Bahan Tesis Dan Seminar

59
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RESOURCE –BASED LEARNING ( SEETING COOPERATIF ) TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SMP TENTANG KONSEP HAK ASASI MANUSIA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Seminar Pendidikan Kewarganegaran dengan Dosen Prof. Dr. H. Endang Danial AR. M.Pd pada semester 3 (Tiga) Tahun pelajaran 2009/2010 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung Oleh : RIFTO FACHRUDIN NIM 0808113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Transcript of Bahan Tesis Dan Seminar

Page 1: Bahan Tesis Dan Seminar

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RESOURCE –BASED LEARNING (

SEETING COOPERATIF ) TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SMP TENTANG

KONSEP HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Seminar Pendidikan Kewarganegaran dengan Dosen Prof. Dr. H. Endang Danial AR. M.Pd pada semester 3

(Tiga) Tahun pelajaran 2009/2010 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung

Oleh :

RIFTO FACHRUDIN

NIM 0808113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2009

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 2: Bahan Tesis Dan Seminar

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur dan ucapan Alhamdullilah kepada Allah

SWT, sesuai dengan kemampuan dan waktu yang telah direncanakan, akhirnya dapat

menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

RESOURCE –BASED - LEARNING ( SEETING COOPERATIF ) TERHADAP

PENINGKATAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SMP TENTANG

KONSEP HAK ASASI MANUSIA”.

Penyusunan makalah ini dapat terwujud berkat dukungan dan bantuan serta

bimbingan dari semu pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa bangga dan terima kasih

kepada :

1. Yth. Bapak Dosen pengampu pada matakuliah Matakuliah Seminar Pendidikan

Kewarganegaran dengan Prof. DR. H.Endang Danial. A.R ,M.Pd beliau

dengan penuh kesabaran telah mendidik dan mengarahkan penulis selama

dibangku kuliah dalam menulis tugas ini.

2. Yth. Ketua Prodi PKn SPs UPI Bandung , DR. H. Dasim Budimansyah M.Si

yang selalu memberikan motivasi dan support kepada penulis hingga dapat

meyusun makalah ini.

3. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi S2 Pascasarjana UPI Bandung angkatan

2008 yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas dukungannya pada

penulis hingga dapat menyelesaikan berbagai tugas dan makalah ini

Akhirnya untuk sempurnanya makalah ini dengan tangan terbuka penulis

menanti kritikan dan saran berharga serta mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khusus

untuk pribadi penulis umumnya kepada yang berminat .

Bandung , Desember 2009

RF

i

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 3: Bahan Tesis Dan Seminar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berperan sebagai

pengelola dan pemelihara alam. Ia pun dianugerahi hak asasi, memiliki tanggung

jawab serta kewajiban untuk menjamin keberadaan, harkat dan martabat kemuliaan

kemanusiaan, serta menjaga keharmonisan kehidupan . ( Budimansyah, D , 2008 :

59) . Manusiapun dengan akal budi dan nurani memiliki kebebasan untuk

memutuskan sendiri prilaku atau perbuatannya, seraya manusia memiliki

kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

Kebebasan dasar dari hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia

(HAM ) yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang

Maha Esa. Hak ini tidak dapat diingkari, karena pengingkaran terhadap hak tersebut

berarti pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat

kemanusiaan. Oleh karena itu HAM harus selalu menjadi titik tolak tujuan

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, tidak bisa dipisahkan dengan

permasalahan Hak Asasi Manusia , baik di muka bumi Indonesia ataupun pada

tataran alam jagat raya ini, masih saja menjadi hal utama dan menjadi

pembicaraan hangat yang tak pernah ada ujung pangkalnya, karena masalah Hak

asasi Manusia (HAM) merupakan isu yang paling menonjol dari seluruh aspek

kehidupan manusia yang akhir-akhir ini merupakan keprihatinan umum yang

1

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 4: Bahan Tesis Dan Seminar

dirasakan oleh masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muladi

(2005:159), menyatakan bahwa : “ Didalam setiap kesempatan permasalahan Hak

asasi Manusia (HAM) selalu menjadi topic pembicaraan yang actual dan selalu

dibahas guna memperoleh solusinya..”. Pendapat ini mengungkapkan semakin

berkembangnya isu HAM dalam kehidupan bermasyarakat yang terangkat menjadi

salah satu yang muncul dan menjadi salahsatu debat publik yang tidak berkesudahan.

Beberapa permasalahan HAM yang sering berkembang adalah

salahsatunya merupakan dampak dari perubahan yang deras dan tidak terelakan,

adanya desakan gelombang globalisasi. Di era globalisasi umumnya orang

menyadari bahwa sekarang ini proses dan pengaruh globalisasi makin dirasakan

sebagai bagian dari kehidupan kita. Giddens (1990: 64) secara ringkas

menyebutnya bahwa :

Globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial sejagat yang menghubungkan tempat-tempat yang berjauhan sedemikian rupa, sehingga peristiwa lokal bisa terjadi disebabkan oleh kejadian ditempat lain yang sekian mil jauhnya dan sebaliknya.

Ohmae (1993:183-185; 2002: 171-175), mengemukakan bahwa secara politis

batas-batas antar negara semakin sirna (Ohmae, 1993:183-185; 2002: 171-175).

Karena itulah menurut Mazlish dan Buultjes (1993: 2) menyatakan bahwa starting

point for global history adalah menguatnya fenomena globalisasi itu sendiri yang

berdimensi luas membawa harapan dan kecemasan. Manusiapun dengan akal budi

dan nurani memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri prilaku atau

perbuatannya, seraya manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas

semua tindakan yang dilakukannya.

2

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 5: Bahan Tesis Dan Seminar

Indonesia sebagai Negara berkembang selalu berupaya memenuhi tuntutan

kualitas pelaksanaan HAM melalui program kegiatan dengan berpijak pada

supremasi hukum, diantaranya bercirikan elemen-elemen sebagai berikut : 1) asas

pengakuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), 2) asas

legalitas, 3) asas pembagian kekuasaan, 4) asas Peradilan bebas dan tidak

memihak, 5) asas kedaulatan rakyat, ( Rasjidi dan Sidharta, 1989: 186). Keseriusan

serta perlunya penanganan mengurangi permasalahan tentang HAM sebagaimana

diungkapkan Al Muchtar (2001:374) , Pendidikan hak asasi manusia sebagai

alternatif mengetengahkan peran pendidikan dalam rangka menegakan Hak Asasi

Manusia merupakan salah satu bagian esensial yang harus dikembangkan dalam

PKn.

