bblr

download bblr

of 41

description

bblr

Transcript of bblr

  • 5/27/2018 bblr

    1/41

    1

    Responsi Kasus

    BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN PREMATUR

    Oleh :

    Andik Sunaryanto (0402005114)

    DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

    DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

    2009

  • 5/27/2018 bblr

    2/41

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

    gram tanpa memandang masa gestasi. Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah

    di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa

    neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan

    sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di negara

    berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan

    berat lahir > 2500 gram. Perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5

    juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang/berpenghasilan rendah. Lebih dari

    dua per tiga kematian tersebut terjadi pada periode neonatal dini dan penyebab terbanyak

    kematian ini adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram.3 Angka

    kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dan daerah yang lain, yaitu

    berkisar antara 9-30%. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi

    yaitu sebesar 48 per seribu kelahiran hidup.

    Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby dengan low birthweight baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari

    2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini disebabkan oleh

    keadaan yaitu: masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai dan bayi

    yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya, atau keduanya.4

    Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, maka makin

    tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Angka kejadian BBLR di rumah sakit Dr. Cipto

    Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24% dan angka kematiannya pada tahun yang

    sama adalah 73%. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur maupun akibat

    tingkat kesehatan dan gizi ibu kurang pada saat hamil. Bayi dengan BBLR memiliki

    resiko yang tinggi untuk mengalami berbagai komplikasi misalnya hipotermi, gangguan

    pernapasan hingga asfiksia maupun infeksi. Jika komplikasi yang terjadi tidak ditangani

    dengan segera dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian.5

  • 5/27/2018 bblr

    3/41

    3

    Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat berkembang menjadi

    komplikasi yang mematikan seperti sepsis. Bayi dengan BBLR belum memiliki imunitas

    yang berkembang sempurna, sehingga infeksi yang terjadi dalam tubuhnya dapat dengan

    mudah berkembang menjadi sepsis dengan tingkat mortalitas maupun morbiditas yang

    sangat tinggi.4,5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi BBLR

    Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang

    dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah

    lahir15

    atau paling lambat sampai bayi berusia satu hari. Jika penimbangan tidak

    memungkinkan, BBLR dapat dideteksi dengan mengukur lingkar lengan atas Selain itu

    pengukuran juga dapat dilakukan pada lingkar dada. Dahulu BBLR dianggap sebagai

    bayi prematur, padahal sebenarnya dapat terjadi pada bayi prematur (kurang bulan),

    aterm(cukup bulan) ataupostmatur(lebih bulan) tergantung masa kehamilan atau masa

    gestasinya. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan yang kurang dari 37

    minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haidterakhir dari haid yang teratur); bayismall for gestational age(SGA): bayi yang beratnya

    kurang dari semestinya menurut kehamilannya Kecil untuk masa kehamilan=KMK); dan

    kombinasi dari kedua-duanya.6,7,8

    2.2 Epidemiologi BBLR

    Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

    kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

    berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

    BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

    dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor

    utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

    serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka

    kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

  • 5/27/2018 bblr

    4/41

    4

    berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR

    dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka

    BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada

    sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.14

    Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian bayi

    terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan

    perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000

    bayi lahir dengan berat rendah

    2.2 Klasifikasi BBLR

    Berdasarkan berat badannya BBLR dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu Low Birth

    Weight (LBW)yaitu BBLR dengan berat antara 1.500-2499 gram, Very Low Birth Weight

    (VLBW) yaitu BBLR dengan berat antara 500-1499 gram, danExtreme Low Birth Weight

    (ELBW) yaitu BBLR dengan berat

  • 5/27/2018 bblr

    5/41

    5

    Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus cukup bulan Kecil Masa Kehamilan (NCB-

    KMK), dan Neonatus Lebih Bulan Kecil Masa kehamilan (NLB-KMK).15

    Setiap

    bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk

    masa kehamilan pada denver intra uterin growth curves, berarti bayi mengalami

    retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

    kehamilannya (KMK).

    Bayi prematur (SMK)

    Berdasarkan atas timbulnya berbagai macam-macam problematika pada derajat

    prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam 3 kelompok:

    1. Bayi yang sangat prematur (prematur ekstrim): 24-30 minggu. Bayi dengan masagestasi ini masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum atau sedang

    berkembang.

    2. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderat prematur) : 31-36 minggu. Padagolongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan pertama dan

    gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal saja

    pengelolaan betul-betul intensif.

    3. Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematurdan matur. Biasanya beratnya seperti berat bayi matur dan dikelola seperti bayimatur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur,

    misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang

    lemah, dan sebagainya, sehinga bayi perlu diawasi dengan seksama.

    Kecil Masa kehamilan (KMK)

    Ada 2 bentuk menurut Renfield, (1975) yaitu:

    1. Proportionate IUGR: Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguanpertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi

    lahir sehingga berat, panjang, lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang

    akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi

    tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi

    sebelum terbentuknya adiposa tissue.

  • 5/27/2018 bblr

    6/41

    6

    2. Dispropornionate IUGR : Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadibeberapa minggu sampai bebeapa hari sebelum janin lahir. Pada keaadaan ini

    lingkar kepala dan panjang janin normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan

    masa gestasi. Bayi tampak wasteddengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak

    dibawah kulit. Kulit tanpak keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan

    lebih panjang.6

    2.3 Patofisiologi dan Etiologi BBLR

    Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan

    dengan prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara

    faktor-faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktor-faktor yang berkaitan dengan

    IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR6.

    Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

    lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

    kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

    Tabel 2.1. Etiologi terjadinya kelahiran prematur.

    Fetal

    Fetal distress

    Kehamilan kembar

    Erythroblastosis

    Hydrops nonimun

    Cacat bawaan

    Plasenta

    Disfungsi plasenta

    Plasenta previa

    Abruptio placenta

    Uterus

    Uterus bikornu

    Inkompetensi serviks (dilatasi prematur)

    Maternal

    Riwayat kelahiran prematur sebelumnya

    Perdarahan antepartum

  • 5/27/2018 bblr

    7/41

    7

    Malnutrisi

    Preeklampsia

    Penyakit medis kronis (contoh: penyakit jantung sianosis, hipertensi, penyakit ginjal)

    Infeksi (contoh:Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, infeksi traktus urinarius,

    vaginosis bakterial, chorioamnionitis)

    Penyalahgunaan obat (contoh: kokain)

    Sosial ( contoh : umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua

    kehamilan yang terlalu dekat, sosial ekonomi rendah dll)

    Kebiasaan (contoh : pekerjaan yang melelahkan, merokok, dll)

    Lainnya

    Ruptur membran plasenta prematur

    Polihidramnion

    Iatrogenik

    Trauma

    Tidak diketahui

    Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan

    kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan

    janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban prematur atau solusio

    plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak dapat dijelaskan yang dapat

    menimbulkan konstraksi uterus sebelum waktunya.

    Infeksi bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma

    urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis,

    Bacteroides spp.) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan

    amnion dan membrannya (chorioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur.

    Produk bakteri dapat menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin 6,

    prostaglandin) yang dapat menginduksi konstraksi uterus prematur atau respon inflamasi

    lokal yang dapat menyebabkan ruptur membran fokal.

    Terjadinya IUGR berkaitan dengan kondisi medis yang mengganggu sirkulasi dan

    efisiensi dari plasenta, dengan perkembangan dan pertumbuhan dari fetus, atau dengan

    kondisi kesehatan umum dan nutrisi dari ibu.

    Tabel 2.2. Etiologi BBLR yang berkaitan dengan IUGR

  • 5/27/2018 bblr

    8/41

    8

    Fetal

    Kelainan kromosom (contoh:Autosomal trisomies)

    Infeksi fetus kronis (contoh: Cytomegallovirus, herpes, Rubella kongenital,syphilis)

    Anomali kongenital

    Radiasi

    Kehamilan kembar

    Hipoplasia pankreas

    Defisiensi insulin

    Defisiensiinsulin like growth factors

    Plasenta dan Uterus

    Penurunan berat dan selularitas dari plasenta

    Penurunan dari area permukaan

    Villous placentitis (bakteri, virus, parasit)

    Infark plasenta

    Tumor (chorioangioma, molahidatidosa, hemangioma)

    Insersi tali pusat yang tidak normal

    Uterus bikornus

    Sebagian plasenta lepas

    Transfusi dari kembar yang satu dengan kembar yang lain

    Maternal

    Toksemia

    Hipertensi, penyakit ginjal, atau keduanya, diabetes mellitus.

    Hipoksemia (tempat tinggal di daerah pegunungan, kardiak sianosis atau penyakit

    pulmoner)

    Malnutrisi atau penyakit kronis

    Sickle cell anemia

    Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolik)

    Penyebab Lain

    Keadaan sosial ekonomi yang rendah

    Tidak Diketahui

    2.4 Gambaran Klinis BBLR

  • 5/27/2018 bblr

    9/41

    9

    Gambaran klinik dari bayi BBLR tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin

    muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda imaturitas. Karakteristik untuk bayi

    BBLR adalah berat lahir sama atau kurang dari 2500 gam, panjang badan kurang atau

    sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33

    cm.

    Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak,

    lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus. Tangisnya lemah dan jarang,

    pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap

    serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang

    permanen lebih besar. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan

    kedua paha selalu abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan

    kepala mengarah ke satu sisi.6

    Reflek tonik-leher dan refleks Moro positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih

    baik dari bayi cukup bulan. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang

    lapar akan menangis, gelisah dan menggerak-gerakkan tangannya. Bila tanda-tanda lapar

    itu tidak muncul dalam 96 jam, maka harus curiga akan terjadinya perdarahan

    intraventrikuler atau infeksi. Edema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan

    makin bertambah jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin, pitting edema

    dan edema ini dapat berpindah dengan perubahan posisi. Edema yang hebat merupakantanda bahaya bagi bayi tersebut. Edema ini sering berhubungan dengan perdarahan

    antepartum, toksemia gravidarum, dan diabetes mellitus. Frekuensi nadi berkisar antara

    100-140 kali permenit. Pada hari pertama frekuensi pernafasan 40-50 kali permenit. Pada

    hari-hari berikutnya 35-45 permenit.6,7,8

    2.5 Diagnosis BBLR

    Diagnosis BBLR dapat ditegakkan dengan melakukan penimbangan segera

    setelah badannya dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat satu hari setelah lahir.

    2.5.1 Anamnesis

    Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

    mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR antara

    lain14

    :

  • 5/27/2018 bblr

    10/41

    10

    Umur ibu

    Riwayat hari pertama haid terakir

    Riwayat persalinan sebelumnya

    Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil

    Aktivitas

    Penyakit yang diderita selama hamil

    Obat-obatan yang diminum selama hamil

    2.5.2 Pemeriksaan Fisik

    Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain14

    :

    Berat badan < 2500 gram

    Bayi dapat didiagnosis BBLR jika beratnya kurang dari 2500 g. Jika penimbangan

    tidak memungkinkan, dilakukan pengukuran lingkar lengan atas atau lingkar dada.8

    Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada pertengahan lengan atas

    menggunakan pita ukur. Jika lingkar lengan atas < 9,5 cm maka bayi dapat didiagnosis

    BBLR. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita pengukur lingkar

    dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm), dengan ketelitian 0,1 cm

    dan warna merah, kuning dan hijau. Disepanjang pita ditengahnya terdapat garis

    mendatar disertai ukuran dikiri dan kanannya. Batas ambang pita:

    - warna merah: < 27,0 cm- warna kuning: 27,029,4 cm- warna hijau: 29,5 cmArti warna pada pita adalah: warna merah artinya berat bayi setara dengan < 2000

    gram, warna kuning artinya berat bayi setara dengan 2000 2499 gram, warna hijau

    artinya berat bayi setara dengan 2500 gram Hasil pengukuran lingkar dada dengan

    warna merah dan kuning mengindikasikan bahwa bayi menderita BBLR.

    Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

    Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

    Pada pemeriksaan fisik, bayi tampak lebih kecil dari bayi-bayi yang lahir normal,

    pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar daripada badan. Pada kulit dan

  • 5/27/2018 bblr

    11/41

    11

    kelamin dijumpai kulit tipis dan transparan sehingga pembuluh-pembuluh darahnya

    mudah dilihat dan lanugo banyak, rambut halus dan tipis, genitalia belum sempurna.

    Pada sistim saraf dijumpai reflek moro dan reflek menghisap, menelan dan batuk belum

    sempurna. Pada sistim muskuloskeletal, axifikasi tengkorakk sedikit, ubun-ubun dan

    sutura lebar, tulang-tulang rawan elastis kurang, otot-otot hipotonik, tungkai abduksi,

    sendi lutut dan kaki fleksi, kepala menghadap ke satu jurusan Pernafasan pada bayi

    BBLR frekuensinya bervariasi karena belum teratur dan sering apneu.

    2.5.3 Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain14

    :

    Pemeriksaan skor ballard

    Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

    Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

    elektrolit dan analisa gas darah.

    Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

    kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan

    terjadi sindrom gawat nafas.

    USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35 minggu, dimulai

    pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.

    2.6 Penilaian Umur Bayi menurut Ballard

    Skor Ballard merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini

    penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan

    beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan.

    Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas

    neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi

    skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaanmaturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dengan

    menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.7,8

  • 5/27/2018 bblr

    12/41

    12

    Gambar 2.2.3.1 Maturitas Neuromuskular (Skor Ballard)8

    Gambar 2.2.3.2 Maturitas Fisik (Skor Ballard)8

  • 5/27/2018 bblr

    13/41

    13

    Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler dan maturasi

    fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dicocokkan dengan

    tabel nilai kematangan (disamping kanan), sehingga didapatkan usia kehamilan dalam

    minggu. Kemudian dengan menggunakan grafik dari Battaglia f dan Lubchenco (gambar

    2.2.3.3) dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan dengan berat

    badan lahir bayi, sehingga didapat interpretasi apakah bayi tersebut Besar Masa

    Kehamilan (BMK), Sesuai Masa Kehamilan (SMK), atau Kecil Masa Kehamilan

    (KMK).7,8

    Gambar 2.2.3.3 Grafik dari Battaglia F dan Lubchenco L8

    Cara menilai aktivitas neuromuskular

    Posture : dinilai bila bayi dalam posisi telentang dan tenang

    Square window : tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk

    pemeriksa lalu diukur sudut antara hypothenar

    emirence denganforearm.

    Arm recoil : Lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian

    lengan tersebut diekstensikan dan dilepas. Nilailah

    derajat kembalinya keposisi fleksi.

  • 5/27/2018 bblr

    14/41

    14

    Popliteal angle : Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa

    sehingga terdapat posisi lutut-datar (knee-chest

    position). Setelah itu dilakukan ekstensi tungkai bawah,

    ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.

    Scarf sign : Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan

    usahakan tangan tersebut mencapai leher posterior dari

    bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku bayi diatas

    dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat

    digeser. Makin muda bayi makin mudah menggeser

    sikunya melewati garis tengah kesisilain.

    Heal to hear : Posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi

    yang sama. Perhatikan jarak yang tidak mencapai

    telinga dan ekstensi lutut.

