Bahan Gastritis

10
 Gangguan Motilitas (Dispepsia)   Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Primer Gangguan motilitas gastro-intestinal primer adalah gangguan y ang tidak berhubungan dengan penyakit tertentu. Tampilan klinik, patofisiologi, dan pengobatannya bervariasi. Gastro-intestinal idiopati k dan dispepsia fungsional bisa terjadi pada usia lanjut. Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Sekunder Berbagai penyebab yang sering terdapat pada populasi usia lanjut, antara lain gangguan neuromuskuler, gangguan vaskuler-kolagen dan obat-obatan, dapat menyebabkan gangguan motilitas gastro-intestinal. Di samping hal itu, gastroparesis juga bisa diakibatkan tindakan bedah di saluran cerna yang merubah anatomi dan mempengaruhi motilitas Neuropati diabetik merupakan kelainan umum yang mempengaruhi inervasi saluran cerna dan mempengaruhi motilitas. Kelainan degeneratif susunan saraf otonom pada usia lanjut, misalnya sindroma Shy-Drager dan hipotensi ortostatik idiopatik bisa mengakibatkan komplikasi gastroparesis. Berbagai kelainan susunan saraf pusat, antara lain trauma medula spinalis, kelainan SSP paroksismal (misalnya vertigo, migrain) dan lesi intrakranial juga dilaporkan disertai dengan gangguan pengosongan lambung. Hipertiroidisme dapat menyebabkan percepatan pengosongan lambung dan perlambatan pengosongan lambung dan pseudo-obstruksi intestinal Beberapa obat, antara lain : agonis adrenergik, agonis dopaminergik, antagonis kolinergik dan opiat menghambat kontraktilitas dan melambatkan pengosongan lambung. Agonis kolinergik dan serotonin akan meningkatkan motilitas lambung. Dalam hal pemeriksaan, tes pengosongan lambung dengan radiosintigrafi dapat mengukur pengosongan lambung secara kuantitatif, sedangkan manometrik gaster dapat mengukur kontraktilitas lambung dan intestinum tenue dengan mengukur tekanan intraluminernya. Sayangnya interpretasi tes sangat sukar, dan peralatan manometrik jarang tersedia, walaupun di rumah sakit besar. Penatalaksanaan pada gangguan motilitas bisa berupa modifikasi diet atau dengan obat - obatan. Gejala penderita dengan gastroparesis bisa dikurangi dengan pemberian makanan sedikit demi sedikit, atau dengan merubah komposisi (misalnya dengan meningkatkan cairan), sehingga meningkatkan pengosongan lambung. Retensi lambung persisten merupakan indikasi penggunaan obat pro-motilitas (betanekol, metoklopramid, sisaprid) untuk meningkatkan kontraktilitas. Bila keadaan menyebabkan gangguan yang sangat berat, tindakan bedah mungkin diperlukan. B.2. Gastritis Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.

Transcript of Bahan Gastritis

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 1/10

Gangguan Motilitas (Dispepsia) 

Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Primer

Gangguan motilitas gastro-intestinal primer adalah gangguan yang tidak berhubungan

dengan penyakit tertentu. Tampilan klinik, patofisiologi, dan pengobatannya bervariasi.

Gastro-intestinal idiopatik dan dispepsia fungsional bisa terjadi pada usia lanjut.

Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Sekunder

Berbagai penyebab yang sering terdapat pada populasi usia lanjut, antara lain gangguan

neuromuskuler, gangguan vaskuler-kolagen dan obat-obatan, dapat menyebabkan

gangguan motilitas gastro-intestinal. Di samping hal itu, gastroparesis juga bisa diakibatkan

tindakan bedah di saluran cerna yang merubah anatomi dan mempengaruhi motilitas

Neuropati diabetik merupakan kelainan umum yang mempengaruhi inervasi saluran cerna

dan mempengaruhi motilitas. Kelainan degeneratif susunan saraf otonom pada usia lanjut,

misalnya sindroma Shy-Drager dan hipotensi ortostatik idiopatik bisa mengakibatkan

komplikasi gastroparesis.

Berbagai kelainan susunan saraf pusat, antara lain trauma medula spinalis, kelainan SSP

paroksismal (misalnya vertigo, migrain) dan lesi intrakranial juga dilaporkan disertai dengan

gangguan pengosongan lambung.

Hipertiroidisme dapat menyebabkan percepatan pengosongan lambung dan perlambatanpengosongan lambung dan pseudo-obstruksi intestinal

Beberapa obat, antara lain : agonis adrenergik, agonis dopaminergik, antagonis kolinergik

dan opiat menghambat kontraktilitas dan melambatkan pengosongan lambung. Agonis

kolinergik dan serotonin akan meningkatkan motilitas lambung.

