bahan SOCA trauma kapitis.doc
-
Upload
chindy-rosari -
Category
Documents
-
view
116 -
download
9
Transcript of bahan SOCA trauma kapitis.doc
KASUS TRAUMA KAPITIS
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD karena jatuh dari motor. Pasien gelisah dan mengeluh sakit kepala hebat serta muntah. Menurut pembawa pasien, dalam perjalanan ke RS pasien kejang 1 menit tetapi setelah sampai UGD pasien sadar kembali. Terdapat luka robek di dahi.
Pada pemeriksaan, pasien bisa membuka mata spontan, tak bisa menjawab pertanyaan. Bicaranya ngacau serta tak bisa melakukan apa yang diminta. Pasien bergerak-gerak terus. Pupil isokor dan refleks cahaya dari kedua mata normal. Dari telinga kanan pasien keluar darah.
Setelah 7 hari pasien sadar penuh,nyeri kepala berkurang.pasien tidak dapat menutup kelopak mata atas kanan dan jumlah kerutan di dahi bagian kanan berkurang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil pemeriksaan laboratorium Darah Hb : 12,3 g/dl Eritrosit : 4.5 juta/UL Trombosit : 215.000/UL LED : 15 mm/jam Hematokrit : 42% Lekosit : 16.500/UL Gula darah sewaktu : 176 mg/dl Ureum : 35 mg/dl Creatinin : 1,1 mg/dl SGOT : 25 IU/L SGPT : 35 IU/L Asam urat : 4,3 mg/dl Brain CT-Scan non kontras : menunjukan beberapa pendarahan kecil di kedua lobus
frontalis yang jumlahnya kurang lebih 15 cc serta suatu pneumochepalus
Analisis kasus:Identitas
Nama : Umur : 20 tahun Jenis kelamin : laki-laki Alamat : - Agama : - Suku bangsa : -
Penyebab positif trauma kepala adalah jatuh dari motor. Pasien menderita sakit kepala yang hebat dan kejang disertai muntah karena peningkatan tekanan intracranial akibat perdarahan intrakarnial. Pasien ini juga mengalami luka robek di dahi. Pasien masih dapat membuka matanya tapi tidak dapat menjawab pertanyaan Bicaranya juga kacau serta tak bisa melakukan apa yang diminta.
Kesadaran pasien menurut GCS :a. membuka mata spontan = 4b. tidak dapat menjawab pertanyaan (bicaranya kacau) = 3c. motorik = 5 pasien masih dapat bergerak-gerak
jadi total nilai GCS pada pasien ini = 12 yaitu termasuk cedera kepala sedang.
Dari telinga kanan pasien keluar darah (ottorhea) , hal ini kemungkinan disebabkan :1. robeknya membrane timpani karena cedera2. fraktur basis cranium3.gangguan absorbs LCS Pasien tidak dapat menutup kelopak mata atas kanan dan jumlah kerutan di dahi bagian kanan berkurang kelainan N.VII perifer
Hasil pemeriksaan laboratorium
Darah Hb : 12,3 g/dl menurun N = 13-18 g/dl
Karena terjadi perdarahan intracranial pada pasien ini. Eritrosit : 4.5 juta/UL N (4,5-5,5) Trombosit : 215.000/UL N (150.000-400.000) LED : 15 mm/jam meningkat N = 0-10 mm/jam
LED meningkat karena terjadi perdarahan Hematokrit : 42% N (41-53) Lekosit : 16.500/UL meningkat N = 5000 – 10000/UL
Kemungkinan pada pasien terjadi infeksi yang disebabkan ottorhea
Gula darah sewaktu : 176 mg/dl N(<150) Ureum : 35 mg/dl N(15-40) Creatinin : 1,1 mg/dl N(0,5-1,5) SGOT : 25 IU/L N(5-40) SGPT : 35 IU/L N(5-41) Asam urat : 4,3 mg/dl N(3,4-7)
