Pendahuluan
Benda asing jalan napas merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan
instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah merupakan suatu prosedur yang
mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang
melakukannya.1 Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda
tersebut tidak ada.2
Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing
adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus
aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing ter-
jadi pada anak usia 1–3 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.3-5.3
Faktor-Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas, antara lain: 2
Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsi.
Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik. Proses menelan yang belum sempurna
pada anak.
Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, eks-traksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun
Faktor kejiwaan, antara lain; emosi, gangguan psikis
Ukuran, bentuk dan sifat benda asing
Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan
yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.
gangguan neurologis dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh
pengaruh alkohol, stroke, parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang
besar untuk terjadinya aspirasi.
Patogenesis
Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam
trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan bagian atas esophagus
diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa melalui saraf cervical. Menelan
memiliki beberapa stadium, yaitu stadium volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium
volunter, benda ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas
dan belakang terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium
faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga mencegah
makanan balik ke rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah,
kemudian pita suara laring berdekatan dan epiglottis mengayun ke belakang, sehingga
mencegah makanan masuk ke trakea. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami
oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)
dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa.4
Bronkus dan trakea sangat peka dengan benda asing ataupun iritasi lain, sehingga bisa
menimbulkan refleks batuk. Lapisan mukus pada saluran nafas mengandung factor-faktor
yang efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin terutama IgA, PMNs, interferon dan
antibodi spesifik. Gerakan silia menyapu/saluran nafas. Silia dan mucus menjebak debu dan
kuman, kemudian memindahkannya ke pharing, karena silia bergetar ke arah pharing.
Partikel asing dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1cm/menit sepanjang permukaan
trakea ke pharing2. Begitu juga benda asing di saluran hidung, dimobilisasi dengan cara yang
sama ke pharing. Aktivitas silia bisa dihambat oleh berbagai zat yang berbahaya. Sebagai
contoh, merokok sebatang sigaret dapat menghentikan gerakan silia untuk beberapa jam.4
Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada
tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua aspirasi benda asing,
80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa,
benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut
konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih
besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.2,5
Tujuh puluh lima persen dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak umur
kurang dari 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau makanan berada di
dalam mulut, anak menjerit atau tertawa sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda
asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk
berulang-ulang (paroksikmal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis Bila benda asing telah
masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau
lebih, diikuti gejala pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.2,5
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi
lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus
edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala
sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-bronkitis, toksemia,batuk, dan demam
yang iregular.2,5
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih mudah
didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal dan tipis seperti
jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan gejala
batuk spasmodik.5
.
Gejala Klinis
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda
asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil,
dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea
dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum
diberikan pertolongan akibat sumbatan total. 6
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala
stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut
tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium
ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat
reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses
paru.2,6
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada
di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda
asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian
mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya
spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.2,6
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang
disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari
benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut
tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih
tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan
reaksi laring oleh karena adanya edema.2.6
Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan
dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda
asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan
tindakan segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan
gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda
asing di saluran napas.2,6
Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar
dan lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus
lobaris atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang berfungsi
seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar,
sehingga menyebabkan emfisema obstruktif. Pasien pada benda asing di bronkus umumnya
datang pada fase asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara
yang masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan mengi,
Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak
napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia. Benda asing organik
menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis,
toksmia, batuk, dan demam irregular. Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena
perubahan posisi dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.2,6
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut di tosil, dasar lidah,
valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa nyeri pada saat menelan. 2,6 Anak bisa
kemasukan suatu benda ke dalam hidung karena ulahnya sendiri, bisa juga oleh kakak atau
temannya yang memasukkan benda tersebut. Bisa jadi hal tersebut lolos dari pengamatan
orang tua dan baru ketahuan setelah 2-3 hari. Ujung-ujungnya orang tua baru menyadari
setelah timbul gejala, seperti keluar cairan yang berdarah, atau lendir seperti pilek dan berbau
busuk dari lubang hidung, hidung tampak merah dan bengkak, dan napas anak berbau dan
busuk. Bau ini mungkin karena infeksi atau benda yang masuk itu, misalnya kacang tanah,
jadi membusuk.7
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak
dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent
foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau
emfisema. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi
parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.6
Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu
diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing
di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan
trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit
setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan
seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan
benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam
waktu hanya beberapa menit.8
Benda asing di hidung.Bila ketahuan anak memasukkan benda kecil seperti biji-bijian,
orang tua tidak perlu panik. Bila bendanya masuk terlalu dalam dan sulit dikeluarkan, jangan
sembarang menggunakan alat karena bisa timbul luka. Bila benda yang masuk tidak terlalu
dalam dan masih bisa terlihat, bisa diambil dengan sebatang kawat berujung tumpul yang
dibengkokkan seperti kail. Secara perlahan kail tersebut dimasukkan ke dalam hidung
kemudian tarik biji tersebut pelan-pelan keluar. Bisa juga dengan menggunakan pinset.