Dalam hal pemeriksaan, tes pengosongan lambung dengan radiosintigrafi dapat mengukur

pengosongan lambung secara kuantitatif, sedangkan manometrik gaster dapat mengukur

kontraktilitas lambung dan intestinum tenue dengan mengukur tekanan intraluminernya.

Sayangnya interpretasi tes sangat sukar, dan peralatan manometrik jarang tersedia,

walaupun di rumah sakit besar.

Penatalaksanaan pada gangguan motilitas bisa berupa modifikasi diet atau dengan obat-

obatan. Gejala penderita dengan gastroparesis bisa dikurangi dengan pemberian makanan

sedikit demi sedikit, atau dengan merubah komposisi (misalnya dengan meningkatkan

cairan), sehingga meningkatkan pengosongan lambung. Retensi lambung persisten

merupakan indikasi penggunaan obat pro-motilitas (betanekol, metoklopramid, sisaprid)

untuk meningkatkan kontraktilitas. Bila keadaan menyebabkan gangguan yang sangat berat,

tindakan bedah mungkin diperlukan.

B.2. Gastritis

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 2/10

Secara histopatologik dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, atas dasar :

1. Manifestasi klinik

2. Gambaran histologi yang khas pada gastritis

3. Distribusi anatomik

4. Kemungkinan patogenesis gastritis

Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans merupakan

penyebab tersering terjadinya hipo atau aklorhidia. Gastritis akut sering diakibatkan oleh

konsumsi alkohol, obat-obatan (terutama anti-inflamasi non-steroid) dan toksin

stafilokokus. Jenis superfisial ditandai dengan adanya inflamasi, edema, dan produksi mukus

yang berlebihan. Pada jenis hipertrofikans secara endoskopik terlihat adanya

pembengkakan mukosa, sehingga berbentuk seperti spons, disertai adanya ulserasi dan

erosi di mana-mana

Perubahan histologik yang jelas terdapat pada kondisi patologis antara lain anemiapernisiosa dan defisiensi besi, hepatitis virus, pasca radiasi abdomen, dan pasca operasi

lambung.

Gastritis Akut

Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan

dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat

berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik.

Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Keadaan klinis yang sering

menimbulkan gastritis erosif adalah trauma yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal

napas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma kepala, danseptikemia. Penyebab lain adalah obat-obatan, misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi non-

steroid.

Faktor-faktor yang menyebabkan gastritis erosif adalah iskemia pada mukosa gaster, di

samping faktor pepsin, refluks empedu, dan cairan pankreas.

Aspirin dan obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa

mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai

pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor defensif 

mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak secara topikal.Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif,

sehingga merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi

bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan

asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat

berat, gejala yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang dapat

berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada sebagian

besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri

timbul pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna sering merupakan

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 3/10

satu-satunya gejala.

Gastritis akut erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang

berat atau pengguna aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid. Diagnosis ditegakkan

dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pemeriksaan radiologi dengan kontras tidak

memberikan manfaat yang berarti untuk menegakkan diagnosis akut.

Pengobatan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi,

pengobatan terhadap penyakit yang mendasari, dan menghentikan obat yang dapat

menjadi kausa dan pengobatan suportif 

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida atau antagonis H2, sehingga

dicapai pH lambung ≥4. Untuk pengguna aspirin, pencegahan yang terbaik adalah dengan

misoprostol.

Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efekterapeutiknya masih diragukan. Pada sebagian kecil pasien perlu dilakukan tindakan yang

bersifat invasif untuk menghentikan perdarahan yang mengancam jiwa, misalnya dengan

endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri, atau gastrektomi.

Gambar 4.6 . Gastritis Akut Gambar 4.7. Gastritis Kronik

Gastritis Kronik

Disebut gastritis kronik bila infiltrasi sel radang yang terjadi pada lamina propria, daerahepitelial atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas limfosit dan sel plasma.

Kehadiran granulosit netrofil pada daerah tersebut menandakan peningkatan aktivitas

gastritis kronik.

Klasifikasi histologi yang sering digunakan adalah :

1. Gastritis kronik superfisialis apabila sebukan sel radang kronis terbatas pada lamina

propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa,

sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh.

2. Gastritis kronik atrofik apabila sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai distorsi

dan destruksi sel-sel kelenjar mukosa yang lebih nyata.

3. Metaplasia intestinalis dimana terjadi perubahan-perubahan histopatologik kelenjarmukosa lambung menjadi kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.

