Biokimia
-
Upload
muhamad-zaelani -
Category
Documents
-
view
6.030 -
download
15
Transcript of Biokimia
LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA I
Oleh :Ganjar Bayu Aji
062107025
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR2010
KARBOHIDRAT
PENDAHULUAN
Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
contoh; glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa (C6H10O5)n. Rumus umum
karbohidrat Cn(H2O)m.
Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon,
tetapi sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari
karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat
sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula. Melihat struktur
molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid atau
polihidroksiketon. Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksi aldehid karena
mempunyai satu gugus aldehid da 5 gugus hidroksil (OH).
Klasifikasi
Karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok;
1. monosakarida, terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
2. disakarida, senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau
tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai
menjadi 2 molekul monosakarida.
3. polisakarida, senyawa yg terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yg
banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul
monosakarida.
Fungsi
Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai cadangan makanan,
sellulosa sbg pembentuk kerangka bagi tumbuhan.
Tumbuhan mendapat amilum dan selulosa dari glukosa. Glukosa dihasilkan pada
fotosintesis
Secara kimia, karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol
polihidrat. Ada tiga kelas karbohidrat, yaitu Monosakarida, Oligosakarida, dan
Polisakarida. Polisakarida dan Oligosakarida dapat dihidrolisis menghasilkan
monosakarida. Unit dasar dari karbohidrat adalah monosakarida yang tidak dapat
dipecah lebih lanjut dengan hidrolisis.
Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli
kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon.
Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta
reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya.
Oleh karena itu, tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara identifikasi
karbohidrat secara kualitatif, membuktikan adanya poliusakarida dalam suatu bahan,
membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi, membedakan antara
monosakarida dan poliskarida, membuktikan adanya pentosa, membuktikan adanya gula
ketosa (fruktosa), membedakan karbohidrat berdasarkan bentuk kristalnya,
mengidetifikasi hasil hirolisis pati atau amilum, dan mengidentifikasi hasil hidrolisis
sukrosa.
1. UJI MOLISCH
Dasar
Uji Molisch merupakan uji umum untuk karbohidrat dan senyawa organik lain
yang menghasilkan furfural bila direaksikan dengan asam sulfat pekat. Penambahan
H2SO4 pekat menyebabkan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya
monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi
furfural, sementara golongan heksosa menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch
yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk
karbohidrat, walaupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang
diperiksa tidak mengandung karbohidrat karena reaksi ini sangat sensitif untuk uji
senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan turunannya
(furfural tersubstitusi). Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif,
sedangkan warna hijau adalah negatif.
Bahan :
a. Pereaksi Molisch : Larutan 10 gram α-naftol dalam 100 ml etanol 95 %
b. H2SO4 pekat
c. Arabinosa 0,1 M
d. Sukrosa 0,1 M
d. Maltosa 0,1 M
e. Amilum 1 %
f. Kapas.
Cara Kerja :
a.Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch kedalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan
glukosa 0,1 M dan dikocok perlahan-lahan.
b.Ditambahkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung yang
dimiringkan.
c.Diamati dengan seksama setiap perubahan warna pada batas kedua cairan. Warna
merah ungu yang terbentuk pada bidang batas menunjukkan reaksi positif.
d.Dilakukan percobaan diatas untuk larutan 0,1 M sukrosa, maltosa, arabinosa, amilum
1 % dan selulosa (kapas) yang disuspensikan dalam air.
Hasil dan Pembahasan :
Dari hasil praktikum diperoleh data :
No. Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
1. Amilum 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu tua +
2. Sukrosa 0,1 MTerbentuk cincin berwarna merah
keunguan+
3. Maltosa 0,1 M Terbentuk cincin berwarna ungu tua +
4. Arabinosa 0,1 M Terbentuk cincin berwarna ungu tua +
5. Selulosa Terbentuk cincin berwarna ungu tua +
Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat
dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah
sebagai berikut :
H O │ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H + │ OH
Pentosa Furfural α-naftol H
│ CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa O
║→ H2C─ ─C—H + │ │ OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut: O ║
║ __SO3HH2C─ ─────C───── ─OH
Cincin ungu senyawa kompleks
2. UJI GLUKOSA SEBAGAI GULA PEREDUKSI
Dasar
Suatu suspensi hidroksida dalam larutan alkali yang dipanaskan akan
menghasilkan kupri oksida yang berwarna hitam, tetapi bila ada suatu senyawa
pereduksi maka akan terbentuk endapan kupro oksida yang berwarna coklat karat.
Adanya zat-zat tertentu dapat melarutkan kupri hidroksida dalam alkali seperti natrium
sitrat dan kalium natrium tartarat.
