Lapkas KET

30
Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) PENDAHULUAN Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal primer atau sekunder. 1,2,3 Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 1983 angka kejadian ialah 1,4 untuk setiap kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 153 diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan. 1,2 Kehamilan ektopik terjadi pada tempat-tempat seperti pada tuba fallopi; ampula (80-90%), isthmus (5-10%), fimbria (5%), cornu (1-2%), abdomen (1-2%), ovarium (1%), dan cervix(1%). 4 Pada perkembangannya, kehamilan ektopik yang berlokasi pada tuba biasanya tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12, dan yang paling sering antara minggu ke 6 sampai minggu ke 8. Berakhirnya kehamilan ektopik pada tuba dengan 2 cara yakni dengan abortus tuber dan ruptur tuba. 3 Sebagian besar penyebab dari kehamilan ektopik tidak diketahui. Setelah sel telur dibuahi di bagian ampula tuba, maka setiap hambatan perjalanan sel telur ke dalam rongga rahim memungkinkan kehamilan tuba. Kehamilan ovarial dapat Halaman

Transcript of Lapkas KET

Page 1: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang

dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.

Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan

ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan

abdominal primer atau sekunder.1,2,3

Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 1983 angka kejadian ialah

1,4 untuk setiap kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 153

diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan. 1,2

Kehamilan ektopik terjadi pada tempat-tempat seperti pada tuba

fallopi; ampula (80-90%), isthmus (5-10%), fimbria (5%), cornu (1-2%),

abdomen (1-2%), ovarium (1%), dan cervix(1%).4

Pada perkembangannya, kehamilan ektopik yang berlokasi pada

tuba biasanya tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir

pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12, dan yang paling sering antara

minggu ke 6 sampai minggu ke 8. Berakhirnya kehamilan ektopik pada

tuba dengan 2 cara yakni dengan abortus tuber dan ruptur tuba.3

Sebagian besar penyebab dari kehamilan ektopik tidak diketahui.

Setelah sel telur dibuahi di bagian ampula tuba, maka setiap hambatan

perjalanan sel telur ke dalam rongga rahim memungkinkan kehamilan

tuba. Kehamilan ovarial dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki

folikel de Graaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih

tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di

daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya

terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau ovarial yang mengalami

ruptur dan mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum.

Kehamilan serviks berkaitan dengan faktor multiparietas yang beriwayat

pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio

Halaman 1

Page 2: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

sesarea. Kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari

kehamilan tuba.2

Berdasarkan atas gambaran klinik kehamilan ektopik dibagi ke

dalam dua kelompok yaitu kelompok yang bergejala jelas dan kelompok

yang bergejala samar. Pada kelompok yang bergejala jelas mula-mula

yang terlihat adalah gejala klasik kehamilan muda seperti rasa mual dan

pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului

dengan keterlambatan haid. Kemudian secara berurutan datang

perasaan tidak enak pada perut bagian bawah, keluar bercak darah

melalui kemaluan, merasa amat lemah, dan berakhir dengan rasa amat

nyeri pada bahu. Namun demikian semua gejala tersebut dapat

bervariasi oleh karena ciri robekan dan perdarahan yang tidak dapat

diramal dan rasa nyeri di dalam perut, perbedaan lokasi implantasi pada

tuba, kecapatan distensi dan proses robekan yang terjadi pada tuba,

dan jumlah darah yang keluar berbeda satu dengan lain kasus. Pada

kelompok yang bergejala samar proses perdarahan biasanya berjalan

lambat dan robekannya pun kecil.5

Pada berbagai pengamatan dari sejumlah kehamilan ektopik yang

pecah dilaporkan semuanya menderita nyeri dalam perut, lebih kurang

setengahnya merasa nyeri perut itu meluas, sepertiganya merasa nyeri

perut sebelah pihak, dan pada seperlimanya merasa nyeri menjalar

sampai ke bahu. Perdarahan melalui vagina terjadi pada 40-70% dan

terlambat haid sekitar 2 minggu pada 68%, dan sinkop pada 37%

penderita. Terasa nyeri pada adneksa hampir semua penderita dan

teraba pembengkakan pada satu adneksa pada setengah jumlah

penderita. Pada 70% penderita rahim seperti tidak membesar, pada

26% rahim sebesar kehamilan 6-8 minggu, dan pada 3% rahimnya

sebesar kehamilan 9-12 minggu.5

Diagnosis kehamilan ektopik dapat ditegakkan berdasarkan

temuan pada anamnesis : riwayat terlambat hait atau amenore, gejala

dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan

pervaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah. Pemeriksaan fisik :

keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk. Ada tanda

Halaman 2

Page 3: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

akut abdomen. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine HCG (+),

kuldosintesis (ditemukan adanya darah di kavum Douglas), USG.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.6,7

