Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

104

Transcript of Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Page 1: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 2: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 3: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanA

Rp. +/-%+=@!*

Page 4: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

KERJASAMA:KEMENTERIAN KESEHATAN RI – KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK - UNFPA

TIM PENYUSUN :

Kemenkes : dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes., dr. Gita Maya, MHA.,

dr.AndiSaguni,MA.,LaodeMusafin,SKM,M.Kes.

KPP-PA : Dra. Endang Moerniati, MM., Drs. Darsono, Msi.,

Dra. Lieska Prasetya, MSI.

UNFPA : dr. Lany Harijanti, Anis Hamim, MA.

ISBN xxxxxxxxxx

Desain dan layout INTERAXI.

Page 5: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatani

Perencanaan dan penganggaran responsif gender merupakan salah satu komponen dari Pengarusutamaan Gender (PUG), dan sebagai komitmen kami dalam mendukung pelaksanaan PUG Bidang Kesehatan maka telah disusun Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan dengan melibatkan banyak pihak, tidak hanya dari unit-unit di intern Kementerian Kesehatan tapi juga dengan melibatkan Kementerian PP&PA, UNFPA dan pihak-pihak lainnya. Buku Panduan ini merupakan up-dating dari Buku Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender yang pernah diterbitkan pada tahun 2008.

Perencanaan dan penganggaran responsif gender bidang kesehatan ini merupakan instrumen untuk mengatasi adanya perbedaan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan kesehatan bagi laki-laki dan perempuan sehingga diharapkan kesenjangan gender dapat dihilangkan atau setidaknya dapat dikurangi. Perencanaan dan penganggaran responsif gender bidang kesehatan bukanlah sebuah proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada, sehingga bukan berarti melakukan dua kali perencanaan, tetapi memastikan bagaimana agar perspektif gender dapat diintegrasikan dalam setiap tahapan perencanaan dan penganggaran. Oleh karenanya jangan diartikan sebagai rencana dan anggaran khusus untuk perempuan yang terpisah dari laki-laki.

Bahan tulisan untuk panduan ini berasal dari orientasi termasuk studi literatur internasional serta asesmen dan masukan dari banyak pihak melalui wawancara, FGD, workshop dan simulasi. Simulasi penerapan disamping dilakukan pada unit yang berada di intern Kementerian Kesehatan juga dilakukan pada Dinas Kesehatan Provinsi. Walaupun buku Panduan ini lebih difokuskan untuk penyusunan Anggaran Responsif Gender (ARG) bersumber APBN Kementerian Kesehatan termasuk dari Dana Dekonsentrasi, namun kami berharap buku ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi banyak pihak seperti pihak universitas, pemerintah daerah, ‘pemerhati gender’ dan pihak-pihak lainnya.

SEPATAH KATAKepala Biro Perencanaan dan Anggaran

Page 6: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

ii

Saya yakin buku ini masih belum sepenuhnya sempurna, oleh karena itu saran dan masukan bersifat konstruktif tetap kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya ke depan.

Jakarta, November 2010 KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN SETJEN KEMENTERIAN KESEHATAN RI,

dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes

Page 7: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehataniii

KATA PENGANTARSekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 telah ditetapkan, dan menjadi

arah kebijakan pembangunan kesehatan lima tahun kedepan. Untuk mencapai

target kinerja yang ditetapkan dalam Renstra tersebut, ditempuh berbagai

strategi kebijakan perencanaan dan penganggaran kesehatan, antara lain melalui

pengarusutamaan gender (PUG) dalam setiap penyusunan kebijakan, program,

dan kegiatan di Kementerian Kesehatan.

Pelaksanaan PUG bidang kesehatan telah diamanahkan sejak tahun 2000 melalui

Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional, dan

ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 878 Tahun

2006 tentang Tim Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan. PUG Bidang

Kesehatan (PUG-BK) selanjutnya dipertegas melalui Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang kesehatan. Dukungan kebijakan PUG juga dinyatakan dalam

RPJPN Tahun 2005-2025, RPJMN Tahun 2010-2014, serta RPJP Kesehatan Tahun

2005-2025, yang menjadikan isu gender menjadi bagian integral pembangunan

kesehatan.

Sebagai tindak lanjut atas kebijakan tersebut, sejak tahun 2008 telah disusun

pedoman perencanaan dan penganggaran responsif gender. Namun seiring dengan

dinamika perubahan kebijakan perencanaan dan penganggaran, panduan tersebut

direvisi menjadi Buku Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender (PPRG) Bidang Kesehatan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1459/Menkes/SK/X/2010.

Salah satu prinsip utama dalam perencanaan dan penganggaran responsif gender

adalah analisis gender terhadap setiap kebijakan, dan pelaksanaan program dan

kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan, yang selanjutnya diintegrasikan

dalam penyusunan RKA-KL. Hal tersebut tidak berarti bahwa perencana kesehatan

harus melakukan dua kali proses perencanaan dan penganggaran, tetapi berupaya

mengintegrasikan perspektif gender dalam setiap proses perencanaan dan

penganggaran.

Pengintegrasian perspektif gender menjadikan perencanaan menjadi lebih tepat

sasaran dan efektif, karena didahului oleh analisis determinan sosial dari perspektif

gender. Pada tahap ini dilakukan pemetaan antara peran, kondisi, dan kebutuhan

Page 8: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

iv

kesehatan perempuan dan laki-laki, sehingga diperoleh solusi yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.

Pada akhirnya akan bermuara pada pencapaian target indikator kinerja kegiatan

sebagaimana ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Buku Panduan ini merupakan panduan teknis, sehingga setiap unit utama

diharapkan mampu menyusun Anggaran Responsif Gender yang selanjutnya

digunakan sebagai salah satu dokumen dalam penelaahaan RKA-KL di Kementerian

Keuangan.

Merupakan sebuah kebanggaan, Kementerian Kesehatan kembali dipercaya

menjadi K/L pilot project pelaksanaan Anggaran Responsif Gender (ARG) melalui

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/2010. Komitmen tersebut diperkuat lagi

dengan Kesepakatan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Negaran

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 593/MENKES/SKB/

V/2010 - Nomor 07/MEN.PP&PA/5/2010 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Bidang Kesehatan.

Melalui kesempatan ini saya mengajak kepada semua unit utama di Kementerian

Kesehatan, secara bertahap melakukan proses perencanaan dan penganggaran

yang responsif gender, sehingga pada akhir tahun 2014 semua program

dan kegiatan pembangunan kesehatan telah responsif gender. Melalui Visi

Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan Berkeadilan”,

kita telah berkomitmen mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, dengan menurunkan disparitas status kesehatan antar wilayah, status

sosial ekonomi serta gender.

Buku ini merupakan kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Untuk itu kepada semua pihak

yang telah berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan

buku panduan ini, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dalam menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di Indonesia yang kita cintai. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, November 2010

SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI,

dr. Ratna Rosita, MPHM

Page 9: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatanv

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

Relevansi gender dengan bidang kesehatan, sangat erat kaitannya. Evidence

based dari studi-studi gender dan kesehatan menyatakan bahwa salah

satu penyebab utama dan akar masalah dari rendahnya status kesehatan

masyarakat dan permasalahan kesehatan adalah belum responsifnya

kebijakan, program dan kegiatan kesehatan terhadap isu gender. Masih

banyak kebijakan, program dan kegiatan kesehatan yang masih bias atau

netral gender, karena masih cenderung mengasumsikan bahwa kebutuhan

kesehatan (health needs) antara perempuan dan laki-laki adalah sama.

Faktanya, perempuan dan laki-laki mempunyai kebutuhan kesehatan dan

interes yang berbeda, serta peran dan relasi gender yang masih cenderung

menempatkan perempuan “dibawah” laki-laki, sehingga situasi tersebut

menyebabkan implikasi yang berbeda pula dalam hal akses, partisipasi, manfaat, dan kontrol terhadap

upaya kesehatan.

Untuk itu, kami berharap bahwa kita semua mempunyai kesamaan pandangan dan komitmen bahwasanya

Pengarusutamaan gender (PUG) Bidang Kesehatan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, bukan

hanya karena dorongan aturan/kebijakan yang pro gender, tetapi lebih dari itu menumbuhkan kesadaran

bahwasanyaPUGmerupakanpendekatanyangefisiendanefektifuntukmencapaitargetkinerjaoutput

dan outcome pembangunan kesehatan. Perlu kita pahami bersama pula bahwa dalam mencapai tujuan

pembangunan nasional, sektor kesehatan bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas SDM dan

indikator untuk menilainya bukan hanya dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tetapi juga

dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) bahkan dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

Jika kita menelaah kembali dokumen perencanaan pemerintah, yang menjadi acuan dalam penyusunan

dokumen perencanaan Kemkes, baik dokumen perencanaan jangka panjang, jangka menengah, maupun

jangka pendek atau tahunan, semuanya telah menyatakan bahwa gender merupakan mainstream dalam

penyusunan kebijakan, program dan kegiatan, dan terintegrasi dalam siklus perencanaan dan penganggaran,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pembangunan kesehatan. Dukungan kebijakan tersebut secara jelas

diuraikan dalam Bab I, Pendahuluan, Buku Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

(PPRG) ini.

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RI

Page 10: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

vi

Secara struktur, PPRG merupakan bagian integral dari PUG Bidang Kesehatan, dan secara kesisteman maka

PPRG merupakan bagian sistem perencanaan dan penganggaran yang telah berjalan selama ini. Selama

ini, masih ada anggapan bahwa melakukan analisis gender berarti menambah beban pekerjaan. Namun,

sesungguhnya perencanaan dan penganggaran rensponsif gender bukanlah berarti melakukan dua kali

perencanaan, tetapi hanya memastikan bagaimana agar perspektif gender dapat diintegrasikan dalam

setiap tahapan perencanaan dan penganggaran. Karena itulah, sebuah perencanaan dan penganggaran

responsif gender akan mendiagnosa dan memberikan jawaban yang lebih tepat kebutuhan program dan

anggaran kesehatan bagi perempuan dan laki-laki, dan pada akhirnya mendukung tercapainya target

indikator kinerja kegiatan yang telah ditetapkan.

Biro Perencanaan dan Anggaran telah mengkoordinir penyusunan Buku Panduan PPRG ini yang tidak hanya

melibatkan lintas program dan unit yang ada di lingkungan Kemkes tapi juga melibatkan Kementerian Negara

PP&PA serta UNFPA dan juga mendapatkan masukan-masukan dari daerah. Hal tersebut telah menunjukkan

komitmen Kemkes dalam rangka mengembangkan team work yang terpadu dalam melaksanakan PUG

bidang kesehatan di Kementerian Kesehatan.

Oleh karenanya, melalui kesempatan ini juga, kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang

ditunjukkan oleh tim tersebut atas kerja kerasnya sehingga Buku Panduan PPRG ini dapat tersusun. Lebih

dari itu, kami berharap bahwa buku panduan ini dapat menjadi materi yang dapat dipakai oleh banyak

pihak dalam upaya mengembangkan dan melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan yang rerponsif

gender.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal

Alamin.

Jakarta, November 2010

MENTERI KESEHATAN,

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

Page 11: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatanvii

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN PENGANTARPADA PANDUAN

PERENCANAAN DAN PENGGANGGARAN RESPONSIF GENDERBIDANG KESEHATAN

Saya menyambut balk diterbitkannya Panduan Perencanaan dan

Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan. Panduan ini akan

memberikansumbanganyangcukupsignifikandalammengimplementasikan

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres tersebut mengamanahkan

bagi semua Kementerian dan Lembaga Pemerintah untuk mengintegrasikan

perspektif gender pada saat menyusun kebijakan, program dan kegiatan

masing-masing, termasuk Kementerian Kesehatan, sehingga perempuan

dan laki-laki mendapatkan akses dan manfaat yang adil dan setara di

dalam bidang Kesehatan; antara lain yang dilaksanakan melalui penerbitan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119 Tahun 2009 yang

diperbaharui dengan PMK Nomor 104 Tahun 2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

Tahun Anggaran 2011 yang menetapkan Kementerian Kesehatan sebagai salah satu uji coba penerapan

anggaran yang responsif gender.

Panduan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan langkah¬langkah di dalam menyusun kebijakan,

program dan kegiatan di bidang kesehatan dengan pendekatan anggaran responsif gender sesuai dengan

PMK Nomor 104 Tahun 2010 di atas.

Page 12: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

viii

Tersusunnya panduan ini atas kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

dengan Kementerian Kesehatan, yang difasilitasi oleh UNFPA.

Untuk itu, kami sampaikan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun dan pihak-pihak yang telah

berkontribusi. Akhirnya, kami berharap Panduan ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh semua pihak

yang terkait.

Jakarta, September 2010

Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia

Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP

Page 13: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatanix

DAFTAR ISI

Page 14: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

x

Page 15: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatanxi

Menimbang a. Bahwa untuk melaksanakan Inpres Nomor 9 Tahun 2000

tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), Kementerian Kesehatan

berkewajiban melakukan PUG dalam kebijakan, program dan

kegiatan pembangunan kesehatan;

b. bahwa sesuai dengan PMK Nomor 104 tahun 2010, menunjuk

Kementerian Kesehatan menjadi pilot project pelaksanaan

Anggaran Responsif Gender dalam penyusunan RKA-KL TA.

2011;

c bahwa Kesepakatan Bersama Antara Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan

Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Bidang Kesehatan No. 07/MEN.PP&PA/5/2010 – No.

593/MENKES/SKB/V/2010, perlu ditindaklanjuti;

d. bahwa sebagai tindak lanjut sebagaimana dimaksudkan pada

huruf a, b, dan c telah disusun Panduan Perencanaan dan

Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan.

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR: 1459/MENKES/SK/X/2010

TENTANG

PANDUAN PERENCANAAN DAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER BIDANG KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

Page 16: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

xii

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan lembaran

Negara Nomor 5063);

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian

Negara Republik Indonesia;

6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

7. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional ;

8. Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;

9. Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

yang Berkeadilan;

10. Peraturan Menteri Keuangan No 104/PMK.02/2010 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran

2011.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 375/

MENKES/SK/V/2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/60/I/2010

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun

2010 – 2014;

13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 878 Tahun 2006 tentang

Tim Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK);

14. Kesepakatan Bersama Antara Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Menteri Kesehatan

No. 07/MEN.PP&PA/5/2010 – No. 593/MENKES/SKB/V/2010

tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Bidang

Kesehatan;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan

Kesatu : Keputusan Menteri Kesehatan tentang Panduan Perencanaan

dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan.

Kedua : Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

Bidang Kesehatan, sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.

Ketiga : Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Diktum

Kedua digunakan sebagai acuan bagi Kementerian Kesehatan

Page 17: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatanxiii

dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran program

pembangunan kesehatan yang responsif gender.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 4 Oktober 2010

Menteri Kesehatan,

Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH

Page 18: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan1xiv

Page 19: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan1xiv

PENDAHULUAN

bab

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia (SDM) Indonesia sehingga mempunyai kemampuan daya saing secara

global. Isu SDM sebagai prioritas pembangunan nasional merupakan amanah

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025, yang kemudian secara bertahap

dijabarkan dalam perencanaan pembangunan lima tahunan dan perencanaan

tahunan.

Terdapat tiga indikator kualitas SDM yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

atau Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau

Gender-related Development Index (GDI) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

atau Gender Empowerment Measurement (GEM). IPM atau HDI Indonesia telah

mengalami peningkatan, yaitu dari 0,687 pada tahun 2004 menjadi 0,719 pada

tahun 2008. Perbaikan IPM Indonesia belum diikuti oleh perbaikan IPG, meskipun

IPG Indonesia mengalami peningkatan dari 0,639 pada tahun 2004 menjadi 0,664

pada tahun 2008, namun nilainya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan

nilai IPM pada tahun yang sama. Demikian pula dengan Indeks Pemberdayaan

Gender, belum mengalami peningkatan yang berarti yaitu 0,597 pada tahun 2004

menjadi 0,623 pada tahun 2008 (UNDP; 2008).

IPG Indonesia pada tahun 2008 menduduki peringkat ke-94 dari 177 negara, dan

di antara 10 negara-negara ASEAN, Indonesia berada pada peringkat ke-6 setelah

IBAB

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

Nomor : 1459/MENKES/SK/X/2010Tanggal : 4 Oktober 2010

Page 20: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan32

Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sedangkan IDG

Indonesia menduduki peringkat ke-107 dari 177 negara. Peningkatan IDG masih

relatif kecil setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya peningkatan

kesetaraan gender di bidang sosial, ekonomi, dan politik belum berhasil secara

signifikan.

Sejak tahun 2000, isu kesenjangan gender telah menjadi salah satu komitmen

utama pemerintah. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional, pemerintah

telah berkomitmen menjadikan isu gender sebagai mainstream (arusutama)

pembangunan. Inpres ini mewajibkan pemerintah pusat dan daerah melakukan

pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evalusi pembangunan.

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu penentu kualitas SDM telah mengadopsi

PUG. Komitmen pemerintah melalui Inpres No. 9 tahun 2000 tersebut di atas,

dipertegas kembali melalui UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya

pasal 2 yang berbunyi “Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan

terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-

norma agama”. selain itu dalam sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, Responsif

Gender menjadi salah satu dasar penyelenggaraan SKN. Sejalan dengan peraturan-

peraturan tersebut di atas, dengan memperhatikan amanah Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)

Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan

(RPJP-K) Tahun 2005-2025 dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014

sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-

2014, Kementerian Kesehatan telah menjadikan isu gender sebagai mainstream

dalam pembangunan kesehatan. PUG di Kementerian Kesehatan juga diperkuat

dengan Kesepakatan Bersama Antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak dengan Menteri Kesehatan No. 07/MEN.PP&PA/5/2010 –

No. 593/MENKES/SKB/V/2010 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di

Bidang Kesehatan.

Sementara itu, isu kesehatan dan gender juga telah menjadi komitmen global yang

dinyatakan dalam MDGs. Terdapat 5 tujuan MDGs yang berhubungan dengan

bidang kesehatan, yaitu tujuan 1 (Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan),

melalui peningkatan status gizi balita, tujuan 4 (Menurunkan Kematian Anak),

tujuan 5 (Peningkatan Kesehatan Ibu), tujuan 6 (Mengendalikan HIV/ AIDS, Malaria

dan penyakit menular lainnya), serta tujuan 7 (Menjamin Kelestarian Lingkungan

Hidup), melalui penyehatan lingkungan. Sedangkan isu gender tercantum pada

tujuan 3 MDGs (Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan),

yang bersifat cross cutting dalam mencapai 7 tujuan lainnya dari 8 tujuan MDGs.

Program dan kegiatan kesehatan yang berhubungan dengan pencapaian target

Page 21: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan32

MDGs selanjutnya diperkuat dengan Inpres No. 1 tahun 2010 tentang percepatan

pelaksanaan prioritas pembangunan nasional tahun 2010 dan Inpres No. 3 tahun

2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan dengan 3 substansi yaitu

pro rakyat, keadilan untuk semua, dan pencapaian tujuan MDGs.

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa kebijakan PUG bidang kesehatan

telah mendapatkan dukungan kebijakan dan peraturan perundang-undangan

yang sangat kuat, sehingga perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan perencanaan

dan penganggaran bidang kesehatan yang responsif gender. Perencanaan

kesehatan yang responsif gender telah dinyatakan dalam dokumen perencanaan

sebagaimana diuraikan tersebut di atas. Sedangkan dokumen penganggaran

responsif gender bidang kesehatan atau disebut dengan Anggaran Responsif

Gender (ARG) diamanahkan melalui PMK No. 119 tahun 2009 yang menetapkan

Kementerian Kesehatan sebagai salah satu ujicoba penerapan ARG dari 7

Kementerian/Lembaga (K/L) yaitu Departemen Pendidikan Nasional, Departemen

Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Departemen

Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Selanjutnya penerapan ARG

diperbarui dengan PMK No. 104 tahun 2010, yang kembali menetapkan 7

(tujuh) K/L pilot tahun anggaran 2011 (Kementerian Pertanian, Kementerian

Pekerjaan Umum, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan,

Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas) ditambah K/L yang menangani

Bidang Perekonomian dan Bidang Polsoskum (Politik, Sosial, dan Hukum). Kedua

PMK dimaksud telah mengintegrasikan ARG dalam penyusunan RKA-KL.

Terdapat dua bentuk dokumen ARG dalam penyusunan RKA-KL, yaitu TOR responsif

gender dan Gender Budget Statement (GBS). Dalam penelaahan RKA-KL kedua

dokumen ARG tersebut merupakan bagian integral dari dokumen pendukung

penelaahan RKA-KL yang menjadi syarat penelaahan RKA-KL oleh Direktorat

Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. Karena ARG telah menjadi bagian

integral sistem perencanaan dan penganggaran K/L, maka Kementerian Kesehatan

perlu menyusun panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender yang

menjadi acuan bagi para perencana kesehatan dalam penyusunan ARG.

B. Tujuan Penyusunan Panduan

1. Memberikan panduan bagi para perencana dalam menyusun Anggaran

Responsif Gender (ARG) di bidang kesehatan.

2. Memampukan para perencana untuk mengintegrasikan perspektif gender

dalam setiap tahapan perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan.

Page 22: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan54

C. Ruang Lingkup Panduan

1. Teknik analisis gender bidang kesehatan dengan menggunakan Gender

Analysis Pathway (GAP)

2. Teknik penyusunan TOR (Term of Reference) responsif gender

3. Teknik penyusunan GBS (Gender Budget Statement)

Untuk mempermudah dan membantu para perencana memahami konsep gender

dalam penyusunan ARG, maka dalam panduan ini juga disampaikan secara singkat

tentang konsep gender dan isu gender dalam bidang kesehatan yang dapat dilihat

pada BAB II.

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025;

2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014;

4. Inpres No. 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional;

5. Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional Tahun 2010;

6. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 374/MENKES/SK/V/2009

tentang Sistem Kesehatan Nasional (TKN).

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 375/MENKES/SK/V/2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)

Tahun 2005-2025;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/60/ I/

2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 –

2014;

10. Peraturan Menteri Keuangan No 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran 2011;

11. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.878 Tahun 2006 tentang Tim

Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG-BK);

12. Kesepakatan Bersama Antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak dengan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender di Bidang Kesehatan No. 07/MEN.PP&PA/5/2010 –

No. 593/MENKES/SKB/V/2010.

