BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN GUNUNG API.doc

download BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN GUNUNG API.doc

of 21

Transcript of BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN GUNUNG API.doc

BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN GUNUNG API

1. OBSIDIANMerupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya silica. Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral pembentuknya tidak sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak beraturan. Obsidian kebanyakan berwarna putih keabu-abuan hingga hitam, kadang-kadang ada garis merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula obsidian yang berwarna kehijauan, ungu ataupun warna perak. Jenis ini dikenal dengan obsidian pelangi. Obsidian dengan silika sebagai komposisi utama mempunyai kekerasan lebih dari 6 menurut Mohs, berat jenis 3-3,5, mempunyai sifatpecahan konkodial. Menurut reaksi Bowen, mineral silika akan melebur pada temperature 7000 8000 C.Tempat DiketemukanKebanyakan obsidian didapatkan sebagai batuan beku luar pada gunung api Indonesia yang berumur relative muda (Pleistosen Kuarter). Tempat diketemukannya obsidian antara lain : Jambi : G. Gantung, S Purgut dan S Penuh (pada batuan lava andesit)

Jawa barat : Nagreg Kab. Bandung (berupa sisipan dan bongkah pada batuan tras); G. ciamis Kab. Garut (terdapat selang-seling dengan perlit diatas andesit); Ciasmara Kab. Bogor: Leuwiliang, G. Kiaraberes, kurang lebih 6 km sebelah barat G. Salak (merupakan lava dan kurang lebih panjang 2 km dan aliran lava yang merupakan susunan balok berwarna abu-abu dengansteroida); Terogog, Priangan (singkapan 100 150 panjang, tebal 1 5 m); Anyer, G. Barengkong sebelah selatan/barat Barengkok, Banten.

Lampung: Pulau Krakatau, Pulau Panjang, Wai Seputih (merupakan singkapan bulat sepanjang 1 km).

Kalimantan: dekat Sampit

Sulawesi Utara: Tataaran, Tomohon Kab. Minahasa

Irian Barat: P. Namotote

Teknik PenambanganDilakukan dengan sistem kuari dengan peralatan sederhana. Karena obsidian merupakan tubuh batuan yang keras, pada tahap awal penambangan untuk memperoleh blok-blok yang cukup besar dimulai proses peledakan.

Pengolahan dan Pemanfaatan Obsidian mempunya warna indah dank eras, disamping itu mudah dibentuk. Pada jaman prasejarah, manusia purba memanfaatkan obsidian untuk senjata/kapak atautitikan penimbul api.

Bangunan Karena sifatnya yang keras dan sangat resisten, obsidian dapat dimanfaatkan sebagai fondasi bangunan. Obsidian tidak porous, hal ini mengakibatkan daya rekat semen menjadi berkurang. Obsidian bila dipecah mempunyai sifat konkodial dengan pinggiran yang tajam. Oleh karenanya dalam pengerjaan harus hati-hati.

Bahan batu mulia Karena sifatnya yang kompak, beberapa jenis berwarna terang dan transparan obsidian dapat dibentuk menjadi batu mulia. Menurut klasifikasi Kinge, obsidian termasuk batu mulia tanggung (Halfedestenen) batu kelas IV.

Bahan perlit rekayasa/artificial ferlit Perlit artificial dapat direkayasa dengan bahan baku dari obsidian (Sukandarrumidi, 1983). Dari penelitian dengan bahan baku obsidian dari nagrek sesudah dipanakan dengann oven selama 90 menit pada temperature 10000 11000 C trjadi perubahan sebagai berikut

Semula warna hitam berubah menjadi putih keabuan

Volume berkembang menjadi 5 kali lipat

Berat jenis yang semula 3,35 berubah menjadi 0,6

Selama perubahan warna, keluar air dari massa batuan, dan batuan menjadi berpori dan lengket antara fregmen yang satu dengan yang lain

Dengan demikian maka artificial perlit beratnya menjadi sangat kurang dengan kekuatan yang tinggi. Oleh sebab itu perlit rekayasa dari obsidian, dapat digunakan untuk bahan beton ringan ataupun dinding perendam dan isolasi panas.

2. PERLITPerlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tibi-tiba dengan tekana yang tinggi dengan suasana basah. Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir sangat halus, terbangun oleh steroida-steroida kecil, ringan. Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman. Perlitini bila dipanaskan bertahap hingga mencapai suhu antara 9500 10500 C, akan mencapai perkembangan isi yang tetapdan maksimum. Sifat perkembangan ini sangat penting untuk penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan bahan bangunan ringan. Menurut hasil penelitian perlit yang baik mengandung SiO2 70%, air 2-5%, Na dan K sebanyak 5-8% berat. Dengan susunan ini perlit akan mempunyai suhu kelembaban/pencairan rendah, demikian pula suhu pemuaiannya tidak jauh berbeda. Banyaknya air yang dikandungnya akan berpengaruh terhadap pemuaian. Air yang terlalu banyak akan mengakibatkan desintegrasi. Beratjenis perlit sebelum diolah/dipanaskan antara 1,10-2,50, setelah dipanaskan menjadi 0,11-0,15.

Tempat DiketemukanSeperti halnya obsidian, perlit didapatkan disekitar gunung api yang relatif muda. Tempat diketemukan antara lain:

Sumatera Utara: Pansur Nipitu Kec. Silindung Kab. Tapanuli utara (prosentase nilai ekspansi 158,3% terdapat sebagai bongkah-bongkah dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian)

Sumatra Barat: Bukit Rasam Kec. Lubuk Sikaping Kab. Pasaman (prosentase nilai ekspansi maksimum 51,51% H2O 0,03%, minimum 50,,00% H2O 2,83% terdapat sebagai bongkah dalam tufa); Bukit Sipinang Kec. Sepuluh Koto, Singkarak Kab. Solok (prosentase nilai ekspansi 945 terdapat sebagai bongkah dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian); Bukit Batu Kambing Kab. Solok (nilai ekspansi maksimum 63,15% H2O 0,05%, minimum 8,50% H2O 1,12% terdapat dalam Formasi Andesit)

Jambi: S. Tutung Kec. Air Hanga, Kab. Kerinci; G. Gantung S. Purgut dan S. Penuh (nilai ekspansi 100% terdapat dalam satuan batuan lava andesit)

Bengkulu: bukit Naning, Kotadonok, Bengkulu (terdapat dalam bentuk bongkah dialiran sungai terdiri breksi vulkanik)

Sumatra Selatan: Gunung Batu dan Ula Danau, Kec. Pulau beringin, Kab. Ogan Komering Ulu (nilai ekspansi maksimum 75% sebagai fragmen dalam breksi tufa)

Lampung: Mutar Alam Kec. Sumberjaya Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi 16,21- 269% berasosiasi dengan tufa riolit dan dasit dalam graben Gedongsurian); Gedong Surian, Kec. Sumber Jaya Kab. Lampung Utara (berasosiasi dengan tufa riolit dan dasit dalam graben Gedongsurian); Suwoh, Kec. Belalau, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi maksimum 68,75%, berasosiasi dengan dasit, tufa breksi, sebagai hasil erupsi Pilo-Pleistosen pada sesar Semangko/Graben Suwoh); G. Asahan, desa Purnawiwitan, Kec. Sumber Jaya, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi 100-200%); Antanai (berwarna hitam perlitik kompak) Penaga/tepi pantai (berwarna hitam keabuan perlitik kompak); G. Muhul Kec. Belalau, Kab. Lampung Utara (nilai ekspansi maksimum329%, berasosiasi dengan tufa breksi, lava riolit dan dasit sebagai erupsi celah pada Pilo-Plistosen)

Jawa Barat: Ciasmara, Kab. Bogor (nilai ekspansi 127% terdapat sebagai fragmen dalam breksi lahar dan aliran lava gelas volkanik); G. Kiamis, Kec. Semarang, Kab. Garut (nilai ekspansi 119% terdapat berselang-seling dengan obsidian diatas breksi); Sentrijaya Kec. Karangnunggal, Kab. Tasikmalaya (terdapat sebagai aliran gelas volkanik dalam tufa dasit-andesit dan sebagai fragmen dalam breksi.

