Behavioral Theories (Isi)

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma lainnya Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu, perubahan perilaku dan proses belajar sangat erat kaitannya. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar. Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri 1

description

ya ada saja pokoknya

Transcript of Behavioral Theories (Isi)

Page 1: Behavioral Theories (Isi)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya

dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk

Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku

dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma

lainnya

         Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi

dengan lingkungan. Terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antara

individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu,

perubahan perilaku dan proses belajar sangat erat kaitannya. Perubahan perilaku merupakan

hasil dari proses belajar.

         Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berasal dari dalam diri itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan syaraf

pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan

melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan lain sebagainya. Sedangkan

motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Hasil dari dorongan dan gerakan inilah yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.

         Perilaku yang berlaku pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya.

Tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan. Baik itu

stimulus eksternal maupun stimulus internal (Walgito, 1991). Perilaku dapat dioservasi, baik

langsung seperti tertawa, minum dan lain sebagainya maupun secara tidak langsung seperti

1

Page 2: Behavioral Theories (Isi)

pikiran dan perasaan. Perilaku masyarakat terbentuk dari lingkungan dimana ia hidup.

Perilaku ini berlangsung cukup lama dan mungkin pula hingga saat ini. Bahkan bisa saja

perilaku yang sama turun temurun dari generasi ke generasi di masyarakat. Hal ini bisa

menjadi kebudayaan masyarakat suatu daerah. Dalam makalah ini akan mengeksplorasi

tentang behavioral theories (teori perilaku).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam

akalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku?

2. Apa saja teori-teori perilaku menurut para ahli?

3. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku?

4. Bagaimana proses pembentukan perilaku?

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang

teori teori-teori perilaku. Secara rinci, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui konsep perilaku.

2. Mengetahui teori-teori perilaku menurut para ahli.

3. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku.

4. Mengetahui proses pembentukan perilaku.

5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku.

2

Page 3: Behavioral Theories (Isi)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Definisi Perilaku

Pembahasan mengenai perilaku banyak dipelajari dalam berbagai disiplin ilmu,

karena perilaku merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan kehidupannya.

Perilaku secara umum adalah suatu bentuk atau sikap yang dibuat manusia sendiri terhadap

dirinya yang dapat menimbulkan suatu respon atau objek. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. Perilaku adalah suatu kegiatan dan aktifitas organisme yang bersangkutan, baik

aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Manusia

berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau goal.

Dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau penggerak. Sehingga individu itu akan

beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan. Pada umumnya, perilaku dapat

ditinjau secara sosial yaitu pengaruh hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.

Definisi perilaku juga banyak diungkapkan oleh para ahli. Menurut Soekidjo

Notoatmojo, perilaku adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Perilaku menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu

objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku adalah

suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,

dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang

3

Page 4: Behavioral Theories (Isi)

sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing –

masing.

Secara operasional bahwa perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993). Sedangkan

Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi

atau perilaku tertentu (Notoatmodjo,1997).

Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati

dan bahkan dapat dipelajari. Definisi selanjutnya diungkapkan oleh Drs. Leonard F.

Polhaupessy, Psi. dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia”, menguraikan

perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik

sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu,

misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk

perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku

ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan

dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh

manusia.

Seorang psikolog Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespon, maka teori Skinner disebut teori “S-O-R”atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).      

4

Page 5: Behavioral Theories (Isi)

Definisi dan konsep perilaku dari para ahli kemudian juga tidak lepas dengan aliran

psikologi yang menitik beratkan metode observasinya pada perilaku manusia. Terdapat aliran

behavioral dalam ilmu psikologi. Beberapa ciri dari aliran behavioral yaitu mementingkan

faktor lingkungan, bagian-bagian (elemen), mengutamakan mekanisme peranan reaksi,

mekanisme terbentuknya hasil belajar, sebab-sebab di waktu yang lalu, mementingkan

pembentukan kebiasaan, dan dalam memecahkan masalah, ciri khasnya yaitu “insight”.

Aliran Behavioral memiliki beberapa prinsip dasar yaitu objek psikologi adalah

tingkah laku. Mazhab ini memandang objek psikologi bukanlah kesadaran tapi tingkah laku,

sehingga pengalaman-pengalaman psikis tidak di teliti, yang diteliti adalah perubahan-

perubahan gerakan badaniah yang observable. Dalam aliran behavioral, semua bentuk

tingkah laku dikembalikan pada refleks-refleks atau reaksi yang tidak disadari terhadap suatu

rangsangan. Selain itu, prinsip dasar kaum behavioral adalah tidak mengakui adanya potensi

bawaan seperti bakat, sifat umum yang menurun. Sebab pendidikan dan lingkungan

memegang kekuasaan penuh terhadap proses pembentukan perilaku individu.

Penganut aliran behavioral mengungkapkan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh

pengalaman-pengalaman yang dapat diamati, tidak dengan proses mental. Menurut Terry,

yang dikutip dalam Santrock, perilaku adalah setiap hal yang dilakukan manusia, yang

diamati secara langsung, sedangkan proses mental menurut definisi para psikolog adalah

pemikiran, perasaan, dan motif yang dialami oleh setiap orang tetapi tidak dapat diamati oleh

orang lain. Menurut aliran psikologi behavioristik, proses mental bukanlah subjek yang

pantas diamati untuk ilmu perilaku, karena tidak dapat diamati secara langsung. Aliran

Behavioral menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan sebuah

keyakinan bahwa menurut para behaviorisme metode introspeksi tidak dapat menghasilkan

data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang

5

Page 6: Behavioral Theories (Isi)

dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata

(Walgito, 2002:53).

John B. Watson yang juga merupakan tokoh aliran behavioral memiliki pendapat

yang berbeda dengan kalangan umum pada masanya. Ia memperkenalkan psikologi yang

tidak menggunakan introspeksi dalam eksperimennya. Menurutnya, proses-proses kesadaran

tidak perlu diselidiki. Proses yang lebih penting untuk diamati menurutnya adalah proses

adaptasi, gerakan otot-otot dan aktivitas kelenjar (Sarlito : 2012). Pengaruh dari faktor-faktor

subjektif seorang yang diperiksa sangatlah besar di dalam metode eksperimen introspeksi.

Oleh sebab itu, aliran psikologi behavioristik lebih cenderung untuk mengamati prilaku.

Emosi yang dihasilkan manusia, seperti emosi gembira atau emosi sedih menurut

aliran psikologi behavioristik merupakan akibat dari adanya tarikan atau ketegangan dari

otot-otot syaraf tertentu. Perilaku manusia dihasilkan dari adanya rangsangan (stimulus) yang

kemudian diikuti oleh suatu reaksi (response) terhadap rangsang tersebut.

B. Teori-Teori Perilaku

Aliran atau pandangan psikologi behavioral kemudian diadopsi dan menurunkan

teori-teori psikologi yang dicetuskan oleh beberapa ahli. Teori Conditioning merupakan

sebuah teori yang diungkapkan oleh beberapa tokoh psikologi yang mengadopsi aliran

psikologi behavioral. Teori conditioning terdiri dari teori classical conditioning yang

diungkapkan oleh Ivan Pavlov dan John B Watson dan teori operant conditioning dari B.F.

Skinner. Teori-teori tersebut mejelaskan mengenai stimulus dan respons terhadap perilaku

manusia. Dalam belajar, pandangan behavioral kemudian melahirkan teori connectionism

oleh thorndike dan teori kognitif sosial yang dicetuskan oleh A Bandura.

6

Page 7: Behavioral Theories (Isi)

1. Classical Conditioning

Ivan Pavlov merupakan tokoh penemu teori classical conditioning. Ia adalah seorang

ahli psikologi refleksologi dari rusia. Pada awal 1900-an ia melakukan eksperimen terhadap

anjing untuk mengetahui response dan gerak refleks dari stimulus yang ada atau diberikan.