Terbitnya Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terbaru

yang telah disahkan Presiden pada 8 Juli 2003 ( Nomor 20 Tahun 2003). Dibanding

dengan undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional sebelumnya ( Nomor 2

Tahun 1989), Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional yang baru ini

sarat dengan tuntutan yang cukup mendasar karena “ harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi

manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan

perubahan kehidupan local, nasional, global “. Salahsatu upaya yang segera

dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah “ pembaharuan pendidikan

secara terencana, terarah dan berkesinambungan “.Berbagai upaya dalam

pembaharuan pendidikan oleh para pakar dan praktisi pendidikan, Akademisi, Guru

baik pendidikan dasar maupun perguruan tinggi tentunya harus berpedoman serta

mengacu pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional secara makro dan

3

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 6: Bahan Tesis Dan Seminar

mikro . Visi makro pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani

sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang

sesuai amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses

pendidikan. Masyarakat Indonesia tersebut memiliki sikap dan wawasan keimanan

dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak asasi

manusia, serta berpengertian dan berwawasan global. Sedangkan visi pendidikan

nasional secara mikro adalah terwujudnya individu manusia baru yang memiliki

sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi,

toleransi dan menjunjung hak asasi manusia, saling pengertian dan wawasan global.

Visi makro dan mikro pendidikan nasional ini tentunya dijabarkan melalui misi

pendidikan nasional yang menjangkau rentang waktu jangka pendek, menengah dan

jangka panjang.

Visi secara mikro dan makro pendidikan nasional dalam mewujudkannya

warganegara yang didambakan hal ini searah apa yang dikemukakan Cogan

(1998:115) mengkonstruksi karakteritik yang harus dimiliki warganegara sebagai

berikut:

1. the ability to look at and approach problems as a member of a global society (kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global)

2. the ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for one’s roles/duties within society (kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat)

3. the ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences (kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya)

4. the capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan berpikir kritis dan sistematis)

5. the willingness to resolve conflict and in a non-violent manner (kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan)

4

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 7: Bahan Tesis Dan Seminar

6. the willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect the environment (kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungan)

7. the ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc), and (memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb)

8. the willingness and ability to participate in politics at local, national and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional).

Tuntutan pengembangan karakteristik warganegara di atas menurut Cogan

(1998:117) harus dikonstruksi dalam kebijakan pendidikan kewarganegaraan yang

multidimensional (multidimensional citizenship), yang ia gambarkan dalam empat

dimensi yang saling berinterelasi, yaitu the personal, social, spatial and temporal

dimension. Keempat dimensi ini akan melahirkan atribut kewarganegaraan yang

mungkin akan berbeda di tiap negara sesuai dengan sistem politik negara masing-

masing, yakni: (1) a sense of identity; (2) the enjoyment of certain rights; (3) the

fulfilment of corresponding obligations; (4) a degree of interest and involvement in

public affairs; and (5) an acceptance of basic societal values.

Masih banyaknya pelanggaran antara lain disebabkan sebagian masyarakat

ataupun siswa disekolah belum memahami hakekat Hak Asasi Manusia ,

pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Armiwulan , H, pada

Simposiun Nasional di UPI Bandung tahun 2009 : “ Masih tingginya angka

pelanggaran hak asasi manusia antara lain disebabkan karena sebagian masyarakat

belum memahami HAM secara benar. Beberapa fakta menunjukan bahwa

pemahaman Hak Asasi Manusia masih sebatas “ euphoria “. Beberapa peristiwa

besar pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi , selalu mendapat perhatian

tinggi dari Pemerintah dan masyarakat di Indonesia , Kasus Tanjung Priok (1994),

5

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 8: Bahan Tesis Dan Seminar

Kasus terbunuhnya Marsinah (1994), terbunuhnya seorang wartawan Udin dari

harian umum Bernas Yogyakarta (1996), Peristiwa penculikan para aktivis politik

(1998), Peristiwa Trisakti (1998), Kasus Ambon (1999), Kasus Poso , Kasus Sampit,

Kasus TKI di Malaysia ( 2002), Terbunuhnya Repoter RCTI Ersa Siregar dalam

konflik Aceh (2003). Budimasyah, D, (2008:54). Hal ini membuktikan gambaran

peristiwa dan pelanggaran yang perlu adanya penanganan dan perhatian secara serius

dari pemerintah dan lembaga di Negara kita, termasuk dalam memberikan

pendidikan kesadaran tentang HAM kepada siswa sebagai warganegara agar

kompeten atau optimal secara dini dan berkelanjutan sesuai dengan harapan dan

amanah dari pendidikan.

Membangun sebuah kesadaran setiap individu akan pentingnya pemahaman

tentang hak-haknya serta kewajibannya untuk senantiasa menghargai dan

menghormati hak orang lain dalam konteks sebagai individu, maupun dalam konteks

social baik sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai warga Negara merupakan

salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan budaya Hak Asasi

Manusia . ( Armiwulan , H , 2008: 5 ) . Oleh karena pendidikan Hak Asasi

Manusia merupakan hal yang mutlak harus dilakukan , sebagaimana yang

ditegaskan dalam Mukadimah Universal Declaration of Human Rights bahwa “

agar setiap orang dan setiap badan didalam masyarakat senantiasa mengingat

deklarasi ini , akan berusaha dengan cara mengajarkan dan memberikan pendidikan

guna menggalakan penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan –kebebasan

tersebut …”

6

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 9: Bahan Tesis Dan Seminar

Sehubungan hal diatas perlu adanya peran dan komitmen pendidikan ,karena

komitmen dan peran pendidikan merupakan suatu hal mutlak dibutuhkan oleh setiap

individu untuk membangun hidupnya. Hal yang sangat mendasar mengingat

pendidikan dijadikan tolok ukur tingkat kesejahteraan manusia . Sehingga

berkualitasnya tidaknya tingkat kesejahteraan seseorang dipengaruhi oleh

sejauhmana tingkat pendidikan yang dia peroleh, derajat moralitas yang terbentuk

( Salamor, L ,2007: ).

