basic KET 4

35
KEHAMILAN EKTOPIK

description

ket

Transcript of basic KET 4

Page 1: basic KET 4

KEHAMILAN EKTOPIK

Page 2: basic KET 4
Page 3: basic KET 4

Definisi Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat

luar biasa yang terjadi apabila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar berlokasi di tuba fallopi (>90%) khususnya di ampulla dan isthmus.

Page 4: basic KET 4

A. Di dalam rahim Kehamilan serviks Kehamilan pars interstisialis tuba Tanduk rudimenter rahim

B. Di luar rahim Kehamilan tuba Kehamilan ovarial Kehamilan abdomen

Page 5: basic KET 4
Page 6: basic KET 4

Frekuensi 1 : 300 kehamilan Usia 25-35 tahun Frekuensi kehamilan ektopik berulang 0-

14,6% Kontrasepsi

Page 7: basic KET 4

Sebagian besar idiopatik.

Faktor yang memegang peranan penting diantaranya: Faktor dalam lumen tuba Endosalfingitis: Perlekatan endosalfing → lumen tuba

menyempit / membentuk kantong buntu Kehamilan ektopik sebelumnya (kemungkinan karena

salpingitis sebelumnya) Abortus provokatus dengan infeksi (salpingitis) Hipoplasia uteri: lumen tuba sempit, berkelok,

gangguan fungsi silia endosalfing Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak

sempurna → lumen tuba sempit

Page 8: basic KET 4

Faktor pada dinding tuba Endometriosis tuba: memudahkan implantasi telur yang

dibuahi dalam tuba Divertikel tuba kongenital / ostium assesorius tubae :

menahan telur yang dibuahi di tempat itu

Faktor di luar dinding tuba Perlekatan peritubal dengan distorsi / lekukan tuba →

menghambat perjalanan telur Tumor yang menekan dinding tuba → menyempitkan

lumen tuba

Faktor lain Meningkatnya penggunaan kontrasepsi untuk mencegah

kehamilan, seperti AKDR dan KB suntik derivat progesteron Fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovulasi,

fertilisasi in vitro

Page 9: basic KET 4

PatologiTelur di tuba dapat bernidasi secara:Kolumner:1. Telur berimplantasi pada puncak lipatan selaput tuba

dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir. 2. Perkembangan telur lebih lanjut dibatasi oleh

kurangnya vaskularisasi Telur mati secara dini kemudian diresorbsi

Interkolumner: Telur bernidasi antar 2 jonjot endosalping (telur

masuk ke dalam lapisan otot tuba) karena tuba tidak mempunyai desidua.

Page 10: basic KET 4

Setelah tempat nidasi tertutup → telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai lapisan desidua (pseudocapsularis)

estrogen dan progesteron ↓

uterus lebih besar dan lembek↓

Endometrium dapat berubah menjadi desidua (Pembentukan desidua tidak sempurna)Setelah janin mati → desidua dalam uterus mengalami degenerasi

↓perdarahan

Tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada kehamilan 6-12 minggu.

Page 11: basic KET 4

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Implantasi kolumner → vaskularisasi kurang → ovum yang dibuahi cepat mati → resorbsi total

→ penderita tidak mengeluh apa-apa → haid terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus ke dalam lumen tuba (lebih sering pada kehamilan pars ampularis) Pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi khorialis pada dinding tuba di tempat

implantasi ↓

lepasnya mudigah dari dinding tersebut dan robeknya pseudokapsularis.

Pelepasan menyeluruh → mudigah dan selaput dikeluarkan dalam lumen tuba lalu didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominal.

Pelepasan tidak sempurna → perdarahan terus berlangsung, sedikit-sedikit sehingga berubah menjadi mola kruenta.

Tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping). Darah mengalir melalui ostium tuba ke rongga perut. Darah berkumpul di kavum douglas. Hematokel retrouterina.

Page 12: basic KET 4

3. Ruptur dinding tuba

Sering pada kehamilan pars ismika, biasanya pada kehamilan muda (sebelum minggu ke-12) → dinding tuba disini tipis

Ruptur pars interstisialis, pada kehamilan lebih lanjut (kadang-kadang baru pada bulan ke-4) → lapisan otot tebal.

Faktor penyebab: penembusan trofoblast dan villi khorialis ke lapisan muskularis tuba (interkolumnar) → peritoneum

3. Dapat tejadi spontan/trauma ringan (koitus dan pemeriksaan vaginal)4. Perdarahan dalam rongga perut, bisa sedikit/banyak, dapat menimbulkan syok dan kematian5. Bila pseudokapsularis ikut pecah → perdarahan dalam lumen tuba

Abortus dalam ostium tuba tersumbat → ruptur sekunder, kadang di arah ligamentum latum → hematoma intraligamenter, jika janin terus hidup → kehamilan intraligamenter

Ruptur rongga perut: seluruh janin dapat keluar tuba. Janin yang keluar dari tuba masih diselubungi kantong amnion & plasenta. Tumbuh dalam rongga perut (kehamilan abdominal sekunder). Plasenta tuba akan meluaskan implantasi ke jaringan sekitar (sebagian uterus, ligamentum latum, dan usus)

Page 13: basic KET 4

Gejala-gejala:1. Nyeri perut.

Nyeri perut dapat unilateral atau bilateral di abdomen bawah. Kadang-kadang terasa sampai daerah abdomen atas.

