bahan kasus 2

18
I. DEFINISI Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak. (1) II. UNDANG-UNDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFANTICIDE Undang-undang yang menyangkut pembunuhan anak terdapat pada KUHP pasal 341, 342 dan 343. (2) 2.1. Pasal 341 KUHP Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 2.2. Pasal 342 KUHP Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. 2.3. Pasal 343 KUHP Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana. Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting, yaitu: (1,2,3) 1. 1. Pelaku: Pelaku haruslah ibu kandung korban. 1. 2. Motif: Motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan telah melahirkan anak. 1. 3. Waktu:

description

tq

Transcript of bahan kasus 2

I. DEFINISIInfanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.(1)

II. UNDANG-UNDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFANTICIDEUndang-undang yang menyangkut pembunuhan anak terdapat pada KUHP pasal 341, 342 dan 343.(2)2.1. Pasal 341 KUHPSeorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

2.2. Pasal 342 KUHPSeorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2.3. Pasal 343 KUHPKejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana.

Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting, yaitu:(1,2,3)

1. 1.Pelaku:

Pelaku haruslah ibu kandung korban.

1. 2.Motif:

Motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan telah melahirkan anak.

1. 3.Waktu:

Pembunuhan dilakukan segera setelah anak dilahirkan atau tidak beberapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda perawatan.

III. HAL-HAL YANG PERLU DITENTUKANDalam kasus infanticide, hal-hal yang harus ditentukan atau yang perlu dijelaskan dokter dalam pemeriksaannya adalah:(1,2,3)

Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah cukup bulan untuk dilahirkan.

Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan.

Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir.

Apakah bayi sudah pernah dirawat.

Apakah penyebab kematian bayi.

Untuk menjawab kelima hal di atas, diperlukan pemeriksaan yang lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsi) pada tubuh bayi serta bila perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada jaringan paru (patologi anatomi) dan pemeriksaan test apung paru.

3.1. Umur janin dalam kandungan

Untuk mengetahui apakah anak tersebut cukup bulan dalam kandungan (matur)atau belum cukup bulan dalam kandungan (prematur), dapat diketahui dari pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan: dimana yang mempunyai nilai tinggi adalah lingkar kepala dan tinggi atau panjang badan.

Panjang badan diukur dari tumit hinggavertex(puncak kepala). Bayi dianggap cukup bulan jika:

Panjang badan di atas 45 cm.

Berat badan 2500 3500 gram.

Lingkar kepala lebih dari 34 cm.

Infanticide, bila umur janin 7 bulan dalam kandungan oleh karena pada umur ini janin telah dapat hidup di luar kandungan secara alami tanpa bantuan beralatan. Umur janin di bawah 7 bulan termasuk kasus abortus

Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada rumus empiris yang dikemukakan olehDe Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan bayi.

Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka taksiran umur bayi adalah 20 yaitu antara 4 sampai 5 bulan dalam kandungan atau lebih kurang 20 22 minggu kehamilan.

Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang badan (dalam inchi) dibagi 2.

1. Keadaan ujung-ujung jari: apakah kuku-kuku telah melewati ujung jari seperti anak yang dilahirkan cukup bulan atau belum. Garis-garis telapak tangan dan kaki dapat juga digunakan, karena pada bayi prematur garis-garis tersebut masih sedikit.

2. Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculorum maka hal ini dapat diketahui dari terabanya testis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang telah menutupi labia minora terdapat pada anak yang dilahirkan cukup bulan dalam kandungan si-ibu. Hal tersebut di atas dapat diketahui bila bayi segar, tetapi bila bayi telah busuk, labia mayora akan terdorong keluar.

3. Pusat-pusat penulangan: khususnya pada tulang paha (os. femur), mempunyai arti yang cukup penting di dalam membantu perkiraan apakah anak dilahirkan dalam keadaan cukup bulan atau tidak; bagian distal dari os. femur serta bagian proksimal dari os. tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian pula pusat penulangan pada os. cuboideum dan os. cuneiforme, sedangkan os. talus dan os. calcaneus pusat penulangannya akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

Cara melihat pusat penulangan pada femur:

Tungkai bawah difleksikan semaksimal mungkin, lalu dibuat insisi melintang pada lutut. Setelah patella disingkirkan, dibuat irisan transversal pada ujung distal femur setipis mungkin ke aras proksimal femur sampai terlihat pusat penulangan yang berwarna kemerahan.

