Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

21

Transcript of Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Page 1: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin
Page 2: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Amanat Millennium Development Goals (MDGs) Tujuan pertama : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan Tujuan ke-3: Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara Fungsi anggaran : otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, stabilisasi

UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pendekatan perencanaan: politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

2

Page 3: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

UU No. 7/1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita

PP No. 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan

Perpres No. 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014 prioritas utama RPJMN 2010-2014 yaitu penanggulangan kemiskinan

3

Page 4: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin adalah alat analisis yang dikembangkan untuk menguji dampak kebijakan program dan kegiatan anggaran pemerintah berdasarkan perspektif gender dan pro kelompok miskin.

4

Page 5: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

JENIS KELAMIN VS GENDER

JENIS KELAMIN merujuk pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki

Karena perbedaan itu, peran biologis perempuan dan laki-laki, juga berbeda: perempuan melahirkan dan menyusui; laki-laki membuahi

Peran biologis ini tidak dapat berubah

5

Page 6: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

GENDER merujuk pada cara berbeda antara (anak) perempuan dan (anak) laki-laki: dibesarkan, diajari berprilaku, diharapkan, oleh (masyarakat budayanya) sejak ia

dilahirkan; Menciptakan peran yang dianggap pantas untuk

perempuan dan yang pantas utk laki-laki. Disebut PERAN GENDER;

Menciptakan hubungan perempuan dan laki-laki, didasarkan atas peran gendernya. Disebut HUBUNGAN GENDER

Peran serta hubungan gender bisa berubah

6

Page 7: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

TETAPI sering kita berpikir bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai sifat-sifat tertentu, seperti: Laki-laki rasional; Perempuan emosional, dst

Sering kita berpikir bahwa perempuan dan laki-laki hanya dapat melakukan pekerjaan tertentu, seperti: laki-laki pekerjaan2 teknik, perempuan pekerjaan2

kerumahtanggaan, dst Meskipun dalam kenyataan tidak selalu seperti itu,

karenanya disebut STEREOTIP GENDER

7

Page 8: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Sering perencanaan dan penganggaran dikembangkan/ diimplementasikan: atas dasar stereotip gender mengabaikan perbedaan-perbedaan gender, peran dan

hubungan gender, padahal karena perbedaan2 itu perempuan dan laki-laki bisa mempunyai perbedaan di dalam akses, di dalam mendapatkan manfaat, di dalam partisipasi, di dalam kontrol terhadap sumber-sumber

mengabaikan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kebutuhan, kepedulian dan prioritas yang berbeda

Hasilnya adalah perencanaan dan penganggaran yang BUTA GENDER

8

Page 9: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Perencanaan dan penganggaran BUTA GENDER, tidak memberi: Keadilan bagi perempuan dan laki-laki di dalam memperoleh

akses, manfaat, keikutsertaan di dalam proses, kontrol terhadap sumberKEADILAN GENDER

Kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam HAK, STATUS, DAN KEADAAN, untuk memperoleh akses, manfaat, keikutsertaan dan kontrol dari perencanaan dan penganggaranKESETARAAN GENDER

Perlu perencanaan dan penganggaran YANG RESPONSIF GENDER, yaitu perencanaan dan penganggaran yang memberi keadilan dan kesetaraan gender dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi, kontrol terhadap sumber2 produktif.

9

Page 10: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Secara umum, kemiskinan dapat dibedakan atas:• Kemiskinan absolut apabila hasil pendapatannya berada di

bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum.

• Kemiskinan relatif telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

• Kemiskinan kultural sikap seseorang atau masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

10

Page 11: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Kemiskinan dapat dilihat sebagai kegagalan pemenuhan hak-hak dasar, yaitu:

(1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, (3) terbatasnya akses dan mutu layanan pendidikan, (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, (5) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, (6) terbatasnya akses terhadap air bersih, (7) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, (8) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya

alam serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam,

(9) lemahnya jaminan rasa aman (10) lemahnya partisipasi masyarakat miskin dalam

pengambilan keputusan publik

11

Page 12: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Ukuran Kemiskinan berbeda-beda berdasarkan pendekatan yang digunakan. Garis kemiskinan: tingkat pengeluaran makanan dasar dalam rupiah yang

setara dengan 16 kg. Beras/bulan, atau dikonversi dengan 125% bila mengkonsumsi bahan pangan lain (Bank Dunia, 1980)

Garis kemiskinan setara dengan pendapatan 1 US$/kapita/hari (Bank Dunia) Garis yang ditetapkan adalah setara 2.100 kkl per kapita per hari, atau Rp.

