BAHAN EHK
-
Upload
daniel-evans -
Category
Documents
-
view
223 -
download
2
description
Transcript of BAHAN EHK
![Page 1: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/1.jpg)
A. Cara mendapatkan SIP dan SIPP
SIP dapat didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan untuk SIPP didapatkan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mekanisme pengurusan sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan disertai dengan
lampiran persyaratan yang telah ditentukan
2. Meneliti kelengkapan berkas permohonan untuk disesuaikan dengan persyaratan
3. Mengirimkan surat permohonan pada Instansi terkait untuk mendapatkan pertimbangan /
rekomendasi.
4. Menyampaikan pertimbangan / rekomendasi kepada pemroses ijin
5. Menandatangani surat ijin
6. Menympaikan surat keputusan ijin kepada pemohon setelah membayar retribusi.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat.
Pada Bab II: Pelaporan dan registrasi
Dalam Pasal 3
1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan
registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana sekolah berada guna
memperoleh SIP selambat-lambatnya 1(satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan
keperawatan
2) Kelengkapan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. Fotokopi ijazah pendidikan perawat
b. Surat Keterangan sehat dari dokter
c. Pasfoto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar
Dalam Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih tinggi.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan dengan melampirkan:
a. Fotokopi ijazah ahli madya keperawatan atau ijazah pendidikan dengan
kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah
![Page 2: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/2.jpg)
b. Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 tahun dari pimpinan sarana tempat
kerja, khusus bagi ahli madya keperawatan
c. Fotokopi SIP yang masih berlaku
d. Surat keterangan sehat dari dokter
e. Pas foto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar
f. Rekomendasi dari organisasi profesi
Adapun SIP berlaku selama 5 tahun sebagaiman yang terdapat dalam pasal 7, sedangkan
SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui yang
terdapat dalam pasal 14.
B. Etika keperawatan
Pengertian etik dan hukum berbeda namun prinsipnya sama. Etik berasal dari kata ethos
yaitu bahasa Yunani yang berarti motif dan sikap serta hubungan dari sikap ini terhadap
yang baik dari individu. Menurut Clohezy (1985) pengertian etik adalah interpretasi
individual tentang falsafah dan moral dari kehidupan dan merupakan dorongan internal
perorangan yang didasarkan pada nilai-nilai dan moral, sedangkan hukum adalah aturan
atau regulasi yang dibuat dan disahkan pemerintah berasal dari masyarakat dan mengikat
masyarakat yang merupakan dorongan eksternal serta bertujuan untuk kemampuan
masyarakat.
Etika yang dilanggar pada kasus ini yaitu,
1. Non maleficence
Prinsip ini berkenaan dengan kewajiban untuk tidak menimbulkan kerugian atau
cedera bagi orang lain apalagi membunuh. Seorang perawat yang menerapkan prinsip
ini akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat sehingga dalam setiap mengerjakan
sesuatu tidak sembarangan.
2. Fidelity
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban untuk setia atau loyal dengan kesepakatan
atau tanggung jawab yang diemban. Perawat yang menerapkan prinsip ini akan
bertanggung jawab secara sungguh-sungguh terhadap tugas yang dibebankan
kepadanya.
C. Isi dari pasal yang dilanggar dari EHS adalah :
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan :
![Page 3: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/3.jpg)
- Pasal 81 ayat 2 butir c “Mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan tanpa
izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1).”
- Pasal 82 ayat 1” Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan
sengaja :”
a. Melakukan pengobatan dan atau perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (4);
b. Melakukan transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1);
c. Melakukan implan obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1);
d. Melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(1);
- Pasal 82 ayat 2 butir d “Mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang
tidak memenuhi persyaratan penandaan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (2);”
D. Setiap profesi mempunyai risiko masalah hukum dalam menjalankan praktik
profesinya termasuk keperawatan.
Hal-hal yang diperlukan dalam rangka melindungi perawat dari permasalahan hukum
tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan kontrak
Suatu kontrak dapat diiartikan sebagai kesepakatan yang dibuat antara 2 belah pihak
seperti seorang perawat yang bekerja di suatu institusi, maka perlu adanya persetujuan yang
disepakati dan diketahui kedua belah pihak sehingga jelas tentang hak dan kewajiban yang
perlu dipenuhi.
2. Menjalankan praktik keperawatan secara kompeten
Perawat yang kompeten akan terhidar dari masalah malpraktik. Setiap perawat harus
yakin mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk dapat menerima
tanggung jawabnya sebagai perawat professional.
