RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA...

101
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA MILITER THAILAND TIONGKOK 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Rosalina Mursyid 1113113000100 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1439 H

Transcript of RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA...

Page 1: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA

MILITER THAILAND – TIONGKOK 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Rosalina Mursyid

1113113000100

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1439 H

Page 2: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA MILITER

THAILAND - TIONGKOK 2014

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Oktober 2017

Rosalina Mursyid

Page 3: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Rosalina Mursyid

NIM : 1113113000100

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA MILITER

THAILAND - TIONGKOK 2014

Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 13 Oktober 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

M. Adian Firnas, MA Ahmad Al Fajri, MA

Page 4: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA MILITER

THAILAND - TIONGKOK 2014

Oleh

Rosalina Mursyid

1113113000100

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27

Oktober 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua,

Sekretaris,

M. Adian Firnas, S.IP, M.Si

NIP.

Eva Mushoffa, MHSPS

NIP

Penguji I

Penguji II

Badrus Sholeh, DR, M.A.

NIP.

Dani Setiawan, M. Si

NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal ............... 2017

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

M. Adian Firnas, S.IP, M.Si

NIP.

Page 5: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis respon Amerika Serikat terhadap kerjasama militer

Thailand – Tiongkok pada 2014. Kerjasama militer Thailand – Tiongkok mulai

terjalin erat pasca kudeta Thailand 2014. Peningkatan aktivitas militer dari

kerjasama kedua negara secara langsung memicu kekhawatiran Amerika Serikat.

Dalam menganalisa respon Amerika Serikat, skripsi ini menggunakan teori

realisme yang dilengkapi dengan konsep security dilemma Glenn Snyder dan

konsep hedging strategy Evelyn Goh. Penelitian ini dilakukan melalui studi

wawancara dan studi pustaka sebagai sumber data primer dan sekunder.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan data-data yang dikolaborasi

menggunakan teori tersebut ditemukan bahwa terdapat beberapa bentuk respon

Amerika Serikat yang diberikan terhadap kerjasama militer Thailand – Tiongkok

pada 2014. Respon tersebut diantaranya, Amerika Serikat meningkatkan

kerjasama militer dengan Thailand sebagai aliansinya di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, Amerika Serikat berperan aktif dalam menjalin keterlibatan hubungan

militer dengan Tiongkok.

Kata kunci : Amerika Serikat, Thailand, Tiongkok, realisme, security dilemma,

hedging strategy, Kudeta Thailand 2014.

Page 6: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan

kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang

sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa

terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Keluarga penulis, abi Mursidin dan umi Rita Rosita, kakak penulis

Raisyah Mursyid, Anisha Mursyid, adik penulis Laxmita Faradisa

Mursyid, suami penulis Indraloka Putra Santoso yang selalu memberikan

semangat, doa, dukungan, cinta, nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini

dapat terselesaikan,

2. Bapak Adian Firnas, M.Si, selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan

skripsi,

3. Bapak Ahmad Al Fajri, MA., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan perbaikan dan kritik yang membangun serta

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,

4. Bapak Irfan Hutagalung L.L.M, selaku dosen pembimbing seminar

proposal penulis yang telah memberikan bimbingan dalam proses

pembuatan semprop untuk menjadi pondasi awal dari penulisan skripsi ini.

Page 7: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

vii

5. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas

segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,

6. Seluruh sahabat organisasi penulis, HMI Komfisip, HIMAHI FISIP UIN

Jakarta, KKN SPARTAN, dan SOA atas pengalaman dan pembelajaran

organisasi yang telah diberikan,

7. Kawan – kawan penulis, Shabrina, Lini, Zida, Syifa, Revy, Sakiinah, Yusi,

Fenindya, Riri, Fauzi, Vanny, Bimo, Gifar, Arip, Aly, Hendri, kak Tomo,

kak Cacan, kak Mincah, kak Ica, Kak Dita, kak Gerry, kak Pelo, Muthia,

Adinda, Syahnaz, Nuzia, Nurul, Nabila, Kharisma, Sabil, Rara, Alry,

Azub, Fathi, Firman, Haekal, Fadly Nurman, Kevin, Shafira, Zhafira.

Terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah menghidupkan

pengalaman penulis di masa perkuliahan,

8. Teman – teman HMI Komfisip dan teman-teman HI UIN Jakarta angkatan

2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah

menghidupkan pengalaman penulis di masa perkuliahan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi

perkembangan studi Hubungan Internasional

Jakarta, 13 Oktober 2017

Rosalina Mursyid

Page 8: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR SINGKATAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

A. Pernyataan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian : .................... Error! Bookmark not defined.

D. Tinjauan Pustaka ........................................... Error! Bookmark not defined.

E. Kerangka Teoretis .......................................... Error! Bookmark not defined.

1. Realism ....................................................... Error! Bookmark not defined.

2. Security dilemma......................................... Error! Bookmark not defined.

3. Strategi Hedging…………………………………………………….........24

F. Metode Penelitian .......................................................................................... 29

G. Sistematika Penulisan ................................................................................... 30

BAB II POSISI STRATEGIS ASIA TENGGARA DAN KERJASAMA

MILITER AMERIKA SERIKAT – THAILAND SEBELUM

KUDETA 2014 .................................................................................... 32

A. Posisi Strategis Asia Tenggara ..................................................................... 32

B. Kerjasama Militer Amerika Serikat – Thailand Sebelum Kudeta 2014 ....... 35

Page 9: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

ix

BAB III KERJASAMA MILITER THAILAND - TIONGKOK 2014 ........ 47

A. Peningkatan Hubungan Bilateral Thailand – Tiongkok…………………...47

B. Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Pasca Kudeta 2014……………...50

B.1. Joint Military Exercises…………………………………………………..51

B.2. Arms Transfers…………………………………………………………...56

C. Dampak Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Bagi Amerika Serikat .... 62

BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA

MILITER THAILAND – TIONGKOK .......................................... 66

A. Penguatan Kerjasama Militer dengan Thailand............................................ 66

B. Keterlibatan Amerika Serikat dengan Tiongkok dalam kerjasama Militer . 74

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 81

A. Kesimpulan ................................................................................................... 81

B. Saran ............................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83

Lampiran – Lampiran ......................................................................................... 89

Page 10: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.B.1.1 Falcon Strike 2015.............................................................52

Gambar III.B.1.2 Blue strike 2016.................................................................54

Gambar III.B.2.1 Main Battle Tankatau MBT-3000......................................58

Gambar III.B.2.2 Yuan class S26T submarine...............................................59

Page 11: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

xi

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN Association of South East Asian Nations

AIP Air Independent Propulsion

AU Angkatan Udara

CARAT Cooperation Afloat Readiness and Training

CUES Unexpected Encounters at Sea

FTA Free Trade Area

FDI Foreign Direct Investment

FMF Foreign Military Financing

GNP Gross National Product

IMET Military Education and Training

MBT Main Battle Tank

MOU Memorandum of Understanding

PLAN People's Liberation Army Navy

RIMPAC Rim of the Pacific Exercise

RTN Royal Thailand Navy

SEACAT Cooperation and Training Exercise

Page 12: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Amerika Serikat muncul sebagai negara superpower yang mendominasi

dunia Internasional pasca runtuhnya Uni Soviet pada Perang Dingin tahun 1991.1

Keunggulan Amerika Serikat dalam bidang pertahanan keamanan terlihat dari

julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat memiliki

kekuatan militer yang paling besar diantara negara lainnya, dimana anggaran

belanja militernya mencapai 42% dari total belanja militer negara-negara di

dunia.2 Demi menjaga stabilitas keamanan negaranya Amerika membangun

kerjasama pertahanan militer dengan mencari kawasan yang memiliki nilai

strategis. Asia Tenggara termasuk kawasan yang dipilih oleh Amerika karena

dianggap relatif strategis dari sisi geopolitik, geostrategi, geoekonomi, maupun

geokultural.3

Thailand adalah salah satu negara kawasan Asia Tenggara yang menjalin

kerjasama di bidang militer dengan Amerika Serikat. Pada tahun 1962 Menteri

Luar Negeri Thailand Thanat Khoman dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat

1Samuel P. Huntington, “The Lonely Superpower. (US military and cultural hegemony

resented by other powers).”, Foreign Affairs, v78 i2 p35(1), (March 1999). Tersedia di

http://www3.amherst.edu/~pmachala/Current%20Politics/PS50%20IR%20&%20Foreign%20Polic

y%20TheoryTHE%20READINGS/For%20the%20FIRST%20seminar%20readings/Huntington,%

20The%20Lonely%20Superpower.doc.; diunduh pada 26 September 2016. 2Tim Riset Global Future Institute (GFI), “Amerika Kuasai 42 Persen Seluruh Anggaran

Militer Dunia,” The Global Review, 7 Agustus 2009, tersedia di

http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=589&type=8, diunduh pada 25

April 2016. 3Giovanni Dessy Austriningrum, “Relasi Negara-Negara Asia Tenggara dengan Amerika

Serikat”, 25 Juni 2012. Tersedia di http://giovanni-d-a-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49094

Umum%20Relasi%20NegaraNegara%20Asia%20Tenggara%20dengan%20Amerika%20Serikat.h

tml,diunduh pada 24 April 2016.

Page 13: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

2

Dean Rusk menyetujui serta menandatangani komunike bersama sebagai dasar

dari komitmen keamanan AS ke Thailand.4 Komunike ini merupakan bentuk

kesepakatan yang berisi apabila sewaktu-waktu integritas wilayah Thailand

terancam maka Amerika Serikat bersedia membantu.5 Sejak saat itu Thailand

merupakan aliansi pertahanan dan keamanan Amerika Serikat, sehingga Thailand

secara otomatis ikut berpartisipasi dalam program pertahanan dan militer Amerika

Serikat.

Program pertahanan dan militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan

Thailand diantaranya adalah Cooperation Afloat Readiness and Training

(CARAT) AS-Thailand yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1995.6 CARAT

adalah latihan militer multinasional tahunan bersama yang diikuti oleh negara-

negara kawasan Asia Tenggara.7 Dimana pada setiap tahunnya Thailand menjadi

tuan rumah berlangsungnya latihan perang ini dengan menerima pasokan senjata

dan peralatan logistik militer dari Amerika Serikat. CARAT merupakan bagian

dari program Cobra Gold yang di sponsori oleh Thailand dan Amerika Serikat,

program ini dirancang AS untuk menjamin perdamaian regional dan untuk

4Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 6. 5Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong Terhadap

Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007), 113-144. 6“Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT)”, 28 Juni 2014.

Tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/ops/carat.htm, diunduh pada 24 April 2016. 7Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN Navies”,

07 Mei 2015. Tersedia di The Diplomat http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-

military-exercises-with-asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

Page 14: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

3

memperkuat kemampuan angkatan bersenjata Thailand menghadapi ancaman

regional.8

Amerika Serikat dengan Thailand saling mendukung satu sama lain dalam

bidang keamanan sejak tahun 1962.9 Namun, hubungan baik antara kedua negara

ini terganggu pada saat Thailand mengalami kudeta yang dilakukan oleh pimpinan

Angkatan Darat, Jenderal Prayuth Chan-ocha untuk menggulingkan pemerintahan

Perdana Menteri Yingluck Shinawatra karena dianggap tidak dapat menjalankan

tugasnya dengan baik.10 Kudeta Thailand yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2014

ini sangat di kecam oleh Amerika Serikat, karena menurut hukum Amerika

Serikat sanksi akan diberlakukan jika negara penerima bantuan militer Amerika

dinilai telah mengalami kudeta.11

Akibat dari kudeta yang terjadi di Thailand, Amerika Serika secara

sepihak membatalkan pelatihan militer tahunan bersama Cooperation Afloat

Readiness and Training (CARAT) AS-Thailand pada tanggal 24 Mei 2014

sebagai bentuk kekecewaan Amerika Serikat terhadap kudeta tersebut.12

Kementerian luar negeri Amerika Serikat mendesak junta militer agar segera

8Derek S. Reveron, America’s Viceroys: The Military and U.S. Foreign Policy, (Palgrave

Macmillan: United State of America, 2004), 77. 9Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 6. 10John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington, DC,

U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di

http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada September 2016.

11Zeke J Miller, “U.S. Condemns Thai Takeover As a Coup, Leaving Aid in Question”, Time

22 Mei 2014. tersedia di http://time.com/109601/us-thailand-coup/, diunduh pada 26 September

2016. *Dalam pengaplikasiannya Amerika Serikat tidak selalu memberlakukan pola yang sama

terhadap negara yang mengalami kudeta, lihat pada

http://wcfia.harvard.edu/files/wcfia/files/soestwahman2015.pdf. 12“US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News

24 Mei 2014. Tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-

coup-in-thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, diunduh pada 26 September 2016.

Page 15: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

4

melakukan pemulihan pemerintahan sipil untuk kembali ke sistem demokrasi

dengan menghormati hak asasi manusia yang mencerminkan kehendak rakyat.13

Jenderal Prayuth Chan-ocha sangat kecewa terhadap pembatalan

kerjasama militer yang di lakukan oleh Amerika Serikat. Kekecawaan atas

pembatalan kerja sama ini, membuat Prayuth Chan-ocha mewakili pemerintahan

Thailand mengunjungi beijing untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dalam

urusan militer, pelatihan, dan pengembangan persenjataan dengan Tiongkok pada

11-13 Juni 2014.14 Thailand dan Tiongkok sepakat melakukan latihan angkatan

udara bersama untuk meningkatkan hubungan bilateral, tiga angkatan bersenjata

akan berpartisipasi penuh dalam latihan militer antara kedua negara.15 Lima

pesawat militer Thailand dan Tiongkok melakukan akrobat udara bersama dengan

ketinggian 900 meter di atas Pangkalan Angkatan Udara (AU) Kerajaan Thailand

Korat, sekitar 260 km timur laut Bangkok.16 Kegiatan ini dilakukan sebagai

simbol keakraban kedua negara.

Kerjasama militer yang terjalin antara Thailand dan Tiongkok merupakan

upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan menjalin persahabatan yang saling

menguntungkan antara Tiongkok dan Thailand. Thailand percaya bahwa

13John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington, DC,

U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di

http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada September 2016. 14

“Tiongkok is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014.

Tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/Tiongkok-is-a-big-winner-fromthailands-

coup/, diunduh pada 27 September 2016 15

“Thai-Tiongkok ties destined for new level of strategic significance”, The Nation

Thailand Independent Newspaper 3 November 2014.Tersedia di

http://www.nationmultimedia.com/opinion/Thai-Tiongkok-ties-destined-for-new-level-of-

strategi30246792.html, diunduh pada 27 September 2016. 16

Tiongkok, Thailand joint air force exercise highlights warming ties”, Reuters News

Maps 24 November 2015. Tersedia di http://www.reuters.com/article/us-Tiongkok-thailand-

military-idUSKBN0TD0B120151124, diakses pada 26 September 2016.

Page 16: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

5

kerjasama ini akan berjalan dengan baik karena saat ini kekuatan militer Tiongkok

telah menjadi sorotan masyarakat internasional. Militer Tiongkok dari masa-

kemasa mengalami revolusi, Tiongkok menempati posisi ke 2 terbesar di dunia.17

Hal ini tentu membuat kekuasan dan pengaruh Tiongkok di dunia mulai

diperhitungkan.

Sejak kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan baru, menimbulkan

persaingan dalam bidang militer antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Hal ini,

dikarenakan posisi Tiongkok sering kali berlawanan dengan Amerika Serikat.18

Persaingan yang terjadi salah satunya adalah dalam bidang pertahanan dan

keamanan. Tiongkok dinilai sangat berpotensi mengancam eksistensi Amerika

Serikat sebagai pemegang dominasi dunia, terutama di kawasan Asia yang saat ini

mulai menjalin Kerjasama militer dengan Thailand yang merupakan aliansi dari

Amerika Serikat.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan masalah yang telah di uraikan sebelumnya, alasan mengapa

penelitian ini menarik adalah Thailand dan Amerika Serikat merupakan aliansi

yang menjalin komitmen keamanan sejak tahun 1962.19 Namun, ketika Amerika

menghentikan kerjasama militer dengan Thailand akibat Kudeta Thailand pada

17Tim Riset Global Future Institute (GFI), “Amerika Kuasai 42 Persen Seluruh Anggaran

Militer Dunia,” The Global Review, 7 Agustus 2009, tersedia di

http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=589&type=8, diunduh pada 25

April 2016. 18Nely Fadrianis, Kedudukan Republik Rakyat Tiongkok sebagai Penyeimbang Dominasi

Amerika Serikat dalam Dunia Internasional, (Skripsi Program S1 Ilmu Hubungan Internasional,

Universitas Hasanuddin (2012), 6. 19Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 6.

Page 17: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

6

tahun 2014, Thailand pun memulai kerjasama militer dengan Tiongkok. Disinilah

muncul pertanyaan “Bagaimana Respon Amerika Serikat Terhadap

Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Pasca Kudeta 2014?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan proposal skripsi berjudul

Respon Amerika Serikat Terhadap Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok pada

tahun 2014 adalah :

1. Menganalisis tindakan Amerika Serikat dalam merespon kerjasama

militer antara Thailand dengan Tiongkok.

2. Menjelaskan mengenai orientasi kebijakan Amerika Serikat terhadap

Thailand sehubungan dengan kerjasama militer yang dijalani Thailand

dengan Tiongkok.

3. Mengaplikasikan teori dan konsep dalam studi Hubungan Internasional

yang relevan dan dapat digunakan sebagai alat analisa terhadap isu

kerjasama militer ini.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, diantaranya

adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan

ilmu Hubungan internasional baik di lingkup universitas maupun

lingkup nasional dan internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian

berikutnya untuk membahas tentang respon Amerika Serikat terhadap

kerjasama militer Thailand – Tiongkok, maupun mengenai pola respon

Page 18: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

7

dari Amerika Serikat jika aliansinya menjalin kerjasama militer dengan

negara yang bertentangan dengan Amerika Serikat.

3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi penelitian

berikutnya untuk membahas Hubungan aliansi Amerika Serikat -

Thailand pasca Thailand menjalin kerjasama militer dengan Tiongkok.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian mengenai

Respon Amerika Serikat Terhadap Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Pada

Tahun 2014 ini bertujuan untuk menganalisis tindakan Amerika Serikat dalam

merespon kerjasama militer antara Thailand dengan Tiongkok. Oleh karena itu,

ada baiknya jika penulis menelaah penelitian -penelitian lain mengenai respon

Amerika Serikat ataupun yang berkaitan dengan variabel lainnya, seperti pola

hubungan Amerika Serikat dengan Thailand maupun Tiongkok yang telah ada

sebelumnya sebagai pembanding dan pelengkap penelitian. Pada bagian ini

penulis akan meninjau beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian

ini.

Tulisan pertama yang menjadi tinjauan pustaka pada penelitian ini adalah

Skripsi Rahmah Nazhafah Nazhafah pada tahun 2012 yang berjudul “Strategi

Militer Amerika Serikat dalam Membendung Pengaruh Republik Rakyat

Tiongkok di Asia Pasifik”.20 Dalam skripsinya Rahmah Nazhafah Nazhafah

memaparkan bahwa Pengaruh Tiongkok dari segi militer di Asia Pasifik membuat

20Rahmah Nazhafah Nazhafah, Strategi Militer Amerika Serikat dalam Membendung

Pengaruh Republik Rakyat Tiongkok di Asia Pasifik dalam Skripsi Jurusan Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, (2012).

Page 19: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

8

Amerika Serikat memberikan respon, dengan membuat strategi militer guna

membendung pengaruh Tiongkok di kawasan strategis ini. Kawasan Asia Pasifik

menjadi objek dalam pertarungan kekuatan antara aktor lama, Amerika Serikat

dengan aktor baru, Tiongkok dimana mereka saling beradu kekuatan. Tiongkok

sendiri disini ingin menjadi penetral kekuatan dari Amerika Serikat yang telah

lama berkepentingan di kawasan ini. Dalam skripsinya, Rahmah Nazhafah

menggunakan konsep kebijakan luar negeri, konsep strategi militer, dan konsep

regional security dengan metode penelitian kualitatif yang menghubungkan

fenomena-fenomena untuk menarik kesimpulan akhir mengenai strategi militer

Amerika Serikat dalam membendung kekuatan Tiongkok di Asia Pasifik. Adapun

teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh Rahmah Nazhafah berupa library

research dari berbagai literatur yang relevan dengan pokok permasalahan dalam

objek penelitian, baik berupa buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel yang bersumber

dari internet atau surat kabar dan interview dengan narasumber yang ahli

dibidangnya.

Rahmah Nazhafah memfokuskan penelitiannya pada tahun 2008 dimana

pada masa ini jelas sekali terjadi rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Pada tahun 2014, Amerika dan Tiongkok menunjukan keunggulan kapabilitas

militernya di kawasan Asia Pasifik. Ia juga membatasi pembahasan ini pada

pengaruh Tiongkok di Asia Pasifik dalam bidang militer. Hal ini disebabkan,

pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang semakin meningkat tiap tahunnya dimana

secara langsung maupun tidak langsung jelas akan berdampak pada kapabilitas

dan kemapanan militernya. Kemampuan militer Tiongkok inilah yang nantinya

Page 20: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

9

akan menjadi ancaman bagi Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Rahmah

Nazhafah Nazhafah Mencoba untuk menganalisa bagaimana bentuk pengaruh

Tiongkok di Asia Pasifik dalam bidang militer dan bentuk strategi militer

Amerika Serikat dalam membendung pengaruh Tiongkok di Asia Pasifik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmah Nazhafah Nazhafah dalam

skripsinya menunjukkan bahwa Kemajuan Tiongkok yang pesat, khususnya di

bidang militer menjadikan Tiongkok tampil sebagai kekuatan regional yang mana

menimbulkan kekhawatiran diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik

karena memiliki kedekatan geografis yang mana peningkatan kekuatan militer

suatu negara akan berdampak terhadap negara lain dan menyebabkan security

dilemma. Aktifitas-aktifitas militer Tiongkok, seperti membangun Hubungan

kerjasama pertahanan dengan negara-negara di Asia Pasifik, baik itu berupa

patroli dan latihan militer bersama, penjualan persenjataan, serta memperbaharui

strategi-strategi militer tiap tahunnya yang mana dari green water navy menjadi

blue water navy.

Skripsi yang ditulis oleh Rahmah Nazhafah memiliki variabel yang cukup

mirip dengan research yang sedang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu,

banyak informasi yang dapat peneliti gunakan dalam melihat strategi militer

Amerika Serikat sebagai responnya dalam membendung kekuatan militer

Tiongkok di Kawasan Asia Pasifik khususnya di Thailand.

Tulisan kedua yang menjadi Tinjauan Pustaka pada penelitian ini adalah

jurnal yang berjudul “U.S.-Thai Relations After 9/11: A New Era in

Cooperation” yang ditulis oleh Paul Chambers Chamber dalam Contemporary

Page 21: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

10

Southeast Asia.21 Dalam tulisannya Paul Chambers Chamber berfokus pada

Hubungan Amerika Serikat dengan Thailand pada masa pemerintahan perdana

menteri Thaksin yang mengubah orientasi kebijakan luar negerinya Pasca

serangan teroris pada 9 September 2001. Menurut Paul Chambers, tekanan dari

tokoh kuat Thailand, Amerika Serikat, negara-negara lain, dan opini publik

memaksa Thaksin untuk bergabung dengan perang melawan teror. Selain itu,

Amerika Serikat menekan untuk bekerja sama lebih penuh melawan teror dan

berpartisipasi dalam kampanye Washington di Irak. Semenjak itu Hubungan

Amerika Serikat dan Thailand membaik. Thailand menawarkan fasilitas militer,

pasukan, dan dukungan moral dalam upaya kebijakan luar negeri Washington.

Sebaliknya, Amerika menawarkan Thailand jalur cepat agar Hubungan ekonomi

mereka lebih dekat, transfer sumber daya untuk negara, dan bantuan terhadap

pemberontak Muslim di Thailand. Dalam penelitiannya ini Paul Chambers

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan data sekunder seperti buku,

jurnal, dan berita mengenai topik jurnalnya.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Chambers Chamber

menjelaskan bahwa Meskipun Thailand dan Amerika Serikat telah lama menjadi

sekutu, kedekatan dan konsistensi aliansi mereka bervariasi. Menurutnya,

kedekatan dan konsistensi Hubungan Amerika Serikat dan Thailand akan

tergantung pada beberapa faktor. Pertama, kebutuhan yang dirasakan dalam

menghadapi ancaman; kedua, kecenderungan kedua belah pihak untuk

21Paul Chambers Chambers, U.S.-Thai Relations After 9/11: A New Era in Cooperation?

dalam Contemporary Southeast Asia, Vol. 26, No. 3, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)

(Desember 2004) : 460-479.

Page 22: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

11

menghilangkan antagonisme yang tidak semestinya; dan ketiga, opini publik

bagaimana melihat Hubungan antara Thailand dan Amerika Serikat.

Terdapat beberapa unsur yang berbeda dari topik yang dibahas oleh Paul

Chambers dalam jurnalnya dengan pembahasan pada topik yang ditulis oleh

peneliti. Paul Chambers hanya membahas mengenai Hubungan antara Amerika

Serikat dengan Thailand pasca 9/11. Sedangkan peneliti membahas mengenai

bagaimana respon Amerika Serikat melihat kerjasama militer yang dilakukan

oleh Thailand dan Tiongkok. Namun, melalui jurnal yang di tulis Paul Chambers

peneliti dapat mengetahui bagaimana dinamika kedekatan Hubungan antara

Amerika dan Thailand.

Tulisan ketiga yang menjadi Tinjauan Pustaka pada penelitian ini adalah

tulisan dari Chulacheeb Chinwanno Chinwanno yang berjudul “Rising China

and Thailand's Policy of Stratejic Engagement”.22 Dalam tulisannya Chulacheeb

Chinwanno Chinwanno membahas mengenai Hubungan antara Thailand dan

Tiongkok yang menjadi sangat hangat dan dekat. Kerjasama yang terjain diantara

keduanya berubah dari keamanan ke bidang ekonomi dan politik ke bidang

sosiokultural. Menurut Chulacheeb Chinwanno Terdapat beberapa faktor yang

berkontribusi terhadap Hubungan dekat kedua negara ini, faktor pertama adalah

patronase (pertukaran karakteristik) Hubungan kerajaan. Semua anggota keluarga

kerajaan Thailand kecuali raja telah mengunjungi Tiongkok beberapa kali. Faktor

kedua adalah keterlibatan aktif dari para pemimpin pemerintah dan pejabat

22Chulacheeb Chinwanno, Rising China and Thailand's Policy of Stratejic Engagement

dalam Chapter 3 buku The Rise of Tiongkok: Responses from Southeast Asia and Japan, NIDS

Joint Research Series, No. 4, The National Institute for Defense Studies Japan (2009).

Page 23: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

12

Thailand. Faktor ketiga adalah koneksi etnis Tiongkok di Thailand. Kemudian,

faktor yang terakhir adalah sikap positif dari orang-orang Thailand kepada

Tiongkok karena kesamaan budaya.

Chulacheeb Chinwanno dalam tulisannya menekankan bahwa kesamaan

kepentingan, strategis dan ekonomi, antara Thailand dan Tiongkok telah

memperkuat Hubungan antara kedua negara sejauh ini. Tujuan Jangka Pendek

dari kebijakan strategis Thailand ke Tiongkok dimaksudkan untuk memperluas

dan memperdalam Hubungan sehingga dapat menjaga kedekatan Hubungan

Thailand dengan Tiongkok. Sedangkan, tujuan jangka panjangnya adalah untuk

menjalin Hubungan bilateral dan multilateral dengan Tiongkok yang terdiri dari

empat elemen, yaitu menampung kepentingan sah kedua negara, mengecilkan

peran negatif kedua negara, mengintegrasikan kedua negara ke dalam norma-

norma regional maupun lembaga, dan membuat peluang untuk saling

menguntungkan. Dalam tulisnya, Chulacheeb Chinwanno menggunakan metode

penelitian kualitatif yang dapat dilihat dari cara pemaparan topik yang ia bahas

secara deskriptif dan mendalam mengenai Hubungan antara Thailand dan

Tiongkok dengan menggunakan data sekunder seperti buku, jurnal, dan berita

mengenai topik tulisannya. Chulacheeb Chinwanno juga menggunakan data

statistik mengenai kerjasama ekonomi dan militer yang dilakukan antara Thailand

dengan Tiongkok yang bersumber dari website resmi negara Tiongkok.

Pada akhir tulisannya Chulacheeb Chinwanno menyimpulkan bahwa

Thailand mencoba menciptakan Hubungan baik dengan negara-negara besar

seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan India. Thailand mencoba untuk

Page 24: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

13

mengelola Hubungan dengan Amerika Serikat sebagaimana Thailand membina

Hubungan yang lebih dekat dengan Tiongkok. Tujuan penting dari Thailand

adalah agar posisi negaranya tidak terbebani karena harus memilih antara

Amerika Serikat dan Tiongkok. Thailand ingin tetap menjalin Hubungan baik

dengan keduanya. Tulisan Chulacheeb Chinwanno dapat menjadi acuan dalam

tulisan peneliti mengenai informasi dan data strategi Thailand dalam membina

Hubungan baik antara Tiongkok dan Amerika terutama dalam bidang militer

sebagai referensi untuk tulisan peneliti.

Tulisan keempat yang menjadi Tinjauan Pustaka pada penelitian ini adalah

Skripsi Retno Ajiyastuti Ajiyastuti pada tahun 2014 yang berjudul “Respon

Amerika Serikat terhadap kerjasama Militer Cina-Rusia 2007-2012”.23

Dalam skripsinya Retno Ajiyastuti berfokus pada pembahasan mengenai respon

Amerika Serikat ketika Tiongkok dan Rusia menjalin kerjasama militer. Retno

Ajiyastuti memaparkan bahwa kerjasama militer yang semakin intens dijalin oleh

Tiongkok – Rusia mendapatkan beberapa respon dari pihak Amerika Serikat yang

difokuskan di kawasan Asia Pasifik. Hal ini dikarenakan beberapa peningkatan

aktivitas militer dari kerjasama kedua negara ini secara langsung memicu

kekhawatiran Amerika Serikat. Dalam menganalisa respon Amerika Serikat,

Retno Ajiyastuti menggunakan teori neorealisme dengan beberapa konsep seperti

kepentingan nasional, sistem internasional dan balance of power. Metode

penulisan yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teknik

23Retno Ajiyastuti Ajiyastuti, Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama Militer Cina-

Rusia 2007-2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta (2014).

Page 25: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

14

pengumpulan data studi pustaka yang diperoleh dari beberapa buku, karya tulis

ilmiah, jurnal, artikel, dokumen pemerintah, dan berita di media online.

Adapun hasil dari penelitian dalam skripsi Retno Ajiyastuti menyimpulkan

bahwa terdapat beberapa bentuk respon Amerika Serikat yang diberikan terhadap

kerjasama militer Tiongkok dan Rusia 2007-2012. Salah satunya yaitu Amerika

Serikat meningkatkan kapabilitas militernya dengan menaikan anggaran belanja

dan pengeluaran militernya. Selain itu, Amerika Serikat melakukan kerjasama

dengan negara aliansinya di kawasan Asia Pasifik. Kemudian Amerika Serikat

juga berperan aktif dalam menjalin keterlibatan Hubungan militer dengan

Tiongkok dan Rusia.

Skripsi yang ditulis oleh Retno Ajiyastuti memiliki tujuan yang mirip

dengan peneliti, yaitu untuk menganalisis respon dari Amerika Serikat, yang

membedakan adalah variabel kerjasama militer antara Tiongkok dengan Rusia.

Namun, melalui skripsi ini peneliti memperoleh gambaran bagaimana pola

Amerika Serikat dalam merespon kerjasama militer yang dijalin oleh Tiongkok

dengan negara lain.

Tulisan kelima yang menjadi Tinjauan Pustaka pada penelitian ini adalah

Skripsi Bunga Sesiory pada tahun 2014 yang berjudul “Respon Amerika Serikat

Terhadap Peningkatan Kapabilitas Militer Tiongkok dikawasan Asia Pasifik”.24

Dalam penelitiannya Bunga Sesiory berfokus pada Kebijakan Amerika Serikat

dalam menghadapi peningkatan kapabilitas Tiongkok dikawasan Asia Pasifik.

Bunga Sesiory memaparkan bahwa perekonomian Tiongkok yang mengagumkan

24Bunga Seriory,Respon Amerika Serikat Terhadap Peningkatan Kapabilitas Militer

Tiongkok dikawasan Asia Pasifik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas

(2014).

Page 26: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

15

berpengaruh terhadap peningkatan kapabilitas militer Tiongkok yang sangat pesat.

Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi supremasi Amerika Serikat ditatanan

sistem internasional yang akan berdampak terhadap kepentingan dan diplomasi

Amerika Serikat dikawasan Asia Pasifik. Dalam penelitiannya, Bunga

menggunakan Teori Stabilitas Hegemonik dan Strategi Kemanan melalui

perspektif realis dengan metode kulitatif melalui data sekunder.

Adapun hasil dari penelitian Bunga Sesiory dalam skripsinya

mengungkapkan bahwa dalam merespon peningkatan kapabilitas militer

Tiongkok di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat meningkatkan intensitas

strategi yang defensif dan lebih kooperatif terhadap Tiongkok. Selain itu, Amerika

Serikat juga tetap meningkatkan kemampuan ofensifnya. Hal dilakukan Amerika

Serikat untuk mempertahankan posisinya sebagai hegemon yang bertanggung

jawab terhadap stabilitas sistem internasional.

Skripsi yang ditulis oleh Bunga Sesiory dapat menjadi acuan bagi peneliti

dalam merumuskan penelitian ini karena cukup memberikan gambaran serta

informasi bagi peneliti dalam melihat bagaimana tindakan yang diambil oleh

Amerika Serikat dalam meminimalisir pengaruh Tiongkok yang meningkatkan

kapabilitas militernya dikawasan Asia Pasifik.

Dapat dilihat dari hasil kelima tinjauan pustaka diatas, maka penelitian

yang berjudul Respon Amerika Serikat Terhadap Kerjasama Militer Thailand –

Tiongkok Pada Tahun 2014 membahas fokus penelitian yang berbeda dari

beberapa penelitian yang telah di paparkan sebelumnya.

Page 27: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

16

E. Kerangka Teoritis

1. Realisme

Teori adalah seperangkat ide yang bersifat logis dan konsisten yang akan

membentuk sebuah kebiasaan, cara pandang, dan penafsiran mengenai hakikat

dunia dan cara kerjanya sebagai usaha untuk menjelaskan suatu fenomena, dimana

teori dapat memberikan sebuah kerangka berpikir yang berguna dalam memahami

perkembangan yang terjadi di dunia internasional.25 Realisme merupakan

pendekatan dalam studi Hubungan Internasional yang digunakan sebagai

kerangka berpikir untuk memahami isu-isu politik keamanan yang terjadi di

tingkat global maupun suatu kawasan. Realisme mengasumsikan politik global

sebagai kumpulan negara-negara yang memperjuangkan kepentingan nasional

masing-masing dengan instrumen utamanya adalah kekuatan militer.26 Pemikir

realis berpendapat bahwa kapasitas militer dan persekutuan merupakan dasar dari

jaminan keamanan dan keduanya dapat digunakan baik untuk mengakibatkan

ataupun mencegah konflik.27

Adapun asumsi dasar dari realisme, diantaranya:28

1) Pesimis terhadap sifat dasar manusia.

25Jill Steans dan Lloyd Pettiford. Hubungan Internasional Perspektif dan Tema,

(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009). Cetakan pertama, hlm. 14 26Charles W. Kegley dan Eugene R. Wittkopf, World Politics: Trends and

Transformation, Belmont: Wadsworth 2003, 37-38; tersedia di

https://wiki.zirve.edu.tr/groups/economicsandadministrativesciences/wiki/165d3/attachments/50e7

8/Charles_W._Kegley,_Shannon_L._Blanton_World_Politics_Trend_and_Transformation,_2010_

2011_Edition,_13th_Edition2010.pdf, diunduh pada 27 Mei 2016.

27Dunne, T., Kurki, M., & Smith, S., International Relations Theories: Discipline and

Diversity, 2nd

edition, (New York: Oxford University Press, 2010), 58-76.

28Robert Jackson & George Sorensen, Introduction to International Relations, (New

York: Oxford University Press Inc., 1999), 88.

Page 28: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

17

2) Menganggap Hubungan internasional pada dasarnya konfliktual yang

diselesaikan melalui perang.

3) Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup

negara.

4) Skeptisisme terhadap adanya kemajuan dalam politik internasional

seperti politik domestik.

Perspektif realisme secara umum memiliki beberapa argumen, yaitu:29

1) Negara adalah aktor rasional yang uniteral.

2) Prioritas kebijakan negara terletak pada kepastian kondisi keamanan.

3) Lingkungan internasional dianggap memiliki karakteristik anarki yang

berarti bahwa negara sebagai unit dalam sistem internasional menganut

sistem yang mandiri sebagai berdaulat dengan tidak adanya pemerintahan

dunia.

4) Dalam situasi yang anarki maka terciptalah kompetisi keamanan sebagai

kondisi yang harus dihadapi setiap negara sebagai unit dalam sistem.

5) Kompetisi tersebut melahirkan kecenderungan kebijakan keamanan

negara yang ekspansionis khususnya dalam bentuk militer.

Menurut perspektif realisme aktor utama dalam sistem internasional adalah

negara, layaknya sifat egois manusia negara juga akan bersifat egois untuk

mencapai segala kebutuhannya. Realisme menganggap struktur sistem

internasional bersifat anarki, dimana negara merupakan unit yang mandiri dan

29Robert Jackson & George Sorensen, 1999, Introduction to International Relations, 89.

Page 29: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

18

cenderung berkompetisi. Strategi keamanan yang cenderung ‘agresif’ atau offensif

ini akan mengutamakan penggunaan kekuatan militer dalam rangka mencapai

tujuan atau mempertahankan kepentingan nasional. Maka dari itu, strategi

keamanan dalam perspektif realis akan senantiasa dikaitkan dengan upaya

peningkatan power dan security, diantaranya dengan meningkatkan kapabilitas

militer.30

Menurut Hans J. Morgenthau, elemen power terdiri dari populasi, kondisi

geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, kepemimpinan, organisasi

internal, serta kapabilitas militer.31 Adapun kapabilitas militer yang dibentuk dan

dikembangkan oleh suatu negara dimaksudkan untuk kepentingan keamanan

nasional dan untuk kepentingan strategis yang lebih luas di tingkat regional

maupun global. Kekuatan militer tersebut diantaranya, kekuatan militer

konvensional yang terdiri dari kekuatan darat, laut, udara dan teknologi

persenjataan, serta kekuatan militer senjata pemusnah massal, seperti nuklir,

senjata kimia dan senjata biologi. Peningkatan kapabilitas militer merupakan

upaya suatu negara untuk penangkalan (deterence) terhadap negara-negara lain,

reaksi dari ancaman negara lain, ataupun sebagai upaya untuk mencapai

hegemoni.32

Dalam menjelaskan dan menjawab bagaimana respon Amerika Serikat

terhadap kerjasama militer antara Thailand dan Tiongkok, tak dapat terlepas dari

teori realisme. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, teori realisme

30Daniel S. Papp, 1997, Contemporary International Relations, Boston: Allyn & Bacon,

367. 31Hans J. Morgenthau, 1948, Politics among Nations: The Struggle for Power and

Peace, (New York: Alfred A.Knopf, 1948), 13. 32Hans J. Morgenthau, Politics among Nations, 15.

Page 30: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

19

lebih menekankan pada sifat anarki dari sistem internasional dan pengaruhnya

terhadap perilaku negara dalam kebijakan luar negerinya, aktor negara dalam

penelitian ini adalah Amerika Serikat, Thailand dan Tiongkok. Dalam sistem yang

anarki tidak ada kepastian bahwa negara yang satu tidak akan menyerang negara

yang lain. Oleh karena timbul ketakutan dan ketidakpercayaan antar negara

tersebut, negara akan memastikan dirinya mendapatkan kekuatan untuk dapat

melindungi diri dari ancaman yang mungkin timbul dari negara lain untuk

keberlangsungan negara itu sendiri. Keadaan seperti ini yang pada akhirnya

menimbulkan Security dilemma yang dialami oleh Amerika Serikat ketika

aliansinya yaitu Thailand menjalin kerjasama militer dengan Tiongkok yang dapat

mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat di wilayah Asia Pasifik. oleh

karena itu, penulis melihat bahwa teori realisme sejalan dengan data-data yang

peneliti uraikan dalam penelitian ini. Sehingga teori ini dapat membantu peneliti

dalam menjawab pertanyaan penelitian.

2. Security Dilemma

Peningkatan kapabilitas militer yang dilakukan suatu negara dapat menciptakan

security dilemma (dilema keamanan), dimana tindakan suatu negara untuk

menjaga keamanan wilayahnya membuat negara lain merasa tidak aman, sehingga

cepat atau lambat akan melakukan hal yang sama. Dalam perspektif realisme, hal

tersebut merupakan akibat dari sistem internasional yang anarki.33

Menurut Glenn H. Snyder dalam tulisannya yang berjudul “The Security

Dilemma in Alliance Politics”, security dilemma dapat mengakibatkan

33Paul Chambers R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations Theory:

Realism, Pluralism, Globalism, and Beyond, (Boston: Allyn & Bacon, 1999),68.

Page 31: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

20

terbentuknya aliansi. Aliansi merupakan sebuah bentuk akumulasi kekuatan,

akumulasi ini dapat dilakukan melalui persenjataan, membesarkan teritorial dan

formasi aliansi. Setiap negara mempunyai pilihan untuk mengikuti aliansi atau

tidak pada posisi logika N-prisioner dilemma, dimana menjadi koalisi negara

besar atau mendekatkan diri ke negara-negara kecil yang nantinya akan

membentuk sebuah kekuatan besar yang baru.34 Aliansi terbentuk dengan dua

alasan, alasan yang pertama adalah beberapa negara merasa tidak puas hanya

dengan memoderenkan keamanannya saja, mereka akan memperkuatnya dengan

beraliansi. Alasan yang kedua adalah beberapa negara beraliansi demi

menghindari diri dari isolasi atau menghindari dari tidakan yang dapat melawan

mereka.35 Siapa beraliansi dengan siapa semua tergantung pada negosiasi yang

dibuat dan persetujuan atas kedua belah pihak mau mengikuti atau tidak, dan juga

aliansi terbentuk berdasarkan nilai-nilai seperti; kepentingan, kesamaan ideologi,

dan nilai prestis.36 Selain aliansi terdapat pula istilah Alignments yang diartikan

sebagai “mutual expectation”, keduanya merupakan langkah suatu negara untuk

menjalin kerjasama, namun alignments dapat berubah atau berakhir kapan saja

jika terdapat suatu permasalahan.37 Hal ini terjadi karena Alignments hanya

sebatas kesepakatan informal tanpa adanya Treaty antara pihak yang terkait.

Alignment seringkali berbentuk kolaborasi militer.

34Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, (World Politics:

Cambridge University Press, 1948), Vol. 36, No. 4, hal 464.

Terdapat di http://www.jstor.org/stable/2010183, diunduh pada 30 Mei 2016 35Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, 462. 36Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, 469. 37Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, 6.

