biodiversitas

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pertanian berkelanjutan merupakan upaya pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta kualitas lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan sehingga dalam pelaksanaannya akan mengarah kepada upaya memperoleh hasil produksi atau produktifitas yang optimal dan tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan. Pada tingkat bentang lahan upaya pengelolaannya diarahkan pada upaya menjaga kondisi biofisik yang bagus yaitu dengan pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian untuk mempertahankan keberadaan polinator, pengendalian hama dan penyakit dan mengupayakan kondisi hidrologi (kuantitas dankualitas air) menjadi baik. terdapat berbagai macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam

description

biodiversitas

Transcript of biodiversitas

Page 1: biodiversitas

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara

ekonomi dan ramah lingkungan. Pertanian berkelanjutan merupakan upaya

pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat

diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif

terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :

penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta kualitas

lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah

pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan sehingga dalam

pelaksanaannya akan mengarah kepada upaya memperoleh hasil produksi atau

produktifitas yang optimal dan tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan.

Pada tingkat bentang lahan upaya pengelolaannya diarahkan pada upaya

menjaga kondisi biofisik yang bagus yaitu dengan pemanfaatan biodiversitas tanaman

pertanian untuk mempertahankan keberadaan polinator, pengendalian hama dan

penyakit dan mengupayakan kondisi hidrologi (kuantitas dankualitas air) menjadi

baik. terdapat berbagai macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang

lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa

faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat

istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.

Disini kita dapat mempelajari tentang beberapa indikator keberhasilan

Pertanian berlanjut baik dari segi biofisik (ekologi) terutama biodiversitas tanaman

yang ada pada bentang lahan tersebut. untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa

terhadap konsep dasar Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan pelaksanaannya di

tingkat lanskap.

Page 2: biodiversitas

1.2 Tujuan

- Untuk dapat memahami macam-macam tutupan lahan, sebaran dan

interaksi antar tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan.

- Untuk dapat memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian terhadap

tingkat biodiversitas.

- Untuk mengetahui apakah pertanian di wilayah praktikum dapat dikatakan

berlanjut atau tidak dari segi biodiversitas.

- Untuk syarat memenuhi tugas praktikum Pertanian Berlanjut.

Page 3: biodiversitas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati

a. Keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari

semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan

ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup

menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan

ekosistem (Driesche RG van. & Bellows Jr.TS, 1996).

b. Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya

hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik

di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem

(Sudarsono dkk, 2005).

c. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas

bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai

materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di

mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman

genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik

yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya(Wright, B. E,

2010).

d. Pengertian keanekaragaman hayati yang lebih mudah dari keanekaragaman

hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan

dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Pakpahandan Mardiastuti, 1999).

2.2 Tingkatan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi,

mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang

mampu berpikir seperti manusia (Mochamad Indrawan, 2007).

Tingkatan Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

a. Keanekaragaman spesies

Page 4: biodiversitas

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi,

termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak

(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies

dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa

karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara

morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang

paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk

mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen yang belum

diketahui (Mochamad Indrawan, 2007).

b. Keanekaragaman genetik

Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik

di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara

individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki

perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena

setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik

bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom

dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi

seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan

mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-

beda (Mochamad Indrawan, 2007).

c. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi  yang berbeda serta

asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Mochamad

Indrawan, 2007).

2. 3 Fungsi dan Manfaat Biodiversitas dalam Pertanian Berkelanjutan

Biodiversitas memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi produksi dan fungsi

pengendali (ESA 1997). Gaston (2004) membagi dua kelompok besar manfaat

biodiversitas bagi kehidupan manusia yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak

langsung. Hal ini apabila dikaitkan dengan fungsi  biodiversitas, manfaat

langsung diperoleh dari kemampuan biodiversitas dalam menghasilkan barang

Page 5: biodiversitas

yang dimanfaatkan manusia sebagaimana fungsi produksi. Sedangkan manfaat

tidak langsung misalnya diperoleh dalam siklus hara, mikroorganisme

memegang peranan penting dalam proses dekomposisi berbagai  jasad makluk

hidup sehingga sehingga selain tidak menimbulkan penumpukan sampah, hal ini

juga mampu memulihkan kadar hara dalam tanah untuk dimanfaatkan tumbuhan.