Sebagai alternatif dalam mengupayakan adanya pemahaman Hak asasi

manusia secara benar dan mendasar diantaranya melalui adanya Pembelajaran

Pendidikan Kewaganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian

yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia

melalui koridor “value basic education”. Konfigurasi PKn dibangun dalam tiga

kerangka sistemik, yakni PKn ditinjau secara kurikuler, teoritik, dan programatik

Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai

berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran

yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara

Indonesia yang berakhlaq mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Kedua,

PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-

dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang bersifat konvluen atau saling

berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral

Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara

pragmatik dirancang sebagai subjek pelajaran yang menekankan pada isi yang

mengusung nilai-nilai (content embeding values) dan pengalaman belajar (learning

7

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 10: Bahan Tesis Dan Seminar

experience) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih

lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis,

dan bela negara. (Budimansyah,D ,Volume 1, Nomor 2 Acta Civicus , 2008: 179-

180 )

Sejalan dengan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic

Education ) tidak bisa diisolasikan dari kecenderungan globalisasi yang berdampak

pada kehidupan siswa ( Budimasyah, D dan Komalasari , Volume 2 ,Nomor1 Acta

Civicus, 2008: 77 ). Globalisasi menuntut Pendidikan Kewarganegaraan

mengembangkan civic competence yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan

( civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan ( civic skills), dan watak karakter

kewarganegaraan ( civic diposition) yang multidimensional. Pendidikan

Kewarganegaraan pun mengemban misi Civic Education for Democration dan

Value- Based Education. Ditambahkan oleh Winataputra (2006:1), bahwa tugas

Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru diarahkan pada

pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni (1)

mengembangkan kecerdasan warganegara ( civic intelligence ), (2) membina

tanggung jawab warganegara ( civic responsibility), (3) mendorong partisifasi

warganegara ( civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan

untuk good citizenship, bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini

terjebak dalam budaya verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional,

dan social, sehingga paradigma baru yang dikembangkan dalam Pendidikan

Kewarganegaraan akan bercirikan multidimensional.

8

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 11: Bahan Tesis Dan Seminar

Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic

Education ) mutakhir, yakni partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dari

warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat local maupun

nasional, maka partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah

kompetensi kewarganegaraan. Winataputra dan Budimasyah, mengemukakan empat

kompetensi kewarganegaraan yang harus dipelajari dalam Pendidikan

Kewarganegaraan guna mencapai tujuan tersebut, yakni : Pertama penguasaan

terhadap pengetahuan dan politik kenegaraan ; kedua ,pengembangan kemampuan

intelektual dan partisipatoris ; ketiga, pengemabangan karakter dan sikap mental ;

keempat , komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi

konstitusional ( Winataputra dan Budimanyah , 2007 : 185-186 ).

Sedangkan Branson, mengemukakan tiga komponen utama yang perlu

dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions

( Branson, 1998:5 ) Kompetensi yang diharapkan diatas senada dengan konteks

bahwa, arah baru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terealialisasikan

dalam kehidupan nyata di sekolah maupun di masyarakat yang terbentang ke seluruh

tanah air. Untuk itu diperlukan pemahaman bersama untuk disosialisasikan dalam

bentuk kerja nyata dalam pembentukan kepribadian siswa menjadi pribadi yang

utuh dan insan kamil yang menjadi tumpuan harapan kita bersama. Tidak mudah

memang, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, semua sangat bergantung pada

niat, dan dorongan kita bersama untuk memberikan dukungan, sehingga apa

harapannya yang bersemangat berubah yang lebih penting adalah guru sebagai

pelaku langsung di lapangan. Berbagai harapan tentang proses pembelajaran

9

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 12: Bahan Tesis Dan Seminar

disekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa khususnya warganegara yang

multidimensional bukan merupakan pekerjaan ringan bagaikan membalikan tangan,

hal ini tidak dipungkiri realitas dilapangan (sekolah) selalu dihadapkan dengan

berbagai kendala dan tantangan , hambatan , sehingga permasalahannya selalu

merupakan bahan kajian dan penelitian bagi para akademisi diantaranya guru

sebagai pelaku langsung . Oleh karena sebaiknya di upayakan adanya model

pembelajaran yang lebih kreatif,aktif-partisipastif, bermakna dan menyenangkan.

Guru adalah pendidik yang merupakan tenaga profesional

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian. Kewajibannya menciptakan suasana pendidikan yang

bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai

komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; memberi

teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan

kepercayaan yang diberikan kepadanya. Perannya sebagai fasilitator, motivator,

pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik (UU RI nomor 20 tahun

2003). Namun tidak dipungkiri hasil temuan-temuan para peneliti dan hasil

diskusi , maupun pada pertemuan musyawarah guru mata pelajaran atau MGMP,

masih terdapat guru dalam memberikan pembelajarannya berpusat pada dirinya ,

bukan pada siswa.

Kenyataannya di Indonesia saat ini pembelajaran masih didominasi sistem

konvensional sehingga penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konsep ‘

contextual multiple intelegence “ masih jauh dari harapan. Dimana sebagian besar

10

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 13: Bahan Tesis Dan Seminar

siswa “ tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara

aplikasi pengetahuan tersebut didalam kehidupannya saat ini dan dikemudian hari “.

Artinya pembelajaran tidak memberikan makna bagi siswa dalam memecahkan

permasalahan kewarganegaraan yang terjadi dalam kehidupan (Budimasyah ,

Komalasari ; Volume 2 Nomor 1, Acta Civicus ,2008: 77 ) Hal lain ini terjadi

karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengaitkan materi dengan

realita kehidupan siswa, tidak kontekstual, lebih banyak memberikan kemampuan

untuk menghapal bukan untuk berpikir, kreatif,kritis dan analitis, bahkan

menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap enteng dan kurang menarik.

(Budimasyah , Komalasari ; Volume 2 Nomor 1, Acta Civicus ,2008: 77 )

Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership, edisi Maret

1993 menurunkan laporan utama tentang profesional. Menurut jurnal tersebut,

untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu:

Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, guru

menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya serta cara

mengajarkannya kepada para sisiwa. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau

hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam

perilaku siswa sampai tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir

sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya.

Kelima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyrakat belajar dalam

lingkungan profesinya.

11

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 14: Bahan Tesis Dan Seminar

Berdasarkan uraian di atas maka tantangan bagi guru dalam pembelajaran

adalah bagaimana menyajikan materi pembelajaran dalam mencapai kompetensi

secara komprehenship dengan tercapainya multiple inteligences. Di samping itu,

guru profesional juga harus dapat memiliki kemampuan dalam pengolahan bahan

ajar. Materi pembelajaran (instructional materials) dapat berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru, dan dipelajari siswa.

