. Endar Giri
B.
- Obeserver
- Timer
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu mengukur
waktu pelaksaan
intervensi.
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Materi telah disampaikan
2) Media (poster) sudah disiapkan.
3) Waktu dan tempat sudah disiapkan
4) Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi
klien
5). Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan pada Rabu, tanggal 23 September 2015
pukul 10.00 di Panti Wredha Harapan Ibu Ngalian.
2) Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3) Klien antusias dan memberikan perhatian penuh untuk bertanya
dan berdiskusi.
4) Di akhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan
dilakukan kontrak yang akan datang.
3. Evaluasi. Hasil
1) Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
2) Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
3). Klien dapat mendemonstrasikan dengan benar latihan relaksasi
otot progresif.
I. MATERI
1. Kebutuhan Istirahat tidur pada lansia
Kurang tidur yang berkepanjangan, sebernarnya mengganggu
kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap orang
berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari
(Hidayat, 2008). Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak
waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun
pada malam hari, ini memiliki waktu tidur kurang total, mengambil
lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih banyak (Kryger et
al, 2004).
Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumlah tidur
gelombang lambat, sejak dimulai tidur secara progresif menurun dan
menaik melalui stadium 1 ke stadium IV, selama 70-100 menit yang
diikuti oleh letupan REM. Periode REM berlangsung kira-kira 15
menit dan merupakan 20% dari waktu tidur total. Umumnya tidur
REM merupakan 20-25% dari jumlah tidur, stadium II sekitar 50%
dan stadium III dan IV bervariasi. Jumlah jam tidur total yang
normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Pada usia lanjut
efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih lama di tempat
tidur namun lebih singkat dalam keadaan tidur.
2. Penyebab Gangguan Istirahat tidur.
Faktor yang menyebabkan gangguan tidur diantaranya :
1) Faktor Internal yaitu :
- Fisiologis
Faktor dari dalam atau fisiologis diantaranya : gangguan tidur
karena penambahan usia, penyakit, nyeri, gangguan suhu
tubuh, gangguan pernapasan saat tidur, pergerakan kaki
secara teratur saat tidur, gejala menopause, gangguan
eliminasi, dimensia, depresi, penyakit Parkinson.
- Psikologis
Faktor dari psikologis yang dapat menyebabkan gangguan
tidur diantaranya adalah : Stress dan Kecemasan.
2) Faktor Eksternal
- Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi : lingkungan yang asing, seperti
lingkungan yang tidak pernah dikenal sehingga tidak nyaman
untuk digunakan sebagai tempat beristirahat, peningkatan
stimulasi sensori, terjaga akibat procedure atau sedang
menjaga sebuah kegiatan, disorientasi waktu atau bingung
dengan keadaanya sekarang.
- Gaya Hidup
Faktor gaya hidup ini dapat dikatagorikan seperti :
perubahan dalam kebiasaan/tidak ada kebiasaan yang rutin,
menghabiskan waktu yang berlebihan waktu yang
berlebihan ditempat tidur, tidu siang yang berlebihan,
merokok, penyalahgnaan/peminum alkohol, kurang
olahraga.
- Pengobatan
Beberapa yang menjadi penyebab dari pengobatan terhadap
masalah tidur adalah hipnotik atau sedative.
3. Fisiologis Tidur Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan
usia. Namun, kualitas tidur akan terlihat menjadi berubah pada
sebagian besar usia lanjut. Episode tidur REM cenderung
memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur
NREM 3 dan 4. Ada juga beberapa lansia yang tidak memiliki tahap
4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun lebih sering
pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur.
Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan
fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah
mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).
4. Cara mengatasi Gangguan Istirahat tidur.
Penatalaksanaan terhadap kualitas tidur yang kurang baik
dapat dibagi yaitu secara farmakologis dan non farmakologis.
Farmakologis, yaitu menggunakan obat-obatan kimia yang
mengandung efek mengantuk seperti diantaranya, CTM .Namun,
obat dapat menimbulkan efek negatif, menyebabkan penderita
gangguan tidur mengalami ketergantungan dalam pemakaiannya,
sehingga kualitas tidur yang baik tidak akan tercapai.
Penatalaksanaan non farmakologis saat ini sangat dianjurkan, karena
tidak menimbulkan efek samping dan dapat memandirikan lansia
untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri (Haryadi, 2012).