    2. 6. Komplikasi

    Imaturitas cenderung untuk meningkatkan derajat keparahan namun menghilangkan

    gejala khas dari manifestasi klinis penyakit-penyakit neonatus dengan BBLR pada

    umumnya. Diantara neonatus dengan BBLR, angka morbiditas adalah kebalikan

    jumlahnya dengan berat badan ketika lahir. Makin tinggi berat badan lahir, makin rendahangka morbiditasnya. Sindrom distress pernafasan tecatat pada 80 % neonatus dengan

    berat 501-750 gram. Sebesar 65 % pada yang beratnya 751-1000 gram. 45 % pada berat

    antara 1.001-1.250 gram. Dan sebesar 25 % pada berat antara 1.251-1.500 gram.

    Pendarahan intraventrikuler yang parah terdapat pada sekitar 25 % BBLR dengan berat

    501-750 gram. 12 % pada berat 751-1.000 gam. 8 % pada berat antara 1.001-1.250 gram.

    Dan 3 % pada berat antara 1.251-1.500 gram. Secara keseluruhan risiko late sepsis

    (24%), pendarahan intraventrikuler berat (11%), nekrotizing enterokolitis (7%).6

    Perdarahan intraventrikular atau perdarahan periventrikular adalah komplikasi

    yang mengenai otak. Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan

    oleh anoksia otak. Sebagian besar perdarahan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya

    dengan hanya sedikit masalah. Perdarahan yang lebih parah dapat menyebabkan ventrikel

    otak mengembang dan menekan jaringan otak di sekitarnya. Drainase harus dilakukan

  • 5/27/2018 bblr

    15/41

    15

    untuk kasus yang berat, sedangkan untuk kasus yang lebih ringan dapat diatasi dengan

    pemberian obat untuk mengurangi penumpukan cairan.6

    Bayi yang lahir prematur biasanya mengalami kekurangan surfaktan pada

    parunya, sehingga alveolus dalam paru menjadi kolaps. Hal ini mengakibatkan bayi sulit

    bernapas dan mengalami asfiksia. Respiratory Dystress Syndrome (RDS) atau yang

    disebut juga Penyakit Membran Hyalin (PMH) adalah komplikasi pada saluran napas

    yang umum dialami BBLR. PMH saat ini dapat diatasi dengan terapi penggantian

    surfaktan (surfactant replacement theraphy).7,10

    Angka kejadian penyakit mempunyai kaitan erat dengan riwayat kehamilan dan

    persalinan. Kejadian penyakit akan meningkat pada bayi lahir kurang bulan (masa gestasi

    kurang dari 34 minggu). Partus presipitatus yang menyertai perdarahan ibu, asfiksia, ibu

    penderita diabetes. Disamping itu terdapat beberapa faktor kehamilan yang dianggap

    dapat menurunkan kejadian penyakit membran hialin dalam hal ini ibu yang mendapat

    pengobatan steroid saat hamil. PMH terutama terjadi pada bayi prematur. Insidensinya

    berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60 80%

    terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15 30% pada bayi

    antara 32 dan 36 minggu, 5% pada bayi lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup

    bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, kehamilan

    kembar, persalinan dengan seksio sesaria, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, adariwayat bayi sebelumnya terkena insiden tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit

    putih.

    PMH disebut juga Respiratory Distress Syndrome (RDS), hal ini adalah salah satu

    problem dari bayi prematur menyebabkan bayi membutuhkan ekstra oksigen untuk

    membantu hidupnya. Pada penyakit membran hialin dapat menyebabkan hipoksia yang

    menimbulkan kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus. Kerusakan ini

    menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveolus dan terbentuk fibrin. Fibrin

    bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang

    disebut membran hialin.

    Kelainan dianggap terjadi karena faktor pertumbuhan atau pematangan paru yang

    belum sempurna antara lain: bayi prematur, terutama bila ibu menderita gangguan perfusi

    darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu dengan diabetes, toxemia, hipotensi, SC,

  • 5/27/2018 bblr

    16/41

    16

    perdarahan antepartum, sebelumnya melahirkan bayi dengan PMH. Penyakit membran

    hialin diperberat dengan asfiksia pada perinatal, hipotensi, infeksi, bayi kembar.

    Pada bayi dengan BBLR yang lahir prematur, organ-organ dalam tubuhnya belum

    berkembang sempurna, termasuk organ hepar yang penting dalam metabolisme bilirubin.

    Akibatnya konjugasi dan eliminasi bilirubin menjadi terganggu, sehingga banyak

    bilirubin yang beredar dalam darahnya. Akibatnya terjadilah ikterus pada bayi. Jika

    bilirubin bebas yang tidak terkonjugasi tersebut menembus sawar darah-otak, dan

    menyebar ke ganglia basalis, pons dan cerrebelum, dan terjadilah kernikterus. Bayi

    dengan kernikterus yang dapat bertahan hidup akan mengalami kecacatan berupa tuli,

    retardasi mental atau sereberal palsi.10

    Seperti telah dijelaskan di atas, pada bayi dengan BBLR terutama yang lahir

    prematur sistem imunnya belum berkembang dengan sempurna. Akibatnya bayi seperti

    ini mudah terserang infeksi, dan infeksi tersebut mudah berkembang menjadi sepsis.

    Problem klinis yang berkaitan dengan BBLR tersaji pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 3. Problema neonatus yang berkaitan dengan BBLR

    Pernafasan

    Respiratory distress syndrome (Hyaline membran disease)*

    Bronchopulmonary displasia

    Pneumothorax, pneumomediastinum, interstitial emphysema

    Pneumonia kongenital

    Hipoplasia pulmoner

    Apnea*

    Kardiovaskular

    Patent ductus arteriosus*

    Hipotensi, hipertensi

    Bradikardi (dengan apnea)*

    Malformasi kongenital

    Hematologi

    Anemia

    Hiperbilirubinemia indirek*

    Perdarahan subkutan, organ (hepar, adrenal)*

    Disseminated intravascular coagulopathy

  • 5/27/2018 bblr

    17/41

    17

    Defisiensi vitamin K

    Gastrointestinal

    Fungsi gastrointestinal yang jelek, motilitas jelek*

    Necrotizing enterocolitis

    Hiperbilirubinemia direk dan indirek

    Metabolik-endokrin

    Hipokalsemia*

    Hipoglikemia*

    Hiperglikemia*

    Metabolik asidosis

    Hipotermi*

    Kadar tiroksin rendah

    Sistem saraf pusat

    Perdarahan intraventrikel

    Kejang-kejang

    Retinopati

    Ketulian

    Hipotoni*

    Malformasi kongenital

    Kern ikterus

    Ginjal

    Hiponatremi

    Hipernatremi

    Hiperkalemi

    Renal tubular asidosis

    * sering terjadi

    1. Asfiksia

    Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan, karena bayi ini tidak

    mendapatkan nutrisi dari plasenta secara adekuat hingga akhir masa intra uteri. Sehingga

    tidak ada makanan glukosa dari ibu, persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi

    terbatas. Asfiksia ini berhubungan dengan gangguan perkembangan lebih lanjut pada bayi

    kecil masa kehamilan.

  • 5/27/2018 bblr

    18/41

    18

    2. Kesukaran pernapasan

    Bayi dengan pertumbuhan yang asimetri baik yang aterm maupun yang mendekati aterm

    cenderung mengalami aspirasi cairan amnion yang disebabkan oleh asfiksia antenatal dan

    gawat janin sekunder. Mekonium sering teraspirasi selama kelahiran dan persalinan

    sehingga terjadi distress pernapasan (meconium aspiration Syndrome).

    3. Sirkulasi janin yang persisten

    Sirkulasi janin yang persisten paling sering terjadi pada bayi dengan retardasi

    pertumbuhan yang asimetri, terutama yang mengalami asfiksia perinatal, dan aspirasi

    mekonium yang berat.

    4. Hipoglikemia

    Hipoglikemia sering terjadi pada ibu yang menderita Diabetes melitus, bayi Kecil masa

    kehamilan, dan bayi prematur kecil yang mengalami distress. Hipoglikemia terjadi pada

    12 jam kehidupan pertama, tetapi mungkin terjadi dalam 48 jam. Hipoglikemia terjadi

    karena kecepatan metabolisme pada bayi Kecil masa kehamilan tinggi serta persediaan

    glukosa yang memang sedikit dan cenderung cepat habis.

    5. Termoregulasi

    Bayi kecil masa kehamilan sering mengalami gangguan mempertahankan suhu tubuh,

    oleh karena persediaan karbohidratnya sedikit, respon terhadap glukoneogenesis dan

    asam amino masih kurang, kandungan lemaknya kurang, dan metabolisme terganggu.6. Polisitemia

    Penyebab polisitemia belum jelas tetapi diperkirakan disebabkan oleh hipoksia sebagai

    akibat fungsi plasenta yang jelek.

    7. Kelainan kongenital

    Kelainan kongenital sering terjadi diantara bayi-bayi yang tumbuh lambat dari pada bayi-

    bayi yang tumbuh sesuai dengan umur kehamilan. Bayi yang mengalami retardasi

    pertumbuhan yang simetri mempunyai kejadian kelainan kongenital paling besar. Bayi

    kecil masa kehamilan mempunyai frekuensi anomali kongenital 10-20 kali lebih besar

    dari pada bayi yang sesuai dengan umur kehamilan.

    8. Status Imun

    Konsentrasi Imunoglobulin serum sebagai mekanisme pertahanan tubuh sangat rendah

    pada bayi kecil masa kehamilan aterm dibandingkan dengan neonatus yang sesuai dengan

  • 5/27/2018 bblr

    19/41

    19

    masa kehamilan aterm. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi plasenta buruk pada bayi

    yang mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri.

    Permasalahan Jangka Panjang Bayi Kecil Masa Kehamilan

    1. Pertumbuhan post natal

    Bayi kecil masa kehamilan mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan

    pertumbuhan post natal dan mengalami gangguan neurologis dan perkembangan. Bagi

    bayi yang dilahirkan sangat kecil dan mengalami retardasi pertumbuhan simetri memiliki

    kecepatan pertumbuhan paling rendah selama satu tahun kehidupan pertamanya.

    Bayi kecil masa kehamilan asimetri tidak mangalami penurunan berat badan

    seperti yang diantisipasi pada saat lahir, setelah berat badan stabil, berat badan mereka

    naik dengan cepat. Pada usia 3 bulan berat badan mereka sebagian besar sudah tidak

    berbeda dengan bayi yang sesuai dengan masa kehamilan yang seusia. Sedangkan bayi

    kecil masa kehamilan simetri yang tumbuh lambat dalam hal tinggi badan, berat badan,

    dan lingkar kepala memiliki kecenderungan untuk tidak dapat mencapai kejar tumbuh

    disetiap parameter tersebut.

    Mayoritas bayi tersebut tetap berukuran kecil bahkan setelah 4 dan 6 tahun

    dilahirkan. Jika kejar tumbuh tidak terjadi sampai usia 3 tahun, anak ini cenderunt tetap

    berukuran kecil.

    2. KepandaianPotensi kerusakan permanen fungsi otak mengiringi retardasi pertumbuhan simetris

    karena kurangnya pertumbuhan kepala, secara tidak langsung berarti juga pertumbuhan

    otaknya buruk. Biasanya bayi mikrocephali memiliki banyak masalah dibidang kognitif,

    bahasa, pendengaran, fungsi motorik, konsenterasi dan tingkah laku.

    3. Mortalitas

    Resiko kematian bayi baru lahir berhubungan dengan berat badan lahir dan umur

    kehamilan. Mortalitas semua kelompok umur meningkat sejalan dengan penurunan berat

    badan.

    2.6.2. Permasalahan Bayi Prematur

    1. Respirasi

  • 5/27/2018 bblr

    20/41

    20

    Asfiksia perinatal adalah salah satu komplikasi utama kelahiran kurang bulan, karena itu

    dianjurkan agar bayi dengan masa gestasi kurang dari 31 minggu segera dilakukan

    intubasi trakea dan stabilitas saluran napas dengan tekanan positif kontinyu.

    Distress pernapasan pada penyakit membran hialin terjadi karena kekurangan surfaktan

    dan apnea disebabkan oleh karena imaturitas mekanisme dalam mengatur pernapasan.

    Selain itu juga mempunyai resiko terjadinya displasia bronko pulmoner.

    2. Perdarahan intra kranial

    Kejadian perdarahan periventrikuler terjadi karena rupturnya pembuluh darah sub

    ependimal atau lapisan germinal pada bagian bawah kepala yang berasal dari nukleus

    kaudatus didepanforamen Monro.

    3. Kardiovaskuler

    Pada bayi prematur tekanan darah sistemik agak labil dan mudah terjadi hipotensi. Pada

    keadaan hipotensi perlu dilakukan koreksi dengan hati-hati agar aliran darah serebral

    tetap adekuat untuk mencegah hipoksia otak.

    4. Hematologi

    Kejadian anemia oleh karena kehilangan darah peri, post natal atau secara fisiologis. Bayi

    dengan hiperbilirubinemia perlu mendapat perhatian khusus karena kadar bilirubin yang

    rendah pun dapat bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat pada bayi yang sangat

    prematur.5. Gastrointestinal

    Bayi prematur memiliki resiko tinggi untuk terjadi Entero colitis Necrotikan. Penyebab

    dari enterokolitis nekrotikan sendiri multifaktorial, yaitu faktor yang menyebabkan

    trauma hipoksik iskemik pada saluran cerna yang masih imatur, kolonisasi bakteri

    patogen, dan substrat protein yang berlebihan pada lumen.

    6. Metabolism

    Pada bayi prematur yang mengalami asfiksia dan sakit, biasanya terjadi gangguan

    metabolisme kalsium dan glukosa.

    7. Ginjal

    Pada bayi prematur biasanya GFR (Glomerulo Filtrate Rate) rendah sehingga mengalami

    gangguan pada ekskresi air, bahan terlarut, dan asam.

    8. Pengaturan Suhu

  • 5/27/2018 bblr

    21/41

    21

    Bayi prematur biasanya suhunya tidak stabil sehingga sangat mudah mengalami

    hipotermi dan hipertermi. Stres dingin dapat meningkatkan kematian dan menghambat

    pertumbuhan, sedangkan hipertermi dapat menimbulkan apneu.

    9. Imunologi

    Pada bayi prematur respon imun mengalami defisiensi baik humoral, maupun seluler.

    Hal itu menyebabkan bayi prematur rentan terhadap infeksi.

    Permasalahan Jangka Panjang Bayi Prematur

    1. Gangguan Perkembangan

    Gangguan perkembangan/kecacatan dapat berupa

    Palsi serebral tipe diplegia spastik, hemiplegia spastik, kuadriplegia spastik,retardasi perkembangan, dan hidrosefalus.

    Disfungsi serebral minimal yang meliputi gangguan berbicara, gangguan belajar,hiperaktif, gangguan perhatian, perilaku, dll.

    Gangguan sensoris seperti gangguan pendengaran dan penglihatan.2. Retinopati prematuritas

    Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi menyebabkan spasme pembuluh darah

    imatur di retina perifer. Penyempitan pembuluh darah ini awalnya dapat pulih kembali,

    namun setelah pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi selama 10-15 jam,

    pembuluh darah akan menutup secara menetap.3. Gangguan pertumbuhan

    4. Penyakit Paru Kronis

    Pada bayi prematur kelainan sistem pernapasan disebabkan karena penyakit membran

    hialin, hipertensi pulmonal, perdarahan dan odem paru, dan displasia bronko pulmonal.

