Bahan Seminar Kadin

22
KESIAPAN SEKTOR USAHA BIDANG PERTANIAN DALAM MENGHADAPI AEC 2015 Oleh : KADIN Indonesia Disampaikan Dalam PENAS Petani dan Nelayan XIV 2014 di Malang 10 Juni 2014 1

Transcript of Bahan Seminar Kadin

KESIAPAN SEKTOR USAHA BIDANG PERTANIANDALAM MENGHADAPI AEC 2015

Oleh :

KADIN IndonesiaDisampaikan Dalam

PENAS Petani dan Nelayan XIV 2014

di Malang10 Juni 2014

1

2

1. SEKILAS MENGENAI AEC 2015

2. KONDISI INDONESIA

3. PELUANG INDONESIA

4. TANTANGAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI AEC 2015

5. FAKTOR PENTING MENGHADAPI AEC 2015.

6. PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DALAM MENGHADAPI AEC 2015.

7. USULAN LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN MENGHADAPI AEC 2015

8. UPAYA KADIN

ISI PRESENTASI

3

Terbentuknya Pasardan basis produksitunggal

Kawasan Berdaya-saing Tinggi

Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata

• Bebas arus barang• Bebas arus jasa• Bebas investasi• Bebas tenaga kerja• Bebas arus

permodalan• Priority Integration

Sectors (PIS)• Pengembangan

sektor food-agriculture-forestry

• Kebijakanpersaingan

• Perlindungankonsumen, HKI

• Pembangunan infrastruktur

• Kerjasama energi• Perpajakan• E-commerce

• Pendekatankoheren terhadaphubungan ekonomieksternal,

• Partisipasi yang semakin meningkatdalam jaringansuplai global

4 PILARASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Integrasi dengan Perekonomian Dunia

• Pengembangan UKM• Mempersempit

kesenjanganpembangunan antarnegara ASEAN

Sumber: ASEAN Sekretariat, KTT ASEAN ke-21, Nopember 2012

I. SEKILAS AEC 2015

EMPAT PILAR MEA 2015

4

Pasar dan Basis Produksi Tunggal1

2

3

4

Wilayah Ekonomi yang Kompetitif

Wilayah dengan Perkembangan Ekonomi yang Adil

Wilayah yang Terintegrasi Penuh ke Ekonomi Global

ELEMEN PASAR DAN BASIS PRODUKSI TUNGGAL

Aliran bebas barang

5

1

2

3

4

5

Aliran bebas jasa

Aliran bebas investasi

Aliran bebas tenaga terampil

Aliran bebas modal

BEBERAPA CONTOH KONSEKUENSI BERLAKUNYA AEC 2015

KONDISI YANG AKAN TERJADI pada AEC

UPAYA PERLINDUNGAN

Membanjirnya barang-barang impor dan kemungkinan beredarnya barang impor bermutu rendah di pasar domestik dengan harga murah yang akan berpengaruh terhadap UMKM dan IMKM di Indonesia.

• Penerapan harmonisasi SNI thd barang sejenisyang diproduksi Indonesia.

• Labelling semua produk di pasar.• Pembinaan thd UMKM dan IMKM untuk

peningkatan daya saing, (CPPOB).• Pemberian insentif kpd UMKM dan IMKM untuk

meningkatkan daya saing.• Sosialisasi untuk mencintai (“wajib”)

menggunakan produk dalam negeri.

Pasokan Day Old Chiken (DOC) yang akan semakin banyak, berkualitas dan lebih kompetitif akan berpengaruh besar terhadap peternak lokal.

• Usulan GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional) memasukkan unggas dalam ‘Sensitive List” (treatment khusus).

• Segera membenahi peternak unggas dengan fasilitasi pemerintah dan pendampingan.

6

7

II. KONDISI INDONESIA

INDONESIA’S AGRICULTURE MACRO INDICATORS1

KONDISI UKM INDONESIA DI ASEAN2

POSISI INDONESIA DI ASEAN3

NERACA EKSPOR - IMPOR PERTANIAN 4

8

INDONESIA’S AGRICULTURE MACRO INDICATORS

Description 2010 2011 2012 2013

GDP (nominal) Total (USD billion)

$709.50 $845.68 $878.20 $ 946.40

GDP per capita/ source IMF $2,986 $3,511 $3,592 $ 3,817

Agricultural contribution to thenational GDP

15.31% 14.72% 15.14% 15.00%

Trade balance (USD billion) 22,115 26,061 -1,669 - 4,077

Investment (Domestic)(USD billion)

7.357 9.615 6.312 12.820

Investment (Foreign)(USD billion)

756 1,246 1,287 28,617

Population 221,567,000 237,424,363 246,864,191 250,542,467 (growth 1.49%/y)

Workforce 116,544,943 117,402,985 118,176,291 105,000,000

Agricultural sector 41,490,000 39,330,000 38,880,000 42,000,000

Percentage of total 35.6% 33.5% 32.9% 40.0%

Source : Ministry of Trade and BKPM, Jan 2014

Berdasarkan survey dari Asian Development Bank (ADB) 2013

• UKM yang beroperasi di ASEAN : 95 % – 99 %.