Salah satu pengobatan secara non farmakologis dalam mengatasi
gangguan tidur yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi
otot progresif diperkenalkan oleh Edmund Jacob tahun 1929 dengan
buku Progressive Relaxation. Latihan relaksasi otot progresif
merupakan kombinasi latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi
serta relaksasi kelompok otot (Alim 2010).
5. Langkah-lahkah mengatasi gangguan istirahat tidur.
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk
melakukan teknik ini yaitu:
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan
yang tenang dan sunyi.
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi
berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam,
dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya
mengikat.
b. Prosedur
1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama
10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali
sehingga dapat membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian
belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan
tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot
besar padabagian atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak
sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur.
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
hingga menyentuh kedua telinga.
b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan
yang terjadi di bahu punggung atas, dan leher.
5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot
wajah (seperti dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di
sekitar otot rahang.
7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di
sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga
akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian
depan maupun belakang.
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang
baru kemudian otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian
depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b. Punggung dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lurus.
11) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak-banyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan
lega.
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan relaks.
12) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10
detik, lalu dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki
(seperti paha dan betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
J. DAFTAR PUSTAKA
Siburian, Prima. 2007. Empat Belas Masalah Kesehatan Utama Pada
Lansia.http://www.waspada.co.id/index.php?
view=article&catid=28%3Akesehatan&id=3812%3Aempatbelas-
masalah-kesehatanutama
padalansia&format=pdf&option=com_content diakses pada tanggal
29 September 2015
Sumedi, T dkk., (2010), Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan
Skala Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap.
Haryadi. (2012). http://www.deherba.com/ihwal-pemakaian-obat-
psikotropika-pada lansia.html
Alim, Muhammad Baitul. (2010). Langkah-langkah Relaksasi otot
progresif. http://www.psikologizone.com/langka-langkah-relaksasi-
otot-progresif.
Sitralita. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap
Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih
Sayang Ibu Batu Sangkar. Universitas Andalas.
Prayitn,A.. Januari-April 2002, Vol.21 No.1.Journal Kedokteran
Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti,.
Huda, Chairul. 2012. Konsep Tidur Pada Lansia. Diakses pada 30
September 2015.
Maas, L. Meridean. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis
NANDA, Kriteria Hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta : EGC.
Stanley, Mickey & Beare, PG. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta : EGC.
Saryono & Widianti, A.T. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia. Yogjakarta : Nuha Medika.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Lampiran 3
PRE PLANNING
LATIHAN PEREGANGAN UNTUK NYERI SENDI PADA NY.A
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi secara umum, lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, tetapi adalah
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Effendi,
2009). Menurut pusdatin.kemenkes.go.id jumlah penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 7,59% dan tahun 2020 akan
meningkat menjadi 9,77%. Lansia akan mengalami perubahan sistem
tubuh yang mempengaruhi aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Usia
harapan hidup yang meningkat tidak selalu disertai dengan status
kesehatan yang baik. Kondisi kesehatan fisik karena menua salah satunya
adalah sistem muskuloskeletal yaitu gangguan persendian yang
merupakan penyakit akibat proses menua dengan gejala nyeri.
Menurut International Association for Study of the Pain, nyeri
adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan potensial maupun aktual (Dewi, 2014). Proses menua
ini yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi cairan sinovial
pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis
dan ligamentum menjadi lebih kaku serta penurunan kelenturan yang
dapat mengurangi pergerakan sendi.
Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan
aktivitas fisik yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari Hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferrel B, et al tahun 1995
menyatakan bahwa nyeri yang sering terjadi pada lansia yang
memerlukan perawatan baik di panti jompo maupun di rumah adalah
lebih dari 60% mengalami nyeri yang disebabkan oleh muskuloskeletal.
Nyeri sendi yang paling banyak adalah pada sendi-sendi penahan berat
tubuh (panggul, lutut, dan kaki) (Pamungkas, 2010).
Salah satu gambaran lansia yang mengalami nyeri sendi di Panti
Wredha Harapan Ibu yaitu Ny.A. Ny.A sering mengeluhkan nyeri pada
pinggang, lutut dan kaki. Ny.A sering merasakan kebas di bagian lutut
dan betis sehingga tidak dapat sholat dan pipis selalu berdiri. Ny.A juga
tidak bisa duduk lama-lama karena pinggangnya akan merasa nyeri.
Bentuk tulang belakang Ny.A yaitu kifosis.
Ny.A juga jarang berinteraksi dengan teman-temannya karena
kendala dalam berbahasa. Ny.A juga mempunyai hipertensi yaitu
150/100 mmHg saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah tanggal 22
september 2015. Masalah itulah yang melatarbelakangi mengapa Ny.A
sering mengeluhkan nyeri sendi. Upaya Ny.A dalam mengatasi nyeri
biasanya melakukan jalan-jalan di sekitar panti dan rebahan di kasur.
Nyeri sendi yang dialami Ny.A dapat mengakibatkan kekakuan
sendi, keterbatasan luas sendi, gangguan berjalan dan aktivitas
keseharian lainnya dan peningkatan resiko jatuh. Saat dilakukan
pengukuran skala nyeri antara 0-5, Ny.A mengatakan skala nyerinya
yaitu skala 3. Upaya untuk mengatasi nyeri sendi pada lansia dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti : relaksasi, rendaman air hangat,
distraksi, guided imagery, hipnosis (Nahariani, 2012). Berdasarkan
analisa kasus di atas, peneliti ingin memberikan latihan untuk
mengurangi nyeri sendi yaitu Latihan Peregangan karena latihan
peregangan ini gerakannya cukup sederhana, mudah diingat bagi lansia
dan dapat dilakukan disela-sela kegiatan.
Latihan peregangan statis dan dinamis adalah gabungan dari dua
jenis peregangan yang memiliki pergerakan yang berbeda dimana kedua
gerakan ini dilakukan secara terkontrol hingga mencapai seluas riang
gerak persendian yang dikenai latihan. Menurut American College of
Sports Medicine (ACSM), hasil yang optimal untuk melakukan latihan
peregangan adalah 10-15 menit dengan frekuensi tiga kali seminggu (I.A,
2014). Menurut Arthristic Care and Research, latihan peregangan dapat
menstimulasi meningkatnya pelepasan hormon endorphin yang berperan
untuk mengurangi sensasi nyeri tubuh.
Adanya terapi aktivitas fisik tambahan yaitu latihan peregangan
diharapkan dapat merubah intensitas nyeri sendi yang dirasakan oleh
lansia dan terjadi peningkatan status kesehatan dan kemandirian lansia.
Petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait
peregangan statis dan dinamis.
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
a) Kemampuan fleksibilitas sendi lutut
b) Kekuatan otot lansia
c) Pemeriksaan fisik terkait ekstremitas bawah
d) Keadaan lingkungan sekitar lansia.
C. MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman : Nyeri kronis berhubungan dengan Gejala terkait
penyakit (kifosis dan hipertensi) (00214)
DS:
P :
- Ny.A mengatakan, “Sekarang punggung mbah udah bungkuk
mbak, dulu kan lurus.”
- Ny.A mengatakan, “Ini pinggang sakit. Jadi mbah harus begini
(sambil menunjukkan gerakan duduk dengan di tumpu kedua
tangan di belakang).
- Ny.A mengatakan, “Trus ini lutut sama betis kadang kebas. Jadi
kalo mbah solat gak bisa sujud. Kalo pipis mbah berdiri.”
- Ny.A mengatakan, “kalo kelamaan duduk pinggang dan lutut
mbah suka sakit.”
Q :
- Ny.A mengatakan, “Nyeri yang dirasakan seperti dicengkeram
oleh seseorang.”
R :
- Ny.A mengatakan, “Mbah ngerasain nyeri di bagian pinggang dan
lutut.”
- Ny.A mengatakan, “Kalo sudah minum obat, nyeri di pinggang dan
lutut berkurang.”
S :
- Ny.A mengatakan, “Skala nyeri antara 0-5 yang dirasakan yaitu 3
(lebih nyeri).”
- Ny.A mengatakan, “Kalo lagi nyeri sekali, mbah sampai nggak bisa
jalan mbak.”
T :
- Ny.A mengatakan, “Lamanya nyeri yang dirasakan tidak
menentu”
DO:
- Tekanan Darah : 150/100 mmHg
- Struktur tulang belakang klien yaitu kifosis
II. RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman : Nyeri kronis berhubungan dengan gejala terkait
penyakit (kifosis dan hipertensi) (00214)
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 bulan diharapkan nyeri
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Skala nyeri dari 0-5 klien berkurang dari 3 menjadi 1
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan
nyeri klien dapat berkurang, dengan kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan latihan peregangan setiap pagi dan sore hari
- Klien dapat menghapal gerakan peregangan 6 dari 10 gerakan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pain Management
- Kaji tingkat nyeri klien yang meliputi : lokasi, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
- Observasi perasaan tidak nyaman klien
- Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan dan kepercayaan klien tentang
nyeri
- Tentukan dampak dari nyeri yang dirasakan klien
- Ajarkan klien tentang manajemen nyeri yaitu stretching exercise
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Latihan peregangan statis dan dinamis untuk mengurangi nyeri sendi
B. METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan yaitu latihan secara langsung dan memberikan
penjelasan mengenai manfaat dari latihan peregangan.
C. SASARAN DAN TARGET
Sasaran : Ny.A
Target :
a. Ny.A mampu melakukan latihan peregangan setiap pagi dan sore.
b. Ny.A mampu menghapal gerakan peregangan yaitu 5 dari 8 gerakan.
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan dengan praktek secara langsung di sekitar tempat
tidur klien. Latihan peregangan ini dilakukan selama 10 menit dengan 8
gerakan dan selanjutnya melakukan jalan kaki di sekitar panti dan
mengunjungi teman-teman yang berbeda kamar.
Lansia
Kursi
Fasilitator
Mahasiswa (Praktisi)
E. MEDIA
- Kursi
- Gambar stretching exercise
F. SETTING TEMPAT
Keterangan
G. SUSUNAN ACARA
Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media10.30 Pre- orientasi
1. Menyiapkan materi gerakan stretching
2. Menyiapkan alat : kursi
1. Melakukan kegiatan lain (implementasi Refleksi Otot Progresif)
Metode:-Media:-
10.35Orientasi (5 menit)
1. Memberi salam2. Menanyakan kabar3. Memperkenalkan
diri4. Mengemukakan
tujuan dari latihan peregangan
5. Kontrak waktu dan tempat
1. Menjawab salam2. Menjawab kabar3. Memperhatikan4. Mendengarkan dan
memperhatikan5. Memperhatikan dan
menyetujui
Metode: ceramahMedia:-
10.40Kerja (10 menit)
1. Menanyakan tentang pengalaman nyeri klien
2. Memberikan apresiasi pada peserta
3. Menjelaskan
1. Menjawab tentang pengalaman nyeri
2. Memperhatikan3. Memperagakan
Metode:- Tanya
jawab langsung
- Ceramah- Praktek Media:- Kursi
mengenai stretching exercise
4. Mempraktekkan gerakan stretching exercise
- Gambar gerakan stretching exercise
10.50 Terminasi (5
menit)
1. Menanyakan perasaan, kesan, dan pesan
2. Memberikan kesimpulan kegiatan stretching exercise
3. Menyampaikan hasil observasi perkembangan peserta
4. Memberikan masukan dan anjuran untuk mempraktikkan stretching exercise secara mandiri
5. Mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf
6. Mengucapkan salam
1. Mengekspresikan perasaan setelah mengikuti stretching exercise
2. Mendengarkan dan memperhatikan
3. Mendengarkan dan memperhatikan
4. Menyetujui, mendengarkan dan memperhatikan
5. mendengarkan dan memperhatikan
6. Menjawab salam
Metode:- Tanya
jawab langsung
Media:-
H. PENGORGANISASIAN
Mahasiswa : Agnes Yovita
Fasilitator : Luh Juita Amare
Endar Giri
Ebtabes Fianfi
No. Nama Peran Uraian Tugas.
1 Agnes Yovita
Prisca
- Instruktur
- Penanggung
Jawab intervensi
- Mendemonstrasikan dan
mengkomunikasikan
langkah-langkah yang akan
dilakukan dan yang telah
dilakukan selama latihan
Relaksasi Otot Progresif.
- Mengkoordinasi persiapan
alat/ bahan dan pelaksanaan
kegiatan.
2. Luh Juita
Amare Putri
- MC
- Pendokumentasian
- Membuka acara
- Memperkenalkan acara
- Memperkenalkan alur
demontrasi dan kontrak
waktu.
- Mendokumentasikan
kegiatan.
3. Ebtabes F. - Observer
- Pembantu
instruktur.
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu mempraktikan
cara latihan Relaksasi otot
progresif.