Page 32: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

21

Glenn H. Snyder juga menjelaskan bahwa Security dilemma di dalam

aliansi terbagi dalam dua fase, yaitu fase pertama yang muncul selama proses

pembentukan aliansi, dan yang kedua adalah setelah aliansi terbentuk. Di dalam

fase pertama, setiap negara mempunyai dua pilihan yaitu membentuk aliansi atau

abstain dari aliansi. Aliansi akan terbentuk antara lain karena dua alasan utama,

yaitu: 1) sebagian negara mungkin tidak puas hanya dengan keamanan yang

sekedarnya, dan mereka dapat meningkatkannya dengan beraliansi jika negara

lain abstain, dan 2) sebagian negara di tengah ketakutan jika negara lain tidak

akan mengambil jalan abstain, akan membentuk aliansi untuk menghindar dari

pengucilan, atau untuk menghindarkan partner tersebut beraliansi melawan

mereka.38 Fase kedua adalah ketika aliansi telah terbentuk, dimana pertanyaannya

tidak lagi berkutat pada apakah akan membentuk aliansi atau tidak, tetapi sudah

bergeser menjadi seberapa jauh komitmen yang akan diberikan kepada

partnernya, dan seberapa banyak dukungan yang akan diberikan kepada partner

tersebut.39

Lebih lanjut Glenn H. Snyder menjelaskan Security dilemma dalam aliansi

terjadi dalam Hubungan antara sekutu serta antara lawan. Pembelotan yang

dilakukan oleh aliansi mungkin terjadi, membelot berarti menunjukkan komitmen

yang lemah dan tidak memberikan dukungan dalam konflik dengan musuh.

Bagaimanapun kekhawatiran ditinggalkan oleh aliansi lebih besar dari pada

kekhawatiran akan dijebak. Ketakutan saling ditinggalkan tersebut, cenderung

membuat negara mengubah kebijakannya. Aliansi dapat mengadopsi kebijakan

38Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politic, 462. 39Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politic, 463.

Page 33: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

22

yang independen dan kontradiktif ketika khawatir pasangannya akan membelot.

Dengan demikian, ketika keadaan security dilemma dalam aliansi , negara dapat

membuat kebijakan yang kontradiktif karena ada sedikit tekanan struktural

terhadap resolusi negara, serta yakin bahwa perbedaan yang ada antara aliansi

dapat diselesaikan melalui norma-norma konsensus dan apa yang dilakukan

pasangan aliansinya tidak mengancam keberadaan negara tersebut.40

Peneliti melihat bahwa penggunaan konsep Security Dilemma lebih tepat

dalam menganalisa Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama militer antara

Thailand dengan Tiongkok. Hal ini disebabkan konsep tersebut dapat menjelaskan

bahwa suatu negara yang mengalami Security Dilemma dalam aliansi dapat

membuat kebijakan yang kontradiktif karena ada sedikit tekanan struktural

terhadap resolusi negara tersebut.41 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya

Amerika Serikat dan Thailand merupakan aliansi yang ditandai dengan

penandatanganan komunike bersama oleh Menteri Luar Negeri Thailand Thanat

Khoman dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Dean Rusk sebagai dasar dari

komitmen keamanan AS ke Thailand pada tahun 1962. 42 Namun, Amerika

Serikat Amerika Serikat secara sepihak membatalkan Alignment pelatihan militer

tahunan bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) AS-

Thailand pada tanggal 24 Mei 2014 sebagai bentuk kekecewaan Amerika Serikat

40Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politic, 494. 41Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politic, 494. 42Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional Research

Service, 2015), 6.

Page 34: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

23

terhadap kudeta yang terjadi di Thailand.43 Menanggapi hal tersebut, pada tanggal

11-13 Juni 2016 pimpinan militer Thailand berkunjung ke Beijing untuk

menjalin kerjasama yang lebih erat dalam urusan militer, pelatihan, dan

pengembangan persenjataan dengan Tiongkok.44 Thailand dan Tiongkok sepakat

melakukan latihan angkatan udara bersama untuk pertama kalinya, dimana tiga

angkatan bersenjata akan berpartisipasi penuh dalam latihan militer antara kedua

negara.45 Dalam hal ini, Tiongkok dinilai sangat berpotensi mengancam

Hubungan Amerika Serikat dengan Thailand, serta eksistensinya sebagai

pemegang dominasi dunia, terutama di kawasan Asia. Hal ini, dikarenakan posisi

Tiongkok sering kali berlawanan dengan Amerika Serikat.46 Dengan demikian,

kekhawatiran yang dialami oleh Amerika Serikat membuatnya mengalami

security dilemma dalam aliansi. Sehingga, Amerika Serikat dapat membuat

kebijakan yang kontradiktif terhadap Thailand dalam merespon kerjasama militer

yang dilakukan Thailand dan Tiongkok.

43 “US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News 24 Mei

2014; tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-coup-in-

thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, 26 September 2016.

44 “Tiongkok is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014;

tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/Tiongkok-is-a-big-winner-fromthailands-

coup/, diunduh pada 27 September 2016

45 “Thai-Tiongkok ties destined for new level of strategic significance”, The Nation Thailand

Independent Newspaper 3 November 2014; tersedia di

http://www.nationmultimedia.com/opinion/Thai-Tiongkok-ties-destined-for-new-level-of-

strategi30246792.html, diunduh pada 27 September 2016.

46 Nely Fadrianis, “Kedudukan Republik Rakyat Tiongkok sebagai Penyeimbang Dominasi

Amerika Serikat dalam Dunia Internasional”, Skripsi Program S1 Ilmu Hubungan Internasional,

Universitas Hasanuddin (2012), 6. Tersedia di

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1975/10.%20Isi%20Skripsi.pdf?sequenc

e=2, diunduh pada 20 Mei 2016.

Page 35: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

24

Berdasarkan konsep security dilemma dalam aliansi jika dikaitkan dengan

pemaparan diatas, variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat (dependent

variable) pada penelitian ini adalah respon Amerika Serikat, yang bisa juga

disebut sebagai konsekuensi logis dari security dilemma dalam aliansi yang

dihadapi Amerika Serikat (kecenderungan merasa khawatir ditinggalkan oleh

Thailand) karena kerjasama militer yang dilakukan oleh Thailand dan Tiongkok

pada tahun 2014 (bisa dianggap sebagai faktor pendorong dari aktor lainnya).

Dengan kata lain, respon Amerika serikat menjadi variabel yang terikat karena

dipengaruhi oleh variabel bebas (kerjasama militer antara Thailand dan

Tiongkok), dimana yang mempengaruhi adalah peningkatan kapabilitas militer

Tiongkok, yang direpresentasikan oleh kerjasama militernya dengan Thailand

yang sesuai dengan konsep security dilemma dalam aliansi.

2. Strategi Hedging

Dalam hubungan internasional, sistem internasional selalu mengalami

perubahan sehingga setiap negara akan khawatir atas perubahan sistem

internasional tersebut. Akibatnya setiap negara akan merasa tidak aman dengan

munculnya negara raising power. Ancaman yang ditimbulkan akibat adanya

perubahan sistem internasional tidaklah pasti, karena negara raising power yang

dianggap sebagai ancaman potensial masih terus berkembang sehingga “ketidak

pastian” ini membuat suatu negara akan memperhitungkan langkah yang tepat

Page 36: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

25

untuk diambil ketika berhubungan dengan negara raising power meskipun

kebijakan tersebut memiliki resiko.47

Evelyn Goh mendefinisikan hedging sebagai satu set strategi yang

bertujuan untuk menghindari (atau direncanakan sebagai suatu hal yang

kebetulan) sebuah situasi dimana negara tidak dapat memutuskan untuk

melakukan alternatif selain balancing, bandwagoning atau bersikap netral.48

Sebaliknya negara memilih berada di tengah-tengah atau menghindari untuk

memilih berada disisi lainnya. Hal ini seperti ditegaskan Goh dalam

Understanding ’Hedging’ in Asia-Pasific Security49, menjelaskan konsep hedging

sebagai:

”a set of strategies aimed at avoiding (or planning for contingencies

in) a situation in which states cannot decide upon more

straightforward alternatives such as balancing, bandwagoning, or

neutrality. Instead they cultivates a middle position that forestalls or

avoids having to choose one side [or one straightforward policy

stance]”

Goh melalui studinya berargumen bahwa perilaku hedging di Asia

Tenggara terdiri dari tiga elemen.50 Elemen pertama yaitu indirect balancing (soft

balancing), dalam hal ini negara membujuk negara-negara kuat lainnya, seperti

Amerika Serikat untuk mengimbangi pengaruh regional Tiongkok. Menurut Goh

47 Brock F. Tessman, “System Structure and State Strategu: Adding Hedging to the

Menu.” (Routledge Taylor&Francis Group XI(21): 2012), 195. 48 Evelyn Goh, “Meeting the China Challenge: The U.S. in Souhteast Asia Regional

Security Strategies.” (Washington: East West Center : 2005), 2. 49 Evelyn Goh, “Understanding “hedging” in Asia-Pasific Security” (Pacific Forum CSIS:

Honolulu, Hawai : . 31 Agustus 2006), 1. 50 Evelyn Goh, “Meeting the China Challenge: The U.S. in Souhteast Asia Regional

Security Strategies.” (Washington: East West Center : 2005), 3-4.

Page 37: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

26

Indirect balancing merupakan kebijakan yang diciptakan untuk menghadapi

kemampuan negara lawan dengan membatasi sebuah negara, baik itu dilakukan

melalui nonspesific deterrence, penguatan pertahanan, maupun membangun

hubungan diplomatik, ekonomi, dan politik dengan negara ketiga, atau organisasi

yang dapat menjadi pendukung negara ketika hubungan dengan lawan menjadi

buruk.51

Kedua, hedging memerlukan engagement yang komplek dengan Tiongkok

pada tingkat politik, ekonomi, dan militer dengan harapan pemimpin Tiongkok

dapat dipengaruhi atau disosialisasikan untuk mematuhi peraturan dan norma-

norma internasional. Dalam hal ini, kebijakan engagement dapat dipahami sebagai

sebuah constructive hedge yang menentang agresivitas dominasi potensial

Tiongkok. Kebijakan engagement berusaha mengembangkan ikatan politik dan

ekonomi dengan sebuah negara dan membawanya pada masyarakat internasional,

sehingga mengubah preferensi dan aksi para pemimpin pada kecenderungan yang

lebih damai.52

Ketiga, hedging merupakan sebuah kebijakan umum akan enmeshing

(mengumpulkan) kekuatan besar di regional dalam rangka mendirikan sebuah

stabilitas tatanan regional. Semua pemikir mengatakan bahwa Asia Tenggara

melakukan hedging terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu dominasi atau

hegemoni Tiongkok, penarikan diri Amerika Serikat dari kawasan ini, dan

ketidakstabilan tatanan di kawasan. Sebagian besar negara di kawasan Asia

51 Evelyn Goh, “Understanding “hedging” in Asia-Pasific Security” (Pacific Forum CSIS:

Honolulu, Hawai : 31 Agustus 2006), 2. 52 Johnston dan Ross (1999) dalam Kong dalam Evelyn Goh. “Meeting the China

Challenge:The U.S. in Souhteast Asia Regional Security Strategies”, (Washington: East West Center: 2005), 3.

Page 38: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

27

Tenggara tidak mempunyai pilihan untuk melakukan balancing atau

bandwagoning terhadap negara yang lebih kuat.53

Di Asia Tenggara, ada konsensus dikalangan analis bahwa subregion

mengadopsi strategi kembar hedging berupa engagement dengan Tiongkok di satu

sisi, dan di sisi lain melakukan soft balancing menentang potensial agresi

Tiongkok atau gangguan status quo. Strategi yang terakhir tidak hanya mencakup

akuisisi dan moderninasi militer, tapi juga sebagai upaya untuk menjaga AS tetap

terlibat dikawasan tersebut sebagai penyeimbang terhadap kekuatan China.54

Sebuah negara yang dapat melakukan hedging (hedger) secara kuat adalah negara

yang mampu membangun dan mempertahankan hubungan strategis secara dekat

dengan dua kekuatan besar (Amerika Serikat dan Tiongkok) pada saat yang

bersamaan. Dikawasan Asia Tenggara negara hegder merasa lebih mampu

memengaruhi negara- negara lain di kawasan dibanding dengan Amerika Serikat

dan Tiongkok, maka dengan ini hedging akan terlihat semakin rumit. Tentu saja,

negara-negara besar akan saling mengawasi satu sama lain dan bertindak sebagai

deterrent dengan berani. Dalam pengertian ini, enmeshment merupakan hedging

terhadap kemungkinan persaingan kekerasan antara kekuasan besar di kawasan.

Tujuan dari strategi hedging berupa great power enmeshment tidak untuk

menghasilkan a multipolar balance of power dalam pengertian yang

konvensional, karena negara-negara besar yang terlibat disini tidak berada di

perserikatan yang sama. Strategi hedging bertujuan untuk memfasilitasi sebuah

53 Evelyn Goh, “Meeting the China Challenge: The U.S. in Souhteast Asia Regional

Security Strategies.” (Washington: East West Center : 2005), 2. 54 Johnston dan Ross (1999) dalam Kong dalam Evelyn Goh. “Meeting the China

Challenge:The U.S. in Souhteast Asia Regional Security Strategies”, (Washington: East West Center: 2005), 3.

Page 39: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

28

transisi yang pada dasarnya tidak mengganggu distribusi power di kawasan.

Tujuan ini berbeda dengan strategi balancing atau bandwagoning yang bertujuan

untuk mencegah transisi kekuasaan atau untuk mencapai hasil revisionis dalam

distribusi power. Amerika Serikat tidak akan berubah selama beberapa waktu

melalui perkembangan hubungan dengan Tiongkok yang stabil. Meski demikian,

Amerika Serikat tetap menjadi penyedia barang-barang keamanan bersama di

kawasan, memimpin dalam counterterrorism, antipiracy, antitrafficking serta

militer deterrence.

Goh menegaskan bahwa dalam menganalisa kondisi di Asia Tenggara,

strategi hedging lebih canggih dibanding balancing dan bandwagoning.55

Pasalnya, peran Amerika Serikat tetap dilihat sangat penting. Strategi hedging

merupakan representasi alternatif yang pragmatis signifikan yang dimaksudkan

untuk mencegah suatu destabilisasi power dan juga untuk mengambil keuntungan

dari negara tujuan. Strategi Hedging paling efektif dalam hubungan diplomatik,

aspek ekonomi dan militer dalam memperluas pengaruh Amerika Serikat di

kawasan Asia Tenggara.

Strategi Hedging ini sangat cocok dalam melihat hubungan Amerika

Serikat dan Tiongkok di kawasan Asia Tenggara, yaitu strategi yang

memungkinkan Amerika Serikat meningkatkan peran di kawasan Asia Tenggara

melalui kerjasma militer dengan Tiongkok. Melalui strategi ini Amerika Serikat

mendapatkan keuntungan dari hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Selain itu,

55 Evelyn Goh, “Understanding “hedging” in Asia-Pasific Security” (Pacific Forum CSIS:

Honolulu, Hawai : . 31 Agustus 2006), 1.

Page 40: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

29

Amerika Serikat dapat mengamati Tiongkok dari dekat sehingga dapat mencegah

ancaman serta menekan kekuatan Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai respon Amerika Serikat terhadap

kerjasama militer Thailand – Tiongkok pada tahun 2014, penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara

dan studi kepustakaan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami suatu

fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses

interaksi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.56 Dalam

penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan secara mendalam pola

hubungan antara variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi (respon Amerika

serikat) dengan variabel tidak terikat atau variabel yang mempengaruhi

(kerjasama militer Thailand – Tiongkok), serta interaksi sebab-akibat

antarvariabel untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam bentuk analisa

deskriptif. Dimana, penulis akan menjelaskan permasalahan dengan cara

menyusun, menggambarkan, menganalisis data yang telah diperoleh, dan menarik

kesimpulan.57

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah melalui

wawancara secara langsung dengan pihak terkait sebagai sumber data primer.

Pihak yang akan dijadikan sebagai narasumber utama adalah one government

officer di Thailand. Dalam melengkapi data, peneliti juga mengambil data dari

56Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995),

5. 57W. Lawrence Newman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches, (Boston: Pearson Education, Inc, 2003),71.

Page 41: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

30

dokumen-dokumen resmi mencangkup treaty kerjasama negara terkait sebagai

sumber data hukum primer dan studi pustaka sebagai sumber data sekunder dari

buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, dan surat kabar online, serta sumber-sumber lain

yang relevan. Setelah semua data terkumpul penulis akan mengklasifikasikannya

sesuai dengan pembahasan pada penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif atas penelitian

ini, keseluruhan isi penulisan ini dibagi menjadi 5 Bab, yakni Bab I, Bab II, Bab

III, Bab IV, dan Bab V. Dari bab-bab tersebut diuraikan kembali menjadi

beberapa sub bab yang diperlukan. Sistematika ini disusun berdasarkan urutan

langkah – langkah yang ditempuh dalam rangka penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar

belakang permasalahan, perntanyaan penelitian yang diajukan, tujuan dan manfaat

diadakannya penelitian ini, tinjauan pustaka, kerangka teori yang digunakan,

metode penelitian, dan sistematika dari penulisan penelitian ini.

BAB II POSISI STRATEGIS ASIA TENGGARA DAN KERJASAMA

MILITER AMERIKA SERIKAT – THAILAND SEBELUM KUDETA 2014.

Dalam bab ini akan diuraikan secara mendalam mengenai posisi strategis Asia

Tenggara bagi Amerika Serikat dan kerjasama militer Amerika Serikat – Thailand

sebelum kudeta 2014.

BAB III KERJASAMA MILITER THAILAND – TIONGKOK PASCA

KUDETA 2014. Bab ini menjelaskan mengenai kerjasama militer yang di jalin

oleh Thailand dengan Tiongkok pasca kudeta 2014. Kerjasama militer tersebut

Page 42: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

31

meliputi Joint Military Exercises dan Arms Transfers. Pada sub bab terakhir akan

dibahas mengenai dampak kerjasama militer Thailand – Tiongkok bagi Amerika

Serikat.

BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA

MILITER THAILAND – TIONGKOK. Bab ini merupakan bagian yang

mengkorelasikan antara BAB II dan BAB III. Pada bab ini, akan dipaparkan

mengenai respon Amerika Serikat terhadap kerjasama militer Thailand dengan

Tiongkok pada tahun 2014. Dengan kata lain, bab ini akan menganalisis dengan

menggunakan teori yang telah dipaparkan sebelumnya guna menjawab pertanyaan

penelitian.

BAB V PENUTUP. Dalam bab ini akan berisi kesimpulan akhir dari

penelitian yang dituliskan dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah

diajukan serta saran dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya.

Page 43: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

32

BAB II

POSISI STRATEGIS ASIA TENGGARA DAN KERJASAMA

MILITER AMERIKA SERIKAT – THAILAND SEBELUM KUDETA 2014

Tulisan pada bab ini akan memberikan penjelasan terkait posisi strategis

Asia Tenggara dan kerjasama militer Amerika Serikat dengan Thailand sebelum

kudeta 2014 secara menyeluruh. Dimulai dari perubahan fokus Amerika Serikat

ke kawasan Asia Tenggara dengan kebijakan Pivot to Asia. Pada bagian

selanjutnya, akan dilihat sejarah kerjasama militer Amerika Serikat dengan

Thailand sebelum kudeta 2014. Dengan penjelasan yang diurutkan secara

sistematis maka tujuan dari penulisan bab ini untuk memberikan gambaran

menyeluruh terkait penjelasan terkait posisi strategis Asia Tenggara dan

kerjasama militer Amerika Serikat dengan Thailand sebelum kudeta 2014

diharapkan dapat tercapai.

A. Posisi Strategis Asia Tenggara

Amerika Serikat mulai merubah fokus kebijakan luar negerinya dari

kawasan Trans-Atlantik dan Timur Tengah ke kawasan Asia. Hal ini ditandai

dengan pengambilan kebijakan Pivot Asia atau Rebalancing Asia oleh

pemerintahan Obama yang diperkenalkan oleh Hillary Clinton sebagai Menteri

Luar Negeri Amerika Serikat pada akhir tahun 2011.58 Perubahan orientasi ini

didorong oleh meningkatnya dinamika hubungan antara negara-negara di Asia

akibat peningkatan kemampuan militer.

58 Hillary Clinton, “America's Pacific Century, Foreign Policy”, 11 Oktober 2011. Tersedia

di http://foreignpolicy.com/2011/10/11/americas-pacific-century/, 28 April 2017.

Page 44: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

33

Kebijakan Pivot Asia diambil untuk mempertahankan kepemimpinan,

mengamankan kepentingan, dan mengembangkan nilai-nilai Amerika di kawasan

Asia. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan Asia yang cukup strategis

bagi Amerika Serikat dari sisi geopolitik, geostrategi, geoekonomi, maupun

geokultural.59 Hal ini ditandai dengan tingginya jumlah penduduk Asia Tenggara

yang mencapai 593 juta dengan Gross National Product (GNP) mencapai 700

milyar dolar pada 2010.60 Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, Asia

Tenggara dapat menjadi pasar yang luas bagi produk Amerika Serikat, termasuk

industri jasa maupun investasi.

Selain itu, Jalur laut atau Sea-lanes Asia Tenggara sangat strategis, Posisi

Asia Tenggara terbentang di persimpangan dua jalur laut terbesar di dunia.

Pertama adalah jalur Timur-Barat, yaitu jalur yang menghubungkan Samudera

Hindia dengan Samudera Pasifik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang

menghubungkan kawasan Asia Timur dengan Australia dan New Zealand serta

pulau disekitarnya.61 Tiga pintu masuk kawasan Asia Tenggara: Selat Malaka,

Selat Sunda dan Selat Lombok merupakan titik penting sebagai pos untuk

pergerakan kehadiran militer Amerika Serikat di Pasifik Barat dan Samudera

Hindia. Letak Asia Tenggara yang sangat strategis sangat penting bagi strategi

keamanan Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat memiliki

59 Donald E. Weatherbee, “International Relations in Southeast Asia: The Struggle for

Autonomy”, Second Edition, Rowman & Littlefield Publishers, Inc, (United States of America : 2009), 6.

60 Gavin W. Jones, The Population Of Southeast Asia, JY Pillay Comparative Asia Research Centre Global Asia Institute, (National University Of Singapore, January 2013),3.

61 Richard Sokolsky, Angel Rabasa, C.R. Neu., “The Role of Southeast Asia in U.S. Strategy Toward China”, (Santa Monica: Rand, 2000), 10.

Page 45: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

34

kepentingan-kepentingan untuk akses bebas dan terbuka di jalur di Asia Tenggara,

baik untuk kepentingan militer atau national security.

Namun, posisi Amerika Serikat mulai terancam sejak pengaruh Tiongkok

berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara.62 Amerika Serikat dan Tiongkok

merupakan dua kekuatan superpower dalam politik global, keduanya memiliki

pengaruh yang besar dalam segi ekonomi, politik, maupun militer di wilayah Asia

Tenggara.63 Amerika menganggap Tiongkok sebagai sumber ancaman karena

berbagai hal, mulai dari masalah persengketaan wilayah, budget militer yang tidak

transparan, hingga modernisasi militer yang mulai menunjukkan superioritas

terhadap militer negara lain.64

Tiongkok muncul dengan dorongan perdagangan dan investasi baru yang

mampu menguasai pasar Asia Tenggara.65 Perdagangan Tiongkok di wilayah Asia

Tenggara pada akhir 2009 mencapai 179 milyar US dolar.66 Selain itu, saat ini

kekuatan militer Tiongkok telah menjadi sorotan masyarakat internasional karena

mengalami revolusi yang cukup pesat dan berhasil menempati posisi ke 2 terbesar

62 Chandra Muzaffar, “The Relationship between Southeast Asia and the United State : A

Contemporary Analysis”, (Sosial Research; 2005), 910. 63 Donald E. Weatherbee, “International Relations in Southeast Asia: The Struggle for

Autonomy”, Second Edition, Rowman & Littlefield Publishers, Inc, (United States of America : 2009), 45.

64 Donald E. Weatherbee, “International Relations in Southeast Asia: The Struggle for Autonomy”, Second Edition, Rowman & Littlefield Publishers, Inc, (United States of America : 2009), 48-49.

65 “China embraces Southeast Asia with renewed trade, investment push as US turns

inward”, South China Morning Post 12 Desember 2016; tersedia di http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/2053920/china-embraces-southeast-asia-renewed-trade-investment, 17 April 2017.

66 “Hillary Clinton, AS Kembali Perkuat Hubungan Dengan ASEAN”, Tempo.co 22 Juli 2009; tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2009/07/22/118188400/hillary-clinton-as-kembaliperkuat-hubungan-dengan-asean, 17 April 2017.

Page 46: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

35

di dunia setelah Amerika Serikat.67 Faktor tersebut akhirnya mendorong Amerika

Serikat untuk lebih meningkatkan perannya di Asia Tenggara dengan cara

memperkuat aliansi dan peningkatan kehadiran militer di kawasan Asia Tenggara

agar dapat berjalan berdampingan untuk menjaga stabilitas kawasan.

B. Kerjasama Militer Amerika Serikat – Thailand Sebelum Kudeta

2014

Thailand merupakan salah satu negara aliansi yang sangat penting bagi

Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Hubungan bilateral kedua negara

sudah terjalin sejak penandatanganan perjanjian bilateral pada tahun 1833 dan

telah menjadi sekutu perjanjian formal sejak penandatanganan Pakta Manila pada

tahun 1954.68 Selain menjadi mitra perdagangan dan tempat investasi yang besar

untuk Amerika Serikat, dari segi kerjasama militer negara Thailand merupakan

akses utama bagi Amerika Serikat untuk mempertahankan posisi strategis di

kawasan Asia Tenggara.69 Thailand dapat digunakan Amerika Serikat sebagai

penghubung ke negara-negara yang tergabung dalam Association of South East

Asian Nations (ASEAN), karena Thailand berbatasan langsung dengan negara

Myanmar, Laos, Kamboja dan Malaysia.70

Hubungan bilateral kedua negara terjalin semakin erat pada tahun

1962 ketika Menteri Luar Negeri Thailand Thanat Khoman dan Menteri Luar

67 Tim Riset Global Future Institute (GFI), “Amerika Kuasai 42 Persen Seluruh Anggaran

Militer Dunia,” The Global Review, 7 Agustus 2009. Tersedia di http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=589&type=8, 25 April 2016.

68 US departement of state, “U.S. Relations With Thailand”, 24 januari 2017, tersedia di

https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2814.htm, 18 Februari 2017 69 Karl D. Jackson, Wiwat Mungkandi, “United States-Thailand relations”, Institute of

East Asian Studies, University of California, (Berkeley : 1986), 9. 70 Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 8.

Page 47: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

36

Negeri Amerika Serikat Dean Rusk sepakat untuk menjalin kerjasama militer

dengan menandatangani komunike bersama. Hal ini merupakan bentuk

kesepakatan untuk menjalin aliansi pertahanan dan keamanan antara kedua negara

yang berisi apabila sewaktu-waktu integritas wilayah Thailand terancam maka

Amerika Serikat bersedia membantu.71 Sejak saat itu, Thailand menjadi aliansi

yang solid untuk Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara. Aliansi antara

Amerika Serikat dan Thailand didirikan atas dasar kepentingan keamanan

bersama, sehingga Amerika Serikat percaya Thailand akan menjadi aliansi yang

kuat dan kerjasama yang terjalin akan saling menguntungkan.

Aliansi sendiri, Menurut Glenn H. Snyder “Alliances are formal

associations of states for the use (or nonuse) of military force, in specified

circumstances, against states outside their own membership”.72 Dengan kata lain

aliansi merupakan suatu kesepakatan formal antara negara dalam menggunakan

kekuatan militer (security issue) dalam keadaan tertentu untuk melawan negara-

negara diluar aliansinya atas dasar kepentingan bersama.

Joseph Nye, mendefinisikan aliansi sebagai “Formal or informal

arrangements between sovereign states, usually to ensure mutual security”,

yaitu kesepakatan formal atau non-formal antara negara dengan tujuan untuk

mempertahankan diri dari ancaman negara atau kekuatan lain.73 Aliansi yang

berbentuk formal merupakan aliansi yang ditandai dengan penandatangan

71 Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 6. 72 Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, (World Politics: Cambridge

University Press, 1948), Vol. 36, No. 4, 4. Terdapat di http://www.jstor.org/stable/2010183, diunduh pada 30 Mei 2016 73 Nye, Joseph, Understanding International Conflict, 7th, (Ed. New York: Pearson

Longman, 2009), 289.

Page 48: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

37

sebuah treaty yang dipublikasikan (publicly recognized), sedangkan aliansi

informal dapat dicapai melalui perjanjian secara rahasia antara kepala

negaranya. Adapun alasan untuk beraliansi, menurut Joseph Nye selain dibangun

atas alasan militer, juga dapat dibangun atas alasan nonmiliter seperti ideologi dan

ekonomi.

Pada tahun 2012 Amerika Serikat kembali memperkuat aliansi tersebut

sebagai bagian dari strategi Pivot Asia. Pada November 2012 Sekretaris

Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta pergi ke Bangkok untuk

mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk memperkuat aliansi

kedua negara di abad dua puluh satu ini.74 Mengingat bahwa dua area prioritas

untuk poros tersebut adalah untuk memperkuat aliansi bilateral Amerika dan

memperluas kehadiran militer AS di Asia, Panetta menyatakan bahwa

memperkuat hubungan militer Amerika Serikat dan Thailand sangat penting bagi

strategi penyeimbangan kembali.75

Kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bahwa aliansi Pertahanan

Amerika Serikat dan Thailand akan diperkuat dalam menangani ancaman

transnasional, menanggapi bencana alam, berkontribusi terhadap pemeliharaan

perdamaian global dan menangani masalah keamanan maritim.76 Komitmen

Amerika Serikat dalam menjalin kerjasama dengan Thailand dapat memperkuat

74 Nirmal Ghosh, “US-Thai security alliance revived”, Straits Times, 16 November 2012.

Terdapat di http://eresources.nlb.gov.sg/newspapers/digitised/issue/straitstimes20121116-1, 25 April 2017.

75 Nirmal Ghosh, “US-Thai security alliance revived”, Straits Times, 16 November 2012.

Terdapat di http://eresources.nlb.gov.sg/newspapers/digitised/issue/straitstimes20121116-1, 25 April 2017.

76 U.S. Department of Defense, “2012 Joint Vision Statement for the Thai-US Defense

Alliance”, 15 November 2012. Terdapat di http://www.defense.gov/releases/release.aspx?releaseid=15685, 25 April 2017.

Page 49: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

38

posisinya di Asia Tenggara dalam membendung niat diplomatik, ekonomi, dan

militer Tiongkok yang berkembang di kawasan ini.77 Hal ini dapat di capai oleh

kedua negara dengan memperkuat kerjasama keamanan.

Pada tahun 1982 Amerika Serikat dan Thailand membentuk program

pertahanan dan militer bernama Cobra Gold sebagai pilar kerjasama kedua

negara, program ini dirancang Amerika Serikat untuk menjamin perdamaian

regional serta memperkuat kemampuan angkatan bersenjata Thailand dalam

menghadapi ancaman regional.78

Selama beberapa dekade pertama Perang Dingin, Amerika dan Thailand

membentuk sebuah kemitraan strategis yang ketat untuk meliput penyebaran

komunisme di Asia. Thailand membantu Amerika Serikat dengan mengerahkan

lebih dari 12.000 tentara darat dalam konflik di Vietnam Selatan.79 Setelah

berakhirnya perang pada tahun 1975, A.S. menarik tentaranya dari Thailand

namun kerja sama militer antara kedua negara tetap terjalin.

Thailand tetap menunjukkan komitmen aliansinya untuk Amerika Serikat

dengan berpartisipasi dalam Operasi Kebebasan Irak dan Afganistan pada tahun

1991, dimana pelabuhan dan lapangan terbang Thailand memainkan peran penting

dalam menjaga arus pasukan, Peralatan, dan persediaan senjata Amerika Serikat.80

77 Evelyn Goh, Great Powers and Hierarchical Order in Southeast Asia: Analyzing

Regional Security Strategies, (International Security, The MIT Press, 2008),133. 78

Derek S. Reveron, America’s Viceroys: The Military and U.S. Foreign Policy, (Palgrave

Macmillan: United State of America, 2004), 77. 79

“Thailand Involvement in Vietnam War”, 29 maret 2015, tersedia di

http://thevietnamwar.info/thailand-involvement-vietnam-war/, 1 Juni 2017 80 W Lohman, “Reinvigorating the U.S.–Thailand Alliance”, The Heritage Foundation:

Leadhership for America, 26 September 2011 , 2.

Page 50: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

39

Thailand mengirim 130 tenaga ahli untuk membangun landasan pacu di

Bagram Airfield Afghanistan dan sekitar 450 tenaga ahli untuk Karbala di Irak

selatan. Perdana menteri Thailand telah mengizinkan Amerika Serikat untuk

menggunakan U-Tapao Air Base sebagai logistik utama dan pengisian bahan

bakar untuk pesawat terbang Amerika Serikat menuju Irak dan Afghanistan.

Selain itu, Thailand telah mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Darfur

dan memberikan kontribusi kapal angkatan laut dalam upaya anti-pembajakan

internasional di Teluk Aden.81

Hubungan keamanan yang erat terus berlanjut antara Amerika Serikat

dengan Thailand. Sejak tahun 2001, Thailand telah memainkan peran yang lebih

penting dalam memfasilitasi jangkauan militer AS di wilayah Asia Tenggara.

Pada tahun 2003 Thailand kembali membantu Amerika Serikat dalam perang Irak.

Untuk mengapresiasi hal tersebut, pada tahun 2003 Presiden George W. Bush

menunjuk Thailand sebagai sekutu non-NATO utama yang membuat Thailand

menerima lebih banyak bantuan luar negeri Amerika Serikat yang meliputi

bantuan militer serta jaminan kredit untuk pembelian senjata canggih.82

Status tersebut membuat Thailand memenuhi syarat untuk pengiriman

prioritas pertahanan seperti bahan dan pembelian barang-barang tertentu yang

meliputi tangki uranium dalam skala besar. Selain itu, Thailand diizinkan untuk

menggunakan perangkat keras militer Amerika Serikat serta berpartisipasi dalam

81 W Lohman, “Reinvigorating the U.S.–Thailand Alliance”, The Heritage Foundation:

Leadhership for America, 26 September 2011 , 3. 82 Kerry Gershaneck, “Set the US-Thailand relationship right”, Pacific Forum CSIS,

Honolulu, Hawaii, PacNet No.16, 13 Februari 2017

Page 51: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

40

penelitian, pengembangan pertahanan, dan mendapatkan keuntungan dari program

jaminan pinjaman pemerintah Amerika Serikat dalam mengekspor senjata.83

Disisi lain, hubungan keamanan yang sangat bermanfaat antara kedua

negara meliputi program International Military Education and Training (IMET)

dan program Foreign Military Financing (FMF).84 Military Education and

Training (IMET) merupakan program yang didanai oleh Departemen Luar Negeri

Amerika Serikat, program ini memberikan hibah untuk petugas dan pejabat sipil

negara-negara aliansi untuk belajar di Amerika Serikat dan menerima pelatihan

tambahan, tidak hanya mempelajari strategi dan taktik militer, tetapi juga

mempelajari aturan hukum, hubungan sipil dengan militer, dan prinsip-prinsip

demokrasi. Program ini berupaya untuk memperkuat militer Thailand dalam

mempelajari nilai-nilai universal tentang hak asasi manusia.

Program ini telah memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan

personil militer Thailand.85 Program Foreign Military Financing (FMF) telah

memberikan kesempatan luas untuk kerjasama antara Amerika Serikat dan

Thailand dalam bidang militer.86 Thailand merupakan salah satu negara terbesar

yang mengekspor peralatan militer dari Amerika Serikat. Thailand membeli

helikopter Black Hawk dan F-16 upgrade tempur dengan kontrak yang sangat

83 Evelyn Goh, Great Powers and Hierarchical Order in Southeast Asia: Analyzing

Regional Security Strategies, (International Security, The MIT Press, 2008),135. 84 Kerry Gershaneck, “Set the US-Thailand relationship right”, Pacific Forum CSIS,

Honolulu, Hawaii, PacNet No.16, 13 Februari 2017 85 U.S. Department of Defense, Security Cooperation Agency,“International Military

Education and Training (IMET)”. Tersedia di http://www.dsca.mil/programs/international-military-education-training-imet, 20 April 2017

86 U.S. Department of Defense, Security Coorperation Agency, “Foreign Military Financing (FMF)”. Tersedia di http://www.dsca.mil/programs/foreign-military-financing-fmf, 20 April 2017

Page 52: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

41

menguntungkan bagi Amerika Serikat, terutama dengan membeli 12 pesawat

tempur Gripen dan AWACS dari Swedia Saab.87

Selanjutnya, kedua negara secara aktif bekerjasama dalam penegakan

hukum di kawasan Asia Tenggara dengan memerangi perdagangan narkotika,

perdagangan manusia, senjata pemusnah masal, dan terorisme. Sebagai langkah

untuk mensukseskan hal tersebut, Amerika Serikat memberikan bantuan dana

untuk mendirikan akademi penegakan hukum internasional di Bangkok.88 Selain

itu, Amerika Serikat mendorong partisipasi Thailand dalam kelompok Patroli

Selat Malaka, koalisi ad hoc dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia untuk

mencegah pembajakan dan terorisme di sekitar Selat Malaka.

Sejak Thailand menjadi anggota kelompok, daerah Selat malaka mencapai

tingkat hampir nol insiden dalam hal pembajakan dan terorisme yang ditandai

dengan penangkapan Victor Bout di Bangkok pada tahun 2008 yang merupakan

pedagang senjata internasional.89 Selain itu, pada tahun 2008 Hubungan Amerika

Serikat dengan Thailand diperkuat dengan usaha bersama dalam menangani

Perang Korea dan Perang Vietnam. Thailand mengirim lebih dari 6.500 tentara

untuk bertugas dalam Komando PBB dalam perang Korea, kemudian selama

87 W Lohman, “Reinvigorating the U.S.–Thailand Alliance”, The Heritage Foundation:

Leadhership for America, 26 September 2011 , 3. 88 Lewis M. Stern, “Diverging Roads: 21st century U.S.-Thai Defense Relations”, Institute

for National Strategic Studies National Defense University, (Strategic Forum : Juni 2009), 5. 89 Catherine Zara Raymond, “Piracy and Armed Robbery in the Malacca Strait: A Problem

Solved?” Naval War College Review, Vol. 62, No. 3 (Summer: 2009). Tersedia di http://www.usnwc.edu/getattachment/7835607e-388c-4e70-baf1-b00e9fb443f1/Piracy-and-Armed-Robbery-in-the-Malacca-Strait—A-, 18 April 2017

Page 53: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

42

Perang Vietnam sekitar 50.000 tentara Amerika Serikat berada di wilayah

Thailand.90

Adapun pilar kerjasama militer dan pertahanan yang menjadi

kebanggaan kedua negara adalah program Cobra Gold yang sudah di resmikan

sejak tahun 1982.91 Dari tahun ke tahun program ini selalu memberikan dampak

positif bagi Amerika Serikat maupun Thailand.92 Pada awalnya program Cobra

Gold hanya melibatkan Amerika Serikat dan Thailand, namun seiring

perkembangannya pada tahun 2011 Jepang, Korea Selatan, Singapura, Indonesia,

dan Malaysia mulai bergabung sebagai peserta penuh.

Program Cobra Gold terdiri dari patroli gabungan jalur laut penting,

misi non-combat, serta bantuan bencana seperti bantuan untuk tsunami di

Samudera Hindia tahun 2004 dan Topan Nargis di Burma tahun 2008.93 Selain itu,

sejak tahun 1995 Cobra Gold membentuk Cooperation Afloat Readiness and

Training (CARAT).94 CARAT merupakan latihan militer multinasional tahunan

bersama yang diikuti oleh negara-negara kawasan Asia Tenggara, pada setiap

90 Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 6. 91 Derek S. Reveron, America’s Viceroys: The Military and U.S. Foreign Policy, (Palgrave

Macmillan: United State of America, 2004), 77. 92 Pavin Chachavalpongpun, “ The Dilemma Confronting the U.S.-Thailand Relationship”,

The National Bureau of Asian Research, NBR Analysis Brief, 20 April 2016. 93 Lewis M. Stern, “Diverging Roads: 21st century U.S.-Thai Defense Relations”, Institute

for National Strategic Studies National Defense University, (Strategic Forum : Juni 2009), 5. 94 “Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT)”, 28 Juni 2014. Tersedia di

http://www.globalsecurity.org/military/ops/carat.htm, diunduh pada 24 April 2016.

Page 54: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

43

tahunnya Thailand menjadi tuan rumah latihan perang ini dengan menerima

pasokan senjata dan peralatan logistik militer dari Amerika Serikat.95

Program CARAT terus berlangsung dengan agenda latihan militer di tahun

2014. Namun, Kudeta Thailand yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2014 membuat

Amerika Serikat secara sepihak membatalkan pelatihan militer tahunan bersama

Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) AS-Thailand pada tanggal

24 Mei 2014 sebagai bentuk kekecewaan Amerika Serikat terhadap kudeta yang

terjadi.96

Amerika Serikat sangat mengecam kudeta tersebut, karena menurut hukum

Amerika Serikat sanksi akan diberlakukan jika negara penerima bantuan militer

Amerika dinilai telah mengalami kudeta.97 Oleh karena itu, Kementerian luar

negeri Amerika Serikat mendesak junta militer agar segera melakukan pemulihan

pemerintahan sipil untuk kembali ke sistem demokrasi dengan menghormati hak

asasi manusia yang mencerminkan kehendak rakyat.98

Selain membatalkan pelatihan militer tahunan bersama Cooperation Afloat

Readiness and Training (CARAT) AS-Thailand, Amerika Serikat pun

95 Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN Navies”,

07 Mei 2015. Tersedia di The Diplomat http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-military-exercises-with-asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

96 “US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News 24 Mei 2014. Tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-coup-in-thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, diunduh pada 26 September 2016.

97 Zeke J Miller, “U.S. Condemns Thai Takeover As a Coup, Leaving Aid in Question”, Time 22

Mei 2014. tersedia di http://time.com/109601/us-thailand-coup/, diunduh pada 26 September 2016. *Dalam pengaplikasiannya Amerika Serikat tidak selalu memberlakukan pola yang sama terhadap negara yang mengalami kudeta, lihat pada http://wcfia.harvard.edu/files/wcfia/files/soestwahman2015.pdf.

98John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington, DC,

U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada September 2016.

Page 55: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

44

mengasingkan Angkatan Laut Kerajaan Thailand (RTN) dari Lingkaran Pasifik

(RIMPAC) 2014 latihan perang maritim terbesar di dunia yang diselenggarakan

oleh Armada Pasifik AS di Hawaii.99

Amerika Serikat juga menarik dana bantuan militer untuk Thailand selama

keadaan politik Thailand belum pulih.100 Amerika Serikat menahan bantuan

militer dan keamanan sebesar 4,7 juta US dolar kepada Thailand.101 Biaya

tersebut meliputi Pembiayaan Militer Asing yang digunakan untuk akuisisi

peralatan, layanan pelatihan pertahanan, pendidikan dan pelatihan militer

internasional, serta dana pemeliharaan perdamaian.

Amerika Serikat menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan terus

berlangsung sampai kekacauan akibat kudeta militer tersebut teratasi dan kondisi

di Thailand kembali normal. Disisi lain, sebagai negara aliansi Amerika Serikat,

Thailand sangat menyayangkan kebijakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Kudeta yang terjadi di Thailand berawal pada tahun 2013, dimana masyarakat

Thailand melakukan unjuk rasa selama berbulan-bulan di Bangkok dengan

menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra untuk mengundurkan diri.

Pemerintahan pimpinannya dianggap dikendalikan oleh saudaranya, mantan

99 Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN Navies”,

07 Mei 2015. Tersedia di The Diplomat http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-military-exercises-with-asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

100 “US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News 24 Mei 2014. Tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-coup-in-thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, diunduh pada 26 September 2016.

101 “US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News 24 Mei 2014. Tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-coup-in-thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, diunduh pada 26 September 2016.

Page 56: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

45

Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dan dianggap tidak dapat menuntaskan

krisis politik yang melanda Thailand selama enam bulan belakangan.102

Pada tanggal 20 Mei 2014 militer menyatakan kondisi darurat di Thailand.

Namun, saat itu militer menegaskan keadaan darurat itu bukanlah sebuah kudeta.

Saat kondisi darurat diumumkan, ribuan tentara didukung persenjataan dan

kendaraan tempur disebar ke lokasi-lokasi vital, seperti pusat-pusat

perekonomian, stasiun televisi, dan kawasan-kawasan perhotelan. Namun, selang

dua hari kemudian pada tanggal 22 Mei 2014 pimpinan Angkatan Darat, Jenderal

Prayuth Chan-ocha melakukan kudeta dengan menggulingkan pemerintahan

Perdana Menteri Yingluck Shinawatra karena dianggap tidak dapat menjalankan

tugasnya dengan baik.103

Peristiwa Kudeta ini membuat hubungan antara Amerika Serikat dengan

Thailand memburuk sampai mengganggu hubungan pertahanan, perdagangan, dan

investasi kedua negara.104 Akibatnya, kebijakan Pivot Asia yang di usung oleh

pemerintahan Obama pun mengalami kemunduran. Hal ini sangat di sayangkan

karena Thailand merupakan sekutu tertua Amerika di wilayah Asia sejak

penandatanganan perjanjian bilateral pada tahun 1833 dan telah menjadi sekutu

perjanjian formal sejak penandatanganan Pakta Manila pada tahun 1954.105

102 Angga Mahaputra, “Anti-Militer Thailand Berdemo Pulihkan Demokrasi”,

http://news.okezone.com/read/2014/06/24/411/1003491/anti-militer-thailand-berdemo-pulihkan-demokrasi , 22 Maret 2017.

103John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington, DC,

U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada September 2016.

104 Emma, Ben dan Wil, Thailand: Background and U.S. Relations, (Report Congressional

Research Service, 2015), 1. 105 US departement of state, “U.S. Relations With Thailand, 24 januari 2017, tersedia di

https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2814.htm, 18 Februari 2017

Page 57: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

46

Melihat kerenggangan hubungan kedua negara aliansi yang terjadi antara

Amerika Serikat dan Thailand, Tiongkok mulai mengambil keuntungan dengan

menawarkan kerjasama militer dengan Thailand. Tiongkok menawarkan sejumlah

besar bantuan militer, pendidikan, pelatihan dan peralatan militer kepada

Thailand.106

106 “Tiongkok is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014.

Tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/Tiongkok-is-a-big-winner-fromthailands-coup/, diunduh pada 27 September 2016

Page 58: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

47

BAB III

KERJASAMA MILITER THAILAND – TIONGKOK PASCA KUDETA

2014

Dalam bab III skripsi ini akan memberikan penjelasan mengenai

kerjasama militer antara Thailand dan Tiongkok pada tahun 2014, khususnya

pasca kudeta militer Thailand. Dimana kerjasama ini dapat merugikan

kepentingan Amerika Serikat yang merupakan aliansi Thailand di kawasan Asia

Tenggara. Pada bagian awal akan membahas mengenai analisis peningkatan

hubungan bilateral antara Thailand dan Tiongkok yang berkembang pesat dalam

bidang militer. Pada bagian selanjutnya akan di jelaskan lebih spesifik mengenai

bentuk kerjasama militer yang dilakukan oleh Tiongkok dan Thailand. Pada

bagian akhir, akan dipaparkan mengenai dampak semakin dekatnya hubungan

antara Thailand dengan Tiongkok terhadap kepentingan Amerika Serikat di

kawasan Asia Tenggara.

A. Peningkatan Hubungan Bilateral Thailand - Tiongkok

Hubungan bilateral antara Thailand dan Tiongkok terjalin semakin erat

pasca kudeta Thailand pada tahun 2014.107 Menanggapi kudeta yang terjadi,

Tiongkok menekankan bahwa negaranya tidak akan melakukan intervensi

terhadap politik Thailand. Tiongkok akan memberikan dukungan politik dan

tetap meningkatkan hubungan di semua tingkat. Selain itu, Tiongkok telah

107 Lehmann, Christof, China-Thailand Military Exercise Launched Against Backdrop of

US-China Confrontation, (Global Research: nsnbc International, 22 May 2016).

Terdapat di http://www.globalresearch.ca/china-thailand-military-exercise-launched-against-

backdrop-of-us-china-confrontation/5526649, diunduh pada 28 Mei 2017.

Page 59: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

48

sepakat untuk membantu memperbaiki keamanan nasional Thailand.108 Hubungan

hangat antara Tiongkok dan Thailand terlihat sangat kontras dengan hubungan

Thailand dan Amerika Serikat yang mengalami ketegangan pasca kudeta 2014.

Amerika Serikat sangat mengecam peristiwa kudeta yang terjadi, oleh karena itu

Tiongkok mulai memanfaatkan keadaan dengan menawarkan kerjasama militer

kepada Thailand.109 Langkah Tiongkok ini bertujuan untuk meningkatkan

pengaruhnya di wilayah Asia Tenggara. Tiongkok ingin menunjukan bahwa

negaranya memiliki kemampuan untuk membantu kawasan dan menggalang

kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara seperti Amerika Serikat.110

Kedekatan antara Thailand dan Tiongkok semakin terlihat ketika kedua

negara merayakan ulang tahun keempat puluh terjalinnya hubungan diplomatik

pada 1 Juli 2015.111 Hubungan bilateral Thailand dan Tiongkok dalam segi

politik, perdagangan,investasi dan militer telah mengalami pertumbuhan yang

cukup kuat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Thailand saat ini adalah mitra

terdekat Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.

Posisi Tiongkok secara perlahan menggeser Amerika Serikat sebagai

mitra terdekat Thailand dalam bidang militer karena pada periode yang sama,

hubungan aliansi Amerika Serikat dan Thailand dengan cepat mencapai titik

108 Wassana Nanuam and Patsara Jikkham, “Thailand, China bolster military ties as US

relations splinter”, Bangkok Post 6 Februari 2015, tersedia di

http://www.bangkokpost.com/print/468332/, diunduh pada 25 Agustus 2017. 109 “China is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014, tersedia

di http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/china-is-a-big-winner-fromthailands-coup/, diunduh pada 27 September 2016

110 “China is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014, tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/china-is-a-big-winner-fromthailands-coup/, diunduh pada 27 September 2016

111 Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing, Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 1.

Page 60: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

49

terendah dan tidak mungkin membaik selama tentara mempertahankan

kekuasaan.112Junta militer Thailand, Prayuth Chan-Ocha telah menyatakan

apresiasinya terhadap Tiongkok yang selalu mendukung Thailand setelah hampir

satu dekade terjadi kekacauan politik.113

Junta militer Thailand, Prayuth Chan-Ocha yakin bahwa menjalin

kerjasama dengan Tiongkok dapat membawa pengaruh positif bagi Thailand

karena saat ini Tiongkok merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang

memiliki peran penting dalam tatanan global.114 Dalam beberapa tahun terakhir,

Tiongkok telah menjadi salah satu negara yang pengaruhnya patut diperhitungkan

baik dalam skala regional maupun global.115 Aspek politik, ekonomi, dan militer

menjadi fokus Tiongkok untuk menunjukan ambisinya sebagai kekuatan adidaya

global baru.

Kemampuan Tiongkok untuk tampil sebagai aktor superpower global abad

XXI dapat dibuktikan dengan adanya fakta kehadiran Tiongkok sebagai aktor

ekonomi terbesar dunia (world’s largest economy), aktor berpengaruh dalam

politik internasional (the influential actor in international politics), serta aktor

militer kuat (strong military actor) yang tidak dapat terbantahkan.116

112Pavin Chachavalpongpun, “The Dilemma Confronting the U.S.-Thailand Relationship”,

The National Bureau of Asian Research, NBR Analysis Brief, 20 April 2016. 113Wassana Nanuam and Patsara Jikkham, “Thailand, China bolster military ties as US

relations splinter”, Bangkok Post 6 Februaryi2015, tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/468332/, diunduh pada 25 Agustus 2017.

114Evelyn Goh, Great Powers and Hierarchical Order in Southeast Asia: Analyzing Regional Security Strategies, (International Security, The MIT Press, 2008), 114.

115 Wuryandari, Ganewati, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 8.

116 Roy, D,China's Foreign Relations, (London: Macmillan Press LTD, 1998), 47.

Page 61: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

50

B. Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Pasca Kudeta 2014

Disaat hubungan militer Amerika Serikat dan Thailand memburuk,

kerjasama pertahanan antara Thailand dan Tiongkok justru berkembang pesat.

Menjalin kerjasama dalam bidang militer merupakan bentuk kesungguhan

Tiongkok dalam berpartisipasi mewujudkan stabilitas keamanan global dan

mengamankan kepentingan nasionalnya.117

Berbagai kerjasama militer dibangun Tiongkok baik secara bilateral

maupun multilateral. Di kawasan Asia Tenggara, Tiongkok berusaha untuk

mengajak Thailand agar menjadi mitra militernya dalam penguatan dan

pengembangan pendidikan serta teknologi militer.118 Selain itu, Thailand

merupakan negara tujuan ekspor senjata militer Tiongkok. Thailand dan Tiongkok

meningkatkan kerjasama militernya melalui peningkatan intensitas kunjungan

militer, pertukaran informasi, pelatihan bersama dan kerjasama terkait peralatan

serta teknologi militer.119 Pada 11-13 Juni 2014 pimpinan militer Thailand

berkunjung ke Beijing untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dalam urusan

militer, pelatihan, dan pengembangan persenjataan dengan Tiongkok.120 Jenderal

Prayuth Chan-ocha mengumumkan bahwa saat ini Thailand merupakan mitra

117 Yasuhiro, M, China's Military Diplomacy, (Tokyo: NIDS Security Report, 2014). 118“Caught in the middle of a US-China arms wrestle”, Bangkok Post 15 November 2015,

tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/765112/, diakses pada 26 september 2016. 119“Caught in the middle of a US-China arms wrestle”, Bangkok Post 15 November 2015,

tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/765112/, diakses pada 26 september 2016. 120 China is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014,tersedia di

http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/china-is-a-big-winner-from-thailands-coup/, diunduh

pada 27 September 2016

Page 62: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

51

China dalam setiap tingkat.121 Selain itu, kerjasama militer yang terjalin antara

Thailand dan Tiongkok merupakan upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan

menjalin persahabatan yang saling menguntungkan diantara kedua negara.

Pada 5-7 Februari 2015 Menteri Pertahanan Tiongkok, Chang Wanquan

mengunjungi Thailand. Ia menyatakan ketertarikan Tiongkok untuk bekerjasama

dengan Thailand dalam bidang militer. Tiongkok setidaknya memiliki dua objek

kerjasama militer, pertama melakukan pelatihan dan penguatan unit militer.

Kedua, penguatan kerjasama dalam bidang senjata dan teknologi militer.122 Hal

ini direalisasikan Tiongkok dengan meningkatkan kerjasama militer bersama

Thailand dalam bentuk Joint Military Exercise dan Arms Transfers.

B.1 Joint Military Exercise

Joint Military Exercise merupakan latihan militer gabungan antara negara

yang digunakan sebagai alat diplomasi militer untuk mempererat hubungan

bilateral. Dalam hal ini, Tiongkok menggunakan Joint Military Exercise sebagai

sarana untuk meningkatkan rasa saling percayadengan Thailand. Adapun tujuan

dari Joint Military Exercise adalah untuk membantu dalam menghasilkan

pemahaman antar negara yang terlibat dalam hal profesionalisme dalam

bekerjasama.123 Latihan gabungan ini menghasilkan interaksi yang lebih besar

121 “China is a big winner from Thailand’s coup”, East Asia Forum 18 juni 2014, tersedia di

http://www.eastasiaforum.org/2014/06/18/china-is-a-big-winner-from-thailands-coup/, diunduh

pada 27 September 2016. 122 Wassana Nanuam and Patsara Jikkham, “Thailand, China bolster military ties as US

relations splinter”, Bangkok Post 6 Februari 2015. Tersedia di

http://www.bangkokpost.com/print/468332/, diunduh pada 25 Agustus 2017. 123 “China, Thailand air forces to hold joint exercise”,

tersedia di http://www.trtworld.com/asia/china-thailand-air-forces-to-hold-joint-exercise-10927, diakses pada 28 Mei 2017.

Page 63: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

52

antar negara, sehingga dapat menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran di antara

mereka.

Secara strategis, Joint Military Exercise ini dapat meningkatkan kerjasama

antara Tiongkok dan Thailand, karena berpotensi untuk memperluas kerjasama di

area lain, terutama yang berkaitan dengan teknologi, sumber daya manusia,

pendidikan maupun ekonomi. Terdapat beberapa bentuk dari Joint Military

Exercise yang dilakukan oleh Tiongkok dan Thailand pasca kudeta 2014.

Pertama, Falcon Strike 2015 yang merupakan latihan angkatan udara bersama

untuk pertama kalinya antara Thailand dan Tiongkok. 124 Latihan angkatan udara

ini berlangsung pada 12 – 30 November 2015 di Pangkalan Angkatan Udara

Thailand. Terdapat 180 perwira dan pilot Tiongkok yang berpartisipasi penuh

dalam latihan militer kedua negara.125

Gambar III.B.1.1 Falcon Strike 2015

Sumber :Alert 5, Military Aviation News, 16 November 2015.126

124“Caught in the middle of a US-China arms wrestle”, Bangkok Post 15 November 2015,

tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/765112/, diakses pada 26 september 2016. 125“Caught in the middle of a US-China arms wrestle”, Bangkok Post 15 November 2015,

tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/765112/, diakses pada 26 september 2016. 126“Photos from the opening ceremony of Exercise Falcon Strike 2015”, Alert 5, Military

Aviation News 16 November 2015, tersedia di

http://alert5.com/2015/11/16/photos-from-the-opening-ceremony-of-exercise-falcon-

strike-2015/, diakses pada 1 Juni 2017.

Page 64: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

53

Dalam latihan angkatan udara ini, lima pesawat militer Thailand dan

Tiongkok melakukan akrobat udara bersama dengan ketinggian sekitar 3.000 kaki

atau 900 meter di atas permukaan tanah Pangkalan Angkatan Udara Thailand dan

sekitar 260 kilometer atau 160 mil timur laut wilayah Bangkok.127Selain itu,

Tiongkok akan menampilkan armada August First, yang melibatkan enam

pesawat tempur J10 dan pesawat cadangan lainnya, sementara angkatan udara

Thailand akan menerbangkan Gripens dan F16-nya.128

Adapun tujuan dari Falcon Strike 2015 adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja operasi udara taktis kedua negara dan terjalinnya hubungan

yang harmoni antara pasukan Angkatan Udara Thailand dan Tiongkok.129

Menurut Bhanupong Seyayongka, Direktur Operasi Angkatan Udara Kerajaan

Thailand, kegiatan ini dilakukan sebagai simbol keakraban kedua Negara.130

Sementara, Shen Jinke, Menteri Pertahanan Tiongkok mengatakan bahwa latihan

bersama inidilakukan agar kedua negara dapat saling belajar serta memahami

angkatan udara masing-masing negara, memperdalam kerja sama praktis antara

Thailand dan Tiongkok. Selain itu, latihan ini dapat meningkatkan kepercayaan

dan mempererat persahabatan.131

127“Tiongkok, Thailand joint air force exercise highlights warming ties”, Reuters News

Maps 24 November 2015, tersedia di http://www.reuters.com/article/us-Tiongkok-thailand-military-idUSKBN0TD0B120151124, diakses pada 26 September 2016.

128“Tiongkok, Thailand joint air force exercise highlights warming ties”, Reuters News Maps 24 November 2015, tersedia di http://www.reuters.com/article/us-Tiongkok-thailand-military-idUSKBN0TD0B120151124, diakses pada 26 September 2016.

129“China, Thailand air forces to hold joint exercise”, tersedia dihttp://www.trtworld.com/asia/china-thailand-air-forces-to-hold-joint-exercise-10927, diakses pada 28 Mei 2017.

130“Tiongkok, Thailand joint air force exercise highlights warming ties”, Reuters News Maps 24 November 2015. Tersedia di http://www.reuters.com/article/us-Tiongkok-thailand-military-idUSKBN0TD0B120151124, diakses pada 26 September 2016.

131 “China, Thailand air forces to hold joint exercise”, tersedia di

Page 65: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

54

Adapun Joint Military Exercise antara Thailand dengan Tiongkok Pasca

Kudeta 2014 yang kedua adalah Blue Strike 2016. Menteri Pertahanan Tiongkok,

Chang Wanquan menemui Jenderal Prayuth Chan-ocha pada 6 Februari 2015.

Dalam pertemuan tersebut, mengusulkan sebuah untuk mengadakan latihan

militer gabungan Blue Strike 2016. .132 Program Blue Strike merupakan latihan

angkatan laut bersama yang sudah pernah dilaksanakan oleh kedua negara pada

2010 dan 2012. Namun, khusus untuk Blue Strike 2016, Tiongkok ingin Angkatan

udara kedua negara ikut terlibat.133

Gambar III.B.1.2 Blue strike 2016

Sumber :Pattaya Daily News, 23 Mei 2016.134

Blue Strike 2016 berlangsung pada 22 Mei - 9 Juni 2016 di Pangkalan

Angkatan Laut Sattahip, Provinsi Chonburi Thailand. Terdapat lebih 295 marinir

http://www.trtworld.com/asia/china-thailand-air-forces-to-hold-joint-exercise-10927,

diakses pada 1 Juni 2017. 132Wassana Nanuam and Patsara Jikkham, “Thailand, China bolster military ties as US

relations splinter”, Bangkok Post 6 Februari 2015, tersedia di

http://www.bangkokpost.com/print/468332/, diunduh pada 25 Agustus 2017. 133“Blue Strike 2016 Sino-Thai marine exercise ends with success in Highlight”, Thai PBS

Reporters 11 Juni 2016, tersedia di http://englishnews.thaipbs.or.th/blue-strike-2016-sino-thai-marine-exercise-ends-success/, diakses pada 1 Juni 2017.

134“เปิดฝึกผสมกองทัพเรือไทย-จีน BLUE STRIKE 2016”, Pattaya Daily News, 23 Mei 2016,

tersedia di http://th.pattayadailynews.com/ -blue-strike-2016/, diakses pada 21 Mei 2017.

Page 66: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

55

Thailand dan 228 marinir Tiongkok yang berkontribusi dalam Blue Strike 2016.135

Hal tersebut membuat Blue Srike 2016 menjadi latihan gabungan terbesar antara

Thailand dan Tiongkok saat ini.

Blue Strike 2016 terdiri dari operasi laut dan darat bersama, pelatihan

gabungan anti-terorisme, pelatihan bertahan hidup melalui aksi lapangan maupun

seminar.136Fokus pada latihan gabungan ini adalah pelatihan taktis untuk unit

kecil, pelatihan ketahanan lapangan, pertarungan perkotaan, penembakkan

amunisi, mencari sasaran penting dan mendeteksi bahan peledak. Peralatan yang

digunakan dalam latihan ini adalah amunisi gabungan milik pasukan laut Thailand

dan Tiongkok yang didukung oleh tank serta pengangkut personel lapis baja.137

Pasukan gabungan ini ditugaskan untuk melakukan serangan serentak ke

basis teroris yang diduga memiliki senjata pemusnah massal. Pasukan gabungan

diperintahkan untuk menembakkan artileri dengan kekuatan 7,8 mm pada

target.138Kedua negara akan menggunakan kendaraan tempur amfibi lapis baja

Tiongkok ZBD-05 dan ZBD-07 yang mampu menghancurkan dasar tanah.139

135“China, Thailand Kick Off Military Exercise Blue Strike 2016”, The Diplomat 23 Mei

2016, terswdia di http://thediplomat.com/2016/05/china-thailand-launch-military-exercise-blue-

strike-2016/, diakses pada 5 Juni 2017. 136“Chinese marines arrive in Thailand for join training”, China Military News , tersedia di

http://english.chinamil.com.cn/news-channels/china-military-news/2016-05/20/content_7064675.htm, diakses pada 11 Juni 2017.

137“China, Thailand Kick Off Military Exercise Blue Strike 2016”, The Diplomat 23 Mei 2016, tersedia di http://thediplomat.com/2016/05/china-thailand-launch-military-exercise-blue-strike-2016/, diunduh pada 5 Juni 2017.

138 “Blue Strike 2016 Sino-Thai marine exercise ends with success in Highlight”, Thai PBS Reporters 11 Juni 2016, tersedia di http://englishnews.thaipbs.or.th/blue-strike-2016-sino-thai-marine-exercise-ends-success/, diakses pada 1 Juni 2017.

139 “Chinese marines arrive in Thailand for join training”, China Military News , tersedia di http://english.chinamil.com.cn/news-channels/china-military-news/2016-05/20/content_7064675.htm, diakses pada 11 Juni 2017.

Page 67: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

56

Adapun tujuan dari Blue Strike 2016 adalah memperkuat kerjasama militer

kedua negara, menawarkan kesempatan untuk belajar lebih banyak dari masing-

masing negara dengan bertukar pengetahuan dan pengalaman militer praktis.140

Selain itu, latihan gabungan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas militer

dalam memerangi terorisme dan menjaga keamanan regional. Menurut Kapten

Suthipong Anantachai, Wakil Direktur Latihan Blue Strike 2016,latihan kelautan

bersama antara Thailand dan Tiongkok ini bertujuan untuk membangun

persahabatan yang baik antara kedua negara dengan mengembangkan kerjasama

dalam misi militer dan kemanusiaan.141 Pihak Tiongkok, menginginkan Blue

Strike 2016 ini menjadi salah satu latihan gabungan militer utama antara Thailand

dan Tiongkok yang akan dilaksanakan setiap tahun seperti latihan militer Thailand

dengan Amerika Serikat yaitu Cobra Gold.142 Blue Strike 2016 ini berpotensi

akan menyaingi Cobra Gold di masa yang akan datang.

B.2 Arms Transfers

Arms transfer merupakan pengiriman senjata antar negara yang bertujuan

untuk penyebaran teknologi militer.143 Perdagangan senjata dalam beberapa

140“China, Thailand Kick Off Military Exercise Blue Strike 2016”, The Diplomat 23 Mei

2016, tersedia di http://thediplomat.com/2016/05/china-thailand-launch-military-exercise-blue-strike-2016/, diunduh pada 5 Juni 2017.