    5. Kejadian Kelainan Kongenital Meningkat

    Kelainan kongenital yang dimaksud biasanya dihubungkan dengan kelainan pada masa

    perkembangan susunan saraf pusat. Seperti anensefali, agenesis korpuskalosum,

    mikrosefali, megaensefali, dll.5,6,7

    2.7. Penatalaksanaan BBLR

    Bayi dengan BBLR memiliki imunitas yang belum berkembang sempurna

    sehingga sangat mudah terserang penyakit. Selain itu lapisan lemak subkutannya sangat

  • 5/27/2018 bblr

    22/41

    22

    tipis sehingga mudah terserang hipotermi bahkan saat suhu udara tidak terlalu rendah.

    Karena sifatnya yang sangat rentan tersebut maka penatalaksanaan bayi dengan BBLR

    harus dilakukan dengan hati-hati.

    Bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lembut yang bersih dan kering segera

    setelah BBLR dilahirkan. Agar tidak terjadi hipotermi, bayi tidak boleh dimandikan tiga

    sampai tujuh hari atau paling tidak hingga bayi menunjukkan kondisi yang lebih kuat.

    Bayi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan diolesi minyak telon agar tubuhnya

    hangat. Bayi hendaknya diletakkan di ruangan yang memiliki penghangat atau bila tidak

    memungkinkan, suhu badan bayi dapat dijaga dengan meletakkan botol-botol berisi air

    hangat yang ditutup rapat dan dibungkus dengan kain di sekitar tubuh bayi.

    Karena BBLR lebih mudah terserang infeksi dibandingkan bayi normal, maka

    pemotongan dan perawatan tali pusat harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan steril.

    Bayi harus diberikan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat badan bayi dengan

    cepat, tapi tetap tidak boleh berlebihan. Pemberian ASI bisa dilakukan setiap 2-3 kali

    pada pagi, siang, sore dan malam hari. Bayi dengan BBLR yang lahir prematur harus

    dirawat dalam inkubator.Jika bayi dengan BBLR mengalami komplikasi maka harus

    diberikan perawatan tambahan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi.9

    a. Medikamentosa17

    Pemberian vitamin K1: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

    Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10

    hari, dan umur 4-6 minggu)

    b. Diatetik17

    Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

    menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

    pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

    memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

    sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang

    menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:

  • 5/27/2018 bblr

    23/41

    23

    Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara

    apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling

    kurang sehari sekali.

    2. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3

    hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

    3. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

    keadaan bayi adalah sebagai berikut:

    a. Berat lahir 17502500 gram

    - Bayi Sehat

    Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

    merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;

    setiap 2 jam) bila perlu.

    Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

    menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

    menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

    - Bayi Sakit

    Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

    minum seperti pada bayi sehat.

    Apabila bayi memerlukan cairan intravena:Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

    Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

    Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

    untuk menyusu.

    Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,

    kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

    oBerikan cairan IV dan ASI menurut umur

    o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah

    mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan

    tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi

    sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu

    tanpa terbatuk atau tersedak.

  • 5/27/2018 bblr

    24/41

    24

    b. Berat lahir 1500-1749 gram

    - Bayi Sehat

    Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat

    diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam

    paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan

    dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan

    tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada

    kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

    Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

    ASI setiap kali minum.

    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    - Bayi Sakit

    Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

    Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV

    secara perlahan.

    Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahanASI setiap kali minum.

    Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

    sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    c. Berat lahir 1250-1499 gram

    - Bayi Sehat

    Beri ASI peras melalui pipa lambung

    Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan ASI setiap kali minum

    Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

  • 5/27/2018 bblr

    25/41

    25

    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    - Bayi Sakit

    Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

    Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

    intravena secara perlahan.

    Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

    minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

    kali minum

    Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    d. Berat lahir tidak tergantung kondisi)

    Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

    Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

    cairan intravena secara perlahan.

    Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    c. Suportif17

    Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal(3)

    :

    Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

    seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator

    atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai

    petunjuk.

    Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

    Ukur suhu tubuh dengan berkala

    Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

  • 5/27/2018 bblr

    26/41

    26

    Jaga dan pantau patensi jalan nafas

    Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

    Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

    gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

    Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

    Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

    berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

    2.7.1. Penatalaksanaan Bayi Kecil Masa Kehamilan

    1. Selama hamil

    Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin serta menemukan

    gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi. Bila bayi lahirmelakukan pemeriksaan lebih lengkap dan kemudian sesuaikan dengan kelainan yang

    didapat. Pada persalinan dini, apabila resiko bayi untuk dipertahankan intra uteri lebih

    besar dibandingkan bila dilahirkan lebih awal, maka kemungkinan resiko yang terjadi

    adalah pertumbuhan fetus yang terhenti, fetal distres, atau paru janin yang hampir

    matang. Untuk memacu kematangan paru dapat dipertimbangkan pemberian

    kortikosteroid pada bayi prenatal (2 hari sebelum dilahirkan).

    2. Selama Persalinan

    Sebaiknya perawatan bayi kecil masa kehamilan di RS yang memiliki pusat perawatan

    berisiko tinggi. Pada proses pertolongannya lebig difokuskan pada masalah yang timbul

    seperti fetal distres, aspirasi mukonium, hiopksia, dan kehilangan panas.

    3. Di Tempat Perawatan

    Pada pemeriksaan bayi baru lahir yang perlu diperhatikan adalah periksa kemungkinan

    faktor penyebab seperti apakah ada kemungkinan kelainan kromosom, malformasi,

    infeksi kongenital. Selain itu dalam pemeriksaan fisik perlu diperiksa panjang badan,

    berat badan, dan lingkar kepala.

    Perlu juga pemeriksaan kelainan pada plasenta seperti infeksi kongenital atau

    infark. Pengamatan komplikasi yang timbul perlu dilakukan pada bayi dengan

    pertumbuhan, yang meliputi kelainan kongenital, distres pernapasan, aspirasi mekonium,

  • 5/27/2018 bblr

    27/41

    27

    perdarahan paru, hipertensi pulmonal persisten, hipotermi, hipokalsemia, hiponatermia,

    polisitemia.

    Pemeriksaan kadar gula darah dengan dekstrostix atau di laboratorium. Bila

    terbukti adanya hipoglikemia harus segera diatasi. Pemeriksaan hematokrit dan

    mengobati hiperviskositasnya.

    Dapat dipertimbangkan pemberian Aminophillin pada bayi BBLR 1 hari setelah

    lahir untuk lebih mematangkan paru, selain melalui pemberian kortikosterioid 2x24 jam

    sebelum ibu melahirkan.

    Perawatan khusus meliputi pemberian minum. Amati pemberian minum 1 jam

    setelah lahir dengan glukosa 5% dan air. Kemudian lanjutkan dengan pemberian ASI/

    susu formula tiap 2-3 jam. Apabila pemberian minum peroral belum bisa, maka dapat

    diberikan personde atau intravena. Apabila terjadi depresi pernapasan maka bayi hanya

    diberikan cairan intravena selama 1-2 hari. Dimana bayi kecil masa kehamilan

    memerlukan lebih banyak kalori per Kg BB dibandingkan dengan bayi yang sesuai masa

    kehamilan. Selain itu kadar glukosa sebaiknya diperiksa tiap 2-4 jam sambil stabil. Jika

    perlu melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi

    mukonium6,7

    2.7.2. Penatalaksanaan Bayi Prematur

    1. Segera setelah lahir

    Penatalaksanaan bayi prematur segera setelah lahir hendaknya dilakukan di RS yang

    mempunyai fasilitas perawatan bayi prematur dan staf yang berpengalaman. Perlunya

    suatu antisipasi dan pencegahan terjadinya gangguan napas, pemberian oksigan, dan

    menjaga agar tubuh bayi tetap stabil, merupakan tujuan perawatan post natal.