2.4 Pertanian Berkelanjutan

Thrupp (1996) Pertanian Berkelanjutan sebagai praktek-praktek pertanian

yang secara ekologi layak, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial

dapat dipertanggung-jawabkan, mampu mempertahankan produktivitas, dan

kemanfaatannya bagi masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas. Pertanian

Berkelanjutan mengutamakan pengelolaan ekosistem pertanian yang mempunyai

diversitas atau keanekaragaman hayati tinggi. Menurut FAO Agricultural

Biodiversity meliputi variasi dan variabilitas tanaman, binatang dan jasad renik

yang diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi kunci ekosistem pertanian,

struktur dan prosesnya untuk memperkuat/ dan memberikan sokongan pada

produksi pangan dan keamanan pangan. (Ukabc, 2007) Ekosistem dengan

kenekaragaman tinggi lebih stabil dan tahan gocangan, risiko terjadinya kerugian

finansial lebih kecil, dapat mengurangi dampak bencana kekeringan dan banjir,

melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dan kendala alam lainnya.

Diversifikasi juga dapat mengurangi cekaman ekonomi akibat peningkatan harga

pupuk, pestisida dan input input produksi lainnya. Ketahanan Pangan merupakan

salah satu tujuan utama Pertanian Berkelanjutan.

Page 6: biodiversitas

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Tempat : Desa Selorejo Kec Dau Kabupaten Malang

Waktu : 15 November 2015

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat

- Gunting : untuk menggunting rafia

- Bambu : untuk pasak rafia

- Tali Rafia : untuk membuat petak kuadrat

- Kamera : untuk dokumentasi

- Plastik 1kg : sebagai tempat gulma

- Alat Tulis : untuk mencatat hasil

- Penggaris : untuk mengukur d1 dan d2

- Meteran : untuk mengukur rafia

b. Bahan

- Alkohol 70% : untuk mengawetkan gulma yang belum teridentifikasi

Page 7: biodiversitas

3.3 Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Membuat petak kuadrat dengan ukuran 1x1 m

Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis

Menentukan 5 (lima) titik pengambilan sampel pada masing-masing tutupan

lahan dalam hamparan lanskap secara acak (dengan melempar petak kuadrat

1x1m)

Foto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh gulma didalam petak

kuadrat dapat terlihat jelas

Identifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat;

Hitung jumlah populasi gulma dan d1 (diameter tajuk terlebar) dan d2

(diameter tajuk yang tegak lurus d1)

Mengambil sempel gulma yang tidak diketahui, diberi alcohol 75% dan

dimasukkan ke dalam kantong plastik

Semua kantong plastik berisi sampel gulma diidentifikasi dengan

membandingkan dengan foto dari buku atau internet

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel

Page 8: biodiversitas

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

a. Form pengamatan biodiversitas tanaman pangan dan tahunan

Jenis LahanBiodiversita

s Tanaman

Informasi tutupan Lahan &

Tanaman dalam lanskap

Luas Jarak tanam Populasi Sebaran

Tegal Jeruk 0,5 ha 4 m x 4 m 313 tanaman Sedang

Agroforestri (Tahunan)

Pinus

0,8 ha 3x3 889 tanaman Sedang

Gulma Jumlah Gulma Plot ke-

D1 D2Nama Lokal

Nama

Ilmiah1 2 3 4 5 Total

Semanggi Marsilea sp 97 47 103 98 127 427 5 2

Rumput tekiCyperus

rotundus L3 39 41 93 21 197 4 1,5

Urang aringLeucaena

sp- - 1 - - 1 7 4

b. Form identifikasi dan analisis gulma hamparan 1

c. Form identifikasi dan analisis gulma hamparan 2

Page 9: biodiversitas

Gulma Jumlah Gulma Plot ke-D1 D2

Nama Lokal Nama Ilmiah 1 2 3 4 5 Total

- - - - - - - - - -

Nama

Lokal

Dokumentasi Literatur

Semanggi

(Anonymous a, 2015)

Teki

(Anonymous b,2015)

Urang

aring

(Anonymous c, 2015)

Page 10: biodiversitas

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kondisi Umum Wilayah

Desa Selorejo merupakan desa yang berada di Kabupaten Malang

tepatnya di kecamatan DAU. Lokasi nya berada pada daerah Kabupaten

Malang bagian utara. Secara astronomis desa Selorejo terletak pada

7 56’19.70” lintang selatan dan 112 32’46.65” bujur timur. Lokasinya lebih⁰ ⁰

kurang 17 km dari ibukota kabupaten dan 7 km dengan kota kecamatan

terdekat. Adapun batas–batas desa Selorejo adalah sebagai berikut.