Penanganan yang diperlukan dalam menghadapi penderita

dengan kehamilan ektopik yang pecah diperlukan keterpaduan tindakan

yang sistematik. Pada umumnya tindakan yang demikian dapat

diuraikan menjadi tiga komponen tindakan, yaitu mengatasi kegawatan

(emergency treatment), menutup perlukaan yang terjadi (surgical

treatment), dan membantu penyembuhan (supporative treatment).5

Komplikasi yang utama dari kehamilan ektopik adalah akibat yang

ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian.

Perdarahan intraabdominal yang berlangsung cepat dan dalam jumlah

yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan segera.

Perdarahan yang berlangsung perlahan dan berulang dapat

menyebabkan anemia yang cukup berat dan infeksi.5

Prognosis pada kehamilan ektopik bergantung pada jumlah darah

yang keluar, kecepatan menetapkan diagnosis dan tindakan yang tepat.

Dewasa ini prognosisnya lebih baik daripada beberapa waktu yang

silam, berkat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang

kedokteran. Jelasnya prognosis lebih baik di tempat yang lebih maju

daripada daerah yang masih dalam perkembangan.5

Berikut ini akan disampaikan laporan kasus tentang penanganan

kehamilan ektopik terganggu (KET).

Halaman 3

Page 4: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. Y. T

Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bangsa : Indonesia

Nama Suami : Tn. J. M.

Pekerjaan Suami : Petani

Umur Suami : 41 tahun

Agama : Kristen Protestan

Tempat lahir : Doloduo

Tempat tinggal : Tombatu

Pendidikan Ibu : SD

Pendidikan Suami: SMA

MRS tanggal/jam : 7 Juni 2012

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut bagian bawah dirasakan penderita ± 2 jam sebelum

masuk rumah sakit. Nyeri lama kelamaan semakin hebat dan dirasakan

menjalar sampai ke bahu hingga penderita dibawa ke rumah sakit.

Riwayat terlambat haid sejak ± 2 bulan yang lalu. Penderita juga

mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir.

Riwayat keputihan positif. Riwayat penyakit jantung, penyakit

paru, penyakit hati, penyakit kencing manis, dan penyakit darah tinggi,

disangkal oleh penderita.

Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), normal.

Halaman 4

Page 5: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Anamnesis Ginekologis

Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu

o Perkawinan 1 kali

o Kawin pada usia 26 tahun

o Status perkawinan sah

o Banyaknya kehamilan 2 kali :

Kejadian ke-1 tahun 1985, ♂, Spontan kepala, dirumah, oleh

biang, hidup.

Kejadian ke-2 tahun 2003, ini

Riwayat Haid

o Menarche umur 13 tahun

o Siklus teratur

o Lamanya haid 4 sampai 5 hari

o Tanggal hari pertama hait terakhir 2 November 2003

Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan

o Keputihan (+)

o Penyakit kelamin (–)

o Abortus belum pernah

o Tidak pernah mengikuti KB

PEMERIKSAAN FISIK

Status Preasens

Keadaan Umum : Tampak sakit

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 80/60 mmHg

Nadi : 112 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu badan : 36,8 oC

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterus -/-

Cor/Pulmo : Dalam batas normal

Areola mamme : Hiperpigmentasi (+)

Ekstremitas : Edema (-)

Halaman 5

Page 6: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Status Lokalis

Inspeksi : Datar lemas

Palpasi : Nyeri tekan (+) pada seluruh kwadran

Perkusi : Pekak berpindah (+)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

Status Ginekologi

Inspeksi : Fluksus (+), flour (+), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : Fluksus (+), flour (+), vagina tidak ada kelainan

Porsio : erosi (-), livide (+), OUE tertutup

Periksa Dalam : Fluksus (+), flour (+), vulva/vagina tidak ada kelainan

Porsio : licin, nyeri goyang (+), OUE tertutup

Corpus Uteri : sulit dievaluasi karena nyeri

Adneksa Parametrium Bilateral : sulit dievaluasi

karena nyeri

Cavum Douglasi : menonjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium: Hb : 8,0 g/dL

