Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA...

17
1 Bakri Di Tanjungpinang Desta Lestari 1 , Nanik Rahmawati 2 , Tri Samnuzulsari 3 Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri di Kota Tanjungpinang. Bakri merupakan singkatan dari beberapa istilah yaitu Batak kredit ataupun Bank koperasi, namun masyarakat kota Tanjungpinang mengistilahkan Bakri sebagai Batak kredit disebabkan mayoritas yang bekerja sebagai Bakri merupakan masayarakat Batak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dengan tipe deskriptif serta menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari empat informan sebagai Bakri, tiga informan sebagai nasabah Bakri, dan dua informan dari tokoh pemerintah. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu Bakri yang mayoritas bekerja merupakan kalangan dari masyarakat Batak pendatang dari luar daerah. Masyarakat Kota Tanjungpinang memberikan istilah untuk masyarakat yang bekerja sebagai tempat penyedia pinjaman dengan memiliki bunga 20%, meskipun yang menjadi Bakri bukan hanya orang Batak namun dilihat dari mayoritas yang pada akhirnya pengistilahan khas tersebut muncul. Pilihan rasional masyarakat Batak mempunyai rasionalitas dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri yaitu terdapat nilai-nilai yang dijadikan pedoman individu tersebut seperti nilai merantau, nilai kepercayaan serta nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Batak, seperti etos kerja masyarakat Batak. Pilihan rasionalitas lainnya adalah terdapatnya perilaku kolektif serta potensi pengalaman kerja yang dimiliki oleh masyarakat Batak. Kata Kunci : Rasionalitas, Nilai

Transcript of Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA...

Page 1: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

1

Bakri Di Tanjungpinang

Desta Lestari1, Nanik Rahmawati

2, Tri Samnuzulsari

3

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim

Raja Ali Haji

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasionalitas masyarakat Batak

dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri di Kota Tanjungpinang. Bakri merupakan

singkatan dari beberapa istilah yaitu Batak kredit ataupun Bank koperasi, namun

masyarakat kota Tanjungpinang mengistilahkan Bakri sebagai Batak kredit

disebabkan mayoritas yang bekerja sebagai Bakri merupakan masayarakat Batak.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dengan tipe deskriptif serta

menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan

dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari empat informan sebagai Bakri, tiga

informan sebagai nasabah Bakri, dan dua informan dari tokoh pemerintah. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data

dan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu Bakri yang mayoritas bekerja merupakan

kalangan dari masyarakat Batak pendatang dari luar daerah. Masyarakat Kota

Tanjungpinang memberikan istilah untuk masyarakat yang bekerja sebagai tempat

penyedia pinjaman dengan memiliki bunga 20%, meskipun yang menjadi Bakri

bukan hanya orang Batak namun dilihat dari mayoritas yang pada akhirnya

pengistilahan khas tersebut muncul. Pilihan rasional masyarakat Batak mempunyai

rasionalitas dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri yaitu terdapat nilai-nilai yang

dijadikan pedoman individu tersebut seperti nilai merantau, nilai kepercayaan serta

nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Batak, seperti etos kerja

masyarakat Batak. Pilihan rasionalitas lainnya adalah terdapatnya perilaku kolektif

serta potensi pengalaman kerja yang dimiliki oleh masyarakat Batak.

Kata Kunci : Rasionalitas, Nilai

Page 2: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

2

A. PENDAHULUAN

Pekerjaan merupakan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Masyarakat dituntut untuk dapat memilih pekerjaan sesuai keahliannya agar apa yang

dipilih dapat bermanfaat bagi dirinya. Namun ada jenis pekerjaan yang dipilih oleh

beberapa masyarakat, dimanfaatkan untuk meraih keuntungan yang besar.