4. Endar Giri B. - Observer
- Timer
- Mengamati proses
pelaksanaan kegiatan.
- Membantu mengukur waktu
pelaksaan intervensi.
I. KRITERIA EVALUASI
1) Struktur
a. Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan.
b. Media dan alat yang telah dipersiapkan sebelum memberikan
materi penyuluhan
c. Waktu dan tempat stretching exercisesesuai dengan rencana
kegiatan
2) Proses
a. Kegiatan stretching exercisedilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang direncanakan
b. Peserta kooperatif dan aktif berpartisipasi selama mengikuti
stretching exercise.
c. Peserta penyuluhan 100% hadir dalam kegiatan stretching
exercise
d. Mahasiswa berperan aktif dalam pelaksanaan stretching exercise
3) Hasil
a. Mengukur skala nyeri klien setelah melakukan stretching exercise
.
b. Klien dapat menjelaskan: nama program, tujuannya, menghapal 5
dari 8 gerakan.
c. Menanyakan apakah klien dapat melakukan stretching exercise
secara mandiri dan kapan ingin melakukannya.
J. MATERI
Nama kegiatan : Stretching Exercise
Tujuan kegiatan : Meningkatkan stabilitas sendi dan kekuatan otot-
otot sekitar lutut serta mengurangi intensitas nyeri
sendi yang dialami klien.
Cara melakukan gerakan :
No. Gerakan Hitungan Aturan
1. Menggelengkan kepala 8-16
hitungan
Dilakukan selama
10-15 menit,
dengan frekuensi
3x seminggu.
2. Duduk dengan badan di
putar kanan dan kiri
3. Duduk dengan salah satu
tangan diangkat ke atas
kemudian miring kanan-kiri
4 Duduk dengan tangan lurus
ke samping kanan-kiri
5. Kedua tangan diangkat
keatas
6. Kedua tangan diletakkan di
bawah menuju kaki
7. Berdiri dengan mengangkat
satu kaki berpegang kursi
8. Melompat dengan satu sisi
berpegangan kursi
9. Duduk dengan lutut
diangkat
10. Duduk dan berdiri
K. DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas :
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/info
datin/infodatin-lansia.pdf diunduh pada tanggal 30 Sept 15 pukul
19.30 WIB
Pamungkas, Yohanita, Dewi Ika Sari. 2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki
(Stretching) terhadap Penurunan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah
pada Lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.
Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta
: Deepublish
I.A, Paramitha, I made Mertha, et al. 2014. Pengaruh Peregangan Statis
dan Dinamis terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Lutut Pada
Lansia dengan Osteoarthritis.
Nahariani, Pepin, Puput Lismawati, et al. 2012. Hubungan antara Aktivitas
Fisik dengan Intensitas Nyeri Sendi pada Lansia di Panti Werdha
Mojopahit Kabupaten Mojokerto
Lampiran 4
PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYEBAB DAN
PENATALAKSANAAN KEGEMUKAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses penuaan pada manusia adalah hal yang wajar dan
merupakan suatu peristiwa alamiah yang tidak dapat dihindari. Menurut
WHO batasan umur lansia dapat dibedakan menjadi empat kelompok.
Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly age) 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old age) 75-90 tahun, usia sangat tua
(very/longevity old age) >90 tahun. Perkembangan pada fisik dan fungsi
organ tubuh mulai mengalami penurunan. Perubahan komposisi tubuh
menyebabkan berkurangnya jumlah cairan tubuh total sampai lebih dari
15 %. Masa otot bebas lemak (lean body mass) menurun sampai lebih
dari 30 % dan lemak tubuh meningkat 30-40%. Berat badan mungkin
tidak akan berubah bahkan bertambah karena meningkatnya lemak tubuh,
sehingga sering muncul kasus overweight atau kegemukan.
Secara ilmiah umumnya kegemukan itu terjadi akibat konsumsi
makanan atau kalori berlebih dari yang diperlukan oleh tubuh. Namun
salah satu penyebab lain yaitu penurunan aktifitas fisik. Kurangnya
aktifitas fisik pada usia lansia juga dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan apalagi selain itu pola makan dan hidup sehat sudah tidak di
perhatikan lagi. Maka tidak heran pada usia lansia ini rentan terkena
beberapa masalah dan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infrak
dan gangguan ritme jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal
serta gangguan fungsi hati. Terdapat juga berbagai gangguan khas yang
sering dialami lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan
badan, penglihatan dan pendengaran.
