Bahan Gastritis
-
Upload
mariabethamiarosari -
Category
Documents
-
view
110 -
download
0
Transcript of Bahan Gastritis
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 1/10
Gangguan Motilitas (Dispepsia)
Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Primer
Gangguan motilitas gastro-intestinal primer adalah gangguan yang tidak berhubungan
dengan penyakit tertentu. Tampilan klinik, patofisiologi, dan pengobatannya bervariasi.
Gastro-intestinal idiopatik dan dispepsia fungsional bisa terjadi pada usia lanjut.
Gangguan Motilitas Gastro-intestinal Sekunder
Berbagai penyebab yang sering terdapat pada populasi usia lanjut, antara lain gangguan
neuromuskuler, gangguan vaskuler-kolagen dan obat-obatan, dapat menyebabkan
gangguan motilitas gastro-intestinal. Di samping hal itu, gastroparesis juga bisa diakibatkan
tindakan bedah di saluran cerna yang merubah anatomi dan mempengaruhi motilitas
Neuropati diabetik merupakan kelainan umum yang mempengaruhi inervasi saluran cerna
dan mempengaruhi motilitas. Kelainan degeneratif susunan saraf otonom pada usia lanjut,
misalnya sindroma Shy-Drager dan hipotensi ortostatik idiopatik bisa mengakibatkan
komplikasi gastroparesis.
Berbagai kelainan susunan saraf pusat, antara lain trauma medula spinalis, kelainan SSP
paroksismal (misalnya vertigo, migrain) dan lesi intrakranial juga dilaporkan disertai dengan
gangguan pengosongan lambung.
Hipertiroidisme dapat menyebabkan percepatan pengosongan lambung dan perlambatanpengosongan lambung dan pseudo-obstruksi intestinal
Beberapa obat, antara lain : agonis adrenergik, agonis dopaminergik, antagonis kolinergik
dan opiat menghambat kontraktilitas dan melambatkan pengosongan lambung. Agonis
kolinergik dan serotonin akan meningkatkan motilitas lambung.
Dalam hal pemeriksaan, tes pengosongan lambung dengan radiosintigrafi dapat mengukur
pengosongan lambung secara kuantitatif, sedangkan manometrik gaster dapat mengukur
kontraktilitas lambung dan intestinum tenue dengan mengukur tekanan intraluminernya.
Sayangnya interpretasi tes sangat sukar, dan peralatan manometrik jarang tersedia,
walaupun di rumah sakit besar.
Penatalaksanaan pada gangguan motilitas bisa berupa modifikasi diet atau dengan obat-
obatan. Gejala penderita dengan gastroparesis bisa dikurangi dengan pemberian makanan
sedikit demi sedikit, atau dengan merubah komposisi (misalnya dengan meningkatkan
cairan), sehingga meningkatkan pengosongan lambung. Retensi lambung persisten
merupakan indikasi penggunaan obat pro-motilitas (betanekol, metoklopramid, sisaprid)
untuk meningkatkan kontraktilitas. Bila keadaan menyebabkan gangguan yang sangat berat,
tindakan bedah mungkin diperlukan.
B.2. Gastritis
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 2/10
Secara histopatologik dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, atas dasar :
1. Manifestasi klinik
2. Gambaran histologi yang khas pada gastritis
3. Distribusi anatomik
4. Kemungkinan patogenesis gastritis
Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans merupakan
penyebab tersering terjadinya hipo atau aklorhidia. Gastritis akut sering diakibatkan oleh
konsumsi alkohol, obat-obatan (terutama anti-inflamasi non-steroid) dan toksin
stafilokokus. Jenis superfisial ditandai dengan adanya inflamasi, edema, dan produksi mukus
yang berlebihan. Pada jenis hipertrofikans secara endoskopik terlihat adanya
pembengkakan mukosa, sehingga berbentuk seperti spons, disertai adanya ulserasi dan
erosi di mana-mana
Perubahan histologik yang jelas terdapat pada kondisi patologis antara lain anemiapernisiosa dan defisiensi besi, hepatitis virus, pasca radiasi abdomen, dan pasca operasi
lambung.
