BBLR

31
ASUHAN KEPERAWATAN BBLR OLEH : IIP ARIF BUDIMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 ) Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ). Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. Tabel.1 Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008 Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Hidup 201 218 266 685 Mati 4 7 8 19 Jumlah 704 Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008 Tabel. 2 Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008 Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Asfiksia 3 7 13 23 BBLR 32 30 36 98 BBLSR 2 8 10 20

Transcript of BBLR

Page 1: BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN BBLROLEH :IIP ARIF BUDIMANBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.Tabel.1Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 JumlahHidup 201 218 266 685Mati 4 7 8 19Jumlah 704Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008Tabel. 2Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 JumlahAsfiksia 3 7 13 23BBLR 32 30 36 98BBLSR 2 8 10 20Kelainan kongenital 1 - - -Kelainan Mongolisme 2 - - -Kejang - - - -Kelainan Lain - 2 - 2

Page 2: BBLR

Jumlah 143Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi (Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.1.1 TUJUAN PENULISANAdapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia.2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia.3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut.4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan asfiksia.5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas.1.2 MANFAAT PENULISANAdapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan asfiksia pada Neonatus.2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan bayi baru lahir.I.3 METODE PENULISANMetode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien.3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku laporan yang ada diruangan.4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul.BAB IITINJAUAN TEORITISA. PENGERTIANBerat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com).

Page 3: BBLR

B. Etiologi BBLR dan Asfiksia1. Etiologi BBLRa. Faktor ibu (resti).b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).c. faktor usia : < 20 tahun.d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.2. Etiologi AsfiksiaEtiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :1. Faktor Ibua. Hipoksia ibuOksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.b. Gangguan aliran darah uterusMengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :• Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.• Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.2. Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tak menempel Solusio plasenta Perdarahan plasenta3. Faktor fetusKompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.4. Faktor NeonatusDepresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :• Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.• Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

Page 4: BBLR

5. Faktor persalinan• Partus lama• Partus tindakan(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)C. PATOFISIOLOGIPernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :1. Klasifikasi Asfiksiaa. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com

Page 5: BBLR

2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.b. Dismaturitas.c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.d. BBLR dibedakan menjadi : BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 grE. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.4. Pengkajian spesifik/5. Pemeriksaan fungsi paru/6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/(Pediatric.com)F. MANIFESTASI KLINISAsfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala- Apnea- Pucat- Sianosis- Penurunan terhadap stimulus.(Medicine and linux.com)G. PENATALAKSANAAN KLINIS1. Tindakan Umuma. Bersihkan jalan nafas.Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.b. Rangsang reflek pernafasan.Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.c. Mempertahankan suhu tubuh.Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti

Page 6: BBLR

oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).2. Tindakan khususa. Asfiksia beratBerikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.b. Asfiksia sedang/ringanPasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksiaa. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airanb. Memberikan obat – obatanc. Memberikan nutrisi parenteral2. Keuntungan dan kerugian therapy CairanKeuntungan :a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepatb. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkanc. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasid. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindarie. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.Kerugian :1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi2. Komplikasi tambahan dapat timbul :• Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi• Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )• Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)3. Memeriksa kepatenan tempat insersi

Page 7: BBLR

4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program6. Monitor kondisi dan reaksi pasienBAB IIITINJAUAN KASUSPENGKAJIAN1. Pengumpulan Dataa. Identitas klienNama : By. YUsia : 7 hariJenis Kelamin : PerempuanRuang/kamar : Peristi/DahliaNo. Reg : 407221Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia BeratDr. penanggung jawab : dr. S Sp ATanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIBTanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIBApgar skor : 3 (Asfiksia Berat)b. Identitas penanggung jawabNama : Tn. AUmur : 35 tahunPekerjaan : WiraswastaPendidikan : SMAHub dengan klien : AnakAlamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. TegalMasalah utama :Sesak nafasRiwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.Riwayat Penyakit Dahulu :Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.Riwayat penyakit keluarga :Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).GenogramRiwayat Psikologis :Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya

Page 8: BBLR

di ruang perawatan.Data Sosial Ekonomi :Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.A. PENGKAJIAN FISIK :1 Keadaan umumKeadaan umum : Klien tampak lemahLingkar kepala : 26 cmLingkar Dada : 28 cmLingkar Perut : 25 cmPanjang Badan : 38 cmBerat badan lahir : 1400 grBB saat dikaji : 1200 grLingkar lengan atas : 5 cm2 Vital SignP : 138 x/menitRR : 76 x/menitT : 39,1 0C3 KepalaBentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.4 MataBentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.5 TelingaBentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo6 HidungBentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.7 MulutBentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.8 DadaBentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.9 PunggungKeadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.10 AbdomenBentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.11 UmbilikusTidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada,

Page 9: BBLR

tali pusat sudah terlepas.12 GenitaliaLabia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.13 IntegumenStruktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.14 Tonus OtotGerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.15 EkstrimitasAtas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.Udema Sianosis16 RefleksMoro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tibadengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan responbayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dottetapi daya hisap masih lemah.Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.17 TherapyEfotax 2 x 100 mg Antibiotik ivGentamicine 3 x 5 mg Antibiotik ivAminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator ivDexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid ivSanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteralSorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv18 LaboratoriumWBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dlHCT 36,9 % 35.0/55.0 %PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3MPV 107 Fl 6.0/10.0 FlB. DATA IBUNama : Ny. YUsia : 32 tahunPekerjaan : IRTPendidikan : SMA

Page 10: BBLR

Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 mingguHPHT : 10 Mei 2008HPL : 17 Februari 2009Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulanLama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidanTrimester 2 : 1 kaliTrimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidanObat – obatan : Obat warungRiwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahuluNo Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket1. ♀ 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal40 hari BBLSR Meninggal2. ♀ 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR HidupRiwayat menstruasi ibu :Haid pertama : 12 tahunSiklus : 28 hari teraturVolume/banyaknya : 2 x ganti balutanLama haid : 5 hariC. ANALISA DATANoData Fokus Etiologi Masalah1 Ds:Do: Bayi tampak sesak nafas RR 76 x/Menit Terlihat retraksi pada dinding epigastrium PCH + Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSRImaturitas sistem pernafasanUsaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3)CO2 meningkat (Hiperkapneu)Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O22 Ds:Do: S : 39,1 0C/Anal Leukosit 10. 103/mm3 Struktur kulit halus dan tipis Bayi di simpan dalam inkubatorImaturitas jaringan lemak pada subkutanMekanisme penguapan panas (E,R,K,K)Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)GG. Thermoregulasi : Hypertermi3 Ds :

Page 11: BBLR

Do : NGT terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari Refleks hisap lemah dan menelan lemah BB lahir 1400 gr BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaanMotilitas usus rendahDaya mencerna dan mengabsorpsi makananberkurangPengosongan lambung bertambahDistensi abdomenKerja otot spingter kardio esophagus berkurangIntake nutrisi kurang dari kebutuhanGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh4 Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinyaDo : Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSRHospitalisasiPerawatan ekstra di ruang perinatologiBonding Attachment tidak terjadiKoping keluarga in efektifCemasGangguan rasa aman : Cemas Orang tua5 DsDo: Terpasang NGT IVFD D5 ½ NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra S : 39,1 0 C Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus Leukosit 10. 103/mm3Imaturitas sistem imunologiRendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin )Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum maturInvasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGTResiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksiD. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Page 12: BBLR

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologiF. NURSING CARE PLANNING (NCP)Nama : By. Y No Medrek : 407221Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + AsfiksiaNo Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :Ds:Do: Bayi tampak sesak RR 76 x/Menit Terlihat retraksi pada dinding epigastrium PCH + Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil :• Nafas spontan• O2 tidak terpasang• PCH negatif• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi2. Therapi O2 sesuai kebutuhan3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi gangguan.4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayiDitandai dengan :Ds:Do: S : 39,1 0C/Anal Kadar leukosit 10. 103/mm3 Struktur kulit halus dan tipis Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