Dari permasalahan- permasalah dan gambaran diatas penulis merasa tertarik

dan mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas mengenai :

“ IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL RESOURCE – BASED LEARNING ( SEETING COOPERATIF )

TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI WARGANEGARAAN SMP

TENTANG KONSEP HAK ASASI MANUSIA “

12

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 15: Bahan Tesis Dan Seminar

B. Rumusan Masalah.

Bertolak dari latar belakang masalah di atas diidentifikasi masalah

penelitian yaitu Bagaimana Implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan

model Resource based learning (seeting Cooperatif ) terhadap peningkatan

kompetensi kewarganegaraan SMP tentang konsep Hak Asasi Manusia ?

Berdasarkan masalah penelitian di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Apa yang di maksud dengan model “ Resource based learning Setting

Cooperatif “ ?

2. Bagaimana proses yang dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan

menggunakan model “ Resource based learning Setting Cooperatif “ dalam

meningkatkan kompetensi kewarganegaraan SMP tentang konsep Hak Asasi

Manusia ?

3. Bagaimana tingkat kompetensi kewarganegaraan SMP tentang konsep Hak

Asasi Manusia melalui model Resource based learning Setting Cooperatif ?

4. Bagaimana prospek dan hambatan mengimplementasikan pendidikan

kewarganegaraan menggunakan model Resource based learning Setting

Cooperatif terhadap peningkatan kompetensi kewarganegaraan SMP

tentang konsep Hak Asasi Manusia?

13

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 16: Bahan Tesis Dan Seminar

C. Tujuan Penulisan

Secara umum, penelitian ini bertujuan melakukan kajian tentang

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan

model Resource based learning ( Setting Cooperatif) terhadap peningkatan

Kompetensi Kewarganegaran SMP tentang Konsep Hak Asasi Manusia . Secara

khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji dan mengorganisasikan

informasi-argumentatif tentang :

1. Landasan-landasan diyakininya Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan

Model Resource based learning ( Setting Cooperatif) ) terhadap peningkatan

Kompetensi Kewarganegaran SMP Negeri 10 Cimahi tentang Konsep Hak

Asasi Manusia

2. Proses berlangsungnya Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

menggunakan Model Resource based learning ( Setting Cooperatif) terhadap

peningkatan Kompetensi Kewarganegaran SMP 10 Cimahi tentang Konsep

Hak Asasi Manusia

3. Kompetensi yang ditunjukkan siswa terhadap pemahaman konsep HAM

melalui Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Resource based learning

( Setting Cooperatif) di SMP 10 Cimahi.

4. Prospek dan hambatan dalam mengimplementasikan Pendidikan

Kewarganegaraan menggunakan Model Resource based learning ( Setting

Cooperatif) terhadap peningkatan Kompetensi Kewarganegaran SMP 10

Cimahi tentang Konsep Hak Asasi Manusia

14

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 17: Bahan Tesis Dan Seminar

D. Sistematika Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

1. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2. MODEL RESOURCE BASED LEARNING

3. HAK ASASI MANUSIA

4. RESOURCE – BASED LEARNING -SEETING COOPERATIF Dalam

Pembelajaran PKn

BAB III. PENUTUP

A.KESIMPULAN

B. REKOMENDASI

15

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 18: Bahan Tesis Dan Seminar

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dalam Paradigma baru, Pendidikan (civic education) merupakan salah satu

bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa Indonesia melalui koridor “value basic education”. Konfigurasi atau

kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar cooperatif sebagai berikut: Pertama,

PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Indonesia yang berakhlaq

mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoritik

dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif,

afektif, dan psikomotor yang bersifat konvluen atau saling berpenetrasi dan

terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila,

kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara . Ketiga, PKn secara kooperatif

dirancang sebagai subjek pelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung

nilai-nilai (content cooperati values) dan pengalaman belajar (learning experience)

dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari

dan merupakan tuntutan hidup bagi warga cooper dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan

moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara .

( Budimansyah, D , 2008: 179-180 ).

16

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 19: Bahan Tesis Dan Seminar

Sejalan dengan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic

Education ) tidak bisa diisolasikan dari kecenderungan globalisasi yang berdampak

pada kehidupan siswa ( Budimasyah, D dan Komalasari , Volume 2 ,Nomor1 Acta

Civicus, 2008: 77 ). Globalisasi menuntut Pendidikan Kewarganegaraan

mengembangkan civic competence yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan

( civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan ( civic skills), dan watak karakter

kewarganegaraan ( civic diposition) yang multidimensional. Pendidikan

Kewarganegaraan pun mengemban misi Civic Education for Democration dan

Value- Based Education. Ditambahkan oleh Winataputra (2006:1), bahwa tugas

Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru diarahkan pada

pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni (1)

mengembangkan kecerdasan warganegara ( civic intelligence ), (2) membina

tanggung jawab warganegara ( civic responsibility), (3) mendorong partisifasi

warganegara ( civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan

untuk good citizenship, bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini

terjebak dalam budaya verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional,

dan social, sehingga paradigma baru yang dikembangkan dalam Pendidikan

Kewarganegaraan akan bercirikan multidimensional.

Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic

Education ) mutakhir, yakni partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dari

warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat local maupun

nasional, maka partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah

kompetensi kewarganegaraan. Winataputra dan Budimasyah, mengemukakan empat

17

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 20: Bahan Tesis Dan Seminar

kompetensi kewarganegaraan yang harus dipelajari dalam Pendidikan

Kewarganegaraan guna mencapai tujuan tersebut, yakni : Pertama penguasaan

terhadap pengetahuan dan politik kenegaraan ; kedua ,pengembangan kemampuan

intelektual dan partisipatoris ; ketiga, pengemabangan karakter dan sikap mental ;

keempat , komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi

konstitusional ( Winataputra dan Budimanyah , 2007 : 185-186 ).

Sedangkan Branson, mengemukakan tiga komponen utama yang perlu

dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions

( Branson, 1998:5 ) Kompetensi yang diharapkan diatas senada dengan konteks

bahwa, arah baru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terealialisasikan

dalam kehidupan nyata di sekolah maupun di masyarakat yang terbentang ke seluruh

tanah air. Untuk itu diperlukan pemahaman bersama untuk disosialisasikan dalam

bentuk kerja nyata dalam pembentukan kepribadian siswa menjadi pribadi yang

utuh dan insan kamil yang menjadi tumpuan harapan kita bersama. Tidak mudah

memang, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, semua sangat bergantung pada

niat, dan dorongan kita bersama untuk memberikan dukungan, sehingga apa

harapannya yang bersemangat berubah yang lebih penting adalah guru sebagai

pelaku langsung di lapangan.

Kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahuan, nilai dan sikap, serta

keterampilan siswa yang mendukungnya menjadi warganegara yang partisifatif

dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara . Branson

(1999:8,9).

18

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 21: Bahan Tesis Dan Seminar

2. MODEL RESOURCE BASED LEARNING

a. Pengertian dan Ciri-ciri Resource-based learning

Resource-based learning atau Belajar berdasarkan sumber . adalah

segala bentuk belajar yang langsung menghadapi siswa pada suatu sumber belajar

atau sejumlah sumber belajar secara individu maupun kelompok dengan segala

kegiatan yang bertalian dengan permasalahan yang diperhadkan oleh guru kepada

siswa . Jadi dalam resource-based learning guru bukan merupakan sumber belajar

satu-satunya. Siswa dapat belajar dari kelas , dalam laboratorium, ruang

perpustakaan , dalam” ruang sumber belajar” yang khusus atau bahkan diluar

sekolah , bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan masalah tertentu.

Resource-based learning atau Belajar berdasarkan sumber bukan

sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan sejumlah perubahan-

perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum.

Perubahan –perubahan itu :

1. Perbahan dalam pola ilmu pengetahuan manusia,

2. Perubahan dalam masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntuannya .

3, Perubahan tentang pemahaman kita tentang anak dan cara belajarnya.

4, Perubahan dalammedia komunikasi.

Bentuk belajar ini dipengaruhi oleh filsafat progesifisme, yang

berpandangan bahwa belajar secara esensial merupakan penerimaan pengetahuan

sebagai suatu subtansi abstrak yang diisi oleh guru kedalam jiwa anak . Pengetahuan

menurut pandangan progesif merupakan alat untuk mengatur pengalaman, untuk

menangani situasi baru secara terus menerus, dimana perubahan hidup merupakan

tantangan dihadapan manusia . ( Saadulloh, 2007: 147)

Adapun cirri-ciri utama belajar berdasarkan sumber adalah sebagai

berikut

1. Memanfaatkan sepenuhnya sumber informasi sebagai sumber bagi

pelajaran termasuk alat-alat audio- visual dan memberi kesempatan untuk

merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan berbagai

19

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 22: Bahan Tesis Dan Seminar

sumber-sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pengajaran

berbentuk kuliah atau ceramah ditiadakan . dalam artian dapat

menggunakan berbagai metode guna mencapai tujuan tertentu.

2. Berusaha memberikan pengertian kepada peserta didik tentang luas dan aneka ragam sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

3. Berhasrat untuk mengganti pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikan .

4. Berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran , metode kerja dan media komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas yang konvensional yang mengharuskan siswa belajar yang sama dengan cara yang sama.

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan dikelas.

6. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.

7. Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar yang memungkinkan untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya ( Long Life education ). Siswa dibiasakan untuk menemukan sendiri, sehingga tidak tergantung pada orang lain.( Nasution, 2000:26)

b. Ruang lingkup Pembelajaran Kooperatif (SPK).

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalan SPK , yaitu :

1. Adanya peserta dalam kelompok

2. Adanya aturan dalam kelompok

3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok

4. Adanya tujuan yang harus dicapai

20

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 23: Bahan Tesis Dan Seminar

Salahsatu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alas an , pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pemebelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri, kedua pembelajaran ini dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah , dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.

3. Hak Asasi Manusia

Indonesia sebagai Negara berkembang selalu berupaya memenuhi tuntutan

kualitas pelaksanaan HAM melalui program kegiatan dengan berpijak pada

supremasi hukum, diantaranya bercirikan elemen-elemen sebagai berikut : 1) asas

pengakuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), 2) asas

legalitas, 3) asas pembagian kekuasaan, 4) asas Peradilan bebas dan tidak

memihak, 5) asas kedaulatan rakyat, ( Rasjidi dan Sidharta, 1989: 186). Keseriusan

serta perlunya penanganan mengurangi permasalahan tentang HAM sebagaimana

diungkapkan Al Muchtar (2001:374) , Pendidikan hak asasi manusia sebagai

alternatif mengetengahkan peran pendidikan dalam rangka menegakan Hak Asasi

Manusia merupakan salah satu bagian esensial yang harus dikembangkan dalam

PKn.

Dalam kaitan dengan pembicaraan mengenai HAM, ia mengandung arti

bahwa HAM memiliki struktur social, yang menjadi modal social bangsa untuk

memasuki dunia HAM, menangkapnya dan menjalankannya , kalau tetap bahwa

HAM itu bersifat universal, maka perlu mengalami verifikasi sehingga menjadi “

HAM adalah universal dan memiliki struktur social “ ( Muladi, 2004:221)

4. RESOURCE – BASED LEARNING -SEETING COOPERATIF Dalam

Pembelajaran PKn .

Resource –Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam

bentuk dan seginya. Metode ini dapat singkat atau panjang, berlangsung

selama satu jam pelajaran atau selam setengah semester dengan pertemuan

21

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 24: Bahan Tesis Dan Seminar

dua kali seminggu selama satu atau dua jam, dapat diarahkan guru atau

berpusat pada kegiatan murid .

Implementasi dalam penerapan model ini melalui pembelajaran PKn

sebagai berikut : Dalam penelitian ini diseting dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif model number heads together( kepala bernomor).

Pembelajaran ini dimulai dengan membagi kelas atau beberapa kelompok

yang diberi nomor agar mempermudah kinerja kelompok, mengubah posisi

kelompok, menyusun materi, mempresentasikan dan memperoleh tanggapan

dari kelompok lain.

22

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 25: Bahan Tesis Dan Seminar

BAB III.

PENUTUP.

A. KESIMPULAN

1. Model pembelajaran Resource-Based Learning(Belajar Berdasarkan Sumber) dengan seting kooperatif,memacu anak untuk dapat memecahkan permasalahan dengan cara bekerja secara kelompok,sehingga tidak melupakan hakikat dari pada siswa tersebut sebagai mahkluk social.