Perubahan tersebut dapat terjadi hampir pada seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula

hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.

4. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur

kelenjar-kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat,

sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis, sehingga

dapat menerangkan mengapa pembuluh darah menjadi terlihat pada saat pemeriksaan

endoskopi.

Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronis dapat dibagi :1. Gastritis kronik korpus atau tipe A, dimana perubahan histopatologik terjadi pada korpus

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 4/10

dan kardia lambung. Tipe ini sering dihubungkan dengan proses oto-imun dan dapat

berlanjut menjadi anemia pernisiosa.

2. Gastritis kronik antrum atau tipe B, merupakan tipe yang paling sering dijumpai, dan

akhir-akhir ini sering dihubungkan dengan infeksi kuman Helycobacter pylori (H. pylori).

3. Gastritis multifokal atau tipe AB yang distribusinya menyebar ke seluruh gaster.

Penyebaran ke arah korpus meningkat seiring dengan lanjutnya usia.

Secara etiologi terdapat 2 hal penting, yaitu :

• Imunologik : terutama pada gastritis kronik korpus yang berkorelasi kuat dengan

autoantibodi sel parietal. Ciri-ciri khusus adalah bahwa secara histopatologik berbentuk

gastritis kronik atrofik dengan predominan korpus yang dapat menyebar ke antrum dan

hipergastrinemia. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi anemia pernisiosa.

• Bakteriologik : pada mulanya kuman ini disebut sebagai Campylobacter pylori. Terdapat di

seluruh dunia dan berkorelasi dengan tingkat sosio-ekonomi masyarakat. Prevalensi

meningkat dengan meningkatnya umur. Di negara berkembang yang tingkat ekonominya

lebih rendah, terjadi infeksi pada 80 % penduduk setelah usia 30 tahun. Atrofi mukosaterjadi setelah bertahun-tahun terkena infeksi kuman ini. Atrofi mukosa pada usia lanjut

mungkin terjadi sebagai akibat kombinasi antara proses menua dan infeksi karena kuman

ini.

• Aspek lain : di samping kedua faktor di atas, faktor refluks entero-gaster, cairan

pankreato-bilier, asam empedu dan lisolesitin masuk ke lumen lambung merupakan

penyebab terjadinya gastritis kronik.

Pada lansia, gastritis kronis seringkali asimtomatis atau berupa keluhan yang tidak khas yang

tidak memberikan informasi penting untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis karenanya

ditegakkan atas dasar pemeriksaan endoskopi dan histopatologik. Pemeriksaan penyaringdengan urea breath test dan serologi seringkali diperlukan untuk menentukan adanya

infeksi H. pylori, juga untuk menilai keberhasilan eradikasi. Hasil positif pada penderita

tanpa keluhan bukan merupakan indikasi pengobatan karena tingginya angka infeksi,

terutama pada usia lanjut.

Pengobatan gastritis kronik oto-imun ditujukan pada anemia pernisiosa yang

diakibatkannya. Vitamin B-12 parenteral dapat memperbaiki keadaan anemianya. Eradikasi

H. pylori dianjurkan untuk gastritis kronik yang berhubungan dengan infeksi kuman

tersebut. Eradikasi dapat mengembalikan gambaran histopatologi menjadi normal.

Berbagai kombinasi obat untuk eradikasi kuman H. pylori :- Triple drugs (diberikan 1-2 minggu)

Bismuth triple therapy : Colloidal bismuth subnitrat (CBS) 4 x 120 mg / hari

+

Pilih 2 di antara 3 : Metronidasol 4 x 500 mg/hari, Amoksisilin 4 x

500 mg / hari, dan Tetrasiklin 4 x 500 mg / hari

“Proton Pump Inhibitor (PPI) based” triple therapy :

Omeprasol 2 x 20 mg/hari atau Lansoprasol 2 x 30 mg/hari atau Lansoprasol 2 x 40 mg/hari

+

2 antibiotika dari : Klaritromisin 2 x 250-500 mg / hari, Amoksisilin 2x 1000 mg / hari atau Metronidasol 2 x 400-500 mg/hari

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 5/10

- Quadriple Therapy (bila terapi standar dengan terapi triple gagal)

Kombinasi antara PPI (lihat di atas), CBS (4 x 120 mg / hari) dengan 2 macam antibiotika

dipilih dari Amoksisilin, Klaritomisin, Tetrasiklin atau Metronidazol

B.3. Ulkus Gaster

Walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insidensi ulkus di lambung

masih lebih banyak dibandingkan ulkus duodenum. Pria lebih banyak dibandingkan wanita.