Leukosit : 13.000/mm3

Trombosit : 70.000/mm3

Tes kehamilan : HCG Tes (+)

Kuldosentesis : (+)

RESUME MASUK

G2P1A0, 35 tahun, masuk rumah sakit tanggal 24 Desember 2003

jam 10.00 Wita, dengan keluhan utama : nyeri perut bagian bawah dan

dirasakan menjalar sampai ke bahu. Perdarahan pada jalan lahir (+),

riwayat terlambat haid (+), riwayat keputihan (+).

Status preasens : KU : tampak sakit, Kesadaran : compos mentis

T : 80/60 mmHg, N : 112 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb :

36,8 oC

Konjungtiva anemis +/+

Halaman 6

Page 7: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Status lokalis : Inspeksi : Datar lemas

Palpasi : Nyeri tekan (+) pada seluruh kwadran

Perkusi : Pekak berpindah (+)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

Status ginekologis : Inspeksi : Fluksus (+), flour (+), vulva t.a.k

Inspekulo : Fluksus (+), flour (+), vagina t.a.k

Porsio : erosi (-), livide (+), OUE

tertutup

P D : Fluksus (+), flour (+), vulva/vagina t.a.k

Porsio : licin, nyeri goyang (+), OUE

tertutup

C U : sulit dievaluasi karena nyeri

A/P Bilateral : sulit dievaluasi karena

nyeri

C D : menonjol

DIAGNOSIS SEMENTARA

G2P1A0, 35 tahun dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)

SIKAP

o IVFD

o Laparotomi cito

o Sedia donor, setuju operasi

o Lapor konsulen (setuju laparotomi)

Jam 11.30 : Penderita dibawa ke kamar operasi

Jam 12.00 : Operasi dimulai

KU Pre Op : Tampak sakit, Kesadaran : compos mentis

T : 80/60 mmHg, N : 112 x/mnt, R : 24 x/mnt.

Diagnosa Pre Op : G2P1A0, 35 tahun dengan KET

Jenis Operasi : Salfingooforektomi sinistra

Jalannya operasi :

Halaman 7

Page 8: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Penderita dibaringkan terlentang di meja operasi, dan dilakukan

tindakan a/antiseptik pada abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup

doek steril kecuali lapangan operasi. Dalam general anestesi dilakukan

insisi linea mediana inferior dan diperdalam lapis demi lapis sampai

peritoneum. Tampak peritoneum kebiru-biruan. Peritoneum dijepit,

digunting dan dibuka, tampak darah dan bekuan darah, dihisap ± 2000

cc. Dilakukan eksplorasi, terdapat ruptura tuba pars ampularis sinistra

ukuran 3x3x2 cm. Pangkal tuba dijepit dengan klem. Eksplorasi lanjut

terdapat perlekatan hebat antara tuba dengan ovarium sinistra, dan

perlekatan dengan usus dilakukan adhesiolisis. Kemdian diputuskan

untuk dilakukan salpingooforektomi sinistra.

Pangkal tuba sinistra, ligamentum infundibulopelvikum sinistra,

ligamentum ovari proprium sinistra dijepit dengan klem, diguntung,

dijahit dobel ligasi. Kontrol perdarahan : tidak ada perdarahan aktif.

Eksplorasi lanjut uterus sebesar kehamilan 8–10 minggu. Tuba dan

ovarium kanan normal. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan

darah, dibilas dengan menggunakan NaCl 0,9% .

Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dengan

cromic secara jelujur. Otot secara simpul dengan cromic . facia secara

jelujur dengan dexon. Lemak secara simpul dengan cromic. Kulit

secara subkutukuler dengan catgut. Luka operasi ditutup dengan kassa

betadine. Operasi selesai.

Bekuan darah disaring dengan NaCl 0,9% tidak ditemukan janin,

jaringan plasenta.

KU Post Op : T : 110/70 mmHg, N : 98 x/mnt, R : 20 x/mnt.

Perdarahan : ± 2000 cc

Diuresis : ± 400 cc

Diagnosa Post Op : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars

ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium

sinistra.