Masyarakat umum memberikan nama untuk individu yang bekerja tersebut dengan

istilah rentenir. Rentenir merupakan jasa peminjaman uang dengan jumlah bunga

yang cukup tinggi. Individu yang menajdi rentenir tergabung dari beberapa suku

seperti Jawa, Batak, Melayu, Bugis, Ambon serta suku lainnya. Menurut Wijaya

(1999:413) dalam buku lembaga-lembaga keuangan dan bank menjelaskan bahwa

rentenir merupakan usaha perorangan yang memberikan keredit berupa uang tunai

dengan sumber dana yang berasal dari modal sendiri serta mempunyai tingkat suku

bunga 20% hingga 50%.

Ada keunikan terletak pada suku Batak, dikarenakan jumlah yang paling

dominan menjadi rentenir. Dari sisi pengistilahanpun, suku Batak mempunyai

pengistilahan yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. Suku tersebut memiliki

istilah khasnya yang disebut Bakri (Batak Kredit). Bukan hanya masyarakat Batak

saja yang menjadi rentenir namun suku-suku lainnya seperti Jawa, Bugis, Melayu dan

ada beberapa suku lainnya yang ikut berpartisipasi dalam pekerjaan tersebut, namun

masyarakat dengan mayoritas masyarakat Batak yang bekerja sebagai Bakri yang

pada akhirnya terciptalah sebuta khas Bakri tersebut. Para Bakri menyediakan jasa

modal dengan cara mengkredit dan untuk membayarnya masyarakat harus menyicil

perhari dan perbulan. Namun sayangnya usaha yang berjenis bank keliling atau

Page 3: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

3

koperasi keliling dengan sistem harian masih belum berbadan hukum, jika

dibandingkan dengan sistem bulanan yang sudah memiliki badan hukum. Bunga yang

ditawarkan para bakri sistem harian tidak tanggung besarnya jika dibandingkan

dengan lembaga yang sudah berbadan hukum. Bunga yang ditawarkan oleh Bakri

berjumlah 20%.

Namun dengan jumlah bunga tersebut bertentangan dengan tujuan Koperasi

dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992, yang menyatakan bahwa koperasi

bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan pada

masyarakat umumnya serta ikut membangun tahanan perekonomian nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila

dan Undang-undang Dasar 1945. Jumlah bunga yang diterapkan oleh koperasi yang

sudah sah secara hukum jumlah bunga 7%. (Koperasi & UKM, No.01 Maret 2017,

diakses pada tanggal 02 April 2018). Berdasarkan perbedaan Bakri dengan koperasi

yang mempunyai badan hukum dapat terlihat dari tabel dibawah ini :