Berdasarkan pengkajian pada Ny.A didapatkan hasil BB 65 kg TB
156,4 cm dan setelah dihitung IMT didapatkan hasil 26,57 yang berarti dalam
golongan kegemukan ringan atau overweight. Ny.M juga mempunyai pola
makan yang tidak baik serta aktivitas fisik yang kurang. Maka, perlu adanya
suatu intervensi untuk menanggulangi masalah ini. Intervensi yang digunakan
adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada Ny.M dengan topik
penyebab kegemukan dan penatalaksanaan kegemukan. Diharapkan Ny.
M dapat mengetahui tentang penyebab kegemukan yang dialaminya dan
dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk mengurangi
kegemukan.
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
1. Nilai AKG
2. Pengukuran antropometri
3. Data biokimia
4. Clinical sign
5. Diet makanan
C. MASALAH KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
II. RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada
berhubungan dengan asupan berlebih (00001)
B. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 minggu diharapkan
klien dapat mengubah IMT klien dalam rentang normal yaitu 18,5 - 25
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 20 menit diharapkan
klien :
1. Klien mampu mengerti apa itu kegemukan dan penyebab kegemukan
2. Klien mampu menerap-kan program diet untuk mengatur pola
makan seperti mengurangi menyemil
3. Klien bersedia menambah aktivitas fisik sesuai kemampuan klien
4. Klien dan pihak panti saling mendukung untuk program diet
penurunan BB
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Pendidikan kesehatan tentang penyebab kegemukan dan penatalaksanaan
kegemukan
B. METODE PELAKSANAAN
Diskusi
C. SASARAN DAN TARGET
Sasaran dalam pendidikan kesehatan ini adalah lansia di Panti Wredha
Harapan Ibu khususnya Ny.A
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Intervensi ini akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
1. Menjelaskan tentang penyebab kegemukan dan penatalaksanaannya
2. Berdiskusi dengan klien tentang hubungan antara intake makanan,
latihan fisik dan peningkatan BB
3. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk merubah pola makan
dan melakukan aktivas fisik sesuai kemampuan klien
E. MEDIA DAN ALAT BANTU
1. Gambar
F. SETTING TEMPAT
Keterangan :
= Klien ` = Mahasiswa
G. SUSUNAN ACARA
Tahapan
Kegiatan
Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Metode/
Media
Orientasi
5 menit
1. Salam teraupetik
Memberikan salam kepada
Ny.A
Menanyakan kabar keluarga
Ny.A
2. Evaluasi / validasi
Menanyakan kembali
ketersediaan dilaksanakannya
pendidikan kesehatan
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan
dilaksanakannya kegiatan
Melakukan kontrak untuk
waktu kegiatan
Menjawab salam
Menjawab
pertanyaan
Memperhatikan,
dan menanggapi
Metode:
diskusi
Media:
-
Kerja
10 menit
1. Memulai disksusi pendidikan
kesehatan
2. Berdiskusi tentang penyebab
kegemukan
3. Brdiskusi tentang
penatalaksanaan kegemukan
menggunakan gambar
Berpartisipasi aktif Metode :
diskusi
Media :
Gambar
Terminasi
5 menit
1. Evaluasi
Menanyakan perasaan Ny.A
setelah menerima penjelasan
dan berdiskusi tentang
Menjawab
pertanyaan
Menyimpulkan
materi
Metode :
Diskusi
Media :
-
kegemukan dan
penatalaksanaanya
Menanyakan kepada lansia
tentang materi yang
disampaikan
Memberikan reinforcement
positif
2. Rencana tindak lanjut
Memotivasi Ny.A untuk selalu
menjaga pola makan dan
mengurangi menyemil
Memotivasi Ny. untuk selalu
menambah aktivitas fisik
sesuai kemampuan
3. Penutup dan salam
Menjawab salam
H. PENGORGANISASIAN
No. Nama Peran Uraian Tugas.
1. Ebtabes Fianfi - Penanggung jawab
intervensi
- Pemateri
- Memberi materi pendidikan
kesehatan
- Mengkoordinasi persiapan alat/
bahan dan pelaksanaan kegiatan.
2. Agnes Yovita
P. R
- MC
- Pendokumentasi-
an
- Membuka acara
- Memperkenalkan acara
- Mendokumentasikan kegiatan.