Gastritis Akut
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan
dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat
berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik.
Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Keadaan klinis yang sering
menimbulkan gastritis erosif adalah trauma yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal
napas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma kepala, danseptikemia. Penyebab lain adalah obat-obatan, misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi non-
steroid.
Faktor-faktor yang menyebabkan gastritis erosif adalah iskemia pada mukosa gaster, di
samping faktor pepsin, refluks empedu, dan cairan pankreas.
Aspirin dan obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa
mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai
pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor defensif
mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak secara topikal.Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif,
sehingga merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat
berat, gejala yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang dapat
berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada sebagian
besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri
timbul pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna sering merupakan
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 3/10
satu-satunya gejala.
Gastritis akut erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang
berat atau pengguna aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pemeriksaan radiologi dengan kontras tidak
memberikan manfaat yang berarti untuk menegakkan diagnosis akut.
Pengobatan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi,
pengobatan terhadap penyakit yang mendasari, dan menghentikan obat yang dapat
menjadi kausa dan pengobatan suportif
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida atau antagonis H2, sehingga
dicapai pH lambung ≥4. Untuk pengguna aspirin, pencegahan yang terbaik adalah dengan
misoprostol.
Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efekterapeutiknya masih diragukan. Pada sebagian kecil pasien perlu dilakukan tindakan yang
bersifat invasif untuk menghentikan perdarahan yang mengancam jiwa, misalnya dengan
endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri, atau gastrektomi.
Gambar 4.6 . Gastritis Akut Gambar 4.7. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik bila infiltrasi sel radang yang terjadi pada lamina propria, daerahepitelial atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas limfosit dan sel plasma.
Kehadiran granulosit netrofil pada daerah tersebut menandakan peningkatan aktivitas
gastritis kronik.
Klasifikasi histologi yang sering digunakan adalah :
1. Gastritis kronik superfisialis apabila sebukan sel radang kronis terbatas pada lamina
propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa,
sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh.
2. Gastritis kronik atrofik apabila sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai distorsi
dan destruksi sel-sel kelenjar mukosa yang lebih nyata.
3. Metaplasia intestinalis dimana terjadi perubahan-perubahan histopatologik kelenjarmukosa lambung menjadi kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
Perubahan tersebut dapat terjadi hampir pada seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula
hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
4. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur
kelenjar-kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat,
sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis, sehingga
dapat menerangkan mengapa pembuluh darah menjadi terlihat pada saat pemeriksaan
endoskopi.
Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronis dapat dibagi :1. Gastritis kronik korpus atau tipe A, dimana perubahan histopatologik terjadi pada korpus
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 4/10
dan kardia lambung. Tipe ini sering dihubungkan dengan proses oto-imun dan dapat
berlanjut menjadi anemia pernisiosa.
2. Gastritis kronik antrum atau tipe B, merupakan tipe yang paling sering dijumpai, dan
akhir-akhir ini sering dihubungkan dengan infeksi kuman Helycobacter pylori (H. pylori).
3. Gastritis multifokal atau tipe AB yang distribusinya menyebar ke seluruh gaster.
Penyebaran ke arah korpus meningkat seiring dengan lanjutnya usia.
Secara etiologi terdapat 2 hal penting, yaitu :
• Imunologik : terutama pada gastritis kronik korpus yang berkorelasi kuat dengan
autoantibodi sel parietal. Ciri-ciri khusus adalah bahwa secara histopatologik berbentuk
gastritis kronik atrofik dengan predominan korpus yang dapat menyebar ke antrum dan
hipergastrinemia. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi anemia pernisiosa.