Page 23: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan5

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang KesehatanBAB I Pendahuluan54

A. Konsep Gender

Gender merujuk pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki sejak lahir, tumbuh

kembang dan besar melalui proses sosialisasi di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Lingkungan sosial mereproduksi pembedaan peran gender melalui pemisahan

kepantasan untuk perempuan dan kepantasan untuk laki-laki. Pembedaan peran

gender tidak bersifat universal, tetapi berbeda antara satu kebudayaan dengan

kebudayaan lainnya dan dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Singkat kata, bahwa gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan

tanggungjawab perempuan dan laki-laki yang terjadi akibat dari dan dapat

berubah oleh konstruksi/ keadaan sosial budaya masyarakat (WHO, 2010).

Istilah gender relatif baru masuk dalam khazanah pembangunan, termasuk

pembangunan kesehatan, sehingga masih banyak terjadi kerancuan dalam

memahaminya apalagi mengaplikasikannya. Kerancuan itu bermula dari pemahaman

yang keliru tentang ‘gender’ yang sering diartikan sebagai jenis kelamin, khususnya

perempuan; padahal, istilah ‘jenis kelamin/ sex’ berbeda dengan gender.

Jenis kelaminmengacupadaperbedaankarakteristikbiologisdanfisiologisyang

membedakan perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin bersifat kodrati dan universal

(berlaku di mana saja) dan tidak bisa dipertukarkan satu sama lain. Contoh dari

sifat jenis kelamin antara lain:

- Perempuan dapat melahirkan, menstruasi, menyusui, laki-laki tidak;

- Perempuan mempunyai payudara yang berfungsi untuk menyusui, sedangkan

laki-laki tidak memilikinya;

- Laki-laki mempunyai jakun, mempunyai testis, menghasilkan sperma, sedangkan

perempuan tidak;

- Laki-laki mempunyai tulang yang lebih masif.

Gender mengacu pada peran, prilaku, kegiatan serta karakteristik sosial lainnya

yang dibentuk oleh suatu masyarakat atau budaya tertentu berdasarkan persepsi

yang pantas untuk perempuan atau pantas untuk laki-laki. Persepsi gender

dipraktikkan melalu perbedaan cara perempuan dan laki-laki dibesarkan, diajari

KONSEP GENDER DAN ISU GENDER BIDANG KESEHATAN

bab

IIBAB

Page 24: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB II Konsep Gender dan Isu Gender Bidang Kesehatan6

berprilaku, dan diharapkan untuk ‘menjadi perempuan’ dan ‘menjadi lelaki’

menurut budaya masyarakatnya. Praktik ini direproduksi secara turun temurun.

Gender beragam, bisa berubah-ubah dan bersifat dinamis. Contohnya antara lain:

- Merokok dianggap pantas untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan. Dengan

perubahan zaman, perempuan yang merokok sudah dianggap biasa, bahkan

sebagai salah satu ciri perempuan ’modern’.

- Bidan pantas sebagai pekerjaan perempuan karena dianggap mengurusi

bagian-bagian intim perempuan; Dokter kandungan pantasnya laki-laki, bahkan

pernah suatu masa dokter kandungan dilarang digeluti oleh perempuan.

- Menjadi kepala (rumah sakit; perencanaan; proyek) dianggap ranah laki-laki;

menjadi sekretaris (proyek, kantor, pimpinan) dianggap ranah perempuan;

- Pekerjaan merawat dan membesarkan anak serta pekerjaan rumah tangga

lainnya merupakan tugas dan tanggung jawab ibu rumah tangga, sedangkan

suami mempunyai tugas mencari nafkah bagi keluarga.

Gender bukan semata-mata perbedaan biologis; bukan jenis kelamin,

bukan juga perempuan, tetapi lebih merujuk pada arti sosial bagaimana

menjadi perempuan dan menjadi laki-laki.

Perbedaan dan peran gender sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang tidak

menimbulkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Perlu ditekankan bahwa

meskipun laki-laki dan perempuan dari sisi biologis berbeda, namun dari sisi sosial,

laki-laki dan perempuan idealnya mempunyai peran dan tanggung jawab yang

sama. Contohnya laki-laki jadi ilmuwan, perempuan juga bisa jadi ilmuwan, laki-

laki menjadi pemimpin, perempuan juga bisa jadi pemimpin, dan lain-lain. Namun

demikian, kondisi ideal tersebut belum tercipta karena masih terjadi ketidakadilan

dan ketidaksetaraan atau diskriminasi gender. Ketidakadilan dan ketidaksetaraan

gender dapat terjadi dalam beberapa bentuk atau manifestasi, yakni :

1. Stereotipi : menempatkan wanita sebagai mahluk lemah, mahluk yang perlu

dilindungi, tidak penting, tidak punya nilai ekonomi, orang rumah, bukan

pengambil keputusan, dan lain-lain;

2. Subordinasi : akibat bentuk stereotipi menempatkan perempuan pada posisi

di bawah laki-laki, tidak boleh mengambil keputusan dibandingkan laki-laki,

tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja atau berproduksi,

pendidikan, dan lain-lain;

3. Marginalisasi : terpinggirkan, tidak diperhatikan atau diakomodasi dalam

berbagai hal, yang menyangkut kebutuhan, kepedulian, pengalaman, dan lain-

lain;

Page 25: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan7

4. Beban Majemuk : perempuan bekerja lebih beragam daripada laki-laki, dan

lebih lama waktu kerjanya, misalnya fungsi reproduktif dan peran sebagai

pengelola rumah tangga, termasuk bekerja di luar rumah.

5. Kekerasan Berbasis Gender : perempuan mendapatkan serangan fisik,

seksual atau psikologis tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan atau

penderitaan. Kekerasan bisa berbentuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan

atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di

ranah publik, tempat kerja, atau dalam kehidupan rumah tangga.

Untuk mengurangi bentuk ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender tersebut

diatas, maka perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pembuat

kebijakan (policy maker) dan pelaksana kebijakan tentang konsep dan isu gender,

karena jika para pembuat dan pelaksana kebijakan masih memiliki pola pikir, sikap

dan tingkah laku yang buta gender akan menghasilkan kebijakan netral atau bias

gender karena tidak mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, dan kebutuhan

laki-laki dan perempuan yang berbeda. Untuk itu, para pembuat dan pelaksana

kebijakan perlu sensitif gender agar dapat menghasilkan kebijakan, program dan

kegiatan yang memastikan laki-laki dan perempuan memperoleh keadilan dan

kesetaraan dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam setiap bidang

pembangunan.

B. Isu Gender dalam Bidang Kesehatan

Isu Gender dalam bidang kesehatan adalah masalah kesenjangan perempuan

dan laki-laki dalam hal akses, peran atau partisipasi, kontrol dan manfaat yang

diperoleh mereka dalam pembangunan kesehatan. Kesenjangan akses, partisipasi,

kontrol dan manfaat antara perempuan dan laki-laki dalam upaya atau pelayanan

kesehatan secara langsung menyebabkan ketidaksetaraan terhadap status

kesehatan perempuan dan laki-laki, sehingga kesenjangan tersebut harus menjadi

perhatian dalam menyusun kebijakan/program sehingga kebijakan/program bisa

lebih terfokus, efisiendan efektif dalammencapai sasaran.Oleh karena itu, isu

kesehatan tidak boleh hanya dilihat pada masalah service delivery (penyediaan

layanan) saja, tetapi juga perlu melihat pada hubungan sosial budaya yang

menyebabkan perbedaan status dan peran perempuan dan laki-laki dan relasi

antara keduanya di masyarakat.

Untuk mempermudah para perencana mengenal isu gender, berikut ini beberapa

contoh isu gender dalam kaitannya dengan upaya atau pelayanan kesehatan.

1. Isu gender terhadap prevalensi dan tingkat keparahan penyakit

Perbedaan norma dan relasi gender menyebabkan perempuan dan laki-laki

menderita penyakit yang berbeda dan juga tingkat keparahannya. Publikasi

ilmiah menyatakan bahwa:

Page 26: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB II Konsep Gender dan Isu Gender Bidang Kesehatan8

- Perempuan menderita anemia akibat kekurangan Fe pada ibu hamil dan

menyusui serta perempuan yang menstruasi sebagai akibat dari hegemoni

laki-laki dalam rumah tangga yang mempunyai peluang lebih besar

mengkonsumsi makanan kaya Fe.

- Osteoporosis 8 kali lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki

yang berhubungan dengan faktor biologis dan gaya hidup. Demikian

pula Diabetes, hipertensi dan kegemukan, lebih banyak pada perempuan

dibandingkan laki-laki.

- Depresi (dua sampai tiga kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan

laki-laki pada semua fase kehidupan) yang berhubungan dengan tipe

personal dan pengalaman dalam bersosialisasi dan perbedaan peluang

antara perempuan dan laki-laki.

- Angka kematian yang tinggi pada kasus kanker perempuan pada usia

dewasa, yang berhubungan dengan rendahnya akses terhadap teknologi

dan pelayanan kesehatan dalam deteksi dini dan tindakan pengobatan.

- Laki-laki menderita lebih banyak Sirosis Hepatis yang berhubungan dengan

perilaku minuman beralkohol. Demikian pula Schizophrenia dan kanker

paru-paru yang berhubungan dengan perilaku merokok. Silicosis yang

berhubungan dengan pekerja tambang (100 % laki-laki). Demikian pula

untuk kasus hernia pada laki-laki yang berhubungan dengan jenis pekerjaan.

Penyakit dengan gangguan pada Arteri Coronaria merupakan salah satu

penyebab terbesar kematian pria pada saat kerja.

- Perempuan lebih berisiko dari laki-laki terhadap defisiensimicro-nutrient

yang akan berdampak buruk bagi status gizi dan kesehatannya sehingga

mengurangi produktivitas dan peluang investasi di bidang pendidikan.

- Malnutrisi pada bayi berhubungan dengan kemiskinan dan rendahnya

tingkat pendidikan ibu.

2. Isu gender terhadap lingkungan fisik dan penyakit

Studi kasus di Zimbabwe menyatakan bahwa perempuan dewasa lebih berisiko

tinggi menderita Sistosomiasis (salah satu jenis cacing darah) dibandingkan laki-

laki karena perempuan bertugas mencuci pakaian dan perlengkapan dapur yang

dilakukannya di sungai, sementara remaja laki-laki mempunyai prevalensi lebih

tinggi dibandingkan remaja perempuan karena mereka lebih sering bermain di

sungai dan kanal.

3. Isu gender terhadap faktor risiko penyakit

- Perempuan mempunyai akses yang lemah terhadap keuangan keluarga

sehingga mengurangi kemampuannya untuk melindungi dirinya dari faktor

risiko penyakit.

- Riset WHO yang dilakukan pada laki-laki termasuk remaja pria di seluruh

dunia menunjukkan bagaimana norma-norma terhadap ketidakadilan gender

mempengaruhi interaksi laki-laki dengan pasangan wanitanya dalam banyak

hal, termasuk pencegahan transmisi HIV/AIDS dan penyakit IMS lainnya,

penggunaan alat kontrasepsi dan prilaku laki-laki dalam mencari pelayanan

Page 27: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan9

kesehatan. Juga terkait dengan pembagian peran dan tugas rumah tangga,

serta pola parenting (proses bertindak sebagai orang tua).

- Streotipi maskulin menyebabkan seorang laki-laki harus berani, pengambil

resiko berprilaku agnesi dan tidak menunjukkan sifat lemah berhubungan

dengan angka penggunaan alkohol dan Narkoba lebih tinggi pada laki-

laki di seluruh belahan dunia. Demikian pula dengan angka kesakitan dan

kematian akibat kecelakaan lalu lintas dan tindak kriminal.

- Terbatasnya akses terhadap air bersih pada perempuan, karena dalam

beberapa kelompok masyarakat laki-laki lebih didahulukan sebagai pengguna

utama air bersih, sedangkan perempuan dan anak-anak harus membawa

dan menyiapkannya tetapi mendapatkan prioritas kedua.

4. Isu gender terhadap persepsi dan respon terhadap penyakit

- Perbedaan peran laki-laki dan perempuan mempengaruhi persepsi

perasaan tidak nyaman serta mempengaruhi keinginan wanita untuk

menyatakan dirinya sakit. Peran perempuan dalam mengurus rumah

tangga mengakibatkan apabila perempuan jatuh sakit tidak cepat mencari

pengobatan karena merasa tidak nyaman melalaikan tugas dan tanggung

jawab sebagai ibu rumah tangga. Kalaupun berobat penyakitnya sudah dalam

stadium lanjut. Demikian pula pada laki-laki dewasa mencari pengobatan

terhadap penyakitnya pada stadium lanjut karena peran maskulin laki-laki

menyebabkan laki-laki merasa harus kuat dalam menghadapi penyakit.

- Tidak masuknya target perempuan pada studi-studi klinis patologis,

mengakibatkan terapi hasil studi tersebut tidak realible diaplikasikan pada

perempuan dan mungkin berbahaya pada perempuan. Pertimbangan tubuh

laki-laki sebagai standar dalam studi klinis akan membatasi jumlah studi yang

difokuskan pada kesehatan reproduktif dan non-reproduktif perempuan,

yang selanjutnya berpengaruh terhadap dampak pengobatan tertentu pada

perempuan.

- Pelayanan Kelurga Berencana lebih fokus pada perempuan dibanding laki-laki

mengakibatkan laki-laki mempunyai akses yang terbatas terhadap pelayanan

KB dan mengakibatkan laki-laki mempunyai persepsi bahwa KB adalah

urusan perempuan.. Disamping itu dalam relasi gender di sebuah keluarga,

keputusan tentang penggunaan kontrasepsi lebih banyak ditentukan oleh

suami.

5. Isu gender terhadap akses secara fisik, psikologis dan sosial terhadap

sarana pelayanan kesehatan

- Ketimpangan peran dan relasi gender menyebabkan perempuan mempunyai

aksessecarafisik,psikologisdansosialterhadappelayanankesehatanlebih

rendah dibandingkan laki-laki. Pada saat sakit, perempuan tidak dengan

serta merta mengakses pelayanan kesehatan karena :

a. Jam pelayanan (waktu) di sarana pelayanan kesehatan seringkali tidak

sesuai dengan kesibukan ibu rumah tangga.

Page 28: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB II Konsep Gender dan Isu Gender Bidang Kesehatan10

b. Dalam keadaan sakit perempuan harus mendapatkan ijin suami untuk

berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan.

- Perempuan dengan penyakit IMS cenderung tidak ke sarana kesehatan

karena takut dengan stigma sosial yang ‘miring’ atau negatif tentang

perempuan penderita Penyakit Menular Seksual.

- Terbatasnya akses terhadap biaya, jarak/transportasi, informasi dan

teknologi memperburuk ketidakadilan gender. Jika perempuan mempunyai

akses terhadap pembiayaan, maka akan berdampak signifikan terhadap

kesejahteraan keluarga dan anggotanya. Tersedianya sumber daya keuangan

akan berhubungan dengan peningkatan tingkat kesehatan anak.

6. Isu gender terhadap keterpajanan dan kerentanan penyakit

Perempuan lebih rentan dibanding laki-laki terhadap infeksi HIV/AIDS melalui

hubungan heteroseksual. Perempuan lebih banyak terpajan oleh penyakit IMS

yang menyebabkan peningkatan risiko infeksi HIV/ AIDS. Studi menunjukkan

bahwa perempuan mempunyai risiko terinfeksi dua sampai empat kali lebih

besar pada kasus ini. Banyak kasus IMS pada perempuan bersifat asimptomatik

(tidak bergejala) yang mengakibatkan lambatnya diagnosis dan pengobatan.

Page 29: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan11

A. Sistem Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia

Sistem perencanaan dan penganggaran nasional diatur dalam UU No. 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional seperti tertera pada

bagan 1 di bawah ini :

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER BIDANG KESEHATAN

bab

III

Bagan diatas memperlihatkan sistem perencanaan dan penganggaran nasional yang

berlaku di pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di bagian atas menggambarkan

alur perencanaan dan penganggaran pemerintah pusat, sedangkan di bagian bawah

menggambarkan alur perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah. Dalam

panduan ini, uraian akan difokuskan pada sistem perencanaan dan penganggaran

di tingkat pusat, terutama untuk lingkungan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

BAB

Bagan 1. Alur Perencanaan dan Penganggaran

Renstra KL PEMERIN

TAH

PEMERIN

TAH

D

AERA

H

RKA KL

RincianAPBD

RAPBD

RAPBN

RKASKPD

Rincian APBD

APBD

APBNRPJM

NasionalRPJP

Nasional

RPJP Daerah

Diacu Diserasikan melalui MUSRENBANG

RPJM Daerah

Renstra SKPD

Renja KL

RKP

UU SPPNUU KN

RKPDaerah

RenjaSKPD

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Dijabarkan

Pedoman Diacu

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Dijabarkan

Sumber : UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003

Diperhatikan

Page 30: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB III Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan12

Siklusperencanaandanpenganggaran (baca tahunfiskal)di Indonesiamenurut

Pasal 4 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dimulai 1 Januari sampai

31 Desember tahun yang sama. Siklus perencanaan dan penganggaran dalam satu

tahun dapat dilihat pada bagan 2 dibawah.

JANUARI - APRIL MEI - AGUSTUS SEPTEMBER - DESEMBER

Kementrian Perencanaan

Kementrian Keuangan

Kementrian Negara/ Lembaga

SEB PrioritasProgram dan

Indikasi Pagu

SEPagu

Sementera(Pagu Anggaran)

PenelaahanKonsistens Dengan RKP

PenelaahanKonsistansi denganPrioritas Anggaran

RestraKL

RKAKLRKP

Lampiran RAPBN

(Himpunan RKA-KL)

Rancangan KEPRES ttg

RincianAPBN

PaguDifinitif(Alokasi

Anggaran)

Konsep Dokumen

PelaksanaanAnggaran

DokumenPelaksanaanAnggaran

PENGESAHAN

Bagan 2. Diagram Proses Perencanaan, Pengagaran dan Evaluasi Terpadu

Sumber : PP No. 21 tahun 2004

Bagan di atas memperlihatkan bahwa Renja KL harus sudah dibuat selambat-

lambatnya di bulan April, dengan mengacu pada SEB Menteri PPN/Kepala Bappenas

dan Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP. Atas dasar

SEB tersebut diadakan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara Bappenas-

Kemenkeu-K/L mengenai Pembahasan Rancangan RKP dan Pagu Indikatif RAPBN

untuk K/L tersebut. Pertemuan trilateral meeting menghasilkan Rancangan Renja

KL yang merupakan perpaduan antara RKP dan Renstra KL, yang memuat tiga hal

utama yaitu; (i) kegiatan prioritas dan penganggarannya, (ii) kegiatan non prioritas

dan pengganggarannya, serta (iii) usulan kebijakan/kegiatan baru (inisiatif baru).

Selanjutnya diadakan Rakorbangpus dalam rangka penyusunan RKP yang ditetapkan

dengan Peraturan Presiden. Atas dasar RKP tersebut, selanjutnya pemerintah dan

DPR mengadakan rapat kerja dalam rangka Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan

Penyusunan RAPBN untuk menyepakati pokok-pokok kebijakan belanja negara.

Hasil rapat kerja dengan DPR dijadikan sebagai bahan acuan penyusunan pagu

sementara oleh Menteri Keuangan yang kemudian ditetapkan dengan Surat Edaran

tentang Pagu Sementara (Pagu Anggaran) K/L.

SE tentang pagu sementara (Pagu Anggaran) digunakan sebagai acuan dalam

menyusun RKA-KL suatu K/L, untuk selanjutnya ditelaah di Dirjen Anggaran

Kemenkeu. Hasil penelaahan RKA-KL tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bahan

Lampiran RAPBN pada saat presiden membacakan Nota Keuangan di hadapan

rapat paripurna DPR pada bulan Agustus. Kegiatan selanjutnya adalah rapat kerja

pemerintah bersama DPR untuk membahasa RAPBN menjadi APBN. Pada bulan

RancanganRenja

KL

Page 31: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan13

Bagan 3. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Kesehatan

September Kementerian Keuangan menyusun Rancangan Keppres tentang Rincian

APBN. Setelah RAPBN dibahas bersama DPR, dan disahkan menjadi APBN maka

ditetapkanlahpagudefinitif(PaguAnggaran).Atasdasarhasilrapatkerjatersebut

ditetapkanlah Perpres Rincian Anggaran Pemerintah Pusat. Khusus untuk dana

dekonsentrasi dan UPT pusat yang berada di provinsi, Perpres tersebut dijabarkan

melalui Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) yang ditetapkan oleh Dirjen

Perbendaharaan. Atas dasar kedua dokumen tersebut (Perpres dan SRAA) K/L

menyusun Konsep DIPA untuk selanjutnya ditelaah dengan Dirjen Perbendaharaan.

Hasil penelaahan tersebut disahkan menjadi DIPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran)

Kementerian/Lembaga oleh Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu.

B. Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran di Kementerian Kesehatan serta Kaitannya dengan Anggaran Responsif Gender (ARG)

Perencanaan dan penganggaran responsif gender bidang kesehatan tidak berdiri

sendiri, tetapi merupakan bagian integral dari perencanaan dan penganggaran

Kementerian Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

ada, sebagaimana dijelaskan pada Sub Bab III bagian A tersebut di atas. Siklus

perencanaan dan penganggaran responsif gender menyesuaikan dengan siklus

perencanaan dan penganggaran di Kementerian Kesehatan sebagaimana diuraikan

di bawah ini :

WAKTU KEGIATANPENANGGUNG

JAWABHASIL

PERENCANAAN DAN ANGGARAN RESPONSIF

GENDER

Januari-April

Penyusunan draft awal Renja K/L Kemenkes :• Usulan berasal

dari unit eselon II, yang kemudian direview di Setditjen/Setbadan/Set-Itjen di masing-masing unit utama.

• Usulan dari Unit Utama selanjutnya direview dan dikompilasi oleh Biro Perencanaan dan Anggaran.

Biro Perencanaan dan Anggaran

Draft awal Renja K/L Kemenkes

Setiap unit eselon II telah melakukan perencanaan gender dengan melakukan analisis gender (metode GAP) dan telah mengidentifikasisejumlah atau list Rincian Kegiatan yang responsif gender. Idealnya analisis gender dilakukan pada kegiatan prioritas.

Page 32: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB III Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan14

WAKTU KEGIATANPENANGGUNG

JAWABHASIL

PERENCANAAN DAN ANGGARAN RESPONSIF

GENDER

Pembahasan rancangan awal RKP melalui Sidang Kabinet Paripurna

Bappenas SEB Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP

Setelah SEB Pagu Indikatif ditetapkan dan pada saat penyusunan Renja K/L, setiap unit eselon II mereview kembali analisis gender yang telah dibuat sebelumnya dan menetapkan Rincian Kegiatan (terpilih) responsif gender.

Pertemuan Trilateral meeting sebagai tindak lanjut dari SEB Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP

Bappenas Dokumen Trilateral Meeting dalam rangka Penyusunan RKP dan Renja K/L Kemenkes

Isu gender menjadi salah satu sasaran strategis Renstra 2010-2014 yakni ’menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009’.

Perlu diingat bahwa kegiatan yang responsif gender tidak hanya berada di Direktorat Kesehatan Ibu saja sebagai focal point gender.

Pertemuan Rakorbangpus tentangfinalisasiRKPdan Sidang Kabinet Rancangan Akhir RKP

Rapat kerja pemerintah dan DPR tentang Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan Penyusunan RAPBN

Bappenas

Kemenkeu

Perpres tentang RKP RKP bidang kesehatan dan Renja K/L Kemenkes

SE Menkeu tentang pagu sementara

Meskipun dalam Perpres RKP khususnya bidang kesehatan tidak mencantumkan secara khusus indikator gender, namun dalam perhitungan alokasi anggaran di setiap unit eselon II, telah mempertimbangkan kebutuhan anggaran Rincian Kegiatan yang responsif gender.

Setelah pagu sementara ditetapkan, setiap unit eselon II melakukan review kembali analisis gender yang telah dibuat (dalam hal kesesuaian pagu indikatif dan pagu sementara). Selanjutnya menyusun ARG (TOR responsif gender dan GBS) sebagai dokumen pendukung RKA-KL beserta RAB.

Page 33: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan15

WAKTU KEGIATANPENANGGUNG

JAWABHASIL

PERENCANAAN DAN ANGGARAN RESPONSIF

GENDER

Mei – Agustus

Penelaahan RKA-KL di DJA Kemenkeu

Pidato presiden tentang RAPBN

Biro Perencanaan dan Anggaran (Kemenkes), Bagian PI/PA (Unit Utama)

Kementerian Keuangan- Sekretariat Negara

RKAKL Kemenkes yang disetujui oleh DJA, dan dijadikan sebagai dasar RAPBN

Nota Keuangan tentang tentang RAPBN

Perencana di unit eselon II mengikuti penelaahaan RKA-KL dan memberikan penjelasan yang dibutuhkan atas pertanyaan penelaah DJA tentang relevansi indikator kinerja - TOR responsif gender - GBS.(lihat tata cara penelaahan pada Bab V Point F)

September –

Desember

Rapat kerja pemerintah

dan DPR untuk

pembahasan RAPBN

menjadi APBN

Review RKA-KL Kemenkes

tentang kesesuaian pagu

sementara dan pagu

definitif

Penelaahan Konsep DIPA

oleh DJPB Kemenkeu

Kementerian

Keuangan

Biro Perencanaan

dan Anggaran

(Kemenkes),

Bagian PI/PA (Unit

Utama)

DJPB Kemenkeu

Perpres tentang

Rincian Anggaran

Pemerintah Pusat

(PaguDefinitif)

Konsep DIPA

Pengesahan DIPA

Pada bulan Maret Biro Perencanaan dan Anggaran telah melakukan kompilasi draft

awal Renja K/L Kementerian Kesehatan, atas usulan dari penanggung jawab

program pada masing-masing Unit Utama. Pada saat penyusunan draft awal Renja

K/L tersebut, penanggung-jawab program disetiap unit eselon II telah melakukan

analisisGAPdanmengidentifikasisejumlah/ list Rincian Kegiatan yang responsif

gender

Setelah terbitnya SEB Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tentang

Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP dan telah dilaksanakannya Pertemuan

Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara Bappenas-Kemenkeu-Kemenkes, selanjutnya

disusun Renja K/L Kemenkes. Renja tersebut merupakan penyempurnaan atas

draft awal Renja, yang diusulkan oleh Perencana Internal (PI/ PA) untuk selanjutnya

direview dan dikompilasi oleh Biro Perencanaan dan Anggaran. Renja KL ini

disamping mengacu pada RKP juga disusun mengacu kepada Renstra Kementerian

Kesehatan 2010-2014.

Page 34: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB III Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan16

Pada saat penyusunan Renja K/L tersebut, penanggung-jawab program mereview

kembali hasil analisis GAP dan menetapkan Rincian Kegiatan yang responsif

gender. Artinya, berdasarkan pagu indikatif yang diterima, pilihan/ prioritas Rincian

Kegiatan responsif gender telah disesuaikan dengan jumlah pagu yang diterima.

Setelah pagu sementara ditetapkan melalui Surat Edaran Menteri Keuangan,

selanjutnya setiap eselon II menyusun RKA-KL. Salah satu dokumen pendukung

RKA-KL adalah TOR Responsif Gender dan Gender Budget Statement (GBS). Kedua

dokumen ARG tersebut merupakan lanjutan dari hasil analisis GAP, dengan Rincian

Kegiatan yang telah disesuaikan dengan pagu sementara.

Proses selanjutnya adalah penelaahan RKA-KL dengan Kementerian Keuangan

c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dengan meneliti : kesesuaian dengan pagu

sementara, prakiraan maju yang telah ditetapkan tahun sebelumnya dan standar

biaya; kesesuaian dengan KAK/ TOR, RAB dan atau dokumen pendukung terkait;

relevansi pencantuman target kinerja dan komponen masukan (input) yang

digunakan; kesesuaian dengan hasil kesepakatan antara Kementerian Kesehatan

dan komisi terkait di DPR. Pada proses penelaahan RKA-KL, perencana di masing-

masing unit eselon II dan dibantu oleh Bagian PI/PA akan memberikan penjelasan

yang dibutuhkan tentang relevansi antara TOR responsif gender dan GBS, serta

dukungan detil kegiatan (Rincian Kegiatan) yang responsif gender terhadap

pencapaian target indikator kinerja kegiatan (lihat tata cara penelaahan pada Bab

V Sub-Bab F).

Himpunan RKA-KL K/L termasuk Kementerian Kesehatan akan menjadi lampiran

RAPBN. Pada bulan Agustus disampaikan nota keuangan RAPBN beserta lampirannya

oleh presiden. Selanjutnya pada periode September sampai Desember setelah

dilakukanpembahasanRAPBNdiDPR,penetapanpagudefinitifsertadisahkannya

UU APBN. Atas dasar dokumen APBN tersebut, perencana dimasing-masing eselon

II menyusun Konsep DIPA dan selanjutnya ditelaah di DJPB Kemenkeu. Jika konsep

DIPA telah sesuai denganpagudefinitif yang dimaksuddalamUUAPBN,maka

DIPA disahkan oleh Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu.

Page 35: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan17

ANGGARAN RESPONSIF GENDER(ARG) BIDANG KESEHATAN

bab

IVA. Definisi Operasional ARG

Anggaran Responsif Gender (ARG) merupakan sistem penganggaran yang

mengakomodasikan keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam memperoleh

akses, manfaat, berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan mengontrol

terhadap sumber-sumber daya serta kesetaraan terhadap kesempatan dan peluang

dalam memilih dan menikmati hasil pembangunan bidang kesehatan.

B. Pentingnya ARG

Permenkeu 104/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun

Anggaran 2011 telah mengamanatkan penyusunan ARG. Dalam Permenkeu

tersebut secara eksplisit dinyatakan bahwa penyusunan anggaran perlu didahului

oleh analisis gender. Bahkan sebelumnya dalam Inpres No. 9/2000, analisis gender

wajib digunakan dalam perencanaan dan penganggaran.

Perencanaan dan penganggaran responsif gender merupakan instrumen untuk

mengatasi adanya kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan

bagi laki-laki dan perempuan yang selama ini masih senjang akibat konstruksi

sosial-budaya. Tujuannya adalah mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan.

Perencanaan dan penganggaran responsif gender bukanlah tujuan, melainkan

merupakan sebuah kerangka kerja atau alat analisis untuk mewujudkan keadilan

dalam penerimaan manfaat pembangunan. Perencanaan dan penganggaran

responsif gender bukanlah sebuah proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada

atau terlebih diartikan sebagai rencana dan anggaran khusus untuk perempuan

yang terpisah dari laki-laki.

Dalam kaitannya dengan isu kesehatan, perencanaan dan penganggaran responsif

gender akan berkontribusi terhadap peningkatan kesempatan memperoleh layanan

kesehatan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat baik laki-laki maupun

perempuan. Melalui analisis gender akan diketahui perbedaan kondisi dan

kebutuhan kesehatan laki-laki dan perempuan yang ada yang dijadikan sebagai

BAB

Page 36: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB IV Anggaran Responsif Gender (ARG) Bidang Kesehatan18

dasar perencanaan dan penganggaran yang responsif gender yang bertujuan

untuk meningkatkan pencapaian target kinerja kegiatan (output) dan program

(outcome) sebagaimana dinyatakan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun

2010 – 2014.

Perencanaan dan penganggaran merupakan dua proses yang saling terkait dan

terintegrasi. Berikut beberapa konsep tentang perencanaan dan penganggaran

responsif gender:

Pertama, perencanaan responsif gender merupakan suatu proses pengambilan

keputusan untuk menyusun program, proyek atau pun kegiatan yang akan

dilaksanakan di masa mendatang untuk menjawab isu-isu atau permasalahan

gender di masing-masing sektor.

Kedua, perencanaan responsif gender adalah perencanaan yang dilakukan

dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan

permasalahan perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunannya.

Ketiga, penganggaran responsif gender merupakan pengarusutamaan gender

ke dalam siklus penganggaran yang terdiri atas perencanaan, pembahasan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Penganggaran responsif gender akan

menghasilkan anggaran responsif gender.

Keempat, anggaran responsif gender adalah anggaran yang responsif terhadap

kebutuhan laki-laki dan perempuan serta memberi manfaat kepada laki-laki dan

perempuan secara setara.

Ciri utama Anggaran responsif gender adalah menjawab kebutuhan perempuan

dan laki-laki, serta memberikan manfaat kepada perempuan dan laki-laki secara

setara. Melalui anggaran responsif gender kesenjangan gender diharapkan dapat

dihilangkan atau setidaknya dapat dikurangi.

C. Tujuan ARG

1. Melakukan análisis gender untuk mengetahui peran dan relasi gender

perempuan dan laki-laki yang mempengaruhi status dan kebutuhan kesehatan

mereka.

2. Melakukan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan bidang kesehatan

yang menciptakan akses, partisipasi, manfaat, dan kontrol terhadap upaya

kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang setara antara

perempuan dan laki-laki sehingga perempuan dan laki-laki sesuai dengan

status dan kebutuhan kesehatan mereka.

3. Menyusun anggaran (RKA-KL) berdasarkan hasil análisis gender untuk

mencapai target indikator kinerja program dan kegiatan yang adil terhadap

perempuan dan laki-laki.

Page 37: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan19

Berdasarkan bagan 4 diatas, ARG merupakan bagian dari RKA-KL yang mensyaratkan

penyusunan 2 (dua) dokumen yaitu TOR Responsif Gender dan GBS. TOR Responsif

Gender dan GBS yang benar didahului dengan Analisis Gender, yang idealnya

menggunakan GAP.

E. Kategori ARG

Anggaran responsif gender dibagi atas 3 kategori, yaitu:

1. Anggaran khusus target gender, yaitu alokasi anggaran yang diperuntukkan

untuk memenuhi kebutuhan dasar khusus perempuan atau laki-laki.

Contoh : Program Making Pregnancy Safer (MPS), pengadaan kondom gratis

bagi laki-laki, dan lain-lain.

2. Anggaran kesetaraan gender

Anggaran kesetaraan gender merupakan alokasi anggaran untuk mengatasi

masalah kesenjangan gender. Melalui analisis gender akan diketahui adanya

kesenjangan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan dalam akses,

partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya. Kategori ARG ini

TOR Responsif Gender

RKA-KL

Gender Budget Statement (GBS)

Bagan 4. Kerangka Pikir ARG

Analisis Gender(Idealnya menggunakan Gender Analysis Pathway (GAP)

4. Menjadi alat monev untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program

dan kegiatan kesehatan, khususnya dalam menurunkan kesenjangan status

kesehatan antara perempuan dan laki-laki.

D. Letak dan Tahapan ARG

Berdasarkan PMK 104/2010 ARG melekat pada struktur anggaran (program,

kegiatan, dan output) yang ada dalam RKA-KL. Suatu output yang dihasilkan

oleh kegiatan akan mendukung pencapaian hasil (outcome) program. Hanya saja

muatan substansi/ materi output yang dihasilkan tersebut dilihat dari sudut pandang

(perspektif) gender. Tahapan atau kerangka pikir ARG adalah sebagaimana bagan

berikut.

Page 38: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB IV Anggaran Responsif Gender (ARG) Bidang Kesehatan20

juga termasuk untuk alokasi program/kegiatan untuk keperluan kebutuhan

strategis gender, untuk mengejar kekurangan/ketertinggalannya.

Contoh : program beasiswa dengan kuota khusus bagi perempuan/laki-laki

untuk mencapai kesetaraan partisipasi dan manfaat dalam jenjang pendidikan

tertentu, suami siaga, penolong persalinan oleh tenaga kesehatan laki-laki

untuk daerah terisolir, Jumantik laki-laki dan perempuan di setiap RT.

3. Anggaran pelembagaan kesetaraan gender. Merupakan alokasi anggaran

untuk penguatan kelembagaan PUG.

Contoh : Penyusunan Pedoman PUG dan PPRG bidang Kesehatan, Diklat PUG-

BK, penyusunanprofilkesehatandengandataterpilahberdasarkanjeniskelamin.

F. Prinsip – Prinsip ARG

ARG adalah instrumen untuk menjadikan keseluruhan perencanaan dan

penganggaran pembangunan memberikan manfaat secara adil bagi perempuan

dan laki-laki. Untuk itu, oleh PMK 104/2010, ARG telah diadopsi sebagai salah satu

pendekatan baru dalam perencanaan dan pengganggaran pembangunan disamping

Pendekatan Penganggaran Terpadu (Unifed Budget), Pendekatan Penganggaran

Berbasis Kinerja/PBK (Performance Based Budgeting), dan Pendekatan Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM (Medium Term Expenditure Framework),

yang telah diamanahkan dalam UU 17/2003 tentang Keuangan Negara.

ARG bukan fokus pada penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk

pengarusutamaan gender, tetapi bagaimana anggaran keseluruhan dapat

memberikan manfaat yang adil untuk laki-laki dan perempuan. Karena itu, agar

tidak disalahpahami, PMK 104 / 2010 menekankan prinsip-prinsip ARG sebagai

berikut:

1. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan;

2. ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani kesenjangan status,

peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan;

3. ARG bukanlah dasar yang “valid” untuk meminta tambahan alokasi

anggaran;

4. Adanya ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang dikhususkan untuk

program perempuan;

5. Bukan berarti bahwa alokasi ARG hanya berada dalam program khusus

pemberdayaan perempuan;

6. ARG bukan berarti ada alokasi dana 50% laki-laki – 50% perempuan untuk

setiap kegiatan;

7. Tidak harus semua program dan kegiatan mendapat koreksi agar menjadi

responsif gender, namun ada juga kegiatan yang netral gender.

Page 39: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan21

G. Prasyarat ARG

Pada dasarnya setiap perencanaan dan penganggaran program diharapkan bisa

menerapkan ARG, namun demikian penerapan ARG bisa berlangsung dengan baik

apabila didukung dengan prasyarat sebagai berikut:

1. Kemauan politik yang tertera dalam dokumen perencanaan strategis suatu

Kementerian/ Lembaga termasuk kemauan dari para perencana program di

K/L untuk menerapkan ARG;

2. Ketersediaan data yang terpilah menurut jenis kelamin;

3. Sumberdaya manusia yang memadai (perencana dan penanggungjawab

program yang mampu melakukan analisis gender);

4. Kemampuan untuk mengembangkan dan melakukan pemantauan dan

evaluasi kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender.

Page 40: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 41: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan23

A. 3 (tiga) Tahapan Penyusunan ARG

Penyusunan ARG terdiri dari 3 tahapan:

1. Lakukan Analisis Gender, dengan Gender Analysis Pathway (GAP)

2. Lakukan penyusunan Term of Reference (TOR)

3. Lakukan penyusunan Gender Budget Statement (GBS).

B. Teknik Melakukan Analisis Gender dengan metode GAP

Kunci dari penerapan anggaran responsif gender adalah dilakukannya analisis

situasi yang memadai yang mampu memotret dan mendiagnosa kesenjangan yang

mungkin ada berkaitan dengan situasi kesehatan perempuan dan laki-laki dalam

berbagai aspek. Analisis digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan situasi

perempuan dan laki-laki serta faktor-faktor kebijakan dan praktik sosial, ekonomi

dan budaya yang menyebabkannya.

Analisis Gender bidang kesehatan adalahprosesmengidentifikasi,menganalisis,

dan memberikan informasi untuk melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki

ketidakseimbangan yang timbul dari perbedaan peran gender perempuan dan

laki-laki atau ketidasetaraan kekuasaan diantara keduanya, serta konsekuensinya

terhadap kehidupan mereka, status kesehatan dan kesejahteraanya.

Analisis Gender bidang kesehatan menekankan pentingnya ketidaksetaraan

gender dalam hubungannya dengan rendahnya status kesehatan perempuan,

hambatan yang dihadapi perempuan dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dan bagaimana caranya mengatasi permasalahan tersebut. Analisis gender juga

berupaya mengungkapkan faktor resiko kesehatan dan permasalahannya yang

dihadapi oleh laki-laki sehubungan dengan peran gender mereka (WHO, 1999).

Ada berbagai macam instrument analisis gender, seperti Problem Based Approach

(Proba), Moser Gender Analysis, Gender Analysis Pathway (GAP), dan lain-lain.

TAHAPAN PENYUSUNAN ARG BIDANG KESEHATAN

bab

VBAB

Page 42: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan24

GAP adalah instrument yang dikembangkan oleh BAPPENAS bersama Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan sudah banyak digunakan

sebagai instrument analisis gender terhadap kegiatan pembangunan di Indonesia.

1. Aplikasi 9 Langkah dalam GAP

GAP merupakan salah satu alat analisis gender yang dapat digunakan untuk

mereview kebijakan, dan atau program dan kegiatan bidang kesehatan. Analisis

gender dilakukan secara sekuensial mulaidaritahapidentifikasitujuan,analisis

situasi, penentuan Rincian Kegiatan, sampai monitoring dan evaluasi. Karena

tahapan siklus perencanaan tersebut disajikan dalam matriks yang sama, akan

memudahkan perencana kesehatan untuk melihat relevansi dan konsistensi

antara tahapan satu dengan tahapan lainnya sehingga membentuk sekuensial

yang utuh dari kebijakan atau program dan kegiatan sehingga responsif

gender.

Keunggulan lainnya adalah GAP mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam

penggunaannya. Analisis ini dapat digunakan pada level kebijakan, baik

kebijakan strategis, kebijakan manajerial, maupun kebijakan operasional. Alat

analisis ini dapat juga digunakan pada level program dan atau kegiatan, bahkan

sampai pada level output dan sub output.

Bagan 5. Alur Kerja Analisis Gender (Gender Analysis Pathway = GAP)

ANALISIS KEBIJAKAN YANGRESPONSIF GENDER

KEBIJAKAN RENCANAAKSI KEDEPAN

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

MONITORING & EVALUASI

PENGUKURAN HASIL

1. - Pilih Kebijakan/Program/ Kegiatan yang akan dianalisis:

-IdentifikasidantuliskantujuanKebijakan/Program/Kegiatan

2. Sajikan Data Pembuka Wawasan Terpilah Menurut Jenis Kelamin - Kuantitatif - Kualitatif

3. Temu kenali isu gender di proses perenc kebij/prog/ keg

6. Rumuskan kembali tujuan kebijakan/

Program/Proyek/ Kegiatan pembangunan

7. Susun Rencana Aksi yang responsifgender

8. Tetapkan Baseline

9. Tetapkan Indikator Gender

4. Temu kenali isu gender di internal lembaga/ budaya org

5. Temu kenali di isu gender di eksternal lembaga

ISU GENDER

Sumber : Bappenas-CIDA, 2007

Page 43: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan25

Terdapat dua kerangka analisis dalam GAP yaitu analisis kebijakan/program/

kegiatan yang responsif gender, dan penetapan Rincian Kegiatan kebijakan/

program/kegiatan kedepan. Langkah selanjutnya setelah proses perencanaan,

sesuai dengan siklus manajemen program adalah pelaksanaan dan monitoring

evaluasi.

Dari perspektif proses perencanaan program, terdapat lima bagian GAP, yaitu :

a. Mengidentifikasitujuankebijakan/programdankegiatan

b. Menyajikan data pembuka wawasan (data yang menunjukkan situasi

perempuan dan laki-laki dalam kaitannya dengan tujuan kebijakan/ program

dan kegiatan).

c. Mengidentifikasi isu gender, melalui identifikasi isu ketidaksetaraan dan

ketidakadilan gender dalam bidang kesehatan, identifikasi penyebab

ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender tersebut atas dua faktor utama, yaitu

internal kesehatan dan eksternal kesehatan.

d. Menentukan desain kebijakan/program dan kegiatan sehingga responsif

gender, meliputi penentuan tujuan dan Rincian Kegiatan atau intervensi yang

akan dilaksanakan, untuk mengatasi isu kesenjangan gender yang terjadi.

e. Menentukan indikator responsif gender yang akan digunakan dalam monitoring

dan evaluasi kebijakan/program dan kegiatan.

Gender Analysis Pathway memiliki alur kerja 9 langkah yang dapat

digambarkan dalam Bagan 6 sebagai berikut:

LANGKAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pilih Kebijakan/ Program/ Kegiatan yang akan dianalisis

Data Pembuka Wawasan

Isu GenderKebijakan dan Rencana

Ke Depan

Pengukuran Hasil

Faktor Kesenjangan

Sebab kesenjangan

Internal

Sebab kesenjangan

External

Reformulasi Tujuan

Rincian Kegiatan/ Rencana

Aksi

Data Dasar

(Base-line)

Indikator Gender

Identifikasidan tuliskan tujuan dari Kebijakan/ Program/ Kegiatan

Sajikan data pembuka wawasan, yang ter-pilah me-nurut jenis kelamin : -kuantita-tif –kuali-tatif

Temukenali isu gender di proses perencanaan dengan memperha-tikan 4 (em-pat) faktor kesenjangan, yaitu : akses, partisipasi, kontrol dan manfaat

Temukenali isu gender di internal lem-baga dan/ atau budaya organisasi yang dapat menyebab-kan terja-dinya isu gender

Temukenali isu gender di eksternal lembaga pada proses pelaksanaan

Rumuskan kembali tujuan kebijakan/ program/ kegiatan sehingga menjadi responsif gender

Tetapkan Rincian Kegiatan yang responsif gender

Tetapkan base-line

Tetapkan indikator gender

Bagan 6. Gender Analysis Pathway = GAP

Page 44: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan26

LANGKAH 1.

a. Pilih kebijakan atau program dan kegiatan yang telah ada.

Kebijakan yang dipilih dapat berupa peraturan perundang-undangan bidang

kesehatan, termasuk Renstra, Renja K/L dan lain-lain. Jika program memiliki

struktur kegiatan yang kompleks, maka GAP dapat digunakan pada level di

bawah kegiatan.

Contohnya : Kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, dapat dipilih

pengendalian penyakit DBD, ataumalaria, flu burung, dan lain-lain, dengan

alasan antara penyakit menular tersebut mempunyai struktur dan permasalahan

kesehatanyangspesifik,danisugendernyapunberbeda.

b. Tuliskan tujuan dari kebijakan/program/kegiatan pada kolom 1.

Jika yang dipilih adalah pengendalian penyakit DBD, maka merujuk pada

dokumen Renstra Kemenkes 2010-2014 dan Renja KL.

Contoh :

Program : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kegiatan : Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Tujuan adalah indikator kinerja kegiatan yang terkait dengan pengendalian

penyakit DBD dengan merubah menjadi kata ”kerja aktif” di depan kalimat:

- Menurunkan angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 54 per 100.000 penduduk

pada tahun 2011; (lihat lampiran Renstra Kemenkes Tahun 2010-2014).

- Meningkatkan prosentase Angka Bebas Jentik (ABJ) dari 60% menjadi

70% pada tahun 2011 (lihat lampiran Renstra Kemenkes Tahun 2010-

2014).

- Meningkatkan persentase kabupaten/kota yang melakukan mapping

vektor dari 30 menjadi 40; (lihat lampiran Renstra Kemenkes

Tahun 2010-2014)

LANGKAH 2.

Sajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin untuk

melihat isu kesenjangan gendernya.

Data dan informasi dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif, atau gabungan

keduanya yang terkait dengan tujuan yang ada dalam langkah 1. Sumber data dapat

berasal dari berbagai sumber yang valid dan up to date yang berasal dari Sistem

Informasi Kesehatan (berbasis fasilitas), maupun hasil survei (berbasis komunitas),

hasil-hasil penelitian lainnya dan informasi dari media. Data dapat berasal dari data

Page 45: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan27

primer ataupun sekunder, baik yang dilaksanakan sendiri oleh pengelola program

maupun oleh pihak lain.

Contoh untuk pengendalian DBD :

- Angka Kesakitan dan tingkat keparahan laki-laki dan perempuan, juga menurut

kelompok umur.

- Angka Kematian laki-laki dan perempuan, juga menurut kelompok umur.

- Data atau hasil survei tentang pengetahuan, sikap dan perilaku terpilah laki-laki

dan perempuan.

- Angka Response Time Penderita di sarana pelayanan kesehatan terpilah laki-laki

dan perempuan

- dan lain-lain ( lihat kolom 2 contoh aplikasi GAP, halaman 31)

LANGKAH 3.

Temu kenali isu gender pada proses perencanaan kebijakan, program

dan kegiatan dengan menganalisis data pembuka wawasan dengan

memperlihatkan empat faktor kesenjangan gender, yaitu : Akses, Partisipasi,

Manfaat, Kontrol. Kesenjangan gender dapat dilihat dari dua sisi yaitu

: (i) penanggungjawab atau pengelola program, dan (ii) beneficiaries

(masyarakat).

Akses :

Ditujukan untuk mengetahui kesenjangan kebutuhan kesehatan perempuan

dan laki-laki dalam hal kemudahan mendapatkan upaya kesehatan (promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Akses terhadap upaya kesehatan dapat dilihat

dari empat dimensi, yaitu (i) ketersediaan sarana dan atau upaya kesehatan,

(ii) keterjangkauan dari sisi geografis dan transportasi (jarak danwaktu), (iii)

affordability atau keterjangkauan secara ekonomi, (iv) keterjangkauan secara

psikis dan sosiokultural. Akses juga dapat dilihat dari sisi keterjangkauan

terhadap sumberdaya, baik sumberdaya yang bersifat tangibles (kentara atau

nyata) maupun intangibles (tidak kentara atau tidak nyata). Contoh : lihat kolom

3 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31).

Partisipasi :

Ditujukan untuk mengetahui keterwakilan dan keterlibatan aktif perempuan dan

laki-laki dalam upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif)

baik dari sisi beneficieries (penerima manfaat) maupun provider (penyedia

layanan kesehatan).

Contoh : lihat kolom 3 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31).

Page 46: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan28

Manfaat :

Ditujukan untuk mengetahui apakah laki-laki dan perempuan diuntungkan

dalam upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) baik

darisisibeneficieries (penerimamanfaat) maupun provider (penyedia layanan

kesehatan). Manfaat pelayanan kesehatan dari perspektif gender dapat dilihat

dari sisi Practical Gender Needs (kebutuhan praktis gender) maupun Strategic

Gender Need (kebutuhan stretegis gender). Contoh : lihat kolom 3 pada Contoh

Aplikasi GAP (halaman 31).

Kebutuhan Praktis Gender adalah kebutuhan yang bersifat segera dan

didasarkan pada kondisi nyata perempuan dan laki-laki tanpa mempersoalkan

ada atau tidaknya faktor-faktor ketidakadilan yang mungkin ada antara

keduanya. Contoh : bantuan dana transportasi untuk wanita hamil risiko tinggi

ke sarana pelayanan kesehatan; detiksi dini kanker prostat pada laki-laki, aroma

repellent nyamuk dibuat sesuai aroma maskulin untuk meningkatkan pengguna

repellent pada konsumen laki-laki di daerah endemis, dan lain-lain.

Kebutuhan Strategis Gender adalah kebutuhan yang didasarkan pada analisis

tentang ketidakadilan gender dan faktor-faktor yang menyebabkannya, dan

pemenuhannya dimaksudkan untuk mengubah ketidakadilan yang mungkin

ada dalam konteks relasi laki-laki dan perempuan. Contoh : Suami siaga

dalam program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K),

keterwakilan wanita sebanyak 30 % dalam kepengurusan kelompok pemakai

air bersih di pedesaan, dan lain-lain.

Kontrol :

Ditujukan untuk mengetahui siapa (laki-laki atau perempuan) yang menentukan

keputusan terhadap pengalokasian dan penggunaan sumberdaya yang tersedia

di tingkat rumah tangga, komunitas, pemerintahan yang berhubungan dengan

upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif).

Contoh : lihat kolom 3 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31).

LANGKAH 4.

Temukenali faktor-faktor di internal lembaga (institusi kesehatan) dan

atau budaya organisasi yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan

gender. Sumber penyebab kesenjangan gender secara internal dapat berbentuk :

produk hukum, kebijakan, desain program dan kegiatan sesuai siklus perencanaan

dan siklus manajemen program, pemahaman pengelola program tentang konsep

gender yang masih kurang (baik pada level pengambil keputusan maupun pelaksana

kebijakan), political will dari pengambil keputusan, dukungan penelitian dan

pengembangan kesehatan, dan lain-lain. Contoh : lihat kolom 4 Contoh Aplikasi

GAP (halaman 31)

Page 47: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan29

LANGKAH 5.

Temukenali faktor-faktor di eksternal lembaga dan atau budaya organisasi

yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan gender. Sumber penyebab

kesenjangan gender secara eksternal (di luar lembaga/institusi kesehatan) yang

dapat terjadi pada level rumah tangga, komunitas, pemerintahan (diluar sektor

kesehatan), dan pasar, bahkan isu internasional. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan

gender dapat disebabkan oleh budaya patriarki, peran dan relasi gender, diskriminasi

gender (stereotipi, subordinasi, beban ganda, marginalisasi, kekerasan terhadap

perempuan) yang terjadi di rumah tangga, komunitas, pemerintahan dan pasar.

Contoh : lihat kolom 5 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31)

LANGKAH 6.

Merumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan pelayanan

kesehatan pada langkah 1 sehingga responsif gender. Pada langkah ini

tujuan pada langkah 1 pada ditulis ulang, lalu direview kembali dengan melihat

hasil analisis pada langkah 2 sampai 5. Hasil review digunakan untuk mereformulasi

sub-tujuan baru yang telah responsif gender. Reformulasi sub-tujuan yang baru

menjawabkesenjanganyangdiidentifikasipadaLangkah2sampai5.Reformulasi

sub-tujuan harus mendukung tercapainya tujuan semula pada langkah 1. Pada

saat menyusun sub-tujuan sebaiknya mempertimbangkan feasibility objectives

dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada seperti ketersediaan

anggaran, SDM, sarana dan prasarana pendukung, dukungan kebijakan dan waktu

yang tersedia. Contoh: lihat kolom 6 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31)

LANGKAH 7.

Menyusun rincian kegiatan yang responsif gender. Rincian kegiatan merupakan

rincian kegiatan bidang kesehatan yang dilakukan untuk mencapai sub-tujuan

yang telah responsif gender sebagaimana ditulis pada langkah 6.

Rincian kegiatan merupakan solusi atau pemenuhan terhadap isu Practical Gender

Needs dan Strategic Gender Needs dan atau solusi atas isu kesejangan empat faktor

yaitu Akses, Partisipasi, Manfaat, Kontrol untuk mencapai sub-tujuan baru pada

langkah 6. Sebagaimana proses perencanaan lainnya, rincian kegiatan yang disusun

tetap mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya

pada penanggungjawab/pengelola program, maupun sumberdaya yang ada pada

masyarakat (beneficiaries). Contoh : lihat kolom 7 Contoh Aplikasi GAP (halaman

31)

Catatan: Rincian kegiatan yang diusulkan disesuaikan dengan pagu

anggaran yang diterima (pagu indikatif, pagu sementara, pagu definitif).

Page 48: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan30

LANGKAH 8.

Menetapkan baseline indikator responsif gender.

Baseline indikator ditujukan untuk mengetahui kemajuan intervensi kegiatan yang

dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan yang responsif gender

(langkah 6). Baseline digunakan sebagai titik awal capaian kinerja. Baseline indikator

dapat saja berasal dari data pembuka wawasan yang tercantum pada langkah 2.

Catatan: jika muncul indikator baseline baru, cantumkan rincian kegiatan

untuk pengumpulan data (lihat kembali langkah 7).

Contoh : lihat kolom 8 Contoh Aplikasi GAP (halaman 31)

LANGKAH 9.

Menetapkan indikator responsif gender untuk mengukur keberhasilan

pencapaian sub tujuan baru pada langkah 6 (disebut ”indikator sub-tujuan”)

dan rincian kegiatan pada langkah 7 (disebut ”indikator rincian kegiatan”).

Indikator 9 berbeda dengan indikator pada langkah 1. Sub-tujuan baru pada

langkah 6 diubah menjadi pernyataan indikator sub-tujuan. Penyusunan indikator

harus mengikuti kriteria penyusunan indikator yang baik (SMART)

Contoh : lihat kolom 9 Contoh Aplikasi GAP (halaman31)

Page 49: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan31

Bag

an 7

. Con

toh

Apl

ikas

i GA

P Pa

da P

rogr

am B

idan

g K

eseh

atan

Pro

gra

m P

eng

end

alia

n P

enya

kit

dan

Pen

yeh

atan

Lin

gku

ng

an

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B

EKST

ERN

AL

REFO

RMU

LASI

TUJU

AN

RIN

CIA

N

KEG

IATA

N/

REN

CA

NA

AK

SI

BASE

LIN

E

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Pro

gra

m

(un

it o

rgan

isas

i

esel

on

1):

Peng

enda

lian

Peny

akit

dan

Peny

ehat

an

Ling

kung

an.

(dia

mbi

l dar

i Ren

stra

Kem

ente

rian

Kes

ehat

an 2

010-

2014

)

- D

ata

dari

subd

it

Arb

oviru

s 20

10,

Ang

ka

Pend

erita

DBD

pad

a

Laki

-laki

(L) l

ebih

tin

ggi

(51,

79%

) dib

andi

ng

Pere

mpu

an (P

) (48

,21%

);

- D

BD: u

mur

< 1

tah

un:

L

2,2

8% P

1,7

%; u

mur

1-4

tahu

n :L

7,9

7% P

6,66

%; u

mur

5-9

tah

un:

L 11

,16%

P 1

0,48

%;

umur

10-

Pada

per

empu

an

60,8

7%%

jatu

h

ke f

ase

DSS

, jau

h

diat

as la

ki-la

ki y

ang

hany

a 39

,13%

.

Seda

ngka

n la

ki-

laki

seg

ala

usia

lebi

h re

ntan

terh

adap

insi

dens

DBD

dar

ipad

a

pere

mpu

an.

Aks

es:

Ang

ka k

esak

itan

tidak

dia

nalis

a

deng

an

men

ggun

akan

pers

pekt

if ge

nder

teru

tam

a un

tuk

mel

ihat

per

beda

an

biol

ogis

dan

sos

ial

untu

k ke

rent

anan

anta

ra p

erem

puan

,

laki

-laki

, ana

k

pere

mpu

an d

an

anak

laki

-laki

.

(Cat

atan

:

urai

an t

tg

fakt

or e

skte

rnal

bisa

ber

sifa

t

anek

dota

l sel

ama

kons

iste

n de

ngan

data

pem

buka

waw

asan

).

Pera

n

pere

mpu

an

Men

urun

kan

angk

a ke

saki

tan

DBD

dar

i 55

men

jadi

54

per

100.

000

pend

uduk

pad

a

tahu

n 20

11.

Men

urun

kan

5% a

ngka

kem

atia

n (D

SS)

pada

per

empu

an

- Re

adap

tasi

surv

ey C

OM

Bi

untu

k le

bih

men

angk

ap

peng

etah

uan,

sika

p da

n

peril

aku

laki

-

laki

dal

am

peng

enda

lian

DBD

; ter

mas

uk

pilih

an m

etod

e

KIE

yan

g

efek

tif u

ntuk

Ang

ka

Kes

akita

n

DBD

ter

pila

h

jeni

s ke

lam

in

dan

umur

- A

ngka

Pend

erita

DBD

pad

a

Laki

-laki

(L)

lebi

h tin

ggi

(51,

79%

)

diba

ndin

g

Indi

kato

r su

b

tuju

an y

ang

resp

onsi

f ge

nder

:

Men

urun

nya

5% a

ngka

kem

atia

n (D

SS)

pada

per

empu

an

usia

sek

olah

dan

dew

asa.

Men

urun

nya

1%

insi

den

angk

a

2. C

on

toh

Ap

likas

i GA

P

Page 50: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan32

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

Keg

iata

n:

Peng

enda

lian

Peny

akit

Bers

umbe

r Bi

nata

ng;

(dia

mbi

l dar

i Ren

stra

Kem

ente

rian

Kes

ehat

an 2

010-

2014

, kol

om p

rogr

am/

kegi

atan

, Lam

pira

n 14

)

Tuju

an:

M

enur

unka

n an

gka

kesa

kita

n D

BD d

ari

55 m

enja

di 5

4 pe

r

100.

000

pend

uduk

pada

tah

un 2

011;

M

enin

gkat

kan

pros

enta

se A

ngka

Beba

s Je

ntik

(ABJ

)

dari

60%

men

jadi

70%

pad

a ta

hun

2011

1

4 ta

hun:

L 9

,45%

P

8,6%

; um

ur>

15 t

ahun

:

L21,

13%

P 2

0,61

%;

(b

ila a

da, s

ebai

knya

dat

a

ini j

uga

terp

ilah

jeni

s

kela

min

);

- K

emat

ian

(DSS

): L

39,1

3% P

60,

87%

umur

< 1

th:

ser

o; u

mur

1-4t

h: L

30%

P 0

%; u

mur

5-9

th: L

10%

P 2

0%;

umur

10-

14 t

h: L

ser

o P

10%

; um

ur >

15th

: L s

ero

P 30

%;

Surv

ey C

ombi

di 5

kot

a

ende

mis

(Bat

am, M

atar

am,

Bogo

r, D

epok

, Bek

asi)

th

2009

ttg

pen

geta

huan

mas

yara

kat

Laki

-laki

lebi

h

sedi

kit

terp

apar

pada

med

ia

info

rmas

i (K

IE) t

tg

DBD

dib

andi

ng

pere

mpu

an;

sehi

ngga

ber

akib

at

angk

a ke

saki

tan

DBD

pad

a la

ki-

laki

lebi

h tin

ggi.

Ini t

erbu

kti d

ari

CO

MBi

( ya

ng

men

unju

kkan

data

laki

-laki

yang

per

nah

mel

ihat

ikla

n D

BD

hany

a 1/

3 da

ri

pere

mpu

an.

Laki

-laki

lebi

h

sedi

kit

terp

apar

pada

med

ia

Resp

onse

pro

gram

bers

ifat

netr

al

gend

er, d

enga

n

asum

si k

eren

tana

n

sam

a, p

rose

dur

pena

ngan

an b

aku/

sam

a da

n ak

ses

sam

a.

seba

gai

care

give

rs

dala

m k

elua

rga,

mem

buat

mer

eka

men

ghab

iska

n

lebi

h ba

nyak

wak

tu d

i dal

am

rum

ah d

an

serin

g te

rlam

bat

men

cari

peng

obat

an.

Apa

lagi

jika

pere

mpu

an

diha

rusk

an

dira

wat

inap

,

mak

a ha

rus

ada

yang

bis

a

men

ggan

tikan

mer

eka

dulu

untu

k m

engu

rus

kelu

arga

seb

elum

usia

sek

olah

dan

dew

asa.

Men

ingk

atka

n

peng

etah

uan

laki

-laki

dal

am

peng

enda

lian

DBD

.

Men

ingk

atka

n

pers

enta

se

kabu

pate

n/ko

ta

yang

mel

akuk

an

map

ping

vek

tor

dari

30 m

enja

di

40;

Men

ingk

atka

n

pros

enta

se

Ang

ka B

ebas

Jent

ik (A

BJ) d

ari

60%

men

jadi

la

ki-la

ki d

an

pere

mpu

an.

- A

udit

kem

atia

n

DBD

den

gan

foku

s pa

da

pere

mpu

an

(ter

mas

uk

men

guku

r

resp

onse

tim

e)

- Rev

isi S

OP

DBD

/DSS

khus

us u

ntuk

pere

mpu

an.

- Pen

gem

bang

an

ikla

n la

yana

n

mas

yara

kat

untu

k

pere

mpu

an

Pere

mpu

an

(P)

(48,

21%

);

- A

ngka

kesa

kita

n

DSS

terp

ilah

jeni

s

kela

min

dan

umur

Base

line:

Kem

atia

n

(DSS

): L

39,1

3% P

60,8

7%

- S

urve

y

CO

MBi

ttg

peril

aku

DBD

-

kesa

kita

n D

BD

pada

laki

-laki

.

Men

ingk

atny

a

peng

etah

uan

laki

-laki

dal

am

peng

enda

lian

DBD

.

Indi

kato

r rin

cian

kegi

atan

:

•Teridentifikas-

inya

seb

ab

khus

us k

ema-

tian

DBD

pad

a

pere

mpu

an;

•Teridentifikas-

inya

fak

tor

pe-

nyeb

ab la

ki-la

ki

tidak

ter

tarik

Page 51: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan33

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

M

enin

gkat

kan

pers

enta

se

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

mel

akuk

an m

appi

ng

vekt

or d

ari 3

0

men

jadi

40;

(dia

mbi

l dar

i Ren

stra

Kem

ente

rian

Kes

ehat

an 2

010-

2014

)

ttg

peng

enda

lian

DBD

: L

22%

P 7

8%

Pada

pes

an m

edia

elek

tron

ik c

ende

rung

bia

s

gend

er, k

aren

a m

odel

ikla

n le

bih

bany

ak

pere

mpu

an (m

isal

3M

) dan

repe

llen

nyam

uk b

erar

oma

bung

a 10

0% k

ader

jum

antik

di D

KI J

akar

ta,

Kot

a M

ojok

erto

, Cim

ahi

dan

Kot

a Jo

gjak

arta

ada

lah

ibu2

.

(pen

ting

seka

li da

ta t

tg

hari

ke b

erap

a la

ki-la

ki

dan

pere

mpu

an b

aru

men

gaks

es la

yana

n

kese

hata

n);

bila

ada

tam

bahk

an d

ata

ttg

jam

tay

ang

ikla

n

info

rmas

i (K

IE) t

tg

DBD

dib

andi

ng

pere

mpu

an;

sehi

ngga

ber

akib

at

angk

a ke

saki

tan

DBD

pad

a la

ki-

laki

lebi

h tin

ggi.

Ini t

erbu

kti d

ari

CO

MBi

( ya

ng

men

unju

kkan

data

laki

-laki

yan

g

pern

ah m

elih

at

ikla

n D

BD h

anya

1/3

dari

pere

mpu

an

Dis

emin

asi

info

rmas

i med

ia

elet

roni

k di

suka

i

mas

yara

kat

teta

pi

biay

anya

bes

ar

nam

un in

form

asi

yang

ada

bel

um

mem

perh

atik

an

mau

dira

wat

. Hal

ini m

enye

babk

an

pere

mpu

an

serin

g m

enun

da

perg

i men

cari

peng

obat

an

sehi

ngga

serin

gkal

i saa

t

mer

eka

data

ng

suda

h de

ngan

fase

pen

yaki

t

yang

lanj

ut,

sehi

ngga

sul

it

pena

ngan

an

seca

ra m

edis

nya.

Sela

in it

u

seca

ra b

ilogi

s,

sist

em k

apile

r

pere

mpu

an

mem

ang

lebi

h

rent

an u

ntuk

perm

eabi

litas

sel

.

70%

pad

a ta

hun

2011

sup

aya

sege

ra

bero

bat

dan

untu

k la

ki-la

ki

supa

ya le

bih

terli

bat

aktif

dala

m

peng

enda

lian

DBD

;

- Pen

cana

ngan

Ger

akan

Beb

as

Jent

ik d

enga

n

Dut

a N

asio

nal

Jum

antik

Laki

-laki

dan

Pere

mpu

an.

- Lom

ba

jum

antik

tela

dan

laki

-laki

dan

pere

mpu

an

baik

di t

atan

an

rum

ah t

angg

a,

seko

lah

mau

pun

inst

itusi

.

te

rpila

h

umur

dan

jeni

s

kela

min

;

B

asel

ine:

- L

aki-l

aki

men

deng

ar

ttg

DBD

=

22%

(Dat

a

P2B2

th

2009

)

up

aya

prom

otif

peng

enda

lian

DBD

;

•Meningkatnya

resp

onse

tim

e

pere

mpu

an

dala

m m

enca

ri

peng

obat

an

DBD

;

•Meningkatnya

jum

lah

kete

rliba

tan

laki

-laki

seb

agai

jum

antik

.

Page 52: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan34

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

a

tau

loka

si p

emas

anga

n

post

er u

ntuk

mel

ihat

akse

s da

n m

anfa

at a

tas

info

rmas

i kes

ehat

an b

agi

pere

mpu

an/la

ki-la

ki

Pe

nget

ahua

n M

asya

raka

t

tent

ang

Peng

enda

lian

DBD

pad

a L

(22%

) <

Pere

mpu

an (7

8%)(S

urve

i

Mar

ket

Ana

lysi

sis

CO

MBi

di 5

kot

a:

B

atam

, Mat

aram

, Kot

a

Bogo

r, K

ota

Dep

ok,

dan

Kot

a Be

kasi

Tah

un

2009

) -->

ada

kah

data

ttg

siap

a (la

ki-la

ki a

tau

pere

mpu

an) y

ang

sebe

tuln

ya m

elak

ukan

3M d

i rum

ah t

angg

a,

siap

a di

ling

kung

an;

kebu

tuha

n le

laki

dan

pere

mpu

an.

Ko

ntr

ol:

Wal

aupu

n an

gka

kesa

kita

n la

ki-la

ki

lebi

h tin

ggi t

api

angk

a ke

saki

tan

yang

mas

uk

men

jadi

DSS

lebi

h

rend

ah –

per

lu

dite

liti l

ebih

lanj

ut

apak

ah in

i kar

ena

aki-l

aki p

unya

kont

rol l

ebih

besa

r pa

da a

kses

laya

nan

kese

hata

n

l ata

ukah

kar

ena

mem

ang

seca

ra

imun

olog

i lak

i-lak

i

Bi

la d

iliha

t da

ri

pera

n ge

nder

anta

ra la

ki-la

ki

dan

pere

mpu

an

mak

a

pere

mpu

an le

bih

bert

angg

ung

jaw

ab t

erha

dap

kont

aine

r ai

r

yang

ter

kait

deng

an r

umah

tang

ga /

di

dala

m r

umah

sepe

rti t

empa

t

peny

impa

nan

air

untu

k m

andi

,

min

um d

an

cuci

; sed

angk

an

laki

-laki

lebi

h

bert

angg

ung

jaw

ab u

ntuk

wad

ah

pena

mpu

ngan

(Cat

atan

:

dala

m m

emili

h

renc

ana

aksi

-

pert

imba

ngka

n

prio

rity

sett

ing

K/L

, fea

sibi

lity,

kete

rsed

iaan

sum

berd

aya

dan

duku

ngan

polit

is y

ang

dipe

rluka

n.)

Page 53: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan35

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

-

Sum

ber

info

rmas

i DBD

yg d

iingi

nkan

ole

h

mas

yara

kat

: pen

yulu

han

lang

sung

ole

h na

kes:

57%

; TV

: 24

%;

peny

uluh

an la

ngsu

ng

oleh

kad

er: 1

2 %

; med

ia

ceta

k: 7

%.-

-apa

kah

bisa

terp

ilah

anta

ra la

ki-la

ki

dan

pere

mpu

an

Ada

kah

data

%

pere

mpu

an d

an %

laki

-laki

yang

dira

wat

di R

S de

ngan

dana

out

of

pock

et a

tau

Jam

kesm

as?

- u

ntuk

mel

ihat

aks

es

ke la

yana

n ke

seha

tan

anta

ra la

ki-la

ki d

an

pere

mpu

an d

an k

ontr

ol

atas

sum

ber

daya

ant

ara

laki

-laki

dan

per

empu

an

lebi

h ba

ik d

arip

ada

pere

mpu

an

terh

adap

DBD

.

Part

isip

asi:

Petu

gas

peny

uluh

dem

am b

erda

rah

lebi

h ba

nyak

pere

mpu

an.

Kur

angn

ya p

etug

as

jum

antik

laki

-laki

untu

k m

elak

ukan

pem

erik

saan

dan

peny

uluh

an

tent

ang

PSN

dan

Pena

nggu

lang

an

DBD

dis

ebab

kan

Laki

-laki

men

yera

hkan

urus

an

pem

bera

ntas

an

jent

ik d

emam

ai

r ya

ng d

isek

itar

rum

ah s

eper

ti

tank

i air

atau

pun

pem

buan

gan

sam

pah

“bes

ar”.

Sela

ma

ini i

klan

3M le

bih

foku

s

pada

wad

ah

tam

pung

air

untu

k ke

butu

han

rum

ah t

angg

a

dan

belu

m t

erla

lu

men

gena

unt

uk

pera

n ge

nder

laki

-laki

unt

uk

peng

enda

lian

DBD

.

Laki

-laki

tid

ak

mak

sim

al d

alam

mem

anfa

atka

n

Page 54: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan36

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

..be

rdar

ah d

i rum

ah

untu

k di

laku

kan

oleh

per

empu

an.

Wak

tu p

enyu

luha

n

DBD

dila

kuka

n

pada

pag

i har

i

sehi

ngga

han

ya

pere

mpu

an y

ang

mem

iliki

wak

tu

untu

k m

engi

kuti

peny

uluh

an

kare

na B

apak

-

Bapa

k ba

nyak

di

luar

rum

ah u

ntuk

beke

rja.

up

aya

prom

otif

kese

hata

n,

sehi

ngga

insi

dens

DBD

lebi

h tin

ggi

pada

laki

-laki

.

Dal

am s

ebua

h

stud

i yan

g

dila

kuka

n di

Port

oRic

o,

pere

mpu

an

men

gang

gap

infe

ksi d

enga

n

seriu

s ka

rena

tidak

ada

vak

sin

Page 55: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan37

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA P

EMBU

KA

W

AW

ASA

NIS

U G

END

ERK

EBIJA

KA

N &

RE

NC

AN

A K

EDEP

AN

PE

NG

UK

URA

N H

ASI

L

M

anfa

at:

Han

ya 2

2% L

aki-

laki

di b

andi

ngka

n

78%

per

empu

an

mem

iliki

peng

etah

uan

tent

ang

DBD

; mak

a

dapa

t di

sim

pulk

an

laki

-laki

kur

ang

men

ggun

akan

upay

a

prom

otif

yan

g

dila

kuka

n da

lam

peng

enda

lian

dem

am b

erda

rah.

tingg

inya

insi

den

dan

dam

pak

ekon

omi d

an

emos

i nya

;

seda

ngka

n

laki

-laki

lebi

h

mem

ilih

kare

na

bany

ak o

rang

mer

emeh

kan

gigi

tan

nyam

uk

Page 56: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan38

C. Teknik menyusun TOR Rensponsif Gender

Kerangka acuan kerja atau Term of Reference yang selanjutnya disebut KAK/

TOR adalah dokumen yang menginformasikan gambaran umun dan penjelasan

mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian Negara/lembaga yang memuat latar belakang, penerima, manfaat,

strategi pencapaian, dan biaya yang diperlukan.

Dalam TOR harus jelas 5W (Why, What, Who, When, Where + 2 H (How to do dan

How much).

TOR responsif gender adalah TOR yang memasukkan data (GAP langkah 2 dan

langkah 8) dan analisis AKMP (Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi) yang

dilakukan di GAP langkah 3-5 sebagai latar belakang.

GAP langkah 6 dan langkah 9 dapat dimasukkan sebagai tujuan dalam TOR.

GAP langkah 7 (rincian kegiatan) dimasukkan sebagai proses pelaksanaan dalam

TOR dengan identifikasi kelompok sasaran serta menjelaskan keterwakilan dan

keterlibatan aktif laki-laki dan perempuan.

Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini disampaikan format TOR Responsif gender

lengkap sebagai berikut.

Page 57: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan39

1. Format TOR

KAK/ TOR PER KELUARAN/OUTPUT KEGIATAN

Kementerian Negara/ Lembaga : .................................................................................. (1)

Unit Eselon I : .................................................................................. (2)

Program : .................................................................................. (3)

Hasil : .................................................................................. (4)

Unit Eselon II/ Satker : .................................................................................. (5)

Kegiatan : .................................................................................. (6)

Indikator Kinerja Kegiatan : .................................................................................. (7)

Satuan ukur dan Jenis Keluaran : .................................................................................. (8)

Volume : . ................................................................................. (9)

A. Latar Belakang

1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/ Kebijakan ............................................................... 10)

2. Gambaran Umum ............................................................................................. (11)

B. Tujuan dan Penerima Manfaat ................................................................................ (12)

C. Strategi Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan

1. Metode Pelaksanaan ........................................................................................... (13)

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan ...................................................................... (14)

D. Waktu Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan .......................................................... (15)

E. Rencana Anggaran Biaya (RAB) .............................................................................. (16)

Penanggung Jawab (17)

NIP. ........................................ (18)

Page 58: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan40

Penjelasan point per point :

NO. URAIAN

(1) Diisi nama kementerian negara/ lembaga

(2) Diisi nama unit eselon I.

(3) Disi nama program sesuai hasil restrukturisasi program

(4) Diisi dengan outcome yang akan dicapai dalam program

(5) Diisi nama unit eselon II.

(6) Diisi nama kegiatan sesuai hasil restrukturisasi kegiatan

(7) Diisi uraian indikator kinerja kegiatan

(8) Diisi nama satuan ukur dan jenis keluaran kegiatan

(9) Diisi jumlah volume keluaran kegiatan. Volume yang dihasilkan bersifat kuantitatif yang terukurContoh : 5 peraturan ...., 200 orang peserta, 33 laporan ....

(10) Diisi dengan dasar hukum tugas fungsi dan/ atau ketentuan yang terkait langsung dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(11). Gambaran Umum :Diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta penjelasan target indicator kinerja kegiatan yang akan dicapai.

Pada bagian ini menjelaskan What dan Why, apakah telah menjelaskan tentang permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran, baik laki-laki dan perempuan dengandidukungdataterpilahdanmengidentifikasi isukesenjangangendernyayang menyebabkan outcome/output program dan target indikator kinerja kegiatan belum tercapai. Kesenjangan gender diperoleh dari hasil analisis gender, yang mengeksplorasi mengapa (why) hal tersebut bisa terjadi. Selanjutnya menjelaskan tentang langkah apa (what) yang akan dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender tersebut, dengan target sasaran perempuan dan laki-laki (masih menggunakan data hasil analisis gender).

12. Diisi dengan tujuan dan penerima manfaat baik internal dan atau eksternal K/L, dengan membedakan sasaran perempuan dan laki-laki.

Tujuan memberikan informasi tentang manfaat yang akan diterima kelompok sasaran, baik laki-laki maupun perempuan (pertanyaan Who tapi pada level indikator).

Penerima manfaat merujuk kepada pencapaian target indikator kinerja kegiatan terpilah menurut kelompok laki-laki dan perempuan.

13. Diisi dengan cara pelaksanaanya berupa kontraktual atau swakelola.Diisi dengan uraian tentang proses pelaksanaan Rincian Kegiatan, yang bersifat sekuensial, dengan tujuan memberikan gambaran bahwa detil Rincian Kegiatan dan urut-urutan pelaksanaannya telah responsif gender. Penjelasan juga meliputi cara pelaksanaan Rincian Kegiatan apakah berupa kontraktual atau swakelola.

Page 59: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan41

Bagian ini menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan Rincian Kegiatan yang mendukung langsung perbaikan ke arah kesetaraan gender. Jadi harus dapat menjelaskan upaya perbaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran, baik laki-laki maupun perempuan :

- Who (menjelaskan mengapa perempuan dan laki-laki dipilih dalam pelaksanaan detil Rincian Kegiatan),

- When (menjelaskan mengapa waktu dan lama pelaksanaan detil Rincian kegiatan dipilih dengan memperhatikan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki ),

- Where (menjelaskan mengapa tempat pelaksanaan detil Rincian Kegiatan dipilih dengan memperhatikan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki),

- How To Do (menjelaskan mengapa bentuk pelaksanaan Rincian Kegiatan sesuai dengan kebutuhan beneficieries).

14. Diisi dengan tahapan/komponen masukan yang digunakan dalam pencapaian Indikator Kinerja kegiatan, termasuk jadwal waktu (time table) pelaksanaan dan keterangan lainnya yang dibutuhkan.

15. Diisi dengan kurun waktu pencapaian pelaksanaan

16. Diisi dengan lampiran RAB yang merupakan rincian alokasi dana yang diperlukan dalam pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan.

17. Diisi dengan nama penanggung jawab kegiatan (eselon II/ kepala satker vertikal).

18. Diisi dengan NIP penanggung jawab kegiatan.

Catatan: Pengisian Nomor 1 sampai 7 menggunakan dokumen Renstra Kementerian Kesehatan tahun

2010-2014 yakni pada Lampiran tentang Matriks Kinerja Kementerian Kesehatan.

Dalam rangka penerapan pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) yang

mulai diterapkan pada tahun anggaran 2011, dimana penekanan/ fokus berada pada

output, maka struktur pengalokasian anggaran dirinci menurut Program, Kegiatan

dan Output. Keluaran/output kegiatan adalah barang/ jasa yang dihasilkan dari

pelaksanaan sebuah kegiatan untuk mendukung pencapaian outcome program.

Output merupakan produk utama/ akhir yang bersifat spesifik yang dihasilkan

oleh suatu kegiatan sebagaimana fungsi Unit Eselon II/ Satker yang bersangkutan.

Setiapoutputharusdapatdiidentifikasijenisdansatuannyadenganjelas,seluruh

komponen input yang digunakan ditetapkan oleh penanggung jawab kegiatan dan

penekanan kesesuaian/ relevansi masing-masing komponen input serta biayanya

dalam rangka pencapaian output kegiatan. Oleh karenanya setiap TOR/ KAK dibuat

per keluaran/ output kegiatan.

Daftar output kegiatan dapat dilihat pada formulir 3 RKA-KL yang telah ditetapkan

oleh penanggung jawab kegiatan/Eselon II di masing-masing unit utama dalam

penyusunan RKA-KL setiap tahunnya. Output kegiatan dapat berupa :

1. Laporan Kegiatan dan Pembinaan, yang dapat berisikan Komponen Input

Laporan Kegiatan, seperti : Sosialisasi/ desiminasi, peningkatan kapasitas SDM,

atau komponen input sejenis.

2. Dokumen Perencanaan dan pengelolaan anggaran, yang berisikan Komponen

Input seperti : Rencana Kerja Tahunan, atau dokumen lain sejenis.

Page 60: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan42

3. Layanan Perkantoran, yang berisikan Komponen Input : gaji dan Tunjangan,

operasional perkantoran dan pemeliharaan.

4. Alat pengolah data/ komputer

5. Kendaraan

6. Dan lain-lain.

2. CONTOH APLIKASI TOR RESPONSIF GENDER

TOR/KAK per Output KegiatanOutput Kegiatan : Laporan Pengendalian DBD

Catatan:

Dalam kolom 7 GAP (Rencana Aksi) sebelumnya/diatas, terdapat 6 Rencana Aksi.

Dari keenam Rencana Aksi tersebut, 2 diantaranya mempunyai Output Laporan

untuk pengendalian DBD yakni Readaptasi Survey COMBi dan Audit Kematian

DBD. Dalam contoh aplikasi TOR Responsif Gender berikut ini akan ditampilkan

contoh TOR Responsif Gender dengan Output Laporan Pengendalian DBD.

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan

Unit Organisasi (eselon 1) : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan

Program : Program Pengendalian Penyakit Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan

Hasil atau Outcome : Meningkatnya pencegahan dan

penanggulangan penyakit bersumber binatang

UNIT Eselon II/Satker : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber

Binatang

Kegiatan : Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Indikator Kinerja Kegiatan - Menurunnya angka kesakitan DBD dari 55

menjadi (diambil dari Renstra 2010-2014)

54 per 100.000 penduduk pada tahun 2011

untuk Nasional .

- Meningkatnya persentase Angka Bebas Jentik

( ABJ) dari 60% menjadi 70% pada tahun

2011.

- Meningkatkan persentase kabupaten/kota

yang melakukan mapping vektor dari 30

menjadi 40

Output : Laporan Pengendalian Penderita DBD

Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Laporan

Volume : 2 laporan (Readaptasi Survey Combi dan Audit

Kematian DBD/DSS)

Page 61: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan43

a. Latar Belakang

1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/ Kebijakan

a. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan

Wabah Penyakit Menular.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang

Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara

Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangannya.

e. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 15/2008 tentang Pedoman

Umum Pelaksanan Pengarusutamaan Gender (PUG) di daerah dimana

pada Pasal 4 ayat 2. Penyusunan Kebijakan Program, dan Kegiatan

Pembangunan berperspektif gender sebagaimana dimaksud ayat 1

dilakukan analisis gender, dan pasal 10 Pokja PUG Provinsi mempunyai

tugas menetapkan TIM teknis untuk melakukan analisis terhadap

anggaran daerah.KEPMENKES Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang

Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

f. Peraturan Menteri Keuangan No.104/PMK.02/2010 tentang petunjuk

penyusunan dan penelahaan RAKL Tahun 2011.

g. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 31-VI Tahun 1994 tentang

Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue ( POKJANAL DBD), Tim Pembina LKMD Tingkat

Pusat.

h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 tahun 2003 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan DBD.

i. Kesepakatan bersama antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

& Perlindungan Anak dengan Menteri Kesehatan tentang pelaksanaan

tentang pengarus utamaan gender di Bidang Kesehatan No. 07/MEN.

PP&PA/5/2010-No.593/MENKES/SKB/V/2010.

2. Gambaran Umum

- Data dari subdit Arbovirus 2010, Angka Penderita DBD pada Laki-laki (L)

lebih tinggi (51,79%) dibanding Perempuan (P) (48,21%);

Laki-laki segala usia lebih rentan terkena DBD.

- Kematian (DSS): L 39,13% P 60,87%

Perempuan dewasa lebih rentan terhadap kematian (DSS). Angka DSS

pada perempuan lebih tinggi, sebagai akibat dari perilaku perempuan

yang terlambat dalam mencari pengobatan. Menarik untuk dilihat lebih

lanjut apakah diperlukan penanganan darurat khusus untuk perempuan

yang terinfeksi Dengue. Norma patriarki yang menempatkan perempuan

Page 62: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan44

sebagai caregivers dalam keluarga membuat perempuan terlambat

mencari pengobatan karena harus mengurus keluarga terlebih dulu,

cemas tidak ada yang menggantikan dia kalau di-rumah sakit kan

sehingga membuat mereka terlambat datang ke sarana kesehatan.

Survey Combi di 5 kota endemis (Batam, Mataram, Bogor, Depok, Bekasi)

th 2009 ttg pengetahuan masyarakat ttg pengendalian DBD: L 22% P

78%

Pada pesan media elektronik cenderung bias gender, karena model iklan

lebih banyak perempuan (misal 3M) dan repellen nyamuk beraroma

bunga.

100% kader jumantik di DKI Jakarta, Kota Mojokerto, Cimahi dan Kota

Jogjakarta adalah ibu2.

Akses:

Laki-laki lebih sedikit terpapar pada media informasi (KIE) ttg DBD dibanding

perempuan; sehingga berakibat angka kesakitan DBD pada laki-laki lebih

tinggi. Ini terbukti dari COMBi ( yang menunjukkan data laki-laki yang

pernah melihat iklan DBD hanya 1/3 dari perempuan.

Kontrol:

Walaupun angka kesakitan laki-laki lebih tinggi tapi angka kesakitan yang

masuk menjadi DSS lebih rendah – perlu diteliti lebih lanjut apakah ini karena

laki-laki punya kontrol lebih besar pada akses layanan kesehatan ataukah

karena memang secara imunologi laki-laki lebih baik daripada perempuan

terhadap DBD.

Manfaat:

Hanya 22% Laki-laki di bandingkan 78% perempuan memiliki pengetahuan

tentang DBD; maka dapat disimpulkan laki-laki kurang menggunakan upaya

promotif yang dilakukan dalam pengendalian demam berdarah.

Partisipasi:

Petugas penyuluh demam berdarah lebih banyak perempuan. Kurangnya

petugas jumantik laki-laki untuk melakukan pemeriksaan dan penyuluhan

tentang PSN dan Penanggulangan DBD disebabkan Laki-laki menyerahkan

urusan pemberantasan jentik demam berdarah di rumah untuk dilakukan

oleh perempuan. Waktu penyuluhan DBD dilakukan pada pagi hari sehingga

hanya perempuan yang memiliki waktu untuk mengikuti penyuluhan karena

Bapak-Bapak banyak di luar rumah untuk bekerja.

Angka kesakitan tidak dianalisa dengan menggunakan perspektif gender

terutama untuk melihat perbedaan biologis dan sosial untuk kerentanan

Page 63: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan45

antara perempuan, laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki.

Response program bersifat netral gender, dengan asumsi kerentanan sama,

prosedur penanganan baku/sama dan akses sama.

Angka kesakitan tidak dianalisa dengan menggunakan perspektif gender terutama

untuk melihat perbedaan biologis dan sosial untuk kerentanan antara perempuan,

laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki.

Response program bersifat netral gender, dengan asumsi kerentanan sama,

prosedur penanganan baku/sama dan akses sama.

Peran perempuan sebagai caregivers dalam keluarga, membuat mereka

menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah dan sering terlambat

mencari pengobatan. Apalagi jika perempuan diharuskan dirawat inap,

maka harus ada yang bisa menggantikan mereka dulu untuk mengurus

keluarga sebelum mau dirawat. Hal ini menyebabkan perempuan sering

menunda pergi mencari pengobatan sehingga seringkali saat mereka datang

sudah dengan fase penyakit yang lanjut, sehingga sulit penanganan secara

medisnya. Selain itu secara bilogis, sistem kapiler perempuan memang lebih

rentan untuk permeabilitas sel.