Brain CT-Scan non kontras : menunjukan beberapa pendarahan kecil di kedua lobus frontalis yang jumlahnya kurang lebih 15 cc serta suatu pneumochepalus
Patofisiologi
Cedera kepala perdarahan intracranial TIK meningkatcedera otakkerusakan sel otak
stress
sekresi asam lambung meningkat
mual dan muntah proyektilanamnesis tambahan
Autoanamnesis tidak bisa dilakukan pada pasien karena GCS pada pasien 12 dengan verbal:3
Alloanamnesis:posisi terjatuh pada waktu kecelakaan Apakah ada riwayat hipertensi,DM,atau penyakit lainnya
Apakah ada riwayat pemakaian obat dalam jangka waktu lama Pemeriksaan penunjang tambahan
MRI untuk melihat jaringan lunak di otak seperti pembuluh darah Analisa gas darah untuk memeriksa keseimbangan elektrolit Rontgen kepala untuk mendeteksi adanya fraktur kranial
Dignosis• Diagnosis untuk kasus ini adalah:
– Diagnosis klinis : nyeri kepala, muntah, kejang, luka robek di dahi, otorhea – Diagnosis topis : kedua lobus frontalis – Diagnosis patologi : perdarahan, peningkatan tekanan intrakaranial, infeksi– Diagnosis etiologi : trauma
Tatalaksana di UGD-Pertama-tama yang kita lakukan observasi :
Air Breathing Jika ada gangguan nafas kita lakukan ventilasi Circulation Disability Kita lakukan pemeriksaan glasgow coma scale (GCS)
-Evaluasi : Jika tidak ada kelainan neurologis pasien dibolehkan untuk pulang Jika ada kelainan neurologis pasien dirawat inapkan Luka robek dibersihkan dan hentikan perdarahan dan berikan antitetanus Jika terjadi kejang kembali berikan Antikonvulsan (benzodiazepin) Kita lakukan pemeriksaan Ct scan untuk melihat perdarahan intrakranial.
Tinjauan pustaka
Cedera kepala
A.Pengertian umum cedera kepala
Keadaan ini terjadi dapat mengakibatkan suatu dampak pada kepala. Pada dampak bisa terjadi
indentasi, fraktur linier, fraktur selatum (berbentuk bintang), fraktur impresi ataupun tidak
terdapat apa-apa, hanya edema atau perdarahan subkutan saja. Akibat cedera kepala ini, dan
berbagai macam kemungkinan pada dampak si penderita bisa pingsan sejenak lalu sadar kembali
dan tidak menunjukkan kelainan apapun, pingsan beberapa jam kemudian menunjukkan gejala
”organic brain syndrome” untuk sementara waktu atau pingsan lama, lalu sadar namun
menunjukkan defisit neurologik bahkan meningeal langsung pada waktu mendapat cedera kepala
atau sedikit lama setelah mengidap kecelakaan.
B.Macam-macam Cedera kepala
1.Cedera kepala yang menimbulkan pingsan sejenak (Komosio cerebri)
Cedera kepala dengan gejala berupa hilangnya kesadaran sepintas (< 10 menit), tanpa
ditemukan defisit neurologis yang nyata. Hilangnya kesadaran tersebut, disebabkan akibat
putusnya hubungan fungsional antara batang otak dengan hemisfer serebri.
Gejala dan tanda : hilangnya kesadaran sepintas, sakit kepala, pusing berputar, mual, muntah,
amnesia retrograd
2.Cedera kepala yang menimbulkan kelainan neurologik (Kontusio serebri, Epidural
hematom, Subdural hematom, Subarachnoid hemorrhage).
A.Kontusio serebri
Cedera kepala dengan gejala berupa hilangnya kesadaran yang dapat berlangsung sampai
beberapa hari/beberapa minggu, dan ditemukan defisit neurologis. Membran pria-arakhnoid
masih utuh, sedangkan pada laserasi serebri membran tersebut telah rusak. Sering terjadi
dengan/tanpa terdapat fraktur cranium, keadaan berat biasanya terjadi pada cedera lobus
temporalis dan frontalis
Gejala dan tanda : hilangnya kesadaran yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu, sakit
kepala, muntah, vertigo, kejang, amnesia retro/anterograd, rhinorhea, otorhea, hematom
kacamata/ Braille hematom/ Racoon eyes, battle sign (jika terdapat fraktur basis cranium),
hemiplegia, afasia,/tanda defisit neurologis lain. Tanda peningkatan tekanan intrakranial ada
papil udema, peningkatan tekanan darah, bradikardia relatif. Jika koma berlangsung >6 jam,
terjadi difuse axonal injury (DAI).
B.Epidural hematom
Bersifat akut, nyeri kepala, somnolen, confussion, penurunan kesadaran progresif, pupil
pada sisi perdarahan mula-mula menyempit lama-lama melebar dan tidak bereaksi terhadap
cahaya, paling sering terjadi di bagian temporoparietal, hemisparese, refleks babinsky (+), bisa
ada kejang ringan, lucid interval, focal defisit, hematom terjadi beberapa jam setelah trauma dan
bisa menyebabkan koma, jika tidak dilakukan tindakan operasi bisa mengakibatkan depresi nafas
dan kematian.
Patogensisnya akibat dari pecahnya a. Meningeal (biasanya a. Meningeal media).
Peningkatan tekanan intrakranial yang cepat dan progressive (dalam beberapa menit/jam setelah
trauma).
C.Subdural hematom
Patogenesisnya akibat dari pecahnya bridging vein (darah terkumpul di ruang
subarachnoid).
Akut
Symptom muncul dalam hitungan menit atau jam (cepat), ada lucid interval tapi biasanya
pasien pingsan terus, sakit kepala sebelah. Pembesaran pupil di sisi yang sama dengan lesi,
hemiparesis dan stupor/coma.
Subakut
Symptom muncul lebih dari 24 jam dan kurang dari 7 hari, mengalami status neurologis
(penurunan kesadaran) yang bertahap, pasien sulit dibangunkan, tidak merespon rangsangan
verbal atau nyeri, tekanan intrakranial tinggi.
Kronik
Menyerang orang tua dan alkoholism, perubahan progressive tingkat kesadaran,
hemianopsia, hemiparesis, kelainan pupil (kurang dari 50%), nyeri kepala dan gangguan memori,
dysphagia, peningkatan tekanan intrakranial, perubahan personality, 20-30% pasien lupa sudah
mengalami trauma.
D.Subarakhnoid hemorrhage
Pasien tidak lumpuh, sering pada wanita, dipicu aktivitas fisik. Sakit kepala dan kaku
kuduk, muntah, terdapat lesi N. III dan N. VI, akibat pecahnya aneurysma berry, sebagian besar
terletak di sirculus willisi, focal defisit (hemianopsia, dyshagia, hemiparesis), tidak sadar dalam 1
jam, terdapat darah segar dalam LCS)
C. Etiologi
Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
Cedera akibat kekerasan.
D.Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi
patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang
sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau
karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala
membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua
kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan
ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma
regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak,
laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat
terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan
permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai
kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera
fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom
intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi,
pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar
secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak
hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera
ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar
pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
E.Manifestasi Klinis
Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
Kebingungan
Iritabel
Pucat
Mual dan muntah
Pusing kepala
Terdapat hematoma
Kecemasan
Sukar untuk dibangunkan
Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
F.Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
Rotgen Foto
CT Scan
MRI
G.Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
Observasi 24 jam
Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
diistirahatkan atau tirah baring.
Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
Pemberian obat-obat analgetik.
Pembedahan bila ada indikasi.
H.Komplikasi
Hemorrhagie
Infeksi
Edema
Herniasi