Sikap : – Kontrol T, N, R, S perdarahan

– Puasa sampai peristaltik (+)

– Balance cairan

Halaman 8

Page 9: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

– Cek Hb (< 10 gr% lakukan transfusi)

– Ampisilin 3 x 1 gr IV (skin test)

– Metronidasole 2 x 0,5 gr drips

– Alinamin F 3 x 1 amp IV

– Transamin 3 x 1 amp IV

– Vit C 1 x 1 amp IV

FOLLOW UP

Tanggal 25 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 110/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis ±/±

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (± )

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : – Ampisilin 3 x 1 gr IV– Metronidasole 2 x 0,5 gr drips– Alinamin F 3 x 1 amp IV– Transamin 3 x 1 amp IV– Vit C 1 x 1 amp IV

Tanggal 26 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 110/70 mmHg, N : 80 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis ±/±

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (± )

Laboratorium : Hb Sahli : Hb 9,0 g%Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis

sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.Sikap : – Terapi injeksi lanjut

– Transfusi– Minum sedikit-sedikit

Halaman 9

Page 10: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Halaman 10

Page 11: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Tanggal 27 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (+)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis –/–

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : Terapi injeksi diganti dengan oral– Ciprofloxasin 3 x 500 mg– Metronidazole 3 x 500 mg– Prenamia 1 x 1 tablet

Tanggal 28 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb : 36,6 OCKonjungtiva anemis –/–

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : Terapi oral dilanjutkan

Tanggal 29 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 36,7 OC

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : Terapi oral dilanjutkan

Halaman 11

Page 12: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Tanggal 30 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OC

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : Terapi oral dilanjutkan

Tanggal 31 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis

T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OC

Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal

Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.

Sikap : Terapi oral dilanjutkan Boleh pulang (kontrol poli)

Halaman 12

Page 13: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

D I S K U S I

Dalam diskusi ini yang akan dibahas adalah mengenai aspek klinis

dari kehamilan ektopik terganggu (KET) yang meliputi :

I. Diagnosis

II. Penanganan

III. Prognosis

DIAGNOSIS

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang

mendadak biasanya tidak banyak mengalami kesukaran. Pada

umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang

cermat diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah dapat ditegakkan,

walaupun biasanya alat bantu diagnosis atau pemeriksaan penunjang

lainnya seperti laboratorium, tes kehamilan, kuldosentesis,

ultrasonografi, dan laparoskopi masih diperlukan.2

I. Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditemukan adanya haid yang biasanya

terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala

subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,

tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah

nyeri perut bagian bawah.2

Pada kasus ini penderita datang dengan keluhan utama yakni

nyeri perut bagian bawah yang menjalar sampai ke bahu, adanya

keterlambatan haid yakni dengan HPHT tanggal 2 November 2003, dan

dengan adanya keluhan perdarahan sedikit-sedikit lewat jalan lahir

sejak satu hari yang lalu. Dimana ketiga gejala tersebut merupakan

trias dari gejala kehamilan ektopik yang tergaggu.

II. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan umum dapat ditemukan penderita yang

tampak kesakitan dan pucat, dan dapat ditemukan tanda-tanda syok.

Halaman 13

Page 14: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Pada pemeriksaan ginekologis, dapat ditemukan tanda-tanda kehamilan

muda. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat

diraba maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba

tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum

Doglas yang menonjol dan nyeri tekan menunjukan adanya hematokel

retrouterina.1,2

Dalam kasus ini penderita datang dengan keadaan yang tampak

sakit, namun kesadaran penderita masih terlihat baik. Pada

pemeriksaan juga ditemukan adanya konjungtiva yang anemis, tensi

penderita yang sedikit turun, namun penderita belum jatuh ke dalam

syok. Pada pemeriksaan regio abdomen, ditemukan adanya tanda-

tanda dari akut abdomen. Pada pemeriksaan ginekologis ditemukan

adanya nyeri goyang dan livide yang positif pada porsio, penonjolan

pada kavum Doglasi, dan pada evaluasi lain seperti adneksa

parametrium bilateral dan corpus uterus sukar dievaluasi karena nyeri

yang dirasakan oleh penderita.

III. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna

dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama

bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis

tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat

bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.2

Perhitungan leukosit biasanya normal atau meningkat.

Pada pemeriksaan laboratorium penderita ini didapatkan adanya

penurunan dari hemoglobin yakni 8,0 gr/dL dan pada pemeriksaan

leukosit didapatkan hasil leukosit yang masih dalam batas normal yakni

13.000/mm3.