Page 13: BBLR

24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C• Bayi tidak rewel• Bayi bisa tidur• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.2. Observasi TTV3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih dalam keadaan batas normal.3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaanDitandai dengan :Ds :Do : NGT terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit. PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari Refleks hisap lemah dan menelan lemah BB lahir : 1400 gr BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :• Turgor kulit elastis• Tidak terjadi penurunan BB• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.• Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi4. Lakukan Oral hygiene5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral2. Status nutrisi teridentifikasi3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan :Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinyaDo : Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria :

Page 14: BBLR

• Orang tua tampak tenang• Orang tua kooperatif• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam memberikan intervensi2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh bayi4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi Terpasang NGT IVFD 10 tetes/menit Kadar leukosit 10.103/mm3 S : 39,1 0 C Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :Tidak terjadi tanda-tanda infeksi• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3• Suhu dalam batas normal 36,5o C – 37,5 o C1. Kaji tanda – tanda infeksi2. Observasi TTV3. Perawatan NGT4. Perwatan IVFD5. Kolaborasi pemberian antibiotik1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas normal3. Mencegah infeksi4. Mencegah infeksi5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksiG. IMPLEMENTASI KEPERAWATANNama : By. Y No Medrek : 407221Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + AsfiksiaNO DIAGNOSAKEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia13-12-200808.00 WIB08.0515-12-2008Pukul 08.00 WIB08.05 WIB

Page 15: BBLR

16-12-2008Pukul 08.00 WIB08.05 WIB1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensiR : Klien tampak lemahH : Posisi kepala sudah semi ekstensi2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayiR : Sesak nafas masih terlihatH : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidakterdapat suara nafas tambahan3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkupR : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkupR : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravenaR : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensiR : Klien tampak lemahH : Posisi kepala sudah semi ekstensi2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkupR : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkalH : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayiR : Sesak masih terlihatH : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidakterdapat suara nafas tambahan4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitanH : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi13-12-2008Pukul 08.00 WIB08.05 WIB08.10 WIB15-12-200808.00 WIB08.05 WIB

Page 16: BBLR

16-12-200808.00 WIB08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 39.1 0CN: 138 x/menitR :76x/menit2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan3. Mengatur suhu inkubator 35 0CR : Bayi berada dalam inkubatorH : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 37,6 0C P: 120 x/menitR :74x/menit2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan1. Mengobservasi TTV BayiR : Klien tampak menangis dan meringgisH : Vital Sign bayiS : 370C P: 120 x/menitR :70 x/menit2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.R : Klien Tampak menyeringai dan menangisH : Obat antipiretik telah diberikan3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 13-12-200809.00 WIB09.05 WIB15-12-200809.05 WIB09.10 WIB16-12-200809.05 WIB09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayiR : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnyaH : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGTR : Klien tampak lemahH : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT

Page 17: BBLR

3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang samaR : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktifH : BB Klien 1200 gram3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGTR : Klien tampak lemahH : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 08.10WIB2 Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)1. Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGTR : Klien tampak lemahH : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 09.00WIB2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. 13-12-200811.30 WIB15-12-200810.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluargaR : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatifH : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinyaR : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat iniR : Orang tua bayi tampak cemasH : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinyaH : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..5. Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannyaR : Orang tua kooperatifH : Orang tua berharap semoga bayinya cepat sembuh dan segera dibawa pulang..1. Mengkaji kembali kecemasan keluargaR : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatifH : Orang tua klien mengatakan masih khawatir tehadap kondisi bayinya2. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinyaH : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampaksenang. dan ingin segera membawa bayinya pulang5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi13-12-200808.00 wib08.05 WIB12.00 WIB

