Benda Asing Di Jalan Nafas

17
Pendahuluan Benda asing jalan napas merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang melakukannya. 1 Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda tersebut tidak ada. 2 Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–3 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.3-5. 3 Faktor-Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas, antara lain: 2 Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.

Transcript of Benda Asing Di Jalan Nafas

Page 1: Benda Asing Di Jalan Nafas

Pendahuluan

Benda asing jalan napas merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan

tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan

instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah merupakan suatu prosedur yang

mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang

melakukannya.1 Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari

luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda

tersebut tidak ada.2

Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing

adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus

aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing ter-

jadi pada anak usia 1–3 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.3-5.3

Faktor-Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran

napas, antara lain: 2

Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.

Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme dan epilepsi.

Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik. Proses menelan yang belum sempurna

pada anak.

Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, eks-traksi gigi, belum

tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun

Faktor kejiwaan, antara lain; emosi, gangguan psikis

Ukuran, bentuk dan sifat benda asing

Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan

yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,

memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.

gangguan neurologis dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh

pengaruh alkohol, stroke, parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang

besar untuk terjadinya aspirasi.

Page 2: Benda Asing Di Jalan Nafas

Patogenesis

Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam

trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan bagian atas esophagus

diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa melalui saraf cervical. Menelan

memiliki beberapa stadium, yaitu stadium volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium

volunter, benda ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas

dan belakang terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium

faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga mencegah

makanan balik ke rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah,

kemudian pita suara laring berdekatan dan epiglottis mengayun ke belakang, sehingga

mencegah makanan masuk ke trakea. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami

oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)

dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa.4

Bronkus dan trakea sangat peka dengan benda asing ataupun iritasi lain, sehingga bisa

menimbulkan refleks batuk. Lapisan mukus pada saluran nafas mengandung factor-faktor

yang efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin terutama IgA, PMNs, interferon dan

antibodi spesifik. Gerakan silia menyapu/saluran nafas. Silia dan mucus menjebak debu dan

kuman, kemudian memindahkannya ke pharing, karena silia bergetar ke arah pharing.

Partikel asing dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1cm/menit sepanjang permukaan

trakea ke pharing2. Begitu juga benda asing di saluran hidung, dimobilisasi dengan cara yang

sama ke pharing. Aktivitas silia bisa dihambat oleh berbagai zat yang berbahaya. Sebagai

contoh, merokok sebatang sigaret dapat menghentikan gerakan silia untuk beberapa jam.4

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada

tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua aspirasi benda asing,

80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa,

benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut

konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih

besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.2,5

Tujuh puluh lima persen dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak umur

kurang dari 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau makanan berada di

dalam mulut, anak menjerit atau tertawa sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda

asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk

berulang-ulang (paroksikmal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis Bila benda asing telah

Page 3: Benda Asing Di Jalan Nafas

masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau

lebih, diikuti gejala pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.2,5

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi

lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus

edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala

sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-bronkitis, toksemia,batuk, dan demam

yang iregular.2,5

          Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih mudah

didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal dan tipis seperti

jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan gejala

batuk spasmodik.5

.

Gejala Klinis

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda

asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda

asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan

bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil,

dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea

dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum

diberikan pertolongan akibat sumbatan total. 6

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3

stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-

tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok

(gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala

stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut

tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium

ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan

kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium

ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat

reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses

paru.2,6

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada

di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda

Page 4: Benda Asing Di Jalan Nafas

asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian

mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya

spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.2,6

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang

disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari

benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut

tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih

tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan

reaksi laring oleh karena adanya edema.2.6

Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan

dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda

asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan

tindakan segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan

gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda

asing di saluran napas.2,6

Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar

dan lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus

lobaris atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang berfungsi

seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar,

sehingga menyebabkan emfisema obstruktif. Pasien pada benda asing di bronkus umumnya

datang pada fase asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara

yang masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan mengi,

Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak

napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia. Benda asing organik

menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis,

toksmia, batuk, dan demam irregular. Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena

perubahan posisi dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.2,6

Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut di tosil, dasar lidah,

valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa nyeri pada saat menelan. 2,6 Anak bisa

kemasukan suatu benda ke dalam hidung karena ulahnya sendiri, bisa juga oleh kakak atau

temannya yang memasukkan benda tersebut. Bisa jadi hal tersebut lolos dari pengamatan

orang tua dan baru ketahuan setelah 2-3 hari. Ujung-ujungnya orang tua baru menyadari

setelah timbul gejala, seperti keluar cairan yang berdarah, atau lendir seperti pilek dan berbau

busuk dari lubang hidung, hidung tampak merah dan bengkak, dan napas anak berbau dan

Page 5: Benda Asing Di Jalan Nafas

busuk. Bau ini mungkin karena infeksi atau benda yang masuk itu, misalnya kacang tanah,

jadi membusuk.7

Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan

laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak

dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent

foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran

radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau

emfisema. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara

keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi

parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan

keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.6

Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu

diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing

di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan

trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit

setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan

seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan

benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam

waktu hanya beberapa menit.8

Benda asing di hidung.Bila ketahuan anak memasukkan benda kecil seperti biji-bijian,

orang tua tidak perlu panik. Bila bendanya masuk terlalu dalam dan sulit dikeluarkan, jangan

sembarang menggunakan alat karena bisa timbul luka. Bila benda yang masuk tidak terlalu

dalam dan masih bisa terlihat, bisa diambil dengan sebatang kawat berujung tumpul yang

dibengkokkan seperti kail. Secara perlahan kail tersebut dimasukkan ke dalam hidung

kemudian tarik biji tersebut pelan-pelan keluar. Bisa juga dengan menggunakan pinset.

Jika tidak berhasil, segera bawa ke dokter.Jika benda dapat dikeluarkan dengan mudah

tentunya tidak akan menimbulkan akibat lebih jauh. Tapi bisa menjadi gawat jika benda

terisap masuk ke paru-paru, jalan napas akan tersumbat dan terjadi sesak napas, tersedak atau

suara sengau.8

Page 6: Benda Asing Di Jalan Nafas

Benda asing dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau

komplit (total). Pada obstruksi jalan napas partial korban mungkin masih mampu melakukan

pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban dengan

pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan

kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing

tersebut dapat keluar. Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem

pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus

diperlakukan sebagai Obstruksi jalan napas komplit. 8

Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat berbicara,

bernapas, atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainya.

Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen

sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika tidak

diambil tindakan segera.8

Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera,

karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk

mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat

dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.

Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi.

Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup,

dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Manuver Heimlich

(hentakan subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan

pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan

cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang

menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan

obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk membersihkan jalan napas.8

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau

hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan

menggunakan kepa- lan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.8

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat

digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki

fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.8

Page 7: Benda Asing Di Jalan Nafas

Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas

bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera pada pasien tidur terlentang

dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke bronkus, benda asing dipegang

dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui laring, bila bronkospi tidak tersedia,

dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai cunam atau alat penghisap

melalui stoma tersebut, jika tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.8

Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat optik dan

cunam yang sesuai, Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda asing bersifat

organik, bila tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada

jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak

rutin diberikan setelah endoskopi, Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis

purulenta, dan atelektasis,Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan

tidak demam, Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak

menghilang pada keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan

adekuat.8

Benda asing di dasar lidah di lihat dengan kaca tenggorokan yang besar, pasien

diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorokan dengan tangan

kiri, cunam dengan tangan kanan untuk mengambil benda tersebut, Bila perlu dapat

disemprotkan dengan silokain dan pantokain, Untuk mengeluarkan benda asing di velekula

dan sinus piriformis dilakukan laringoskopi langsung.Di Instalasi Gawat Darurat, terapi

suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan

pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi.

Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema

saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang

cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan

sebelum tindakan bronkoskopi.8

Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal

itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu

dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara

dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing

organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera

dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum. 8

Page 8: Benda Asing Di Jalan Nafas

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun

bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku

untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter

jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan

bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai

juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga

berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi. 8

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi

cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan

kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan

bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di

distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi

bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan

bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-

alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk

orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi

mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang. 8

Persiapan yang adekuat untuk ekstraksi benda asing antara lain :8

1. Pendekatan pada orang tua/keluarga, diantaranya untuk memberikan informasi

mengenai resiko tindakan, kemungkinan trauma dan kegagalan ekstraksi.

2. Persiapan pasien:

− Foto torak: PA saat inspirasi dan ekspirasi, lateral

− Puasa 6 jam sebelum tindakan

− Pemberian cairan yang adekuat

− Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, skrining perdarahan/ pembekuan,

elektrolit, gula darah,analisa urin)

3. Persiapan alat: harus tersedia bronkoskop dengan ukuran yang sesuai dengan umur

penderita

4. Penilaian duplikat benda asing untuk menentukan pilihan cunam yang akan dipakai,

apakah cunam dapat memegang dengan baik saat benda asing ditarik ke luar.

Page 9: Benda Asing Di Jalan Nafas

5. Analisis masalah: perlu dilakukan diskusi antara ahli THT, paru dan anestesi sebelum

dilakukan tindakan ekstraksi mengenai kemungkinan resiko tindakan. Ekstraksi

benda asing di traktus trakeobronkial merupakan problem mekanis yang memerlukan

perencanaan yan baik.

6. Persiapan tim: kerjasama tim yang lengkap terdiri dari operator, ahli anestesi dan

perawat yang berpengalaman sangat penting.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan

bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,

cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis

anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang

jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah

subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet

menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan

metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum

dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu

proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan

bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka

sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya:

rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika.

Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan

penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan

keterlambatan penanganan.

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama

kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam

saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi

benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi

dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.

Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka tindakan

bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan umum penderita sebaik

mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan persiapan 2 jam, maka benda asing

Page 10: Benda Asing Di Jalan Nafas

dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui

kesulitan selama 2 jam. Bila benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya

benda asing di laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk

menyelamatkan penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu.

Jika timbul kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah satu

sisi bronkus. Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh lebih dari 30

menit.8

1. Merchant SN, Kirtane MV, Shah KL, Karnk PP. 1984. Foreign bodies in the bron-chi (a 10 years review of 132 cases). Journal of Postgraduate Medicine; 30(4):219-23. Tersedia mealui http://www.jpgmonline.com/article.asp?issn=0022-3859;year=1984;volume=30;issue=4;spage=219;epage=23;aulast=Merchant;type

2. Junizaf MH. 2004. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT–KL. Jakarta:FKUI, h.213–31

3. Murray AD. 2006. Foreign bodies of airway. Diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/872498-overview

4. Muluk,A. 2009. Pertahanan Saluran Nafas. Medan. Diakses melalui URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18350/1/mkn-mar2009-

42%20%281%29.pdf .

5. Perkasa,M.F. 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring. Available from: URL:

http://www.scribd.com/doc/32825999/Ekstraksi-Benda-Asing-Larin g . Makasar.:

58-60

6. Stewart C. 2002. Foreign bodies of the airway: recognition and emergency management. . Diakses melalui http://www.strosmith.netcom

7. Firmansyah,R. 2010. Benda Asing dalam Tubuh Anak. Diakses melalui:

URL: http://www.tabloidnova.com .

8. Almazini,P. 2010.Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas. Diakses

melalui: http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-asing-di-

saluran-napas. 2 February 2010