Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

13
1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pdt. Agustria Empi, Drs. M.Min. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Peserta didik diharapkan mampu menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus dengan bimbingan Roh Kudus sehingga bertumbuh dan berkembang mejadi pribadi yang utuh dalam segala aspek, serta membuktikan dirinya sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab kepada Allah, sesama, dan lingkungannya. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: 1) Peserta didik dapat memahami dan menghayati Firman Tuhan sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pertumbuhan dan perkembangannya menjadi pribadi yang dewasa dalam iman. 2) Mewujudkan nilai-nilai kristiani dengan memperjuangkan kasih, keadilan, dan kebenaran dalam kontek kehidupan keluarga dan masyarakat. 3) Mewujudkan dan menerapkan panggilan pelayanan dalam bidang kesehatan berdasarkan keteladan Yesus Kristus. PENDAHULUAN Dari manakah kita mulai percakapan kita tentang Mata Kuliah Agama Kristen? Pada umumnya bilamana seseorang berbicara tentang agama, mau tidak mau orang berbicara tentang “Sesuatu yang Ilahi”. Semua agama memercayai adanya “Sang Ilahi” atau apa pun sebutannya, dan kepercayaan tentang “Sang Ilahi” inilah yang membedakan agama dengan fenomena lainnya. Oleh karena itu, mempelajari dan memikirkan kembali kepercayaan yang mendasar tentang siapakah Allah yang kita percayai sebagai orang Kristen merupakan suatu hal yang penting. Pemahaman dan penghayatan kita akan substansi kajian ini akan memengaruhi bagaimana orang Kristen hidup di tengah-tengah dunia ini. Setiap agama mempunyai kepercayaan tentang “Sesuatu yang Ilahi”, sehingga mempunyai konsep masing-masing tentang “Sesuatu yang Ilahi tersebut. Demikian pula halnya dengan Kekristenan tentu mempunyai konsep tersendiri tentang Allah yang dipercayainya. Konsep tersebut didasarkan pada kesaksian Alkitab yang dipercayai sebagai dasar untuk kepercayaan dan perilaku kristiani. Alkitab sebagai dasar kepercayaan dan keimanan umat kristiani tentu mempunyai ungkapan-ungkapan yang sangat kaya tentang siapakah Allah.

Transcript of Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

Page 1: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

1

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN

MARANATHA

Pdt. Agustria Empi, Drs. M.Min.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Peserta didik diharapkan mampu menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus dengan

bimbingan Roh Kudus sehingga bertumbuh dan berkembang mejadi pribadi yang utuh dalam

segala aspek, serta membuktikan dirinya sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab

kepada Allah, sesama, dan lingkungannya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1) Peserta didik dapat memahami dan menghayati Firman Tuhan sebagai sumber nilai dan

pedoman dalam pertumbuhan dan perkembangannya menjadi pribadi yang dewasa

dalam iman.

2) Mewujudkan nilai-nilai kristiani dengan memperjuangkan kasih, keadilan, dan

kebenaran dalam kontek kehidupan keluarga dan masyarakat.

3) Mewujudkan dan menerapkan panggilan pelayanan dalam bidang kesehatan

berdasarkan keteladan Yesus Kristus.

PENDAHULUAN

Dari manakah kita mulai percakapan kita tentang Mata Kuliah Agama Kristen? Pada

umumnya bilamana seseorang berbicara tentang agama, mau tidak mau orang berbicara tentang

“Sesuatu yang Ilahi”. Semua agama memercayai adanya “Sang Ilahi” atau apa pun sebutannya,

dan kepercayaan tentang “Sang Ilahi” inilah yang membedakan agama dengan fenomena

lainnya. Oleh karena itu, mempelajari dan memikirkan kembali kepercayaan yang mendasar

tentang siapakah Allah yang kita percayai sebagai orang Kristen merupakan suatu hal yang

penting. Pemahaman dan penghayatan kita akan substansi kajian ini akan memengaruhi

bagaimana orang Kristen hidup di tengah-tengah dunia ini.

Setiap agama mempunyai kepercayaan tentang “Sesuatu yang Ilahi”, sehingga

mempunyai konsep masing-masing tentang “Sesuatu yang Ilahi tersebut”. Demikian pula halnya

dengan Kekristenan tentu mempunyai konsep tersendiri tentang Allah yang dipercayainya.

Konsep tersebut didasarkan pada kesaksian Alkitab yang dipercayai sebagai dasar untuk

kepercayaan dan perilaku kristiani. Alkitab sebagai dasar kepercayaan dan keimanan umat

kristiani tentu mempunyai ungkapan-ungkapan yang sangat kaya tentang siapakah Allah.

Page 2: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

2

Kekristenan percaya akan “Satu Allah” akan tetapi Allah yang dipercayai itu menyatakan diri

dengan berbagai cara yakni sebagai Bapa, Pencipta segala sesuatu, sebagai Penyelamat dalam

Yesus Kristus, dan sebagai Pembaharu dalam Roh Kudus. Kekayaan penyataan diri Allah

seperti inilah yang biasanya oleh gereja disegala zaman dikenal dengan ungkapan Trinitas

(Tritunggal).