Bahan :
a. CuSO4 1 % c. Glukosa 1 %
b. NaOH 10 % d. Na-sitrat 30 %
Cara Kerja :
a. Dimasukkan kedalam tabung reaksi :
– 2 ml CuSO4 1 % + 2 ml NaOH 10 %
– 2 ml CuSO4 1 % + 2 ml NaOH 10 % + 5 tetes glukosa 1 %
– 2 ml CuSO4 1 % + 2 ml NaOH 10 % + Na-sitrat 30 %ml, sehingga endapan yang
terbentuk melarut kembali.
b. Dipanaskan ketiga tabung reaksi penangas air mendidih dan diperhatikan apa yang
terjadi.
c. Ditambahkan beberapa tetes glukosa 1 % kedalam tabung C dan dipanaskan lagi.
Hasil dan Pembahasan :
– CuSO4 + NaOH Endapan hitam CuO
– CuSO4 + NaOH + Glukosa Endapan hitam CuO + Endapan merah Cu2O
– CuSO4 + NaOH + Natrium sitrat + Glukosa Endapan merah Cu2O
Ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya
gugus aldehid (–CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat mereduksi larutan
Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula non-reduksi ialah gula yang
tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus aldehid seperti pada fruktosa dan
sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton (C=O).
3. UJI BENEDICT
Dasar
Pereaksi Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat. Gula yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana
alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah
bata. Pada proses reduksi dalam suasana basa ini ditambahkan natrium sitrat sebagai
pengkompleks. Uji Benedict ini juga dapat di gunakan untuk menaksir konsentrasi
karbohidrat bebas karena berbagai konsentrasi karbohidrat akan memberikan warna
yang berlainan.
Bahan :
a. Pereaksi Benedict :
Larutkan 173 gram natrium sitrat dan 100 gram Na2CO3 anhidrat kedalam labu
kira-kira 800 ml air, aduk kemudian saring kedalam gelas ukur 1 liter dan tambahkan
sampai volume 850 ml. Tambahkan 17 gram CuSO4 yang telah dilarutkan dalam 100
ml air. Dibuat volume total 1 liter dengan penambahan air.
b. Sukrosa 0,1 M
c. Maltosa 0,1 M
d. Galaktosa 0,1 M
e. Laktosa 0,1 M
f. Glukosa 0.1 M
g. Pati
Cara Kerja :
a.Ditambahkan 5 tetes larutan glukosa kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml pereaksi
Benedict dan dikocok.
b.Ditempatkan tabung pada penangas air mendidih selama 5 menit.
c.Dibiarkan tabung menjadi dingin dan diamati perubahan warna yang terjadi.
Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif.
d.Dilakukan percobaan diatas terhadap karbohidrat yang lain yaitu maltosa, Laktosa,
pati, galaktosa dan sukrosa..
Hasil dan Pembahasan :
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula reduksi adalah dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya
hasil reaksi berupa Cu2O.
No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula Reduksi (+/-)
1. Sukrosa 0,1 MTerbentuk warna biru dan tidak
terbentuk endapan-
2. Maltosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
3. Laktosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
4. Fruktosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
5. Galaktosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
6. Glukosa 0.1 M Terbentuk endapan merah bata +
7. Pati Terbentuk warna biru dan tidak
terbentuk endapan-
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O ║ ║R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2OGula Pereduksi Endapan Merah Bata
Pada uji Benedict, maltosa, laktosa, glukosa, dan galaktosa memberikan hasil
gula reduksi yang positif dengan terbentuknya endapan merah bata dari Cu2O
sedangkan sukrosa dan pati memberikan hasil yang negatif. Hal ini disebabkan karena
sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling
terikat, sedangkan pada maltosa mempunyai gugus OH bebas pada C no 1 pada gugus
glukosanya. Karena itu maltosa bersifat pereduksi sedangkan sukrosa bersifat
nonpereduksi.
4. UJI BARFOED
Dasar
Pereaksi Barfoed mengandung kupri asetat dalam asam asetat glasial. Pereaksi
ini dapat digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida dengan
cara mengontrol kondisi-kondisi seperti pH dan waktu pemanasan, pereaksi Barfoed
hanya direduksi oleh monosakarida. Pendidihan yang berlebihan dapat menghidrolisis
disakarida sehingga memberikan reaksi positif yang palsu. Ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida
dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Bahan :
a. Pereaksi Barfoed :
Larutkan 13,3 gram kupri asetat dalam 200 ml air, saring bila perlu, kemudian
ditambahkan 1,9 ml asam asetat glasial. (pereaksi barfoed harus selalu baru / segar).
b. Laktosa 0,1 M : larutan 36 gram laktosa dalam 1 liter air.
c. Glukosa 0,1 M
d. Fruktosa 0,1 M
e. Maltosa 0,1 M
f. Sukrosa 0,1 M
Cara Kerja :
a.Ditambahkan 0,5 ml glukosa 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml pereaksi
Barfoed.
b.Dipanaskan tabung diatas penangas air mendidih selama 5 menit.
c.Bila tidak terjadi reaksi selama 5 menit, dilakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat terjadinya reduksi, yaitu terbentuk endapan merah bata.
d.Dilakukan percobaan diatas terhadap larutan fruktosa 0,1 M, maltosa, laktosa, sukrosa
dan glukosa.