2. Hasil evaluasi dan pemberian pengahargaan merupakan bagian dari motivasi, yang memungkinkan peserta didik dapat memacu diri untuk dapat tumbuh dan berkembang serta dapat meningkatkan kreatifitas

3. Model Resource-Based Learning ( Belajar Berdasarkan Sumber) dengan seting koopertif mengajar mahasiswa PKn sebagai calon pendidik untuk lebih efektif dan kreatif dalam mempersiapkandiri untuk terjun ke dunia kerja.

B. REKOMENDASI

1. Model Resource-Based menjadi alternative untuk membangun kesadaran dan pemahaman peserta didik akan pentingnya untuk menjujung tinggi nilai-nilai keadilan,demokrasi,kemanusiaan dan pluralism dalam pergaulan bermasyarakat.

2. Agar tujuan pembelajaran ini dapat tercapai,maka diperlukan adanya peran serta dan dukungan dari guru, institusi pendidikan dan para pengambil kebijakan pendidikan lainnya. Guru perlu memahami konsep dan strategi pendidikan agar nilai-nilai utama yang terkandung dalam strategi dan konsep pendidikan tersebut seperti pemahaman dalam meningkatkan kualiatas dalam memahami HAM sebagai modal social manusia.

3. Dukungan dan Komitmen sekolah sebagai intitusi pendidikan dalam mewujudkan serta menerapkannya sesuai dengan grand desain pendidikan , visi dan misi yang akan diwujudkan.

23

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 26: Bahan Tesis Dan Seminar

DAFTAR PUSTAKA

A, Imron (1996). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustakajaya.

Al Muchtar, S (2004) , Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya, Bandung: Gelar

Pustaka Mandiri.

Armiwulan, H. (2008) Pendidikan Hak Asasi Manusia dalam perspektif Nasional

dan Global . ( Makalah ) pada symposium Nasional. Bandung : UPI .

Branson, MS (1998). The Role of Civic Education, A Forthcoming Education

Policy Task Force Position Paper From The Communitarian Network.

Budimansyah , D. 2008. Dimensi Sosiologi Dalam Pendidikan Kewarganegaraan .(Makalah) Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Budimansyah, D 2008. Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hak Asasi Manusia . Bandung : PT. Genesindo

Budimansyah. D. (2007), “ Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic

Education Di Negara Berkembang “ Acta Civicus Vol.1 , No 1, Oktober

2007, pp 11-26.

Cogan, JJ dan Derricott, R. (1998). Citizenship for the 21 st Century : An

International Perspective on Education, London : Kopenhagen

Cresweel,JW (1994), Research Design Qualitative and Quantitative Approaches,

Sage Publications, International Education and Professional Publisher,

Thousand Oaks, London.

Departemen Pendidikan Nasional (2001), Standart Nasional Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn Baru) Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah,

Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Kurikulum 2004, Standard Kompetensi

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial SMP

dan MTs, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang.

24

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 27: Bahan Tesis Dan Seminar

Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Kumpulan Pedoman Kurikulum 2004,

Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang.

Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP.

Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Mata

Pelajaran Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Djunaidi (2007), “ Implikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam

pembinaan Kesadaran Hak Asasi Manusia “ Acta Civicus Vol.1 , No 1,

Oktober 2007, pp 89-106 .

E, Mulyasa, (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan

Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

E, Mulyasa, (2004), Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ibrahim Dkk, (2002), Kurikulum Pembelajaran, Bandung: Tim Pengembang

MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, Jurusan Kurikulum UPI.

Komalasari ,K dan Budimansyah. D. (2008), “Pengaruh Pembelajaran

Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi

Kewarganegaraan Siswa SMP “ Acta Civicus Vol.2, No 1, Oktober 2008,

pp 76-97.

L, Rasjidi dan A, Sidharta (1989), Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya.

Bandung: Remadja Karya.

Matthew B, M dan A Michael, H . (1984), Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa

TjeTjep Rohendi, Jakarta UI.

Moleong, L (1988), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muladi ,(2005), Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama.

O, Hamalik (2001), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

25

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 28: Bahan Tesis Dan Seminar

S, Nasution (1998), Metode Penelitian Naturalistik Kualitaif, Bandung:

Tarsito.

S, Nasution, (1996), Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 2003 , Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 39 1999 , Tentang Hak Asasi

Manusia

Winataputra, U.S. (2007), “Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif

Internasional “ Acta CivicusVol.1 , No 1, Oktober 2007, pp 1-10.

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D . (2007) Civic Education: Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung : Program

Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

Winataputra, U.S (2001 ). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Ilmu:

Tantangan Epismologis, dan Implikasi Pedagogis (Makalah)

Bandung: Universitas Pendidikan Bandung

Winataputra, U.S dan Sapriya (2002), Studi Sosial, Konsep dan Model

Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

Winataputra, U.S dan Sapriya (2004), Pendidikan Kewarganegaraan, Model

Pengembangan Materi dan Pembela .Bandung: Rizki Ofset.

Sadulloh, U ( 2007). Pengantar Filsafat Pendidikan .

Bandung: AL VABETA.

26

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 29: Bahan Tesis Dan Seminar

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 30: Bahan Tesis Dan Seminar

KORELASI PENDIDIKAN DEMOKRASI DAN WAWASAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBALISASI

Oleh : Rifto Fachrudin

Mahasiswa S2 Program Studi PKn UPI Bandung

Abstract

Era globalisasi telah membawa dampak perubahan nilai-nilai dalam mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat baik secara positif dan negatif. Perubahan ini bersifat fundamental, mondial dan spektakuler juga menyangkut nilai-nilai dasar dalam kehidupan diantaranya tentang “ Wawasan kebangsaan “kini sudah mulai luntur dan kendur.

Pendidikan harus mampu membentuk manusia yang seutuhnya yang digambarkan sebagaimanusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya proses pendidikan harus mencakup pengembangan wawasan kebangsaan dan demokrasi.

Respon positif tentang perubahan ini peranan PKn sangat penting dan diperlukan keberadaannya, melalui pendidikan PKn, peserta didik akan diperkenalkan dan dipersiapkan memasuki kehidupan dalam masyarakat, termasuk penataan dalam proses pembelajaran didalam kelas maupun pembelajaran diluar kelas dalam mendorong terciptanya ruang dan pembelajarannya menarik, menyenangkan dan democratisasi .

Ketercapaian dan mewujudkan harapan diatas memerlukan suatu pendekatan dan persepsi

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 31: Bahan Tesis Dan Seminar

bersama termasuk adanya komitmen, sekalipun realitas dilapangan masih terdapat berbagai kendala dan tantangan yamg masih merupakan retorika .