Walaupun gejala pada penderita lanjut usia mirip dengan yang terdapat pada usia muda,

sebagian lainnya memberikan gejala tak spesifik, antar lain penurunan berat badan, mual

dengan rasa tak enak di perut.

Etiologi ulkus gaster :

1. Faktor asam lambung (difusi balik ion H+) : bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa

barier dan terjadi difusi balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan

asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan

mukosa lambung, gastritis akut / kronis, dan ulkus gaster.2. Disfungsi pilorik (refluks empedu dan motilitas antrum) : bila mekanisme penutupan

sfingter pilorus tidak baik, artinya tidak cukup berespon terhadap rangsangan sekretin atau

kolesistokinin, akan terjadi refluks empedu dari duodenum ke antrum lambung, sehingga

terjadi defek pada mukosa barier yang menimbulkan difusi balik ion H+. Ulkus gaster yang

letaknya dekat dengan pilorus biasanya memperlambat gerakan antrum, memperlambat

pengosongan lambung melalui gerakan propulsif antrum.

3. Helycobacter pylori : infeksi kuman ini akan menimbulkan pangastritis kronik atrofi sel

mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal dan hipoasiditas.

Tingkat komplikasi pada usia lanjut cukup tinggi, pada saat ini 50 % perforasi terjadi padamereka yang berusia di atas 70 tahun. Pada beberapa penderita, perforasi yang terjadi tidak

memberikan gejala khas (silent). Diagnosis dibuat dengan melakukan endoskopi atau

radiografi dengan kontras barium.

Tujuan terapi adalah :

1. Menghilangkan keluhan / gejala.

2. Menyembuhkan ulkus

3. Mencegah relaps / kekambuhan

4. Mencegah komplikasi

Terapi terdiri dari :

• Non-medikamentosa :- Istirahat

- Diet lunak, tidak merangsang pengeluaran asam lambung.

- Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (AINS) sebaiknya dihindari. AINS yang kurang iritan adalah

golongan ibuprofen

• Medikamentosa : 

- Antasida untuk menghilangkan keluhan sakit dan obat dispepsia.

- Antagonis reseptor H2 (ARH2)

- Proton pump inhibitor (PPI) Omeprazol

- Obat penangkal kerusakan mukus :

Koloid bismuth

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 6/10

Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk lapisan bersama protein pada dasar

ulkus dan melindunginya terhadap rangsangan pepsin dan asam. Obat ini mempunyai efek

penyembuhan hampir sama dengan ARH2, serta adanya efek bakterisidal terhadap H. pylori,

sehingga kemungkinan relaps berkurang. Dosis : 2 x 120 mg / hari. Efek samping : tinja

berwarna kehitaman, sehingga timbul keraguan dengan perdarahan.

Sukralfat

Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan melalui pelapisan permukaan ulkus dimana

anion sukralfat berikatan dengan kutub positif molekul protein pada dasar ulkus. Dosis : 4 x

1 g sebelum makan. Efek samping konstipasi, mual, perasaan tidak enak di perut. Kombinasi

dengan obat ulkus lain, seperti ARH2, PPI, antasida tidak dianjurkan.

Prostaglandin / PG

Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, sekresi

bikarbonat, dan meningkatkan aliran darah mukosa. Efek penekanan asam lambung kurang

kuat dibandingkan dengan ARH2. Biasanya digunakan sebagai penangkal ulkus pada pasien

yang menggunakan OAINS. Dosis 4 x 400 mg pagi dan malam hari. Efek samping diare, mual,muntah, dan menimbulkan kontraksi otot uterus, sehingga tidak dianjurkan pada wanita

hamil.

• Tindakan operasi 

Indikasi operasi ulkus peptikum :

1. Gagal pengobatan

2. Adanya komplikasi perforasi, perdarahan, dan stenosis pilori

3. Ulkus gaster dengan sangkaan keganasan

Prognosis pada penderita tak berkomplikasi, walaupun ulkus cukup besar, biasanya baik.Penderita dengan komplikasi, biasanya prognosis buruk.

Gambar 4.8 Ulkus Gaster

Ulcus gaster Perforasi gaster

B.4. Ulkus Duodenum

Ulkus lambung dan duodenum terjadi akibat autodigesti asam lambung terhadap mukosa

lambung / duodenum, sehingga membuat suatu dictum no acid no ulcer yang sampai

sekarang masih relevan dalam pembicaraan mengenai etiologi tukak peptik. Pepsinogen

yang dihasilkan oleh chief cell pada kelenjar getah lambung bagian antrum pilorus, dalamsuasana asam diubah menjadi pepsin yang berfungsi memecahkan protein dalam makanan,

dan apabila daya tahan mukosa menurun, pepsin dapat mencerna struktur protein mukosa,

sehingga bekerja dengan asam lambung dapat menyebabkan tukak peptik.