Hasil dan Pembahasan :
Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata
karena terbentuk hasil Cu2O. Berikut reaksinya :
O O ║ Cu2+ asetat ║R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH n-glukosa E.merahmonosakarida bata
No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida (+/-)
1. Sukrosa 0,1 M tidak terbentuk endapan -
2. Laktosa 0,1 M tidak terbentuk endapan -
3. Maltosa 0,1 M Tidak terbentuk endapan -
4. Fruktosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
5. Glukosa 0,1 M Terbentuk endapan merah bata +
5. UJI SELIWANOF
Dasar
Uji Seliwanof adalah reaksi spesifik untuk karbohidrat golongan ketosa. Dasar
dari uji seliwanof ialah dehidrasi fruktosa oleh asam klorida pekat panas menghasilkan
levulenat dan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami
kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga.
Bahan :
a.Pereaksi Seliwanof :
Larutkan 0,5 gram Resorsinol dalam 100 ml HCl encer (HCl pekat : air = 1 : 2).
b.Fruktosa 0,1 M
c.Glukosa 0,1 M
d.Sukrosa 0,1 M
Cara Kerja :
a.Ditambahkan beberapa tetes larutan fruktosa 0,1 M kedalam tabung reaksi yang berisi
2 ml pereaksi Seliwanof.
b.Disimpan tabung reaksi didalam penangas air mendidih sampai terjadi perubahan
warna. Bila terbentuk endapan, disaring dan dilarutkan endapan dalam alkohol. Warna
merah menunjukkan hasil yang positif.
c.Dilakukan percobaan diatas terhadap larutan glukosa dan sukrosa 0,1 M. kemudian
diulangi dengan menggunakan volume karbohidrat yang lebih banyak yaitu 2 ml.
Hasil dan Pembahasan :
Pada uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji fruktosa dengan terbentuknya
warna merah yaitu karena terbentuknya resorsinol.
No. Zat Uji Hasil Uji Seliwanof Ketosa (+/-)
1. Fruktosa 0,1 M Terbentuk warna merah +
2. Glukosa 0,1 M Tidak terbentuk warna merah -
3. Sukrosa 0,1 M Terbentuk warnamerah +
Berikut reaksinya :
CH2OH OH O OH OH
+HCl ║ │ │ H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks
│ berwarna OH H OH merah
5-hidroksimetil furfural resorsinol
5. UJI TAUBER
Dasar
Uji ini merupakan uji yang spesifik untuk karbohidrat jenis pentosa. Pereaksi
Tauber terdiri dari larutan benzidin 2 % dalam asam asetat glasial.
Bahan :
a. Pereaksi Tauber
b. Arabinosa 0,1 M
c. Glukosa 0,1 M
d. Fruktosa 0,1 M
e. Gum arab
Cara Kerja :
a.Dimasukkan 1 ml larutan arabinosa 0,1 M dan 2 ml pereaksi Tauber kedalam tabung
reaksi.
b.Dipanaskan tabung reaksi dalam penangas air mendidih.
c.Didinginkan dalam air mengalir, pembentukan warna merah cerry menunjukkan reaksi
positif.
d.Dilakukan uji pada glukosa dan fruktosa serta gum arab.
Hasil dan Pembahasan :
No. Zat Uji Hasil Uji Tauber Pentosa (+/-)
1 Arabinosa 0,1 M Terbentuk warna merah cerry +
2 Fruktosa 0,1 M Tidak terbentuk warna merah cerry -
3 Glukosa 0,1 M Tidak terbentuk warna merah cerry -
4 Gum Arab Warna hitam makin pekat -
6. UJI OSAZON
Dasar
Aldosa atau ketosa dapat membentuk kristal osazon dengan fenilhidrazin.
Kristal-kristal osazon mempunyai bentuk dan titik lebur yang karakteristik yang
membantu identifikasi gula reduksi.
Fenilhidrazin bereaksi dengan gugus karbonil gula membentuk fenilhidrazon, yang
selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan molekul fenilhidrazin membentuk osazon.