Hasil eksperimen menunjukan bahwa gerak refleks dapat dipelajari dan dapat berubah karena

mendapat latihan. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh

ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi, tingkah laku belajar

terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Pavlov mengemukakan beberapa prinsip dalam classical conditioning, yaitu

generalisasi, diskriminasi, dan pelemahan. Generalisasi adalah kecenderungan dari stimulus

baru yang mirip dengan stimulus terkondisi untuk menghasilkan respon yang sama.

Diskriminasi yaitu peresponan terhadap stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus

lainnya. Sedangkan pelemahan dalam classical condition melibatkan proses melemahnya

stimulus yang terkondisi dengan menghilangkan atau tidak adanya stimulus yang tak

terkondisi.

Tokoh lain yang termasuk dalam pakar classical conditioning adalah John B. Watson.

Ia merupakan tokoh pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan metode Ivan Pavlov.

Ia berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons bersyarat melalui

stimulus pengganti. Manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional.

Semua tingkah laku terbentuk oleh hubungan stimulus respons baru melalui conditioning.

Menurut teori conditioning, belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena

adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi. Teori ini mengatakan

bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan

atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam

kehidupannya. Watson melakukan eksperimen tentang perasaan takut pada anak dengan

7

Page 8: Behavioral Theories (Isi)

menggunakan tikus atau kelinci. Berdasarkan hasil percobaannya, dapat ditarik kesimpulan

bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. (Prof.Dr.H.Djaali : 2007)

2. Operant Conditioning

Operant Conditioning dipopulerkan oleh B.F. Skinner (1904 – 1990). Operant

Conditioning dinamakan juga Instrumental Conditioning. Pemikiran Skinner awalnya

didasarkan dari pandangan E.L Thorndike. Operant conditioning adalah suatu bentuk

pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam

berbagai kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Prinsip dasar dari proses belajar yang

dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, dengan teori Stimulus-Respon. Dalam teori tersebut

dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme belajar dengan cara mencoba-

coba (trial and error). Thorndike juga berpendapat bahwa belajar terjadi secara perlahan,

bukan secara tiba-tiba. Belajar terjadi secara incremental (bertahap), bukan secara insightful

(Hergenhahn & Olson, 1997). Jika organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung

masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serangkaian tingkah laku dari kumpulan

tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Individu mengasosiasikan

suatu masalah tertentu dengan tingkah laku tertentu.

Operant Conditioning juga memiliki beberapa prinsip, yaitu reinforcement dan

punishment. Reinforcement (penguat atau imbalan) adalah konsekuensi yang akan

meningkatkan probabilitas suatu perilaku terjadi lagi (McCown, Drescol, & Roop, 1996).

Terdapat dua bentuk reinforcement yaitu reinforcement positive (reward) dan reinforcement

negative. Reinforcement positive (reward), yaitu stimulus yang akan memperkuat perilaku

dimana frekuensi perilaku akan meningkat karena diikuti dengan stimulus yang

menyenangkan. Reinforcement negative, yaitu stimulus yang akan memperkuat perilaku

dimana frekuensi perilaku akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang

8

Page 9: Behavioral Theories (Isi)

tidak menyenangkan.

Reinforcement, baik positif maupun negatif, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu Primary reinforcement, Secondary reinforcement, dan Pairing. Primary reinforcement

yaitu stimulus yang berupa pemenuhan kebutuhan biologis yang sifatnya tanpa perlu

dipelajari. Secondary reinforcement, yaitu stimulus yang bukan pemenuhan biologis yang

sifatnya harus dipelajari. Pairing, yaitu stimulus yang merupakan gabungan dari primary

reinforcement dan secondary reinforcement. Dengan kata lain, ada dua penghargaan

sekaligus yang diberikan kepada individu.

Prinsip kedua dari operant conditioning adalah punishment. Punishment adalah

stimulus tidak menyenangkan yang akan menurunkan terjadinya perilaku. Beberapa perilaku

memerlukan suatu perubahan yang sifatnya segera. Perubahan ini memerlukan suatu tindakan

yang terkadang membuat individu merasa terancam secara fisik dan psikis. Hukuman adalah

sesuatu yang mempresentasikan suatu stimulus baru, yang bagi individu dianggap sebagai hal

yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan. Hukuman yang diberikan dapat berupa

hukuman fisik dan psikis. Beberapa format hukuman yang efektif dalam mengurangi

perilaku yang bermasalah adalah secara verbal, yang dapat lebih efektif ketika disampaikan

saat itu juga, dekat dengan perilaku yang tidak diinginkan, serta dilakukan tidak secara

emosional dan juga secara non verbal, misalnya kontak mata atau muka merengut.

Dari dua prinsip dasar operant conditioning tersebut, reinforcement dianggap

memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam membentuk perilaku yang diinginkan. Namun,

reinforcement sebaiknya diberikan berdasarkan suatu aturan tertentu. Penjadwalan

reinforcement terdiri atas empat cara yang menguraikan kapan dan bagaimana suatu respons

dibuat.

9

Page 10: Behavioral Theories (Isi)

1. Fixed ratio schedule: didasarkan pada penyajian bahan pelajaran yang mana

pemberi reinforcement baru memberikan penguatan response setelah terjadi

jumlah tertentu dari respons

2. Variable Ratio Schedule : yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran

dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respons

3. Fixed internal schedule : yang didasarkan atas satuan waktu

4. Tetap diantara reinforcement

5. Variable interval schedule : pemberian reinforcement menurut respons yang

pertama setelah terjadi kesalahan respons.

3. Teori Belajar Connectionism

Teori Thorndike di Amerika Serikat terkenal dengan nama teori belajar connectionism

karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi antara stimulus dan response (Prof

DR Djaali : 2007). Teori ini disebut trial and error dalam rangka memilih respons yang tepat

bagi stimulus tertentu. Penelitiannya melihat tingkah laku berbagai binatang, tingkah laku

anak-anak, dan orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan pada situasi baru yang belum

dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespons situasi

itu. Dalam hal ini objek mencoba berbagai cara reaksi, sehingga menemukan keberhasilan

dalam membuat koneksi suatu reaksi dengan stimulasinya. Ciri-ciri belajar dengan trial and

error adalah ada motif pendorong aktivitas, ada berbagai respons terhadap situasi, ada

eleminasi respons yang gagal atau salah, dan ada kemajuan reaksi mencapai tujuan.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum seperti law of

readines, law of exercise, dan law of effect. Law of readines terjadi jika reaksi terhadap

stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi, maka reaksi menjadi

memuaskan. Law of exercise, maksudnya adalah semakin banyak dipraktikan atau

10

Page 11: Behavioral Theories (Isi)

digunakannya hubungan stimulus-response, makin kuat hubungan itu. Praktik perlu disertai

dengan reward. Sedangkan law of effect adalah apabila terjadi hubungan antara stimulus dan

respons dan diikuti dengan state of affairs yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi

lebih kuat. Jika sebaliknya, kekuatan hubungan menjadi berkurang. Menurut hasil penelitian

tersebut, proses belajar melalui proses trial and error dan law of effect merupakan segala

tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari

sebaik-baiknya.

4. Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial dicetuskan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar itu lebih dari

sekedar perubahan perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang

didasari oleh pengetahuannya tersebut (Prof DR Djaali : 2007). Melalui teori observational

learning, Bandura beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap penting,

atau sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja. Orang cenderung untuk membimbing dirinya

sendiri dalam belajar, dan lingkungannya dapat dipengaruhi perilaku tiruan. Menurut

Bandura, yang penting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari

perilaku orang lain. Pengambilan keputusan dilakukan mengenai perilaku mana yang akan

menjadi alternatif dan kemudian melakukan perilaku yang dipilih. Prinsip belajar menurut

Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Hal ini berbeda dengan situasi

di laboratorium atau pada lingkungan sosial yang banyak memerlukan pengamatan tentang

pola perilaku beserta konsekuensinya.

C. Bentuk-Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka.

11

Page 12: Behavioral Theories (Isi)

Perilaku tertutup (convert behavior) adalah respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan

mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. (Notoatmodjo, 2003)

Sedangkan berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis perilaku, yaitu perilaku refleksif dan

perilaku non refleksif.

Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap

stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya kedip mata bila kena sinar,

gerak lutut bila kena sentuhan palu, menarik tangan apabila menyentuh api dan lain

sebagainya. Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus

yang diterima organisme tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak sebagai pusat

kesadaran yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam perilaku yang refleksif,

respons langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus

diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui

pusat kesadaran atau otak. Perilaku ini pada dasarnya tidak dapat dikendalikan. Hal

ini karena perilaku refleksif merupakan perilaku yang alami, bukan perilaku yang

dibentuk oleh pribadi yang bersangkutan.

Perilaku Non-Refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat

kesadaran/otak. Dalam kaitan ini, stimulus setelah diterima oleh reseptor langsung

diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran , dan kemudian terjadi

12

Page 13: Behavioral Theories (Isi)

respons melalui afektor. Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran inilah

yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis

inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis (Branca, 1964). Pada

perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, merupakan perilaku yang

dominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat dibentuk, dapat dikendalikan.

Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses belajar.

D. Proses Pembentukan Perilaku

         Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa sebagian besar perilaku manusia merupakan

perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut, maka salah

satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku sesuai yang diharapkan.

1. Conditioning (kebiasaan)

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,

akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar

kondisioning oleh Pavlov, Thorndike dan Skinner (Hergenhanh, 1976).

Contohnya anak dibiasakan bangun pagi dan gosok gigi. Ini akan menjadi perilakunya

sehari-hari.

2. Insight (pengertian)

Teori ini berdasarkan atas teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Kohler,

yaitu belajar dengan disertai pengertian.

Contohnya bila naik motor harus memakai helm karena helm tersebut untuk keamanan

diri.

3. Model (contoh)

Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau

observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977). Contohnya kalau

13

Page 14: Behavioral Theories (Isi)

orang berbicara bahwa orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan

pembentukan perilaku yang menggunakan model. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

setimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest (ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (evaluasi), menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan

menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Dalam perubahan perilaku, terdapat beberapa teknik dasar perubahan perilaku, baik

psikologis dan biologis atau berasal dari tubuh manusia. Teknik dasar perubahan perilaku

adalah mental atau psikologis, sel-sel tubuh dan sistem saraf. Biologis adalah proses-proses

dan dinamika saraf faali (neural fisiologis) yang ada dibalik suatu perilaku. Sel-sel tubuh

yaitu tubuh dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang (reseptor),

penerus rangsang (adjustor) dan sel-sel penanggap rangsang (affector). Dengan berfungsinya

ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisasi dapat menerima rangsang (bunyi) dan

menanggapinya secara tepat (berbunyi). Selain sel-sel tubuh, faktor biologis lainnya yang

14

Page 15: Behavioral Theories (Isi)

merupakan teknik dasar perubahan perilaku adalah sistem saraf. Sistem saraf terbagi menjadi

dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (perifer). Sistem saraf pusat terdiri dari sel-

sel saraf otak dan sum-sum tulang belakang. Sistem safat ini berfungsi mengkoordinasi

perilaku-perilaku yang kompleks dikoordinasi oleh otak dan yang sederhana (seperti reflek)

oleh sum-sum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi (perifer) terdapat dalam semua

organ lain dalam tubuh manusia. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsangan-

rangsangan yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem saraf pusat.

Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu yang berasal dari faktor

personal, seperti biologis dan sosiopsikologis serta komponen afektif yang terdiri dari

sosiogenesis, sikap dan emosi. Faktor Biologis yaitu adanya perilaku tertentu yang

merupakan bawaan manusia dan bukan pengaruh lingkungan atau sitausi. Misalnya

bercumbu, memberi makan, merawat anak dan perilaku agresif. Selain itu, adanya motif

biologis yang mendorong perilaku manusia juga menjadi faktor biologis yang mempengaruhi

prilaku manusia. Sebagai contoh misalnya kebutuhan akan makan, minum, istirahat, seksual

dan kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.

Sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen afektif, komponen kognitif dan

komponen konatif.

Komponen afektif yaitu aspek emosional dan komponen kognitif yaitu aspek

intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif yaitu

aspek vilisional yang berhubungan dengan kebiasaan & kemauan bertindak. Komponen

afektif terdiri dari sosiogenis, sikap dan emosi. Menurut David McClelland motif sosiogenis

terdiri dari kebutuhan berprestasi, kebutuhan akan kasih sayang dan kebutuhan berkuasa.

Sedangkan menurut W.I Thomas dan Florian Znanieecki motif sosiogenis terdiri dari

keinginan memperoleh pengalaman baru, keinginan untuk mendapat respon, keinginan akan

pengakuan dan keingnan akan rasa aman. Komponen afektif lain yang mempengaruhi

15

Page 16: Behavioral Theories (Isi)

perubahan perilaku adalah sikap. Sikap adalah Kecenderungan bertindak, berpersepsi,

berfikir dan merasa dalam menghadapi ide, objek, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya

pendorong atau motivasi. Sikap mengandung aspek evaluatif dan sikap timbul dari

pengalaman. Selain itu, emosi juga turut serta dalam perubahan perilaku. Emosi

menunjukkan kegoncangan organisme disertai gejala kesadaran,keperilakuan dan proses

fisiologis. Fungsi emosi adalah untuk pembangkit energi, pembawa informasi intrapersonal,

pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal dan sumber informasi tentang keberhasilan

kita. Intensitas emosi meliputi emosi ringan dan kuat. Emosi ringan adalah meningkatkan

perhatian pada situasi yang dihadapi dan disertai perasaan sedikit tegang.

Faktor sosiopsikologis yang lain adalah komponen kognitif. Komponen kognitif ini

berhubungan dengan kepercayaan, yaitu keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas

dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi (Hohler,et al,1978:48). Kepercayaan

memberikan perspektif dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi

pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap. Selain komponen

kognitif, terdapat juga komponen konasi. Komponen Konasi terdiri dari kemauan dan

kebiasaan. Kemauan berupa dorongan, energi, tindakan yang merupakan usaha seseorang

untuk mencapai tujuan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yg menetap, berlangsung

secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan merupakan reaksi khas yg diulangi

seseorang secara berkali-kali.

16

Page 17: Behavioral Theories (Isi)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan behavioral dalam pembelajaran menekankan pandangan yang menyatakan

bahwa perilaku harus dijelaskan melalui proses yang dapat diamati, bukan dengan proses

mental. Menurut pandangan ini, pemikiran, perasaan, dan motif bukan subyek yang tepat

untuk ilmu perilaku sebab semua itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Perilaku manusia

dihasilkan dari adanya rangsangan (stimulus) yang kemudian diikuti oleh suatu reaksi

(response) terhadap rangsang tersebut.

Aliran atau pandangan psikologi behavioral kemudian diadopsi dan menurunkan

teori-teori psikologi yang dicetuskan oleh beberapa ahli yakni Teori Conditioning yang terdiri

dari teori classical conditioning dan teori operant conditioning. Dalam teori classical

conditioning ditunjukan bahwa gerak refleks dapat dipelajari dan dapat berubah karena

mendapat latihan. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh

ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Teori ini mengatakan

bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan

atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam

kehidupannya. Sedangkan teori operant conditioning yakni suatu bentuk pembelajaran di

mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam berbagai

kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa dalam

proses belajar, pertama kali organisme belajar dengan cara mencoba-coba (trial and error).

Teori ini juga berpendapat bahwa belajar terjadi secara perlahan, bukan secara tiba-tiba.