Demikian pula cara untuk melihat pusat penulangan pada ujung proksimal tibia. Pada tulang talus, kalkaneus dan kuboid, pusat penulangan dapat dilhat dengan membuat insisi antara jari ke-3 dan ke-4 ke arah belakang/tumit. Insisi akan melewati ketiga tulang ini. Lalu tulang tersebut diiris tipis-tipis sampai terlihat pusat penulangannya. Pusat penulangan berbentuk oval, warna merah dengan diameter+0,5 cm.

Hubungan umur bayi dengan pusat penulangan:

Kalkaneus, umur bayi 5 6 bulan.

Talus, umur bayi 7 bulan.

Kuboid, umur bayi 9 bulan.

Distal femur, umur bayi 9 bulan.

Proksimal tibia, umur bayi 9 bulan.

3.2. Apakah bayi lahir hidup atu sudah mati saat dilahirkan.

Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam.

3.2.1. Pemeriksaan luar

Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong . biasanya tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan licin. Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan.

3.2.2. Pemeriksaan dalam

Insisi pada autopsi sedikit berbeda dengan orang dewasa. Insisi pada bayi dimulai dari perut agar terlihat letak sekat rongga dada (diaphragma).

Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Adanya udara di dalam paru-paru.

2. Adanya udara di dalam lambung dan usus,

3. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan

4. Adanya makanan di dalam lambung.

Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara pernafasan dapat diketahui dari ciri-ciri seperti tersebut di bawah ini yaitu:

memenuhi rongga dada sehingga menutupi sebagian kandung jantung,

berwarna merah unggu atau merah muda, dan tidak homogen,

memberikan gambaran mozaik atau seperti marmer karena adanya berbagai tingkatan aerasi atau pengisian udara dan darah,

tepi paru-paru tumpul,

pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila perabaan ini dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru yang dibenamkan dalam air akan tampak gelembung-gelembung udara,

pada pemotongan jaringan paru, bila dipencet terlihat keluar darah bercampur buih,

pemeriksaan mikroskopik (patologi anatomi) yang hanya dilakukan pada keadaan tertentu saja (meragukan), akan memperlihatkan adanya pengelembungan dari alveoli yang cukup jelas (seperti sarang tawon).

Untuk menentukan apakah bayi pernah bernafas dapat dilakukantest hydrostatikatau test apung paru (docimacia pulmonum hydrostatica), akan memberikan hasil yang positif. Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa berat jenis paru-paru yang belum bernafas berkisar antara 1.040 1.056, sedangkan paru-paru yang sudah bernafas 0,940 akibat udara pernafasan telah memasuki alveoli. Oleh karena itu paru-paru yang belum bernafas akan tenggelam sedangkan yang sudah bernafas akan mengapung.

Pada bayi yang telah mengalami pembusukan lanjut, pemeriksaan ini tidak berguna lagi. Bila masih baru mengalami pembusukan, test apung paru ini masih bisa dipakai, karena udara pembusukan akan keluar bila jaringan paru-paru ditekan, sedangkan udara pernafasan dalam alveoli tetap disana, atu hanya sedikit yang keluar.

Cara melakukan test apung paru adalah sebagai berikut:

Keluarkan paru-paru dengan mengangkatnya mulai dari trachea sekalian dengan jantung dan timus. Kesemuanya ditaruh dalam baskom berisi air. Bila terapung artinya paru-paru telah terisi udara pernafasan.

Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan timus, dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung, potong masing-masing paru-paru menjadi 12 20 potongan-potongan kecil. Bagian-bagian ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas, gelembung udara akan terlihat dalam air. Bila masih mengapung, bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis kertas dan dipijak dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu menunjukkan bayi telah bernafas. Sedangkan udara pembusukan akan keluar dengan penekanan seperti ini, jadi ia akan tenggelam.