Jika tidak berhasil, segera bawa ke dokter.Jika benda dapat dikeluarkan dengan mudah
tentunya tidak akan menimbulkan akibat lebih jauh. Tapi bisa menjadi gawat jika benda
terisap masuk ke paru-paru, jalan napas akan tersumbat dan terjadi sesak napas, tersedak atau
suara sengau.8
Benda asing dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau
komplit (total). Pada obstruksi jalan napas partial korban mungkin masih mampu melakukan
pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban dengan
pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan
kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing
tersebut dapat keluar. Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem
pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus
diperlakukan sebagai Obstruksi jalan napas komplit. 8
Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat berbicara,
bernapas, atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainya.
Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen
sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika tidak
diambil tindakan segera.8
Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk
mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat
dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.
Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi.
Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup,
dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Manuver Heimlich
(hentakan subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan
pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan
cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang
menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan
obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk membersihkan jalan napas.8
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau
hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepa- lan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.8
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki
fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.8
Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas
bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera pada pasien tidur terlentang
dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke bronkus, benda asing dipegang
dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui laring, bila bronkospi tidak tersedia,
dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai cunam atau alat penghisap
melalui stoma tersebut, jika tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.8
Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat optik dan
cunam yang sesuai, Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda asing bersifat
organik, bila tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada
jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak
rutin diberikan setelah endoskopi, Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis
purulenta, dan atelektasis,Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan
tidak demam, Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak
menghilang pada keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan
adekuat.8
Benda asing di dasar lidah di lihat dengan kaca tenggorokan yang besar, pasien
diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorokan dengan tangan
kiri, cunam dengan tangan kanan untuk mengambil benda tersebut, Bila perlu dapat
disemprotkan dengan silokain dan pantokain, Untuk mengeluarkan benda asing di velekula
dan sinus piriformis dilakukan laringoskopi langsung.Di Instalasi Gawat Darurat, terapi
suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan
pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi.
Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema
saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang
cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan
sebelum tindakan bronkoskopi.8
Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal
itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu
dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara
dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing
organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera
dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum. 8
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun
bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku
untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter
jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan
bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai
juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga
berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi. 8
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan
kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan
bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di
distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi
bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan
bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-
alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk
orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi
mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang. 8
Persiapan yang adekuat untuk ekstraksi benda asing antara lain :8
1. Pendekatan pada orang tua/keluarga, diantaranya untuk memberikan informasi
mengenai resiko tindakan, kemungkinan trauma dan kegagalan ekstraksi.
2. Persiapan pasien:
− Foto torak: PA saat inspirasi dan ekspirasi, lateral
− Puasa 6 jam sebelum tindakan
− Pemberian cairan yang adekuat
− Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, skrining perdarahan/ pembekuan,
elektrolit, gula darah,analisa urin)
3. Persiapan alat: harus tersedia bronkoskop dengan ukuran yang sesuai dengan umur
penderita
4. Penilaian duplikat benda asing untuk menentukan pilihan cunam yang akan dipakai,
apakah cunam dapat memegang dengan baik saat benda asing ditarik ke luar.
5. Analisis masalah: perlu dilakukan diskusi antara ahli THT, paru dan anestesi sebelum
dilakukan tindakan ekstraksi mengenai kemungkinan resiko tindakan. Ekstraksi
benda asing di traktus trakeobronkial merupakan problem mekanis yang memerlukan
perencanaan yan baik.
6. Persiapan tim: kerjasama tim yang lengkap terdiri dari operator, ahli anestesi dan
perawat yang berpengalaman sangat penting.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,
cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis
anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang
jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah
subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet
menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan
metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum
dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu
proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya:
rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika.
Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan
penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan
keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam
saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi
benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi
dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.
Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka tindakan
bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan umum penderita sebaik
mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan persiapan 2 jam, maka benda asing
dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui
kesulitan selama 2 jam. Bila benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya
benda asing di laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk
menyelamatkan penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu.
Jika timbul kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah satu
sisi bronkus. Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh lebih dari 30
menit.8
1. Merchant SN, Kirtane MV, Shah KL, Karnk PP. 1984. Foreign bodies in the bron-chi (a 10 years review of 132 cases). Journal of Postgraduate Medicine; 30(4):219-23. Tersedia mealui http://www.jpgmonline.com/article.asp?issn=0022-3859;year=1984;volume=30;issue=4;spage=219;epage=23;aulast=Merchant;type
2. Junizaf MH. 2004. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT–KL. Jakarta:FKUI, h.213–31
3. Murray AD. 2006. Foreign bodies of airway. Diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/872498-overview
4. Muluk,A. 2009. Pertahanan Saluran Nafas. Medan. Diakses melalui URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18350/1/mkn-mar2009-
42%20%281%29.pdf .
5. Perkasa,M.F. 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring. Available from: URL:
http://www.scribd.com/doc/32825999/Ekstraksi-Benda-Asing-Larin g . Makasar.:
58-60
6. Stewart C. 2002. Foreign bodies of the airway: recognition and emergency management. . Diakses melalui http://www.strosmith.netcom
7. Firmansyah,R. 2010. Benda Asing dalam Tubuh Anak. Diakses melalui:
URL: http://www.tabloidnova.com .
8. Almazini,P. 2010.Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas. Diakses
melalui: http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-asing-di-
saluran-napas. 2 February 2010