3. Pendidikan kesehatan bagi klien
Perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan bagi klien yang dirawatnya.
4. Menerima delegasi atau instruktur dokter secara benar
![Page 4: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/4.jpg)
Perawat harus mengetahui dokter yang diberi kewenangan untuk instruksi pengobatan.
5. Dokumentasi
Dokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan perawat disertai kondisi klien.
Dokumentasi harus berdasarkan fakta, akurat, lengkap serta sesuai dengan waktu kejadian
E. Payung Hukum Keperawatan
Pasal 50 KUHP “Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang, tidak dipidana”.
Pasal 51 KUHP “Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah
jabatan yang diberikan oleh penguasa yang wenang, tidak dipidana”
Pasal 53 UU No 23/1992
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan
“Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas sesuai
dengan standar profesi tenaga kesehatan”
Keputusan Menteri Kesehatan 1239/2001 , yaitu :
Pasal 20 ayat 1 “Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15.
Pasal 20 ayat 2 “Dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk penyelamatan jiwa.
F. Masuk kelalaian, kelalaian yang dilakukan oleh perawat yaitu,
1. Kelalaian terhadap kewajiban profesi perawat, yaitu yang terdapat pada pasal 73 UU
Praktik Keperawatan No. 29 / 2004
1. Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah
dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat
izin praktik.
2. Seriap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan bagi
![Page 5: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/5.jpg)
masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang
telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
2. Breath of duty (melanggar tugas)
Pelayanan/ asuhan keperawatan yang diberikan tidak memenuhi standar pelayanan/
praktik keperawatan. Adanya pelanggaran tugas ini dapat disebut sebagai
malfeasance (tindakan yang menunjukkan tidak terpenuhinya standar yang
diberlakukan) atau nonfeasance (kegagalan menjalankan tugas).
G. Oleh undang-undang dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi beberapa
kelompok.
Kelompok-kelompok ini selanjutnya menentukan mudah sukarnya obat didapatkan
dipasaran. Obat relative aman (relatif kurang beracun) akan lebih mudah didapatkan daripada
obat yang kurang aman (relatif lebih bracun). Makin kurang aman atau makin berbahayanya
suatu obat, makin ketat obat itu diawasi peredarannya dan pemakaiannya oleh pemerintah.
Sehingga untuk mendapatkan obat-obat trsebut harus dengan resep dokter dan hanya dapat
dibeli di apotek.
Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya:
1. Kelompok Obat Bebas
Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut di atas dapat
dijualbelikan dengan bebas, tanpa resep dokter an dapat dibeli di apotek, toko obat
maupun warung-warung kecil. Sebagai tanda obat bebas, pada pembungkusnya diberi
tanda khusus, warna hijau di dalam lingkaran warna hitam.
2. Kelompok Obat Bebas Terbatas
Pada zaman Belanda, kelompok obat keras ini disebut dengan obat daftar W (W =
Waarschuing = peringatan). Oabat-obat yng termasuk dalam kelompok ini dapat
dijualbelikan secara bebas dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan
dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan huruf putih di
atas kertas yang umumnya brwarna hitam.
3. Kelompok Obat Keras
Di dalam kefarmasian dan pada zaman Belanda dahulu obat-obat yang termasuk
dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G (gevaarlijk =
berbahaya) atu daftar obat keras.
![Page 6: BAHAN EHK](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082505/55cf8f0d550346703b9876fb/html5/thumbnails/6.jpg)
Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang sangat
besar dan untuk mendapatkannya diperlukan resep dokter yang hanya dapat dibei di
apotek. Pada pemakaian yang tidak hati-hati dapat mengaakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan dan dapat mengakibatkan maut, misalnya menimbulkan gangguan pada
metabolisme, gangguan pada saluran kencing, dan lain-lain.
Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi antibiotika, obat-
obat yang berpengaruh pada susunan syaraf seperti obat penenang, obat-obat yang
digunakan dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebagai tanda obat keras, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, huruf K dengan
latar belakang warna merah, di dalam lingkara warna hitam.
4. Kelompok Narkotika
Obat pada kelompok narkotika ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat
diperoleh di apotek dengan resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan
obat golongan O (O = opium). Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotka
ini sangat ketat dan diwasi oleh badan pengawas obat. Di apotek keluar masuknya
obat-obat narkotoka ini dicatat dan dilaporkan kepada badan pengawas.
Sebagai tanda obat yang temasuk narkotika, pada pembungkusnya diberi tanda
khusus palang merah engan latar belakang putih didalam lingkaran warna merah.