Ada beberapa keadaan dimana test ini diragukan hasilnya.

1. Paru-paru sudah berkembang, namun dalam pemeriksaan ternyata tenggelam.

Penyakit:pada edema paru atau pemadatan karena bronkopneumonia atau lues (sifilis). Tetapi biasanya jarang melibatkan kedua bagian paru atau seluruh jaringan paru. Sebagian tetap akan merapung. Lagi pula pemeriksaan ini secara patologi anatomi akan menegaskan adanya penyakit tersebut.

Atelektase paru. Biasanya jarang terjadi.

1. Paru-paru yang belum berfungsi (bayi belum bernafas), tetapi pada pemeriksaan mengapung:

Telah terjadi proses pembusukan. Ini mudah dikenal karena proses pembusukan pada daerah lain juga didapati.

Dimasukkan udara secara artifisial. Susah melakukannya, apalagi oleh orang awam.

Adanya udara dalam lambung dan usus merupakan petunjuk bahwa si-anak menelan udara setelah ia dilahirkan hidup, dengan demikian nilai dari pemeriksaan udara di dalam lambung dan usus ini sekedar memperkuat saja. Seperti halnya pada pemeriksaan untuk menentukan adanya udara dalam paru-paru, maka pemeriksaan yang serupa terhadap lambung dan usus baru dapat dilakukan bila keadaan si-anak masih segar dan belum mengalami proses pembusukan serta tidak mengalami manipulasi seperti pemberian pernafasan buatan. Caranya adalah dengan mengikat bagian bawah esofagus di bawah thyroid proksimal dari cardia dan colon, kemudian dilepaskan dari organ lainnya. Bila yang terapung adalah lambung, hal ini tidak berarti apa-apa. Bila usus yang terapung berarti bayi telah pernah menelan udara dan ini berarti bayi telah pernah bernafas.

Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila si-anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk ke dalam liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut pembukaan liang telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air; tentunya baru dilakukan pada mayat yang masih segar.

Adanya makann di dalam lambung dari seorang anak yang baru dilahirkan tentunya baru dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi makan oleh orang lain, dan makanan tidak mungkin akan dapat masuk ke dalam lambung bila tidak disertai dengan aktivitas atau gerakan menelan.

Adanya udara di dalam paru-paru, lambung dan usus serta di dalam liang telinga bagian tengah merupakan petujuk pasti bahwa si-anak yang baru dilahirkan tersebut memang dilahirkan dalam keadaan hidup. Sedangkan adanya makanan di dalam lambung lebih mengarahkan kepada kenyataan bahwa si-anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup; hal mana bila keadaannya memang demikian maka si-ibu yang menghilangkan nyawa anak tersebut dapat dikenakan hukuman yang lebih berat dari ancaman hukuman seperti yang tertera pada pasal 341 dan 342.

Apabila bayi dilahirkan dalam keadaan mati, ada 2 kemungkinan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Still birth, artinya dalam kandungan masih hidup, waktu dilahirkan sudah mati. Ini mungkin disebabkan perjalanan kelahiran yang lama, atau terjadiaccidental strangulasidimana tali pusat melilit leher bayi waktu dilahirkan.

2. Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila kematian dalam kandungan telah lebih dari 2 3 hari akan terjadimaserasipada bayi. Ini terlihat dari tanda-tanda:

Bau mayat seperti susu asam.

Warna kulit kemerah-merahan.

Otot-otot lemas dan lembek.

Sendi-sendi lembek sehingga mudah dilakukan ekstensi dan fleksi.

Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar bullae berwarna kemerah-merahan.

Alat viseral lebih segar daripada kulit.

Paru-paru belum berkembang.

3.3. Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir

Apabila bayi tersebut sudah pernah bernafas atau lahir hidup, untuk mengetahui sudah berapa lama bayi tersebut hidup sebelum dibunuh dengan memperhatikan kulit, kepala dan umbilicus mayat tersebut.

Pada bayi yang baru lahir, warna kulit merah terang. Adanya vernix caseosa pada ketiak, sela paha dan leher. Vernix akan menghilang setelah dua hari lalu kulit menjadi gelap dan menjadi normal kembali.

Setelah 1 minggu, kulit akan mengelupas, terutama di bagian abdomen kulit akan mengelupas setelah 3 hari. Caput succedaneum akan menghilang setelah 24 jam sampai 2 3 hari setelah dilahirkan. Setelah 2 jam kelahiran, terdapat bekuan darah pada ujung pemotongan tali pusat. Dua belas jam kemudian akan mengering. Setelah 36 48 jam terbentuk cincin peradangan pada pangkal tali pusat. Tali pusat mengering setelah 2 3 hari. Enam sampai tujuh hari tali pusat akan lepas membentuk cicatriks. Tali pusat akan sembuh sempurna lebih kurang 15 hari.

Feses bayi juga dapat membantu menentukan sudah berapa lama bayi hidup. Feses bayi yang baru lahir disebut meconium, biasa dikeluarkan dari usus setelah 24 28 jam, tetapi kadang kala bisa lebih lama.

3.4. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan.

Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dari sini dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti apa yang dimaksud oleh undang-undang, atau memang kasus lain yang mengancam hukuman yang berbeda.

Adanya tanda-tanda perawatan menunjukkan telah ada kasih sayang dari si-ibu dan bila dibunuhnya tidak lagi termasuk kasus infanticide, tetapi termasuk kasus pembunuhan biasa.

Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:

Tubuh masih berlumuran darah,

Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan pusar (umbilicus),

Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air,

Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.

Pada seorang anak yang telah mendapat perawatan tentunya akan memberikan gambaran yang jelas, dimana tubuhnya sudah dibersihkan, tali pusat telah dipotong dan diikat, daerah-daerah lipatan kulit telah dibersihkan dari lemak bayi dan tidak jarang si-anak telah diberi pakaian atau pembungkus agar tubuhnya menjadi hangat.

3.5. Apakah penyebab kematian bayi.

Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsi, dari autopsi tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara almiah, akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan.

Penyebab kematian alamiah antara lain:

Prematuritas.

Kelainan kongenital, misalnya: sifilis, jantung.

Perdarahan / trauma lahir.

Kelainan bentuk / anatomi, misalnya: anecephalus.

Kelainan plasenta, misalnya: plasenta previa.

Erythroblastosis foetalis dan lain-lain.

Penyebab kematian akibat kecelakaan dapat terjadi di waktu lahir atau sesudah lahir. Pada waktu proses kelahiran, kematian dapat terjadi karena partus yang lama, prolaps tali pusat, terlilitnya tali pusat. Beberapa saat sebelum dilahirkan, misalnya: trauma pada perut ibu hamil akibat tersepak, jatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-lain.

Kematian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal atau pembunuhan, dilakukan dengan mempergunakan kekerasan atau memberi racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak antara lain:

Pembekapan, menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan, menekan dengan bantal, selimut dan lain-lain.

Penekanan dada, sehingga mengganggu pergerakan pernafasan.

Dengan menjerat leher bayi (strangulasi). Kadang-kadang dengan memakai tali pusat.

Dengan menenggelamkan bayi.

Menusuk fontanella, epicanthus mata, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, jantung, sumsum tulang dengan menggunakan jarum atau peniti.

Memukul kepala bayi atau melintir kepala bayi.

Memberi obat-obatan, seperti:opium,arsendan lain-lain misalnya dengan mengoleskan opium di sekitar putting susu, lalu diisap oleh bayi tersebut.

Begitu bayi lahir, dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak kemudian dibuang.

Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak adalah cara atau metode yang menimbulkan mati lemas (asfiksia) seperti: penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang lain seperti menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul relatif lebih jarang dijumpai.

Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus diperhatikan adalah:

Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.

Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga mulut.

Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si-pencekik, adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si-pencekik.

Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya, dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan namatusukan bidadari.

Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman`s hand), kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernafasan (trakhea), yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.

IV. DIFFERENSIAL DIAGNOSA

1. 1.Abortus

Abortus adalah keguguran atau berakhirnya kehamilan sebelum bayi dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan adalah 28 minggu dan berat badan bayi yang keluar kurang dari 1000 gram.