Sebelah Barat : Hutan

Sebelah Selatan : Desa Petung Sewu

Sebelah Utara : Desa Gading Kulon

Sebelah Timur : desa Tegal Weru

Berdasarkan keadaan di di desa Selorejo kini, luas wilayah untuk

pemukiman terdapat 39,5 ha, sedangkan untuk area pertanian terdapat sebesar

410,47 6 ha yang terdiri dari jenis tanah pertanian, ladang, serta tanaman

ternak. Luas area hutan sendiri 2068,1 ha yang tersebar mengelilingi desa

tersebut. Perkembangan selanjutnya yakni jumlah area luas dari bangunan

baik perkantoran maupun sarana rekreasi terdapat sejumlah 26, 6 ha.

Topografi desa Selorejo tergolong daerah dataran tinggi atau perbukitan

dengan luas perbukitan mencapai 333, 76 ha. Diperkirakan ketinggian desa ini

± 800 – 1200 dpl (dari permukaan laut) dikarenakan daerah ini merupakan

pegunungan. (Andri Beneditus dkk, 2012)

4.2.2 Biodiversitas Gulma

Page 11: biodiversitas

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa

jumlah populasi gulma cukup besar, namun umur gulma dan ukuran gulma

yang masih kecil tidak menyebabkan lahan tertutupi secara sempurna. Gulma

yang terdapat dalam area yang diamati antara lain teki, semanggi dan urang

aring. Semanggi adalah tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae.

Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005) ( terjemahan))  adalah

tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari berbilang 4,

tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm,  anak daun menyilang,

berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan

panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas,

Rumput teki mempunyai tinggi sekitar 15-95 cm, batang segitiga.

Daun 4-10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar, dengan

pelepah daun tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun

sejajar, tepi daun rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan

panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm. Perbungaan majemuk berbentuk bulir

mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning

atau cokelat kuning. Umbi menjalar, berbentuk kerucut yang besar pada

pangkalnya, kadang-kadang melekuk, berwarna cokelat, berambut halus

berwarna cokelat atau cokelat kehitaman, keras, wangi dan panjang 1,5-4,5

cm dengan diameter 5-10 mm (Dalimartha, 2009). Tanaman ini biasanya

tumbuh liar di kebun, ladang ataupun tempat lain dengan ketinggian sampai

1000 m dari permukaan laut. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang

berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, Umbi-umbi ini biasanya

mengumpul berupa rumpun (Balasoka, 2012).

Semanggi dan teki tumbuh subur pada area perkebunan jeruk pada

area pengamatan. Karena teki mempunyai kemampuan yang tinggi untuk

beradaptasi pada jenis tanaman yang beragam, dapat berkembang biak

dengan biji dan umbi. Umbi terbentuk setelah tiga minggu dari pertumbuhan

awal, selanjutnya membentuk rimpang dan umbi. Hal tersebut sesuai dengan

Page 12: biodiversitas

sifat dari famili Cyperaceae yang dapat tumbuh dalam kondisi yang ekstrim

karena termasuk gulma ganas. Akibatnya gulma tersebut dapat menguasai

ruang tempat tumbuh dan unggul dalam bersaing dengan tanaman pokok. Hal

ini sesuai dengan pendapat Le Roy G.Holm et al.,(1988), yang menyatakan

bahwa famili Cyperaceae termasuk gulma yang mempunyai kemampuan

adaptasi tinggi dan akar rimpang yang kuat. Menurut (Simanjuntak dalam

Lasmini dan Wahid, 2008) rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma

yang paling berbahaya di dunia pertanian. Keberadaan rumput teki pada

daerah tersebut selalu menimbulkan dampak negatif yaitu berkurangnya hasil

panen dan produksi (Moenandir, 2010). Karena teki dapat membuat tanaman

keracunan akibat senyawa racunatau alelopati (Rukmana, dalam Muhabbibah,

2009).