    2. Perawatan neonatus

    Suhu lingkungan hendaknya dipertahankan pada batas dimana konsumsi oksigan menjadi

    minimal. Untuk mempertahankan suhu tubuh dapat dilakukan dengan inkubator. Suhu

    untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 derajat celsius. Dan untuk bayi

    dengan berat badan 2-2,5 Kg 34 derajat celsius, agar ia dapat mempertahankan panas

    badan yang berkisar 37 derajat celsius. Sumber panas yang lain dapat dilakukan dengan

    metode kangguru.

  • 5/27/2018 bblr

    28/41

    28

    Terapi oksigen dan ventilator diperlukan pada bayi prematur untuk

    mempertahankan kecukupan kadar oksigen.

    Terapi cairan dan elektrolit diperlukan bayi prematur karena ketidak mampuan

    bayi prematur untuk menghisap dan menelan secara efektif. Oleh sebab itu diperlukan

    enteral feeding dengan cara sonde atau nutrisi parenteral. Kebutuhan protein 3-5 g/hari

    dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan dapat bertambah sebaik-baiknya.

    Pemberian minum dilakukan waktu bayi berumur 3 jam pertama agar bayi tidak

    menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

    Sebelum pemberian minum yang pertama harus dilakukan pengisapan cairan

    lambung. Hal itu perlu untuk mengetahui ada atu tidaknya atresia esofagus dan mencegah

    muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap sebelum pemberian

    minum berikutnya. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya. Bila daya isap

    cukup baik, maka pemberian ASI dilanjutkan.

    Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumoni aspirasi pada bayi

    BBLR, maka harus diperhatikan pada pemberian minum tersebut:

    1. Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atudalam posisi setengah duduk dipangkuan atau dengan meninggikan kepala dan

    bahu 30 derajat ditempat tidur bayi, atau tidur tengkurap.

    2.

    Sebelum susu diberikan, teteskan dahulu di punggung tangan untuk merasakanapakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes dalam tiap detik.

    3. Pada bayi minum perlu diperhatikan apakah bayi menjadi biru, ada gangguanpernapasan atau perut kembung.

    4. Untuk mencegah perut kembung bayi diberikan minum sedikit demi sedikitdengan perlahan-lahan dan hati-hati. Penambahan susu setiap kali minum tak

    boleh lebih dari 30 ml perhari atau tidak boleh lebih dari 5 ml perkali.

    5. Sesudah minum bayi perlu didudukan atau diletakkan diatas pundak selama 10-15menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan dalam

    posisi tengkurap. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi regurgitasi

    6. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran dalam bernapas pada waktu minum,maka kepala bayi harus segera direndahkan 30 derajat, cairan mulut dan faring

  • 5/27/2018 bblr

    29/41

    29

    diisap. Bila masih kesulitan bernapas beri oksigen dan pernapasan buatan. Kalo

    perlu dilakukan resusitasi / intubasi endotrakeal.

    Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter. Sebaiknya dipakai

    kateter dari polietilen yang dapat ditinggal dilambung selama 4-5 hari tanpa iritasi.

    Kateter dari karet mudah terjadi infeksi dan iritasi.

    Fototerapi dapat dilakukan pada keadaan bayi prematur dengan hiperbilirubinemia

    dan pemberian antibiotika profilaktik diindikasikan pada bayi prematur yang mempunyai

    resiko tinggi mengalami infeksi.5,6,7

    2.8Pemantauan (Monitoring)

    2.8.1 Pemantauan saat dirawat

    a. TerapiBila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

    Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

    b. Tumbuh kembang

    Pantau berat badan bayi secara periodik

    Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

    bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir

    Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)

    dan telah berusia lebih dari 7 hari :

    - Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

    ml/kg/hari

    - Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

    pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

    - Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

    hingga 200 ml/kg/hari

    - Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

    2.8.2 Pemantauan setelah pulang17

    Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

    mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai

    berikut:

  • 5/27/2018 bblr

    30/41

    30

    Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

    Hitung umur koreksi

    Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

    Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

    Awasi adanya kelainan bawaan

    2.9Pencegahan

    Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

    yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan(3)

    :

    1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

    kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Pada ibu hamil dianjurkan

    mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak, kalori yang cukup, vitamin,dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Penambahan

    berat badan yang sehat selama kehamilan sekitar 12,5 sampai 15 kilogram. Selain itu

    ibu hamil perlu menghindari merokok atau asap rokok dan konsumsi alkohol.

    2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

    tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

    mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

    3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat

    (20-34 tahun)

    4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

    pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

    terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

  • 5/27/2018 bblr

    31/41

    31

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    I. Identitas Pasien

    Nama Bayi : Putri Arini Dewa Ayu

    Nama Ibu :

    Nama Ayah :

    Alamat : Jl. Nusantara no 64 Bangli

    MRS : 11 Mei 2009 Pkl.14.30 WITA

    II. Riwayat Kehamilan

    Anak ke : 1

    ANC : Teratur di Spesialis Kandungan

    USG : +

    HPHT : 26-8-2009

    TP : 2-6-2008

    Perdarahan : -

    Keputihan : -

    Nyeri saat BAK : -Gerak Janin : +

    III. Riwayat Penyakit Ibu

    Hipertensi : -

    DM : -

    Asma : -

    Penyakit jantung : -

    IV. Riwayat Intranatal

    Sakit perut hilang timbul : +

    Keluar darah : +

    Keluar air : +

  • 5/27/2018 bblr

    32/41

    32

    Blood slym : -

    Gerak janin : +

    Demam : -

    Trauma : -

    V. Diagnosa Ibu

    G1P0000 36-37 minggu T/H + KPD Primi Tua

    VI. Data Bayi

    Tgl Lahir 11 Mei 2009 ( Pkl. 03.40 WITA)

    Jenis kelamin laki-laki

    BBL 2000 gr

    PBL 43 cm

    LK/LD 27/27 cm

    VII. Pemeriksaan Fisik

    Status Present

    ATR dan TGS : cukup

    HR : 148 kali/menitRR : 40 kali/menit

    Status Generalis

    Kepala : Normocephali, caput +, cephal hematom -, rambut hitam kokoh

    Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+ isokor

    THT : NCH (-), sianosis (-)

    Pinna memegas sempurna

    Heliks teraba penuh

    Thorax

    Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)

    Po : simetris +, retraksi (-)

    BV+/+, Rh-/-, Wh-/-

    Abdomen : Distensi (-) BU (+) N

  • 5/27/2018 bblr

    33/41

    33

    H/L ttb

    Tali pusat : segar

    Ekstremitas : Hangat +, sianosis -, edema -, tonus otot (+)

    Genitalia : Testis teraba, rugae (+)

    Apgar Score : 7-8

    VIII. Pemeriksaan Penunjang : (-)

    IX. Diagnosis

    Neonatus Kurang Bulan + BBLR (SMK)

    X. Penatalaksanaan

    Bayi lahir spontan dan segera menangis

    Hangatkan di bawah Radiant Heater

    Atur posisi dan bersihkan jalan nafas (suction) O2 aliran bebas

    Keringkan dan rangsang taktil HR 140 x/menit, RR 40 x/menit, akral sianosis

    (-)

    Rawat tali pusat

    Injeksi vit K 1 mg i.mEvaluasi refleks isap(+) cukup

    ASI on demand

    K/p pasang sonde

    Faktor Resiko pada Bayi Putri Arini Dewa Ayu:

    Faktor resiko mayor:KPD >24 jam

    Faktor resiko minor:Premature (

  • 5/27/2018 bblr

    34/41

    34

    Tanggal Subjective, objective, assessment, planning Therapy

    Tanggal

    11/05/09

    Pk 14.30

    WITA

    Pkl.