Tanda-tanda bayi yang aviable atau tidak sanggup hidup di luar kandungan adalah: (1) umur kehamilan kurang dari 28 minggu, (2) panjang badan bayi kurang dari 35 cm, (3) berat badan bayi kurang dari 1000 gram, (4) lingkar kepala kurang dari 32 cm.

1. 2.Partus presipitatus

Partus presipitatus adalah persalinan deras atau kebrojolan. Pada waktu partus presipitatus dapat terjadi: (1) inversio uteri, (2) robekan tali pusat, (3) luka-luka pada kepala bayi, (4) perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan di dalam tengkorak.

Partus presipitatus ini dapat terjadi dimana-mana, di dalam rumah atau di luar lumah, di WC, sedang berjalan, dan sebagainya. Pembuktian partus presipitatus terkadang sukar untuk dilakukan dan memerlukan pemeriksaan setempat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 1995: 143 55.

2. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 69.

3. Pardjaman. Infanticide. Dalam: Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Bandar Lampung. 2001: 153 62.

NEW PAGE

Yang dimaksud pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan yang bersifat umum bagi setiap perbuatan merampas nyawa bayi diluar kandungan. SedangkanInfanticide(yang dikenal di negara-negaraCommon Law) menurut Undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan seorang ibu atas anak kandungnya sendiri pada saat dilahirkan atau tidak lama setelahnya karena takut ketauan melahirkan seorang anak. Batasan waktu saat dilairkan-tidak lama setelahnya adalah saat dimana partus (proses persalinan dimulai) dan sampai adanya tanda-tanda perawatan.

Beberapa undang-undang KUHAP terkait pembunuhan anak sendiri antara lain : Pasal 341 (membunuh dengan motif takut ketauan tanpa ada perencanaan, hukuman maksimal 7 tahun) atau disebut denganKinderdoodslag, Pasal 342 (membunuh dengan motif ketauan dengan perencanaan, hukuman maksimal 9 tahun) atau disebut denganKindermoord, Pasal 343 (jika ada orang yang membantu baik pada pasal 341 dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara, maupun pasal 342 dengan hukuman maksinal 20 tahun penjara), Pasal 181 (melahirkan anak lalu anak tersebut dibuang), dan Pasal 308 (menelantarkan anak sampai mati).

Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang bersifat kusus (KinderdoodslagatauKindermoord) harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Pelaku harus ibu kandung

2. Korban harus anak kandung sendiri

3. Pembunuhan harus dilakukan pada saat kelahiran atau tidak lama setelahnya

4. Motifnya harus karena takut ketahuan telah melahirkan anak

Jika, pembunuhan bayi tidak memenuhi syarat-syarat diatas maka dikategorikan sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang bersifat umum sebagaimana yang diuraikan pada pasal 338 KUHAP (tentang pembunuhan tanpa direncanakan dengan hukuman maksimal 9 tahun penjara) dan pasal 340 KUHAP (tentang pembunuhan yang direncanakan dengan hukuman maksimal 14 tahun penjara).

Pada saat pemeriksaan post mortem bayi dengan diduga pembunuhan, ada beberapa hal yang harus ditentukan oleh seorang dokter, antara lain :

1.Bayi tersebut viabel atau tidak

Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viabel dengan melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tanda-tanda yang tidak dapat diukur. Tanda dapat diukur antara lain jika umur kehamilan >28 minggu, panjang badan kepala-tumit >35 cm, panjang badan kepala-bokong 30-33 cm, berat badang 2500-3000 gr, dan ligkar kepala 33 cm. Sedangkan tanda yang tidak dapat dikur antara lain :

Jenis kelamin sudah dapat dikenali

Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh

Kuku sudah melewati ujung jari ( dapat diketahui dengan menggesek ujung kuku pada kulit pemeriksa)

Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau kalus (menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)

Pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi

2. Bayi lahir hidup atau mati Dengan melihat ada atau tidaknya tanda-tanda bayi lahir hidup dan mati. Tanda-tanda bayi lahir hidup :

Eritrosit berinti hilang dalam 24 jam

Obliterasi arteri dan vena umbilikalis dalam waktu 2-3 hari

Obliterasi duktus venosus terjadi dalam 3-4 minggu

Foramen ovale tertutup dalam waktu 3-4 minggu

Duktus arteriosus tertutup dalam 3-4 minggu

Terjadi perubaan kaput suksedenum, yang tadinya bengkak karena terisi cairan menghilang dalam waktu 1 hari

Proses pemutusan tali pusat dari mulai pengeringan lalu pengelisutan dan terbentuk garis pemisah warna merah (red line separation) hingga pelepasan total pada hari ke 4-6.