Pembentukan osazon dari aldosa secara garis adalah:
H │
R—C—CHO + H2N—NH—C6H5 (Aldosa + fenilhidrazin) │ OH
↓ H │ R—C—CH=N—NH —C6H5 + H2N—NH—C6H5 (Fenilhidrazon) │ OH
↓R—C—CH=N—NH—C6H5 + C6H5—NH2 + NH3 (Osazon) ║ N—NH—C6H5
Bahan :
a. Fenilhidrazin .
b. Natrium asetat
c. Glukosa 0,1 M
d. Galaktosa 0,1 M
Cara Kerja :
a.Dimasukkan kedalam tabung reaksi campuran fenilhidrazin natrium asetat kering kira-
kira memenuhi bagian bundar dasar tabung.
b.Dimasukkan 2 ml larutan dan dikocok.
c.Dimasukkan kedalam penangas air mendidih selama 30 menit, kemudian dilarutkan.
d.Diamati dan dicatat waktu pembentukan osazon, kemudian diperiksa kristal osazon
yang terbentuk dibawah mikroskop.
e.Dilakukan terhadap larutan 0,1 M galaktosa dan glukosa.
Hasil dan Pembahasan :
No. Zat Uji Hasil Uji Osazon Bentuk Kristal
1. Galaktosa 0,1 M Terbentuk Kristal
2. Glukosa 0,1 M Terbentuk Kristal
7. UJI AMILUM/IOD PADA BAHAN MAKANAN
Dasar
Penambahan iodium pada suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya
kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan
warna biru, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium
membentuk warna merah coklat.
Bahan :
a. Pati
b. Gum arab
c. Dextrin
d. Larutan iodium
Cara Kerja :
a.Dimasukkan sedikit tepung bahan yang diuji kedalam papan uji (plat tetes)
b.Ditambahkan 2-4 tetes larutan iod dan dibandingkan warna yang diperoleh dengan
warna air dan iod.
c. Diulangi percobaan untuk pati, dekstrin, dan gum arab yang dilarutkan dalam air.
Hasil dan Pembahasan :
No. Zat Uji Hasil Uji Iodium Polisakarida (+/-)
1. Pati/amilum Terbentuk warna biru tua +
2. Dekstrin Biru kemerahan +
3. Gum arab Warna I2 -
Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih
besar dari dua puluh, misalnya pada molekul amilosa. Pada uji Iodium, pada masing-
masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda. Dimana pati/amilum positif
polisakarida, sedangkan tepung beras memberikan hasil yang negatif. Hal ini
disebabkan karena tepung beras merupakan polimer glukosa yang lebih kecil dari lima
sehingga tidak memberikan warna dengan iodin.
8. KARAKTERISTIK PATI
Dasar
Reaksi paling karakteristik dari pati adalah pembentukan senyawa biru dengan
iod. Senyawa ini stabil hanya pada larutan dingin. Pada pemanasan, warna biru hilang,
tetapi warna biru akan muncul kembali pada saat pendinginan. Amilosa memberikan
warna biru lebih pekat dengan iod dari pada amilopektin.
Bahan :
a. Tepung beras
b. Pati 1 %
c. Larutan iod
d. Na2S2O3 1 %
Cara Kerja :
a. Dibasahi sedikit tepung tapioka (pati dan tepung beras) dengan sedikit air. Dipisahkan
airnya, lalu diuji cairan dan granulnya dengan larutan iod.
b.Diperiksa dan dilukis bentuk dari beberapa jenis granula pati jika dilihat dibawah
mikroskop. Diperhatikan bentuk granula setelah ditambah setetes larutan iod encer.
c.Dimasukkan 5 ml pati 1 % masing-masing kedalam dua tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes larutan iod. Dipanaskan salah satu tabung dan
diperhatikan hilangnya warna, kemudian didinginkan dan diperhatikan timbulnya
warna biru kembali.
d.Ditambahkan tabung yang kedua dengan Na2S2O3 1 % tetes demi tetes hingga warna
biru hilang.
Hasil dan Pembahasan :
a. Pati + air Cairan + Iod Larutan warna coklat dari iod
Granul + Iod Granula berwarna biru
b. Tepung beras + air Cairan + Iod Larutan warna coklat dari iod
Granul + Iod Granula berwarna biru
c. 5 ml Pati 1% + Iod Larutan berwarna biru Dipanaskan Warna biru hilang,
didinginkan Warna biru pada larutan muncul lagi.
d. 5 ml Pati 1% + Iod Larutan berwarna biru + Na2S2O3 0,1 N Warna biru hilang
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Hal ini
disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang,
molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang.
KESIMPULAN
1. Amilum, sukrosa, maltosa, arabinosa, selulosa masing-masing dalam larutan 1 %.
Terbukti positif karbohidrat
2. Pada maltosa, galaktosa, fruktosa terdapat gula reduksi yaitu dengan terbentuknya
endapan merah bata. Sedangkan sukrosa bukan termasuk gula reduksi.
3. Pada fruktosa dan glukosa adalah monosakarida, sedangkan sukrosa, laktosa dan
maltosa adalah disakarida
4. Pada uji Seliwanof, ketosa terdapat pada fruktosa daan sukrosa
5. Bentuk kristal karbohidrat pada hasil uji Osazon berbeda-beda sesuai dengan zat
ujinya.
LIPIDA
PENDAHULUAN
Lemak atau Lipid tidak sama dengan minyak. Orang menyebut lemak secara
khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu ruang. Lemak
juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan oleh hewan, lepas
dari wujudnya yang padat maupun cair.
1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal. Lemak terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen
Lipida didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu
hidrokarbon atau dietil eter. Lipid atau lemak atau minyak adalah trigliserida atau
triasilgliserol. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah pada temperatur kamar lemak
berupa padatan dan minyak berupa cair. Sebagian besar gliserida dalam hewan adalah
berupa lemak sedangkan gliserida dalam tumbuhan berupa minyak. Karena itu sering
terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi, dll.) dan minyak nabati
(minyak jagung, minyak bunga matahari, dll.).
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang
disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak
bercabang. Lemak dan minyak diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak.
Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran artinya ketiga bagian asam lemak dari gliserida tersebut tidak sama.
CH2-O-OCR1 CH2-OH R1COOH
CH-O-OCR2 + HOH CH-OH + R2COOH
CH2-O-OCR3 CH2-OH R3COOH
Lemak Gliserol Asam lemak
Berikut ini adalah asam-asam lemak yang umumnya menjadi komposisi lemak
atau minyak.
Asam lemak jenuh
Butirat CH3(CH2)2COOH
Palmitat CH3(CH2)14COOH
Stearat CH3(CH2)16COOH
Asam lemak tidak jenuh
Palmitoleat CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH
Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Linoleat* CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Linolenat* CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Arakidonat* CH3(CH2)4(CH=CHCH2)4(CH2)2COOH
*asam lemak esensial
1. UJI KELARUTAN MINYAK/LEMAK
Dasar
Gugus-gugus utama lipida mempunyai sifat-sifat kelarutan yang berbeda dan
sifat ini digunakan dalam ekstraksi dan isolasi dari bahan-bahan biologis. Uji kelarutan
minyak/lemak dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit contoh ke dalam beberapa
ml pelarut dan kemudian diamati kelarutannya.
Derajat kelarutan dapat ditentukan secara langsung yaitu dengan mengindentifikasikan
zat tersebut setelah dikeringkan atau dilarutkan disaring lalu pelarutnya diuapkan di atas
penangas air mendidih. Ada atau tidak adanya sisa residu memperlihatkan bahwa zat
tersebut dapat larut dalam pelarut tersebut.
Cara Kerja :
a.Disiapkan 5 tabung reaksi dan dimasukkan ke dalamnya:
Tabung A : 2 ml air
Tabung B : 2 ml alcohol dingin
Tabung C : 2 ml alcohol panas
Tabung D : 2 ml kloroform
Tabung E : 2 ml eter
b.Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 0,2ml minyak goreng lalu dikocok hati-
hati.
c.Diambil 2-3 tetes larutan dari masing-masing tabung dan diteteskan pada kertas
saring, adanya noda yang tertinggal pada kertas saring setelah dikeringkan
menunjukkan minyak tersebut larut di dalam pelarut.
d.Diulangi percobaan terhadap lemak (margarin/mentega) dan asam palmitat.
Hasil dan Pembahasan :
Tabung A (air) : tidak larut dan tidak ada noda
Tabung B (alkohol dingin) : tidak larut dan tidak ada noda
Tabung C (alkohol panas) : tidak larut dan tidak ada noda
Tabung D (kloroform) : larut dan ada noda
Tabung E (eter) : larut dan ada noda
Minyak atau lemak merupakan senyawa non-polar sehingga akan larut dalam
pelarut non-polar golongan hidrokarbon seperti eter, heksana, kloroform, tetra, dll.
Sebaliknya minyak atau lemak tidak larut dalam senyawa polar seperti air dan alkohol.
Jika dilarutkan dalam senyawa polar maka lapisan lemak ada di bagian atas karena berat
jenis lemak lebih ringan daripada senyawa polar.
2. UJI KELARUTAN PALMITAT
Bahan:
1. Asam palmitat
2. Alkohol
3. Eter
4. Kloroform
Cara Kerja
1. Diuji kelarutan asam palmitat dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter,
kloroform, Dilakukan uji noda
2. Dilarutkan sedikit asam palmitat dalam campuran alkohol : eter = 2:1,
Dipindahkan setetes ke kaca objek dan dibiarkan pelarutnya menguap, Diperiksa
bentuk kristalnya dibawah mikroskop.