7.239 (di pedesaan) dan Rp.11.527 (di perkotaan) per kapita per bulan (BPS, 1984)

Masyarakat diberi kesempatan menilai dirinya apakah miskin atau tidak, membandingkan dirinya dengan kondisi orang lain (Subyektif)

Komunitas menentukan secara bersama ukuran kemiskinan dan siapa yang miskin diantara mereka berdasarkan ciri lokalitas (Partisipatif).

12

Page 13: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Penanggulangan kemiskinan telah muncul sebagai visi bersama tertuang dalam dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA, PPA, Renstra SKPD, dll).

Penanggulangan kemiskinan adalah kontrak sosial pemerintah kepada warganya janji kampanye untuk mensejahterakan warganya.

Fenomena kemiskinan yang signifikan masih tingginya angka kemiskinan (nasional/daerah)

13

Page 14: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Untuk meningkatkan pemerataan, efisian dan efektivitas kebijakan pemerintah dan

pelaksanaannya.

Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah dan para wakil masyarakat dan

menekan korupsi.

Untuk menginformasikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat, termasuk untuk perempuan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin.

14

Page 15: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Mengintegrasikan strategi pengarusutamaan gender dan penanggulangan kemiskinan ke dalam dokumen perencanaan (RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dll) agar memiliki payung hukum yang kuat

Membuat pemetaan, mengidentifikasi dan menganalisis kondisi ketidaksetaraan dan ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki serta penyebab kemiskinan pada setiap bidang pembangunan (data terpilah/analisis gender/hasil Musrenbang) agar tepat sasaran dalam menjawab isu-isu yang ada.

15

Page 16: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Memprioritaskan kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender dan pro kelompok miskin untuk diakomodir di dalam dokumen perencanaan dan penganggaran (RPJMD, RKPD, KUA, PPA, Renstra SKPD, Renja SKPD, dan RKA SKPD). agar terakomodir.

Melakukan monitoring (pemantauan) dan evaluasi (penilaian) secara berkelanjutan terhadap capaian dari anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin agar diketahui keberhasilan/kegagalannya untuk bahan perbaikan.

Mengoptimalkan peran SKPD terutama yang menangani perencanaan dan penganggaran daerah untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi terwujudnya anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin agar pelaksanaannya dapat lebih efektif.

16

Page 17: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Mengoptimalkan peran dan fungsi DPRD dan Kaukus dalam mengawal perencanaan dan penganggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin agar memperoleh penguatan secara politik

Adanya advokasi dan pemantauan dari LSM, aktivis, akademisi dan masyarakat untuk menjamin adanya partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.

17

Page 18: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

1. Melakukan pendekatan Benang Merah (konsistensi Renstra/Renja/KUA/PPA dan elemen Anggaran Kinerja dalam RKA-SKPD) anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin masuk dalam dokumen perencanaan sehingga dapat dituntut konsistensinya jika tidak terakomodir.

2. Memenuhi Kriteria Penetapan Kegiatan dalam APBD (sesuai dengan tupoksi) pengusulan anggaran yang responsif gender dan kelompok miskin disesuaikan dengan tupoksi dari SKPD yang menangani.

3. Penetapan Indikator dan Target Kinerja usulan anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin memenuhi kriteria pengukuran yang baik.

4. Alokasi Belanja terhadap Prioritas Daerah Usulan anggaran yang responsif gender dan kelompok miskin diupayakan menjadi salah satu prioritas daerah sehingga diprioritaskan dalam alokasi belanja.

5. Membangun jaringan sharing data/informasi, lobi dengan LSM, akademisi, aktivis, tokoh publik , anggota DPRD perempuan, kaukus perempuan parlemen, Ormas, Pengamat, dll.

18

Page 19: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

1. Musrenbang (Desa/Kelurahan , Kecamatan, Kab/Kota, Provinsi) Renja SKPD)

2. Penyusunan RKPD prioritas pembangunan dalam Narasi atau Matriks RKPD

3. Penyusunan KUA Pokok-pokok Pikiran DPRD (Hasil reses/temu konstituen)

4. Penyusunan PPAS Program dan Kegiatan Prioritas beserta pagu indikatifnya

5. Penyusunan RAPBD RKA SKPD6. Pembahasan RAPBD di DPRD Masukan dari Anggota DPRD

pada Sidang Gabungan Komisi (Hasil reses/temu konstituen)

19

Page 20: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

Perlunya kesamaan persepsi setiap stakeholders tentang pengarusutamaan gender sebagai sebuah strategi yang dijabarkan dalam setiap kebijakan, program dan kegiatan, bukan sekadar program yang ada pada SKPD yang menangani urusan perempuan semata.

Perlunya komitmen yang kuat dari pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat untuk memprioritaskan anggaran yang responsif gender dan pro kelompok miskin.

Perlunya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan yang terintegrasi antar SKPD pengelola anggaran kemiskinan.

20

Page 21: Materi Anggaran responsif gender dan pro kelompok miskin

21