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kesadaran religius, yakni kesadaran bahwa

ada suatu kodrat ilahi di atas realitas dunia ini dan dalam berbagai agama diberi nama yang

bermacam-macam. Memang agama mengalami pasang surut bahkan kadang agama tertentu

mengalami kemerosotan, tetapi secara umum agama tetap hadir dalam kehidupan manusia.

Bahkan ada ahli yang meramalkan akan terjadi suatu era “kebangkitan agama-agama”.

Pertanyaan yang perlu kita renungkan dan diskusikan adalah mengapa gejala agama selalu

hadir sebagai suatu fenomena dalam kehidupan masyarakat? Jawaban terhadap pertanyaan

itu tentu saja tidak mudah, lagi pula bermacam-macam. Ada yang berpendapat bahwa

kenyataan tersebut disebabkan oleh kesadaran manusia akan keterbatasannya sehingga ia

berpaling kepada “sesuatu yang dianggap tidak terbatas”. Agama dianggap tidak lebih dari

suatu pelarian. Bahkan, agama dianggap sebagai ciptaan manusia. Itulah sebabnya, ketika ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan dapat berfungsi untuk mengatasi berbagai

keterbatasan manusia, fenomena agama semakin mengalami kemerosotan, setidaknya di

negara-negara Barat. Meskipun ada kemerosotan secara fungsional, gejala agama tidak pernah

hilang sama sekali. Bahkan, ada tanda-tanda kebangkitan kembali dari fenomena agama. Oleh

sebab memang pertanyaan-pertanyaan manusia yang terdalam tidak bisa seluruhnya

dijawab oleh ilmu dan teknologi.

Pendapat lain beranggapan bahwa agama tidak pernah akan bisa lenyap karena agama

berfungsi untuk menjawab pertanyaan mendasar manusia yang tidak bisa dijawab oleh ilmu

dan teknologi. Pertanyaan mendasar tersebut antara lain arti dan tujuan kehidupan (untuk apa

kita hidup), serta bagaimana sesudah kematian ini. Pertanyaan mendasar seperti itu tidak dapat

dijawab oleh iptek dan pendekatan lainnya, kecuali melalui iman yang ditawarkan oleh

keyakinan agamawi.

ALLAH PENCIPTA

Alkitab memulai kesaksiannya tentang Allah sebagai Pencipta langit dan bumi beserta

seluruh isinya termasuk manusia (band. Kej. 1 dan 2). Hal ini perlu mendapat tekanan oleh

karena kita berhadapan dengan bermacam-macam pandangan tentang asal usul dunia ini,

termasuk teori evolusi Darwin. Kita memahami bahwa sekurang-kurangnya ada dua teori besar

mengenai asal usul segala sesuatu yang ada. Teori pertama, adalah yang dikenal dengan TEORI

Page 3: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

3

EVOLUSI sebagaimana diperkenalkan oleh Charles Darwin dan pengikut-pengikutnya. Teori

ini pada dasarnya menolak adanya “pencipta atau arsitek” di balik keajaiban dunia ini dan

menyatakan bahwa segala sesuatu berkembang secara evolusi dalam kurun waktu jutaan tahun,

sedangkan teori asal usuI kedua adalah yang biasanya dikenal dengan “TEORI PENCIPTAAN”

(Creation theory), yang menerima adanya Pencipta di balik semua ciptaan yang menakjubkan

ini. Agama-agama menerima teori asal usul Penciptaan ini termasuk agama Kristen.

Kekristenan percaya akan adanya Pencipta di balik keberadaan dunia yang begitu

menakjubkan ini (band. Kej. 1 dan 2; Mzm. 33:6). Penciptaan yang dilakukan oleh Allah jelas

berbeda dengan ciptaan atau karya manusia, karena Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi

ada dengan firman-Nya (band. Rm. 4:17b dan Ibr 11:3).

Dengan membahas karya Allah sebagai Pencipta, kita juga dapat tiba pada hakikat dan sifat

Allah. Salah satu simpulan yang dapat dirumuskan adalah bahwa Allah adalah sang Pribadi

yang Mahakuasa. Allah dalam kebijaksanaan-Nya membuat keputusan untuk menciptakan

alam semesta dan isinya termasuk manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang

berpikir dan membuatkeputusan. Tetapi juga Ia membangun relasi/hubungan dengan ciptaan-

Nya, khususnya dengan manusia. Kapasitas seperti yang digambarkan di atas menunjukkan

bahwa Allah adalah suatu pribadi dalam arti berpikir, membuat keputusan, dan membangun

relasi-dengan pihak lain. Lebih jauh, Allah bukan sekadar pribadi, tetapi pribadi yang

Mahakuasa. Kemahakuasaan Allah jelas terlihat dari karya ciptaan-Nya bukan saja dari yang

tiada menjadi ada melainkan juga dalam keteraturan dan kebesaran ciptaan. Kemaha-kuasaan-

Nya menunjukkan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dan karenanya Ia

kekal adanya. Dari sini dapatlah ditambahkan sejumlah atribut/sifat Allah yang sempuma dan

tidak terbatas misalnya: Mahahadir, Mahatahu, Mahamulia, dan lain-lain. Semua atribut ini

hanya ingin menekankan perbedaan yang hakiki antara Pencipta (Allah) dan ciptaan (manusia

dan ciptaan lain).

Sesungguhnya tidak cukup untuk sekadar membahas konsep tentang Tuhan sebagai Pencipta.

Pertanyaan yang lebih penting bagi kita orang percaya adalah “Apakah arti dan konsekuensi

dari kepercayaan tersebut bagi kehidupan kita di dunia ini sebagai orang percaya?” Oleh

karena itu, ada baiknya kita menarik beberapa implikasi dari kepercayaan terhadap Allah

sebagai Pencipta dalam kaitannya dengan kehidupan kita sebagai orang percaya.

Pertama, bahwa sebagai Pencipta, Allah adalah sumber kehidupan dan keberadaan kita.

Karena itu hidup kita sepenuhnya bergantung kepada Allah, dan kita adalah milik Allah sang

Pencipta. Ini berarti juga bahwa Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup kita. Allahlah yang

memiliki otoritas dalam menentukan tujuan hidup manusia. Kita tidak akan menemukan

kedamaian sampai kita menemukan Allah sumber dan tujuan kehidupan kita. Di dalam Dia-

Page 4: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

4

lah manusia dipelihara, dilindungi, dan diberkati untuk sampai kepada tujuan kehidupan

yang sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai milik Allah adalah kewajiban kita untuk memulia-

kan Allah dalam hidup kita (band. I Kor. 6:20). Allah tidak hanya berdaulat atas hidup kita

tetapi atas tujuan hidup kita. Manusia adalah makhluk yang mencari tujuan hidup, dan kita

hanya dapat menemukan tujuan hidup kita dalam Tuhan yang menciptakan kita. Tujuan hidup

kita tidak lain adalah untuk memuliakan Allah (band. Rm. 11:36).

Kedua, pengakuan dan kepercayaan akan kemahakuasaan dan kebesaran Allah

mendorong kita untuk mengagumi kebesaran Penciptaan Tuhan. Hal ini mendorong kita kepada

sikap bersyukur dan beribadah kepada Tuhan. Perasaan kagum, heran, dan syukur mendorong

kita bukan saja untuk memuji Tuhan, tetapi juga untuk selalu berdoa dan memohon

pertolongan-Nya. Semua ini menjadi dasar dari kehidupan ibadah kita sebagai orang beriman.

Ketiga, karena Allah Pencipta adalah juga pribadi, manusia seharusnya ter-panggil

untuk menjawab penyataan diri Allah dengan memasuki hubungan yang bersifat pribadi

dengan-Nya. Jadi pengetahuan saja tidaklah cukup, tetapi dibutuhkan suatu hubungan pribadi.

Hubungan ini haruslah dipelihara dan dikembangkan melalui ibadah dan ketaatan kepada-Nya.

Kita terpanggil bukan saja untuk mengetahui siapa Dia, tetapi juga mengenal Dia dan

mengalami perjumpaan pribadi denganNya. Hal tersebut harus dinyatakan dalam praktek

hidup sehari-hari.

ALLAH PENYELAMAT

Ide tentang keselamatan memiliki tempat dalam setiap agama, baik agama primitif, politheis,

maupun monotheistik ajaran mengenai keselamatan dan Allah sebagai penyelamat selalu hadir.

Walaupun memang berbeda-beda dalam memaknainya, terkadang keselamatan dalam

agama tertentu ada yang hanya menekankan aspek kekinian, sementara yang lain hanya

menekankan aspek “masa depan”, tetapi bisa juga kedua-duanya. Ajaran atau ide tentang

keselamatan mungkin merupakan salah satu faktor yang mendorong orang untuk beragama.

Sebagai contoh, kita dapat menunjuk kepada berbagai upacara keagamaan dalam berbagai

agama. Banyak upacara dalam agama-agama suku, misalnya dilakukan dalam rangka atau

sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan, apapun maknanya. Contoh lain ialah sebelum

seseorang bepergian jauh, upacara selamatan dilakukan agar memperoleh keselamatan di jalan

atau di tempat pekerjaan. Orang-orang mengadakan serangkaian upacara menjelang musim

menanam agar selamat, dalam arti terhindar dari kegagalan apakah karena iklim atau wabah

hama. Dalam kasus-kasus di atas keselamatan semata-mata mempunyai dimensi masa kini dan

di sini.

Banyak juga upacara keagamaan yang dilakukan dalam rangka memperoleh keselamatan di

Page 5: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

5

akhirat yakni sesudah kematian, misalnya untuk masuk surga atau hidup yang kekal, apa pun

arti yang diberikan kepada surga dan kehidupan kekal tersebut. Dengan demikian, ada hubungan

erat antara keselamatan, agama, dan Allah. Hal ini tidaklah berarti bahwa mereka yang tidak

beragama atau tidak percaya kepada Tuhan itu tidak mempunyai konsep keselamatan. Setidak-

tidaknya bagi mereka keselamatan merupakan situasi terlepas atau terhindar dari bermacam-

macam bahaya, ancaman, penyakit, dan sebagainya. Memang patut diakui bahwa semakin maju

dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak persoalan manusia dapat

diatasi. Akan tetapi, ketika manusia menyadari keterbatasannya, maupun keterbatasan ilmu

pengetahuan dan teknologi, manusia cenderung kembali kepada kepercayaan akan Tuhan atau

yang dianggap Tuhan.

DaIam ajaran Kristen, ajaran tentang keselamatan dan Allah sebagai penyelamat khususnya

dalam Yesus Kristus mempunyai tempat yang sangat penting bahkan sentral. Sedemikian

sentralnya sehingga dalam Pengakuan Iman Rasuli, fakta Kristus, mulai dari pra-eksistensi-

Nya, kelahiran, pekerjaan, penderitaan, kematian, kenaikan ke Surga dan kedatangan-Nya

kembali, mengambil tempat yang dominan. Sesungguhnya Agama Kristen lahir karena

kepercayaan akan Allah sebagai penyeIamat di dalam Yesus Kristus. Sebutan Kristen justru

dikenakan kepada orang-orang yang menjadi pengikut Kristus.

Kepercayaan kepada Allah sebagai penyelamat bukan berarti bahwa orang Kristen menyembah

lebih dari satu Allah karena Allah Pencipta adalah juga Allah yang menyelamatkan.

Apa implikasinya kalau kita percaya kepada Allah sebagai sang penyelamat dalam Yesus

Kristus? Hal ini perlu kita renungkan oleh karena kepercayaan Kristen mengandung implikasi

praktis.

Kepercayaan Kristen tentang Allah tidak terbatas kepada Allah yang Mahakuasa, agung dan

hebat yang wajib kita sembah, tetapi juga bahwa kepercayaan kepada Allah sebagai Penyelamat

menunjuk kepada hakikat Allah yang adalah Kasih. Kita percaya kepada Allah yang mengasihi

manusia, yang berinisiatif mencari dan mendatangi manusia. Oleh karena kasih-Nya yang

persuatif (memberikan dorongan, tidak memaksa), kepercayaan kita merupakan jawaban

terhadap Allah yang mengasihi kita. Jawaban terhadap kasih Allah tidak bisa lain adalah kasih

kepada Allah melalui kasih kepada sesama dan alam ciptaan-Nya.

Kalau kita mengatakan percaya kepada Allah sebagai sang Penyelamat dalam Yesus Kristus, ini

sekali lagi harus dipahami, bahwa keselamatan adalah karya Allah, anugerah Allah dan bukan

hasil karya manusia yang dicapai karena prestasi-nya. Kita boleh mengatakan bahwa dasar

keselamatan adalah anugerah Allah, sedangkan saluran keselamatan adalah iman yang

menyelamatkan. Bukan semata-mata pengakuan akal kita bahwa Allah ada dan menyelamatkan,

melainkan bahwa kita menerima-Nya sebagai pengganti kita dalam menanggung hukuman dosa

Page 6: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

6

kita. Realisasi (wujud nyata) keselamatan itu adalah suatu hubungan yang diubahkan dan hidup

yang diperbaharui. Artinya kita memasuki suatu kualitas hidup baru, hidup dalam hubungan

dan persekutuan yang benar dengan Allah, yang mendapat ekspresinya dalam kedekatan

hubungan kita dengan sesama, dan tanggung jawab memelihara alam semesta. Kekristenan

menolak pemisahan antara ibadah kepada Allah melalui ritus-ritus keagamaan dengan sikap

terhadap sesama dalam arti berlaku adil. Pandangan seperti ini dapat membuat kita teralienasi

dari sesama yang berbeda keyakinan.

Ekspresi keselamatan itu adalah suatu pengalaman penebusan, penebusan dari hukuman

dosa, penebusan dari hidup tanpa makna ke dalam hidup yang bermakna. Meskipun Yesus

adalah manusia sejati, tetapi la juga adalah Allah sejati. Karena itu, dalam ibadah kita baik doa,

baik puji-pujian, kita dapat mengarahkannya bukan hanya kepada Allah sang Bapa Pencipta,

tetapi juga kepada Yesus sang Anak Penyelamat. Pada dasarnya, sasaran kita adalah kepada

Allah yang satu, tetapi yang menyatakan Diri baik sebagai Bapa Pencipta maupun sebagai Anak

sang Penyelamat.

ALLAH PEMBAHARU

Banyak orang menyangka bahwa Allah baru hadir dan bekerja dalam Roh Kudus pada PB yakni

ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta di Yerusalem. Hal ini tidak benar.

Kehadiran maupun tindakan Allah dalam Roh Kudus telah berlangsung jauh sebelumnya

bahkan sejak awal, karena pada hakikat-nya Allah adalah Roh. Pada waktu Allah menciptakan

langit dan bumi beserta isinya, adalah Allah dalam Roh yang berkarya dalam Penciptaan

tersebut (band. Kej. 1:1-2).

Roh Kudus adalah sesungguhnya Roh Allah dan juga Roh Yesus Kristus dan dengan

demikian Ia adalah Allah itu sendiri. Karena memang Allah adalah Roh adanya (band. Yoh.

4:24). Roh Kudus memiliki semua ciri keilahian sama seperti yang dimiliki oleh Allah, yakni

Mahahadir, Mahatahu, dan Mahakuasa (band. I Kor. 2:10-16; Luk. 1:35; Kis. 1:8). Karena itu,

ketika kita menyembah Allah, sesungguhnya kita telah menyembah Allah yang menyatakan diri

sebagai Bapa Pencipta, Yesus Penyelamat, dan Roh Kudus Pembaharu dan Penolong.

Walaupun Roh Kudus tidak dapat kita batasi pekerjaan-Nya dalam dunia ini, dalam kesempatan

ini kita akan membatasi pembahasan kita tentang pekerjaan-Nya di dalam kehidupan orang

beriman dan persekutuan orang-orang beriman yang kita sebut gereja. Memang pembatasan

peranan Roh Kudus sebagai Pembaharu dan Penolong juga adalah tidak tepat karena Ia terlibat

bersama Bapa dalam karya Penciptaan dan terlibat bersama Yesus Kristus dalam karya

Penyelamatan. Akan tetapi, dua peranan itu sangatlah menonjol dalam PB. Marilah kita melihat

peranan tersebut secara lebih mendalam.

Page 7: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

7

Bagaimanakah karya Allah di dalam Roh Kudus yang memperbaharui? Pertama-tama kita

harus akui bahwa kita menjadi orang percaya karena karya pembaharuan-Nya. Sebagai

orang berdosa, kita telah mati secara rohani. Akan tetapi, oleh pekerjaan Roh Kudus, kita

mengalami kelahiran kembali atau kelahiran baru secara rohani (band. Yoh. 3:5-7). Hal ini

memungkinkan kita menjadi orang beriman kepada Allah di dalam Yesus Kristus sebagai

Tuhan dan Juruselamat manusia. Bandingkan juga peristiwa Pentakosta di mana setelah

khotbah Petrus, ada ribuan orang menjadi percaya dan dibaptiskan (Kis. 2).

Pembaharuan itu tidak hanya menyangkut kepercayaan kita, tetapi juga sifat dan tabiat kita.

Di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru (band. II Kor. 5:17). Sebagai ciptaan baru,

otomatis yang lama sudah berlalu dan yang baru telah terbit, termasuk sifat atau watak kita.

ltulah sebabnya, Paulus menekankan bahwa kalau kita hidup oleh Roh, kita tidak akan menuruti

keinginan daging (band. Gal. 5:16). Sebagai ganti perbuatan daging (Gal. 5:19-21), kita akan

menghasilkan buah-buah Roh yakni “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,

kemurahan, kebaikan. kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri” (Gal. 5:22-23). Sifat

atau ciri-ciri ini adalah buah atau karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Walaupun

demikian, kita harus mengatakan bahwa karya Roh Kudus ini merupakan suatu proses yang

tidak sekali jadi atau simultan, karena kita masih harus juga berperang melawan kemanusiaan

kita yang lama yang dikuasai oleh keinginan daging.

Karya pembaharuan Allah tidak saja bagi orang percaya secara individu, melainkan juga bagi

persekutuan orang-orang percaya yang kita namakan gereja. Oleh kuasa karya Roh Kudus,

terbentuklah suatu persekutuan orang-orang percaya yang tekun dalam bersekutu, bersaksi, dan

melayani dalam kasih persaudaraan. Karya pembaharuan Roh Kudus memungkinkan adanya

suatu persekutuan yang baru, yang setia dan tekun melaksanakan tugas panggilannya untuk

bersaksi dan melayani (band. Kis. 2:41-47). Jadi ketekunan mereka dalam persekutuan

mencakup juga dimensi kehidupan rohaniah, yakni untuk berdoa dan melaksanakan sakramen

perjamuan, juga dalam memperdalam pengetahuan dan pemahaman mereka akan pengajaran

para RasuI. Mereka juga bertekun dalam pelayanan kasih kepada sesamanya yang

membutuhkan.

Selanjutnya, dalam seluruh Kisah Para Rasul kita membaca bagaimana oleh pimpinan Roh

Kudus, bukan saja para Rasul, tetapi juga persekutuan orang percaya bertekun dalam kesaksian

mereka, baik melalui kata-kata maupun perbuatan nyata sehingga jumlah orang percaya terus

bertambah. Dengan menggambarkan peranan Roh Kudus yang membaharui, baik orang percaya

secara individu maupun secara bersama-sama sebagai gereja, kita sesungguhnya telah

ditunjukkan bagaimana Roh Kudus merupakan penolong yang dijanjikan oleh Yesus Kristus.

Roh Kudus menolong kita untuk membuka mata rohani kita sehingga kita dapat percaya kepada

Page 8: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

8

misteri kasih Allah dalam Yesus Kristus yang menyelamatkan, menolong kita untuk mengubah

sifat-sifat kita sesuai dengan kehendak-Nya, tetapi juga menolong gereja untuk setia dan

mampu melaksanakan tugas panggilannya untuk bersekutu, bersaksi, serta melayani.

Akan tetapi, kita juga dapat berbicara mengenai pertolongan-Nya dalam bentuk-bentuk yang

lain. Misalnya: menghibur di kala duka, memberi kekuatan di kala menghadapi

penganiayaan, menyatakan kebenaran Allah, menolong kita untuk berdoa dengan benar dan

sebagainya. Jadi ketika kita berdoa kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya,

sesungguhnya kita mengharapkan pertolongan Allah melalui Roh Kudus.

Pada akhirnya, kita harus menyebut satu hal lagi tentang peranan Roh Kudus yang membaharui.

Setelah kenaikan Yesus ke Surga dan turun-Nya Roh Kudus, sesungguhnya sejarah dunia telah

memasuki suatu era baru yakni era Roh Kudus yang mencapai puncaknya ketika Yesus datang

untuk kedua kalinya. Pada saat itulah karya Allah disempurnakan, di mana Ia akan membaharui

segala sesuatu (band. Why. 21:5). Dalam ayat ini, Tuhan mengatakan “lihatlah, Aku

menjadikan segala sesuatu baru!” kemudian dilanjutkan dengan mengatakan “Aku adalah

Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir.” Allah yang dipercayai oleh umat Kristen,

adalah Allah yang sejak awal menjadi Pencipta segala sesuatu dan memeliharanya, tidak saja

dengan hukum alam tetapi dengan intervensi langsung. Ia-lah juga yang menyelamatkan dalam

Yesus Kristus, membaharui hidup manusia dalam Roh Kudus; baik secara individu maupun

bersama-sama sebagai orang percaya. Pada akhirnya Ia membaharui segala sesuatu dengan

menghadirkan langit dan bumi yang baru. Ia akan menyempurnakan pemerintahan-Nya

sebagai Raja yang menghadirkan kasih, damai sejahtera, keadilan, kebenaran, dan keutuhan.

Apakah implikasinya kalau kita percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Roh

Kudus sebagaimana digambarkan di atas?

Pertama, kepercayaan kepada Allah yang menyatakan diri dalam Roh Kudus. Ini berarti bahwa

manusia percaya kepada kuasa Allah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, dan dapat

bekerja dalam diri manusia untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan

Kedua, kuasa Allah melalui Roh Kudus juga dapat memperbaharui orientasi nilai dan sikap

hidup etis seseorang.

Ketiga, kuasa Allah yang bekerja melalui Roh Kudus dapat membawa pembaharuan di dalam

kehidupan persekutuan orang-orang percaya sehingga mereka dimungkinkan untuk tekun dan

setia mengemban tugas panggilannya di dunia ini untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.

Keempat, kepercayaan akan karya Allah di dalam Roh Kudus yang akan memperbaharui

segala sesuatu kelak, memberi dasar kepada kehidupan yang berpengharapan bagi orang-

orang percaya.

Page 9: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

9

MANUSIA: MAHKLUK CIPTAAN

Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral dalam kekristenan

karena manusia merupakan pusat kehidupan beragama dan ada pada pusat pengambilan

keputusan etis. Pembahasan tentang manusia dari perspektif Kristen dapat menolong kita untuk

memahami berbagai aspek lain dalam kehidupan beragama, bermasyarakat maupun dalam

pengembangan ilmu dan teknologi, termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam

kehidupan manusia.

Pertama-tama harus diakui bahwa pertanyaan “siapakah manusia?” Pada dasarnya jawaban

terhadap pertanyaan siapakah manusia akan membawa dampak atau konsekuensi serius

bagi berbagai aspek penting terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita

terhadap sesama maupun diri sendiri. Misalnya, kalau manusia dianggap tak lebih dari

“makhluk ekonomis” yang menghasilkan barang dan jasa, maka nilai manusia tergantung pada

produktivitasnya. Begitu pula, kalau manusia tidak lebih dari makhluk biologis, perhatian

utamanya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis dan

kebutuhan-kebutuhan lain dianggap tidak ada atau tidak penting. Pada bagian-bagian berikut

ini, kita akan membahas beberapa aspek mendasar dari kesaksian AIkitab tentang hakikat

manusia menurut pandangan Kristen:

a) MANUSIA MAHKLUK CIPTAAN ALLAH

Kejadian Pasal 1 dan 2 menyaksikan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Hal ini

perlu ditegaskan untuk menolak anggapan bahwa semua hal termasuk manusia terjadi

melalui proses evolusi. Sebagai makhluk ia tetap makhluk dan tidak pernah menjadi

sama dengan khaliknya. Apa implikasi kemakhlukan manusia? Sebagai makhluk,

pertama-tama, ia bergantung kepada Sang Khalik sumber kehidupannya. Sebagai makhluk

ciptaan Allah, Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia karena manusia yang

menerima kemakhlukannya, akan menerima pula kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan

hidupnya.

b) MANUSIA: IMAGO DEI

Manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah, berarti

bahwa manusia diciptakan untuk menyatakan dan melaksanakan kehendak-Nya sebagai

mandataris Allah atas bumi. (band. Kej.1:26-27; Mzm 8:1-10).

c) MANUSIA: MAHKLUK SOSIAL

Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia tidak hidup

seorang diri saja, karena itu selalu dalam orientasi keterhubungannya dengan orang lain.

(bdk. Kej. 2:18).

Page 10: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

10

d) MANUSIA: MAHKLUK RASIONAL DAN BUDAYA

Kenyataan bahwa Allah memberi perintah kepada manusia untuk memerintah,

menaklukkan alam semesta serta memeliharanya, menunjukkan adanya hubungan yang

tidak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta ini. Inilah yang biasanya disebut

sebagai tugas kemandatarisan manusia (manusia sebagai mandataris Allah) dalam arti

pelaksana dan wakil Allah dalam memerintah dan memelihara alam semesta ini. Jadi,

berbudaya adalah perintah atau mandat yang kita sebut dengan mandat kebudayaan. Akan

tetapi mandat itu hanya bisa dilaksanakan karena Tuhan memerlengkapi manusia dengan

potensi rasional (kemampuan rasional) yang menjadi salah satu ciri khas manusia

dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain. Potensi rasional ini sangat

mengagumkan sehingga manusia bukan saja dapat menciptakan teknologi modern, tetapi

dapat memecahkan rahasia yang selama ini belum terpecahkan termasuk bepergian ke

planet yang lain. Potensi rasional ini dianggap sangat mengerikan karena kita telah

menyaksikan bahwa potensi rasional manusia yang luar biasa dalam menciptakan

persenjataan modern dan canggih dapat menghancurkan planet bumi yang kita diami.

Dalam kekristenan, kita mengenal “Hukum Kasih” sebagai “Hukum Utama”. Dalam

hukum utama Tuhan Yesus menuntut agar kita “mengasihi Allah dengan segenap hati, dan

dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi; serta mengasihi sesama manusia

seperti mengasihi diri sendiri” (band. Mat. 22:37-38). Jadi di sini potensi rasional manusia

dengan segala produk dan hasilnya, perlu dipakai untuk mengasihi Allah dan manusia.

e) MANUSIA: MAHKLUK ETIS

Alkitab menyatakan bahwa manusia diberi “hukum” (nomos) oleh Allah dalam bentuk

larangan memakan buah pohon yang di tengah taman/pohon pengetahuan hal yang baik

dan jahat (band. Kej. 2:9,17). Nomos ini menuntun pada ketetapan Allah, yang intinya

memberi kesadaran pada manusia untuk menaati ketetapan Allah (memperbolehkan

memakan semua buah dari pohon yang ada di Taman Eden, kecuali buah dari pohon yang

ada di tengah taman). Ketetapan hukum Allah ini ditujukan untuk kebaikan dan

kesejahteraan manusia.

Alkitab juga mengedepankan adanya kebebasan manusia. Hanya karena adanya kebebasan

itulah, manusia tidak saja bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi juga diminta

pertangungjawaban atas pilihannya itu. Oleh sebab tanpa kebebasan, manusia tidak dapat

dituntut untuk bertanggung jawab. Kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang jahat

menunjuk kepada hakikat manusia sebagai makhluk etis.

Bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk etis berarti manusia mempunyai kesadaran

etis, suatu kesadaran untuk membedakan mana yang baik dari yang tidak baik, yang benar

Page 11: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

11

dari yang salah, dan yang bertanggungjawab dari yang tidak bertanggung jawab. Akan

tetapi, manusia tidak hanya dilengkapi dengan kesadaran etis, antara lain untuk memilih

dari alternatif: benar dan salah, baik dan jahat, bertanggung jawab dan tidak bertanggung

jawab. Hanya apabila manusia mempunyai kebebasan etis, manusia dapat dituntut

pertanggung jawaban etis. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa manusia adalah

makhluk etis dalam arti:

Pertama, MANUSIA MEMPUNYAI KESADARAN ETIS yakni kesadaran untuk membedakan

mana yang baik dan buruk, benar dan salah, bertanggung jawab dan tidak.

Kedua, MANUSIA MEMPUNYAI KEBEBASAN ETIS yakni memilih·secara bebas dari alternatif

di atas.