Dua faktor yang menentukan terjadinya ulkus :

1. Faktor agresif yang dapat merusak mukosa :

a. Asam lambung dan pepsin

b. Faktor-faktor lingkungan, seperti :

- H. pylori

- Penggunaan obat OAINS- Merokok

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 7/10

- Stres lingkungan

- Kebiasaan makanan

2. Faktor defensif yang memelihara keutuhan dan daya tahan mukosa:

a. Sekresi mukus oleh sel epitel permukaan

b. Sekresi bikarbonat lokal oleh sel mukosa lambung / duodenum

c. Prostaglandin / fosfolipid

d. Aliran darah mukosa (mikrosirkulasi)

e. Regenerasi dan integritas sel epitel mukosa

f. Faktor-faktor pertumbuhan

Keluhan yang sering diutarakan pasien adalah :

• Nyeri di daerah epigastrium berupa nyeri yang tajam, dan menyayat, atau terasa tertekan,

penuh atau terasa perih seperti pada seseorang yang lapar. Nyeri pada bagian kanan atau

kiri epigastrium, terjadi 30 menit sesudah makan, dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri

terasa berkurang atau sembuh sementara, sesudah makan atau setelah minum antasida.

• Nafsu makan berkurang • Mual dan muntah

• Kembung, bersendawa 

• Berat badan bisa menurun 

• Kadang pasien tidak cocok denagn makanan tertentu, seperti makanan

yang mengandung banyak lemak.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan :

- Radiologis dengan double contrast.

- Endoskopi

- Anamnesis yang baik dan teliti.

- Pemeriksaan H. pyloriPengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada ulkus gaster. Komplikasi yang

dapat terjadi : perdarahan, penetrasi / perforasi tukak, obstruksi akibat deformitas

duodenum oleh karena terjadinya parut pada penyembuhan ulkus, kanker duodenum ,

walaupun jarang

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 8/10

 

Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut

bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "π&

psi;η" (Pepse),berarti pencernaan Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang

terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas didada (heartburn) dan regurgitasi asam

lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,yaitu : 1. Dispepsia

organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi

organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua

belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. 2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia

fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa

disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,

radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau

rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya

gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia

dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena

dispepsia dalam beberapa waktu .Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit

acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju

esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini

menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat

menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab

dispepsia secara rinci adalah: 1. Menelan udara (aerofagi) 2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari

lambung 3. Iritasi lambung (gastritis) 4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis 5. Kanker lambung 6.

Peradangan kandung empedu (kolesistitis) 7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu

dan produknya) 8. Kelainan gerakan usus 9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi 10. Infeksi

Helicobacter pylory 3. Manifestasi Klinis Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang

dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe : - Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like

dyspepsia), dengan gejala: a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan ataupemberian antasid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik - Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas

(dysmotility-like dyspesia), dengan gejala: a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual d. Muntah e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas) f. Rasa tak nyaman

bertambah saat makan - Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) .

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai

dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga

bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan

suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri;

pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 9/10

Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap

pengobatan, atau disertai penurunan

berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan. 4.

Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

- Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan

darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada

tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung

lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia

tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa

petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas

perlu diperiksa CA 19-9

- Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada

orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami

nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan

- Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk

mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa

dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi

merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

a. CLO (rapid urea test) b. Patologi anatomi (PA) c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan d. PCR(polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian Pemeriksaan penunjang meliputi

pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea

breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007).

Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan

kontras ganda.

Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun terutama di bagian

distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga

sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di

duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche,

yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya

reguler,semisirkuler, dengan dasar licin Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa

yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah Pankreatitis

akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar

(colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops

Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon

kerongkongan terhadap asam. Penatalaksanaan Berdasarkan Konsensus Nasional

Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang

dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai

5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 10/10

fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia

mengenal beberapa golongan obat, yaitu:1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung.

Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian

antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat

dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,

namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk

senyawa MgCl2.2. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang

agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi

asama lambung sekitar 28-43%.

Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif. 3. Antagonis reseptor H2 Golongan obat ini banyak

digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk

golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin. 4.

Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam

lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif Prostoglandin sintetik

seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi

asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen,

yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan

sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa

dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).6. Golongan Prokinetik Obatyang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini

cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks

dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) 7. Kadang kala juga dibutuhkan

psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia

fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan

dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi