biofarmasetika

7

Click here to load reader

description

contoh perhitungan residual dan wagner nelson

Transcript of biofarmasetika

Page 1: biofarmasetika

1. Salah satu metode uji absorbs obat secara in vitro adalah uji permeasi menggunakan sel caco2. Jelaskan keunggulan metode caco2 dibandingkan

metode uji absorbsi secara in vitro yang lain

2. Berikut in adalah data farmakokinetika tablet A di dalam darah setelah diberikan secara per oral dengan dosis obat per tablet 100 mg.

Waktu (jam) Cp (µgram/ml)0 0

0.25 1.80.5 30.75 4

1 4.21.5 4.53 3.66 1.812 0.518 0.1524 0.05

Tentukan estimasi nilai kel dan kabs menggunakan metode residual dan Wagner-Nelson

3. Jelaskan mengenai uji disolusi yang dilakukan untuk obat-obat yang termasuk dalam biopharmaceutical classification system kelas 2.

Jawab :

1. Studi permeasi menggunakan caco2 monolayer dianggap lebih relevan untuk uji in vitro karena mempunyai karakteristik yang menyerupai sel

absorptif pada epitel usus. Uji lain seperti uji dengan usus terisolasi memiliki kerugian yaitu harus dilakukan dengan cepat atau segera, karena kalau

tidak usus yang terisolasi akan mati. Dibandingkan dengan caco2 yang menggunakan sel kolon carcinoma sehingga dapat bertahan lebih lama.

Sedangkan pada uji dengan usus terbalik, keberadaan muscularis mucosa menyebabkan obat cenderung terikat disitu sehingga mengurangi nilai

transport obat yang terukur.

2. Jawaban no. 2 disajikan dalam tabel berikut

Page 2: biofarmasetika

Waktu (jam)

Cp (µgram/ml)

ln cp slope intersep kel r ln cp' cp' cp'-cp ln cp'-cp slope kabs r

0 0          1.591878 4.912967

4.912967

1.591878      

0.25 1.80.587787         1.543908 4.682855

2.882855

1.058781-

2.422072.42206

5-

0.99762

0.5 31.098612         1.495938 4.463521

1.463521

0.380845      

0.75 41.386294         1.447968 4.254461

0.254461

-1.36861      

1 4.2 1.435085         1.399998 4.055192 -0.14481 #NUM!      1.5 4.5 1.504077         1.304058 3.684217 -0.81578 #NUM!      3 3.6 1.280934         1.016238 2.762782 -0.83722 #NUM!      6 1.8 0.587787         0.440598 1.553636 -0.24636 #NUM!      12 0.5 -0.69315         -0.71068 0.491309 -0.00869 #NUM!      

18 0.15-1.89712         -1.86196 0.155368

0.005368

-5.22739      

24 0.05-2.99573

-0.19188

1.591878 0.191882 0.99965 -3.01324 0.049132 -0.00087 #NUM!      

METODE RESIDUAL

Page 3: biofarmasetika

0 5 10 15 20 25 300

1

2

3

4

5

6

7

0

1.8

3

44.24.5

3.6

1.8

0.50.15 0.05

Kurva Cp Vs Waktu

10 12 14 16 18 20 22 24 26

-3.5

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

f(x) = − 0.191882091082837 x + 1.59187782649113R² = 0.999302570766204

Kurva Ln Cp Vs Waktu

Page 4: biofarmasetika

Waktu (jam)

Cp (µgram/ml)

ln Cp Slope K el rAUC0-t

AUC0-tn

k.AUC0-tn

Cp+K.AUC0

-tn

AUCt-ttg

AUC0-ttg

k.AUC0-ttg

Fab FTA ln FTA Slope Kab

0 0 #NUM!                              

0.25 1.80.58778

6665      0.22

50.22

50.04317

3471.8431

73470.260577

28.78557669

5.523436648

0.3337

0.6663

-0.40601

6-

2.24594 2.245936

0.5 31.09861

2289       0.60.82

50.15830

27253.158302725    

5.523436648

0.5718

0.4282

-0.84816

56    

0.75 41.38629

4361      0.87

5 1.70.32619

95554.326199555    

5.523436648

0.783244

0.216756

-1.52898

38    

1 4.21.43508

4525      1.02

52.72

50.52287

86984.722878698    

5.523436648

0.855062

0.144938

-1.93144

66    

1.5 4.51.50407

7397      2.17

5 4.90.94022

22465.440222246    

5.523436648

0.984934

0.015066

-4.19533

51    

3 3.61.28093

3845      6.07

510.9

752.10590

5955.7059

0595    

5.523436648

1.033035

-0.03304 #NUM!    

6 1.80.58778

6665       8.119.0

753.66015

08875.460150887    

5.523436648

0.988542

0.011458

-4.46909

52    

12 0.5

-0.69314

7181       6.925.9

754.98413

73165.484137316    

5.523436648

0.992885

0.007115

-4.94554

8    

18 0.15

-1.89711

9985       1.9527.9

255.35830

73935.508307393    

5.523436648

0.997261

0.002739

-5.90012

53    

24 0.05

-2.99573

2274

-0.1918

80.191882

-0.99965 0.6

28.525

5.473436648

5.523436648    

5.523436648 1

-2.5E-

11 #NUM!    

METODE WAGNER - NELSON

Page 5: biofarmasetika

3. Untuk uji disolusi obat BSC kelas II, dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :

Menggunakan media SGFsp dengan penambahan surfaktan. Metode ini digunakan untuk melihat disolusi obat saat perut dalam keadaan kosong

atau sedang berpuasa. Media ini sangat baik untuk obat-obat yang bersifat basa lemah , seperti dipiridamol

Menggunakan medium susu 3.5% lemak, yang digunakan untuk melihat disolusi obat saat perut terisi atau setelah makan. Media ini memiliki pH

yang cukup tinggi sehingga baik untuk obat yang bersifat asam lemah. Namun dengan menggunakan media ini ditemui kesulitan dalam

penyaringan dan pemisahan obat dari medium tersebut.

Menggunakan metode FaSSIF dan FeSSIF, yang dapat digunakan untuk menggambarkan disolusi obat pada keadaan perut kosong dan perut

terisi. Metode ini ditujukan untuk melanjutkan uji sebelumnya dan bukan untuk uji secara rutin. FaSSIF digunakan sebagai media disolusi yang

diserupakan saat perut dalam keadaan kosong (pH 6.5; Osm. 270±10 mOsm), sedangkan FeSSIF digunakan untuk menilai disolusi obat saat

perut terisi (pH 5.0; Osm. 635±10 mOsm).

Untuk pengamatan rutin, digunakan surfaktan sintetis sebagai medium. Penggunaan medium ini sesuai dengan penurunan tegangan permukaan

dan solubilisasi komponen empedu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media ini adalah jenis dan konsentrasi surfaktan itu

sendiri.

BSC kelas II ini memiliki disolusi yang buruk, tetapi permeasinya baik, sehingga pengamatan yang dilakukan menjadi lebih lama. Biasanya

uji dilakukan 4-6 jam jika secara fisiologikal diterima. Jika terabsorbsi baik di usus, maka uji dilakukan 8-10 jam. Untuk senyawa obat golongan

BSC II ini, kemampuan disolusinya akan bergantung pada medium disolusinya.