Nusa Tenggara Barat: Dorodonggamasa, Kec. Sape Kab. Bima (nilai ekspansi 300% sebagai gang dalam andesit)

sulawesiUtara: Tataran Kec. Tomohon kab. Minahasa (nilai ekspansi 176% terdapat sebagai sisipan dalam aliran lava gelas volkanik riolitik)

Teknik PenambanganDilakukan dengan sistem tambang terbuka. Karna perlit merupakan bahan galian lunak, penambangan dilakukan dengan alat sederhana.

Pengolahan dan PemanfaatanPerlit disamping didapatkan dialam, dapat pula dibuat/direkayasa dari obsidian dengan pemanasan

Bahan Bangunan Perlit dimanfaatkan sebagai very light aggregateI untuk beton atau bata cetak yang sangat ringan. Disamping itu perlit dapat pula meninggikan daya isolasi terhadap panas dan suara/peredam, tetapi mempunyai daya tekan rendah.

Dalam bentuk ukuran pasir dipergunakan untuk penyaring air.

3. PUMICE/BATU APUNGPumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba buih gelas alam dengan gas yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magmamembeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan lepas atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 8800 C. berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut, oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulic. Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/ kalsit. Batuan ni tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higrokopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. Kekuatan tekanan antara 30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral silikatamorf.

Tempat DiketemukanKeterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api Kuarter sampai tersier muda. Tempat dimana batu apung didapatkan antara lain :

Jambi: Salambuku, Lubukgaung kec. Bangko Kab. Sarko (merupakan piroklastik halus yang berasal dari satuan batuan gunung api atau tufa dengan komponen batu apung diameter 0,5-15 cm terdapat dalam Formasi Kasai)

Lampung: sekitar kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai hasil letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu apung)

Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat (diduga hasil kegiatan G. Krakatau); Nagreg Kab. Bandung (berupa fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran, Kab. Serang (mutu baik untuk agregat beton,berupa fragmen pada batuan tufa dan aliran permukaan) Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO2=63,20%, Al2O3=12,5% berupa fragmen pada batuan tufa); Cikatomas, Cicurug, G. Kiaraberes,Bogor.

Daerah Istimewa Yogyakarta: Kulon proggo pada Formasi Andesit Tua

Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgesela (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Masbagik Kab. Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Kopang, Mangtang Kec. Batu Kilang Kab. Lombok barat (telah dimanfaatkan untuk batako sebaran 300Ha); Narimaga Kec. Rambiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat)

Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2=35,92-67,89%;Al2O3=6,4-16,98%)

Nusa Tenggara Timur: Tanah Beak, Kec. Baturliang kab. Lombok Tengah (dimanfaatkan sebagai campuran beton ringan dan filter)

Teknik PenambanganBatu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relative tidak keras. Oleh sebab itu penambangan dilakukan dengan tambang terbuka/tambang prmukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dekehendaki ukuran butir tertentu proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.

Pengolahan dan Pemanfaatan Sebagai bahan bangunan

Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk lembaran sifatnya yang hidraulis baik untuk teknik bangunan basah. Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan suara untuk isolasikamar/peredam atau lemari es

Industri Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir tertentu disamping untuk abrasive khususnya bahan poles atau logam

4. TrasTras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan galian yang cukup banyak mengandung banyak silica amorf yang dapat larut didalam air atau dalam larutan asam. Nama pozolan diambil dari nama desa Puzzouli de Napel, Italia dimana bahan tersebut ditemukan. Tras ( alam) pada umumnya terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung feldspar dan silica, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah menjadi mineral lempung/ kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut.

Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah sebagai berikut:

UnsurKisaran % berat

SiO2Al2O3Fe2O3H2OCaOMgO40,76 - 56,20

17,35 - 27,95

7,35 13,15

3,35 10,70

0,82 10,27

1.95 8,05

Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat sifat yang khas, sifat tras yang terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam ( kapur tohor ) dan air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh Oksida silica ( SiO2 ) yang amorf dan oksida alumunia ( Al2O3 ) di dalam tras yang menjadikannya bersifat asam.

Tempat Penyebaran

Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api Tersier dan Kuarter antara lain :

Nanggroe Aceh Darussalam : Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab. Aceh besar ( pelapukan tufa breksi dengan komponen dasit dan andesit ), Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran berbutir kasar kasar halus telah mengalami pelapukan ), Takengon Kec. Takengon Kab, Aceh Tengah ( berupa tufa pasir bebutir kasar mengandung komponen batu apung yang telah lapuk )

Sumatera Utara : Sarula Kab. Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan tufa riolit berbatu apung )

Sumatera Barat : Muaro Labuah Kab. Solok Selatan, Kota Padang Panjang, Matur dan Gadut Kab. Agam( dapat dipergunakan sebagai bata cetak atau tanah mantap dengan penstabil kapur atau semen, kuat tekan = 4,6 19; kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman ( telah digunakan sebagai bahan baku bata cetak dan bahan bangunan )

Jambi : P. Pandan dan Batuputih Kec. Danau Kerinci Kab, Kerinci (terdapat sebagai hasil pelapukan batuan gunung api yang mengandungdung fragmen batu apung ), Kampai Bukit Limon, Selai Pulau Tengah dan Batu Putih ( merupakan hasil pelapukan batuan gunung api yang mengandung fragmen batu apung )

Bengkulu : Jambu Keling, Kotadonok ( pelapukan breksi tufa berbatu apung ), Tanjung Panai Kec. Padang Ulaktanding, Lubuk Tanjung Kec. Kerakap, Kepahiang dekat perbatasan dengan Sumatera Barat ( pelapukan batuan vulkanik muda )

Lampung : Mutaralam Kec. Sumberjaya Kab. Lampung Utara ( baik untuk bahan pembuatan batako dan plester, merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik berumur kuarter )

Jawa Barat : Ciomas Kab. Serang ( sebagai tufa batu apug hasil kegiatan Gn. Danan), Batu Reog dan Bongkor, Kec. Lembang Kab. Bandung ( berasosiasi dengan pelapukan bahan yang berasal dari Gn. Tangkuban Perahu dan bercampur dengan obsidian dan batuapung ), Cicurug Kab. Sukabumi ( merupakan hasil pelapukan bahan yang berasal dari Gn. Salak. Lapisan atas bercampur dengan batu apung ), Sulukuning Kab. Purwakarta ( kandunga SiO2 = 42,1 % - 48,5 %, Al2O3 = 11,5% -17,2 %, Fe2O3 = 13,1 % - 19,2 %, CaO = 1,9 % - 4,6 %, MgO = 1,2 % - 6,0 %, Na2O = 0,6% - 1,5%, K2O = 0,1% - 0,6 %, H2O = 6,2% - 9,7%, HD = 12,3 19,2 %, beart jenis = 2,43 ), Nagreg Ka. Bandung ( terdapat batuan tufa andesit, dapat dipergunakan sebagai batuan campuran semen portlandpuzzolan ), Cimeong, Sukaresmi Kec. Maja Kab. Majalengka ( merupakan hasil pelapukan tuf dan breksi andesit ), Sukamelang Kec. Kedipaten Kab. Majalengka ( kandungan SiO2 = 46,60%, Al2O3 + Fe2O3 = 38,22 %, CaO = 5,08%, MgO = 1,24%, kadar air rata-rata 1,0%, dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa tekan ), Sukaraja, Maruyung dan Cikancung Kab.Bandung, Cikalong Wetan Kab. Bandung, Nyalindung, Padalarang Kab.Bandung, Batu jajar Kec. Cililing Kab.Bandung, Bobos dan Loji Kec. Sumber Kab. Cirebon (kandungan SiO2 = 68,74 %, Al2O3 + Fe2O3 = 23,26 %, CaO = 1,70 %, MgO = 0,54 %, kadar air = 2,38% ), Gekbrog Kec. Warungkondang Kab. Cianjur ( KandunganSiO2 = 45%, Al2O3 = 20 % kuat tekan 52-100 kg/cm2 )

Jawa Tengah : Kalirejo Kec. Unggaran Kab. Semarang ( dapat digunakan untuk batako tanpa beban, Kuat takan = 29,0 kuat lentur = 10,5 kg/ cm2 ) Pudak Payung Kec. Ungaran Kab. Semarang ( kuat tekan= 83,2 kuat lentur = 25,5 kg/cm2, dapat digunakan untuk batako tanpa beban ), Lajan Kec. Sumowono ( dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa beban, kandungan SiO2 = 57,82%, Al2O3 + Fe2O3 = 28,40 %, CaO = 6,10%, MgO = 1,62%, kadar air rata-rata 1,5% ), Bandungan Kec. Ambarawa ( dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa beban , kandungan SiO2 = 50,5 %, Al2O3 + Fe2O3 = 34,78 %, CaO = 7,92%, MgO = 1,83%, kadar air rata-rata 1,08%), Kragilan Kec. Mojosongo Kab. Boyolali ( dapat digunakan sebagai bata cetak dengan beban, kandungan SiO2 = 44,44%, Al2O3 + Fe2O3 = 35,24 %, CaO = 7,54%, MgO = 0,42%, kadar air rata-rata 4,1%), Kaligesing Kab. Purworejo ( merupakan breksi vulkanik bersifat lunak, kandungan SiO2 = 50%, Al2O3 = 20 % ), Gn. Muria Kab. Pati (kandungan SiO2 = 50,13 %, Al2O3 + Fe2O3 = 38,93 %, CaO = 0,286%, MgO = 0,14%,MnO = 0,386 %, SO3 = 1,59 % ) , Kendel Kec. Kemusu Kab. Boyolali (kandungan SiO2 = 47,36%, Al2O3 + Fe2O3 = 35,86 %, CaO = 11,86%, MgO = 0,22%, kadar air rata-rata 3,3% ), Jatinom Kec, Jatinom, Klaten ( dapat digunakan sebagai bata cetak dengan beban, kandungan SiO2 = 53,0%, Al2O3 + Fe2O3 = 33,4 %, CaO = 8,58%, MgO = 0,44%, kadar air rata-rata 3,8% ), Towel Kab. Tegal ( baik untuk batako ), Badungan Kab. Magelang ( baik untuk Batako ), Samigaluh, Kulon Progo DIY ( baik untuk batako ), Wonogiri Kab. Wonogiri, Rembang Kab. Probolinggo.

Jawa Timur : Batu Malang, Kec. Pujon Kab, Malang, Sumberbrantas Kec. Batu Kab. Malang, Punten Kec.Batu Malang, Turan Kab. Malang, Jari Kec. Bubukan Kab. Bojonegoro, Gn. Kelud, Pacet Kec. Pacet Mojokerto, Made Kec. Pacet Kab. Mojokerto (dapat digunakan untuk bata cetak bersifat puzolianik ), Singgahan, Pulung Kab. Ponorogo, Puger Kab.Trenggalek (baik untuk Batako), Panarukan Situbondo, Pandak, Parseh, Tegalampel, Bondowoso ( baik untuk batako dan plester ).

Bali : Bajar males dan Batujulung Kec. Kuta Kab.Badung, Marga Kab.Tabanan, Bringkit Kab. Badung, Samplangan, Gua Gajah, Bunitan Kab.Gianyar, Bukitjambul Kab.Klungkung, Banjar Wanyu Kec. Marga, Tabanan

NTB : Tanah beak Kab. Lombok Barat ( dapat dimanfaatkan sebagai batako, kuat tarik =2,9-7,7 kg/cm2 kuat tekan = 20,7-35,0 kg/cm2 )

NTT : Waipors Kec.Bola Kab. Sikka ( merupakan hasil pelapukan batuan tufa, baik untuk batako ), Maumere Kab. Sikka (pelapukan batuan tufa), Waulupang Kab. Flores Timur (pelapukan batuan tufa), Lawoleba, P.Lembata ( pelapukan batuan tufa, sudah dimanfaatkan ), Rainimi dan Atambua Kab. Kupang.

Sulawesi Utara : Pineleng Kec. Pineleng Kab. Tondano ( pelapukan batuan tufa kaca ), Matani, Kec. Tomohon ( dapat digunakan sebagai batako )

Sulawesi Selatan : Bukit Lakapala Kec. MAlusetasi Kab. Barru Malino Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa

Teknik Penambangan

Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab itu penambangan terbuka dapat dilakukan denga peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat mengikat dan mengeras tetapi apabila dalam keadaan butir halus dan kemudian dicampur drngan kapur padam dan air secukupnya maka akan mempunyai sifat hidraulis didalam beberapa waktu. Oleh sebab itu pengolahan bahan galian tras seperti gambar 6.

Penggunaan tras antara lain :

Untuk luluh, plesteran, lantai. Untuk keperluan itu campuran tras : kapur padam = 5: 1, dan air secukupnya. Ditambah dengan semen Portland akan memberikan hasil yang baik.

Batako

Semen Rakyat

5. BelerangBelerang atau Sulfur ditemukan dalam dua bentuk yaitu sebagai senyawa sulfide dan sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfide didapatkan dalam bentuk Gelena-PbS, Kalkopirit-CuFeS2 dan Pirit FeS. Kesemuanya terbentuk akibat proses hidrotermal, kecuali yang tersebut terakhir dapat pula akibat proses sedimentasi dalam kondisi tertentu. Sedang belerang alam dapat berbentuk Kristal bercampur lumpur atau merupakan hasil sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk akibat kegiatan sulfatara, fumarola atau sebagai akibat dari larutan yang mengandung belerang keluar dari perut bumi melalui rekahan-rekahan, serat selalu berkaitan dengan rangaian gunung api aktif.

Balerang berwarna kuning, kekerasan 1,5-2,5, berat jenis 2,05 , bila dibakar berwarna biru, menghasilkan gas SO2 yang berbau tidak enak

Tempat Ditemukan

Balerang biasanya ditemukan pada rangkaian gunung api aktif antara lain :

NAD : G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh Besar ( merupakan endapan fumarola ), Meluak Gayolestan Kec. Blangkejeraen Kab. Aceh Tenggara ( endapan sulfatara ), G. Seoulawah Kab. Aceh Barat, Burniteulong, Kab. Aceh Tengah

SuMut : G. Sorik Merapi, Kab. TapUt ( Jenis Danau Kawah )

SumBar : Lembang Jaya, Kab. Solok

Jambi : Sungai Tutun, Air Hangat Kec: Air Hangat Kab. Kerinci ( terdapat sekitar mata air panas, umumnya menempel pada batuan lempung tufaan ), G. Kunyit Kec. Gunung Raya Kab. Kerinci ( terdapat disekitar mata air panas pada umumnya menempel pada batuan lempung tufaan )

Jawa Barat : G. Papandayan ( Tipe sublimasi ), G. Kraha ( tipe sublimasi ), G. Galunggung ( tipe sublimasi ) , G.Putri (tipe endapan lumpur, telah disunakan untuk industry kimia dan pupuk), G. Ciremai, G. Tangkuban Perahu, G. Wayang, G. Matang, Kaah saat, Kawah Mas.

Jawa Tengah : G. Dieng ( tipe danau kawah dan endapan lumpur ), g. telag gerus

Jawa Timur : G. Arjuna, G. Welierang, K. Ijen (tipe sublimasi), G. Ijen

Sulawesi Utara:G. Soputan kawah Masem (tipe sublimasi, kadar S = 70%); G. Ambang (tipe sublimasi kadar S = 83-99 % ); G. Mahawu (tipe danau kawah dan endapan lumpur, kadar S = 70%)

Maluku: Wuslah, P.Damar (tipe sublimasi dan endapan lumpur kadar S = 55-79%)

Teknik PenambanganPengendapan endapan belerang dapat dikerjakan dengan tambang terbuka. Penggalian belerangnya dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana dan sengan penambangan teknik penyemprotan. Apabila cadangan belerangnya sedikit maka penambangan dilakukan dengan cara manual yang dilakukan dengan alat-alat sederhana dan dengan tenaga manusia.

Untuk endapan belerang yang ditutupi lapisan penutup yang cukup tebal, cara penambangannya dapat dilakukan dengan cara Frasch Process, yaitu dengan pemboran kemudian dimasukan air panas ( suhu 335 F ) kedalam endapan belerang. Melalui pipa-pipa kondensasi dipompakan keluar dan ditampung dan diendapkan. Tahap berikutnya disublimasi untuk mendapatkan belerang yang bersih.

Pengolahan dan PemanfaatanCara pengolahann belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil yang diinginkan. Untuk belerang yang berbentuk Kristal langsung dapat dimasukkan ke dalam autoklaf. Dalam autoklaf dimasukkan/ ditambahkan soalr, air, dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 ATM selama 30-60 menit. Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik didih yang rendah di banding pengotor lainnya. Hasilnya berupa belerang cair dialirkan melalui filter kemudian dicetak.

Untuk belerang jenis lumpur, pengolahannya perlu dilakukan secar floatasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan dari floatasi adalah untuk meningkatkan kadar belerang dan memisahkan senyawa- senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan. Cara pengolahan lain untuk belerang jenis ini dengan cara pelarutan dan penghabluran dengan menggunakan pelarut karbon disulfide, dimethyl disulfit atau larutan hidrokarbon berat lainnya.

Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat dilakukan dengan jalan memanaskan bongkah- bongkah belerang di salam wajan besi atau alumunium yang berdiameter 80- 100 cm di atas tungku sederhana yang terbuat dari tanah liat/ andesit. Pemanasan dilakukan dengan kayu atau kompor minyak tanah sambil diaduk- aduk, sesudah belerang mencair kemudian disaring dengan kantong- kantong yang terbuat dari kain. Selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung banbu sebagai alat cetakannya.

PemanfaatanBalerang banyak digunakan dalam industry kimia yaitu untuk pembuatan asam sulfat ( H2SO4 ) yang diperlukan untuk pembuatan pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat dan keperluan lain untuk metalurgi.

Disamping belerang dimanfaatkan dalam industry cat, industry karet, industry tekstil, industry korek api, bahan peledak, industry kertas, pabrik gula, industry ban,dll.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :

- Untuk industry gula

Kadar S = 99,3%, As = 0,05% ( Maksimum ), bitumen = 0,03%, H2O = 0,01%, Abu = 0,03%, Sisa Bakar = 0,7%, dan CS2 = 0,08%

- Untuk industry pupuk

Kadar S = 99,8% ( minimum ), H2O = 0,19%, abu = 0,03%, sisa bakar = 0,20%, acid sebagai H2SO4 = 0,07%, NaCl = 41,87bppm, Fe = 36,10 ppm

- Kadar untuk industry kimia dasar ( kecuali pupuk )

Kadar S = 99,8%, bitumen = 130 ppm, H2O = 1,52%, abu = 0,009 %, Fe2O3 = 0,0008%

- Lain-lain

Industri korek api kadar S = 98%, industry karet yang tidak termasuk golongan manapun diperlukan ukuran butir = 300 mesh

- Industry Ban ( luar dan dalam )

Kadar S = 99,99%, ukuran butir = 325 mesh, abu = 0,01%, moisture = 0,01%, H2SO4 metter = 0,04%, CS2 insoluble = 0,04 %

Mata air panas yang sering muncul di sekitar gunung api, juga mengandung belerang, dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit kulit ( sebagai disinfektan )

6. TRAKHITMerupakan batuan beku luar, kristalnya relative kecil mempunyai mineral seperti granit tapi tidak mengandung kuarsa, utamanya adalah mineral feldspar jenis ortoklas. Warnanya tidak seterang granit yaitu berwarna kuning muda hingg abu-abu, berat jenis 2,1 2,3 kekuatan tekan 500- 900 kg/cm2. Mineral feldsparnya sangat dominan sehingga apabila mengalami pelapukan feldspar tersebuta akan berubah menjadi kaolin. Batuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan bongkah, debu ataupun breksi gunung api.

Tempat Ditemukan- Bengkulu : Rejang Lebong ( dalam batuan andesit )

- Sumatera Selatan : Gunung Batu sebelah timur Palembang ( dalam batuan ortoklas porfir)

- Lampung : G. Siamang dan G. Galih Wijaya

- Jawa Tengah : G. Muria dan Karang Kobar

- Jawa Timur : G. Ringgit

- Sulawesi Selatan : Balloci Kab. Pangkep, S. Gentungan 15 km selatan ujung pandang, pangkajene

Teknik PenambanganUntuk batuan yang masih keras, cara penambangannya sama dengan cara penambangan obsidian. Untuk batuan yang telah mengalami pelapukan penambangan dilakukan dengan alat sederhana.

Pengolahan dan PemanfaatanUntuk keperluan ornamen, pengolahan dilakukan dengan cara digergaji atau dibentuk dan dipoles sesuai dengan ukuran. Kandungan ortoklas yang dominan menyebabkan batuan ini tidak tahan abrasi. Kandungan K2O yang cukup tinggi, trkhit yang dibuat dalam bentuk serbuk dapat digunakan sebagai pupuk. Kandungan mineral ortoklas yang cukup tinggi dapat dipergunakan sebagai bahan keramik.

7. Kayu Terkersikkan ( Silicified Wood )

Ketika terkersikkan merupakan hasil proses permineralisasi oleh mineral silica ( disebut pula sebagai proses silifikasi ) pada tumbuhan. Jaringan batang tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari unsure C.H.O.N.S.P oleh bakteri anaerobic dimakan sehingga akan meninggalkan pori-pori dengan pola seperti jaringan semula. Pori-pori ini kemudian diisi oleh larutan silica yang berasal dari batuan disekelilingnya. Oleh sebab itu kayu terkersikkan berkaitan erat dengan batuan piroklastik/ yang bersifat silikaan baik yang berumur kuarter maupun yang lebih tua. Bentuk dan ukuran dari silicified wood sesuai dengan bentuk dan ukuran batang timbuhan semula demikian pula pola jaringannya. Ukurannya pun sangat bervariasi. Silicified wood yang berwarna gelap mempunyai umur yang relative lebih tua dari yang berwarna agak terang, sangat resisten.

Tempat DitemukanBeberapa tempat ditemukannya silicified wood selalu berkaitan dengan batuan piroklastik/ ersifat silikaan. Tempat tersebut antara lain :

- Sumatera Selatan : Seleman Kec. Tj Agung Kab. Muara Enim, Sukacinta dan Senabing Kec. Merapi Kab. Lahat

- Jawa Barat : Mekarsari Kec. Sajira Kab. Lebak

- Jawa Tengah : daerah Sangiran Solo, S. Basoka Wonogiri, Samigaluh Kulonprogo

- Jawa Timur : Mrayan dan Badegan Kec. Ngrayun Kab. Ponorogo

Selain tempat-tempat tersebut di atas penemuan ditempat yang baru sangat memungkinkan.

Teknik Penambangan Teknik Penambangan Silicified Wood pada umumnya tampak dipermukaan karena batuan penutupnya ter erosi, sesudahnya ada yang terangkut air hujan kemudian mengendap di sungai. Oleh karenanya teknik penambangannya sangat sederhana, mempergunakan alat- alat sederhana pula. Ketelitian yang diinginkan adalah pelaksana penambangan dapat membedakan dan mengidentifikasi silicified wood dengan jenis bahan galian lain.

Pengolahan dan PemanfaatanSelicified wood yang berasal dari daerah tambang dibersihkan dari kotorannya dengan cara menyemprotkan air. Kemudian dibentuk sesuai dengn keinginan. Bentuk ini pada umumnya dimanfaatkan untuk ornament dinding rumah ataupun hiasan taman. Silicified wood tahan terhadap air hujan dan cuaca, sehingga dapat dipasang/ diletakkan dimana saja. Silicified wood yang berserat halus, dapat diasah dan dibentuk menjadi perhiasan / untuk mata cincin. Silicified wood yang dibentuk digolongkan kedalam batu mulia tanggung ( halfedelstenen ) jenis batu kelas IV ( menurut Kinge ).

8. OpalOpal dengan rumus kimia SiO2 n H2O terbentuk sebagai pengerasan dari agar-agar silica ( silica gel ) yang bearsal dari batuan piroklasik. Larutan silica tersebut, karena pengaruh air tanah selanjutnya dilarutkan dalam pori-pori, rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air. Opal yang mempunyai rumus kimia SiO2 n H2O dimana harga n berkisar antara 1 sampai 26, termasuk batu mulia tanggung ( Halfedelstenen ) kelas IV dengan nilai kekerasan 4 s/d 7. Opal jenis batu mulia ini mengandung air Kristal sejumlah 6 sampai 10%, mempunyai struktur amorf indeks bias tunggal 1,44- 1,46 , berat jenis 1,98-2,20. Berat jenis ini bergantung pada jenis opal yang bersangkutan, mungkin ada hubungannya dengan jumlah air Kristal di dalamnya. Missal opa hitam dan opal susu mempunyai berat jenis 2,10 sedangkan opal api berat jenisnya 2,00. Opal mempunyai warna bervariasi olehkarenanya dalam dunia perdagangan disebut batu akik Kalimaya, Biduri Sisik, Biduri Ratna Kecana, Biduri Dahana Sutra, Akik Raja,dan Akik Widorari.

Permainan warna pada oal disebabkan oleh lapisan-lapisan tipis ( film ) yang berbeda indeks biasnya. Film-film ini diduga merupakan pengisian ( sekunder ) didalam retakan-retakan yang terjadi karena tarikan agar-agar silica selama pengendapan dan pengeringan. Anggapan lain adanya Kristal-kristal kalsit yang kecil dan udara yang mengisi Kristal atau retakan-retakan tersebut. Pendapat terakhir mengatakan bahwa air Kristal dan molekul SiO2 tersusun seperti ayakan yang terbentuk karena proses polimerisasi di dalam agar-agar silica tersebut dan ini telah dibuktikan dengan kenampakan pada scanning Electron microscop dengan perbesaran 50.000 kali. Opal dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu opal biasa termasuk kalsedon, opal mulia dan opal matrik.

- Opal biasa ialah silica amorf yang sarang hingga dapat melekat di lidah missal fosil kayu yang terkersikkan dimana struktur serat-seratnya masih terlihat jelah.

- Opal mulia, bervariasi dan terbagi 4 kelas berdasarkan atas warnanya, yaitu :

o Opal Hitam, merupakan warna dasar gelap yaitu biru, hijau, merah, abu-abu, dan hitam. Opal hitam yang warna dasarnya betul-betul hitam sangat jarang ditemukan dan harganya sangat mahal. Satu-satunya penghasil opal hitam terbesar adalah Australia, daerah Banten sering di dapatkan jenis opal, yang terbanyak jenis opal mawar ( Rose Opal )

o Opal susu atau Opal putih yaitu opal yang mempunyai warna dasar putih seperti susu atau putih keabu-abuan.

o Opal api yang mempunyai warna dasar tembus cahaya ( bening ) atau mengkilap dengan warna oranye atau kemerah-merahan. Opal jenis ini jarang atau sama sekali tidak memperlihatkan permainan warna.

o Opal air mempunyai warna dasar bening dan tembus cahaya, memperlihatkan permainan warna pelangi. Opal jenis ini mudah menjadi suram atau pucat karena terlalu sarang.

- Opal matrik terdiri dari limonit pejal berwarna coklat yang mengandung urat-urat kecil atau bintik-bintik opal mulia. Opal mula didalam masa dasar limonit ini tidak mungkin untuk diasah secara terpisah karena terlalu kecil, sehingga dibentuk dan diasah berikut matriknya. Opal matrik kurang berharga biasnya hanya untuk koleksi.

Tempat Ditemukan- Jawa Barat : Mekarsari Kec. Sajira Kab. Lebak, candi, cokel, cilayang Kec.Maja Kab.Lebak, Mede pandak Kab.Lebak

- DIY : Desa Sawangan Kec. Panggang Gn.Kidul

- Irian Jaya : Teluk Cilinta P.Misool Kab.Sorong

Teknik PenambanganPenambangan bahan galian opal kebanyakan dilaksanakan oleh rakyat dengan metode dan peralatan yang sederhana

Pengolahan dan PemanfaatanOpal yang berasal dari penambangan digergaji dan digerenda sesuai bentuk dan ukuran yang di inginkan untuk dimanfaatkan sebagai ornament atau hiasan antara lain mata cincin, Kristal lampu gantung.

9. KalsedonKaldeson merupakan salah satu variasi mineral silica yang terbentuk oleh pengendapan bertahap sehingga memberikan kenampakan berlapis dari larutan silica koloid tidak jenuh di dalam rongga atau celah-celah batuan perangkap. Silica koloid ( agar-agar silica ) tersebut berasal dari mineral lempung atau batuan piroklastik yang mengalami proses diagenese khususnya karena pengaruh air tanah. Berbeda dengan opal kalsedon berlubang-lubang lembut sehingga memungkinkan diberi bermacam-macam warna di dalamnya. Warna utama dari kalsedon adalah Hijau ( dikenal sebagai krisopras ) tetapi ada juga yang berwarna merah ( karnelian ), coklat (sordion), menunjukan perlapisan yang konsentris (agat), perlapisan sejajar (Oniks), oniks merah (sardonic)

Tempat Ditemukan Kalsedon ditemukan di Indonesia mengikuti jalur gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, hingga Sulawesi. Tempat- tempat tersebut yang sudah diusahakan oleh rakyat adalah:

Jawa Barat : Jampang Tengah simasari Kab.Sukabumi, Jampang tengah Cikanyere Kab. Sukabumi, Jampang tengah ciseuruh Kab. Sukabumi, Jampang tengah Malingping Kab.Sukabumi, Jampang tengah Puncak Manggu, Jampang tengah Cipetai, Waluran Kab. Sukabumi Cijambe Kab. Sukabumi (bongkahan pada endapan alluvial aliran S.Cikarang warna putih kelabu ukuran 5-30 cm telah diusahakan); Cigelang Kab. Sukabumi (bongkahan pada aliran S. Cipanarikan warna putih, coklat sampai merah daging, telah diusahakan); Pasir Sandi Kec. Sandira Kab. Lebak (berupa bongkah/pengisirongga-rongga dalam batuan tuf putih, bening tebal 1-2 cm, telah diusahakan); Cijambi Kab. Sukabumi (sebagai jasper berbentuk bongkah-bongkah pada aliran S. Cikarang warna merah, telah diusahakan); Jampang tengah, Cipetai, Kab. Sukabumi (berupa bongkah pada aliran S. Cipetai warna merah diameter 1-3 cm, telah diusahakan); Bungbulang Kab. Garut (merupakan kisopras mengisi urat dalam batuan vulkanik,telah digali penduduk)

Jawa Tengah: Daerah Rah Tau Kec. Batuwarno Kab. Wonogiri (sebagai pengisian pada batuan dasit dengan struktur gigi, system Kristal hexagonal tak sempurna); Daerah sekitar K. Tirtomoyo Kab. Wonogiri (sebagai pengisian rongga-rongga dalam lava basalt dengan ukuran 1-20 cm, warna kelabu putih kecoklatan, mikrokristalin dan transclusent.

Jawa Timur: Kec.badegan Kec. Cepoko, Kec. Mrayan dan Kec. Kalikedung semar, Desa Panegan Kab. Ponorogo(terdapat sebagai kalsedon, krisorpas dan agat Formasi Andesit Tua, pada batuan basalt, dasit dan breksi sebagai pengisi rongga dan rekahan) Kec. Tulakan, Kec. Bandar, desa jati sari dan Jajar, Kalingagik, K. Klandang, G. Gunggeng, K. WatuPatok, K.Kopo, Desa Bandar, Kab. Pacitan (terdapat pada Formasi andesit Tua, pada lava basalt sebagai pengisi rekahan/rongga); Kab. Ponorogo Kec. Ngrayan, Badegan, Cepoko dan Mrayan (dicepoko jasper sebagai endapan alluvial ukuran 5-25 cm, coklat merah hati,di Badegan jasper sebagai endapan alluvial membulat ukuran 3-15 cm warna coklat kemerahan); Kec. Ulakan dan Arjosari Kab. Pacitan (terdapat sebagai bongkah ukuran 20-50 cm warna merah-merah hati)

Nusa Tenggara Barat: Kab. Lobok Tengah, Kec. Pamunjak dan lereng timur gunung Mereje Dan daerah Awang (terdapat sebagai Agat, dan kalsedon warna putih, kuning, kemerahan)

Maluku: Daerah Kasikuta, di hulu S. Kasikutan (terdapat padaaFormasi Bacaan, merupakan urat-urat pada batuan andesit yang berumur tersier bawah)

Teknik PenambanganDilakukan dengan system penambangan rakyat, dengan peralatan sederhana. Pada umumnya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan.

Pengolahan dan PemanfaatanKalsedon yang berasa dari penambangan, dipotong dengan gergaji batu, sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Tahap berikutnya, dipoles. Kalsedon dimanfaatkan sebagai batu mulia atau pun untuk hiasan/ornament.

10. ANDESIT DAN BASALTMerupakan jenis batuan bekuluar, meruakan hasil pembekuan magma yang bersifat intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Jeni batuan ini bertekstur porforitik afanitik, komosisi minerak utama jenis plagioklas, mineral mesik adalah prioksen dan amfibol sedang ineral tambahan adalah apatit dan zircon. Jenis batuan ini berwarna gelap umumya abu-abu sampai hitam, tahan terhada air hujan, berat jenis2,3-3,7 kuat tekan 600-2400 kg/cm2. Dijumpai sebagai retas, sill, lakolit aliran permukaan atau sebagai fragmen dan lahar G. api atau pun fragmen breksi

Tempat diketemukanTerdapat disepanjang jalur gunung api, baik yang masih aktif atau pun yang sudah mati. Penyebatannya terdapat di:

Daerah Istimewa Aceh: Daerah Rikit Gaib, Kab. Aceh Tenggara; krueng Raya kab. Aceh bessar; Pantai Calang Kab. Aceh Barat; Lhokruet, kab. Aceh selatan; Pantai Lamno kab. Aceh Barat.

Sumateta Utara: Daerah Aik Puli Kab.tapanuli Utara

Sumatera Barat: Kota baru dan S. Sirah Painan Kab pesisir selatan

Jambi: S. Tutung Kec. Air Hangat Kab. KerinciRantau Keloyang Kab. Muaro Bungo; Bukit Baru, kec Pelapat Kab Bungalebo Tebo

Bengkulu: G. Kandis dan G. beringin Kab. Bengkulu Utara

Lampung: Langkapura Tanjung karang; kedatuan Bandar ampung,G. Merbabu

Jawa Barat: ujung berung Kab. Bandung Lagadar Kab. Bandung;G. Bojong cililin Kab. Bandung; G. Koromong, Kab Bandung

Jawa tengah; Selogiri Bendo krep kab. Wonogiri

Daerah Istimewa Yogyakarta: G. merapi, G. Gajah; G ijo kulon progo

Jawa Timur:G. Gajah Mungkur Kab. Pasuruan; ketapang lawang Kab. Malang; Pasir putih Besuki Kab. Panarukn

Kalimantan Selatan: Jimban, Tambnag,Kab. Tanah Laut, Ujung Batu P. Laut. Kab. Kota Baru

Nusa tenggara Tinur: lekebay kec. Paga Kab. Sikka

Sulawesi Utara: Lilang Kab. Minahasa

Sulawesi Selatan: bilibii Kec Boto nompo Kab. Gowa, Lena Kec.Parangloe

Maluku: G. mede Kab, Halmahera Utara; Takome, Tugato, ternate

Irian Jaya:Rumba,Bukit,Cendrawasih KAB. Sorong

Teknik PenambanganBatuan andesit dan basalt merupakan batuan yang cukup kerasdan massif. Apabila penambangan dilakukan oleh rakyat, karena keterbatasan modal dilakukan dengan peralatan sederhana denganproduksi yang sangat terbatas. Apabila diinginkan produksi bongkah yang cukup banyak dalam waktu yang relative singkat,penambangangan dilakukan dengan peledakan, diawali dengan pembuatan lubang tembak yang sangat dianjurkan.Walaupun demikian persyaratan keamanan harus tetap diperhatikan. Penggunaan backhoe, showel, buldoser atau sraper pada pelaksanaan penambangan dianjurkan sedang pengangkutan bongkah dari tempat penambangan ketempat pengumpulan dipergunakan dengan truck ungkit. Apabila dikehendaki bentuk dan ukuran tertentu, penambangan awal yang menghasilkan bentukan balok dapat dilakukan.

Pengolahan dan PemanfaatanBentuk bongkah dengan ukuran yang masih dapat diangkat oleh manusia, andesit dan basalt dimanfaatkan untuk fondasi rumah. Apabila akan dibentuk menjadi batu candi (bentuan empat persegi panjang/kubus dengan ukuran tertentu) atau dibentuk menjadi batu temple dengan ukuran tertentu, penggergajian system basah pada balok hasil penambangan dapat dilakukan. Andesit dan basalt apabila dimanfaatkan sebagai batu temple/hiasan pada tembok luar/pengganti tegel, dan ditempatkan diluar (yang tidak terlindungi dari hujan dan panas matahari) tidak ada masalah karena kedua jenis batuan tersebut cukup resisten.

Bentukan balok andesit dan basalt apabila telah disentuh oleh seniman patung dengan rekayasa seni dapat dibentuk menjadi patung/relief yang tentu saja akan meningkatkan nilai jual.

Untuk keperluan lainnya bongkah hasil peledakan yang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran konsumen dapat dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan ukurannya. Batu yang sudah sesuai ukurannya dimuat dengan alat muat (wheel loader) dan diangkut dengan truk ungkit kekonsumen. Secara umum, kegiatan peremukan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu peremukan, pengayakan dan pengangkatan. Bagan alir proses peremukan seperti berikut (gambar di bawah).

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image006.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image005.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image007.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image005.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image007.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\DELL\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image008.gif" \* MERGEFORMATINET Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah yang terdiri dari berbagai ukuran, missal < 10 mm, > 10 - < 20 mm, > 20 - < 30 mm, >30 50< mm dan sebagainya.

Sebagianbatu pecah tersebut dipergunakan untuk pembangunan rumah (concrete beton) atau pun untuk alas jalan.

Untuk batu pecah kebanyakan dipergunakan spesifikasi ukuran butir sebagai berikut: untuk batu pecah berdasarkan ukuran yang dihasilkan terdiri dari

Abu dengan ukuran < 10 mm

Split dengan ukuran (1 x 1 cm, 1 x 2 cm, 2 x 3 cm, 3 x 5 cm)

Screening dengan ukuran 2 x 10 cm

Abu yang dihasilkan tidak tercampur bahan organik. Seperti halnya pasir andesit/pasir basalt yang bersih (tidak tercampur bahan organik) baik digunakan untuk bahan adukan beton. Ukuran split umumnya digunakan untuk campuran beton dan aspal. Sedangkan ukuran yang lebih besar digunakan sebagai pelapis jalan dan pondasi.

11. PASIR GUNUNG APIPasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat gunung api meletus. Komposisi mineralogi pasir gunung api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan/magma asal. Pada saat gunung api meletus material yang dilontarkan ukurannya sangat bervariasi mulai dari bongkah sampai pasir. Pada umumnya suatu letusan yang mendadak sangat kuat akan membentuk suatu kaldera yang sangat luas, misalnya G. Bromo di Jawa Timur. Dengan demikian pasir yang dimuntahkan mempunyai penyebaran yang sangat luas. Apabila letusannya tidak kuat sehingga tidak mampu menghamburkan material yang terbawa dari dalam perut bumi, maka pembentukan kepundan akan terjadi dan penumpukan pasir akan terjadi disekitar kepundan. Pasir tersebut bersifat relative masih lepas, dan pada saat turun hujan di puncak, tumpukan pasir akan longsor dan bersama dengan air hujan akan mengalir melalui sungai yang berhulu disekitar puncak gunung api. Aliran ini mempunya kekentalan yang tinggi sehingga mampu mengapungkan dan menghamyutkan benda/material yang dilalui oleh air sungai bahkan mampu meluap sampai dilembah sungai. Aliran demikian dikenal sebagai aliran lahar dingin. Untuk menghindarkan kerusakan lebih lanjut dibagian hiker sungai akibat luapan banjir pasir maka dibuat checkdam. Checkdam ini dibangungun secara berurutan, sehingga pada satu sungai sangat dimungkinkan dibangun beberapa buah checkdam. Sebagai contoh untuk mengendalikan sungai Boyong yang berhulu dilereng puncak G. Merapi, Jawa tengah yag mengalir melalui daeerah antara Turgo dan Kaliurang, kearah selatan (Daerah Istimewa Yogyakarta) paling sedikit telah dibaangun 5 buah checkdam dengan nama BOD 1 BOD 5, fungsi lain dari bangunan ini : Menghambat dan menampung aliran pasir Menyediakan tempat sedimen pasir sehingga erosi vertical tebing sungai dapat dicegah, pendalaman sungai dapat dihindarkan Mencegah terjadinya banjir lahar dingin Menyediakan tempat meresapnya air sungai/air hujan, sehingga ikut berperan dalam melakukan konservasi air tanahTempat DiketemukanPasir gunung api merupakan produk vulkanisme,dengan demikian pasir gunung apididapatkan disekitar gunung api baik yang aktifitasnya terjadi pada jaman tersier maupun kuarter. Jawa Barat: S. Cikurung, G, Galunggung, Kab Tasik Malaya, Cicurug Leles Kab. Tasik Malaya Jawa Tengah: G. Merapi, G. Muria, Kudus Jawa timur: G. BromoDisamping itu terdapat pula endapan pasir pantai didaerah riau.Teknik PenambanganTeknik penambangan pasir gunung api disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan dan rencana pemanfaatannya , yaitu: Endapan G. Api Kuarter/Resen Pada endapan ini tanah penutup belum terbentuk.didapatkan sepanjang alur sungai.taknik penambangan dengan alat sederhana antara lain dengan sekop dengan pemilihan endapan secara selektif dengan cara ini jumlah produksisangat terbatas

Endapan pasir gunung api yang telah membentuk formasi endapan seperti ini telah tertutup oleh tanah penutup/soil. Pekerjaan awal dilakukan dengan cara land clearing/ pembersihantanah penutup. Endapan pasir jenis ini pada umumnya sudah agak keras tercampur dengan lempung.

Endapan pasir pantai Endapan ini merupakan endapan lanjutan dari pasir yang ada di sekitar muara sungai/lepas pantai. Untuk menambang dipergunakan pompa hisap berkekuatan tinggi dan hasil pemompaan akan ditampung ditongkang dan siap diangkut dan dipasarkan.

Pemanfaatan utama pasir gunung apiuntuk bahan konstruksi bangunan,persyaratan utama jika dimanfaatkan pasir harus bersih bebas dari lemung dan zat organik.

12. BREKSI PUMICEBreksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar fragmen breksinya merupkan pumice dengan bentuk dan ukuran sangat bervariasi, berwarna putih abu-abu, matrik terdiri batu lempung dngan silika amorf

Tempat DiketemukanBreksi pumice terjadi karena aktifitas vulkanisme merupakan batuan piroklastik. Dengan demikian keberadaannya disepanjang jalur vulkanik di Indonesia. Rekayasa breksi pumice untuk bahan bangunan bernilai ekonomi cukup tinggi baru saja dilaksanakan (pada tahun 1970-an) dengan demikian belum dikenal masyarakat.Tempat yang sudah diketahui potensinya adalah pada Ormasi semilir yang tersebar luas didaerah pegunungan selatan, Daerah istimewa Yogyakarta.

Teknik penambangan Endapan breksi pumice tersingkap dipermukaan. Oleh sebab itu teknik pelaksanaan dilakukan dengan tambang terbuka mempergunakan alat alat sederhana. Breksi pumice mudah lapuk menghasilkan tanah warnanya gelap.pada saat ditambang tanah ini harus dikupas lebih dulu.

Pengolahan dan PemanfaaatanBalok breksi pumice(breksi batu apung) diproses ditempat pemotongan batu dengan gergaji khusus.Breksi pumice dengan ukuran 5 x 10 x 22 cm bila dibandingkan dengan bata merah dan batako dengan dasar sifat fisiknya adalah sebagai berikut (tablel)

Beberapa hal yang perlu dicermati dalam pemakaian breksi pumice sebagai bahan bangunan kinstruksi antara lain:

Mempunyai kekuatan tinggi hamper 2 x kuat tekan bata merah

Table. Sifat fisik breksi pumice, bata merah dan batakoSifat fisik breksi pumice bata merah batako

Berat jenis (gr/cm3) 1,28 1,75 2,23 daya serap/porositas(%) 43 40 38 kuat tekan (kg/cm2) 66,81 36,12 17,85 berat rata-rata(kg) 1,43 1,83 2,45

Dan 4 x kuat tekan batako.

Lebih ringan dibandingkan dengan bata merah dan batako, oleh karenanya sangat sesuai untuk bangunan bertingkat

Menyerap panas dengan prioritas tinggi apabila dipakai sebagai dinding akan mudah menyerap kelembaban udara sehingga menyejukkan ruangan disiang hari

Daya hantar panas rendah, sehingga menghangatkan ruangan dimalam harimempunyai tekstur alami yang cukup menarik

pal merupakan permata yang setara atau bahkan dapat lebih berharga daripada intan. Di Indonesia, opal permata dijumpai di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Opal Banten dikenal karena keindahan permainan warnanya. Tulisan ini merupakan ulas balik hasil penelitian terdahulu yang berupa penelitian awal pembentukan opal Banten, karakteristik opal-CT, dan penentuan tipe opal berdasarkan analisis geokimia serta ditambah beberapa data baru, sehingga dapat dibuat model mineralisasinya. Penelitian yang telah dilakukan meliputi penelitian lapangan dan analisis mineralogi/gemologi, petrografi, X-RD , serta geokimia unsur utama dan unsur jarang. Opal Banten termasuk opal-CT yang menunjukkan permainan warna bagus. Opal ini terjadi karena proses pelapukan dan pelindian silika, sehingga membentuk opal pada batulempung abu-abu gelap. Model pembentukan terbagi dalam tiga periode; pada Pliosen Awal terjadi pengendapan batuan vulkanik klastika yang kaya gelas vulkanik sebagai endapan fluviatil. Setelah itu pada Pliosen Akhir - Plistosen terjadi proses pelipatan, pelapukan, dan pelindian silika. Retakan, pelipatan, dan patahan yang terjadi mempercepat proses pelapukan dan pelindian, sehingga terbentuk opal pada sayap lipatan hingga Holosen. Daerah prospek opal terdapat pada satuan tuf bersisipan konglomerat dan breksi pumis, di sayap antiklin. Batuan pembawa opal adalah batulempung berwarna abu-abu gelap yang mengalasi konglomerat polimik/batupasir kerakalan dengan struktur silang-siur dan erosional, dengan kedalaman lebih dari 8 m.tukangbata.blogspot.com

HYPERLINK "https://www.google.com/search?q=gambar+gipsum&client=firefox-a&sa=X&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=fflb&biw=1360&bih=608&tbm=isch&tbs=simg:CAQSWQn8tR_1r8DwJQBpFCxCwjKcIGjwKOggCEhSTG5IQrQr8D8MhvCDCG-Mn-hqkGxogGD32jcp3fiAVzkbiLSKXO7N7gMJcpepzXVOfX6gxFCkMIT8mRbS9S1CZ" 360262

HYPERLINK "https://www.google.com/search?tbs=sbi:AMhZZisUIQgjzM7Inom4gwnLRDuke0GhPH2GWu6xj2ZrxQ6d3lv6vD6bhH5S8Q6DWTg0zM2URHoeks3AoiLRI_1JElD_1jx4rX-uBIB7goHbbGZ2R8pLmJAVN1QEobDvmazR8wbD5JetR8v5L4FNsJWRPZZXK1YN70Zh-Nzjl-4lCfMiRcVawGwYwDFKqf11F12bnpUXkdaXcipYZD-FoBrkSEyKvpgbazcJqHlIHN0KA7h-gcbwrmKQD84Kg_1V_1jzhNsoSxwmMcwq&ei=dMFIVIKcHITWmgXMjIH4Aw" Search by imageSetelah ditambang, material gypsum dihancurkan dan dikeringkan, kemudian dilakukan proses calcination pada gypsum, pada proses ini mengurangi kandungan ...