141“China, Thailand Kick Off Military Exercise Blue Strike 2016”, The Diplomat 23 Mei

2016, tersedia di http://thediplomat.com/2016/05/china-thailand-launch-military-exercise-blue-

strike-2016/, diakses pada 5 Juni 2017. 142“China & Thailand striking it ‘blue’”, Avation Defence Univers, tersedia di

http://www.aviation-defence-universe.com/china-thailand-striking-blue/, diakses pada 5 Juni 2017.

143 Gruselle, Bruno & Meur Le Perrine, “Technology Transfer and the Arms Trade Treaty – Issues and Perspectives”, (Fondation pour la Recherche Strategique: Paris, 2012), 5. Dalam skripsi Retno Ajiyastuti Ajiyastuti, Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama Militer Tiongkok-Rusia 2007-2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), 41.

Page 68: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

57

dekade terus meningkat karena banyaknya permintaan pasar yang ditandai dengan

pertumbuhan kompetisi dan kebutuhan konsumen karena adanya keinginan negara

untuk memajukan teknologi senjata militernya.144

Thailand merupakan negara tujuan ekspor senjata militer Tiongkok saat

ini. Perdagangan senjata antara Thailand dan Tiongkok menunjukkan adanya

kepercayaan strategis yang cukup tinggi diantara kedua negara. Terdapat beberapa

bentuk dari Arms Transfer yang dilakukan oleh kedua negara ini. Pertama, Main

Battle Tank atau MBT-3000. Pada bulan Mei 2016, Angkatan Darat Kerajaan

Thailand secara resmi menandatangani sebuah perjanjian untuk membeli tank

tempur MBT-3000 yang diproduksi oleh Tiongkok.145 Thailand menjadi

pelanggan ekspor pertama yang membeli tank ini. Kontrak tersebut berisi tentang

pembelian 28 unit tank tempur MBT-3000 yang bernilai sekitar $ 150 juta

dolar.146

MBT-3000 adalah tank tempur utama Tiongkok yang dikembangkan

khusus untuk ekspor. Keunggulan tank ini adalah memiliki sistem perlindungan

NBC yang dilengkapi dengan sistem pemadam api dan ledakan.147 MBT-3000

memiliki mesin yang dilengkapi dengan sistem penanggulangan pasif, sehingga

144 Gruselle, Bruno & Meur Le Perrine, “Technology Transfer and the Arms Trade Treaty

– Issues and Perspectives”, (Fondation pour la Recherche Strategique: Paris, 2012), 5. Dalam skripsi Retno Ajiyastuti Ajiyastuti, Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama Militer Tiongkok-Rusia 2007-2012, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), 41.

145“Confirmed: Thailand’s Military Wants a New Main Battle Tank”, The Diplomat 12

Februari 2016, tersedia di http://thediplomat.com/2016/02/confirmed-thailands-military-wants-

a-new-main-battle-tank/, diakses pada 2 Juli 2017. 146“Thailand Will Buy 10 More Tanks From China”, The Diplomat 4 April 2017, tersedia di

http://thediplomat.com/2017/04/thailand-will-buy-10-more-tanks-from-china/, diakses pada 2

Juni 2017. 147“MBT-3000”, Military Today, tersedia di

http://www.military-today.com/tanks/mbt_3000.htm, diakses pada 4 Juni 2017.

Page 69: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

58

dapat menghubungkan peringatan darurat untuk mengurangi kemungkinan

terkena senjata musuh. Selain itu, MBT-3000 menggunakan teknologi yang telah

terbukti hemat biaya.148

Gambar III. B.2.1 Main Battle Tank atau MBT-3000

Sumber : The Diplomat, 4 April 2017.149

Dengan adanya transaksi pembelian tank tempur MBT-3000 ini, hubungan

Thailand dan Tiongkok menjadi sangat intens. Tiongkok sangatmembantu dalam

menunjang persenjataan milik Thailand disaat Amerika Serikat sebagai aliansinya

justru meninggalkan Thailand karena peristiwa kudeta yang terjadi. Pada

akhirnya Thailand tidak lagi membutuhkan Amerika Serikat dalam menyediakan

persenjataan militer.

Arms Transfers antara Thailand dengan Tiongkok yang kedua adalah Yuan

class S26T submarine. Pada 1 Juli 2016, Angkatan laut Thailand menjalin

148“MBT-3000”, Military Today, tersedia di http://www.military-today.com/tanks/mbt_3000.htm, diakses pada 4 Juni 2017. 149“Thailand Will Buy 10 More Tanks From China”, The Diplomat 4 April 2017, tersedia di

http://thediplomat.com/2017/04/thailand-will-buy-10-more-tanks-from-china/, diakses pada 2 Juni 2017.

Page 70: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

59

kesepakatan untuk membeli kapal selam Yuan class S26T dari Tiongkok.150

Kesepakatan tersebut berisi tentang pembelian 3 unit kapal selam Yuan class

S26T dengan harga 12 miliar bath per unit.Ini merupakan kesepakatan senjata

terbesar antara kedua negara. Yuan class S26T memiliki ukuran Panjang kurang

lebih 78 meter dan lebar 9 meter yang dilengkapi dengan sistem teknologi AIP

(Air Independent Propulsion) terbaru. Teknologi tersebut memungkinkan kapal

untuk menyelam hingga 21 hari tanpa muncul ke permukaan.151 Kapal selam

Thailand akan digarap oleh Tiongkok Shipbuilding Industry Corporation yang

merupakan salah satu galangan kapal terbesar di Tiongkok.

Gambar III. B.2.2 Yuan class S26T submarine

Sumber : The Nation 23 maret 2017.152

Alasan Thailand menjalin kesepakatan untuk membeli kapal selam adalah

Royal Thai Navy (RTN) tidak ingin tertinggal dari negara-negara tetangganya.

150“Does Thailand Really Need Submarines?”, The Diplomat20 juli 2016, tersedia di

http://thediplomat.com/2016/07/does-thailand-really-need-submarines/, diakses pada 3 Juni

2017. 151 “PM confirms Thai Navy to get three Chinese submarines”, The Nation 23 March

2017, tersedia di http://www.nationmultimedia.com/detail/politics/30310014, diakses pada 3 Juni 2017.

152 “PM confirms Thai Navy to get three Chinese submarines”, The Nation 23 Maret 2017, tersedia di http://www.nationmultimedia.com/detail/politics/30310014, diakses pada 3 Juni 2017

Page 71: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

60

Beberapa anggota ASEAN yang merupakan mitra Thailand telah memiliki kapal

selam. Diantaranya,Singapura saat ini mengoperasikan enam kapal selam yang

diperbarui dan telah memesan dua kapal baru dari Jerman, Malaysia memiliki dua

kapal selam kelas Scorpene buatan Perancis, Vietnam telah menerima

pengirimanempat kapal selam kelas Kilo dari Rusia, Indonesia telah memesan tiga

kapal selam kelas Chang Bogo dari Korea Selatan.153 Namun, tingginya biaya

kapal selam dan infrastruktur pelabuhan terkait menjadi hambatan bagi RTN.

Pasca kudeta 2014, Tiongkok berupaya untuk memajukan kerja sama

pertahanan dengan Thailand pada saat hubungan Amerika Serikat denganThailand

mulai renggang. Tiongkok menawarkan kapal selam Yuanclass S26T yang

bergaransi dua tahun dengan pembayaran yang dapat di angsur selama tujuh

sampai sepuluh tahun. Selain itu, Tiongkok menawarkan bonus transfer teknologi

serta akan melatih pelaut Thailand di Akademi Kapal Selam Qingdao.154

Jenderal Prayuth Chan-ocha akhirnya menyepakati pembelian kapal selam

buatan Tiongkok tersebut. Namun, Keputusan Thailand untuk membeli kapal

selam buatan Tiongkok menuai banyak kritik.Saat kesepakatan pembelian kapal

selam diumumkan pada Juli 2015, baik masyarakat Thailand maupun pihak asing

mempertanyakan alasan strategis dari rencana pembelian kapal selam tersebut.

Thailand dianggap tidak memiliki perselisihan batas teritorial atau maritim

dengan tetangganya. Thailand juga tidak memiliki musuh strategis di kawasan

153Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing,

Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 23. 154“Navy releases document on why it needs submarines”, The Nation 31 Juli 2015,

tersedia di http://www.nationmultimedia.com/politics/Navy-releases-document-on-why-it-

needs-submarines-30265587.html,diakses pada 20 Agustus 2017.

Page 72: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

61

Asia Tenggara.Selain itu, kapal selam diragukan dapat beroperasi di perairan

Teluk Thailand relatif dangkal.

Kepala Staf Angkatan Laut Thailand, Laksamana Leuchai Ruddis tetap

membela keputusan Jenderal Prayuth Chan-Ocha dengan menjelaskan bahwa

situasi keamanan yang tidak pastidi wilayah mereka membuat Thailand

membutuhkan kapal selam untuk melindungi perbatasan maritimnya.155

Menanggapi kritik tersebut, Jenderal Prayuth Chan-ocha mengimbau

masyarakat untuk memahami mengapa negara memerlukan kapal selam

Tiongkok. Ia menjelaskan bahwa Thailand tidak memiliki banyak uang untuk

berbelanja kapal selam, Thailand juga tidak bisa membangun kapal selam sendiri,

sehingga harus membelinya dari negara lain.156

Jenderal Prayuth Chan-ocha menegaskan bahwa Kapal selam Tiongkok

memiliki harga yang murah dengan kualitas yang relatif canggih dan Tiongkok

juga menawarkan dukungan layanan setelah pembelian. Selain itu, dari tiga unit

kapal selam, Thailand hanya akan membayar dua unit saja karena Tiongkok akan

memberikan satu unit kapal selam sebagai hadiah gratis untuk Thailand.157

Disamping itu, Thailand membutuhkan kapal selam untuk melindungi

155“Thai Navy on the Defencive Over Submarine Purchase”, Asean Breaking News2Mei

2017,tersedia di https://www.aseanbreakingnews.com/2017/05/thai-navy-on-the-defencive-

over-submarine-purchase/, diakses pada 20 Agustus 2017. 156 “Thai Navy on the Defencive Over Submarine Purchase”, Asean Breaking News 2 Mei

2017,tersedia di https://www.aseanbreakingnews.com/2017/05/thai-navy-on-the-defencive-

over-submarine-purchase/, diakses pada 20 Agustus 2017. 157“PM confirms Thai Navy to get three Chinese submarines,politics”The Nation 23

Maret 2017, tersedia di http://www.nationmultimedia.com/news/national/30310014, diakses

pada 20 Agustus 2017.

Page 73: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

62

kepentingan ekonomi maritim, termasuk sumber daya, transportasi dan

pariwisata.158

Kesepakatan pembelian kapal selam ini tentu akan menjadi akuisisi

pertahanan terbesar antara Thailand dan Tiongkok. Kesepakatan ini akan

membuat angkatan laut kedua negara menjadi sangat dekat selama beberapa

dekade yang akan datang. Namun, disisi lain hal ini dapat merenggangkan

hubungan Thailand dan Amerika Serikat yang tidak ingin kedua negara tersebut

memperdalam kerjasama pertahanan. Dengan demikian, hubungan Thailand

dengan Amerika Serikat akan semakin jauh, sementara kerjasama Thailand dan

Tiongkok memasuki jalur yang lebih dekat.

Joint Military Exercises maupun Arms Transfers yang dilakukan oleh

Thailand dan Tiongkok merupakan bagian penting dalam kerjasama antara kedua

negara.Kerjasama militer tradisional maupun non-tradisional antara Thailand dan

Tiongkok dapat mempromosikan kemampuan kekuatan militer kedua negara

untuk melindungi keamanan masing-masing negara.Selain itu, Kerjasama militer

Thailand dan Tiongkok merupakan pilar penting dari kemitraan strategis yang

saling menguntungkan.Dimana, Kerjasama militer ini dapat meningkatkan

keamanan, social dan ekonomi kedua negara.

C. Dampak Kerjasama Militer Thailand – Tiongkok Bagi Amerika Serikat

Kerjasama militer antara Thailand dan Tiongkok telah meningkatkan

kepercayaan diantara kedua negara, sehingga hubungan yang terjalin semakin

158“Navy releases document on why it needs submarines”, The Nation 31 Juli 2015,

tersedia dihttp://www.nationmultimedia.com/politics/Navy-releases-document-on-why-it-needs-

submarines-30265587.html,diakses pada 20 Agustus 2017.

Page 74: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

63

dekat.159 Kedekatan yang semakin intens antara Thailand dan Tiongkok jelas

menjadi kekhawatiran baru bagi Amerika Serikat. Pasalnya, Thailand merupakan

salah satu negara aliansi yang sangat penting bagi Amerika Serikat untuk

mempertahankan posisi strategis di kawasan Asia Tenggara.160 Namun, sejak

memburuknya hubungan Amerika Serikat dengan Thailand pasca kudeta 2014,

Thailand justru menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Tiongkok yang

merupakan ancaman bagi Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara.

Kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat dalam menanggapi kudeta yang

terjadi membuat Thailand meragukan keutuhan persahabatanya dengan Amerika

Serikat. Para pembuat kebijakan Thailand tidak ragu untuk menunjukan

kekecewaan dan ketidakpuasan mereka terhadapAmerika Serikat. Pada akhirnya,

Thailand mencari kekuatan negara lain untuk mendukung negara mereka sebagai

alternatif kekuatan besar yang dapat menawarkan jaminan seperti Amerika

Serikat.

Saat ini, Thailand merasa kepemimpinan Tiongkok yang paling cocok

untuk menggantikan posisi Amerika Serikat, karena Tiongkok ditopang oleh

kekuatan ekonomi dan militer yang mungkin setara dengan kebutuhan Thailand.

Dukungan yang ditawarkan Tiongkok kepada Thailand telah memperkuat dan

memperdalam hubungan mereka. Jika penguatan positif hubungan bilateral ini

berlanjut, Thailand akan sepenuhnya berada dibawah pengaruh Tiongkok.

159 “Tiongkok, Thailand joint air force exercise highlights warming ties”, Reuters News

Maps 24 November 2015.Tersedia di http://www.reuters.com/article/us-Tiongkok-thailand-military-idUSKBN0TD0B120151124, diakses pada 26 September 2016.

160Karl D. Jackson, Wiwat Mungkandi, “United States-Thailand relations”, Institute of East Asian Studies, University of California, (Berkeley : 1986), 9.

Page 75: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

64

Amerika Serikat secara jelas mewaspadai tumbuhnya kedekatan antara

Thailand dan Tiongkok. Hubungan Tiongkok yang berorientasi pada kerjasama

militer dengan Thailand dapat memperbesar pengaruh Tiongkok yang sudah

meningkat di kawasan Asia Tenggara.161Amerika Serikat merasa kebijakan

Tiongkok dalam menjalin kerjasama militer dengan Thailand adalah untuk

menambah pengaruh militernya di kawasan Asia Tenggara.Terutama setelah

Presiden Barack Obama, mengeluarkan kebijakan pivot to Asia.162

Keadaan seperti ini, pada akhirnya menimbulkan Security dilemma yang

dialami oleh Amerika Serikat ketika aliansinya yaitu Thailand menjalin kerjasama

militer dengan Tiongkok yang dapat mengancam kepentingan nasional Amerika

Serikat di Kawasan Asia Tenggara. Glenn H. Snyder menjelaskan Security

dilemma dalam aliansi terjadi dalam Hubungan antara sekutu serta antara lawan.

Pembelotan yang dilakukan oleh aliansi mungkin terjadi, membelot berarti

menunjukkan komitmen yang lemah dan tidak memberikan dukungan dalam

konflik dengan musuh.163 Hal ini lah yang terjadi dalam hubungan aliansi

Amerika Serikat dengan Thailand. Thailand membelot dari Amerika Serikat

dengan memulai kerjasama yang lebih erat bersama Tiongkok yang merupakan

salah satu ancaman besar bagi Amerika Serikat.

161“What Do Growing Thai-China Relations Mean For Us”, Value Walk Agustus 2015,

tersedia di http://www.valuewalk.com/2015/08/what-do-growing-thai-china-relations-mean-for-the-u-s/?all=1, diakses pada 1 Juni 2017.

162Hillary Clinton, “America's Pacific Century, Foreign Policy”, 11 Oktober 2011. Tersedia dihttp://foreignpolicy.com/2011/10/11/americas-pacific-century/, 28 April 2017.

163Snyder, Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics, (World Politics:

Cambridge University Press, 1948), Vol. 36, No. 4, hal 464, terdapat

dihttp://www.jstor.org/stable/2010183, diunduh pada 30 Mei 2016

Page 76: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

65

Kepentingan Amerika Serikat dalam mengembangkan hubungan

keamanan, strategis dan ekonomi di Kawasan Asia Tenggara menjadi sangat

terpengaruh jika terjadi perluasan hubungan baru antara Thailand dan Tiongkok.

Setiap perubahan posisi kekuasaan yang mendukung Tiongkok di kawasan Asia

Tenggara, akan mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan

tersebut.

Pengaruh Tiongkok yang berkembang di kawasan Asia Tenggara

menciptakan hambatan baru bagi Amerika Serikat dalam menciptakan kemitraan

yang dengan Thailand dan negara Asia Tenggara lainnya. Pengaruh Amerika

Serikat di kawasan Asia Tenggara terkait kerjasama militer, ekonomi, politik dan

cita-cita penyebaran demokrasi akan terganggu jika kehadiran militer Tiongkok

di kawasan Asia Tenggara semakin besar.164Amerika Serikat jelas khawatir

dengan kesepakatan kerjasama militer antara Thailand akan memberi Tiongkok

terobosan yang lebih dalam ke basis pertahanan militer Asia.165

164“What Do Growing Thai-China Relations Mean For Us”, Value Walk Agustus 2015,

tersedia di http://www.valuewalk.com/2015/08/what-do-growing-thai-china-relations-mean-for-the-u-s/?all=1, diakses pada 1 Juni 2017.

165Bunga Seriory, Respon Amerika Serikat Terhadap Peningkatan Kapabilitas Militer Tiongkok dikawasan Asia Pasifik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas (2014), 27.

Page 77: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

66

BAB IV

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA MILITER

THAILAND - TIONGKOK

Dalam bab IV ini akan membahas mengenai respon Amerika Serikat

terhadap kerjasama militer Thailand – Tiongkok. Respon Amerika Serikat akan di

jelaskan melalui dua sub bab yang terdiri dari penguatan kerjasama militer dengan

Thailand sebagai aliansi, serta keterlibatan Amerika Serikat dalam kerjasama

militer dengan Tiongkok. Adapun kebijakan Amerika Serikat dalam merespon

kerjasama militer Thailand dengan Tiongkok, yaitu :

A.1 Penguatan Kerjasama Militer dengan Thailand

Amerika Serikat mengambil langkah untuk memperkuat kerjasama militer

dengan Thailand untuk menyelamatkan hubungan aliansi kedua negara. Langkah

ini diambil untuk memperbaiki kerjasama militer Amerika Serikat dengan

Thailand setelah memburuknya hubungan kedua negara Pasca kudeta Thailand 22

Mei 2014. Pasca kudeta Amerika Serikat secara sepihak membatalkan pelatihan

militer tahunan bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT)

AS-Thailand pada tanggal 24 Mei 2014.166 Selain itu, Amerika Serikat

mengasingkan Angkatan Laut Kerajaan Thailand (RTN) dari Lingkaran Pasifik

(RIMPAC) 2014 yang merupakan latihan perang maritim terbesar di dunia yang

diselenggarakan oleh Armada Pasifik AS di Hawaii.167 Selain itu, Amerika

166 “US Gets Serious About Coup in Thailand, Threatens to Cut Military Aid”, Fox News 24

Mei 2014. Tersedia di http://www.foxnews.com/politics/2014/05/24/us-gets-serious-about-coup-in-thailand-threatens-to-cut-military-aid.html, diunduh pada 26 September 2016.

167 Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN Navies”, 07 Mei 2015. Tersedia di The Diplomat http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-military-exercises-with-asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

Page 78: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

67

Serikat menarik bantuan militer dan keamanan sebesar 4,7 juta US dolar untuk

Thailand. Biaya tersebut meliputi Foreign Military Financing (FDF) dan

International Military Education and Training (IMET) yang digunakan untuk

akuisisi peralatan, layanan pelatihan pertahanan, pendidikan dan pelatihan militer

internasional, serta dana pemeliharaan perdamaian.168

Hal tersebut dilakukan karena Amerika Serikat sangat mengecam kudeta

yang terjadi, Amerika Serikat memiliki undang-undang khusus yang

mengharuskan pemerintah untuk menekan negara yang mengalami kudeta dengan

mengurangi bantuan dan kerjasama militer. Jika pemerintah Thailand dapat

membuktikan bahwa mereka berhasil mengembalikan hukum dan ketertiban di

Thailand, maka hubungan Amerika Serikat dan Thailand dapat kembali normal.169

Oleh karena itu, Kementerian luar negeri Amerika Serikat mendesak junta militer

agar segera melakukan pemulihan pemerintahan sipil untuk kembali ke sistem

demokrasi dengan menghormati hak asasi manusia yang mencerminkan kehendak

rakyat.170 Amerika Serikat menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan terus

berlangsung sampai kekacauan akibat kudeta militer tersebut teratasi dan kondisi

di Thailand kembali normal.

Namun, kerjasama militer yang terjalin antara Thailand dan Tiongkok

membuat Amerika Serikat mengesampingkan kebijakannya tersebut. Amerika

Serikat mengambil kebijakan yang berlawanan dengan konstitusinya, yaitu

168 Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing,

Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 6. 169 Wawancara Melalui Surat Elektronik dengan one government officer in Thailand pada

9 Agustus 2017. 170John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington, DC,

U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada September 2016.