Hasil pengamatan mikroskop :
Kristal asam palmitat :
Lensa okuler : 5 kali
Lensa obyektif : 160 kali
Pembesaran : 800 kali
Hasil :kristal batang
3. UJI KELARUTAN GLISEROL
Bahan:
1. Gliserol
2. Alkohol
3. Eter
4. Kloroform
Cara Kerja
1. Diuji kelarutan gliserol dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter, kloroform,
Dilakukan uji noda
2. Diperhatikan cairan gliserol yang kental dan diccipi rasanya, dan dilakukan uji
benedict.
Hasil
a. Gilserol + air larut sempurna
b. Gliserol + alkohol dingin larut sempurna
c. Gliserol + alkohol panas membentuk suspensi putih
d. Gliserol + kloroform lapisan gliserol ada di atas larutan
e. Gliserol + eter lapisan gliserol ada di bawah larutan
5. PENYABUNAN
Bahan
1. Mentega/lemak hewan
2. NaOH 20%
3. Ethanol 40 %
4. CaCl2
5. H2SO4 2N
6. NaCl
Reaksi
Cara Kerja
1. Dimasukkan 5 gram mentega ke dalam piala gelas kecil dan ditambahkan NaOH
alkoholis (20% NaOH dalam 40% ethanol), ditutup dengan kaca arloji dan
dipanaskan diatas penangas air mendidih sampai pnyabunan sempurna
Hasil
Larut sempurna menandakan penyabunan sempurna
PROTEIN
PENDAHULUAN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang
kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber
gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu
membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid,
dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein
ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi
yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari
asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein
yang memiliki fungsi penuh secara biologi.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu),
sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur
primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur
tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan
oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
← alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino
berbentuk seperti spiral;
← beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan
hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
← beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
← gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur
tiga dimensi yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa
gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan
kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan
membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim
Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis
protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino
ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N
dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan
spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular
dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-
alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur
sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita
amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta.
Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum
inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri
dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain.
Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya.
Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah
fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur
kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain
penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur
kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein
tersebut tidak fungsional.
1. UJI KOMPOSISI ELEMENTER
Bahan :
Tepung albumin , kasein, gelatin
NaOH Kristal
Pb Asetat
HCl Pekat
HCl 0.1 N
BaCl2
Cara Kerja :
1. a. Dimasukkan sedikit tepung albumin kedalam tabung reaksi yang
bersih dan kering.
b. Dipanaskan sampai tercium bau yang khas untuk senyawa yang
mengandung nitrogen. Warna hitam menunjukkan adanya karbon,
sedangkan kondensasi air diatas tabung menunjukkan adanya oksigen
dan hidrogen.
2. a. Dimasukkan sedikit tepung albumin kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan kristal NaOH dua kali lebih banyak.
b. Dipanaskan hati hati dan diperhatikan bau amonia atau perubahan
lakmus merah menjadi biru, hal ini menunjukkan adanya nitrogen
dan hidrogen.
3. a. Dimasukkan sedikit tepung albumin ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 10 tetes larutan Pb asetat yang menyebabkan larutan
menjadi putih.
b. Ditambahkan dengan hati hati 1 mL HCl ekat dan diperhatikan bau khas
yang terjadi
4. Percobaan diulang dengan bahan kasein dan gelatin
Hasil pengamatan
a. Sampel albumin dipanaskan terbentuk karbon
b. Amonia terbentuk ketika sampel albumin ditambahkan NaOH pelet dan
dipanaskan.
c. Sampel albumin yang ditambahkan Pb asetat terbentuk larutan berwarna putih
2. REAKSI NINHIDRIN
Ninhidrin ( triketohidrinden hidrat ), suatu oksidator kuat bereaksi dengan semua
asam a-amino pada pH 4-8 dan membentuk senyawa aldehid yang lebih rendah disertai
senyawa berwarna biru-ungu ( kuning untuk prolin dan hidroksi prolin ). Reaksi ini juga
terjadi pembebasan CO2. Penentuan asam amino secara kuantitatif dapat dilakukan
dengan membandingkan intensitas warnanya dengan larutan standard.
Bahan :
Larutan ninhidrin dalam aseton ( disiapkan tepat sebelum digunakan )
0,2 g ninhidrin dalam 100 ml aseton
Albumin 2%
Asam amino
Buffer asetat pH 5
59 ml asam asetat 0,1 N dicampur dengan 141 ml Na-asetat 0,1 N
Cara Kerja :
1. Dimasukkan 1 ml larutan asam amino ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
buffer asetat pH 5 sampai netral.
2. Ditambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam asetat.
3. Dipanaskan tabung di dalam penangas air mendidih selama beberapa menit.
Diperhatikan warna yang terjadi.
4. Diulangi percobaan terhadap 2 % albumin.
Hasil Pengamatan:
Asam amino
- Cystin : warna larutan menjadi biru keunguan
- Methionin : warna larutan menjadi biru keunguan
- Alanin : warna larutan menjadi kuning
Albumin : menggumpal, berwarna ungu
N
C
C
CH
O
O
CC
C
diketohidrindiden
diketohidrindamin
3. REAKSI MILLON
Senyawa yang mengandung radikal hidroksibenzen bereaksi dengan pereaksi
Millon membentuk senyawa kompleks berwarna cerah. Hanya asam-asam amino
fenolik seperti tirosin dan turunannya yang memberikan hasil positif. Reaksi ini akan
terganggu bila terdapat Cl- atau NH4+, uji ini tidak dapat digunakan untuk analisis urin.
Bahan :
Tepung albumin, gelatine, kasein
Asam amino ( 0,1 g/liter gli, trr, phe )
Albumin 2 %
Pereaksi Millon
Dilarutkan 10 g merkuri dalam 20 ml HNO3 pekat setelah larut dan uap coklat tidak
kelihatan lagi, diencerkan dengan 60 ml air.
Kasein 2 %
Etanol 2 %
Gelatine 2 %
Reaksi
Cara Kerja :
1. Ditempatkan serbuk albumin di atas keeping tetes, ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Millo, diaduk hati-hati, dibiarkan beberapa lama dan diperhatikan warna
merah yang terjadi, dilakukan percobaan terhadap gelatine dan kasein.
2. Dimasukkan 2 ml larutan 2 % albumin ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Millon kemudian dikocok, lalu hati-hati hingga diperoleh
endapan putih. Dipanaskan hati-hati sampai timbul warna merah yang menandakan
hasil positif. Dilakukan percobaan terhadap larutan gelatine dan kasein.
3. Dimasukkan 2 ml fenol 2 % ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Millon. Dipanaskan tabung dan diamati hasilnya.
Hasil Pengamatan :
1. * albumin + pereaksi Millon : mula-mula terbentuk gumpalan putih, didiamkan
beberapa lama menjadi merah, kemudian kecoklatan
* serbuk gelatine + pereaksi Millon : larutan kuning
* serbuk casein + pereaksi Millon : larutan kecoklatan ( tidak larut sempurna )
2. * 2 ml albumin + pereaksi Millon : terbentuk gumpalan koloid putih kemerahan,
dipanaskan : warna berubah menjadi gumpalan kuning
* 2 ml gelatine : pereaksi Millon : larutan merah muda seulas, dipanaskan : berubah
menjadi tak berwarna
* 2 ml kasein + pereaksi Millon : tak berwarna, dipanaskan : tetap tak berwarna
4. UJI BIURET / UJI PROTEIN BAHAN MAKANAN
Kuprisulfat alkali dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa yang mengandung
lebih dari satu ikatan peptida menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu. Intensitas
warna yang dihasilkan merupakan ukuran jumlah ikatan peptida yang ada di dalam protein.
Nama uji berasal dari senyawa biuret yang memberikan reaksi positif yang
karakteristik. Biuret dapat dihasilkan dari pemanasan urea. Uji biuret tidak mutlak
spesifik untuk ikatan peptida, oleh karena setiap senyawa yang mengandung dua gugus
karbonil yang berikatan melalui atom N atau C akan memberikan hasil positif.
Bahan
Albumin 2 %
NaOH 10 %
Putih telur, kuning telur, dan susu bubuk
CuSO4 0,1 %
Kasein 2 % dan gelatin 2 %
Urea
Reaksi
Cara Kerja :
1. Dimasukkan 2 ml albumin 2 % ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml NaOH 10
% dan 1 tetes CuSO4, diputar tabung reaksi dengan hati-hati sehingga larutan tercampur.
Ditambahkan lagi bila warna ungu belum terbentuk.
2. Dilakukan percobaan di atas terhadap kasein 2 %, gelatin 2 %, putih telur, kuning
telur dan susu bubuk.
3. Dipanaskan sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil sampai melebur.
Hati-hati jangan sampai meng-arang dan diperhatikan bau gas yang keluar.
Dilarutkan isi tabung dengan air dan lakukan uji biuret seperti pada percobaan 1.