    14.30

    Anamnesis :O: kebiruan (+), tangis merintih (+)

    ATR: lemah, TGS merintih/lemah

    HR: 140x/menitRR: 62x/menit

    Tax:37,2CStatus generalis:

    Mata : anemi (-), Ikterus (-)

    Cor : S1 S2 tunggal regular murmur (-)

    Pulmo : bronkovesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal

    Ekstrimitas: hangat (+), sianosis (-)

    O: Muntah (+) 2x volume 5 cc warna kecoklatan

    DL:WBC = 12,3 k/ml

    HGB = 19,5 gr/dlHCT = 54,0 %

    PLT = 192 k/ml

    BS stik : 69 mg/dl

    Ass: Neonatus Kurang Bulan + BBLR (SMK) +

    Respiratory Distress Syndrome ec. susp HMD dd/ early

    onset sepsis

    MRS NICU:

    - O2 Headbox 8Lpm

    - Puasa- Keb cairan 60

    cc/kgBB/hr~ IVFD D 10%

    120 cc/hr ~ 5

    tts mikro/menit

    - Cefotaxim 2 x100 mg (iv) ~

    (hari ke 1)

    - Tx: KumbahLambung

    Mx:- VS

    Tanggal

    11/05/09Pkl.

    22.00

    WITA

    S : panas (-), muntah (-), sesak (-)

    O: ATR/TGS : cukupHR : 150 x/menit

    RR : 64 x/menit

    Tax : 370CSat O2 : 96%

    Status General:

    Kepala : normocephali

    Mata : anemi (-), Ikterus (-), Rp +/+ isokorThorak : simetris (+), retraksi (+)

    Cor : S1 S2 tunggal regular murmur (-)Pulmo : bronkovesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normalEkstrimitas: hangat (+), sianosis (-)

    Ass: NKB + BBLR (SMK) + RDS ec. susp Pneumoni dd/

    early onset sepsis

    - O2 headbox 6

    lpm- Keb cairan 70

    cc/kgBB/hrASI 10 cc @ 3jam

    - IVFD D 10%

    60cc/kgBB/hr~5

    tts mikro/menit- Benutrion 10

    cc/kgBB/hr- Cefotaxim 2x100 mg (iv) ~(hari ke 2)

    - Pdx: tunggu hasilkultur

    - Mx: VS, CM-CK

    IT Ratio : 0,015

    CRP : 3,70 mg/dl

  • 5/27/2018 bblr

    35/41

    35

    26/08/08

    Hari ke3

    O : KU lemah, sesak +, O2headbox 10 lt/menit

    HR : 146 x/menitRR : 41 x/menit

    Tax : 36,4 0C

    Sat O2 : 100 %

    AGD:

    PH = 7,35PCO2 = 45

    PO2 = 81

    HCO3 = 24,8

    BE = -0,9Sat O2 = 95%

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :- Prematur dengan BBLR- Distress nafas - Puasa

    - Puasa- Keb cairan

    80cc/kgBB/hr ~

    108 cc/hr

    - D 10% 60cc/hr +Ca Glukonas 3,2cc~96 cc/hr ~ 4

    tts/menit- Be nutrion 20

    cc/kgBB/hr ~ 32

    cc/hr

    - Cefotaxim 2x 80mg (iv) ~ (hari

    ke 3)

    - O2headbox 10lt/menit

    - Mx :Vs

    tanda gagal nafas

    27/8/08Pk 10.00

    Hari ke4

    O : KU lemah, sesak +, O2 headbox 5 lt/menitHR : 139 x/menit

    RR : 72 x/menitTax : 36,4 0CSat O2 : 96 %

    AGD:PH = 7,35

    PCO2 = 45PO2 = 81

    HCO3 = 24,8BE = -0,9

    Sat O2 = 95%

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :

    - Puasa- Keb cairan

    80cc/kgBB/hr ~108 cc/hr

    - D 10% 60cc/hr +Ca Glukonas 3,2

    cc~96 cc/hr ~ 4tts/menit

    - Be nutrion 20cc/kgBB/hr ~ 32

    cc/hr- Cefotaxim 2x 80

    mg (iv) ~ (hari

    ke 4)- O2headbox

    5lt/menit

    - Mx :Vs

    tanda gagal nafas

  • 5/27/2018 bblr

    36/41

    36

    - Prematur dengan BBLR- Distress nafas - Puasa

    -

    28/8/08

    Hari ke5

    O : KU lemah, sesak +, O2 headbox 5 lt/menit

    HR : 134 x/menitRR : 50 x/menit

    Tax : 36,7 0C

    Sat O2 : 99 %

    AGD:PH = 7,39

    PCO2 = 41PO2 = 136,1

    HCO3 = 24,7

    BE = -0,2Sat O2 = 98,7 %

    BS stik pk 06.00 : 64 mg/dl

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :

    - Prematur dengan BBLR- Distress nafas - Puasa- Hiperbilirubinemia (ikterus kramer IV-V)

    - Puasa- Keb cairan

    80cc/kgBB/hr ~

    108 cc/hr

    - D 10% 60cc/hr+ Ca Glukonas3,2 cc~96 cc/hr ~

    4 tts/menit

    - Be nutrion 20cc/kgBB/hr ~ 32

    cc/hr- Cefotaxim 2x 80

    mg (iv) ~ (harike 5)

    - O2 headbox5lt/menit

    - Foto therapy3x24 jam (I)

    - Koreksi albumin:(3,5x2,4)x0,8x5

    ~ 9 cc albumin20 %

    - Mx :Vstanda gagal nafas

    29/8/08Hari ke6 O : KU lemah, sesak +, O2 headbox 5 lt/menitHR : 128 x/menit

    RR : 54 x/menit

    Tax : 37,2 0C

    Sat O2 : 98 %

    BS stik pk 07.00 : 33 mg/dl bolus D10 % 3,2 cc

    -Puasa- Keb cairan100cc/kgBB/hr ~

    160cc/hr + 15%

    ~ 184cc/hr

    - Albuminmaintenance1

    gr/kgBB/hr ~ 8

    HVD : 24,49

    DBil : 0,90 mg/dlAlb : 2,4 mg/dl

    Ind Bil : 23,59 mg/dl

  • 5/27/2018 bblr

    37/41

    37

    BS stik pk 08.00 : 83 mg/dl

    BS stik pk 18.00 : 68 mg/dl

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :- Distress nafas - Hipoalbumin- Puasa- Hiperbilirubinemia (ikterus kramer IV-V)

    cc/hr

    - D 10% 120cc/hr+ Ca Glukonas

    3,2 cc ~ 123cc/hr

    ~ 5tts /menit

    - Be nutrion 40cc/kgBB/hr ~ 64cc/hr

    - Cefotaxim 2x 80mg (iv) ~ (hari

    ke 6)

    - O2headbox5lt/menit

    - Foto therapy3x24 jam (II)

    -Mx :Vs

    tanda gagal nafas

    30/8/08Hari ke7 O : KU lemah, sesak +, O2nasal 2 lt/menit

    HR : 126 x/menit

    RR : 56 x/menitTax : 37,4 0C

    Sat O2 : 100 %

    BS stik pk 06.00 : 84 mg/dl

    AGD (pk05.05):

    PH = 7,47PCO2 = 37

    PO2 = 180 O2 nasal 2 lt/mnt

    HCO3 = -26,9BE = -0,2

    Sat O2 = 100 %

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :

    - Distress nafas - Hiperbilirubinemia- Odem- Residu banyak puasa

    - Puasa- Keb cairan

    100cc/kgBB/hr ~

    160cc/hr + 15%~ 184cc/hr

    - Albuminmaintenance1

    gr/kgBB/hr ~ 8cc/hr

    - D 10% 120cc/hr+ Ca Glukonas3,2 cc ~ 123cc/hr

    ~ 5tts /menit

    - Be nutrion 40cc/kgBB/hr ~ 64

    cc/hr

    - TF 1cc @ 6jam- Cefotaxim 2x 80

    mg (iv) ~ (harike 7)

    - O2headbox5lt/menit

    - Foto therapy3x24 jam (III)

  • 5/27/2018 bblr

    38/41

    38

    Dipasang ventilator, HR : < 100 x/ menit Drip Dopamin 30 g/kgBB/menit

    70g/menit~70 g masukkan dalam NaCl 0,9% 50

    cc

    Dengan kecepatan 0,7 cc/menit

    - Mx :Vstanda gagal nafas

    31/8/08Hari ke8

    Pk 20.00

    Pk 03.00

    O : KU lemah, sesak +, O2nasal 1 lt/mntHR : 84 x/menit

    RR : 60 x/menit

    Tax : 36,7 0C

    Sat O2 : 89 %

    BS stik pk 06.00 : 120 mg/dl

    BS stik pk 19.00 : 111 mg/dl

    BS stik pk 05.30 : 35 mg/dl

    AGD:

    PH = 7,47PCO2 = 37

    PO2 = 180 O2 nasal 2 lt/mnt

    HCO3 = -26,9BE = -0,2

    Sat O2 = 100 %

    Hasil Blood Culture:Chloramphenicol : S

    Gentamycin : RTetrasiklin ITrimetoprim : S

    Ciprofloksasin: I

    Nalidixic acid : R

    Ceftazidime : IPiperacilline : S

    Ass: N. preterm + asfiksia berat + BBLR (SMK) + RDS

    susp HMD dd/ Sepsis early onset

    Masalah :- Distress nafas- Instabilitas suhu- Hiperbilirubinemia- Odem tungkai - Residu banyak puasa(kemarin)

    Dipasang ventilator, HR : < 100 x/ menit

    - Puasa- Keb cairan

    100cc/kgBB/hr ~

    160cc/hr + 15%

    ~ 184cc/hr- Albumin

    maintenance1

    gr/kgBB/hr ~ 8

    cc/hr

    - D 10% 110cc/hr+ Ca Glukonas 2

    cc ~ 5tts /menit- Be nutrion 40

    cc/kgBB/hr ~ 64

    cc/hr- TF 1cc @ 6jam- Cefotaxim 3x 80

    mg (iv) ~ (hari

    ke 8)- O2nasal1

    lt/menit- Foto therapy

    3x24 jam (III)

    - PdxBesok HVDulang

    - Mx :Vs

    tanda gagal nafas

  • 5/27/2018 bblr

    39/41

    39

    Drip Dopamin 30 g/kgBB/menit70g/menit~70 g masukkan dalam NaCl 0,9% 50cc

    Dengan kecepatan 0,7 cc/menit

    01/09/20

    08

    HR: 80 x/menit

    RR :60 x/menit

    Tax : 33,40CSat O2 : 90%

    AGD :

    PH = 6,9555PCO2 = 18,6

    PO2 = 244,6

    HCO3 = -4,7BE = -24,8Sat O2 = 99,1 %

    Ass : Asisosis metabolik terkompensasi asidosisrespiratorik

    Masalah :

    - Edema- Hepatosplenomegali-

    Kolestasis- Apnoe of prematurity- Septic work-up ulang Os tetap Bradikardi dengan drip dopamin Pkl 12.00 dinyatakan meninggal

    - Puasa- Kebutuhan

    Cairan60cc/hr~100

    cc/hr

    - Albuminmaintenance10cc

    D12,5 % 80 cc (2

    cc Ca gluk + 2ccKCl) ~ 4 tts/mnt

    - Pdx:- Foto thorax 3x24jam (III)

    - Mx :Vstanda gagal nafas

    -

  • 5/27/2018 bblr

    40/41

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Prematurebirth.Wikipedia.http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birth.(Diakses 10 Mei 2009)

    2. Lubis, S. Status Gixi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang Dilahirkan,http://rudyct.topcities.com/pps702_71034/zulhaida_lubis.htm. Last updated: Nov,2003. (Diakses 10 Mei 2009)

    3. Pratoom H The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global andNational Perspectives. http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.(Diakses 15 Mei 2009)

    4. Setyowati T (1996, Desember 24-last update), Faktor-Faktor Yang MempengaruhiBayi Lahir Dengan Berat Badan Rendah. http://www.litbang.depkes.go.id. Last

    update: Des, 2005. (Diakses 10 Mei 2009)

    5. Bayi Berat Lahir Rendah, 1. http://www.keluargasehat.com/keluarga-buisi.php?news_id=499.(Diakses 15 Mei 2009)

    6. Rachma, F.B. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah, dalam: Buku Teks IlmuKebidanan, Edisi ke 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

    2002: 771-784

    7. Low Birth Weight, http://www.marchofdimes.com/professionals/681_1153.asp. .(Diakses 15 Mei 2009).

    8. Pentingnya Pengukuran Lingkar Dada, 1. http://www.gizi.net/pedoman-gizi/download/pedoman%20LIDA.doc. (Diakses 17 Mei 2009).

    9. Pratoom H The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global andNational Perspectives. http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.(Diakses 17 Mei 2009)

    10. MacDonald, Mhairi G, et al. Averys Neonatology 6thedition. Liipincott Williamsand Willkins. Last update : 2005. (Diakses 10 Mei 2009)

    http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birthhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birthhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birthhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birthhttp://rudyct.topcities.com/pps702_71034/zulhaida_lubis.htmhttp://www.sehat2010.com/http://www.litbang.depkes.go.id/http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi.php?news_id=499http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi.php?news_id=499http://www.marchofdimes.com/professionals/681_1153.asphttp://www.sehat2010.com/http://www.sehat2010.com/http://www.marchofdimes.com/professionals/681_1153.asphttp://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi.php?news_id=499http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi.php?news_id=499http://www.litbang.depkes.go.id/http://www.sehat2010.com/http://rudyct.topcities.com/pps702_71034/zulhaida_lubis.htmhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birthhttp://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Premature_birth
  • 5/27/2018 bblr

    41/41

    41

    11. Pramanik, Arun. Respiratory Distress Syndrome.http://www.emedicine.com/specialties.htm Last Updated: October 20, 2006.

    (Diakses 15 Mei 2009)12. Hyaline Membrane Disease/ Respiratory Distress Syndrome. University of Virginia

    Health System. http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd.

    (Diakses 15 Mei 2009)

    13. MacClure, Peter. Hyaline Membrane Disease.http://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htm.Last Updated: September

    23, 2005. (Diakses 15 Mei 2009)

    14. Kuliah bidan. Bayi Berat Lahir Rendah.http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/. Last

    Updated: Juli 16, 2008. (Diakses 15 Mei 2009)

    15. Sitohang, Nur Asnah. Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah.http://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdf.Last Updated: 2006. (Diakses 15Mei 2009)

    16. University of Pretoria. Chapter 2: The Low Birth Weight Premature Baby, Parenteotional Reactin, Parent-Infant Interaction and Infant Development.http://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter

    2b.pdf.(Diakses 15 Mei 2009)

    17. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I 2004.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia

    http://www.emedicine.com/specialties.htmhttp://www.emedicine.com/specialties.htmhttp://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtdhttp://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtdhttp://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htmhttp://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htmhttp://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/http://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdfhttp://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter%202b.pdfhttp://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter%202b.pdfhttp://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter%202b.pdfhttp://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter%202b.pdfhttp://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter%202b.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/04006076.pdfhttp://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/http://www.emedicine.com/topic350_files/adservice.htmhttp://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtdhttp://www.emedicine.com/specialties.htm