Page 79: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

68

mengajak Thailand untuk kembali mengadakan latihan militer Cobra Gold 2016,

setelah sebelumnya Amerika Serikat meninjau kembali pengelenggaraan latihan

militer tahunan bersama Cobra Gold yang diagendakan untuk tahun 2015 saat

terjadi kudeta.171 Amerika Serikat mengindikasikan bahwa mereka dapat

membatalkan latihan Cobra Gold 2015 karena keadaan politik Thailand yang

sedang tidak stabil pasca kudeta 2014.172

Cobra Gold merupakan program Joint Military Exercises antara Amerika

Serikat dengan Thailand yang merupakan pilar kerjasama militer dan pertahanan

yang menjadi kebanggaan kedua negara. Program Cobra Gold ini sudah di

resmikan sejak tahun 1982.173 Program Cobra Gold terdiri dari patroli gabungan

jalur laut penting, misi non-combat, serta bantuan bencana.174 Dari tahun ke tahun

program ini selalu memberikan dampak positif bagi Amerika Serikat maupun

Thailand.175

Akhirnya Amerika Serikat memutuskan untuk tetap mengadakan Cobra

Gold 2015 dengan skala kecil, dimana fokusnya hanya mengadakan operasi

Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana yang diadakan sembilan hari

171 Pongphisoot Busbarat, “Thai–US Relations in the Post-Cold War Era: Untying the

Special Relationship”, (ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapore and University of Sydney, Australia, 2017), 12.

172 Prashanth Parameswaran, “US-Thailand Relations and Cobra Gold 2015: What’s

Really Going On?”, 05 Februari 2015. Tersedia di http://thediplomat.com/2015/02/u-s-thailand-

relations-and-cobra-gold-2015-whats-really-going-on/, diunduh pada 27 September 2017.

173 Derek S. Reveron, “America’s Viceroys: The Military and U.S. Foreign Policy”, (Palgrave Macmillan: United State of America, 2004), 77.

174 Lewis M. Stern, “Diverging Roads: 21st century U.S.-Thai Defense Relations”, Institute for National Strategic Studies National Defense University, (Strategic Forum : Juni 2009), 5.

175 Pavin Chachavalpongpun, “ The Dilemma Confronting the U.S.-Thailand Relationship”, (The National Bureau of Asian Research, NBR Analysis Brief, 20 April 2016).

Page 80: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

69

pada bulan Februari 2015.176 Situasi politik Thailand yang tidak kunjung

membaik membuat Amerika Serikat hanya menyertakan 3.600 personil militer

dalam Cobra Gold kali ini, lebih sedikit jika dibandingkan tahun sebelumnya,

Amerika Serikat menyertakan 4.300 Personil militer dalam Cobra Gold 2014.177

Program kerjasama militer lainnya juga mendapat peninjauan, Amerika

Serikat membatalkan latihan angkatan laut bilateral Cooperation Afloat Readiness

and Training (CARAT) yang sudah diikuti oleh Thailand sejak tahun 1995.178

CARAT merupakan latihan militer multinasional tahunan bersama yang diikuti

oleh negara-negara kawasan Asia Tenggara, pada setiap tahunnya Thailand

menjadi tuan rumah latihan perang ini dengan menerima pasokan senjata dan

peralatan logistik militer dari Amerika Serikat.179 Selain itu, Amerika Serikat juga

mengasingkan Royal Thai Navy (RTN) dari latihan Rim of the Pacific (RIMPAC)

tahun 2014, dimana RIMPAC adalah latihan perang maritim terbesar di dunia

yang diselenggarakan oleh Armada Pasifik Amerika Serikat di Hawai.180

Amerika Serikat menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan terus

berlangsung sampai kekacauan akibat kudeta militer di Thailand teratasi. Sebagai

negara aliansi Amerika Serikat, Thailand sangat kecewa dengan kebijakan

Amerika Serikat yang membuat kerjasama militer kedua negara memburuk. Hal

176 Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing,

Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 7. 177 Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing,

Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 7. 178 “Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT)”, 28 Juni 2014. Tersedia di

http://www.globalsecurity.org/military/ops/carat.htm, diunduh pada 24 April 2016. 179 Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN Navies”,

The Diplomat 07 Mei 2015, tersedia di http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-military-exercises-with-asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

180 Ian Storey, “Thailand’s Post-Coup Relations With China and America: More Beijing, Less Washington”, (ISEAS–Yusof Ishak Institute: Singapore, 2015), 7.

Page 81: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

70

ini membuat hubungan persahabatan antara Amerika Serikat dan Thailand

semakin renggang.

Sementara itu, hubungan bilateral antara Thailand dan Tiongkok terlihat

semakin dekat. Kedua negara ini menggelar latihan angkatan udara bersama untuk

pertama kalinya yang dikenal dengan nama Falcon Strike 2015.181 Tiongkok

merupakan salah satu negara yang dapat mengancam eksistensi Amerika Serikat

di kawasan Asia. Selain itu, Thailand merupakan aliansi Amerika Serikat yang

berperan penting dalam merealisasikan kebijakan Pivot to Asia yang di usung

pemerintahan Obama, namun Thailand mulai enggan menanggapi pivot to Asia

tersebut.182

Menyikapi hal tersebut, Amerika Serikat segera mengambil langkah

strategis untuk menyelamatkan hubungan aliansinya dengan Thailand. Amerika

Serikat mengajak Thailand untuk kembali mengadakan latihan militer Cobra Gold

2016.183 Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Scott Marciel, mengatakan

bahwa latihan akan berlangsung pada tahun 2016. Thailand menyetujui

keputusan Amerika Serikat untuk melanjutkan latihan tahunan Cobra Gold ini.

Bagaimanapun, Cobra Gold sudah lama menjadi fondasi hubungan

bilateral antara Amerika Serikat dengan Thailand.184 Cobra Gold 2016

181 “Caught in the middle of a US-China arms wrestle”, Bangkok Post 15 November 2015,

tersedia di http://www.bangkokpost.com/print/765112/, diakses pada 26 september 2016. 182 William Tow & Douglas Stuart , “The New U.S. Strategy towards Asia: Adapting to the

American pivot”, (London: Routledge, 2015), 23. 183 Prashanth Parameswaran, “Confirmed: US Will Hold 2016 Cobra Gold Military

Exercises in Thailand”, The Diplomat 13 Juni 2015, tersedia di

http://thediplomat.com/2015/06/us-moves-ahead-with-2016-cobra-gold-military-exercises-in-

thailand/, diakses pada 1 September 2017. 184 Pavin Chachavalpongpun, “The Dilemma Confronting the U.S.-Thailand Relationship”

(The National Bureau of Asian Research, Analysis Brief, 20 April 2016).

Page 82: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

71

dilaksanakan pada 9-19 Februari 2016 di Pusat Komando Angkatan Laut

Thailand, distrik Sattahip Provinsi Chonburi.185 Tahun 2016, 8.564 personel

gabungan dari Amerika Serikat, Thailand, Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura

dan Korea Selatan berpartisipasi dalam latihan tersebut. Cobra gold 2016 ini

bertujuan untuk melatih negara peserta dalam menghadapi tantangan keamanan

regional dan global untuk mempromosikan kerjasama dan stabilitas internasional

di kawasan ini.

Secara perlahan terjadi pemulihan hubungan militer Amerika Serikat

dengan Thailand. Pada September, Angkatan Laut Thailand berpartisipasi kembali

dalam latihan CARAT dengan Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat

di Pangkalan Angkatan Laut Sattahip.186 Selanjutnya pada bulan Oktober, perwira

penghubung angkatan laut Thailand mengambil bagian dalam Southeast Asia

Cooperation and Training Exercise (SEACAT) yang dipimpin oleh Amerika

Serikat di Changi C2 Center Singapura.187

Pada tanggal 21 Agustus 2015, dua puluh lima orang delegasi militer

Amerika Serikat yang dipimpin oleh salah satu komandan militer AS di Asia

Pasifik, Jend. McCaffrey memulai perundingan dengan Thailand. Perundingan ini

bertujuan untuk mengkaji upaya perluasan kerjasama di antara kedua negara.

185 Prashanth Parameswaran, “US, Thailand Launch 2016 Cobra Gold Military Exercises

Amid Democracy Concerns”, The Diplomat 9 Februari 2016,

tersedia di http://thediplomat.com/2016/02/us-thailand-launch-2016-cobra-gold-military-

exercises-amid-democracy-concerns/, diakses pada 2 September 2017. 186 “Missilex, Comrels and Band Performances Highlight of Successful CARAT Thailand”,

Press Release, Destroyer Squadron 7 Public Affairs 2 September 2015, tersedia di http://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=90868, diakses pada 1 Oktober 2017.

187 Erik Slavin, “Navy joins multilateral piracy exercise in Southeast Asia”, Stars and Stripes 5 Oktober 2015, tersedia di https://www.stripes.com/news/navy-joins-multinational-piracy-exercise-in-southeast-asia-1.371775, diakses pada 1 September 2017.

Page 83: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

72

Pertemuan ini digelar di markas besar militer Thailand di Bangkok. Dalam

perundingan ini para petinggi militer kedua negara melakukan lobi terkait

aktivitas kolektif di Thailand serta kawasan lain. Amerika Serikat dan Thailand

sedang memprogram penyelenggaraan manuver bersama dan pertukaran teknisi

intelijen serta logistik. Menurut Duta Besar Amerika Serikat Davies, Amerika

Serikat dan Thailand Akan melanjutkan dialog strategis tingkat tinggi pada bulan

Desember 2015.188

Respon yang diambil Amerika Serikat mengenai kerjasama yang terjadi

antara Thailand dengan Tiongkok, penulis melihat kebijakan Amerika Serikat ini

sejalan dengan konsep Security Dilemma dalam Aliansi milik Glenn H. Synder.

Terlihat jelas rasa takut kehilangan Thailand sebagai aliansi di kawasan Asia

Tenggara membuat Amerika mengambil kebijakan yang bertentangan dengan

sebelumnya, yaitu menguatkan kerjasama militer dengan Thailand.

Amerika Serikat mengalami Security dilemma ketika aliansinya yaitu

Thailand menjalin kerjasama militer dengan Tiongkok yang dapat mengancam

kepentingan nasional Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara. Menurut Glenn

H. Snyder dalam tulisannya yang berjudul “The Security Dilemma in Alliance

Politics”, security dilemma dapat mengakibatkan terbentuknya aliansi baru.189

Glenn H. Snyder menjelaskan Security dilemma dalam aliansi terjadi dalam

188 Kavi Chongkittavorn, “Welcome to Thailand’s diplomatic jamboree”, The Nation 19

Oktober 2015, tersedia di http://www.nationmultimedia.com/opinion/Welcome-to-Thailands-diplomatic-jamboree-30271147.html, diakses pada 1 September 2017.

189 Snyder, “Glenn H, The Security Dilemma in Alliance Politics”, (World Politics: Cambridge University Press, 1948), Vol. 36, No. 4, hal 464, terdapat di http://www.jstor.org/stable/2010183, diunduh pada 30 Mei 2016

Page 84: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

73

Hubungan antara sekutu serta antara lawan.190 Pembelotan yang dilakukan oleh

aliansi mungkin terjadi, membelot berarti menunjukkan komitmen yang lemah

dan tidak memberikan dukungan dalam konflik dengan musuh.

Bagaimanapun kekhawatiran ditinggalkan oleh aliansi lebih besar dari

pada kekhawatiran akan dijebak. Ketakutan saling ditinggalkan tersebut,

cenderung membuat negara mengubah kebijakannya. Aliansi dapat mengadopsi

kebijakan yang independen dan kontradiktif ketika khawatir aliansinya akan

berkhianat.

Dengan demikian, ketika keadaan security dilemma dalam aliansi negara

dapat membuat kebijakan yang kontradiktif karena ada sedikit tekanan struktural

terhadap resolusi negara, serta yakin bahwa perbedaan yang ada antara aliansi

dapat diselesaikan melalui norma-norma konsensus dan apa yang dilakukan

pasangan aliansinya tidak mengancam keberadaan negara tersebut.191

Berdasarkan konsep security dilemma dalam aliansi tersebut, Amerika

Serikat dapat membuat kebijakan yang kontradiktif dalam merespon kerjasama

militer antara Thailand dengan Tiongkok pada tahun 2014. Kebijakan kontradiktif

ini dilakukan untuk mempertahankan hubungan aliansi dengan Thailand sehingga

Amerika Serikat dapat membendung kekuatan Tiongkok di kawasan Asia

Tenggara.

Tantangan terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat dengan Thailand

ini tidak dapat diatasi, namun memerlukan pertimbangan diplomasi dan kebijakan

190 Snyder, Glenn H, “The Security Dilemma in Alliance Politics”, (World Politics:

Cambridge University Press, 1948), Vol. 36, No. 4, hal 464, terdapat di http://www.jstor.org/stable/2010183, diunduh pada 30 Mei 2016 191 Snyder, Glenn H, “The Security Dilemma in Alliance Politic”, 494.

Page 85: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

74

yang hati-hati oleh Amerika Serikat. Berdasarkan langkah yang diambil Amerika

Serikat dalam normalisasi kerjasama militer dengan Thailand, terlihat bahwa

Amerika Serikat mencoba untuk memperdalam kerjasama yang sebelumnya telah

terjalin. Langkah ini diambil Amerika Serikat untuk mempertahankan hubungan

aliansinya dan memajukan hubungan bilateral yang telah mereka kembangkan

sejak 1962.

Secara historis Thailand bertindak sebagai aliansi penting di Asia

Tenggara. Thailand merupakan aktor penting dalam mewujudkan pivot to Asia

yang diusung Obama. Selain itu, Thailand memberi Amerika Serikat akses yang

berharga di kawasan Asia Tenggara. Jika hubungan aliansi kedua negara berakhir,

secara otomatis Thailand akan beralih ke Tiongkok. Hal tersebut tentu akan

memperluas pengaruh Tiongkok di Asia Tenggara. Oleh karena itu, Amerika

Serikat melaksanakan kerjasama militer bersama Thailand yang sebelumnya telah

di batalkan demi mengamankan kepentingan strategisnya di kawasan Asia

Tenggara.192

A.2 Keterlibatan Amerika Serikat dengan Tiongkok dalam kerjasama

Militer

Selain mempererat kerjasama militer dengan Thailand, Amerika Serikat

mendekati Tiongkok dengan menjalin kerjasama militer dengan Tiongkok. Pada

November 2014 kedua belah pihak menandatangani Memorandum of

Understanding (MOU) tentang Notification of Major Military Activities yang

192 Dennis Blair , “Turbulent US–Thai Relations: A Conversation with Admiral Dennis

Blair”, Private Rountable, Former Director of National, (IISS-Americas, Washington DC, 15 Juli 2016), tersedia di https://www.iiss.org/en/events/events/archive/2016-a3c2/july-652c/turbulent-us-thai-relations-26ca, diakses pada 1 September 2017.

Page 86: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

75

mencakup lampiran peraturan dengan kerangka acuan kerjasama kedua negara.

Kesepakatan awal dalam MOU tersebut mencakup dua lampiran, yaitu strategi

dalam membuat kebijakan dan pengamatan latihan militer.193 Lampiran tambahan

yang mengatur pertemuan tingkat tinggi ditandatangani Xi Jinping saat

kunjungannya ke Washington pada September 2015.194

Ivan Eland Director of Defense Policy Studies di Cato Institute

mengatakan bahwa saat ini Tiongkok memiliki kapabilitas untuk mengganggu

beberapa element dari Aktivitas keamanan Amerika Serikat, termasuk

infrastruktur militer di kawasan Asia Tenggara.195 Maka dari itu, adanya

kerjasama militer antara Tiongkok dengan Thailand akan menimbulkan ancaman

bagi stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Hal ini juga didukung berdasarkan

keberhasilan Tiongkok menjalin kerjasama militer dengan Thailand dalam bentuk

Joint Military Exercise dan Arms Transfers.196 Sehingga Amerika Serikat harus

mempersiapkan diri untuk merespon secara efektif terhadap hubungan antara

Thailand dengan Tiongkok yang dapat mengganggu nilai-nilai dan

kepentingannya di kawasan Asia Tenggara.

193 Department of Defense, “Memorandum of Understanding between the Department

of Defense of the United States of America and the Ministry of National Defense of the People’s Republic of China Regarding the Rules of Behavior for Safety of Air and Maritime Encounters”, 9–10 November 2014, tersedia di http://www.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/141112_MemorandumOfUnderstandingRegardingRules.pdf, diakses pada 3 Agustus 2017.

194 Phillip C. Saunders & Julia G. Bowie, “US–China military relations: competition and cooperation”, (Journal of Strategic Studies: Washington DC, 26 Agustus 2016), 17, tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/01402390.2016.1221818, diakses pada 1 September 2017.

195 Retno Ajiyastuti Ajiyastuti, “Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama Militer Tiongkok-Rusia 2007-2012”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), 65.

196 Wassana Nanuam and Patsara Jikkham, “Thailand, China bolster military ties as US

relations splinter”, Bangkok Post 6 Februari 2015, tersedia di

http://www.bangkokpost.com/print/468332/, diunduh pada 25 Agustus 2017.

Page 87: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

76

Keterlibatan kerjasama militer yang dibentuk Amerika Serikat dengan

Tiongkok telah dikembangkan pada masa pemerintahan Presiden Obama yang

berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan arah hubungan yang positif

dengan Tiongkok.197

Adapun keterlibatan kerjasama Amerika Serikat dengan Tiongkok terbagi

dalam beberapa kategori yang berbeda. Keterlibatan yang pertama yaitu pada

2016 Kementerian Pertahanan Amerika Serikat melakukan pendekatan militer

melalui perjanjian dengan Menteri Pertahanan Tiongkok yang berfokus pada tiga

usaha, yaitu membangun kerjasama berkelanjutan melalui dialog yang melibatkan

pemimpin kedua negara, membangun kerjasama praktis untuk kepentingan

bersama dan mempromosikan pandangan umum dari lingkungan keamanan

kawasan untuk mengurangi potensi kesalah pahaman.

Berdasarkan hal ini, terlihat bahwa dengan adanya hubungan militer ini,

Amerika Serikat ingin memelihara hubungan kompetisi yang dijalin melalui

dialog dan kerjasama untuk mengurangi kesalahpahaman diantara kedua negara.

Keterlibatan yang kedua yaitu Pemerintah Amerika Serikat melakukan kunjungan

tingkat tinggi ke Tiongkok. Pada Juli 2016 Kepala Operasi Angkatan Laut

Amerika Serikat, Laksamana John Richardson mengunjungi markas besar armada

laut utara Tiongkok di Beijing dan Qingdao untuk bertemu dengan Komandan

197 G Robert & Brown, et al, “Balancing Acts: The U.S. Rebalance and Asia-Pacific

Stability”,( Sigur Center for Asian Studies: Washington DC, 2012), 7.

Page 88: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

77

People's Liberation Army Navy (PLAN) Tiongkok, Laksamana Wu Shengli dan

wakilnya Yuan Yubai.198

Kunjungan tersebut merupakan upaya Amerika Serikat membahas strategi

keamanan dan masalah maritim di Kawasan Asia Tenggara. Kunjungan tingkat

tinggi adalah sarana penting untuk bertukar pandangan tentang keadaan keamanan

internasional yang berguna untuk mengidentifikasi wilayah dengan perspektif

umum, memahami perbedaan, dan mempererat hubungan bilateral. Berdasarkan

hal ini, penulis melihat bahwa Amerika Serikat ingin menekankan agar Tiongkok

dapat bekerjasama dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara. Keterlibatan

kerjasama militer Amerika Serikat dengan Tiongkok yang ketiga adalah

melakukan kunjungan kapal untuk berpartisipasi dalam latihan maritim Tiongkok.

Pada Mei 2016, kapal induk ke-7 USS BLUE RIDGE milik Amerika Serikat

melakukan kunjungan ke pelabuhan Shanghai. Laksamana Joseph Aucoin, ikut

serta dalam upacara penyambutan latihan Codes for Unexpected Encounters at

Sea (CUES) bersama PLAN Tiongkok. 199

Tujuan dari kunjungan kapal Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam

latihan maritim Tiongkok adalah mempererat hubungan angkatan laut kedua

198 Office of the Secretary of Defense, Annual Report to Congress: Military and Security

Developments Involving the People’s Republic of China 2017 (Washington DC: Office of the Secretary of Defense, 2017), 86, tersedia di https://www.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/2017_China_Military_Power_Report.PDF, diunduh pada 1 Agustus 2017.

199 Office of the Secretary of Defense, Annual Report to Congress: Military and Security

Developments Involving the People’s Republic of China 2017 (Washington DC: Office of the Secretary of Defense, 2017), 89, tersedia di https://www.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/2017_China_Military_Power_Report.PDF, diunduh pada 1 Agustus 2017.

Page 89: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

78

negara.200 Namun, terlihat bahwa adanya keinginan Amerika untuk mengetahui

kapabilitas kapal selam serta teknik yang digunakan oleh Angkatan laut

Tiongkok. Mengingat Angkatan laut Thailand menjalin kesepakatan untuk

membeli 3 unit kapal selam Yuan class S26T dari Tiongkok.

Peneliti asal CNA Wasington DC, Kevin Pollpeter mengidentifikasi

perbedaan cara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam menjalin kerjasama.

Masing-masing negara menggunakan Pendekatan yang berlawanan dalam

memperluas hubungan kerjasama. Militer Amerika Serikat memilih pendekatan

bottom-up dalam membangun kepercayaan dan mengidentifikasi area yang

menjadi kepentingan bersama. Sehingga akan tercipta kerjasama yang lebih

mendalam.201

Disisi lain, militer Tiongkok lebih memilih pendekatan up-bottom dengan

menggunakan dialog tingkat tinggi untuk membangun kepercayaan. Keputusan

yang dihasilkan dalam dialog tingkat tinggi akan digunakan sebagai batu loncatan

untuk mengidentifikasi dan menjangkau tingkat yang lebih rendah.202

Amerika Serikat maupun Tiongkok memiliki tujuan tersendiri dalam

menjalin kerjasama militer. Amerika Serikat memiliki dorongan kuat untuk

mempertahankan hubungan kerja sama dengan Tiongkok dalam sistem

internasional. Hal ini di lalukan Amerika Serikat untuk membendung kekuatan

200 Phillip C. Saunders & Julia G. Bowie, “US–China military relations: competition and

cooperation”, (Journal of Strategic Studies: Washington DC, 26 Agustus 2016), 11, tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/01402390.2016.1221818, diakses pada 1 September 2017.