Kata Kunci : Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Demokrasi, dan Wawasan kebangsaan

1.

PENGANTAR

Tertarik akan tugas seminar pendidikan PKn pada mata kuliah yang saya tekuni

pada semester 3 (tiga) dibangku kuliah dengan dosen pengampu Prof. DR. H.

Endang Danial AR, M.Pd , penyaji mencoba mengambil thema “KORELASI

PENDIDIKAN DEMOKRASI DAN WAWASAN KEBANGSAAN DI ERA

GLOBALISASI “ izinkanlah saya mengutif dari pidato pengukuhan Guru besar

Prof. Zamroni Ph.D. “ untuk menciptakan system politik yang baik di era modern ini

tidak bisa dilepaskan dari system politik demokrasi., Untuk menciptakan system

politik demokrasi pendidikan harus mampu melahirkan manusia-manusia “

demokratis “. Tanpa dengan manusia-manusia yang demokratis , warga bangsa

yang memegang teguh nilai-nilai demokrasi, masyarakat demokratis hanya akan

menjadi impian belaka”.

Kehidupan demokrasi adalah merupakan kehidupan yang didambakan

oleh semua orang , melalui kehidupan ini warganegara dapat mempraktekkan hak-

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 32: Bahan Tesis Dan Seminar

haknya dan menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat yang

berdaulat. Dambaan dari kehidupan demokrasi tentunya tidak tercipta begitu saja

atau datang dengan sendirinya namun memerlukan suatu proses pembelajaran yang

terencana dan membutuhkan waktu sehingga semua warganegara dialam jagat raya

ini terdorong baik secara individu maupun kelompok untuk bersama-sama berperan

secara aktif mewujudkan harapan dan keinginannya. Sekalipun kenyataanya

bahwa pemenuhan kewajiban ataupun peroleh hak –hak warganegara saat ini

masih belum menjadi perhelatan dan perdebatan yang tidak pernah bosan dan lelah

disemua Negara. kehidupan demokratisasi yang diharapkan inipun

2

tentunya harus mendapat perhatian serius bagi para penguasa , termasuk didalam

para guru sebagai laskar pendidikan serta penguasa didalam kelas.

Menurut Budimansyah, D dan Suryadi K, ( 2007: 43 ) Komponen

essensial kedua Civic Education dalam masyarakat demokratis adalah kecakapan

kewarganegaraan (civic skill). Dalam masyarakat yang otonom, warga negara

adalah pembuat keputusan.

Pandangan terhadap arti penting pendidikan kewarganegaraan

menyatakan bahwa persoalan kehidupan warganegara dalam system nilai demokrasi

telah mengalami “ globalizing “ atau “globalized” John J. Patrick ( 2002:1 )

menyebutkan bahwa hentakan global dari ide demokrasi selama perempat terakhir

abad ke-20 telah membuka dunia luas dengan minat baru terhadap pendidikan

kewarganegaraan. Munculnya perhatian tentang pendidikan demokrasi melalui

pendidikan kewarganegaraan sebagai salahsatu sarana dalam mewujudkan

pembangunan demokrasi yang otentik yang berwawasan kebangsaan yang kuat dan

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 33: Bahan Tesis Dan Seminar

akan memperkuat dimensi kepribadian , social, spansial dan temporal dalam

mempersiapkan dan menjawab tantangan diera globalisasi sehingga mempunyai

pemikiran secara global dan bertindak secara local.

Dari Kutipan diatas nampak dan jelas perlu disadari dan sangat

berdasar bahwa pendidikan kewarganegaraan mempunyai andil yang tidak sedikit

dalam pergerakan proses demokratisasi dalam pembelajaran memerlukan adanya

komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk

memberikan pemahaman yang mendalam tentang

3.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah

diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik.

Berbicara tentang pendidikan tidak akan pernah selesai , karena kita

sedang membicarakan manusia yang memiliki karakter yang terus tumbuh dan

berkembang sejalan dengan kemajuan zaman ,sehingga bukti adanya akuntabilitas

dan respon positif dari komitmen dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan

menyenangkan harus terus kita pelihara agar dapat terpenuhinya kompetensi yang

sesuai dengan harapan dan amanah Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas.

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 34: Bahan Tesis Dan Seminar

Demokrasi dan Pendidikan demokrasi

Konsep demokrasi telah dikenal dan menyebar diseluruh jagat raya ini

berawal dari Negara Athena dalam bentuk demokrasi langsung, kemudian

berkembang menjadi demokrasi modern dengan system perwakilan sejak Revolusi

Perancis akhir abad ke- 18. Perwujudan demokrasi dalam memahami konsep,

prnisip dan nilai demokrasi secara kontekstual tentunya melibatkan individu dan

masyarakat dengan keseluruhan aspek yang ada dilingkungannya. Sebagai suatu

konsep demokrasi diterima sebagai “ seperangkat gagasan dan prinsip tentang

kebebasan , yang juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk

melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku “.( USIS , 1995: 5)

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 35: Bahan Tesis Dan Seminar

Namun menurut Torres (1998 :146-147) lebih condong demokrasi dalam

bentuk dua

aspek, yakni disatu pihak adalah “ formal democracy” dan dilain pihak “ substantive

democracy “ . “Formal democracy “ menunjuk pada demkrasi dalam arti system

pemerintahan, sedangkan “ substantive democracy “ menunjuk pada proses

demokrasi, yang diidentifikasi dalam empat bentuk.

Adapun berkenaan apa yang dimaksud dengan Pendidikan demokrasi

menurut

Winataputra dan Budimasyah , D . ( 2007 : 184) adalah upaya sistematis yang

dilakukan Negara dan masyarakat untuk menfasilitasi individu warganegara agar

memahami, menghayati , mengamalkan , dan mengahayati , mengamalkan dan

mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan

perannya dalam masyarakat.

Mengutip dari buku yang berjudul: Creating Democratic

Claksuassroom “ The Struggle to Integrate Theory and Practice” oleh

Landon E. Beyer yang diterbitkan Teachers

College, Columbia University New York and London tahun 1996 cetakan

kedua definisi Pendidikan demokratis adalah “ Proses dinamis dan vital dalam

sebuah komunitas pembelajaran yang mengenali dan menvalidasi individualitas dan

tanggungjawab dari masing-masing partisipan “. Komunitas tersebut bekerja secara

kooperatif dan reflektif untuk terlibat dalam pengalaman yang ditentukan oleh tujuan

yang ditetapkan pada peristiwa lokal.