Bila dilihat dari peran gender antara laki-laki dan perempuan maka

perempuan lebih bertanggung jawab terhadap kontainer air yang terkait

dengan rumah tangga / di dalam rumah seperti tempat penyimpanan air

untuk mandi, minum dan cuci; sedangkan laki-laki lebih bertanggung

jawab untuk wadah penampungan air yang disekitar rumah seperti tanki

air ataupun pembuangan sampah “besar”. Selama ini iklan 3M lebih fokus

pada wadah tampung air untuk kebutuhan rumah tangga dan belum terlalu

mengena untuk peran gender laki-laki untuk pengendalian DBD.

Laki-laki tidak maksimal dalam memanfaatkan upaya promotif kesehatan,

sehingga insidens DBD lebih tinggi pada laki-laki.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Puerto Rico, perempuan menganggap

infeksi dengue serius karena tidak ada vaksin, tingginya insidens dan dampak

ekonomi dan emosi nya; sedangkan laki-laki lebih memilih karena banyak

orang meremehkan gigitan nyamuk

Oleh sebab itu upaya pengendalian DBD yang memang difokuskan pada

pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai penular DBD, terutama

melalui kegiatan PSN oleh masyarakat perlu ditingkatkan. Perlu dicarikan

strategi untuk meningkatkan partisipasi laki-laki dalam pengendalian

DBD. COMBi menunjukkan laki-laki tidak memiliki pengetahuan memadai

sehingga angka insidens pada laki-laki lebih tinggi dan jumantik laki-laki

Page 64: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan46

sangatlah minim. Oleh sebab itu perlu melakukan readaptasi modul Survey

COMBi untuk menangkap faktor-faktor penyebab rendahnya partisipasi laki-

laki dan perlu analisa khusus untuk merumuskan kembali strategi perubahan

perilaku yang lebih efektif berdasarkan perbedaan gender dalam keterlibatan

aktif laki-laki dan perempuan dalam pengendalian DBD.

Sedangkan untuk merespon tinggi nya angka kematian akibat DBD/DSS pada

perempuan usia sekolah dan dewasa maka sarana kesehatan harus mulai

melakukan audit kematian untukmengidentifikasi apakah penyebab dari

kematian karena faktor biologis, prosedur yang perlu disempurnakan sesuai

sex, ataupun karena perbedaan peran gender sehingga mempengaruhi

perilaku pasien dalam mencari pengobatan.

Dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan penderita DBD tersebut,

maka akan disusun laporan pelaksanaan yang terdiri dari

- Laporan Readaptasi Survey COMBi

- Laporan Audit Kematian DBD

b. Tujuan dan Penerima Manfaat

Dengan ouput laporan ini akan melaporkan hasil pengendalian penderita DBD,

dimana pengendalian penyakit ini bertujuan untuk :

Menurunkan 5% angka kematian (DSS) pada perempuan usia sekolah dan

dewasa.

Meningkatkan pengetahuan laki-laki dalam pengendalian DBD.

Target sasaran kegiatan: provinsi endemis, bayi perempuan <1 tahun, laki-laki

>15 th.

c. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode Pelaksanaan : Dilaksanakan melalui metode swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan (diambil dari kolom 7 GAP)

Page 65: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan47

PELAKSANAAN TAHAPANWAKTU

PELAKSANAAN

- Readaptasi survey COMBi

untuk lebih menangkap

pengetahuan, sikap dan

perilaku laki-laki dalam

pengendalian DBD;

termasuk pilihan metode

KIE yang efektif untuk laki-

laki dan perempuan

Readaptasi COMBI tool untuk

menangkap faktor resiko DBD pada

laki-laki

Februari 2011

Pelatihan enumerator COMBi Maret 2011

Survey Combi Maret 2011

Pengolahan data dan penyusunan

laporan COMBiApril 2011

Sosialisasi hasil COMBi April 2011

Penyusunan pesan COMBi Mei 2011

Pengadaan pesan COMBi Mei 2011

Launching pesan COMBi Juni 2011

Monitoring dan Evaluasi

- Audit kematian DBD

dengan fokus pada

perempuan (termasuk

mengukur response time)

Pengembangan SOP Februari 2011

Pelatihan SOP Maret 2011

Survey Audit Kematian di sub

nasionalApril 2011

3. Indikator Keluaran : Tersusunnya laporan pengendalian pada penderita

DBD

d. Waktu Pencapaian Keluaran : Tahun Anggaran 2011

e. Rencana Anggaran Biaya (RAB) (terlampir)

Penanggung Jawab,

Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang,

..................................................

NIP. ...........................................

Page 66: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan48

D. Teknik Penyusunan Gender Budget Statement (GBS)

GBS adalah dokumen yang berisi pernyataan bahwa sebuah program dan kegiatan telah responsif gender.

GBS merupakan perpaduan dari hasil analisis gender (analisis GAP) dan kebutuhan anggaran (TOR responsive

gender) secara generik dan instan, namun secara komprehensif mencakup tentang relevansi kegiatan,

indikator kinerja kegiatan, output, sub output kegiatan dan komponen input terhadap pencapaian target

indikator kinerja kegiatan dan target output/outcome dari program.

GBS memberikan informasi bahwa suatu kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada, dan

suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan

gender. Target Indikator kinerja kegiatan yang dicapai mesti memperhatikan kesetaraan dan keadilan

bagi perempuan dan laki-laki. Karena target kinerjanya mengukur perempuan dan laki-laki, maka Rincian

Kegiatan dan sub-output yang dilakukan pun merupakan hasil analisis gender.

Karena analisisnya menggunakan metode GAP, maka sebagian isi GBS berasal dari matriks analisis GAP.

Sebagian isi GBS juga berasal dari dokumen TOR responsif gender.

Adapun format GBS yang memuat komponen-komponennya serta cara penyusunannya dapat dilihat pada

format berikut.

Page 67: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan49

Program Nama program yang ada pada K/L

Kegiatan Nama Kegiatan sebagai penjabaran program

Indikator Kinerja KegiatanIndikator yang ditetapkan untuk masing-masing output kegiatan (merujuk

kedokumen Renstra 2010-2014)

Output Kegiatan Nomenklatur Output dan volume satuan Output Kegiatan (sesuai RKA-KL)

Analisa Situasi

(diharapkan tersedia angka

kelompok sasaran baik laki-laki

maupun perempuan. Jika tidak,

hanya berupa gambaran bahwa

output kegiatan yang akan

dihasilkan mempunyai pengaruh

kepada kelompok sasaran tertentu)

Uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/

dilaksanakan oleh Kegiatan yang menghasilkan output, dengan

menekankan uraian pada aspek gender dari persoalan tersebut.

- Analisis situasi : menggambarkan terjadinya kesenjangan gender

yang ada terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan;

Rincian Kegiatan

Diambil dari TOR bagian metode

pelaksanaan

Sub-output 1 Jenis-jenis Rincian Kegiatan yang akan dilakukan.

Komponen

Input 1

Tahapan pertama pelaksanaan sub-output 1

Komponen

Input 2

Tahapan kedua pelaksanaan sub-output 1

Komponen

Input 3

Tahapan ketiga pelaksanaan sub-output 1

Dst…

Sub-ouput 2 Jenis-jenis Rincian Kegiatan yang akan dilakukan

Komponen

Input 1

Tahapan ketiga pelaksanaan sub-output 2

Komponen

Input 2

Tahapan ketiga pelaksanaan sub-output 2

Dst...

Alokasi Anggaran Output Kegiatan Jumlah anggaran (Rp) yang dialokasikan untuk mencapai suatu Output

Kegiatan

Dampak/hasil Output Kegiatan Dampak/hasil secara luas dari Output Kegiatan yang dihasilkan dan

dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender

yangtelahdiidentifikasipadaanalisisisituasi

1. FORMAT GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender)

Kementerian Negara/Lembaga : ………………………

Unit Organisasi : ………………………

Unit eselon II/Satker : ………………………

Page 68: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan50

Program : Program Pengendalian Penyakit Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kegiatan : Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Indikator Kinerja

Kegiatan

- Menurunnya angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 54 per 100.000 penduduk pada tahun 2011

untuk Nasional .

- Meningkatnya persentase Angka Bebas Jentik ( ABJ) dari 60% menjadi 70% pada tahun 2011.

- Meningkatkan persentase kabupaten/kota yang melakukan mapping vektor dari 30 menjadi 40

Output Kegiatan Laporan Pengendalian Penderita DBD

Analisa Situasi

(diharapkan tersedia

angka kelompok

sasaran baik laki-laki

maupun perempuan.

Jika tidak, hanya

berupa gambaran

bahwa output

kegiatan yang akan

dihasilkan mempunyai

pengaruh kepada

kelompok sasaran

tertentu)

Data dari subdit Arbovirus 2010, Angka Penderita DBD pada Laki-laki (L) lebih tinggi (51,79%)

dibanding Perempuan (P) (48,21%);

Laki-laki segala usia lebih rentan terkena DBD.

Kematian (DSS): L 39,13% P 60,87%

Perempuan dewasa lebih rentan terhadap kematian (DSS). Angka DSS pada perempuan lebih tinggi,

sebagai akibat dari perilaku perempuan yang terlambat dalam mencari pengobatan. Menarik untuk

dilihat lebih lanjut apakah diperlukan penanganan darurat khusus untuk perempuan yang terinfeksi

Dengue. Norma patriarki yang menempatkan perempuan sebagai caregivers dalam keluarga membuat

perempuan terlambat mencari pengobatan karena harus mengurus keluarga terlebih dulu, cemas tidak

ada yang menggantikan dia kalau di-rumah sakit kan sehingga membuat mereka terlambat datang ke

sarana kesehatan.

Survey Combi di 5 kota endemis (Batam, Mataram, Bogor, Depok, Bekasi) th 2009 ttg pengetahuan

masyarakat ttg pengendalian DBD: L 22% P 78%

Pada pesan media elektronik cenderung bias gender, karena model iklan lebih banyak perempuan (misal

3M) dan repellen nyamuk beraroma bunga.

100% kader jumantik di DKI Jakarta, Kota Mojokerto, Cimahi dan Kota Jogjakarta adalah ibu2.

Oleh sebab itu upaya pengendalian DBD yang memang difokuskan pada pemberantasan nyamuk

Aedes aegypti sebagai penular DBD, terutama melalui kegiatan PSN oleh masyarakat perlu ditingkatkan.

Perlu dicarikan strategi untuk meningkatkan partisipasi laki-laki dalam pengendalian DBD. COMBi

menunjukkan laki-laki tidak memiliki pengetahuan memadai sehingga angka insidens pada laki-laki

lebih tinggi dan jumantik laki-laki sangatlah minim. Oleh sebab itu perlu melakukan readaptasi modul

Survey COMBi untuk menangkap faktor-faktor penyebab rendahnya partisipasi laki-laki dan perlu

analisa khusus untuk merumuskan kembali strategi perubahan perilaku yang lebih efektif berdasarkan

perbedaan gender dalam keterlibatan aktif laki-laki dan perempuan dalam pengendalian DBD.

2. CONTOH APLIKASI GENDER BUDGET STATEMENT (GBS) (Pernyataan Anggaran Gender)

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan

Unit Organisasi : Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Unit eselon II/Satker : Direktorat Pengendalian Penyakit bersumber Binatang

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan

Unit Organisasi (eselon 1) : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Unit Eselon II/Satker : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Page 69: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan51

Sedangkan untuk merespon tinggi nya angka kematian akibat DBD/DSS pada perempuan usia sekolah

dandewasamakasaranakesehatanharusmulaimelakukanauditkematianuntukmengidentifikasi

apakah penyebab dari kematian karena faktor biologis, prosedur yang perlu disempurnakan sesuai

sex, ataupun karena perbedaan peran gender sehingga mempengaruhi perilaku pasien dalam mencari

pengobatan.

Rincian Kegiatan

(diambil dari TOR

bagian metode

pelaksanaan)

Suboutput 1

Readaptasi survey COMBi untuk lebih menangkap pengetahuan, sikap dan perilaku

laki-laki dalam pengendalian DBD; termasuk pilihan metode KIE yang efektif untuk laki-

laki dan perempuan

Tujuan

Suboutput 1

(disesuaikan dengan logika suboutput yang dipilih dan

indikator Kinerja Kegiatan).

•Teridentifikasinya

sebab khusus

kematian DBD pada

perempuan;

•AngkaKesakitanDBD

terpilah jenis kelamin

dan umur

Komponen 1 Readaptasi COMBI

tool untuk menangkap

faktor resiko DBD pada

laki-laki

Komponen 2 Pelatihan enumerator

COMBi

Komponen 3 Survey Combi

Komponen 4 Pengolahan data dan

penyusunan laporan

COMBi

Komponen 5 Sosialisasi hasil COMBi

Komponen 6 Penyusunan pesan

COMBi

Komponen 7 Pengadaan pesan

COMBi

Komponen 8 Launching pesan COMBi

Komponen 9 Monitoring dan Evaluasi

Page 70: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan52

Suboutput 2 Audit Kematian

Tujuan

Suboutput 2(disesuaikan dengan logika suboutput yang

dipilih dan indikator Kinerja Kegiatan).

Teridentifikasinyasebab

khusus kematian DBD

pada perempuan;

Meningkatnya response

time perempuan dalam

mencari pengobatan

DBD;

Komponen 1 Pengembangan SOP

Komponen 2 Pelatihan SOP

Komponen 3 Survey Audit Kematian

di sub nasional

Alokasi Anggaran

Output Kegiatan

Rp.1,629,000,000 (Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk mencapai output kegiatan)

Dampak/hasil Output

Kegiatan Menurunkan 5% angka kematian (DSS) pada perempuan usia sekolah dan dewasa.

Meningkatkan pengetahuan laki-laki dalam pengendalian DBD.

Page 71: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan53

E. Hubungan GAP, TOR dan GBS

GAP, TOR dan GBS adalah saling berhubungan satu sama lain. Karena itu,

banyak variable informasi dalam GAP, TOR dan GBS saling berkaitan dan

saling memperkuat. Oleh sebab itu, keberhasilan penyusunan GAP akan sangat

memudahkan penyusunan TOR dan GBS.

Matrix berikut ini dapat menggambarkan hubungan antara Langkah-langkah dalam

GAP, Komponen TOR, dan GBS.

Bagan 8. Matriks Hubungan GAP, GBS dan TOR

GAP (KOLOM) TOR GBS

1 Data umum (Eselon 1, Program,

Kegiatan, Indikator Kinerja Kegaiatan)

Data umum (Program, Kegiatan,

Indikator Kinerja Kegaiatan)

2,3,4,5 Latar belakang (narasi) Analisa situasi

6 Tujuan Umum

(termasuk tujuan khusus)

Dapat saja, tujuan dari output/sub

output

7 Rincian Kegiatan yang akan dilakukan Rincian Kegiatan, sub-output, dan

Komponen Input

8,9 Indikator keluaran Dampak atau hasil output kegiatan

F. ARG dan Penelaahan RKA-KL

Berdasarkan Permenkeu Nomor 104 Tahun 2010, penelaahan RKA-KL dengan

muatan ARG dilakukan melalui langkah di bawah ini:

1. Suatu ARG berada pada tingkat output dari struktur RKA-KL;

2. Isu kesenjangan gender dan gambaran perbaikannya tercermin dari uraian

analisis situasi yang ada dalam GBS maupun isu gender dalam Kerangka

Acuan Kegiatan (TOR);

3. GBS minimal harus mencakup aspek-aspek seperti yang ada pada format

GBS;

4. Meneliti adanya kesesuaian antara uraian GBS dengan TOR. Jika antara

TOR dan GBS tidak sesuai, maka kegiatan belum dapat dikatakan responsif

gender dan tidak dapat diproses untuk tahap selanjutnya. Oleh karena itu

agar kegiatan memenuhi kriteria ARG, maka K/L harus memperbaiki TOR

kegiatannya supaya sesuai dengan GBS;

5. Memutuskan apakah kegiatan atau sub kegiatan dimaksud sudah responsif

gender atau belum berdasarkan butir 2,3, dan 4;

6. Apabila telah responsif gender, petugas penelaah DJA selanjutnya meneliti

kode bagan akun standar yang dicantumkan dalam RKA-KL (sesuai dengan

proses penelaahan RKA-KL umum) untuk meneliti kesesuaian RKA-KL dengan

TOR dan GBS.

Page 72: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

BAB V Tahapan Penyusunan ARG Bidang Kesehatan54

Untuk mempermudah proses penelaahan RKA-KL, petugas penelaah Ditjen

Anggaran akan membuat daftar (check list) atas pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa jenis kegiatan ARG yang akan dilaksanakan? Jenis kegiatan tersebut

berupa service delivery atau capacity building dan advokasi gender;

2. Apakah telah tersedia dokumen GBS yang didahului dengan analisa gender;

3. Adanya isu gender yang dituangkan dalam TOR seperti:

i) Apakah pada bagian Latar Belakang telah dijelaskan mengenai

permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran, baik laki-laki

maupun perempuan;

ii) Apakah tujuan kegiatan secara jelas memberikan informasi tentang

manfaat yang akan diterima kelompok sasaan, baik laki-laki maupun

perempuan;

iii) Apakah paparan pelaksanaan kegiatan telah menjelaskan pelibatan atau

konsultasi dengan kelompok sasaran laki-laki dan perempuan;

4. Apakah isu gender yang ada dalam TOR tersebut mempunyai keterkaitan

dalam GBS. Bagian GBS yang menghubungkan dengan isu gender tersebut

adalah:

Analisa situasi yang berisikan:

- Gambaran kesenjangan akses, partisipasi, manfaat, kontrol antara laki-

laki dan perempuan;

- Gambaran adanya faktor penghambat di internal lembaga (organisasi

pemerintah) dan atau eksternal lembaga (masyarakat); yang keduanya

dapat dihubungkan dengan bagian Latar Belakang dalam TOR;

- Indikator Outcome yang dapat dihubungkan dengan bagian Tujuan

Kegiatan dalam TOR;

- Indikator Input atau Output yang dapat dihubungkan dengan bagian

Pelaksanaan Kegiatan dalam TOR.

Page 73: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan55

LAMPIRAN: Contoh ARG

Page 74: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 75: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan57

Prog

ram

: B

ina

Giz

i dan

Kes

ehat

an Ib

u da

n A

nak

Keg

iata

n : P

embi

naan

Pel

ayan

an K

eseh

atan

Ibu

dan

Repr

oduk

si

(D

ana

Dek

onse

ntra

si –

Pro

vins

i Jaw

a Ti

mur

)

GEN

DER

AN

ALY

SIS

PATH

WA

Y (

GA

P)

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Pro

gra

m :

Prog

ram

Bin

a G

izi

dan

Kes

ehat

an ib

u da

n an

ak.

Keg

iata

n :

Pem

bina

an

Pela

yana

n K

eseh

atan

Ibu

dan

Repr

oduk

si

Tuju

an (t

ujua

n na

sion

al

men

urut

Ren

stra

K

emen

kes)

: M

enin

gkat

kan

capa

ian

KB

aktif

da

ri 61

% t

ahun

20

10 m

enja

di 6

2 %

tah

un 2

011

Ang

ka k

emat

ian

ibu

di P

ropi

nsi

Jaw

a Ti

mur

te

rcat

at :

90,7

/100

.000

K

H. A

ngka

ini

mas

ih d

ibaw

ah

targ

et n

asio

nal

118/

100.

000

KH

Nam

un S

DK

I th

2007

,Ang

ka

kem

atia

n Ib

u di

tin

gkat

na

sion

al t

erca

tat

: 227

/100

.KH

, se

dang

kan

Jaw

a Ti

mur

ter

cata

t 83

/100

.000

K

H.H

al in

i m

enun

jukk

an

mas

ih b

anya

k A

KI y

ang

belu

m

terla

pork

an.

AK

SES

:A

kses

info

rmas

i ke

seha

tan

repr

oduk

si/K

B ba

gi la

ki la

ki

mas

ih k

uran

g , t

erut

ama

men

gena

i : M

etod

e ko

ntra

seps

i, fa

ktor

keg

agal

an

dan

DO

; pe

nyak

it ya

ng m

enga

ncam

se

lam

a ke

ham

ilan

& t

anda

ba

haya

sel

ama

ham

il, s

alin

da

n ni

fas.

Hak

pe

rem

puan

unt

uk

mem

utus

kan

hak

repr

oduk

siny

a

Tida

k se

mua

sta

ke

hold

er /p

enga

mbi

l ke

putu

san

mem

aham

i ko

nsep

kea

dila

n da

n ke

seta

raan

ge

nder

. (P

UG

). H

al in

i be

rpen

garu

h pa

da

angg

aran

yan

g re

spon

sif

gend

er.

Para

pen

gelo

la

prog

ram

bel

um

terp

apar

dal

am

renc

ana

MPS

yan

g se

nsiti

f ge

nder

te

ruta

ma

poin

t ke

3

Kor

dina

si

linta

s se

ktor

/pr

ogra

m

yang

bel

um

optim

al

Kur

angn

ya

kom

pete

nsi

petu

gas

pela

yana

n ke

seha

tan

kab/

kota

Mas

yara

kat

lebi

h ny

aman

pa

rtus

di

duku

n ka

rena

ko

nsep

m

enda

patk

an

pela

yana

n le

ngka

p di

ba

ndin

g bi

dan.

Pro

gra

m

: Pro

gram

Bi

na G

izi d

an

Kes

ehat

an ib

u da

n an

ak.

Keg

iata

n :

Pem

bina

an

Pela

yana

n K

eseh

atan

Ibu

dan

Repr

oduk

si

Tuju

an (

di P

rov.

Ja

tim

) :

Men

ingk

atka

n ca

paia

n K

B ak

tif d

ari 6

2 %

men

jadi

63

% (

2011

) dgn

m

elib

atka

n pe

ran

dan

tang

gung

ja

wab

laki

-laki

(p

ropo

rsi l

aki-

laki

men

ingk

at

men

jadi

2 %

).

1. L

okak

arya

A

BPK

Yan

KB

bagi

pet

ugas

ke

seha

tan

kab/

kota

di

Prop

insi

dan

O

rient

asi

ABP

K Y

an K

B ba

gi P

etug

as

tena

ga

kese

hata

n di

kab

/kot

a ( C

apac

ity

build

ing)

2. K

oord

inas

i Pe

laya

nan

KB

baik

di

fas

ilita

s K

eseh

atan

ka

b/ko

ta d

an

di p

ropi

nsi

1. T

enag

a ke

seha

tan

Kab

/ko

ta t

erla

tih

ABP

K Y

an K

b =

500

oran

g

2. M

enur

unny

a C

apai

an K

B ak

tif d

ari

67,2

8 %

( 20

07) m

enja

di

62,0

5 %

( th

2009

)

3. B

elum

te

rsos

ialis

asin

ya

indi

kato

r un

iver

sal a

kses

da

n Re

ncan

a ak

si p

ropi

nsi

1. M

enin

gkat

nya

tena

ga k

eseh

atan

K

ab/k

ota

terla

tih

ABP

K Y

an K

b 65

7 or

ang

( ter

diri

dari

laki

laki

dan

pe

rem

puan

)

2.Teridentifikasinya

perm

asal

ahan

da

n ad

anya

re

kom

enda

si

dala

m

penc

apai

an

indi

kato

r ca

kupa

n K

b ak

tif (

63

%)d

gn

mel

ibat

kan

PU

S te

ruta

ma

laki

laki

(p

ropo

rsi l

aki-

laki

men

ingk

at

men

jadi

2%

).

Page 76: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

58

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Tuju

an (

di P

rov.

Ja

tim

) :

Men

ingk

atka

n ca

paia

n K

B ak

tif

dari

62 %

men

jadi

63

% (

2011

)

Dat

a PU

S 4

T di

m

asya

raka

t : >

60

% (

terla

lu

tua,

ter

lalu

mud

a , t

erla

lu s

erin

g m

elah

irkan

, te

rlalu

ban

yak

anak

) mer

upak

an

ibu

bere

siko

jik

a ha

mil

dan

bers

alin

seh

ingg

a m

enja

di a

ncam

an

AK

I (SD

KI 1

997)

Ada

beb

erap

a fa

ktor

pen

yeba

b :

1. F

akto

r te

rlam

bat

pert

olon

gan

yg a

deku

at.

Dip

enga

ruhi

ol

eh :t

enag

a,

sara

na, o

bat

dan

man

ajer

ial

PUS

teru

tam

a ya

ng t

idak

m

engi

ngin

kan

anak

tid

ak

men

dapa

tkan

in

form

asi d

an

pela

yana

n K

B yg

m

emad

ai (u

nmet

ne

ed >

8 %

)

Jum

lah

ibu

yan

g m

emer

iksa

kan

keha

mila

n be

rkua

litas

be

lum

opt

imal

. (8

6%) d

an b

elum

m

enda

patk

an

pere

ncan

aan

KB

pasc

a sa

lin

(kes

empa

tan

yg

hila

ng)

Lem

ahny

a si

stem

pe

ncat

atan

da

n pe

lapo

ran

khus

usny

a

ters

edia

nya

data

te

rpila

h.

Kur

angn

ya a

lat

bant

u in

fom

asi

bagi

edu

kasi

ke

seha

tan

repr

oduk

si/ K

B,

Peng

adaa

n bi

dan

kit,

alo

kon

ser

ta

baha

n ha

bis

paka

i m

asih

kur

ang

dari

cuku

p

fasi

litas

kes

ehat

an

yang

ber

kual

itas

kura

ng (

baik

ku

alita

s m

aupu

n ku

antit

as)

Kur

angn

ya

perh

atia

n pe

mer

inta

h ka

b/ko

ta

dala

m

pela

yana

n K

B be

rkua

litas

Kec

ilnya

an

ggar

an

untu

k pe

laya

nan

kese

hata

n.

Lem

ahny

a m

anaj

eria

l pr

ogra

mer

ke

seha

tan

di

daer

ah.

Pera

n se

rta

mas

yara

t ku

rang

da

lam

bid

ang

kese

hata

n kr

n pr

omos

i ke

seha

tan

kura

ng e

fekt

if

3. K

oord

inas

i K

omis

i K

espr

o te

rkai

t pe

ncap

aian

in

dika

tor

univ

ersa

l ak

ses

4. V

alid

asi d

ata

kes

ibu,

K

B/ke

spro

m

endu

kung

Pe

ncap

aian

M

DG

s 5

baik

di

kab

/kot

a m

aupu

n di

pr

opin

si.

5. M

onito

ring

pela

ksan

aan

prog

ram

yan

K

b/ke

spro

m

elal

ui

superfisi

fasi

litat

if (

kesp

ro)

4. D

ata

penu

njan

be

lum

ter

pila

h

seda

ngka

n C

akup

an K

B ak

tif :

62,0

5%

deng

an r

inci

an

( Par

tisip

asi

Laki

: 1,

3%

dan

wan

ita :

98,7

%) ,

Dro

p O

ut :

4,64

%

; Kom

plik

asi

:5,5

4%

5. A

dany

a ha

sil d

ata

mon

itorin

g

pela

ksan

aan

Yan

KB/

kesp

ro

di 3

8 ka

b/ko

ta

th la

lu

6. C

apai

an K

B ak

tif 6

2,05

%

sela

ma

th 2

009

3. T

erso

sial

isas

inya

in

dika

tor

univ

ersa

l aks

es

kesp

ro d

an

renc

ana

aksi

pr

opin

si d

alam

pe

ncap

aian

in

dika

tor

univ

ersa

l aks

es

kesp

ro b

agi k

ab/

kota

4. T

erse

dian

ya d

ata

terp

ilah

, val

id

dan

capa

ian

Cak

upan

Kb

aktif

: 6

5 %

( th

201

1)

5. T

erpa

ntau

nya

dan

adan

ya

bim

bing

an

tehn

is in

terv

ensi

be

rbag

ai

perm

asal

ahan

pe

laya

nan

Kes

pro/

Kb

di

lapa

ngan

38

kab/

kota

sel

ama

th

2011

Page 77: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan59

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Gam

bara

n :

Pusk

esm

as 9

44(

targ

et :

1247

), Pu

stu/

Polin

des

7.60

7, R

S 28

2,

dgn

Pusk

esm

as

Pone

d 24

1 da

n ya

ng b

erfu

ngsi

ha

nya

60 %

, RS

pone

k 19

dan

ya

ng b

erfu

ngsi

ha

nya

71,

8%

( tar

get

: 80%

na

sion

al),

Des

a P4

K :

8508

, dan

yg

ber

fung

si :

49,7

%

Jum

lah

bida

n 1

: 31

12 P

endu

duk(

ta

rget

: 10

00),

Jum

lah

bida

n :

10.5

35 o

rang

, te

rlatih

63,

9 %

( APN

), K

B(

2%) d

an y

ang

m

emili

ki b

idan

ki

t : 4

5,2%

. Se

dang

kan

pone

d ki

t te

rsed

ia 7

6,8

% d

an p

onek

kit

di R

S ( 2

1,1%

)

Mes

kipu

n pe

rsal

inan

nak

es

tingg

i 93,

7 %

na

mun

Kem

atia

n ib

u : 7

0 %

ter

jadi

di

RS.

Hal

ini

dise

babk

an s

elai

n ke

terla

mba

tan

mer

ujuk

ke

RS

sehi

ngga

kea

daan

ib

u su

dah

jele

k (F

akto

r ko

ntro

l),

juga

dip

enga

ruhi

ol

eh k

ualit

as

tena

ga t

erla

tih

dan

belu

m

berf

ungs

inga

n Pu

sk P

oned

/RS

Pon

ek, a

kses

yg

lem

ah t

hd

keua

ngan

, ser

ta

kete

rsed

iaan

ala

t da

n ob

at y

ang

mas

ih r

enda

h.

Ini m

enun

jukk

an

ibu

ham

il m

asih

ja

uh d

ari a

kses

pe

laya

nan

berk

ualit

as

term

asuk

in

form

asi K

B da

n bi

aya

6. E

valu

asi

pela

ksan

aan

yan

kesp

ro/

KB

di

prop

insi

7. P

enga

daan

sa

rana

pe

nduk

ung

prog

ram

ke

spro

7. M

inim

nya

sara

na

pend

ukun

g pe

laya

nan

kesp

ro/K

B b

agi

daer

ah m

iski

n da

n te

rpen

cil.

6.Teridentifikasinya

perm

asal

ahan

, fa

ktor

fak

tor

peny

ebab

da

n ad

anya

re

kom

enda

si

inte

rven

si y

g be

rman

faat

ba

gi la

ki la

ki

dan

pere

mpu

an

dala

m

penc

apai

an

caku

pan

Kb

aktif

se

suai

tar

get

sela

ma

th 2

011

Te

rsed

iany

a al

at

bant

u K

IE d

an

buku

ped

oman

un

tuk

pela

yana

n K

B b

agi i

bu d

an

suam

inya

bag

i na

kes

kab/

kota

kh

usus

nya

untu

k da

erah

mis

kin

dan

terp

enci

l

rin

cian

:383

buk

u si

stem

pen

cata

tan

pela

pora

n, 1

50

pake

t le

mba

r ba

lik

abpk

, reg

iste

r ko

hort

261

0 bu

ku,

150

buku

abp

k

Page 78: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

60

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Jum

lah

dokt

er 1

: 25

000

pend

uduk

( ta

rget

1: 2

500

pdd

) ,Ju

mla

h Sp

OG

1 :

122.

000

pend

uduk

( tar

get

1 : 1

6.00

0 pd

d),

Jum

lah

Pera

wat

: 1

: 12

.000

Pe

ndud

uk (

targ

et

; 1: 8

50 p

dd )

,

Ang

gara

n pe

rkap

ita o

bat

yang

dis

edia

kan

oleh

Pem

erin

tah

Kab

upat

en/

Kot

a m

elal

ui

DA

U s

ebes

ar

Rp. 2

.000

/ka

pita

/tah

un.

Stan

dar

Nas

iona

l an

ggar

an

perk

apita

oba

t se

besa

r Rp

. 9.

000/

kapi

ta/

tahu

n.

PAR

TISI

PASI

:Su

ami

men

gang

ap

bahw

a K

B/ke

spro

ad

alah

uru

san

istr

i sh

g ku

rang

nya

kete

rliba

tan

dan

tang

gung

jaw

ab

suam

i ter

hada

p ke

seha

tan

repr

oduk

si

istr

inya

.

Istr

i kur

ang

men

erus

kan

info

rmas

i kes

. Re

prod

uksi

/KB

kpd

suam

inya

(m

argi

nal)

KO

NTR

OL

:La

ki la

ki m

asih

do

min

an d

alam

se

mua

kep

utus

an

wal

aupu

n ha

l itu

m

empe

ngar

uhi

kese

hata

n pe

rem

puan

hal

in

i ber

kaita

n bu

daya

pat

riaki

da

n ko

ntro

l th

d ke

uang

an

(str

eotip

i)

Page 79: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan61

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

2. F

akto

r te

rlam

bat

mer

ujuk

dan

sa

mpa

i di

la

yana

n ke

seha

tan

Dip

enga

ruhi

ole

h : p

endi

dika

n,

ekon

omi,

buda

ya

dan

gend

er,

geog

raf

Pend

uduk

Jat

im

usia

15-

24 t

h yg

m

elek

hur

uf: L

aki

laki

99,

59 %

, &

Per

empu

an :

99,3

6 %

( sus

enas

20

08)

Pend

uduk

gak

in

: Pria

: 3.1

97.5

00

(48,

82%

), w

anita

3.

351.

500

(51,

18%

) (

suse

snas

200

8)A

ngka

tan

kerja

th

200

8 : P

ria :

83,5

sed

angk

an

pere

mpu

an :

51,1

( sus

enas

20

08).

Rata

2 ga

ji/bl

n : p

eker

ja 1

5

Lem

ahny

a w

ewen

ang

pere

mpu

an d

alam

pe

ngam

bila

n ke

putu

san

yg

berk

aita

n de

ngan

di

rinya

(sub

or

dina

si)

MA

NFA

AT

:ib

u ha

mil

kura

ng

mem

anfa

atka

n ha

k re

prod

uksi

nya

teru

tam

a m

enda

patk

an

pela

yana

n ke

seha

tan

term

asuk

bia

ya

bagi

gak

in.

Pere

mpu

an

kura

ng

men

dapa

tkan

m

anfa

at d

ari

pela

yana

n ya

ng

ters

edia

ter

utm

a

pela

yana

n K

B pa

sca

salin

Page 80: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

62

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

th k

eata

s : L

aki2

: Rp

. 257

.804

&

Per

empu

an:

Rp. 1

71.2

60 (

Sake

rnas

200

8)

Mas

yara

kat

mis

-ki

n ya

ng d

itang

-gu

ng P

rogr

am

Jam

kesm

as (p

e-m

erin

tah

pusa

t)

th 2

009

sebe

sar

10.7

10.0

50

jiwa.

Ter

cata

t ±

1.

441.

742

jiw

a (

Jam

kesd

a). S

eba-

gai p

emba

ndin

g th

200

8 te

rcat

at

82,2

4% m

emilk

i ka

rtu

jam

kes-

mas

, 42,

18%

yg

mem

anfa

atka

n-ny

a. S

edan

gkan

m

asya

raka

t (

gaki

n da

n no

n ga

kin)

yan

g m

emili

ki ja

min

an

pra

baya

r ke

s-eh

atan

han

ya :

34,0

4% d

ari t

ar-

get

80%

( pr

ofil

kese

hata

n 20

08)

Page 81: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan63

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Cap

aian

Pro

-g

ram

: K

4 ( K

un-

jung

an p

emer

ik-

saan

keh

amila

n ya

ng b

erku

alita

s/

leng

kap)

: 86,

42%

( T

arge

t 90

%)

Jum

lah

pers

ali-

nan

nake

s m

asih

tin

ggi :

93,

27 %

. (T

arge

t 90

%).

Jum

lah

pert

o-lo

ngan

kom

p-lik

asi k

eham

ilan

: 86,

31%

(tar

get

jatim

: 80

%).

Pe-

nolo

ng p

ersa

linan

te

rakh

ir : D

okte

r/Sp

OG

: 59

,5%

, Bi

dan

26,2

%,

Duk

un :1

4,3%

Pera

wat

an p

asca

sa

lin &

bay

inya

: 80

,52%

( Ta

rget

90

%)

Page 82: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

64

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Pela

yan

an

KB

mem

iliki

d

aya

un

gki

t ya

ng

tin

gg

i d

alam

p

enu

run

an

AK

I mel

alui

pe

renc

anaa

n ke

ham

ilan

yang

di

renc

anak

an.

Nam

un

Cak

up

an

Kb

akt

if:

62,0

5%

Targ

et :

> 7

0%)

deng

an r

inci

an

(Par

tisip

asi L

aki:

1,3%

dan

w

anita

: 98

,7%

), D

rop

Ou

t:

4,64

%

dan

seba

gai

pem

band

ing

Dro

p ou

t K

B th

200

8: 3

,37%

(Kom

posi

si la

ki

laki

: 1,

72%

&

wan

ita :

98,3

8%).

Page 83: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan65

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

Ko

mp

likas

i: 5,

54%

( t

oler

ansi

: <

3,

5%)

deng

an r

inci

an

kom

posi

si

laki

laki

: 0,3

9%

&

wan

ita :

99,6

1%)

keag

alan

: 0,0

4%(t

oler

ansi

: <

0,19

%),

Cap

aian

K

B ba

ru: 1

0,63

%

(par

tisip

asi

laki

laki

:3,8

7%

& w

anita

: 96

,17%

). K

B ak

tif d

ibin

a 25

%

Jum

lah

pasa

ngan

us

ia s

ubur

yan

g tid

ak in

gin

puny

a an

ak n

amun

tid

ak m

engg

u-na

kan

alat

kon

-tr

asep

si m

asih

Page 84: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

66

LAN

GK

AH

12

3 4

56

78

9

KEB

IJAK

AN

/PE

RATU

RAN

/PR

OG

RAM

DA

TA

PEM

BUK

A

WA

WA

SAN

ISU

GEN

DER

KEB

IJAK

AN

&

REN

CA

NA

KE

DEP

AN

PEN

GU

KU

RAN

HA

SIL

FAK

TOR

KES

ENJA

NG

AN

SEBA

B IN

TERN

AL

SEBA

B EK

STER

NA

LRE

FORM

ULA

SITU

JUA

NRE

NC

AN

A

AK

SIBA

SELI

NE

DA

TAIN

DIK

ATO

R

tingg

i ( >

8 %

) pe-

laya

nan

KB

pasc

a sa

lin /

kegu

gura

n 5

-10

% (

Wor

ksho

p PK

BRS,

ban

dung

20

09)

Dat

a Pe

nu

nja

ng

la

inn

ya :

ABP

K y

an K

B :

250

exp

: po

ster

/ leaflet

Page 85: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan67

Catatan :

Dari (7 tujuh) rencana aksi yang terdapat pada kolom/langkah 7, rencana aksi

tersebut dapat dimasukkan dalam kelompok output untuk penyusunan RKA-KL

sebagai berikut :

1. Laporan Kegiatan atau Pembinaan, untuk rencana aksi :

a. Koordinasi Pelayanan KB baik di fasilitas Kesehatan kab/kota dan di

propinsi

b. Koordinasi Komisi Kespro terkait pencapaian indikator universal akses

c. Validasi data kesehatan ibu, KB/kespro mendukung Pencapaian MDGs 5

baik di kab/kota maupun di propinsi.

d. MonitoringpelaksanaanprogramyanKB/Kespromelaluisuperfisifasilitatif

(Kespro)

e. Evaluasi pelaksanaan yan kespro/KB di propinsi

2. Tenaga terlatih, untuk rencana aksi : Lokakarya ABPK Yan KB bagi petugas

kesehatan kab/kota di Propinsi dan Orientasi ABPK Yan KB bagi Petugas

tenaga kesehatan di kab/kota (Capacity building)

3. Sarana pendukung program kespro, untuk rencana aksi : Pengadaan sarana

pendukung program Kespro, untuk rencana aksi

Page 86: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

68

Berikut ini diberikan contoh TOR responsif gender dan GBS dari Output Laporan

Kegiatan.

KAK/TOR Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi

(OUTPUT LAPORAN)

Kementerian Negara/ Lembaga : Kementerian Kesehatan

Unit Eselon I : Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan anak

Program : Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan anak

Hasil : Meningkatnya ketersediaan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

bermutu bagi seluruh masyarakat

Unit Eselon II/Satker : Direktorat Kesehatan ibu/ Satker Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Kegiatan : Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan

Reproduksi

Indikator Kinerja Kegiatan : Meningkatnya Cakupan peserta KB aktif dari

62,5 %( 2010) menjadi 65 % ( 2011) dengan

proporsi pria naik dari 1,3 % menjadi 2 %)

Output : Laporan untuk kegiatan Pembinaan pelayanan

kesehatan ibu dan reproduksi

Satuan Ukur dan Jenis Keluaran : Laporan

a. Latar Belakang

1. Dasar Hukum :

1. UU no. 7 tentang pengesahan konvensi mengenai penhapusan segala

bentuk diskriminasi thd wanita

2. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

3. UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Peraturan pemeritah No. 38 th 2007 tentang pembagian urusan

pemerintahan, pemerintahan daerah propinsi dan pemerintah daerah kab/

kota

5. Instruksi presiden no. 9 th 2000 tentang PUG dalam pembangunan

6. Peraturan MenKeu no. 104/PMK.02/2010 tentang petunjuk penyusunan

dan penelaan AKL th 2011

7. Kesepakatan bersama antara Men PP &PA dgn menkes tentang pelaksanaan

PUG di bidang kesehatan no. 07/Men/ PP& Pa/5/2010- no. 593/Menkes/

SKB/V/2010

Page 87: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan69

2. Gambaran Umum

Angka kematian ibu di Propinsi Jawa Timur tercatat : 90,7/100.000 KH. Angka

ini masih dibawah target nasional 118/100.000 KH. Sebagai pembanding :

SDKI th 2007 , Angka kematian Ibu di tingkat nasional tercatat : 227/100.KH,

sedangkan Jawa Timur tercatat83/100.000 KH.. Artinya terjadi peningkatan

dan mengingat PUS 4T > 60 %( SDKI 1997) maka menjadi ancaman AKI

jika tdk terlindungi dgn kontrasepsi. Kebanyakan AKI terjadi di RS 70,23%,

Rumah ibu : 9,89%, Perjalanan : 4,85%, Puskesmas : 3,17 %. Serta penolong

terahir Dokter/SpOG : 59,5%, Bidan 26,2%, Dukun :14,3%. Sungguh ironis

meninggal di fasilitas rujukan.

Kematian ibu tersebut terjadi karena 3 Faktor penyebab :

Faktor terlambat pertolongan yang adekuat (1). Hai ini berkaiatan dgn

jumlah & kompetensi petugas yang rendah ( bidan terlatih APN 63,9%), KB

( 2%) dari 10.353 bidan dan belum termasuk dokter,pada sarana kesehatan

60% Poned yg berfungsi, Ponek yang berfungsi 71,1%, Desa P4K :

49,2%, sedangkan bidan kit tersedia hanya 45,2%, poned(76,28%)/ponek

kit(21,1%), serta kecilnya anggaran kesehatan (obat) yg hanya 2000/kapita/

th ( target : 9000/kapita/th) ini menunjukkan bahwa wanita/laki laki jauh

dari akses pelayanan berkualitas, termasuk pelayanan KB yg memiliki daya

ungkit tinggi dalam penurunan AKI (layanan hulu (Promotif – Preventif).

Faktor terlambat merujuk dan terlambat sampai( 2 & 3). Hal ini

dipengaruhioleh:pendidikan,ekonomi,budayadangender,geografi.

Meskipun tingkat melek huruf tdk jauh berbeda antara laki laki danprempuan

namun kemiskinan dan tingkat pendapatan yang rendah pada wanita (

170.000/bln) menyebabkan wanita lemah wwenangnya dalam memutuskan

( sub ordinat) meskipun berkaitan dgn kesehatannya. Hal ini juga di dasari

masih adanya budaya patriaki sehingga ini menyebabkan wanita/ibu hamil

kurang memanfaat akses pelayanan kesehatan yang ada termasuk biayanya

.

Adanya anggapan bahwa Kesehatan reproduksi/KB urusan wanita

menyebabkan laki laki kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan

reproduksi/KB khususnya bagi si istri/wanita.Dan ini kurang memberdayakan

laki laki (partisipasi) dalam upaya penurunan AKI melalui pengetahuan

tanda bahaya kehamilan, informati perawaatan & pengobatan komplikasi

kehamilan serta pencegahan KTD melalui upaya pelayanan KB khsususnya

pelayanan KB pasca salin

Didalam internal organisasi, issu gender disebabkan oleh : tidak semua stake

holder /pengambil keputusan memahami konsep keadilan dan kesetaraan

gender. (PUG). Hal ini berpengaruh pada anggaran yang responsif gender.