Page 18: BBLR

15-12-200808.00 WIB08.05 WIB12.00 WIB 1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGTR : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktifH : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.2. Memberikan anti biotik Efotak 100mgR : Klien tampak lemahH : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak tertidurH : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGTR : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktifH : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.2. Memberikan anti biotik Efotak 100mgR : Klien tampak lemahH : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak tertidur4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFDH. EVALUASI KEPERAWATANNama : By. Y No Medrek : 407221Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + AsfiksiaNO DIAGNOSAKEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia17-12-2008Pkl. 08.00 S :O :• Bayi terlihat Sesaknya berkurang• R : 68 x/menit• O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit• Retraksi rongga epigastrium• PCH tidak terdapat• Tidak terjadi cyanosisA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensiI :• Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi• Therapi O2 sesuai kebutuhan• Monitor frekuensi pernafasan bayi• Monitor saturasi O2 tiap 2 jam• Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi17-12-2008Pkl. 08.10 Wib S :

Page 19: BBLR

O :• Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif• Bayi masih dalam inkubator• Tanda-tanda vitalS: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit• Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat• Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemakA : Masalah teratasiP : Lanjutkan intervensiI :• Observasi TTV• Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan• Kaji penyebab hipertermi/hipotermi• Ganti popok apabila basahKolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 17-12-2008Pkl. 09.00 Wib S: -O:• NGT tidak terpasang• Muntah tidak ada• Replek menghisap ada dan lemah• PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc• BB: 1200 gram• Turgor kulit tidak elastis• IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menitA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan IntervensiI :• Kaji reflek hisap dan menelan bayi• Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama• Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi• Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi• Observasi intake dan output cairan• Kaji Bab dan BAK bayi• Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. 17-12-2008Pkl. 11.00 WIB S :Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuhO :• Orang tua klien tampak gelisah• Orang tua klien kooperatif• Orang tua klien tampak cemasA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensiI :

Page 20: BBLR

• Kaji tingkat kecemasan Orang Tua• Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua• Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya• Beri penjelasan tentang keadaan bayinya• Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya• Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi17-12-2008Pkl. 12.00 WIB S :O :• Tanda-tanda vital• S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit• Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.• Terpasang IVFD D5 ½ Ns 10 tts/menitA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensiI :• Kaji tanda – tanda infeksi• Melakukan perawatan NGT dan Infus• Observasi TTV• Kolaborasi pemberian antibiotikBAB IVPEMBAHASANBerdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologiSedangkan masalah keperawatan pada teori :1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu ke janin.2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan asam basa : Asidosis metabolik dan respiratory berhubungan dengan kegagalan bernafas.3. Resiko tinggi kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan intake.4. Resiko tinggi komplikasi Hipoglikemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme.Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak muncul pada teori diantaranya :1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Page 21: BBLR

BAB VPENUTUPA. KESIMPULANKematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yangBerdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :11. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan12. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi13. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan.14. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi.15. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologrendah, dan gangguan lainnya.B. SARAN1. Intitusi Pendidikan.Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif.2. Lahan Praktek.Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi yang sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus.3. Mahasiswa praktikan.Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan.DAFTAR PUSTAKABetz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.

Page 22: BBLR

Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas UI, Jakarta.Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SPShelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.Jakarta : ARCAN.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.Tambayong, Jan. Dr. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.WWW.Medicine and linux.comWWW. Pediatric.com

Page 23: BBLR

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Berat Badan Lahir Rendah

Pengertian BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.

BBLR dibedakan menjadi :

1. Prematuritas murni

Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Etiologi BBLR

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :

1.    Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat

Penyakit menahun ibu :hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

2.    Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3.    Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4.     Faktor yang masih belum diketahui

Page 24: BBLR

Pengkajian Keperawatan

Prematuritas murni

BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

Masa gestasi < 37 minggu

Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin

Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan

lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar

Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada

laki-laki testis belum turun.

Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna

Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik

Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih

hipotonik

Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

Dismaturitas

Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,

Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat

Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Komplikasi BBLR

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran

hialin

Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak

Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah

Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)

Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

Penatalaksanaan Medis BBLR

Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen

Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)

Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup

Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

Page 25: BBLR

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan BBLR

1. Diagnosa Keperawatan : Pola nafas tidak efektif  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan : Pola nafas yang efektif

Kriteria :

Kebutuhan oksigen menurun

Nafas spontan, adekuat

Tidak sesak.

Tidak ada retraksi dada

Rencana Tindakan :

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

Berikan oksigen  dengan metode yang sesuai

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Tujuan : Pertukaran gas adekuat

Kriteria :

Tidak sianosis.

Analisa gas darah normal

Saturasi oksigen normal.

Rencana Tindakan :

Lakukan isap lendir kalau perlu

Berikan oksigen  dengan metode yang sesuai

Observasi warna kulit

Ukur saturasi oksigen

Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan

Lapor dokter apabila terdapat  tanda-tanda perburukan pernafasan

Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan : Hidrasi baik

Page 26: BBLR

Kriteria:

Turgor kulit elastik

Tidak ada edema

Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam

Elektrolit darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Observasi turgor kulit.

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit

Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

4. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan : Nutrisi adekuat

Kriteria :

Berat badan naik 10-30 gram / hari

Tidak ada edema

Protein dan albumin darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Berikan ASI/PASI  dengan metode yang tepat

Observasi dan catat toleransi minum

Timbang berat badan setiap hari

Catat intake dan output

Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

5. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

Tujuan : Suhu bayi stabil

Kriteria :

Suhu 36,5 0C -37,2 0C

Akral hangat

Rencana Tindakan :

Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai

Page 27: BBLR

Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas

Ukur suhu bayi  setiap 3 jam atau kalau perlu

Ganti popok bila basah

6. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

Tujuan : Perfusi jaringan baik

Kriteria :

Tekanan darah normal

Pengisian kembali kapiler <2 detik

Akral hangat dan tidak sianosis

Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam

Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

Ukur tekanan darah kalau perlu

Observasi warna dan suhu kulit

Observasi pengisian kembali kapiler

Observasi adanya edema perifer

Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium

Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan

7. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia

Tujuan : Tidak ada injuri

Kriteria :

Kesadaran composmentis

Gerakan aktif dan terkoordinasi

Tidak ada kejang ataupun twitching

Tidak ada tangisan melengking

Hasil USG kepala dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Cegah terjadinya hipoksia

Ukur saturasi oksigen

Observasi kesadaran dan aktifitas bayi

Observasi tangisan bayi

Page 28: BBLR

Observasi adanya kejang

Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi

Ukur lingkar kepala kalau perlu

Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala

8. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik

Tujuan : Bayi tidak terinfeksi

Kriteria :

Suhu 36,5 0C -37,2 0C

Darah rutin normal

Rencana Tindakan :

Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator

Cuci tangan  sebelum dan sesudah kontak dengan bayi

Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif

Lakukan perawatan tali pusat

Observasi tanda-tanda vital

Kolaborasi pemeriksaan darah rutin

Kolaborasi pemberian antibiotika

9. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Tujuan : Integritas kulit baik

Kriteria :

Tidak ada rash

Tidak ada iritasi

Tidak plebitis

Rencana Tindakan :

Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang

tertekan

Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin

Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

10. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

Tujuan : Persepsi dan sensori baik

Page 29: BBLR

Kriteria :

Bayi berespon terhadap stimulus

Rencana Tindakan :

Membelai bayi sebelum malakukan tindakan

Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu

yang lembut

Memberikan rangsang cahaya pada mata

Kurangi suara monitor jika memungkinkan

Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

11. Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

Tujuan : Koping keluarga efektif

Kriteria :

Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.

Pengetahuan ortu bertambah

Orang tua dapat merawat bayi di rumah

Rencana Tindakan :

Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter

Rujuk ke ahli psikologi jika perlu

Berikan pendidikan kesehatan   cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode

kanguru, cara memandikan

Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat

bayinya