Pada agroforestri pinus tidak ditemukian adanya gulma karena kondisi

tanah yang kering. Selain kondisi tanah yang kering, kondisi unsur hara yang

ada disana kemungkinan kecil. Pinus termasuk famili Pinaceae, mempunyai

sifat alami pioner yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur

seperti padang alang-alang (Khaerudin, 1999). Selain itu Serasah pinus akan

terdekomposisi secara alami dalamwaktu 8-9 tahun.Serasah pinus merupakan

serasah daun jarumyang mempunyai kandungan lignin dan ekstraktif tinggi

serta bersifat asam, sehingga sulit untuk dirombak oleh mikroorganisme

(Mindawati et al., 1998)

4.3.3. Pengaruh Biodiversitas Gulma Terhadap Pertanian Berlanjut

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat

yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun

gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Namun bila

dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan

meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa gulma yang bermanfaat

diantaranya adalah jenis rumput seperti akar wangi (Vetivera zizanoides) yang

Page 13: biodiversitas

dapat digunakan untuk konservasi tanah, dan daun yang muda untuk pakan

ternak. Pemanfaatan lain dari gulma diantaranya sisa penyiangan gulma dapat

menjadi media penyimpan unsur hara termasuk sebagai mulsa atau untuk

membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai tinggi

disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat. Berdasarkan kenyataan ini,

pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat

menurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetap i di sisi lain dapat

memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi beberapa aktivitas makhluk

hidup. Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman, berturut-turut

dipengaruhi oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya menghadapi

berbagai upaya pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta spesies yang

mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam dan pola

pengelolaan tanah. Untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian

harus memenuhi prinsip dasar yang secara umum merupakan adopsi dari

prinsip dasar pembangunan berkelanjutan (Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar

sistem pertanian berkelanjutan meliputi:

1. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan

yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk

memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan

industri (Fauzi, 2004). Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui

peningkatan pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga

kualitas tanah dan ketersediaan air sehingga peningkatan produksi

pertanian dapat terus dipertahankan hingga jangka panjang.

2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan

Sistem yang berkelanjutan secara ekologi/lingkungan merupakan

usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam secara

bijaksana dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan

Page 14: biodiversitas

dan berlaku adil bagi generasi mendatang (Keraf, 2002). Pertanian

berkelanjutan dapat dicapai dengan melidungi, mendaur ulang, mengganti

dan/atau mempertahankan basis sumberdaya alam seperti tanah, air, dan

keanekaragaman hayati yang memberikan sumbangan bagi perlindungan

modal alami.

3. Keberlanjutan Sosial

Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai

keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan

publik baik dalam bidang kesehatan, gender, maupun akuntabilitas politik

(Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan, keberlanjutan sosial

berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang

terlibat dalam sektor ini. Pertanian berkelanjutan memberikan solusi bagi

permasalahan pengangguran karena sistem ini mampu menyerap tenaga

kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional

yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat berat..

Beberapa fungsi gulma yang dapat berperan dalam ekosistem adalah

gulma dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap yang dapat

mengendalikan populasi hama. Serangga dan gulma merupakan komponen

penting pada ekosistem sawah. Serangga herbivora dapat menjadi hama

bagi tanaman budidaya maupun gulma (Kalshoven, 1981;

Mangoendihardjo, 1982), sedangkan gulma, sebagai tumbuhan liar yang

tidak dibudidayakan, dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk

memperebutkan cahaya matahari, air dan zat hara (Moenandir, 1993). Di

sisi lain, gulma juga dapat berfungsi sebagai tanaman perangkap, yaitu

sebagai inang alternatif bagi serangga hama, dan penyedia makanan bagi

serangga musuh alami dewasa karena gulma tersebut menyediakan polen

bagi parasitoid dewasa (Soegiarto dan Baco, 1993).