Para pengelola program belum terpapar dalam rencana MPS yang sensitif

Page 88: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

70

gender, , Kordinasi lintas sektor/program kespro/kb yang belum optimal,

Lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan khususnya tersedianya data

terpilah, pengadaan sarana dan prasarana kurang dari cukup (baik kualitas

maupun kuantitas).

Faktor lain : Masyarakat lebih nyaman partus di dukun karena konsep

mendapatkan pelayanan lengkap di banding bidan, Kurangnya kompetensi

petugas pelayanan kab/kota ,Kurangnya perhatian pemerintah kab/kota

dalam pelayanan KB berkualitas, Kecilnya anggaran untuk pelayanan

kesehatan, Lemahnya manajerial programer kesehatan di daerah, Peran

serta masyarat kurang dalam bidang kesehatan karena promosi kesehatan

kurang efektif.

Pelayanan Kespro/KB yang memiliki daya ungkit yg tinggi dalam penurunan

AKI melalui perencanaan kehamilan yg direncanakan belum optimal (

62,05%). Melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan reproduksi/

KB berkualitas termasuk informasi meskipun tidak berdampak langsung/

sedikit kepada laki laki namun memiliki daya akselerasi penurunan AKI jika

dilibatkan dan diberi tanggung jawab.

Dalam pelaksanaan kegiatan Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan

Reproduksi, maka akan disusun laporan pelaksanaan yang terdiri dari :

1. Laporan Koordinasi Pelayanan KB baik di fasilitas Kesehatan kab/kota

dan di propinsi

2. Laporan Koordinasi Komisi Kespro terkait pencapaian indikator universal

akses

3. Laporan Validasi data kesehatan ibu, KB/kespro mendukung Pencapaian

MDGs 5 baik di kab/kota maupun di propinsi.

4. LaporanmonitoringpelaksanaanprogramyanKB/Kespromelaluisuperfisi

fasilitatif (Kespro)

5. Laporan Evaluasi pelaksanaan yan kespro/KB di propinsi

Satuan : Laporan

Volume : 119

b. Tujuan dan Penerima Manfaat :

Meningkatkan capaian KB aktif dari 62,5 % menjadi 65 % ( 2011) dengan

melibatkan peran dan tanggung jawab laki-laki (proporsi laki laki : 2%)

Target sasaran Kegiatan : Dinkes Kab/kota, Lintas sektor/program.

c. Strategi Pencapaian Keluargan

1. Metode Pelaksanaan

Dilaksanakan melalui metode swakelola

Page 89: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan71

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Tahapan Waktu Pelaksanaan

Koordinasi Pelayanan KB baik di fasilitas Kesehatan kab/kota dan di propinsi

- Rapat persiapan/penyiapan materi- Pelaksanaan koordinasi- Pembuatan laporan

Juli 2011

Koordinasi Komisi Kespro terkait pencapaian indikator universal akses

- Rapat persiapan/penyiapan materi- Pelaksanaan koordinasi- Pembuatan laporan

Maret & September 2011

Validasi data kes ibu, KB/kespro mendukung Pencapaian MDGs 5 baik di kab/kota maupun di propinsi.

- Rapat persiapan/penyiapan materi- Pelaksanaan validasi data- Pembuatan laporan

Juli & November 2011

Monitoring pelaksanaan program yanKb/kespromelaluisuperfisifasilitatif ( kespro)

- Rapat persiapan/penyiapan materi- Pelaksanaan monitoring- Pembuatan laporan

Januari – Desember 2011

Evaluasi pelaksanaan yan Kespro/kb di propinsi

- Rapat persiapan/penyiapan materi- Pelaksanaan evaluasi- Pembuatan laporan

November 2011

d. Waktu Pencapaian Keluaran : Tahun Anggaran 2011

e. Rencana Anggaran Biaya : terlampir

Penganggung Jawab.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

..........................................

NIP ....................................

Page 90: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

72

GENDER BUDGET STATEMENT

(Pernyataan Anggaran Gender)

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Organisasi : Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Unit Eselon II/Satker : Direktorat Bina Kesehatan Ibu/ Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur

ProgramProgram Bina Gizi dan Kesehatan

ibu dan anak.

KegiatanPembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi

Indikator Kinerja

Kegiatan

Salah satu Indikator : Meningkatnya Cakupan pasangan usia subur menjadi peserta KB aktif di Provinsi Jawa Timur sebesar 65% di tahun 2011.

Output Kegiatan

Salah satu Outputnya :Laporan untuk kegiatan Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi

Angka kematian ibu di Propinsi Jawa Timur tercatat : 90,7/100.000 KH. Angka ini masih dibawah target nasional 118/100.000 KH. Sebagai pembanding : SDKI th 2007 , Angka kematian Ibu di tingkat nasional tercatat : 227/100.KH, sedangkan Jawa Timur tercatat83/100.000 KH.. Artinya terjadi peningkatan dan mengingat PUS 4T > 60 %( SDKI 1997) maka menjadi ancaman AKI jika tdk terlindungi dgn kontrasepsi. Kebanyakan AKI terjadi di RS 70,23%, Rumah ibu : 9,89%, Perjalanan : 4,85%, Puskesmas : 3,17 %. Serta penolong terahir Dokter/SpOG : 59,5%, Bidan 26,2%, Dukun :14,3%. Sungguh ironis meninggal di fasilitas rujukan .Kematian ibu tersebut terjadi karena 3 Faktor penyebab :Faktor terlambat pertolongan yg adekuat (1). Hai ini berkaiatan dgn jumlah & kompetensi petugas yang rendah ( bidan terlatih APN 63,9%), KB ( 2%) dari 10.353 bidan dan belum termasuk dokter,10 pusk poned ( 60% yg berfungsi), Ponek ( 71,1%), Desa P4K : 49,2%, bidan kit tersedia hanya 45,2%, poned(76,28%)/ponek kit(21,1%), serta kecilnya anggaran kesehatan (obat) yg hanya 2000/kapita/th ( target : 9000/kapita/th) ini menunjukkan bahwa wanita/laki laki kurang mendapatkan akses informasi & pelayanan berkualitas, termasuk pelayanan KB yg memiliki daya ungkit tinggi dalam penurunan AKI ( layanan hulu (Promotif – Preventif))

Page 91: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan73

Analisis Situasi

Faktor terlambat merujuk dan terlambat sampai( 2 & 3). Hal ini dipengaruhi oleh :pendidikan, ekonomi, budaya dan gender, geografi.Meskipun tingkat melek huruf tdk jauh berbeda antara laki laki danprempuan namun kemiskinan dan tingkat pendapatan yang rendah pada wanita ( 170.000/bln) menyebabkan wanita lemah wwenangnya dalam memutuskan ( sub ordinat) meskipun berkaitan dgn kesehatannya. Hal ini juga di dasari masih adanya budaya patriaki sehingga ini menyebabkan wanita/ibu hamil kurang memanfaat akses pelayanan kesehatan yang ada termasuk biayanya ( marginal)Adanya anggapan bahwa Kesehatan reproduksi/KB urusan wanita menyebabkan laki laki kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi/KB khususnya bagi si istri/wanita.Dan ini kurang memberdayakan laki laki ( partisipasi) dalam upaya penurunan AKI melalui pengetahuan tanda bahaya kehamilan, informati perawaatan & pengobatan komplikasi kehamilan serta pencegahan KTD melalui upaya pelayanan KB khsususnya pelayanan KB pasca salinDidalam interna organisasi, issu gender disebabkan oleh :Tidak semua stake holder /pengambil keputusan memahami konsep keadilan dan kesetaraan gender. (PUG). Hal ini berpengaruh pada anggaran yang responsif gender.Para pengelola program belum terpapar dalam rencana MPS yang sensitif gender, Kurangnya kompetensi petugas pelayanan kab/kota, Kordinasi lintas sektor/program kespro/kb yang belum optimal, Lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan khususnya tersedianya data terpilah, Pengadaan sarana dan prasarana kurang dari cukup ( baik kualitas maupun kuantitas)Faktor lain :, Masyarakat lebih nyaman partus di dukun karena konsep mendapatkan pelayanan lengkap di banding bidan, Kurangnya perhatian pemerintah kab/kota dalam pelayanan KB berkualitas, Kecilnya anggaran untuk pelayanan kesehatan, Lemahnya manajerial programer kesehatan di daerah, Peran serta masyarat kurang dalam bidang kesehatan krn promosi kesehatan kurang efektif Pelayanan Kespro/KB yang memiliki daya ungkit yg tinggi dalam

Page 92: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

74

Rincian Kegiatan

Sub output 1Laporan Koordinasi Pelayanan KB baik di fasilitas Kesehatan kab/kota dan di propinsi

Tujuan/manfaatMemberikan informasi mengenai intervensi dalam mencapai Kb aktif 65 % dgn ( proporsi pria naik dari 1,3 % menjadi 2%)

Komponen 1 Rapat persiapan/Penyiapan materi

Komponen 2 Pelaksanaan Koordinasi

Komponen 3 Pembuatan laporan

Sub output 2Laporan Koordinasi Komisi Kespro terkait pencapaian indikator universal akses

Tujuan/manfaat

Memberikan informasi indikator universal akses kespro dan rencana aksi propinsi dalam pencapaian indikator universal akses kespro bagi kab/kota

Komponen 1 Rapat persiapan/Penyiapan materi

Komponen 2 Pelaksanaan koordinasi

Komponen 3 Pembuatan Laporan

Sub output 3Laporan Validasi data kes ibu, KB/kespro mendukung Pencapaian MDGs 5 baik di kab/kota maupun di propinsi.

Tujuan/manfaatMemberikan informasi perihal data yang valid, terpilah, tepat waktu dan memberikan masukan dalam pembuatan keputusan

Komponen 1 Rapat persiapan/Penyiapan materi

Komponen 2 Pelaksanaan validasi

Komponen 3 Pembuatan Laporan

penurunan aki melalui perencanaan kehamilan yg direncanakan belum optimal ( 62,05%). Melalui Peningkatan akses pelayanan kesehatan reproduksi/KB berkualitas termasuk informasi meskipun tdk berdampak langsung/sedikit kepada laki laki namun memiliki daya akselerasi penurunan AKI jika dilibatkan dan diberi tanggung jawab. Dalam Output Kegiatan Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan Reproduksi, terdiri dari laporan untuk :1. Koordinasi Pelayanan KB baik di fasilitas

Kesehatan kab/kota dan di propinsi 2. Koordinasi Komisi Kespro terkait pencapaian

indikator universal akses3. Validasi data kesehatan ibu, KB/kespro

mendukung Pencapaian MDGs 5 baik di kab/kota maupun di propinsi.

4. Monitoring pelaksanaan program yan KB/Kespromelaluisuperfisifasilitatif(Kespro)

5. Evaluasi pelaksanaan yan kespro/KB di propinsi

Page 93: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan75

Rincian Kegiatan

Sub output 4Laporan monitoring pelaksanaan program yan Kb/kespromelaluisuperfisifasilitatif(kespro)

Tujuan/manfaat

Memberikan informasi perkembangan pelayanan KB/kespro dan adanya bimbingan tehnis intervensi berbagai permasalahan pelayanan Kespro/Kb di lapangan 38 kab/kota selama th 2011

Komponen 1 Rapat persiapan/Persiapan materi

Komponen 2 Pelaksanaan monitoring

Komponen 3 Pembuatan laporan

Sub output 5Laporan Evaluasi pelaksanaan yan kespro/KB di propinsi)

Tujuan/manfaat

Memberikaninformasiteridentifikasinyapermasalahan , faktor faktor penyebab dan adanya rekomendasi intervensi yg bermanfaat bagi laki laki dan perempuan dalam pencapaian cakupan KB aktif sesuai target selama th 2011

Komponen 1 Rapat persiapan/Persiapan materi

Komponen 2 Pelaksanaan evaluasi

Komponen 3 Pembuatan laporan

Anggaran Output kegiatan dalam Penurunan AKI

Rp. 1,494,090,000,-

dampak/hasil yang diharapkan secara luas

Meningkatkan capaian KB aktif dari 62,5 % menjadi 65 % ( 2011) dengan proporsi pria naik dari 1,3 % menjadi 2 %.

Page 94: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 95: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan77

ABJ Angka Bebas Jentik

AKMP Akses, Kontrol, Manfaat, dan Partisipasi

ARG Anggaran Responsif Gender

ASEAN Assosiation of South East Asia Nations

BPS Badan Pusat Statistik

BPFA Beijing Platform for Action

CEDAW Convention for the Elimination of all Forms of Discriminations

Against Women

COMBi Community Behaviour Improvement

DAK Dana Alokasi Khusus

DBD Demam Berdarah Dangue

DSS Dangue Shock Syndrome

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DJA Direktorat Jendral Anggaran

KemKes Kementerian Kesehatan

FGD Focus Group Discussion

GAP Gender Analisis Pathway

GBS Gender Budget Statement

Inpres Instruksi Presiden

KPP-PA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak

KPJM Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

MDGs Millennium Development Goals

PP Peraturan Pemerintah

PPRG Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

Perpres Peraturan Presiden

Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri

PMK/Permenkeu Peraturan Menteri Keuangan

DAFTAR SINGKATAN

Page 96: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

78

PUG Pengarusutamaan gender

RAB Rencana Anggaran Biaya

Renstra Rencana Strategis

Renja Rencana Kerja

RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPKP-K Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RKP Rencana Kerja Pemerintah

Renstra Rencana Strategis

Renja KL Rencana Kerja Kementerian Lembaga

RKA KL Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

SDKI SurveiDemografidanKesehatanIndonesia

SKRT Survey Kesehatan Rumah Tangga

SOP Standard Operational Procedure

SMART Spesific,Measurable,Achievable,Relevant,andTimelyBound

Satker Satuan Kerja

SEB Surat Edaran Bersama

Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi

TOR Term of Reference

UNFPA United Nation Fund for Population Activities

WHO World Health Organization

Page 97: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan79

DAFTAR ISTILAH

Akses adalah peluang atau kesempatan yang diberikan untuk memanfaatkan sumber daya

(baik sumber daya alam, sosial, politik, ekonommi, maupun waktu).

Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-

lakidanperempuanuntukmengidentifikasidanmengungkapkankedudukan,fungsi,peran

dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN, adalah

rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR).

Anggaran adalah estimasi belanja dan penerimaan yang diusulkan, yang mencerminkan

kebijakanprioritasdantargetfiskaldalamsatuperiodetertentu.

Bias gender adalah pandangan yang didasarkan pada pembagian peran sosial tradisional

laki-laki dan perempuan.

Diskriminasi adalah memperlakukan seseorang atau kelompok orang secara berbeda

karena jenis kelamin, umur, ras, agama dan lain sebagainya.

Efektif adalah tingkat kesesuaian antara hal yang direncanakan dengan hasil

pelaksanaan.

Efisien adalah memperoleh hasil yang diharapkan dengan pengorbanan sekecil-kecilnya

GAP adalah alat analisis gender dengan pendekatan analisis pada siklus perencanaan.

Analisis gender dilakukan secara sekuensial mulaidaritahapidentifikasitujuan,analisis

situasi, penentuan Rincian Kegiatan, sampai monitoring dan evaluasi.

GBS adalah dokumen yang berisi pernyataan bahwa sebuah program dan kegiatan telah

responsif gender.

Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab

antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat

berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan dukungan masyarakat itu sendiri.

Indikator adalah kriteria atau ukuran yang mampu melihat perubahan dari obyek yang

dinilai. Indikator dapat berupa pointer-pointer, angka-angka, pendapat atau persepsi-

persepsi.

Page 98: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

80

Indikator gender adalah kriteria atau ukuran untuk mengukur perubahan relasi gender

dalam masyarakat sepanjang waktu.

Indikator Kinerja Kegiatan adalah bukti pencapaian suatu kinerja yang bisa diukur

sebagai dampak dari suatu kegiatan.

Indikator kinerja responsif gender adalah perubahan kinerja pengurangan kesenjangan

atau peningkatan kondisi laki-laki dan perempuan setelah dilakukan suatu intervensi baik

berupa program atau pun kegiatan.

Input dalam panduan ini diartikan sebagai tolak ukur/ bahan dasar dalam penganggaran,

yang terdiri atas regulasi, SDM, Data, dan anggaran.

Jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki terutama pada

bagian-bagian organ reproduksi.

Kebutuhan Praktis Gender adalah kebutuhan yang bersifat segera dan didasarkan pada

kondisi nyata perempuan dan laki-laki tanpa mempersoalkan ada atau tidaknya faktor-faktor

ketidakadilan yang mungkin ada antara keduanya. Contoh : bantuan dana transportasi

untuk wanita hamil risiko tinggi ke sarana pelayanan kesehatan; detiksi dini kanker prostat

pada laki-laki, aroma repellent nyamuk dibuat sesuai aroma maskulin untuk meningkatkan

pengguna repellent pada konsumen laki-laki di daerah endemis, dan lain-lain.

Kebutuhan Strategis Gender adalah kebutuhan yang didasarkan pada analisis tentang

ketidakadilan gender dan faktor-faktor yang menyebabkannya, dan pemenuhannya

dimaksudkan untuk mengubah ketidakadilan yang mungkin ada dalam konteks relasi laki-

laki dan perempuan. Contoh : Suami siaga dalam program Perencanaan Persalinan dan

Penanganan Komplikasi (P4K), keterwakilan wanita sebanyak 30 % dalam kepengurusan

kelompok pemakai air bersih di pedesaan, dan lain-lain.

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan

kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri

dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber

daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan tekhnologi, dana atau kombinasi

dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk

menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Komponen input adalah jenis Rincian Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai indikator

kinerja sub-output

Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan

untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik Indonesia yang

dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu.

Kesenjangan gender adalah suatu kondisi dimana tidak ada kesetaraan relasi antara laki-

laki dan perempuan.

Page 99: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan81

Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi yang adil dan setara dalam

hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki.

Kontrol adalah kekuasaan untuk memutuskan bagaimana menggunakan sumber daya dan

siapa yang memiliki akses terhadap sumber daya tersebut.

Lembaga adalah organisasi non-kementrian Negara dan instansi lain pengguna anggaran

yang dibentuk untuk melaksankan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945

atau peraturan perundang-undangan lainnya.

Netral gender adalah suatu kondisi dimana pengambilan keputusan dilakukan tanpa

didasari atas pemahaman, pengakuan, dan pertimbangan akan adanya perbedaan peran,

fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki

Outcome, merupakan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan anggaran

Output, dimaknai sebagai keluaran dari proses pelaksanaan anggaran.

Partisipasi adalah pelibatan atau keterwakilan dalam proses dari suatu kegiatan

Penerima manfaat, adalah target sasaran dari program/kegiatan yang memperoleh

manfaat

Pengarusutamaan gender (PUG) adalah strategi untuk mencapai kesetaraan dan

keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi,

kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan

dan pembangunan.

Program adalah bentuk instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat yang dikordinasikan

oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi

anggaran.

Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renja KL, adalah

dokumen perencanaan Kementrian Negara/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.

Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disebut RKP adalah dokumen perencanaan

nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya

disebut RKA KL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan

kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana

Kerja Pemerintah dan Rencana Startegis Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan

dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM

Nasional, adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 5 (lima) tahun.

Page 100: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

82

Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renstra-KL,

adalah dokumen perencanaan Kementerian Negara/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.

Responsif gender adalah keadaan memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis

terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat yang

diwujudkan dalam sikap dan aksi untuk mengatasi ketidakadilan yang terjadi karena

perbedaan-perbedaan tersebut.

Rincian Kegiatan adalah daftar langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai

sub-tujuan yang responsif gender.

Sub-output adalah jenis barang atau jasa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari

output

TOR adalah dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan

mengenai indikator kinerja kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi

kementerian negara/lembaga. TOR memuat latar belakang, penerima manfaat, strategi

pencapaian, dan biaya yang diperlukan.

Page 101: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan83

DAFTAR PUSTAKA

ADB (2006), Indonesia Country Gender Assessment, Manila.

Bappenas dan WSP II–CIDA (2007), Gender Analysis Pathway, Jakarta.

Departemen Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, UNFPA (2010), Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014, Jakarta.

Kementerian PP (2008), Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang

Kesehatan, Jakarta.

Liverpool School of Tropical Medicine (1995), Gender and Health Group, Guidelines of

Analysis of Gender and Health, Liverpool.

PAHO-WHO (1997), Workshop on Gender, Health and Development: Facilitator Guide,

Washington DC.

PAHO-WHO (2005), Gender an Rights in Reproductive an Maternal Health : Manual for A

Learning Workshop held in Kuala Lumpur.

Quinn, S. (2009), Gender Budgeting : Practical Implementation Handbook, Strasbourg

Cedex.

School of Public Health University of The Witwatersrand Johannesburg (2003),

Mainstreaming Gender In Health: A Manual For Health Research And Programme Managers,

Johannesburg.

Supiandi, Yusuf, Dr. H. (2008), Bunga Rampai Pengarusutamaan Gender, Jakarta

UNDP (2008), National Human Development Report.

UN, WHO, UNFPA (1998), Women and Health: Mainstreaming the Gender Perspective into

the Health Sector, Report of the Expert Group Meeting, Tunisia

WHO (2002), Gender Analysis in Health : A Review of Selected Tools, Geneva

WHO (2006), Gender Equality, Work and Health : A Review of the Evidence, Geneva

WHO (2010), Gender in Health, Geneva

Page 102: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101

84

Kontributor

Ir. Ace Yati Hayati, MS; DR. dr. Aragar Putri, MRDM; drg. Siti Mursifah, MARS;

dr. T. Rabitta Cherysse, MPH; DR. Cicilia Windianingsih, SKM, MKes;

Tinexcelly MS.; dr. Theresia Hermin; dr. Christine Manurung; Dra. Titik Handayani;

dr.Rusmiyati,MQHI;dr.Arifin;Ismawaningsih,SKM,MKM;Triningtyasasih,MA;

dr. Teti Tejayanti; drg. Doni Arianto, MKM; Siti Maemunah, SH, MH;

dr. Puti Wulan Sari; dr. Victorino; dr. H. Amroussy Marsis, MARS;

Titien Supriharin, S.Sos, MM; Endang Sri Wardani, S.Kom;

Dra. Niken Kiswandari, Msi; dr. Nardho Gunawan, MPH;

Wahyuni Khaulah, SKM, M,Kes.; dr Milwiyandia;

dr. Muhammad Yusuf; dr. Fahrina; Nurkinteki, MPH;

dr. Saiful Hidayat.

Page 103: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101
Page 104: Pedoman Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan 20101