Operant Conditioning juga memiliki beberapa prinsip, yaitu reinforcement dan punishment.

Kedua prinsip ini yang kemudian berpengaruh dalam pembentukan perilaku manusia.

17

Page 18: Behavioral Theories (Isi)

Dalam belajar, pandangan behavioral kemudian melahirkan teori connectionism oleh

Thorndike. Thorndike melakukan sebuah penelitian mengenai stimulus dalam manusia.

Penelitiannya melihat tingkah laku berbagai binatang, tingkah laku anak-anak, dan orang

dewasa. Objek penelitian dihadapkan pada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan

objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespons situasi itu. Dalam hal ini objek

mencoba berbagai cara reaksi, sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi

suatu reaksi dengan stimulasinya. Ciri-ciri belajar dengan trial and error adalah ada motif

pendorong aktivitas, ada berbagai respons terhadap situasi, ada eleminasi respons yang gagal

atau salah, dan ada kemajuan reaksi mencapai tujuan.

Selain Thorn dike, A Bandura juga mencetuskan teori belajar yang menitik beratkan

pada perilaku yaitu teori kognitif sosial. Menurut Bandura, belajar itu lebih dari sekedar

peruabahn perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh

pengetahuannya tersebut . Melalui teori observational learning, Bandura beranggapan bahwa

orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam belajar, dan lingkungannya dapat

dipengaruhi perilaku tiruan. Menurut Bandura, yang penting ialah kemampuan seseorang

untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain. Pengambilan keputusan

dilakukan mengenai perilaku mana yang akan menjadi alternatif dan kemudian melakukan

perilaku yang dipilih. Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar

dalam situasi alami. Hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada lingkungan

sosial yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya.

Dalam mempelajari perilaku manusia, terdapat beberapa jenis dan bentuk perilaku.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup (convert behavior) adalah

respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert) yang

tidak dapat diamati oleh orang lain. Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon

18

Page 19: Behavioral Theories (Isi)

seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis perilaku,

yaitu perilaku refleksif dan perilaku non refleksif. Perilaku refleksif adalah perilaku yang

terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut.

Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Perilaku ini pada dasarnya tidak

dapat dikendalikan. Sedangkan, Perilaku Non-Refleksif adalah perilaku yang dikendalikan

atau diatur oleh pusat kesadaran/otak. Pada perilaku manusia, perilaku non-reflektif

merupakan perilaku yang dominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat dibentuk, dapat

dikendalikan. Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses belajar.

Sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang

dipelajari. Metode pembentukan perilaku dapat melalui conditioning (kebiasaan), insight

(pengertian) dan model (contoh). Sedangkan proses pembentukan perilaku melalui tahapan

Awareness (kesadaran), Interest (ketertarikan), Evaluation (evaluasi), Trial (mencoba), dan

Adoption (menerima).

Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor personal atau biologis

dan sosiopsikologis. Faktor Biologis yaitu adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan

manusia dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Sedangkan faktor sosiopsikologis

terdiri dari komponen afektif (aspek emosional), komponen kognitif (aspek intelektual), dan

dan komponen konatif (aspek kebiasaan dan kemauan bertindak).

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, pendekatan behavioral cukup

efektif dalam proses belajar yang hanya melibatkan proses mental sederhana dan pembiasaan

perilaku yang membutuhkan kontrol eksternal. Akan tetapi jika digunakan seutuhnya dalam

proses pembelajaran secara kesuluruhan, mungkin masih terdapat kekurangan. Ilmu perilaku

19

Page 20: Behavioral Theories (Isi)

terapan menempatkan terlalu banyak tekanan pada kendali eksternal atas perilaku siswa.

Strategi atau metode yang lebih baik adalah dengan dengan dengan membantu siswa belajar

mengendalikan perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Sebagai

saran, untuk pembelajaran yang melibatkan proses mental yang lebih kompleks dapat

digunakan pendekatan yang lain atau kombinasi pendekatan behavioral dengan pendekatan

yang lain.

20