Tabel A

Perbedaan Koperasi Legal dan Bakri

Koperasi Legal Bakri

Mempunyai Anggota Sekurang-

kurangnya 20 orang

Tidak ada anggota

Mempunyai akta dan mendaftarkan ke

pihak terkait yang nantinya akan

mendapatkan badan ukum

Hanya mempunyai akta dari luar kota

Tanjungpinang dan sebagian tidak

mempunyai akta notaris

Mempunyai simpanan di koperasi Tidak mempunyai simpanan

Anggota yang dapat meminjam harus

menjadi anggota koperasi selama 3

Bulan

Tidak ada anggota

Penetapan jumlah bunga harus melewati

rapat anggota

Menentukan bunga secara sepihak yaitu

20%

Membayar iuran pinjaman dikoperasi

bersangkutan

Tidak boleh membayar di kantor/rumah,

akan ada penjemputan dirumah peminjam

Page 4: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

4

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Mikro Kota Tanjungpinang

Bakri di kota Tanjungpinang memiliki perbedaan dengan sistem kerja yang

rentenir. Bakri yang ada di Tanjungpinang mengaku bahwasanya tidak pernah

menambah jumlah bunga yang sudah ditetapkan jika nasabah belum bisa membayar,

berbeda halnya dengan rentenir berdasarkan pengakuan salah satu Bakri, rentenir

akan menjumlahkan bunga jika nasabah tidak dapat membayar tagihannya. Jika

dilihat dari sisi aturan agama, agama manapun melarang pekerjaan yang mengandung

Riba. Bukan hanya dikalangan agama islam, namun pada agama seperti Budha dan

Kristen pun melarang adanya praktik Riba. Pada penelitian Nafik yang berjudul

“Benarkah bunga Haram? Pebandingan Sistem Bunga dengan Bagi Hasil dan

Dampaknya Pada Perekonomian.” (2009) menjelaskan bahwa dikalangan pendeta

Kristen penerapan konsep bunga adalah dilarang, sedangkan dikalangan agama

Budha, riba dianggap sebagai perbuatan yang menjijikkan dan bertentangan dengan

nilai-nilai persaudaraan dalam masyarakat.

Memilih Bakri sebagai pekerjaan tentunya mempunyai nilai sehingga profesi

Bakri diminati oleh masyarakat suku Batak. Adanya ketertarikan peneliti terhadap

Bakri, bahwa suku Batak yang banyak menjadi Bakri, sehingga peneliti ingin melihat

rasionalitas mereka terhadap memilih pekerjaan sebagai Bakri. Melihat fenomena

tersebut bahwa ada hal yang menarik untuk peneliti menjadikan sebuah penelitian

yang berjudul “Bakri Dan Rasionalitasnya (Studi Tentang Masyarakat Batak Dalam

Memilih Pekerjaan Sebagai Bakri Di Kota Tanjungpinang).

Page 5: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

5

B. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. yaitu sumber deskripsi

yang luas berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang

terjadi dalam lingkungan setempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan yang

digunakan oleh peneliti anatara lain : observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan ialah pedoman wawacara, yang

menjadi fokus penelitian bagaimana rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih

pekerjaan sebagai Bakri di Kota Tanjungpinang.

Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang. Alasan memilih kota

Tanjungpinang sebagai lokasi penelitian adalah, ada hal berbeda dari tempat lainnya.

Bakri di Tanjungpinnang memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan kota yang

lain karena dibeberapa kota lainnya para Bakri tersebut akan menambahkan jumlah

bunga ketika dalam tempo yang harusnya sudah lunas tetapi tidak bisa melunaskan,

dan biasanya di kota lain Bakri atau biasa disebut rentenir yang memberikan

peminjaman hanya untuk yang mempunyai usaha tetap yang mempunyai gaji yang

jelas.

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu berasal dari hasil wawancara

maupun pengamatan dilapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah keberadaan

Bakri dikota Tanjungpinang, serta alasan memilih pekerjaan Bakri di kota

Tanjungpinang. Data primer yang ingin peneliti capai tentunya berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian.

Data sekunder merupakan data dari hasil rujukan jurnal-jurnal, hasil penenlitan

terdahulu serta dokumen-dokumen. Menurut Sugiyono (2014:137) sumber dari data

Page 6: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

6

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang dapat diberikan kepada

peneliti yang membutuhkan data tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu

penelitian terdahulu, skripsi, jurnal, SMS, serta berita yang dimuat dalam bentuk

media cetak.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakri merupakan sebutan oleh masyarakat Tanjungpinang kepada masyarakat

Batak yang memiliki kepanjangan Batak kredit. Bakri memiliki sistem kerja dengan

meminjamkan uang kepada masyarakat yang sedang membutuhkan uang untuk

kebutuhan sehari-hari, maupun permodalan usaha dengan memiliki tingkat suku

bunga sebesar 20% dan menagihnya dengan cara pengkreditan, meskipun bukan

hanya masyarakat Batak saja yang bekerja dengan sistem tersebut namun diakui oleh

masyarakat Tanjungpinang bahwa istilah tersebut muncul disebabkan mayoritas yang

bekerja merupakan masyarakat Batak. Keberadaan Bakri ditengah-tengah masyarakat

memang saling menguntungkan satu sama lain, meskipun masyarakat yang

meminjam sadar ada kerugian yang diberikan oleh Bakri. Namun karena desakan

ekonomi, masyarakat menganggap bahwa tidak ada lagi tempat untuk meminjam

secara cepat. Hal ini juga disampaikan oleh beberapa informan seperti AM dan AN.