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 36: Bahan Tesis Dan Seminar

Pendidikan diintegrasikan dengan perkembangan sosial dan kesadaran sosial: sebuah

rasa dimana individu mendapatkan dampak reflektif dan dinamis terhadap

masyarakat disekitarnya dan bahwa individu membawa tanggungjawab untuk

mempengaruhi perubahan sosial dan politik yang penting.

Keseluruhan tujuan dari pendidikan demokratis adalah melibatkan individu

dalam sebuah proses yang akan membantu mereka mengembangkan skill dan sikap

yang penting untuk membuat orang-orang yang dapat dan akan mengkontribusikan

dalam membuat masyarakat yang vital, setara, dan manusiawi.

Proses perkembangan dinamika demokrasi bahwa pendidikan demokrasi

menuntut peran dan partisipasi warganegara aktif , sejalan dengan dinamika

perkembanga pemikiran manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara dan bermasyarakat global. Hal ini secara khusus, bagaimana

perkembangan demokrasi dalam Negara kebangsaan di Indonesia dapat

dikembalikan pada dinamika kehidupan bernegara Indonesia sejak Proklamasi

kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai saat ini, dengan mengacu pada kontitusi

yang pernah ada dan berlaku , sekalipun proses demokrasi tidak selalu diukur dari

criteria demokrasi barat, tetapi seyogyanya dilihat secara kontekstual, karena

demokrasi sendiri tidak akan berkembang dalam situasi yang secara sosio-kultural

vakum.

PKn dalam membangun Pendidikan Demokrasi dan Gerakan

berwawasan Kebangsaan !

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 37: Bahan Tesis Dan Seminar

Pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sebagai citizenship

education

secara subtantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang

cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan . Sampai saat ini bidang

itu sudah menjadi bagian yang inheren dan instrumental serta praksis pendidikan

nasional Indonesia . Hal ini dipertegas oleh pasal 37 Undang-undang RI No 20

tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional (Sisdiknas), ayat 1 ; bahwa

pendidikan dasar dan menengah ,serta pendidikan tinggi wajib memuat diantaranya

adalah : Pendidikan Kewarganegaraan . Namun Sejak

diimplemtasikannya PKn , menurut Budimansyah, D,(2006 ), bahwa PKn pada

berbagai jenis dan jenjang menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan . Kendala

yang dihadapi dalam pembelajaran PKn adalah kendala secara internal dan

eksternal. Peran dan profesionalisme guru sebagai lini terdepan dalam abad ke-21

ini dituntut untuk terus dalam meningkatkan kemampuannya dalam melakukan

proses pembelajaran agar bisa mewujudkan visi dan misi pendidikan demokrasi yang

diinginkan. Dalam Symposium “ Reposisi, Redefinisi dan Reaktualisasi

pendidikan Pancasila sebagai pendidikan Kebangsaan tanggal 11 Maret 2009 di UPI

Bandung, Darmono mengemukakan : “ Wawasan Kebangsaan Indonesia dan

Pancasila sebagai dasar Negara ternyata telah mengalami erosi, Syukurlah melalui

kegiatan ini masih ada kesadaran intelektual “

6

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 38: Bahan Tesis Dan Seminar

Sejalan dengan konteks diatas bagaimana peran pendidikan

kewarganegaraan

merespon dalam membangun pendidikan demokrasi yang berwawasan kebangsaan

ini agar berimplikasi pada prilaku siswa di sekolah ataupun di kehidupan sehari-

hari ialah dengan :

1. Guru PKn menjadi fasilitator dalam menciptakan

pembelajaran tentang pendidikan demokrasi yang

berwawasan kebangsaan

2. Dalam merencanakan perencanaan pembelajaran PKn

harus bersifat operasional agar kompetensi dasar bisa

tercapai sesuai dengan harapan

3. Guru perlu memberikan keleluasaan dalam pembelajaran

terhadap siswa secara demokratis, agar suasana kelas

hidup.

4. Perlu diciptakan suatu pola atau model pembelajaran

dalam pendidikan PKn kini yang sinergis secara dengan

lingkungan dan dapat mengurangi secara realistis segala

kendala dan keterbatasan nya .

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 39: Bahan Tesis Dan Seminar

7.

Daftar Pustaka.

Budimansyah, dan Syaifullah Syam (Eds). (2006) , Pendidikan Nilai- Moral dalam dimensi pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Lab PKn UPI

Winata putra, US, dan Budimansyah,D (2007) . Civic Education Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas, Bandung : Prodi PKN SPS UPI

Winataputra, US (2001), Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi. Disertasi Program Pascasarjana UPI : tidak diterbitkan

Darmono Bambang (2009), Analisis Kelemahan, Kekuatan dan Lingkungan Strategis Pendidikan Kebangsaan dewasa ini Bandung: Bahan Makalah Simposium di UPI

Budimasyah , D (2008) , Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui belajar Kewarganegaraan (Project Citizen ), Bandung : Acta Civicus (2008), Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Prodi PKN SPS UPI

Wantoro Tri (2008) , Profil Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan Demokrasi, Bandung : Acta Civicus (2008), Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Prodi PKN SPS UPI

Samsuri ( 2007 ) , Pendidikan Kewarganegaraan Global ; Repleksi untuk konteks local Indonesia, Bandung Seminar Nasional Tahun 2007 Pendidikan IPS S.Ps UPI

Delors, Jacques, et.al. 1996, Learning the Treasure Within, Report to UNESCO of The International Commission on Education for The Twenty-first Century . Paris UNESCO

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113

Page 40: Bahan Tesis Dan Seminar

8.

Permasalahan :

1. Bagaimana Peran PKn sebagai program kurikuler dilembaga pendidikan formal dan non formal dalam mengembangkan Pendidikan Demokrasi dan Gerakan Wawasan Kebangsaan di Era Globalisasi.

2. Bagaimana implikasi Pembelajaran PKn membangun Pendidikan Demokrasi dan Gerakan Wawasan Kebangsaan diera globalisasi secara sosio cultural pada konteks pendidikan formal di tingkat SMA Negeri Kota Cimahi !

3. Bagaimana Upaya Guru PKn membangun Pendidikan Demokrasi dan mendorong gerakan wawasan kebangsaan pada siswa di SMA Negeri Kota Cimahi. !

Makalah Seminar PKn 2009 , Riftio Fachrudin 0808113