Tes kehamilan

Yang dimaksud dengan tes kehamilan dalam hal ini ialah reaksi

imunologik untuk mengetahui ada atau tidaknya hormon human

Halaman 14

Page 15: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

chorionic gonadotropin (HCG) dalam air kemih. Jaringan trofoblas

kehamilan ektopik menghasilkan kadar HCG dalam kadar yang lebih

rendah daripada kehamilan intrauterin normal, oleh sebab itu

dibutuhkan tes yang mempunyai tingkat sensitifitas yang lebih tinggi.

Yang lebih penting lagi ialah bahwa tes kehamilan tidak dapat

membedakan kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.1

Pada penderita ini setelah dilakukan kateterisasi, dilakukan uji

kehamilan dengan menggunakan pregna tes yang dicelupkan ke dalam

urin selama 1 menit, dan mendapatkan hasil yang positif (2 garis).

Kuldosentesis

Kuldisentesis adalah satu cara pemeriksaan untuk mengetahui

apakah dalam kavum Doglas ada darah atau cairan lain. Cara ini amat

berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik

terganggu.1,2 Cara ini tidak digunakan pada kehamilan ektopik belum

terganggu.1

Untuk melakukan kuldosentesis penderita ditidurkan pada meja

ginekologi dengan posisi litotomi dan pinggang penderita lebih rendah

daripada dadanya, dengan demikian darah mengalir ke dalam kavum

Doglas. Sepasang spekulum dimasukkan ke dalam vagina agar serviks

terlihat jelas. Serviks ditarik dengan tenakulum lalu dilakukan pungsi

dengan jarum No.18 pada forniks posterior tanpa menggunakan

anestesi. Jika darah yang dihisap membeku, kemungkinan kehamilan

ektopik yang pecah dapat disingkirkan. Darah yang membeku tersebut

berasal dari salah satu pembuluh darah yang tertusuk tanpa sengaja.

Jika pada aspirasi tidak keluar darah, kemungkinan jarum tidak

memasuki kavum Doglas, ataupun kehamilan ektopik tersebut belum

pecah. Pada kehamilan ektopik terganggu darah mula-mula mengalami

pembekuan kemudian terjadi fibrinolisis sehingga pada akhirnya darah

tersebut cair kembali. Oleh karena itu jika pada aspirasi keluar darah

cair, segera lakukan laparotomi karena darah cair itu berasal dari

perdarahan dalam rongga perut. Jika dengan kuldosetesis terdapat

hasil yang meragukan kerjakan uji coba lain untuk kepastian diagnosis.5

Halaman 15

Page 16: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Pada penderita ini setelah dilakukan kuldosentesis didapatkan

hasil yang positif. Dimana hasil tersebut lebih memperkuat dugaan

bahwa telah terjadi ruptur pada tempat implantasi dari kehamilan

ektopik tersebut.

Gambar 1. Teknik kuldosentesis

Ultrasonografi

Aspek yang terpenting dalam penggunaan ultrasonografi pada

penderita yang diduga mengalami kehamilan ialah evaluasi uterus.

Atas dasar pertimbangan bahwa kemungkinan kehamilan ektopik yang

terjadi bersama-sama kehamilan intrauterin adalah 1 : 30.000 kasus,

maka dalam segi praktis dapat dikatakan bahwa apabila dalam

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantong gestasi intrauterin,

kemungkinan kehamilan ektopik dapat disingkirkan. Setelah selesai

melakukan evaluasi uterus, langkah berikutnya ialah melakukan

evaluasi adneksa. Diagnosis pasti kehamilan ektopik melalui

ultrasonografi ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus

yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terjadi

pada ± 5% kasus kehamilan ektopik. Pada kehamilan ektopik yang

terganggu sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik. Gambaran

yang tampak ialah cairan bebas dalam rongga peritoneum terutama

dalam kavum Doglas. 1

Pada kasus ini tidak lagi dilakukan pemeriksaan ultrasonografi

dikarenakan dengan pemeriksaan-pemeriksaan yang telah dilakukan,

Halaman 16

Page 17: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

sudah cukup untuk dapat mendiagnosis suatu kehamilan ektopik yang

terganggu. Selain itu dalam kasus ini juga perlu dilakukan suatu bentuk

penanganan yang tepat dan cepat, agar dapat membebaskan penderita

dari segala kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.