• Bakteriologik : pada mulanya kuman ini disebut sebagai Campylobacter pylori. Terdapat di
seluruh dunia dan berkorelasi dengan tingkat sosio-ekonomi masyarakat. Prevalensi
meningkat dengan meningkatnya umur. Di negara berkembang yang tingkat ekonominya
lebih rendah, terjadi infeksi pada 80 % penduduk setelah usia 30 tahun. Atrofi mukosaterjadi setelah bertahun-tahun terkena infeksi kuman ini. Atrofi mukosa pada usia lanjut
mungkin terjadi sebagai akibat kombinasi antara proses menua dan infeksi karena kuman
ini.
• Aspek lain : di samping kedua faktor di atas, faktor refluks entero-gaster, cairan
pankreato-bilier, asam empedu dan lisolesitin masuk ke lumen lambung merupakan
penyebab terjadinya gastritis kronik.
Pada lansia, gastritis kronis seringkali asimtomatis atau berupa keluhan yang tidak khas yang
tidak memberikan informasi penting untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis karenanya
ditegakkan atas dasar pemeriksaan endoskopi dan histopatologik. Pemeriksaan penyaringdengan urea breath test dan serologi seringkali diperlukan untuk menentukan adanya
infeksi H. pylori, juga untuk menilai keberhasilan eradikasi. Hasil positif pada penderita
tanpa keluhan bukan merupakan indikasi pengobatan karena tingginya angka infeksi,
terutama pada usia lanjut.
Pengobatan gastritis kronik oto-imun ditujukan pada anemia pernisiosa yang
diakibatkannya. Vitamin B-12 parenteral dapat memperbaiki keadaan anemianya. Eradikasi
H. pylori dianjurkan untuk gastritis kronik yang berhubungan dengan infeksi kuman
tersebut. Eradikasi dapat mengembalikan gambaran histopatologi menjadi normal.
Berbagai kombinasi obat untuk eradikasi kuman H. pylori :- Triple drugs (diberikan 1-2 minggu)
Bismuth triple therapy : Colloidal bismuth subnitrat (CBS) 4 x 120 mg / hari
+
Pilih 2 di antara 3 : Metronidasol 4 x 500 mg/hari, Amoksisilin 4 x
500 mg / hari, dan Tetrasiklin 4 x 500 mg / hari
“Proton Pump Inhibitor (PPI) based” triple therapy :
Omeprasol 2 x 20 mg/hari atau Lansoprasol 2 x 30 mg/hari atau Lansoprasol 2 x 40 mg/hari
+
2 antibiotika dari : Klaritromisin 2 x 250-500 mg / hari, Amoksisilin 2x 1000 mg / hari atau Metronidasol 2 x 400-500 mg/hari
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 5/10
- Quadriple Therapy (bila terapi standar dengan terapi triple gagal)
Kombinasi antara PPI (lihat di atas), CBS (4 x 120 mg / hari) dengan 2 macam antibiotika
dipilih dari Amoksisilin, Klaritomisin, Tetrasiklin atau Metronidazol
B.3. Ulkus Gaster
Walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insidensi ulkus di lambung
masih lebih banyak dibandingkan ulkus duodenum. Pria lebih banyak dibandingkan wanita.
Walaupun gejala pada penderita lanjut usia mirip dengan yang terdapat pada usia muda,
sebagian lainnya memberikan gejala tak spesifik, antar lain penurunan berat badan, mual
dengan rasa tak enak di perut.
Etiologi ulkus gaster :
1. Faktor asam lambung (difusi balik ion H+) : bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa
barier dan terjadi difusi balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan
asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan
mukosa lambung, gastritis akut / kronis, dan ulkus gaster.2. Disfungsi pilorik (refluks empedu dan motilitas antrum) : bila mekanisme penutupan
sfingter pilorus tidak baik, artinya tidak cukup berespon terhadap rangsangan sekretin atau
kolesistokinin, akan terjadi refluks empedu dari duodenum ke antrum lambung, sehingga
terjadi defek pada mukosa barier yang menimbulkan difusi balik ion H+. Ulkus gaster yang
letaknya dekat dengan pilorus biasanya memperlambat gerakan antrum, memperlambat
pengosongan lambung melalui gerakan propulsif antrum.