AM dan AN mengatakan bahwa tidak ada lagi tempat peminjaman yang paling

mudah kecuali meminjam kepada Bakri

Bakri yang ada di Kota Tanjungpinang merupakan masyarakat pendatang dari

luar daerah, sehingga terdapat nilai dan tujuan yang menjadi bekal ketika masyarakat

tersebut merantau. Adapun nilai-nilai yang dijadikan pedoman atau pegangan oleh

Page 7: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

7

masyarakat Batak, sehingga menjadi rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih

pekerjaan sebagai Bakri diKota Tanjungpinang seperti nilai merantau, kepercayaan,

dan nilai kearifan lokal. Adapun rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih

pekerjaan sebagai Bakri, yaitu :

1. Nilai Merantau

Nilai merantau yang dimaksud yaitu nilai yang dibawa oleh individu

kemanapun oleh individu pergi yang dapat mendorong atau menentukan pilihan

tindakannya yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan perekonomian. Bakri

yang ada di kota Tanjungpinang mayoritas merupakan masyarakat pendatang.

Memilih kota Tanjungpinang sebagai tujuan atas dasar adanya ruang yang sudah

disediakan oleh Bakri sebelumnya yang menjadikan lahan atau lapangan

pekerjaan yang menarik untuk dapat meningkatkan perekonomian.

Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa informan seperti BA yang

mengaku diajak oleh kerabatnya serta pernyataan informan BB yang mengatakan

bahwa BB diajak oleh keluarganya yang juga bekerja sebagai Bakri dan akhirnya

BB juga merintis usaha dari awal, dengan melihat keuntungan-keuntungan yang

didapatkan oleh dari salah satu anggota keluarganya tersebut. Terdapatnya ruang

yang akan membuat jalan menjadi Bakri semakin terbuka ketika salah satu Bakri

memutuskan serta mengajak beberapa individu untuk bekerja dengannya maupun

sekedar untuk melihat aktifitas yang dilakukan terhadap pekerjaannya sebagai

Bakri.

Masyarakat Batak memilih pekerjaan Bakri terkait terdapatnya nilai merantau

ketika individu tersebut meninggalkan kampung halaman, mereka sudah

Page 8: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

8

menanamkan didalam diri bahwa ketika pulang merantau nanti mereka akan

sukses dalam hal membawa uang yang banyak agar bisa dibagikan kesanak

saudara serta mengubah pandangan lingkungan agar perginya merantau tidak sia-

sia. Hal ini senada dengan pernyataan Coleman dalam teorinya pilihan rasiona

menjelaskan individu memilih pilihan atau bertindak berdasarkan tujuan tertentu

dan tujuan itu ditentukan oleh nilai.

2. Nilai Kearifan Lokal Dalam Etos Kerja Masyarakat Batak

Kearifan lokal merupakan identitas sebuah bangsa yang diidentikkan dengan

budaya. Kearifan lokal juga merupakan bagian dari budaya dari masyarakat

tersebut. Etos kerja budaya Batak yang sudah melekat kemanapun individu pergi.

Etos kerja masyarakat Batak didasari oleh semangat kerja yang diambil dari

sistem nilai budaya sekuler yang dapat menempatkan diri mereka berbagai posisi.

masyarakat Batak membuktikan rasa semangat kerja yang tinggi sesuai dengan

etos kerja yang dimiliki oleh masyarkat Batak. Apapun jabatannya tidak malu

untuk bekerja sebagai bawahan dan menempatkan diri sebagai pimpinan.

Hal inilah juga menjadi rasionalitas masyrakat Batak memilih pekerjaan

sebagai Bakri. Dengan ciri khas etos kerja yang mampu menjadikan pekerjaan

apapun dapat dilewati. Selain itu ada etos kerja masyarakat Batak bahwasanya

dalam semboyan “Habonaron Do Bona”yang berarti segala tindakan

berlandaskan kebenaran. Menurut masyarakat Batak memilih pekerjaan sebagai

Bakri, mempunyai anggapan bahwa apa yang mereka kerjakan mempunyai nilai

kebenaran. Pointnya yaitu membantu masyarakat yang lagi membutuhkan.

Page 9: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

9

Mereka beranggapan bahwasanya dalam kehidupan sesama manusia wajib saling

membantu, apalagi individu tersebut memiliki kelebihan yang memang

dibutuhkan oleh masyarakat. Penetapan jumlah bunga 20% yang menjadi ciri

khas Bakri yang akan menjadikan modal selalu berlipat ganda, mempunyai

alasan tersendiri kenapa bunga yang ditawarkan bisa mencapai diatas rata-rata.

Tingginya bunga tersebut yang membuat masyarakat umum beranggapan

bahwasanya mereka melakukan hal yang menyalahi aturan agama maupun aturan

hukum. Namun hal ini dibantah oleh para Bakri, karena apa yang mereka berikan

sesuai dengan apa yang diterima.

3. Nilai Kepercayaan

Nilai kepercayaan yang selalu diberikan antara Bakri dan nasabah membuat

rasa untuk meminjam dan meminjam lagi semakin tinggi. Masyarakat yang

membutuhkan modal cepat beranggapan bahwa meminjam kepada Bakri

merupakan suatu peluang yang dianggap dapat menolong mereka. Tidak ada

tempat untuk meminjam yang cepat dan baik selain Bakri. Hanya butuh modal

kepercayaan antara sesama saja, apa yang dibutuhkan oleh nasabah dapat

terlaksana. Berbeda dengan tempat peminjam lainnya yang harus menggunakan

sertifikat rumah, agunan, harus sudah menikah dan sebagainya. Kepercayaan

sesama antara nasabah dan Bakri juga melewati proses seperti sebelum

melakukan transaksi, Bakri akan mensurvei tempat tinggal atau tempat usaha

calon nasabah. Setelah mensurvei barulah Bakri akan memberikan pinjaman

yang dibutuhkan oleh nasabah.

Page 10: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

10

Hal tersebut dinyatakan oleh infroman SH, AM dan AN sebagai nasabah

Bakri. Namun yang terpenting terdapat percaya satu sama lain maka

problematika yang dirasakan oleh calon nasabah dapat berjalan dengan lancar

serta memperoleh pinjaman langsung dari Bakri. Contoh yang diceritakan oleh

informan AM mengatakan bahwa ketika AM ingin meminjam uang kepada Bakri

maka AM akan menghubungi langsung pihak Bakri, ketika sudah menghubungi

maka Bakri akan datang kerumah AM untuk bertanya langsung kepada AM.

Pertanyaan umum yang ditanyakan oleh Bakri yaitu kisaran jumlah pinjaman

yang AM butuhkan, serta Bakri akan bertanya tentang pekerjaan yang di lakukan

oleh AM. Hal ini dilakukan agar Bakri bisa memikirkan apakah jumlah pinjaman

yang diinginkan bisa disesuaikan dengan pekerjaan sehari-hari nasabah.

Modal kepercayaan dimanfaatkan oleh Bakri untung meraih keuntungan yang

bisa membuat nasabah memberikan apa yang ia inginkan. Seperti halnya

sebagian informan Bakri dalam penelitian ini mengatakan bahwa aturan yang

sebenarnya tidak ceritakan diawal ketika para nasabah meminjam namun akan

dibuat peraturan ketika nasabah tersebut sudah mulai susah membayar. Dengan

membuat perjanjian tulisan diatas kertas berisikan materai, hal ini pun yang

menjadi acuan Bakri mengantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian.

Dari niai-nilai tersebut terdapat rasionalitas lainnya yang ditemukan dalam

penelitian ini, yaitu :

Page 11: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

11

1. Perilaku Kolektif

Perilaku kolektif merupakan perilaku bersama yang melibatkan aktor lain

untuk mengambil alih sebagai dirinya. Perilaku kolektif juga dapat

mempengaruhi individu untuk bisa bersama-sama dalam terlibat dalam satu

kegiatan. Seperti yang dikatakan oleh Coleman bahwasanya perilaku kolektif

merupakan peralihan kontrol dari tindakan seseorang ke aktor lain yang

dilakukan secara unilateral atau secara sepihak namun bukan sebagai bagian dari

pertukaran. Perilaku kolektif jugalah yang memberikan kontribusi dalam

keberadaan yang kaitannya dalam penelitian ini masyarakat Batak yang bekerja

sebagai Bakri adalah keberadaan Bakri di tengah-tengah masyarakat yang

memberikan peluang atau ranah dan pada akhirnya memunculkan minat

masyarakat Batak menjadi Bakri.

Perilaku kolektif dalam penelitian adanya perpindahan tangan terhadap Bakri

satu dengan Bakri lainnya, ketika Bakri A tidak dapat meneruskan usahanya lagi

maka yang akan mengambil alih usaha tersebut yaitu Bakri B atau calon Bakri.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Coleman bahwasanya mengapa

orang secara unilateral mengalihkan kontrol tindakan mereka kepada orang lain,

ternyata dapat terjawab dalam teori pilihan rasional yang mengatakan bahwa

mereka melakukan pemindahan agar memaksimalkan keuntungan. Artinya dalam

pemindahan usaha Bakri A ke Bakri lainnya agar tidak terjadi kerugian ketika

mereka tidak dapat lagi menjalankan usahanya tersebut maka mereka

memikirkan untuk mengambil tindakan agar memindahkan dengan menjual

usaha yang sudah dijalankan.

Page 12: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

12

Perilaku tersebut dapat membuat seseorang tertarik untuk bekerja sebagai

Bakri, karena mereka hanya menjalankan apa yang sudah dijalankan oleh pemilik

sebelumnya. Para calon Bakri pun tidak susah payah lagi untuk mencari nasabah

dibandingkan ketika merintis dari awal yang harus mencari nasabah. Bukan

hanya pemindahan unilateral saja dalam perilaku kolektif, namun adanya

tindakan individu lainnya yang sehingga membentuk kelompok. Artinya ketika

individu dapat mempengaruhi individu lain yang akhirnya membentuk

kelompok. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bakri BD, untuk dapat menarik

individu-individu untuk bekerja sebagai Bakri, BD mempermudah akses seperti

tempat tinggal yang sudah tersedia, kendaraan yang juga disiapkan.

2. Rasionalitas berdasarkan pengalaman pekerjaan

Untuk memilih pekerjaan maka dibutuhkan beberapa pertimbangan yang

harus difikirkan oleh individu. Salah satunya pengalaman kerja agar tujuan

kepentingan awal dapat berjalan lancar. Dalam masyarakat suku Batak yang

memilih pekerjaan sebagai Bakri, rata-rata mengatakan untuk meningkat

perekonomian, serta untuk mempunyai modal yang nantinya akan berguna bagi

kehidupan dimasa akan datang. Nominal ataupun keuntungan yang didapatkan

oleh Bakri ketika bekerja dengan orang lain dan bekerja sendiri, mempunyai

sensasi yang berbeda. Keuntungan yang didapat mempunyai perbedaan 80%

dibandingkan jika bekerja dengan orang lain. Beradasarkan asumsi Coleman

bahwa tindakan manusia mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Namun untuk

mencapai tujuan maka para Bakri yang menjadi aktor harus memperhitungkan

Page 13: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

13

dalam memilih tindakan. Dalam hal para Bakri membutuhkan modal untuk

mencapai tujuan tersebut.