Laparoskopi

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik

terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur

diagnostik yang lain meragukan.1,5 Melalui prosedur laparoskopi, alat

kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dapat dinilai

keadaan uterus, ovarium, kavum Doglas, dan ligamentum latum.

Adanya darah dalam rongga pelvis memungkinkan mempersulit

visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk

dilakukan laparotomi.1 Laparoskopi amat bermanfaat jika tersangka

ada kehamilan ektopik tetapi belum pecah, dan untuk penetapan

diagnosis banding.5

Seperti halnya pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi,

maka dalam kasus ini pemeriksaan laparoskopi pun tidak lagi dilakukan.

Dengan alasan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang telah

dilakukan, seperti tes kehamilan dan kuldosentesis sudah cukup untuk

dapat mendiagnosis suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Selain

itu juga, pemeriksaan laparoskopi pada kasus kehamilan ektopik yang

telah pecah, dapat menjadi sulit karena adanya darah dalam rongga

pelvis sehingga mempengaruhi dalam visualisasi alat-alat kandungan.

PENANGANAN

Penangan pada kehamilan ektopik dapat dilakukan dengan

pembedahan maupun tanpa pembedahan. Namun penangan kehamilan

ektopik pada umumnya adalah dengan laparotomi.2 Dalam tindakan

demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan

yaitu : kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi

reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,

kemampuan teknik bedah dokter operator, dan kemampuan teknologi

Halaman 17

Page 18: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini memungkinkan

apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat

dilakukan pembedahan konserfatif dalam artian hanya dilakukan

salpingostomi atau reanastomosis tuba.1,2

Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan pada kehamilan

ektopik antara lain salfingektomi, salfingotomi, salfingostomi,

reanastomosis tuba, dan histerektomi.1,8 Pada penangan kehamilan

ektopik, pembedahan dapat langsung dilakukan tanpa menunggu gejala

syok teratasi. Asalkan tarnsfusi sudah berjalan, pembedahan sudah

dapat langsung dimulai.3

Dalam kasus ini penanganan utama yang dilakukan adalah

mengatasi kegawatan (emergency treatment), yakni dengan meberikan

terapi cairan. Setelah diagnosis kehamilan ektopik terganggu

ditegakkan dilakukan surgical treatment yang dimaksudkan untuk

menutup perlukaan yang terjadi, yakni dengan melakukan laparotomi

cito. Laparotomi cito dilakukan dengan maksud agar dapat mencari dan

menghentikan sumber perdarahan dengan segera, agar dapat

mencapai suatu keadaan homeostasis, dan juga agar penderita tidak

jatuh ke dalam komplikasi yang lebih lanjut. Jenis pembedahan yang

dilakukan dalam kasus ini adalah salfingooforektomi sinistra. Cara ini

dilakukan karena adanya perlengketan yang hebat antara tuba dan

ovarium kiri, dan adanya ruptur pada tuba kiri dengan ukuran 3x3x2

cm. Selama melakukan pembedahan tidak ditemukan adanya kesulitan

yang berarti, hingga pembedahan terlaksana dengan baik. Setelah

melakukan pembedahan, penanganan selanjutnya adalah membantu

proses penyembuhan (supporative treatment). Tindakan untuk

membantu proses penyembuhan yang utama adalah mengatasi agar

penderita tidak jatuh ke dalam anemia, pemberian antibiotika

berspektrum luas, dan pemberian roboransia. Pada penderita

medikamentosa yang diberikan adalah Ampisilin 3x1 gr IV (skin test),

Metronidasole 2x0,5 gr drips, Alinamin F 3x1 amp IV, Vit C 1x1 amp

IV, dan transamin 3x1 amp IV. Dan setelah penderita telah dapat

makan dan minum, terapi injeksi tesebut diganti dengan pemberian

Halaman 18

Page 19: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

terapi oral. Adapun pemberian terapi oral tersebut Ciprofloxasin 3x500

mg, Metronidazole 3x500 mg, dan Prenamia 1x1 tablet.