Page 15: biodiversitas

BAB 5PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Secara umum, penggunaan lahan agroforestry biasanya memiliki

jumlah biodiversitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan

tegalan. Biodiversitas atau keragaman tumbuhan pada suatu lahan tertentu

dapat berpengaruh pada tingkat keberlanjutan pertanian. Semakin besar

jumlah biodiversitas maka akan semakin besar kemungkinan untuk terjadinya

pertanian yang berkelanjutan. Karena jumlah biodiversitas yang banyak akan

Page 16: biodiversitas

cenderung pada kondisi lahan yang subur sehingga memungkinkan untuk

penggunaan lahan tersebut secara terus menerus. Banyak macam biodiversitas

yang dapat ditemui baik tumbuhan yang menjulang tinggi ataupun tumbuhan

yang merambat di dasar tanah, baik tumbuhan yang sengaja dibudidayakan

maupun tanaman pengganggu yang tumbuh tanpa diharapkan

Biodiversitas gulma dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan

konservasi tanah. Gulma juga dapat dikelola menjadi mulsa yang penting

untuk menjaga suhu tanah, penangkar hama secara alami dan lain-lain. Meski

identik dengan tumbuhan penggaggu, namun gulma memiliki banyak

keuntungan jika manajemen pengelolaannya baik. Tidak hanya pada tanah

dan lingkungan, pengelolaan yang baik ini juga akan berdampak pada naiknya

taraf hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Andri Bennydictus, Yulandha R, Hendra Winarta, 2012 Laporan Kajian Desa

Selorejo Menjadi Desa Wisata Kecamatan Dau Kabupaten Malang : Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya : Malang

Anonymous a, 2015 http://afrinafaiqa.blogspot.co.id/2014/03/ketika-daun-semanggi-

bereaksi.html. diakses pada 21 November 2015

Anonymous b, 2015 http://www.cara-obat.com/2013/10/manfaat-dan-khasiat-rumput-

teki-bagi-kesehatan.html. diakses pada 21 November 2015

Page 17: biodiversitas

Anonymous c, 2015. https://su.wikipedia.org/wiki/Urang_aring. diakses pada 21

November 2015

Dalimartha Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor :Trobus

Agriwidya.

Driesche RG van. & Bellows Jr.TS. 1996. Biological Control. London:Chapman

and Hall.

ESA (Ecological Society of America). 1997. Biodiversity. Publised by Ecological

Society of America, Washington D C, United State (US).

Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gaston K J, Spicer J I. 2004. Biodiversity: An Introduction. United Kingdom (UK):

Blackwell Science Ltd.

Kalshoven, L.G.E.1981. The pests of crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-Van

Hoeve. Jakarta. Indonesia

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas: Jakarta

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta

Lasmini,Sri Anjar dan Abd. Wahid. 2008. Respon Tiga Gulma Sasaran Terhadap

Beberapa Ekstrak Gulma Jurnal Penelitian Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan,Universitas Tadulako,Palu

Le Roy G. Holm, Ronald L.Plucknett, Juan V. Pancho, James P. Herberger , 1988.

The World’s Worst Weeds. University Press Of Hawai

Mindawati, N., M. H. L. Tata. Y. Sumarna, dan A. S. Kosasih. 1998. Pengaruh

Beberapa Macam Limbah Organik terhadap Mutu dan Proses Pengomposan

dengan Bantuan Efektif Mikroorganisme 4 (EM4). Buletin Penelitian Hutan

Bogor. 614:29-40

Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna Supriatna. (2007). Biologi

Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Page 18: biodiversitas

Moenandir, Jody. 2010. Ilmu Gulma. Malang:UB Press

Muhabibah, Dian Nur Aini. 2009. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Ekstrak Gulma

Terhadap Perkecambahan Beberapa Biji Gulma. Skripsi:UIN Malang

Pakpahan, A. dan A. Mardiastuti. 1991. Ketidaklestarian sumberdaya alam yang

dapat diperbaharui: sebuah tinjauan ekonomi dan ekologi. Prisma

1(1991):44-53.

Soegiarto and Baco.1993. Strategi dan program penelitian hama-hama tanaman

pangan pada PJP IIinPemantapan penelitian hama tanaman pangan. Risalah

lokakarya. Balai penelitian tanaman pangan. Sukarami,Sumatera Barat,

Indonesia

Sudarsono.2005. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi. Malang: Universitas Negeri

Malang

Thrupp, L.A. (ed),1996. New Partnerships for Sustainable Agriculture. World

Resource Institute New York. 136 pp.

UKabc, 2007. Agricultural Biodeiversity for Food and Livelihood Security and Food

Sovereignity, Didownload dari http://www.ukabc.org/ pada 4/10/2007.

Van, Steenis C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Wright, B. E. 2010. Measuring and Mapping Indices of Biodiversity Conservation

Effectiveness. Icarus Journal 2010

.

Page 19: biodiversitas