Hasil Pengamatan :
Putih telur / albumin :
+ NaOH → menggumpal, + CuSO4 → warna ungu
Kuning telur
+ NaOH → menggumpal, + CuSO4 → warna ungu
Kasein 2%
Warna ungu dan terdapat endapan putih selai
Gelatin 2%
Warna ungu
Urea
Dipanaskan → bau NH3
Uji biuret → warna ungu
keterangan :
Warna ungu dalam putih telur sama dengan warna ungu dalam kuning telur
Warna ungu dalam kasein 2% sama dengan warna ungu dalam gelatin 2% tetapi
lebih muda dari warna ungu dalam putih telur / kuning telur
Warna ungu dalam urea lebih muda dibandingkan gelatin 2%, kasein 2%, putih
telur, dan kuning telur.
5. UJI KSANTOPROTEIN
Reaksi ini berdasarkan atas nitrasi inti benzen yang terdapat didalam molekul protein.
Asam-asam amino yang tedapat dalam inti aromatik membentuk turunan nitro yang
berwarna kuning pada pemanasan dengan asam nitrat pekat. Garam dari turunan ini
berwarna jingga. Uji ini positif untuk semua asam amino yang mempunyai gugus
benzen yaitu tirosin, triptofan, dan fenilalanin serta semua protein yang mengandung
asam amino tersebut.
Bahan:
1. Albumin 2%
2. HNO3 Pekat
3. NaOH 1 M
4. Asam amino (1 g/L tirosin, triptofan, fenil alanin)
5. Gelatin 2%
6. Kasein 2%
7. Fenol 2%
Reaksi
Cara Kerja :
1. Dimasukkan 2 ml larutan albumin 2% kedalam tabung reaksi dan ditambhkan 1
ml HNO3 pekat , dikocok hati hati dan diperhatikan endapan putih yang
terbentuk. Tabung reaksi dipanaskan dan larutan akan berubah menjadi kuning.
2. Digunakan larutan tersebut diatas kemudian ditambahkan NaOH atau NH4OH.
Warna kuning dalam larutan akan berubah menjadi orange dan diuji alkali
menjunjukkan hasil positif.
3. Dilakukan percobaan terhadap larutan kasein dan gelatin
4. Diulangi percobaan dengan fenol 2%
Reaksi
Hasil Pengamatan
6. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN LOGAM BERAT
Pada pH 7 lebih protein umumnya bermuatan negatif sehingga perubahan ion
bermuatan positif akan menetralkan muatan ini. Pengendapan dengan logam berat
sangat efektif pada pH netral atau sedikit alkali , larutan tidak boleh sangat alkalis
karena akan terjadi resiko pengendapan hidroksi logam.
Bahan
1. Albumin 2%
2. AgNO3 2%
3. Pb asetat
4. CuSO4 2%
5. HgCl2 2%
6. FeCl3 2%
Reaksi
Cara Kerja
1. Dimasukkan 5 ml albumin 2% (pH 7) kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
beberapa tetes AgNO3 2% hingga terjadi endapan dan diperhatikan perubahan
yang terjadi pada setiap kali penetesan.
2. Ditambahkan AgNO3 2%, sampai berlebihan dan diperhatikan apakah endapan
tersebut larut kembali
3. Dilakukan percobaan diatas dengan menggunakan Pb asetat 2%, CuSO4 2% ,
dan HgCl2 2%
Hasil
Terbentuk endapan putih akibat penggumpalan protein
7. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN GARAM
Bahan
1. Ammonium sulfat
2. Putih telur
3. CuSO4 0.1%
4. NaOH 10%
Cara Kerja
1. Dimasukkan 5 ml putih telur kedalam gelas piala dan ditambahkan kristal
ammonium sulfat kira-kira 8 gram. Kemudian diaduk hingga jenuh
2. Larutan disaring dan filtrat diuji dengan uji biuret.
Hasil
Terbentuk larutan berwarna biru
8. UJI ASAM /MINERAL KUAT
Bahan
1. HNO3 pekat
2. H2SO4 pekat
3. HCl pekat
Reaksi
Cara Kerja
1. Putih telur dimasukkan ke dalam tabung reaksi kering
2. Ditambahkan HNO3 pekat, dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi perlakuan tersebut dengan mengganti pereaksi menjadi H2SO4 pekat,
dan HCl pekat
Hasil
Terbentuk endapan putih akibat penggumpalan protein
DAFTAR PUSTAKA
Aminingsih, Tri dan Eka Herlina. Tanpa tahun. Penuntun Praktikum Biokimia I.
Laboratorium Kimia Universitas Pakuan. Bogor.
Anonim. 2008. Analisa Lemak dan Minyak. http://www.food4healty.wordpress.com/
(accessed by, 15 Januari 2009).
Anonim. 2008. Analisa Protein. http://www.food4healty.wordpress.com/ (accessed by,
15 Januari 2009).
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara.
Jakarta