Ketiga, MANUSIA MEMPUNYAI PERTANGGUNGJAWABAN ETIS, yakni bertanggung jawab

dengan pilihannya.

f) MANUSIA: MAHKLUK BERDOSA (SINNER)

Berdasarkan uraian terdahulu, manusia adalah makhluk Gambar dan Rupa Allah, makhluk

sosial, makhluk rasional dan berbudaya, dan memiliki kesadaran etis. Semua itu

menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan baik. Lebih dari itu

manusia juga mempunyai kemampuan yang mengagumkan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dapat mempermudah hidup manusia, dan menjadikan

hidupnya lebih manusiawi. Tetapi pada sisi lain, manusia diperhadapkan pada berbagai

permasalahan akibat ulahnya sendiri yang tidak bertanggung jawab. Paradoks ini

membawa kita kepada pertanyaan “mengapa?” Dalam kekristenan dipercayai bahwa

paradoks ini disebabkan karena manusia telah jatuh ke dalam dosa (lihat Kej. 3). Dosa

dipahami bukan sekadar pelanggaran moral, tetapi sikap memberontak kepada Allah, yakni

menolak otoritas Allah yang menentukan tujuan hidup manusia. Oleh karena itu dosa dapat

dikatakan sebagai pelanggaran terhadap kehendak Allah. Dosa memang mengandung

konsekuensi-konsekuensi etis dan moral dalam berbagai dimensi hubungan manusia, yaitu

dengan sesama dan diri sendiri dan hubungan dengan alam semesta. Inilah yang sering kali

kita sebut sebagai persoalan-persoalan etis yang rumit dan berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup planet bumi dan masyarakat kita.

perspektif tentang arti etis dari pemahaman manusia sebagai makhluk ciptaan dan gambar

Allah yang baik, tetapi yang jatuh ke dalam dosa, dan dibenarkan di dalam Yesus Kristus

dan dikuduskan melalui karya Roh Kudus. Perpektif ini akan menolong kita menjembatani

pandangan Kristen tentang Manusia dengan pandangan Kristen tentang Moralitas.

Pertama, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan dan gambar Allah yang baik

berarti, BAHWA KEBAIKAN EKSISTENSI MANUSIA BAHKAN SELURUH ALAM CIPTAAN HARUS

Page 12: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

12

MENJADI ASUMSI DASAR POSITIF DALAM SETIAP PERTIMBANGAN DAN PENILAIAN ETIS

KITA.

Kedua, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang telah jatuh ke dalam

dosa berarti, BAHWA KEDOSAAN MANUSIA DAN RUSAKNYA SELURUH ALAM CIPTAAN HARUS

MENJADI ASUMSI DASAR NEGATIF DALAM SETIAP PERTIMBANGAN DAN PENILAIAN ETIS

KITA.

Ketiga, mengatakan bahwa manusia yang pendosa itu telah dibenarkan dan dikuduskan

berarti, BAHWA PERGUMULAN ETIS KITA SELALU BERGERAK DI ANTARA KEMUNGKINAN

DAN KETERBATASAN.

M0RALITAS DAN ETIKA KRISTEN

Pada hakikatnya, yang disebut sebagai “etika” dan “moral” mempunyai maksud yang sama.

Etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin. Cicero

menerjemahkan “ethikos” dengan “moralis”. Perbedaan kedua kata ini biasanya dalam keluasan

maknanya saja, istilah moral untuk yang sifatnya lebih khusus atau spesifik sedangkan etika

adalah prinsip-prinsip moral, ilmu atau studi mengenai norma-norma yang mengatur tingkah

laku manusia. Moral atau mores berarti perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral.

Etika adalah ilmu atau studi mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Jadi,

etika berbicara tentang apa yang benar, baik, dan tepat. Tetapi, etika bukan ilmu yang statis

tetapi dinamis karena secara subjektif kesadaran manusia tentang norma-norma itu tidak

mandeg, tetapi senantiasa berkembang dan berubah menurut ruang dan waktu.

Etika Kristen adalah salah satu dari etika yang ada. Oleh karenanya etika Kristen dapat

dipahami setelah kita memahami apa sebenarnya etika itu secara umum, khususnya terletak

pada kata Kristen. Etika Kristen adalah ilmu yang meneliti, menilai, dan mengatur tabiat dan

tingkah laku manusia dengan memakai norma kehendak atau perintah Allah sebagaimana

dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Norma yang menjadi acuan etika Kristen adalah Firman

Allah dalam Alkitab yang berlaku untuk seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.

Dengan demikian Etika Kristen bukan hanya “untuk orang Kristen dan oleh orang Kristen”

(eksklusif), tetapi berlaku untuk semua manusia, masyarakat, dan semua aspek kehidupan.

Etika Kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup manusia

yakni petunjuk dan penuntun tentang bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok

harus mengambil keputusan tentang “apa yang seharus-nya” di tengah situasi yang konkrit

berdasarkan kehendak dan Firman Tuhan.

Page 13: Bahan Kuliah Pendidikan Agama Kristen (Blok 1)

13

BEBERAPA ISSU ETIKA MEDIS

Beberapa hal yang penting di sekitar masalah-masalah moral saat ini yang sangat perlu untuk

didiskusikan dan di dalami supaya ditemukan jalan keluar atau paling tidak cara pandang dan

pemahaman yang sama di kalangan para medis kristen adalah masalah-masalah tentang

KEHIDUPAN dan KEMATIAN, dan dari masalah-masalah moral tentang kehidupan dan

kematian tersebut di antaranya:

Aborsi

Eutanasia

Bayi Tabung

Pencangkokan organ