3. Luh Juita - Observer
- Pembantu
instruktur.
- Mengamati proses pelaksanaan
kegiatan.
- Membantu mempraktikan untuk
memotivasi klien
4. Endar Giri B. - Obeserver - Mengamati proses pelaksanaan
- Timer kegiatan.
- Membantu mengukur waktu
pelaksaan intervensi.
I. KRITERIA EVALUASI
1. STRUKTUR
a. Pendidikan kesehatan dilakukan di tempat yang strategis
b. Alat dan media lengkap
c. Sebelum dilaksanakannya pendidikan kesehatan, dilakukan
kontrak dengan audiens terlebih dahulu
d. Semua peserta penyuluhan hadir.
2. PROSES
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan
b. Peserta dapat secara aktif ikut dalam permainann, berdiskusi,
dan demonstrasi
c. 100% peserta bertahan dari awal sampai akhir pendidikan
kesehatan
3. HASIL
a. Ny.A mampu menyebutkan penyebab kegemukan
b. Ny.A mampu menyebutkan penatalaksanaan kegemukan
c. Ny.A mampu menyebutkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan
J. MATERI
Materi pendidikan kesehatan tentang kegemukan dan penatalaksanaanya
a. Pengertian kegemukan
Kegemukan merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai
dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Ditinjau dari segi klinis, kegemukan adalah kelebihan lemak dalam
tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah
kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam
jaringan organnya.
b. Penyebab kegemukan
1) Pola Makan
Kegemukan hanya mungkin terjadi, jika terdapat kelebihan
makanan dalam tubuh terutama bahan makanan sumber energi.
Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan setiap hari
jauh melebihi kebutuhan faal tubuh.
2) Aktifitas Fisik
Kegemukan banyak dijumpai pada orang yang kurang
melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan duduk.
3) Faktor Psikologis
Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau
lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak
menguntungkan, dapat mengubah kepribadian seseorang
sehingga orang tersebut menjadikan makanan sebagai
pelariannya.
4) Genetik (Riwayat Keluarga)
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan
dalam timbulnya kegemukan.. Timbulnya kegemukan dalam
keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan
dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor
genetik yang khusus. Hanya saja penelitian di laboratorium gizi
Dunn di Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran
faktor genetis.
5) Efek Samping Penggunaan Obat – Obatan
Terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar di
dalam tubuh. Dengan demikian, seseorang yang mengkonsumsi
obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Obat yang
dapat merangsang nafsu makan lainnya yaitu pil kontrasepsi,
kortikosteroid, dan antidepresan trisiklik.
c. Penatalaksanaan kegemukan
1) Menumbuhkan keyakinan dan motivasi dalam diri penderita
mengapa ia harus menurunkan berat badan.
2) Penderita kegemukan perlu diberikan pengetahuan dasar
mengenai zat gizi dan fungsinya, proses pembentukan dan
penggunaan energi dalam tubuh. Dengan demikian, penderita
dituntun untuk mengusahakan terjadinya keseimbangan antara
pemasukan energi yang berasal dari makanan yang dimakannya
dan penggunaan energi oleh tubuh sehingga ia mampu
mengendalikan konsumsi makanan.
3) Penderita kegemukan harus dibebaskan dari berbagai informasi
yang salah yang mungkin didapatnya dari tulisan-tulisan yang
bernada promosi atau yang dibuat oleh penulis yang bukan ahli
yang dapat membawa akibat buruk bagi dirinya.
4) Mendorong terjadinya perubahan perilaku. Tidak dapat di
sangkal bahwa untuk memenuhi diet secara sungguh-sungguh
untuk penurunan berat badan tidaklah mudah. Oleh karena itu,
disamping pendekatan dari sudut medis dan dietetika dalam
upaya penanggulangan kegemukan juga dilakukan pendekatan
psikologis untuk mendorong perubahan perilaku.
5) Kepatuhan penderita terhadap diet yang harus dijalani.
6) Penyusunan diet yang diberikan harus didasarkan atas kebiasaan
dan perilaku penderita sehari-hari dalam hal makanan.
K. DAFTAR PUSTAKA
Nurika Ismayanti, Solikhah. 2012. Hubungan Antara Pola Konsumsi
Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Martono, H.Hadi. Kris Pranarka. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Lampiran 5
LAMPIRAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN KEGEMUKAN