3. Helycobacter pylori : infeksi kuman ini akan menimbulkan pangastritis kronik atrofi sel
mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal dan hipoasiditas.
Tingkat komplikasi pada usia lanjut cukup tinggi, pada saat ini 50 % perforasi terjadi padamereka yang berusia di atas 70 tahun. Pada beberapa penderita, perforasi yang terjadi tidak
memberikan gejala khas (silent). Diagnosis dibuat dengan melakukan endoskopi atau
radiografi dengan kontras barium.
Tujuan terapi adalah :
1. Menghilangkan keluhan / gejala.
2. Menyembuhkan ulkus
3. Mencegah relaps / kekambuhan
4. Mencegah komplikasi
Terapi terdiri dari :
• Non-medikamentosa :- Istirahat
- Diet lunak, tidak merangsang pengeluaran asam lambung.
- Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (AINS) sebaiknya dihindari. AINS yang kurang iritan adalah
golongan ibuprofen
• Medikamentosa :
- Antasida untuk menghilangkan keluhan sakit dan obat dispepsia.
- Antagonis reseptor H2 (ARH2)
- Proton pump inhibitor (PPI) Omeprazol
- Obat penangkal kerusakan mukus :
Koloid bismuth
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 6/10
Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk lapisan bersama protein pada dasar
ulkus dan melindunginya terhadap rangsangan pepsin dan asam. Obat ini mempunyai efek
penyembuhan hampir sama dengan ARH2, serta adanya efek bakterisidal terhadap H. pylori,
sehingga kemungkinan relaps berkurang. Dosis : 2 x 120 mg / hari. Efek samping : tinja
berwarna kehitaman, sehingga timbul keraguan dengan perdarahan.
Sukralfat
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan melalui pelapisan permukaan ulkus dimana
anion sukralfat berikatan dengan kutub positif molekul protein pada dasar ulkus. Dosis : 4 x
1 g sebelum makan. Efek samping konstipasi, mual, perasaan tidak enak di perut. Kombinasi
dengan obat ulkus lain, seperti ARH2, PPI, antasida tidak dianjurkan.
Prostaglandin / PG
Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, sekresi
bikarbonat, dan meningkatkan aliran darah mukosa. Efek penekanan asam lambung kurang
kuat dibandingkan dengan ARH2. Biasanya digunakan sebagai penangkal ulkus pada pasien
yang menggunakan OAINS. Dosis 4 x 400 mg pagi dan malam hari. Efek samping diare, mual,muntah, dan menimbulkan kontraksi otot uterus, sehingga tidak dianjurkan pada wanita
hamil.
• Tindakan operasi
Indikasi operasi ulkus peptikum :
1. Gagal pengobatan
2. Adanya komplikasi perforasi, perdarahan, dan stenosis pilori
3. Ulkus gaster dengan sangkaan keganasan
Prognosis pada penderita tak berkomplikasi, walaupun ulkus cukup besar, biasanya baik.Penderita dengan komplikasi, biasanya prognosis buruk.
Gambar 4.8 Ulkus Gaster
Ulcus gaster Perforasi gaster
B.4. Ulkus Duodenum
Ulkus lambung dan duodenum terjadi akibat autodigesti asam lambung terhadap mukosa
lambung / duodenum, sehingga membuat suatu dictum no acid no ulcer yang sampai
sekarang masih relevan dalam pembicaraan mengenai etiologi tukak peptik. Pepsinogen
yang dihasilkan oleh chief cell pada kelenjar getah lambung bagian antrum pilorus, dalamsuasana asam diubah menjadi pepsin yang berfungsi memecahkan protein dalam makanan,
dan apabila daya tahan mukosa menurun, pepsin dapat mencerna struktur protein mukosa,
sehingga bekerja dengan asam lambung dapat menyebabkan tukak peptik.
Dua faktor yang menentukan terjadinya ulkus :
1. Faktor agresif yang dapat merusak mukosa :
a. Asam lambung dan pepsin
b. Faktor-faktor lingkungan, seperti :
- H. pylori
- Penggunaan obat OAINS- Merokok
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 7/10
- Stres lingkungan
- Kebiasaan makanan
2. Faktor defensif yang memelihara keutuhan dan daya tahan mukosa:
a. Sekresi mukus oleh sel epitel permukaan
b. Sekresi bikarbonat lokal oleh sel mukosa lambung / duodenum
c. Prostaglandin / fosfolipid
d. Aliran darah mukosa (mikrosirkulasi)
e. Regenerasi dan integritas sel epitel mukosa
f. Faktor-faktor pertumbuhan
Keluhan yang sering diutarakan pasien adalah :
• Nyeri di daerah epigastrium berupa nyeri yang tajam, dan menyayat, atau terasa tertekan,
penuh atau terasa perih seperti pada seseorang yang lapar. Nyeri pada bagian kanan atau
kiri epigastrium, terjadi 30 menit sesudah makan, dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri
terasa berkurang atau sembuh sementara, sesudah makan atau setelah minum antasida.
• Nafsu makan berkurang • Mual dan muntah
• Kembung, bersendawa
• Berat badan bisa menurun
• Kadang pasien tidak cocok denagn makanan tertentu, seperti makanan
yang mengandung banyak lemak.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan :
- Radiologis dengan double contrast.
- Endoskopi
- Anamnesis yang baik dan teliti.
- Pemeriksaan H. pyloriPengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada ulkus gaster. Komplikasi yang
dapat terjadi : perdarahan, penetrasi / perforasi tukak, obstruksi akibat deformitas
duodenum oleh karena terjadinya parut pada penyembuhan ulkus, kanker duodenum ,
walaupun jarang
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 8/10
Dispepsia
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut
bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "π&
psi;η" (Pepse),berarti pencernaan Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas didada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,yaitu : 1. Dispepsia
organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi
organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua
belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. 2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia
fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya
gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia
dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena
dispepsia dalam beberapa waktu .Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit
acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat
menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab
dispepsia secara rinci adalah: 1. Menelan udara (aerofagi) 2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari
lambung 3. Iritasi lambung (gastritis) 4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis 5. Kanker lambung 6.
Peradangan kandung empedu (kolesistitis) 7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu
dan produknya) 8. Kelainan gerakan usus 9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi 10. Infeksi
Helicobacter pylory 3. Manifestasi Klinis Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe : - Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like
dyspepsia), dengan gejala: a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan ataupemberian antasid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik - Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspesia), dengan gejala: a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual d. Muntah e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas) f. Rasa tak nyaman
bertambah saat makan - Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) .
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai
dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga
bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri;
pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 9/10
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap
pengobatan, atau disertai penurunan
berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan. 4.
Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
- Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan
darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada
tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung
lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia
tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa
petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas
perlu diperiksa CA 19-9
- Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada
orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami
nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan
- Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa
dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
a. CLO (rapid urea test) b. Patologi anatomi (PA) c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan d. PCR(polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian Pemeriksaan penunjang meliputi
pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea
breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007).
Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan
kontras ganda.
Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun terutama di bagian
distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga
sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di
duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche,
yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya
reguler,semisirkuler, dengan dasar licin Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa
yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah Pankreatitis
akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar
(colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops
Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon
kerongkongan terhadap asam. Penatalaksanaan Berdasarkan Konsensus Nasional
Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang
dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai
5/14/2018 Bahan Gastritis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-gastritis 10/10
fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia
mengenal beberapa golongan obat, yaitu:1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung.
Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian
antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat
dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk
senyawa MgCl2.2. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi
asama lambung sekitar 28-43%.
Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif. 3. Antagonis reseptor H2 Golongan obat ini banyak
digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin. 4.
Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif Prostoglandin sintetik
seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi
asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa
dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).6. Golongan Prokinetik Obatyang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini
cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks
dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) 7. Kadang kala juga dibutuhkan
psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia
fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan
dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi