Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Panduan.
Bahan02_Makalah_Perenc Pembang Responsif Gender
-
Upload
elisabeth-yuniarti -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
Transcript of Bahan02_Makalah_Perenc Pembang Responsif Gender
Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender
Oleh :
Elisabeth Yuniarti
Perencana Madya Pada Bappeda Kabupaten Cianjur
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
JULI 2013
i
Daftar Isi
Daftar Isi ......................................................................................................................................................... i
Daftar Tabel .................................................................................................................................................... i
Latar Belakang ............................................................................................................................................... 1
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender .................................................................................... 2
Pertimbangan Pengaturan Anggaran Responsif Gender (ARG), ............................................................. 2
Definisi ....................................................................................................................................................... 4
Analisis Gender .......................................................................................................................................... 4
Gender Budget Statement (GBS) ............................................................................................................... 8
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Yang Responsif Gender ............................... 10
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 11
Daftar Tabel Tabel 1. Langkah-langkah Dalam Analisis Gender ........................................................................................ 7
Tabel 2. Keterkaitan antara GAP dan GBS ..................................................................................................... 8
Tabel 3. Format Gender Budget Statement dan Cara Penyusunannya ......................................................... 9
Tabel 4. Indikator Pengendalian dan Evaluasi PPRG di Daerah .................................................................. 10
ii
1 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Latar Belakang Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 mengamanatkan kepada seluruh Menteri, Kepala
Lembaga, Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender
(PUG) pada setiap tahapan proses pembangunan, mulai dari perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota pada semua bidang pembangunan.
Sementara, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah menimbang bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah masih
terdapat ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan peningkatan
pengintegrasian gender melalui penguatan kelembagaan, perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan
yang responsif gender.
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui kebijakan
dan program yang memperhatikan pengalaman-pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan
permasalahan perempuan dan laki-laki (dan orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang-
orang dengan kebiasaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi)
untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki mulai dari tahap perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dari seluruh kebijakan, program, kegiatan di berbagai
bidang kehidupan pembangunan nasional dan daerah.
Pengarusutamaan gender merupakan proses memasukkan analisis gender ke dalam program
dan kegiatan dari instansi pemerintah dan organisasi kemasyarakatan mulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan instansi pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
Selain itu, dalam Permendagri No. 27 Tahun 2013 Pemerintah daerah mensinergikan
penganggaran program dan kegiatan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 dengan
kebijakan nasional. Salah satu dari kebijakan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor:
270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-
PA/11/2011 tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui
Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).
2 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender
Pertimbangan Pengaturan Anggaran Responsif Gender (ARG), 1
Anggaran nasional adalah bagian dari ekonomi makro yang instrumental dan mencerminkan
agenda prioritas dan strategi pembangunan. Agenda prioritas dan strategi pembangunan jangka
menengah tertuang dalam RPJM 2004 – 2009 (PP No. 7 Tahun 2005). Agenda prioritas dan
strategi dimaksud yaitu :
− 3 agenda prioritas pembangunan :
1. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis;
2. Menciptakan Indonsia aman dan damai;
3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
− 4 strategi pengarusutamaan (mainstream) ke dalam semua sektor
1. Penanggulangan kemiskinan;
2. Pembangunan berkelanjutan;
3. Tatalaksana pemerintahan yang baik;
4. Gender.
Strategi pengarusutamaan gender ke dalam anggaran pada pelaksanaannya di Indonesia dinilai
berjalan lambat, meskipun sampai Tahun 2005 sudah lebih dari 60 negara yang sudah
melakukan simulasi atau melaksanakan anggaran responsif gender (ARG).
Terdapat banyak definisi ARG, mengikuti perkembangannya, salah satunya dari Rhonda Sharp,
kurang lebih sebagai berikut :
“Gender-sensitive budgets’, ‘gender-budgets’, and ‘women’s budgets’ refer to a variety of
processes and tools aimed at facilitating an assessment of the gendered impacts of
government budgets”
Yang dimaksudkan untuk mewujudkan anggaran yang adil dan responsif untuk kebutuhan setiap
orang, utamamya bagi kelompok rentan (perempuan,anak).
Dasar pemikiran ARG diantaranya antara lain adalah bahwa kecenderungan lama “trickle down
effect”, dengan kebijakan netral gender mengasumsikan laki-laki dan perempuan akan
mendapat manfaat yang sama dari intervensi (anggaran). Pada kenyataannnya, pemikiran ini
tidak pernah terbutki. Efek menetes ke bawah tidak otomatis terjadi dengan kata lain tidak
dapat menggapai masalah kemiskinan dan ketidakadilan, termasuk ketidakadilan gender. Isu
gender selama ini luput sebagai salah satu variabel yang harus dianalisis dalam menentukan
perencanaandan anggaran (biaya dan pendapatan). “Isu gender” mengacu pada perbedaan
peran dan relasi antara perempuan dan laki-laki yang menghasilkan ketidaksetaraan atau
perbedaan perlakuan. Misalnya ketidaksetaraan dalam distribusi sumberdaya (resources),
1 Raharjo, Yulita, 2008, Anggaran Responsif Gender (ARG), paparan pada acara TOT, Tim PUG Departemen
Keuangan
3 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
manfaat, kesempatan, mengambil keputusan. Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab
kemiskinan diantara perempuan.
Secara ringkas suatu kebijakan anggaran yang ‘buta gender’ dan ‘netral gender’ tidak dapat
mengalokasikan anggaran tepat sasaran, karena :
− Menyamaratakan sasaran dan mengabaikan isu gender sehingga memperkuat ketidak-
setaraan
− Fokus sasaran tidak spesifik. Lebih rinci dapat dibayangkan pemikiran-pemikiran berikut:
� “Bagaimana alokasi anggaran dibagi?”
� “Siapa mendapat apa?”
� “Siapa memberi kontribusi apa?”
� “Apakah hasilnya menjawab keperluan yang dibutuhkan perempuan dan juga
laki-laki?”
� “Adakah indikator diukur termasik menghilangkan/mengurangi ketidak-setaraan
(gender)?”
Oleh karena itu, mengerucut pemikiran bahwa suatu anggaran sejak proses formulasi, kemudian
suatu biaya disetujui, diimplementasi, diaudit penggunaan uang/monev kinerja harus dianalisis/
atau dinilaidari lensa sosial (gender) dan bagaimana dampaknya terhadap perempuan dan laki-
laki. Analisis penilaian ini termasuk yang harus dipertimbagkan untuk anggaran pengeluaran
yang direncanakan maupun pendapatan yang akan diterima.
Perancangan konsep anggaran responsif gender perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
− ARG bukan budget yang terpisah untuk perempuan atau untuk laki-laki;
− Bukan anggaran dibagi 50 : 50;
− Bukan penyisihan anggaran;
− Bukan juga penambahan unsur baru dalam anggaran.
Maka, desain kebijakan ARG antara lain adalah bahwa ARG :
− Merupakan strategi PUG kedalam kebijakan penganggaran untuk mewujudkan
anggaran yang responsif dan berkeadilan terhadap kebutuhan semua orang,
perempuan dan laki-laki.
− Menawarkan instrumen analisis untuk melihat dampak kebijakan penganggaran
pemerintah terhadap upaya mewujudkan keadilan dan laki-laki (keadilan dan
kesetaraan gender)
− Merupakan inisiatif untuk menghubungkan langsung antara kebijakan penganggaran
dengan kebijakan sosial, melalui analisis gender sejak anggaran diformulasikan sampai
diimplementasikan.
Dua proses penting untuk memulai pelaksanaan ARG yaitu :
− Analisis data, dengan maksud mamahami keadaan perempuan dan laki-laki di
masyarakat, dalam tingkat kebijakan, dalam penganggaran, dan pada saat
implementasi.