Selain beberapa tanda diatas untuk mengetahui bayi lahir hidup atau mati dapat dilakukan dengan menilai sistem pernafasannya. Pada bayi yang sistem pernafasannya perna bernafas, ditemukan :

Dada sudah mengembang

Tulang iga terlihat lebih mendatar

Sela iga melebar

Peru-paru telah memenuhi rongga dada

Tepi paru tumpul

Warna paru berubah dari livid menjadi bercak-bercak pink seperti mozaik (mottled pink) karena terisinya alveolus dengan udara maka membuat darah mengalir pada pembuluh darah

Uji apung paru (Docimasia Hidrostatica Pulmonum) hasilnya positif (paru mengapung). Tes ini dilakukan dengan membagi atau memisakan bagian paru lengkap menjadi potongan-potongan kecil lalu ditaruh dalam bejana berisi air. Jika mengembang maka paru berisi udara pernafasan. Paru yang belum bernafas memiliki berat molekul 1,040-1,056 sedangkan berat molekul paru bayi yang sudah bernafas menjadi lebi ringan 0,940. Berat paru bayi sebelum bernafas sekitar 1/70 berat badannya sedangkan setelah bernafas menjadi 1/35 berat badannya. Akan tetapi, pada bayi lahir mati yang sudah pembusukan, akan memberikan hasil positif palsu. Maka untuk membedakan keduanya dilakukan pengeluaran udara pembusukan yuitu dengan memberikan tekanan yang besar pada potongan paru tersebut sehingga udara hasil pembusukan akan keluar sedangkan udara pernafasan akan tetap berada pada alveolus. Perlakuan ini tidak dapat dilakukan jika pembusukan sudah berjalan lanjut, karena ketika paru ditekan, kemungkinan akan hancur. Kemudian, untuk mencegah timbulnya artefak karena terlalu banyak perlakuan maka tes ini harus dilakukan dengan teknikno touch(tidak menyentuh paru).

Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa hasil uji apung paru ini tetap meragukan, karena masih ada kemungkinan bayi bernafas meskipun masih didalam uterus atau vagina (vaginitus uterusatauvaginitus vaginalis) kemudian meninggal saat dilahirkan secara lengkap sehingga bayi tetap dinyatakan lahir mati. hasil yang meragukan juga bida terjadi pada bayi yang telah diberikan nafas buatan sehingga terjadi pernafasan parsial. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lain, yaitu :

Ditemukan makanan atau bakteri di dalam usus

Uji apung lambung-usus (Uji Breslau) yang pelaksanaannya mirip dengan uji apung paru. Pada keadaan bayi lahir hidup, akan terdapat udara dalam usus bayi karena pada saat dia menangis atau hidup ada beberapa udara yang tertelan sehingga akan memberikan hasil yang positif pada uji Breslau. Pemeriksaan ini juga tidak dapat dilakukan pada saat sudah terjadi pembusukan

Uji telinga tengah (Uji Wredent Wendt) yaitu dengan membuka terlinga tengah bayi di dalam bejana berisi air, hingga terlihat gelembung udara pada bayi yang saat bernafas telinga tengahnya terisi udara

Apabila tanda-tanda dan uji yang telah dilakukan diatas tetap meragukan, maka dapat dialukan pemeriksaan mikroskopis paru dengan pewarnaan HE pada bayi yang belum membusuk dan Gomori atau Ladewig pada bayi yang sudah mengalami pembusukan. Hasil pemeriksaan mikroskopis tersebut antara lain : Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru belum bernafas tetapi memperlihatkan paru pada bayi prematur (