Modal yang dimiliki oleh Bakri merupakan hasil dari bekerja sebagai anak

buah Bakri lainnya. Gaji yang didapatkan oleh informan yang menjadi Bakri

sekitar satu jutaan keatas ditambah dengan bonus tempat tinggal, serta bonus

lainnya yang didapatkan oleh Bakri tersebut. Modal untuk membuka usaha

sendiri diakui oleh Bakri tidak ada patokannya, sekecil apapun modal bisa

dijadikan untung yang besar jika pandai dalam mengelola keunagan serta pandai

mendapatkan hati para calon nasabah. Seperti pernyataan salah satu informan BD

yang mengawali usaha dengan jumlah modal Rp 400.000,00. Jika dilihat dari

jumlah, jumlah tersebut cukup sedikit dibandingkan informan Bakri lainnya.

Seperti pernyataan informan BA yang mempunyai alasan untuk membuka

usaha sendiri untuk menjadi Bakri yaitu lebih menikmati hasil ketika membuka

usaha sendiri ketimbang bekerja dengan orang lain. Menurutnya, ketika

membuka usaha sendiri BA dapat leluasa mencari pelanggan dimana saja, karena

jika bekerja dengan orang lain ada batasan tertentu mendapatkan pelanggan.

Menurut informan yang bekerja sebagai Bakri mengatakan dari pengalaman kerja

mereka mengetahui apa saja yang harus disiapkan serta bagaimana sistem kerja.

Bakri dikategorikan sebagai Aktor yang melakukan sebuah tindakan yang

dianggapnya rasional demi mencapai tujuan yang diinginkan. Bakri juga mempunyai

sumber daya yang terdapat dalam dirinya maupun diluar dirinya. Sumber daya

berfungsi agar mempermudah dirinya agar mencapai tujuannya tersebut. Pilihan

rasional masyarakat Batak memilih pekerjaan sebagai Bakri didukung dengan adanya

Page 14: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

14

sumberdaya yang mereka dapatkan dari motivasi didalam dirinya dan orang

terdekatnya termasuk termotivasi dari pengalaman kerja berdasarkan ilmu yang

didapatnya ketika bekerja dulu sehingga menimbulkan potensi untuk bekerja sendiri

lebih untung dibanding bekerja dengan orang lain.

Dalam teori pilihan rasional Coleman juga terdapat aktor korperat dengan

berasumsi bahwa aktor korperat dan aktor lainnya memiliki tujuan. Yang dimana

aktor lainnya memiliki tujuan yang ingin dikejar dan tujuan tersebut berbeda dengan

aktor koperat. Aktor korporat dapat menguntungkan ataupun membahayakan

individu. Dalam permasalahan ini bahwasanya secara tidak langsung Bakri terdahulu

sudah menyediakan ruang terhadap orang-orang yang ingin menjadi Bakri yang akan

bekerja dengannya. Hal tersebut akan menguntungkan Bakri yang menjadi pemilik

dan disisi lain akan juga bisa membahayakan disisi peker Bakri tersebut.

Page 15: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

15

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di Kota Tanjungpinang, mengenai rasionalitas

masyarakat Batak dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapatnya nilai-nilai yang dijadikan pedoman oleh masyarakat Batak yang

mendorong untuk memilih pekerjaan sebagai Bakri, seperti nilai merantau

yang dapat mendorong serta menentukan pilihan tindakan Bakri untuk

memilih pekerjaan sebagai Bakri, nilai kearifan lokal yang dilihat dari sisi

etos kerja budaya masyarakat Batak serta nilai kepercayaan yang dimiliki

oleh Bakri terhadap nasabah. Kepercayaan tersebut membuat masyarakat

lebih memilih Bakri sebagai tempat peminjaman terbaik dibandingkan

tempat-tempat lainnya seperti pegadaian hingga Bank.