Selama 6 hari perawatan pasca operasi, pada penderita tidak

ditemukan hal-hal yang menyulitkan. Hanya saja pada penderita

dilakukan 1 kali transfusi darah, dikarenakan pada penderita ditemukan

adanya tanda-tanda anemia. Dimana pada pemeriksaan ditemukan

konjungtiva yang anemis, dan pada pemeriksaan Hb dengan

menggunakan Hb Sahli didapatkan kadar hemoglodin yang kurang dari

10 gr% yakni 9,0 gr%. Dan setelah keadaan penderita membaik,

penderita diperbolehkan untuk pulang dengan anjuran kembali kontrol

pada poliklinik kebidanan dan kandungan.

Gambar 2. Salpingostomi Linier

Halaman 19

Page 20: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Gambar 3a. Dengan Loop 3b. Salpingektomi Dengan Kauter

Gambar 4. Reanastomosis Tuba

PROGNOSIS

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung

menurun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.1,2,3

Selain itu prognosis kehamilan ektopik juga bergantung pada jumlah

darah yang keluar dan tindakan yang tepat.5

Dengan melihat manajemen penanganan dari penderita ini mulai

dari diagnosis, tindakan, sampai pada follow up, semua dilaksanakan

dengan tepat. Maka pada penderita ini dapat dikatakan mempunyai

prognosis yang baik.

Halaman 20

Page 21: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

P E N U T U P

KESIMPULAN

Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana

kehamilan terjadi diluar kavum uterui yang telah pecah atau ruptur oleh

karena kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasinya.

Kehamilan ektopik terganggu didiagnosis berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis

didapatkan trias dari gejala KET yakni amenore, nyeri perut, dan

perdarahan trasvaginal. Dimana pada penderita ini semua gejala

tersebut ditemukan. Pada pemeriksaan fisik yang spesifik adalah

keadaan umum yang tampak sakit, tanda akut abdomen, nyeri goyang

pada porsio, dan penonjolan kavum Doglas, yang mana pada

pemeriksaan penderita ini ditemukan. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada penderita ini adalah laboratorium (Hb 8,0 gr/dL), tes

kehamilan (HCG +), kuldosentesis (+). Pemeriksaan penunjang yang

lain tidak dilakukan dikarenakan dengan pemeriksaan penunjang yang

sudah dilakukan, sudah cukup untuk menjadi dasar diagnosis.

Diagnosis pasti KET didapatkan setelah dilakukan laparotomi.

Penanganan utama yang dilakukan adalah penangan

pembedahan dengan jenis salfingooverektomi sinistra, karena pada

laparotomi selain ditemukan ruptur pada tuba, juga ditemukan

perlengketan hebat antara usus, tuba dan ovarium kiri.

Prognosis pada penderita adalah baik, dikarenakan prosedur

penanganan atau menejemen penangan dari penderita ini dilakukan

secara tepat.

S A R A N

Mengingat kehamilan ektopik dapat terjadi berulang, untuk itu

disarankan kepada penderita agar dapat menjaga pola hidup yang

bersih dan sehat, dan menghindari adanya hubungan multi partner

pada suami dan istri dalam mencegah terjadinya penyakit infeksi

Halaman 21

Page 22: Lapkas KET

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

menular seksual. Dan juga kepada penderita agar sedapat mungkin

memeriksakan diri secara teratur pada pusat-pusat pelayanan

kesehatan terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Wiknjosastro H, eds. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000 : 198–201.

2. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Wiknjosastro H, eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1992 : 323–337.

3. Bagian Obstetri dan Ginekologifakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Kehamilan Ektopik. Dalam : Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset, 1984 : 21–35.

4. Wood E. In Ectopic Pregnancy : Overview, Clied Form : URL : Http/www.emedicine.com : 2002.

5. Chalik TMA, Kehamilan Ektopik. Dalam : Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika, 1997 : 63–86.

6. Rusdianto E, Wibowo N. Kehamilan Ektopik. Cited From : URL : Http/www.emedicine.com : 1999

7. Cook J, Sankaran B, Wasunna A. Pecahnya Kehamilan Ektopik. Dalam : Penata Laksanaan Bedah Obstetri, Ginekologi, Ortopedi dan Traumatologi di Rumah Sakit. Ahli Bahasa : Syamsir HM. Jakarta : EGC, 1993 : 51–3.

8. Manuaba IBG. Ginekologi Umum. Dalam : Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC, 2001 : 594–7.

http://www.authorstream.com/Presentation/dodo.w-237245-kehamilan-ektopik-entertainment-ppt-powerpoint/

Halaman 22