• Menciptakan Lapangan Kerja : 43 % – 97 %.

• Kontribusi terhadap PDB : 23 % – 58 %.

• Peranan ekspor di masing – masing negara : 10 % – 30 %

Berdasarkan survey dari Economic Research Institute for Asean and East Asia (ERIA)

SKOR INDEK KEBIJAKAN UKM DI ASEAN (implementasi kebijakan fasilitasi UKM)

1. Singapura : 5,4

2. Malaysia : 4,7

3. Indonesia : 4,1

4. Rata-rata ASEAN : 3,7

Namun keterwakilan kepentingan UKM oleh Asosiasi dalam pengambilan kebijakan, Indonesia di bawah rata-rata ASEAN.

9

KONDISI UKM INDONESIA ASEAN

1. Perdagangan intra-regional ASEAN belum dimanfaatkan secara optimal olehIndonesia (23 %), total ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN masihdibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

2. Peringkat Indonesia menurut global competitivenes index berada pada posisike 38 dari 148 negara di dunia dalam hal daya saing produk. SementaraSingapura menempati posisi ke 2, Malaysia di posisi ke 24, Thailand di posisi37, Vietnam ke 70 dan Filipina di posisi 59.

3. Peringkat daya saing produk Indonesia unggul pada produk hasil perkebunan: kelapa sawit, karet dan kakao.

4. Pengembangan potensi SDA, Keanekaragaman Hayati dan SDM belumoptimal.

5. Kesiapan Indonesia (81,3%) dalam menghadapi AEC 2015 yangdimanifestasikan dalam bentuk score-card masih dibawah Thailand (84,6%),Malaysia (84,3%), Laos (84,3%) dan Singapura (84%).

10

POSISI INDONESIA DI ASEAN

Sub Sektor Ekspor Impor Neraca

TanamanPangan

0,150 6,306 - 6,156

Hortikultura 0,502 1,813 - 1,311

Perkebunan 32,476 3,111 29,365

Peternakan 0,556 2,698 - 2,142

Total 33,684 13,928 19,756

(US $ Milyar)

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2012

11

NERACA EKSPOR - IMPOR PERTANIAN

1. Proses integrasi ekonomi dalam rangka AEC 2015 membuka peluang pasaryang lebih luas bagi produk Indonesia.

2. Populasi penduduk ASEAN yang besar, yaitu berjumlah 600 juta jiwa (8 %dari total penduduk dunia), mayoritas berada pada usia produktif.

3. Pertumbuhan Ekonomi ASEAN relatif lebih baik dari pertumbuhan rata-rataekonomi dunia.

4. Stabilitas makro ekonomi cukup baik, dengan tingkat inflasi terkendali.

5. AEC 2015 akan mendorong masuknya investasi ke dalam negeri sehinggamenciptakan multiplier effect.

6. AEC akan memudahkan perusahaan dalam negeri membentuk joint venturedengan perusahaan ASEAN, sehingga akan memudahkan akses bahan bakuyang belum dapat dipasok dari dalam negeri.

12

III. PELUANG INDONESIA

1. Promosi yang belum terkoordinasi antara berbagai sektor;

2. Belum familiar-nya publik terhadap AEC 2015, sehingga sektor swasta danmasyarakat masih belum siap dalam menghadapi AEC 2015;

3. Pengawasan terhadap produk-produk impor yang dibawah standar kualitasmasih sangat lemah;

4. Lambatnya penanganan dan perlindungan terhadap industri dalam negeridari praktek-praktek un-fair trade;

5. Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi, antara lain maraknyademonstrasi, bentrokan antar warga, terorisme dan lainnya;

6. Kondisi infrastruktur yang belum baik menyebabkan tingginya biaya logistik.

7. Suku bunga kredit bank tidak kompetitif.

8. Prosedur administrasi di pelabuhan masih panjang dan rumit.

9. THC (Terminal Handling Charge) di Indonesia relatif lebih mahal.

13

IV. TANTANGAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI AEC 2015

14

1. Biaya logistik di Indonesia tinggi :

Indonesia

Cikarang – Priok (55,4 Km)

biaya US$ 750 (US$ 13.5/Km)

Malaysia

Pasir Gudang – Tanjung Pelepas (56,4 Km)

biaya US$ 450 (US$ 7,9/Km)

Indonesia

10 – 13 %

Malaysia

3 %

Thailand

3 %

2. Suku Bunga Kredit Bank mahal (tinggi) dan aksesnya sulit :

15

1. PENINGKATAN DAYA SAING Peningkatan Produktivitas. Memperlancar Distribusi. Pengembangan Infrastruktur. Dukungan Perbankan dengan suku bunga kredit murah dan mudah. Evisiensi.