2. Ada perilaku kolektif yang terjadi pada fenomena masyarakat Batak yang

menjadi Bakri, artinya pemindahan secara unilateral yang dilakukan diantara

Bakri maupun yang sudah menjadi Bakri ke calon Bakri sehingga akan

membuat si calon Bakri tertarik untuk menjadi Bakri dengan dilihatnya

keuntungan-keuntungan yang akan didapat.

3. Adanya pengalaman kerja menjadi Bakri yang akhirnya memutuskan untuk

membuka usaha sendiri yang dianggap lebih memiliki keuntungan

dibandingkan bekerja dengan orang lain.

Page 16: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

16

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Abdul Aziz El-Qussy. (1974).” Pokok-pokok Kesehatan Mental, ter. Zakiah

Darajat”, Jakarta Bulan Bintang

Faried Wijaya,dkk, “Lembaga-lembaga Keuangan Dan Bank”, Yogyakarta :

BPFEYogyakarta, 1999), Cet, Ke-4,h.413

Kozok, Uli, Sibarani, Robert. 1999. “Warisan Luhur: Sastra Lama dan Aksara

Batak”, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta

Marbun, M. A & I. M. T. Hutapea. 1987. “Kamus Budaya Batak Toba”.

Jakarta: BALAI PUSTAKA

Miles Matthew B dan A. Michael Huberman. 2009. “Analisis Data

Kualitatif”. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Nafik HR, Muhammad. “Benarkah Bunga Haram? Perbandingan Sistem

Bunga Dengan Bagi Hasil & Dampaknya Pada Perekonomian”.

Surabaya : Amanah Pustaka, 2009

Nurcholis Madjid, (1995), “Islam Doktrin dan Peradaban”, Jakarta: Yayasan

Wakaf Paramadina

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2005). Teori Sosiologi Modern .

Terjemahan dari Modern Sociological Theory oleh Alimandan, Edisi

ke-6. Jakarta: Kencana, hal. 396-97.

Ritzer, George & Douglas J Goodman.2008. “Teori Sosiologi Modern”,

Jakarta; Kencana

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2014 “Teori Sosiologi Dari Teori

Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial

Postmodern”. Bantul: Kreasi Wacana

Siagian, Sondang. 2007. “Fungsi-fungsi manajerial edisi revisi”. Jakarta:

Bumi Aksara

UUD No 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian

JURNAL :

Helfi, “Bank Gelap” Di Kota Bukittinggi: Resistensi Ekonomi Masyarakat

Urban Minangkabau Dalam Menghadapi Pelaku Ekonomi Etnik Lain”

(Journal of Islamic & Social Studies), halm. 103

Page 17: Bakri Di Tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/DESTA LESTARI140569201002 FISIP.pdf... dan dua informan dari tokoh pemerintah. ... dalam buku lembaga-lembaga

17

Prasetyo, Kuncoro, fajar. (2017). “Modal Sosialbank Plecitdi Kabupaten

Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” Skripsi:

Universitas Negeri Yogyakarta

Insan, Rizaul (2015)“Rasionalitas Masyarakat Kepulauan Dalam Memilih

Pemimpin (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Tahun 2013 Di Desa

Sepanjang, Kecamata Sapeken, Kabupaten Sumenep).” Skripsi:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sirait, Lisken. “Fenomena Rentenir Di Pasar Bintan Center (Studi Pedagang

Kecil Di Pasar Bintan Center)”, (jurnal, 2015)

Thamrin, Bashir (2015). “Persepsi Seseorang Dalam Memilih Pekerjaan

Sebagai Dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia” (Jurnal

Manajemen an Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.3)

Website :

www.depkop.go.id (diakses pada tanggal 02 April 2018)

www.metrokepri.com(diakses pada tanggal 17 April 2018)