4 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
− Formulasi ARG, dengan maksud melakukan penyesuaian kebijakan dalam
penganggaran, dan pada saat implementasi.
Definisi
Dalam bahasan umum menyangkut perencanaan dan penganggaran yang responsif gender
(PPRG), Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Perdagangan
menjelaskan bahwa PPRG merupakan instrumen untuk mengatasi adanya kesenjangan akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat antara perempuan dan laki-laki dalam pelaksanaan
pembangunan, untuk mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan. PPRG bukanlah sebuah
proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada, dan bukan pula penyusunan rencana dan
anggaran khusus untuk perempuan yang terpisah dari laki-laki. Penyusunan PPRG bukanlah
tujuan akhir, melainkan merupakan sebuah kerangka kerja atau alat analisis untuk mewujudkan
keadilan dalam penerimaan manfaat pembangunan.
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan dua proses yang saling
terkait dan terintegrasi, yaitu :
1. Perencanaan yang responsif gender
− Perencanaan yang responsif gender merupakan suatu proses pengambilan keputusan
untuk menyusun program atau pun kegiatan yang akan dilaksanakan di masa
mendatang untuk menjawab isu-isu atau permasalahan gender di masing-masing sektor.
− Perencanaan yang responsif gender adalah perencanaan yang dilakukan dengan
memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunannya.
2. Penganggaran yang responsif gender
− Penyusunan anggaran yang responsif gender guna menjawab secara adil kebutuhan
setiap warga negara, baik laki-laki maupun perempuan dengan mendorong kesetaraan
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dari anggaran.
− Penganggaran yang responsif gender tidak memisahkan anggaran untuk perempuan dan
laki-laki; bukan untuk dasar menambah alokasi anggaran; dan bukan berarti
penambahan anggaran khusus untuk perempuan
− Anggaran yang responsif gender memperhatikan kebutuhan, permasalahan, aspirasi,
pengalaman perempuan dan laki-laki, memberi manfaat yang adil kepada perempuan
dan laki-laki, serta bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Analisis Gender
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 2008 yang kemudian dirubah oleh Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2011 mengatur bahwa pemerintah daerah berkewajiban
menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD,
dan Rencana Kerja SKPD. Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
responsif gender dimaksud dilakukan melalui analisis gender.
5 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Dalam melakukan analisis gender dapat menggunakan metode alur kerja analisis gender
(Gender Analysis Pathway) atau metode analisis lain. Analisis gender terhadap rencana kerja
dan anggaran SKPD dilakukan oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Pelaksanaan analisis gender terhadap RPJMD, RENSTRA SKPD, Rencana Kerja OPD dan Rencana
Kerja Anggaran OPD dapat bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi atau pihak lain yang
memiliki kapabilitas di bidangnya. Kemudian, hasil analisis gender tersebut dituangkan dalam
penyusunan Gender Budget Statement GBS) yaitu dokumen yang menginformasikan suatu
output kegiatan telah responsif gender terhadap isu gender yang ada, dan/atau suatu biaya
telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan gender.
Hasil analisis gender yang terdapat dalam GBS di atas menjadi dasar OPD dalam menyusun
kerangka acuan kegiatan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan dokumen
RKA/DPA OPD.
Analisis Gender Analysis Pathway (GAP) yang meliputi sembilan langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Melaksanakan analisis tujuan dan sasaran kebijakan, program dan kegiatan yang
ada.
� Pastikan di tingkat apa yang akan dianalisis, apakah di tingkat kebijakan,
program atau kegiatan. Misalnya di tingkat kebijakan, analisis bisa mencakup
kebijakan itu sendiri, dan/atau rincian dari kebijakan itu, yaitu dalam (satu atau
lebih) program, dan/atau (satu atau lebih) kegiatan.
� Periksa rumusan tujuan kebijakan/program/kegiatan, apakah responsif
terhadap isu gender. Kebijakan/program/kegiatan yang netral (netral gender),
dan/atau tidak bermaksud diskriminatif terhadap jenis kelamin tertentu, dapat
berdampak berbeda terhadap perempuan dan laki-laki. Monitoring dan Evaluasi
Langkah 2 : Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin dan usia. Hasil kajian, riset, dan
evaluasi dapat digunakan sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah ada
kesenjangan gender (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Jika data terpilah
tidak tersedia, dapat menggunakan data-data proksi dari sumber lainnya..
� Data pembuka wawasan bisa berupa data statistik yang kuantitatif dan/atau
kualitatif, yang dihimpun dari: baseline survey, dan/atau; hasil Focus Group
Discussion (FGD), dan/atau ; review pustaka, dan/atau; hasil kajian, dan/atau;
hasil pengamatan, dan/atau kearifan lokal (local wisdom), dan/atau; hasil
intervensi kebijakan/program/kegiatan (jika sedang atau sudah dilakukan).
Langkah 3 : Identifikasi faktor-faktor penyebab kesenjangan berdasarkan:
a. akses, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program pembangunan telah
memberikan ruang dan kesempatan yang adil bagi perempuan dan laki-laki;
6 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
� Perlu ditelusuri apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan
perempuan dan laki-laki akses yang sama terhadap sumber-sumber
pembangunan;
b. partisipasi, yaitu identifikasi apakah kebijakan atau program pembangunan
melibatkan secara adil bagi perempuan dan laki-laki dalam menyuarakan
kebutuhan, kendala, termasuk dalam pengambilan keputusan;
� Perlu diperhatikan apakah kebijakan/program/kegiatan
memberikan perempuan dan laki-laki partisipasi yang sama dalam
berbagai tahapan pembangunan termasuk dalam pengambilan
keputusan ;
c. kontrol, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan
kesempatan penguasaan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk
mengontrol sumberdaya pembangunan;
� Perlu diamati apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan
perempuan dan laki-laki kontrol (penguasaan) yang sama terhadap
sumber-sumber pembangunan;
d. manfaat, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan manfaat
yang adil bagi perempuan dan laki-laki.
� Perlu diamati apakah kebijakan/program/kegiatan memberikan
manfaat yang sama terhadap perempuan dan laki-laki.
Langkah 4 : Menemukenali sebab kesenjangan di internal lembaga (budaya organisasi) yang
menyebabkan terjadinya isu gender.
� Temukenali isu gender di internal lembaga dan/atau budaya organisasi yang
(dapat) menyebabkan terjadinya isu gender, misalnya: produk hukum,
kebijakan, pemahaman tentang gender yang masih kurang diantara personil
(pengambil keputusan, perencana, staf, dan lainnya), dan political will dari
pengambil kebijakan.
Langkah 5 : Menemukenali sebab kesenjangan di eksternal lembaga, yaitu di luar unit kerja
pelaksana program, sektor lain, dan masyarakat/lingkungan target program.
� Perlu diperhatikan apakah pelaksanaan program cukup peka atau tidak peka
terhadap kondisi isu gender di masyarakat yang jadi target program;
� Perhatikan kondisi masyarakat sasaran (target group) yang belum kondusif,
misalnya, budaya patriarkhi, dan steriotipi gender (laki-laki yang selalu dianggap
sebagai kepala keluarga; dan pekerjaan tertentu dianggap sebagai pekerjaan
perempuan atau pekerjaan laki-laki).
Langkah 6 : Reformulasi tujuan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan menjadi
responsif gender (bila tujuan yang ada saat ini belum responsif gender).
Reformulasi ini harus menjawab kesenjangan dan penyebabnya yang diidentifikasi
di langkah 3,4, dan 5.
7 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
� Rumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan pembangunan, yang
terdapat pada Langkah 1, untuk mempertajam tujuan dan menjadi responsif
gender.
Langkah 7 : Menyusun rencana aksi, menetapkan prioritas, output dan hasil yang diharapkan
dengan merujuk isu gender yang telah diidentifikasi. Rencana aksi tersebut
merupakan rencana kegiatan untuk mengatasi kesenjangan gender.
� Susunlah rencana aksi yang responsif gender dengan merujuk pada isu gender
yang telah teridentifikasi (Langkah 3-5) dan sesuai dengan tujuan
kebijakan/program/kegiatan yang telah direformulasi (Langkah 6).
Langkah 8 : Menetapkan base-line atau data dasar yang dipilih untuk mengukur suatu
kemajuan atau progres pelaksanaan kebijakan atau program. Data dasar tersebut
dapat diambil dari data pembuka wawasan yang relevan dan strategis untuk
menjadi ukuran.
� Tetapkan baseline yaitu data dasar yang dipilih untuk mengukur kemajuan
(progress) pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan. Data dasar tersebut dapat
juga diambil dari data pembuka wawasan (Langkah 2).
Langkah 9 : Menetapkan indikator kinerja (baik capaian output maupun outcome) yang
mengatasi kesenjangan gender di langkah 3,4, dan 5.
� Tetapkan indikator gender yaitu ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk:
� Memperlihatkan apakah kesenjangan gender telah teratasi dan hilang atau
berkurang; dan/atau
� Memperlihatkan apakah telah terjadi perubahan perilaku dan nilai pada
para perencana kebijakan/program/kegiatan, di internal lembaga; dan/atau
� Memperlihatkan apakah terjadi perubahan relasi gender di dalam rumah
tangga, dan/atau di masyarakat
Semua langkah di atas dimasukkan dalam bentuk tabel matriks untuk mempermudah cara
melihatnya dan mempermudah upaya-upaya untuk mempertajam tujuan
kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender.
Tabel 1. Langkah-langkah Dalam Analisis Gender
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Pilih
kebijakan/
program/
kegiatan yang
akan dianakisi
Data Pembuka
Wawasan
Isu Gender Kebijakan dan Rencana Ke depan Pengukuran Hasil
Faktor
Kesenjangan
Sebab
Kesenjangan
internal
Sebab
Kesenjangan
eksterrnal
Reformulasi
tujuan
Rencana Aksi Data dasar
(baseline)
Indikator
Gender
Identifikasi
dan tuliskan
tujuan dari
Kebijakan/
Program/
Kegiatan
Sajikan data
pembuka
wawasan,
yang terpilah
jenis kelamin
dan usia,
kuantitatif
dan kualitatif
Temu kenali
isu gender di
proses
perencanaan
Dengan mem-
perhatikan
faktor-faktor
kesenjangan
akses,
partisipasi,
Temu kenali
penyebab
faktor
kesenjangan
gender yang
datang dari
internal
pelaksana
program.
Temu kenali
penyebab
faktor
kesenjangan
gender yang
datang dari
lingkungan
eksternal
lembaga
pada proses
Reformulasi-
kan tujuan
kebijakan bila
tujuan yang
ada saat ini
belum respon-
sif gender.
Tujuan ini
harus men-
jawab sebab
Tetapkan
rencana
aksi/kegiatan
yang merujuk
pada tujuan
yang responsif
gender untuk
mengatasi
kesenjangan
dan penye-
Tetapkan
baseline
yang
diambil dari
data pembuka
wawasan pada
langkah 2 yang
relevan
dengan
tujuan dan
Tetapkan
indikator
kinerja (baik
capaian
output
maupun
outcome)
yang
mengatasi
kesenjangan
8 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
kontrol dan
manfaat
(cantumkan
hanya
faktor
kesenjangan
yang
relevan).
pelaksanaan
program.
kesenjangan
yang di iden-
tifikasi di
langkah 3,4,
dan 5.
babnya yang
ada di langkah
3, 4, dan 5.
Tetapkan juga
rencana aksi
prioritas
berikut output
dan
hasil kegiatan.
dapat diukur. gender di
langkah 3,4,
dan
5.
Gender Budget Statement (GBS)
Gender Budget Statement (GBS) adalah Pernyataan Anggaran Gender disebut juga dengan
Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG) merupakan dokumen akuntabilitas yang
berperspektif gender dan disusun oleh lembaga pemerintah untuk menginformasikan suatu
kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada, dan apakah telah dialokasikan dana pada
kegiatan bersangkutan untuk menangani permasalahan gender tersebut. GBS dalam proses
penganggaran daerah disusun pada saat persiapan RKA SKPD.
GBS ini menginformasikan bahwa rencana kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang
dihadapi, dan telah dialokasikan dana pada kegiatan bersangkutan untuk menangani
permasalahan gender tersebut. Analisis situasi isu gender tersebut harus digambarkan dalam
sub-kegiatan dalam format GBS. Adapun format dan yang harus tergambarkan atau dimasukkan
dalam GBS dapat dilihat pada form di bawah ini.
Untuk menjaga konsistensi antara GAP dan GBS, perlu dikaitkan antara keduanya. Berikut
adalah tabel yang menggambarkan keterkaitan antara GAP dan GBS :
Tabel 2. Keterkaitan antara GAP dan GBS
Tahapan GAP GBS
Langkah 1 Kebijakan/program/kegiatan Program/kegiatan
Langkah 2 Data pembuka wawasan Analisis situasi
Langkah 3 Faktor kesenjangan Analisis situasi
Langkah 4 Sebab kesenjangan internal Analisis situasi
Langkah 5 Sebab kesenjangan eksternal Analisis situasi
Langkah 6 Reformulasi tujuan Capaian Program, Tolok Ukur
Langkah 7 Rencana aksi Rencana aksi (Kegiatankegiatan yang
berkontribusi pada kesetaraan gender)
Langkah 8 Data dasar (baseline) Mendukung Capaian Program , Indikator
dan Target Kinerja
Langkah 9 Indikator kinerja Capaian Program , Indikator dan Target
Kinerja
Tabel di bawah ini adalah format GBS untuk memastikan suatu kegiatan sudah responsif
terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki.
9 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Tabel 3. Format Gender Budget Statement dan Cara Penyusunannya
PERNYATAAN ANGGARAN GENDER
(GENDER BUDGET STATEMENT)
NAMA OPD : (Nama OPD)
UNIT ORGANISASI : (Tahun Anggaran)
PROGRAM Nama Program (GAP langkah 1)
KODE PROGRAM Kode Program (Sesuai dengan Form RKA 2.2.1)
ANALISA SITUASI 1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender). (Diambil dari GAP langkah 2)
2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender
a. Faktor Kesenjangan (Diambil dari GAP langkah 3)
b. Penyebab Internal (Diambil dari GAP langkah 4)
c. Penyebab Eksternal (Diambil dari GAP langkah 5)
CAPAIAN PROGRAM 1. Tolok Ukur
Tujuan Program yang telah diformulasi
(Diambil dari GAP langkah 6)
2. Indikator dan Target Kinerja
(Diambil dari GAP langkah 9)
JUMLAH ANGGARAN PROGRAM Informasinya sama dengan yang ada dalam form 2.2 RKA SKPD
RENCANA AKSI Kegiatan 1 (Diambil dari GAP langkah 7)
Informasinya sama dengan yang ada dalamForm RKA 2.2.1
Masukan Rp.
Keluaran
Hasil
Kegiatan 2 (Diambil dari GAP langkah 7)
Informasinya sama dengan yang ada dalamForm RKA 2.2.1
Masukan Rp.
Keluaran
Hasil
………, …………….....…..
KEPALA SKPD
NAMA
Pangkat/Gol
NIP
10 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Yang
Responsif Gender
Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar
suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Sedangkan
evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Dalam konteks PPRG di daerah, pengendalian terhadap PPRG mencakup seluruh proses dan
substansi penetapan dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran daerah. Pengendalian
PPRG dilakukan melalui pemantauan dan pengawasan mulai dari tahap penyusunan hingga
penetapan dokumen-dokumen tersebut. Hasil dari pemantauan dan pengawasan digunakan
untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa proses dan substansi dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah sudah responsif gender.
Tabel 4. Indikator Pengendalian dan Evaluasi PPRG di Daerah
No. Aspek Indikator Pengendalian Indikator Evaluasi
1. Komitmen dan Kebijakan Keberadaan atau ketiadaan :
− Regulasi tentang PPRG yang
di keluarkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
dan atau DPRD
− Pedoman atau acuan
pelaksanaan PPRG
− Petunjuk teknis pelaksanaan
PPRG (bagi SKPD yang
disahkan oleh
Gubernur/Bupati/ Walikota)
− Kebijakan tentang data
terpilah
− Jumlah SKPD yang sudah
mempraktikkan PPRG
Efektifitas pelaksanaan:
− Regulasi tentang PPRG
yang dikeluarkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
dan atau DPRD
− Pedoman atau acuan
pelaksanaan PPRG
− Petunjuk teknis
pelaksanaan PPRG (bagi
SKPD yang disahkan oleh
Gubernur/Bupati/
Walikota)
− Kebijakan tentang data
terpilah
− Trend jumlah SKPD yang
sudah mempraktikkan
PPRG
− Tantangan mendorong
komitmen dan kebijakan
PPRG
2. Kelembagaan Keberadaan atau ketiadaan :
Pokja PUG
− Program Kerja dan atau
Rencana Kerja Pokja PUG
− Focal Point
− Rencana Aksi Daerah
(RANDA) PUG
− Laporan Kerja POKJA PUG
− Tim Teknis ARG
Efektifitas kerja:
− Pokja PUG
− Focal Point
− Tim Teknis ARG
− Tantangan mendorong
efektifitas kerja
kelembagaan PUG
3. Sumber Daya dan Anggaran Keberadaan atau ketiadaan :
− SDM perencana SKPD
memiliki kemampuan dalam
melaksanakan PPRG (sesuai
PMK yang berlaku, atau
kesepakatan daerah)
− Anggaran untuk pelembagaan
PUG
Peningkatan kualitas dan
kuantitas:
− SDM perencana SKPD
memiliki kemampuan
dalam melaksanakan PPRG
− Anggaran untuk
pelembagaan PUG
− Tantangan peningkatan
11 Makalah “Orientasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender”
No. Aspek Indikator Pengendalian Indikator Evaluasi
kualitas dan kuantitas
SDM
4. Profil Gender
dan Data Terpilah
Keberadaan atau ketiadaan :
− Profil gender daerah
− Data terpilah berkaitan
dengan program terkait
Efektivitas pemanfaatan:
− Profil gender daerah
− Data terpilah dalam
penentuan program dan
kegiatan
− Tantangan penyusunan
serta pemanfaatan profil
gender dan data terpilah
5. Partisipasi Masyarakat − Forum PUG yang melibatkan
Organisasi Masyarakat Sipil
(OMS)
− Keterlibatan masyarakat,
perempuan dan lakil-aki
dalam setiap proses
perencanaan dan
penganggaran (Musrenbang
dan Konsultasi Publik)
− Trend jumlah OMS yang
terlibat dalam Forum PUG
di daerah
− Trend jumlah perempuan
dan laki-laki yang terlibat
dalam Musrenbang
− Trend jumlah perempuan
dan laki-laki yang terlibat
dalam Konsultasi Publik
RKPD,
− Tantangan partisipasi
masyarakat
Daftar Pustaka ____________ . 2010. Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang
Perdagangan. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
____________ . 2012. Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
BAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor: 270/M.PPN/11/2012,
Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011
tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui
Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).
Raharjo, Yulita, 2008, Anggaran Responsif Gender (ARG), paparan pada acara TOT, Tim PUG Departemen
Keuangan