2. PENGAMANAN PASAR DOMESTIK

Mengutamakan Produk Lokal (“Cintailah Produk Indonesia”).

Penguatan UMKM, IMKM.

3. PENGUATAN EKSPOR (6K HT) Kualitas Kuantitas Keamanan Kontinyuitas dan Berkelanjutan. Ketepatan delivery. Harga kompetitif. Traceability (rekam jejak, keamanan pangan, SPS)

V. FAKTOR PENTING MENGHADAPI AEC 2015

Prioritas pengembangan agro industri dalam rangka mengisi pasar ASEAN yang memiliki daya saing relatif lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, antara lain:

1. Produk berbasis CPO, Kakao dan Karet.

2. Ikan dan Produk Olahannya.

3. Makanan dan Minuman.

4. Hortikultura.

5. Pupuk & Petrokimia.

6. Mesin Peralatan Pertanian.

16

VI. PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DALAM MENGHADAPI AEC 2015

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN

1. Kelapa Sawit, CPO • Peningkatan produktivitas dengan replanting.• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.

• Pemberian insentif pengembangan industri hilir.

• Jaminan penyediaan gas untuk kontinyuitas produksi.

• Peningkatan informasi ramah lingkungan.• Peningkatan kegiatan Litbang .

Kakao • Peningkatan kualitas (fermentasi).• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.• Mempertahankan penerapan BK.• Peningkatan Litbang Industri Kakao.

• Pemberian insentif tax allowance.• Promosi Investasi.

Karet • Pengembangan kualitas produk.• Mewujudkan Inovasi Pembiayaan.• Promosi investasi industri hilir.• Peningkatan kegiatan Litbang .

PROGRAM KADIN DALAM PENGEMBANGAN AGRO INDUSTRI

17

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN

2. Ikan dan Produk Olahannya

• Membantu pembangunan Cold Storage di Tanjung Priok, Bengkulu, Sawang dan Sorong.

• Peningkatan mutu melalui penerapan Cara Produksi Pangan

Olahan yang Baik (CPPOB) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

• Peningkatan kompetensi SDM.• Pengawasan illegal fishing.

3. Makanan dan Minuman

• Penyusunan SNI • Peningkatan mutu melalui penerapan CPPOB dan HACCP.• Fasilitasi penyediaan gas untuk energi.

• Fasilitasi pengamanan suplai bahan baku.

4. Hortikultura • Pengembangan kawasan hortikultura.• Penerapan GAP.• Perbaikan Supply Chain Management (SCM).

• Penanganan Pasca Panen.• Peningkatan Promosi.

18

NO INDUSTRI YANG DIPRIORITASKAN

PROGRAM DAN KEBIJAKAN

5. Pupuk & Petrokimia • Fasilitasi Revitalisasi Industri Pupuk.

• Fasilitasi Penyediaan Bahan baku Gas.• Promosi investasi.• Pengembangan SDM dan Litbang.

6. Mesin dan Peralatannya

• Pengembangan produksi Alsintan berdaya saing.

• Promosi pengembangan akses pasar dalam negeri dan luar negeri;

• Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerah – daerah potensial pertanian di Sumbar, Kallbar dan Kaltim, dll.

• Optimalisasi pemanfaatan insentif tax holiday.• Peningkatan kegiatan Litbang .

19

Mengintensifkan sosialisasi AEC 2015 kepada stakeholder industri, Koperasi dan Petani.

Mengaktifkan event- event besar sektor agro industri di dalam negeri dan luar negeri.

Percepatan pemberlakuan safeguard dan anti-dumping bagi produk impor tertentu yang

mengakibatkan injury industri dalam negeri.

Percepatan pembangunan Resi Gudang, Cold Storage, Drier dengan fasilitas pemberian

insentif.

Memasukkan Unggas dalam “Sensitive List”.

Penguatan Industri Kecil dan Menengah.

Mengembangkan wirausaha baru IKM.

Terwujudnya Inovasi Pembiayaan Agribisnis.

Menyusun jejaring database yang update dan mudah diakses. 20

VII. USULAN LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN MENGHADAPI AEC 2015

1. Pengembangan perdagangan dan perekonomian di forum internasional :

WEF.

APEC – PPFS.

GROW ASIA PARTNERSHIP.

2. Memberikan masukan dan saran kebijakan, dalam :

MP3EI.

RENCANA AKSI BUKITTINGGI.

PENYUSUNAN RPJM 2015 – 2019 (BAPPENAS – KADIN).

PENYUSUNAN BUKU INOVASI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS .

DIALOG, SEMINAR DAN WORKSHOP.

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI UINVERSITAS : IPB, UNPAD, BAKRIE, UNTIRTA dan ITSB.

3. Menyelenggarakan Feed Indonesia Feed The World, setiap 2 tahun sekali, (FIFTW 3 akan diselenggarakan bulan Februari 2015)

21

VIII. UPAYA KADIN

Terima Kasih

22