2. Amenore3. Perdarahan per vaginam

Dengan matinya telur desidua yang mengalami degenerasi dan nekrosis, selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk perdarahan

4. Syok karena hipovolemi5. Pembesaran uterus6. Tumor dalam rongga panggul

Dalam rongga panggul dapat teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan oleh kumpulan darah di tuba dan sekitarnya

7. Perubahan darah (Hb turun)

Page 14: basic KET 4
Page 15: basic KET 4
Page 16: basic KET 4
Page 17: basic KET 4
Page 18: basic KET 4
Page 19: basic KET 4
Page 20: basic KET 4

Laparotomi Salpingiektomi: apabila kondisi pasien buruk

atau syok Salpingostomi atau reanastomosis tuba: jika

fungsi reproduksi ingin dipertahankan. Laparoskopi Fimbrial evacuaton Partial salpingiectomy

Page 21: basic KET 4

KE di tuba pars ampularis yang belum terganggu (pecah) → kemoterapi, dengan syarat:

kehamilan di tuba pars ampularis belum pecah diameter kantong gestasi kurang atau sama

dengan 4 cm pada pemeriksaan USG perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100

mL tanda vital dalam kondisi stabil. Obat yang digunakan adalah Metrotrexat 1

mg/kg BB IV dan Citovorum Factor 0,1 mg/kg BB, berselang-seling selama 8 hari.

Page 22: basic KET 4

Angka kematian karena KET ↓: diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.

KET di tuba umumnya bersifat bilateral.Sebagian menjadi steril, namun dapat juga mengalami KET pada tuba yang lain.

KET berulang: 10% pada yang telah mengalami KET

50% pada yang telah mengalami 2x KET

Page 23: basic KET 4

Terjadi jika ovum bernidasi pada para interstitial tuba.

Jarang terjadi, hanya 1% dari semua kehamilan tuba.

Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan ke 4.

Pendarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi, akan menyebabkan kematian

Page 24: basic KET 4
Page 25: basic KET 4

Jarang terjadi, kira-kira 1 diantara 1.500 kehamilan.

Ada 2 macam: Kehamilan abdominal primer: telur dari awal

mengadakan implantasi dalam rongga perut. Kehamilan abdominal sekunder: yang asalnya

kehamilan tuba dan selaput ruptur baru menjadi kehamilan abdominal.

Page 26: basic KET 4

>> kehamilan abdominal sekunder >> janin mati sebelum tercapai maturitas

(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna

janin yang cukup bulan prognosanya kurang baik, banyak yang mati setelah dilahirkan dan juga banyak kelainan kongenital di antara janin-janin yang tumbuh extra-uterin.

Page 27: basic KET 4

Janin yang mati intra-abdominal:a. Terjadi pernanahan sehingga kantong

kehamilan menjadi abses yang dapat pecah melalui dinding perut atau ke dalam usus atau kandung kencing.

b. Pengapuran (kalsifikasi)c. Perlemakand. Apabila kehamilan sampai terjadi a’terme,

maka timbul his, artinya pasien merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa, tetapi apabila diperiksa, tumor yang mengandung anak tidak mengeras

Page 28: basic KET 4

Tanda-tanda kehamilan ada tapi biasanya pasien lebih menderita, karena perangsangan peritoneum, misalnya sering mual, muntah, kembung perut, obstipasi atau diare dan nyeri perut.

Pada kehamilan abdominal sekunder: sakit perut yang hebat disertai pusing atau pingsan apabila terjadi ruptur tuba.

Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras tidak ada kontraksi Braxton Hicks).

Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu.

Page 29: basic KET 4

Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu. Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar. Bagian anak lebih mudah teraba karena hanya

terpisah oleh dinding perut. Selain tumor yang mengandung anak,

kadang-kadang dapat diraba tumor yang lain ialah rahim yang membesar.

Pada Ro foto perut biasanya tampak kerangka anak yang tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.

Pada foto lateral nampak bagian-bagian janin menutupi vertebra ibu.

Page 30: basic KET 4

Apabila sudah ada his dapat terjadi pembukaan ± sebesar 1 jari dan tidak menjadi lebih besar, apabila dimasukkan jari kedelam cavum uteri maka ternyata uterusnya kosong.

Page 31: basic KET 4

Pitocin test Apabila pembukaan tidak ada maka dapat

dilakukan sondage untuk mengetahui apakah uterus kosong dan selanjutnya dibuat Ro foto dengan sonde di dalam rahim.

Dibuat histerografi dengan memasukkan lipiodol ke dalam cavum uteri.

Page 32: basic KET 4

Operasi secepatnya, karena dapat menimbulkan perdarahan, ileus dan juga prognosa untuk anak kurang baik.

Tujuan operasi : melahirkan anak saja, sedangkan plasenta biasanya ditinggalkan.

Page 33: basic KET 4

Sangat jarang terjadi Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas

dasar 4 kriteria Spiegelberg :1. Tuba pada sisi kehamilan harus normal2. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium3. Kantong janin dihubungkan dengan uterus

oleh ligamentum ovarii proprium 4. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan

dalam dinding kantong janin

Page 34: basic KET 4

Kehamilan servikal sangat jarang terjadi Terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda

Kriteria kehamilan servikalis berdasarkan Rubin (1911) :1. Kelenjar servik harus ditemukan diseberang tempat

implantasi plasenta2. Tempat implantasi plasenta harus dibawah arteri

uterine atau dibawah peritoneum viserale uterus3. Janin/mudigah tidak boleh terdapat didaerah korpus

uterus4. Implantasi plasenta diservik harus kuat Kesulitan: harus dilakukan histerektomi atau biopsy

jaringan yang adekuat

Page 35: basic KET 4

Paalman dan McElin (1959) membuat criteria klinik sebagai berikut:

1. Ostium uteri internum tertutup2. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian3. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endo servik4. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa

disertai rasa nyeri5. Servik lunak, membesar, dapat lebih besar dari

fundus uteri, sehingga terbentuk hous-glass uterus