201 Phillip C. Saunders & Julia G. Bowie, “US–China military relations: competition and cooperation”, (Journal of Strategic Studies: Washington DC, 26 Agustus 2016), 11, tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/01402390.2016.1221818, diakses pada 1 September 2017.

202 Phillip C. Saunders & Julia G. Bowie, “US–China military relations: competition and cooperation”, (Journal of Strategic Studies: Washington DC, 26 Agustus 2016), 11, tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/01402390.2016.1221818, diakses pada 1 September 2017.

Page 90: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

79

Tiongkok yang secara aktif melanggar peraturan dan norma internasional yang

ada. Tiongkok memiliki komitmen untuk tetap menjalin kerjasama dengan

Amerika Serikat sebagai negara paling kuat dalam sistem internasional yang

posisinya seringkali menghalangi tujuan Tiongkok.

Hal ini menunjukkan bahwa kedua negara akan mempertahankan

hubungan mereka melalui gabungan kerjasama. Sehingga akan ada ruang untuk

kedua militer tersebut terlibat dalam beberapa program yang kooperatif di dunia

internasional. Namun, terlihat bahwa kerjasama militer yang terjalin antara

Amerika Serikat dan Tiongkok sulit untuk membangun tingkat kepercayaan yang

signifikan antara militer kedua negara sehingga kerjasama yang terjalin akan tetap

terbatas. Setidaknya masih terdapat nilai penting dalam kerjasama kedua negara

dengan terciptanya pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana militer dan

operasi militer dapat menghindari resiko terjadinya konflik antara Amerika

Serikat dan Tiongkok.

Keterlibatan Amerika Serikat dengan Tiongkok dalam kerjasama Militer

merupakan bagian dari strategi Amerika Serikat dalam merespon kerjasama

militer Tiongkok – Thailand pasca kudeta 2014. Strategi yang dilakukan oleh

Amerika Serikat sejalan dengan konsep strategi hedging Evelyn Goh dalam

Understanding ’Hedging’ in Asia-Pasific Security 203. Dalam artikelnya Goh

menjelaskan bahwa strategi hedging memerlukan engagement yang komplek

antara Amerika Serikat dengan Tiongkok pada tingkat politik, ekonomi, dan

militer dengan harapan pemimpin Tiongkok dapat dipengaruhi atau

203 Evelyn Goh, “Understanding “hedging” in Asia-Pasific Security” (Pacific Forum CSIS:

Honolulu, Hawai : . 31 Agustus 2006), 1.

Page 91: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

80

disosialisasikan untuk mematuhi peraturan dan norma-norma internasional. Dalam

hal ini, kebijakan engagement dapat dipahami sebagai sebuah constructive hedge

yang menentang agresivitas dominasi potensial Tiongkok. Kebijakan engagement

berusaha mengembangkan ikatan politik dan ekonomi dengan sebuah negara dan

membawanya pada masyarakat internasional, sehingga mengubah preferensi dan

aksi para pemimpin pada kecenderungan yang lebih damai.204

Strategi hedging merupakan representasi alternatif yang pragmatis

signifikan yang dimaksudkan untuk mencegah suatu destabilisasi power dan juga

untuk mengambil keuntungan dari negara tujuan. Strategi Hedging paling efektif

dalam hubungan diplomatik, aspek ekonomi dan militer dalam memperluas

pengaruh Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Strategi Hedging ini sangat

cocok dalam melihat hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Asia

Tenggara, yaitu strategi yang memungkinkan Amerika Serikat meningkatkan

peran di kawasan Asia Tenggara melalui kerjasma militer dengan Tiongkok.

Melalui strategi ini Amerika Serikat mendapatkan keuntungan dari hubungan

diplomatik dengan Tiongkok. Selain itu, Amerika Serikat dapat mengamati

Tiongkok dari dekat sehingga dapat mencegah ancaman serta menekan kekuatan

Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.

204 Johnston dan Ross (1999) dalam Kong dalam Evelyn Goh. “Meeting the China Challenge:The U.S. in Souhteast Asia Regional Security Strategies”, (Washington: East West Center: 2005), 3.

Page 92: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

81

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Thailand sudah

terjalin sejak penandatanganan perjanjian bilateral pada tahun 1833 dan telah

menjadi sekutu perjanjian formal sejak penandatanganan Pakta Manila pada tahun

1954. Thailand merupakan salah satu negara aliansi yang sangat penting bagi

Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara. Selain menjadi mitra perdagangan

dan tempat investasi yang besar untuk Amerika Serikat, dari segi kerjasama

militer negara Thailand merupakan akses utama bagi Amerika Serikat untuk

menjalankan Strategi pivot to Asia dalam mempertahankan posisi strategis di

kawasan Asia Tenggara.

Peningkatan kerjasama antara Amerika Serikat dengan Thailand terjadi

dari tahun ke tahun dengan melakukan berbagai kerjasama ekonomi maupun

militer yang dibentuk dalam sebuah kepercayaan. Namun, setelah terjadinya

kudeta militer di Thailand pada 22 Mei 2014 hubungan kedua negara memburuk.

Hal ini terjadi karena Amerika Serikat memberikan beberapa sanksi kepada

Thailand sebagai bentuk penentangan Amerika Serikat terhadap kudeta.

Di sisi lain Tiongkok tetap mendukung dan tidak mencampuri masalah

internal politik Thailand dan memperkuat kerjasama militer dengan Thailand.

Tiongkok bertujuan untuk memperuat powernya di wilayah Asia Tenggara.

Thailand menganggap Tiongkok mampu memenuhi kebutuhan militer

Thailand pada saat Amerika Serikat meninggalkannya. Oleh karena itu, Thailand

Page 93: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

82

menjalin kerjasama militer dengan Tiongkok dalam bentuk Joint Military

Exercise dan Arms Transfers.

Hal ini merupakan pemicu kekhawatiran Amerika Serikat, kerjasama

kedua negara dirasa dapat mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat dan

kestabilan di kawasan Asia Tenggara. Dalam merespon kerjasama militer yang

dilakukan Thailand dengan Tiongkok, Amerika Serikat mengambil dua buah

kebijakan. Kebijakan pertama di tempuh Amerika Serikat melalui peningkatan

kerjasama militer dengan Thailand sebagai aliansinya di kawasan Asia Tenggara.

Kebijakan ini diambil untuk memperbaiki hubungan kedua negara.

Kebijakan kedua adalah menjalin keterlibatan dalam kerjasama militer

dengan Tiongkok. Hal ini di lalukan Amerika Serikat untuk membendung

kekuatan Tiongkok di kawasan Asia Tenggara dan menghindari resiko terjadinya

konflik antara kedua negara. Tindakan - tindakan ini rumuskan pada masa

pemerintahan Presiden Barack Obama dan ditempuh untuk mempertahankan

kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara.

B. Saran

Apabila sumber wawancara dengan pihak Amerika Serikat dan Tiongkok

yang memahami isu terkait tentu penelitian ini akan lebih baik karena melakukan

konfirmasi secara langsung dengan pihak tersebut. Oleh karena itu, disarankan

bahwa penelitian terkait isu yang diangkat ini dapat dilanjutkan dengan

melibatkan pihak Amerika Serikat dan Tiongkok sehingga hasil penelitian ini

dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar ke penelitian selanjutnya.

Page 94: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

83

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Chambers, Paul, R. Viotti, dan Mark V. Kauppi. 1999. International Relations

Theory: Realism, Pluralism, Globalism, and Beyond, Boston: Allyn &

Bacon.

Chinwanno, Chulacheeb. 2009. Rising Tiongkok and Thailand's Policy of Stratejic

Engagement dalam Chapter 3 buku The Rise of Tiongkok: Responses from

Southeast Asia and Japan. NIDS Joint Research Series, No. 4, The National

Institute for Defense Studies Japan.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong

Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Dunne, T., Kurki M., dan Smith S. 2010. International Relations Theories:

Discipline and Diversity, 2nd edition. New York: Oxford University Press.

Emma, Ben, dan Wil, 2015. Thailand: Background and U.S. Relations. Report

Congressional Research Service.

G. Robert. dan Brown.2012. Balancing Acts: The U.S. Rebalance and Asia-

Pacific Stability. Sigur Center for Asian Studies: Washington DC.

Goh, Evelyn. 2008. Great Powers and Hierarchical Order in Southeast Asia:

Analyzing Regional Security Strategies. International Security. The MIT

Press.

Gruselle, Bruno, dan Meur Le Perrine. 2012. Technology Transfer and the Arms

Trade Treaty – Issues and Perspectives. Fondation pour la Recherche

Strategique: Paris.

Jackson, Karl D. dan Wiwat Mungkandi. 1986. United States-Thailand relations,

Institute of East Asian Studies, University of California: Berkeley.

Jackson, Robert. dan George Sorensen. 1999. Introduction to International

Relations, New York: Oxford University Press Inc,.

Jacque, Martin. 2009. When Tiongkok Rules the World: The Rise of the Middle

Kingdom and the End of the Western World, Allen Lane, London: United

Kingdom.

Jones, Gavin W. 2013. The Population Of Southeast Asia. JY Pillay Comparative

Asia Research Centre Global Asia Institute, National University Of

Singapore.

Page 95: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

84

Kegley, Charles W. dan Eugene R. Wittkopf. 2003. World Politics: Trends and

Transformation, Belmont: Wadsworth.

Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Morgenthau, Hans J. 1948. Politics among Nations: The Struggle for Power and

Peace, New York: Alfred A.Knopf.

Muzaffar, Chandra. 2005. The Relationship between Southeast Asia and the

United State : A Contemporary Analysis. Sosial Research.

Newman, W. Lawrence. 2003. Social Research Methods: Qualitative and

Quantitative Approaches, Boston: Pearson Education, Inc.

Nye, Joseph. 2009. Understanding International Conflict, 7th. Ed. New York:

Pearson Longman.

Papp, Daniel S. 1997. Contemporary International Relations. Boston: Allyn &

Bacon.

Reveron, Derek S. 2004. America’s Viceroys: The Military and U.S. Foreign

Policy. Palgrave Macmillan: United State of America.

Roy, D. 1998. China's Foreign Relations. London: Macmillan Press LTD.

Snyder, Glenn H. 1984. Vol. 36, No. 4 di The Security Dilemma in Alliance

Politics. World Politics: Cambridge University Press.

Sokolsky, Richard dan Angel Rabasa, C.R. Neu. 2000. The Role of Southeast Asia

in U.S. Strategy Toward China. Santa Monica: Rand.

Weatherbee, Donald E. 2009. International Relations in Southeast Asia: The

Struggle for Autonomy. Second Edition, Rowman & Littlefield Publishers,

Inc. United States of America.

Wuryandari, Ganewati. 2011. Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus

Perubahan Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yasuhiro, M. 2014. China's Military Diplomacy, Tokyo: NIDS Security Report.

Artikel Jurnal.

Ajiyastuti, Retno. 2014. “Respon Amerika Serikat terhadap kerjasama militer

Tiongkok-Rusia 2007-2012” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 96: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

85

Blair, Dennis. 2016. “Turbulent US–Thai Relations: A Conversation with Admiral

Dennis Blair” Private Rountable, Former Director of National, (IISS-

Americas, Washington DC. tersedia di

https://www.iiss.org/en/events/events/archive/2016-a3c2/july-

652c/turbulent-us-thai-relations-26ca, diakses pada 1 September 2017.

Chachavalpongpun, Pavin. 2016.“ The Dilemma Confronting the U.S.-Thailand

Relationship”, The National Bureau of Asian Research, NBR Analysis

Brief.

Chambers, Paul. 2004. “U.S.-Thai Relations After 9/11: A New Era in

Cooperation” di Contemporary Southeast Asia, Vol. 26, No. 3. Institute of

Southeast Asian Studies (ISEAS).

Department of Defense, 2014. “Memorandum of Understanding between the

Department of Defense of the United States of America and the Ministry of

National Defense of the People’s Republic of China Regarding the Rules of

Behavior for Safety of Air and Maritime Encounters”. tersedia di

http://www.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/141112_MemorandumO

fUnderstandingRegardingRules.pdf, diakses pada 3 Agustus 2017.

Dessy Austriningrum, Giovanni. 2012. “Relasi Negara-Negara Asia Tenggara

dengan Amerika Serikat”. tersedia di http://giovanni-d-a-

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49094

Umum%20Relasi%20NegaraNegara%20Asia%20Tenggara%20dengan%20

Amerika%20Serikat.html,diakses pada 24 April 2016.

Emma, Ben, dan Wil. 2015. “Thailand: Background and U.S. Relations” Report

Congressional Research Service.

Foreign Affairs, “The Lonely Superpower. (US military and cultural hegemony

resented by other powers) Samuel P. Huntington.”, March 1999 v78 i2

p35(1). tersedia di

http://www3.amherst.edu/~pmachala/Current%20Politics/PS50%20IR%20

&%20Foreign%20Policy%20TheoryTHE%20READINGS/For%20the%20

FIRST%20seminar%20readings/Huntington,%20The%20Lonely%20Super

power.doc., diakses pada 26 September 2016.

Gershaneck, Kerry. 2017.“Set the US-Thailand relationship right” PacNet No.16.

Pacific Forum CSIS, Honolulu, Hawaii.

Goh, Evelyn. 2005. “Meeting the China Challenge: The U.S. in Souhteast Asia

Regional Security Strategies.” Washington,East West Center.

Goh, Evelyn. 2006. “Understanding “hedging” in Asia-Pasific Security” Pacific

Forum CSIS, Honolulu, Hawai.

Page 97: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

86

Kegley, Charles W. dan Eugene R. Wittkopf. 2003. “World Politics: Trends and

Transformation.” Belmont: Wadsworth, 37-38. tersedia di

https://wiki.zirve.edu.tr/groups/economicsandadministrativesciences/wiki/1

65d3/attachments/50e78/Charles_W._Kegley,_Shannon_L._Blanton_World

_Politics_Trend_and_Transformation,_2010_2011_Edition,_13th_Edition2

010.pdf, diakses pada 27 Mei 2016.

Kerry, John. 2014. “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State,

Washington, DC, U. S. Department of State. tersedia di

http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diakses pada

September 2016.

Lehmann, Christof. 2016. “China-Thailand Military Exercise Launched Against

Backdrop of US-China Confrontation” Global Research: nsnbc

International.

Nazhafah, Rahmah. 2012. “ Strategi Militer Amerika Serikat dalam Membendung

Pengaruh Republik Rakyat Tiongkok di Asia Pasifik” dalam Skripsi Jurusan

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Hasanuddin.

Nely Fadrianis, 2012, Kedudukan Republik Rakyat Tiongkok sebagai

Penyeimbang Dominasi Amerika Serikat dalam Dunia Internasional,

Skripsi Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Universitas

Hasanuddin.

Office of the Secretary of Defense. 2017. “Annual Report to Congress: Military

and Security Developments Involving the People’s Republic of China 2017”

Washington DC: Office of the Secretary of Defense, 85, tersedia di

https://www.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/2017_China_Military_

Power_Report.PDF, diunduh pada 1 Agustus 2017.

Saunders, Phillip C. dan Julia G. Bowie. 2016. “US–China military relations:

competition and cooperation”, Journal of Strategic Studies: Washington DC.

17. tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/01402390.2016.1221818, diakses

pada 1 September 2017.

Seriory, Bunga. 2014. “Respon Amerika Serikat Terhadap Peningkatan

Kapabilitas Militer Tiongkok dikawasan Asia Pasifik.” Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Andalas.

Stern, Lewis M.2009.“Diverging Roads: 21st century U.S.-Thai Defense

Relations”Institute for National Strategic Studies National Defense

University. Strategic Forum.

Page 98: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

87

Storey, Ian. 2015. “Thailand's Post-Coop Relations with Tiongkok and America:

More Beijing, Less Washington” ISEAS, Singapore: Yusof Ishak Institute.

Tessman, Brock F. 2012. “System Structure and State Strategu: Adding Hedging

to the Menu.” Routledge Taylor&Francis Group XI (21).

U.S. Department of Defense, Security Cooperation Agency.“International Military

Education and Training (IMET)”. tersedia di

http://www.dsca.mil/programs/international-military-education-training-

imet, diakses pada 20 April 2017.

U.S. Department of Defense, Security Coorperation Agency. “Foreign Military

Financing (FMF)”. Tersedia di http://www.dsca.mil/programs/foreign-

military-financing-fmf, diakses pada 20 April 2017.

W. Lohman, 2011. “Reinvigorating the U.S.–Thailand Alliance”, The Heritage

Foundation: Leadhership for America.

Zara Raymond, Catherine. 2009 “Piracy and Armed Robbery in the Malacca

Strait: A Problem Solved?” Naval War College Review, Vol. 62, No. 3

Tersedia di http://www.usnwc.edu/getattachment/7835607e-388c-4e70-

baf1-b00e9fb443f1/Piracy-and-Armed-Robbery-in-the-Malacca-Strait—A-,

18 April 2017

Berita Online

Angga Mahaputra, “Anti-Militer Thailand Berdemo Pulihkan Demokrasi”,

http://news.okezone.com/read/2014/06/24/411/1003491/anti-militer-

thailand-berdemo-pulihkan-demokrasi , 22 Maret 2017

Erik Slavin, “Navy joins multilateral piracy exercise in Southeast Asia”, Stars and

Stripes 5 Oktober 2015, tersedia di https://www.stripes.com/news/navy-

joins-multinational-piracy-exercise-in-southeast-asia-1.371775, diakses

pada 1 September 2017.

Hillary Clinton, “America's Pacific Century, Foreign Policy”, 11 Oktober 2011.

tersedia di http://foreignpolicy.com/2011/10/11/americas-pacific-century/,

28 April 2017.

John Kerry, “Coup in Thailand”, Press Statement, Secretary of State, Washington,

DC, U. S. Department of State, May 22, 2014, tersedia di

http://www.state.gov/secretary/remarks/2014/05/226446.htm, diunduh pada

September 2016. .

Page 99: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

88

Kavi Chongkittavorn, “Welcome to Thailand’s diplomatic jamboree”, The Nation

19 Oktober 2015, tersedia di

http://www.nationmultimedia.com/opinion/Welcome-to-Thailands-

diplomatic-jamboree-30271147.html, diakses pada 1 September 2017.

Nirmal Ghosh, “US-Thai security alliance revived”, Straits Times, 16 November

2012. tersedia di

Prashanth Parameswaran, “US Eyes Expanded Military Exercises with ASEAN

Navies”, 07 Mei 2015. tersedia di The Diplomat

http://thediplomat.com/2015/05/us-eyes-expanded-military-exercises-with-

asean-navies/, diunduh pada 26 September 2016.

Page 100: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

89

Lampiran – Lampiran

Wawancara Melalui Surat Elektronik dengan one government officer in Thailand

pada 9 Agustus 2017.

Rosalina Mursyid:

Dear one goverment officer in Thailand, My name is Rosalina Mursyid, final-year

International Relations Student at State Islamic University Jakarta. I am currently

writing on my thesis within the title "The United States' United Response to

Thailand - China Military Cooperation in 2014 - 2016".

Following the 2014 coup, the United States showed even more hostile attitudes

toward the Thailand military government. Washington responded to the coup with

a series of criticisms and sanctions to Thailand. At the same time, China made a

significant progress through bilateral military cooperation with Thailand. Such as,

Joint Military Exercise and Arms Transfers.

May I know from your opinion what is the reasons of Thailand to establish

military cooperation with China after the coup2014? How this military

cooperation between Thailand and China actually could impact to the United

States and Thailand relationship? Then, how much this military cooperation can

disrupt the interests of the United States in Southeast Asia? Is there any policy

from the United States to improve his relations with Thailand? And the last

questions, in your opinion should the United States worry about military

cooperation between china and thailand?

Thank you so much.

Best,

Rosalina.

One government officer in Thailand:

First of all, can you just refer me as one government officer because it is

necessary for me to remain anonymous.

The precise answer would be as follows: in principle the western world cannot

accept the coup d'etat. The us has a special law which requires the government to

put pressure on the coup makers and cut military cooperation with military

governments. On the contrary the chinese government has always adhered to the

notion of non-interference. In 2006, i remember the chinese government said that

if Thai people accept the coup, the chinese government can accept it too.

However, the relationship between Thailand's military governments and the US

and the western world may vary depending on the policy of each administration of

the us. For example, the Trump administration may not be concerned about

democracy as much as the Obama administration.

Page 101: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KERJASAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43584/1/ROSALINA-FISIP.pdf · julukannya sebagai polisi dunia. Hal ini dikarenakan

90

Another factor is on the Thai side. I mean if the military government can prove

that they can restore law and order in Thailand. If the government can maintain its

tight grip on power. That will be ok for the US to do business with that

government.

The military ties between thailand and china has been strong for a decade.

Thailand is strategicall important for China. While the us retreats from Asia

during the Bush admin, thailand and many other countries turned to china instead.

I think it's more like the continuity of the relationship between the two countries.

However, as the military government has been in power in thailand for three years

or so and it can bring stability back to the country, the relationship with the us

would be better i hope.

According to should the United States worry about military cooperation between

china and thailand, my answer is yes and no. Yes, because it is clear that China

always wishes to expand its influence in Southeast Asia and No, because i think

Thailand should not align with China too much. Southeast Asian countries should

be able to balance the two global powers appropriately. the United States should

expand what Joseph S.Nye calls, Soft power in the region. apart from military

influence.

I don't want my country to be dominated by the chinese influence. if we are

dominated by China, we won't have choices when we conduct our foreign policy

for our own interests but it depends on the president of the US as well. some

presidents adhere to democracy promotion abroad more than others.

However in the us there are laws which prohibit the government to co-operate

with coup makers in foreign countries. but if the US still neglects Thailand

because of governance, it is more likely that Thailand will align with China more

and more and the US will lose its influence in the region. a lot of Thai people

don't like the US anymore. due to many reasons

My answer may not be academic. It's my own interpretation from my experience.

Hope it helps and sorry for a late response.