Bagian Ody - Etiologi Dan Patogenesis
-
Upload
fildza-hasnamudhia -
Category
Documents
-
view
28 -
download
7
Transcript of Bagian Ody - Etiologi Dan Patogenesis
PERIODONTITIS KRONIS
Periodontitis kronis merupakan suatu jenis periodontitis yang berkembang lambat,
tetapi mungkin menjadi agresif bila terdapat faktor predisposisi seperti kebiasaan
merokok, diabetes, atau stress. Periodontitis kronis juga dapat didefinisikan sebagai
penyakit yang mengalami inflamasi dalam jaringan penyokong gigi, kehilangan
perlekatan progresif, dan kehilangan tulang.
A. Etiologi
Faktor Lokal
Akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva di bagian dentogingival junction
diperkirakan menjadi agen inisiasi utama dalam etiologi periodontitis kronis. Kehilangan
perlekatan dan kehilangan tulang dipengaruhi oleh meningkatnya proporsi organisme
gram negatif pada biofilm plak subgingiva yang sangat patogen dan virulen. Terdapat
beberapa jenis bakteri yang disebut “red complex” yang paling berpengaruh dalam
kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang dalam periodontitis kronis, yaitu
Bacteroides gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Treponema denticola. Walaupun
terjadi peningkatan secara umum dari proporsi mikroorganisme gram negatif di plak
subgingival, peningkatan proporsi dari bakteri red complex yang menyebabkan
kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang.
Plak diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan warnanya:
a. Red complex : Bacteroides gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Treponema
denticola
Banyak terdapat pada plak subgingiva, pocket (pendalaman krevis gingival
yang patologis) yang dalam, dan lesi lanjutan.
Menginvasi jaringan periodontal dan cementum
Memproduksi enzim proteolitik
b. Orange complex : Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Prevotella
nigrisens, Peptostreptococcus micros, Campylobacter rectus
Seringkali berasosiasi dengan red complex
Ditemukan terlibat dalam infeksi nonperiodontal
c. Yellow complex & green complex : Eikenella corrodens, Actinobacillus
actinomycetemcomitans phenotype a, Streptococcus sanguis
Tidak berasosiasi dengan orange dan red complex; merupakan spesies
antagonis.
Merupakan grup spesies yang bermanfaat
Faktor retensi plak sangat penting dalam menginisiasi kerusakan periodontal karena
memberi retensi pada mikroorganisme plak di jaringan periodontal. Kalkulus merupakan
faktor retensi plak terpenting karena kalkulus mempunyai permukaan yang kasar
sehingga dapat memepertahankan bakteri-bakteri plak untuk terus menempel pada
permukaan yang kasar. Oleh karena itu, pembersihan kalkulus sangat penting untuk
menjaga kesehatan periodontium. Faktor-faktor lainnya adalah restorasi subgingival dan
atau overhanging, lesi karies yang mencapai subgingiva, furkasi yang terekspos karena
kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang, gigi berjejal dan malaligned, dan groove
akar.
Faktor Sistemik
Progresi periodontitis kronis plaque-induced secara umum terjadi secara lambat.
Namun, bila periodontitis kronis terjadi pada pasien yang mempunyai penyakit sistemik
yang mempengaruhi keefektifan respon host, laju kerusakan periodontal dapat
meningkat, contohnya diabetes. Terdapat dua jenis diabetes, yaitu diabetes tipe I atau
insulin-dependent diabetes melitus (IDDM) dan diabetes tipe II atau non-insulin-
dependent diabetes melitus (NIDDM). Diabetes tipe II meningkat seiring usia dan dapat
mengarah pada kerusakan periodontal parah yang sangat membutuhkan pengontrolan
kondisi sistemik. Tipe I ditemukan pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda juga dapat
meningkatkan kerusakan jaringan periodontium jika tidak dikontrol.
Faktor Lingkungan dan Tingkah Laku
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan keparahan dan perluasan penyakit
periodontal. Perokok dengan periodontitis kronis dapat mengalami kehilangan tulang dan
perlekatan, keterlibatan daerah furkasi, poket yang dalam, lebih sering bleeding
dibandingkan non-perokok, dan menampakkan lebih banyak kalkulus supragingival.
Riwayat Periodontitis Terdahulu
Pasien yang memiliki riwayat periodontitis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terkena periodontitis kronis, khusunya pada pasien yang pernah mengalami kehilangan
tulang dan perlekatan serta terjadi poket. Keadaan ini akan berlanjut pada kehilangan
jaringan penyangga bila perawatan kurang atau tidak berhasil. Selain itu, pasien
periodontitis kronis yang telah sukses dirawat risikonya juga akan meningkat bila
akumulasi plak terus meningkat.
B. Patogenesis Periodontitis Kronis
Perubahan keseimbangan antara bakteri dengan respons host pada lesi gingivitis
kronis dapat berkembang menjadi periodontitis kronis. Hal yang bisa menyebabkan
perubahan keseimbangan tersebut misalnya berupa munculnya mikroorganisme yang
lebih patogen dan virulen atau adanya kerusakan pada respon pertahanan tubuh host
yang diakibatkan karena stress, terganggunya fungsi imun, dan kebiasaan merokok.
Pada lesi periodontitis kronis, kerusakan jaringan periodontal bisa disebabkan
karena kerusakan langsung akibat toksin yang diproduksi bakteri pada plak gigi, namun
utamanya kerusakan disebabkan oleh respons inflamasi dari host sendiri berupa respon
lokal dan aktivitas mediator inflamasi. Kerusakan yang disebabkan respon host
mengakibatkan kerusakan pada jaringan keras dan lunak dari jaringan periodontal
sehingga menimbulkan tanda klinis periodontitis.
Kerusakan Akibat Bakteri
Banyak patogen periodontal seperti P. gingivalis dan A. actinomycetemcomitans
memproduksi substansi yang berpotensi merusak jaringan host seperti enzim tertentu
(protease, kolagenase, hyaluronidase) dan sisa metabolisme seperti NH3, H2S, dan asam
butirat.
Kerusakan Akibat Respon Inflamasi Host
Ada beberapa jumlah mekanisme pengrusakan jaringan periodontal oleh sistem
pertahanan tubuh host:
Neutrofil mengeluarkan enzim lisosom dan isi granul, meliputi lisozim, elastase,
kolagenase, myeloperoxidase, selama fagositosis atau setelah nekrosis dan
menyebabkan kerusakan jaringan disekitarnya.
Stimulasi neutrofil mengakibatkan peningkatan penggunaan O2 oleh sel
(respiratory burst), yang dipakai untuk mengoksidasi NADPH lalu membentuk
radikal superoksida (O2-) dan hidrogen peroksida, yang kemudian diubah oleh enzim
myeloperoksidase menjadi asam hipoklorik. Baik radikal superoksida, hidrogen
peroksida, dan asam hipoklorik merupakan bahan perusak bagi bakteri maupun
jaringan tubuh host.
Kolagenase dari neutrofil dan fibroblas merusak serat jaringan ikat pada ligamen
periodontal
Proliferasi sel epitel pada epitel junctional terjadi setelah kerusakan serat kolagen
pada ligamen periodontal. Sel epitel bermigrasi ke arah apikal sepanjang permukaan akar
gigi, sehingga menyebabkan terbentuknya poket. Hal ini memungkinkan meluasnya plak
subgingival ke poket periodontal, sehingga mendukung pertumbuhan bakteri anaerob
patogenik dan menimbulkan siklus kerusakan pada jaringan periodontal.
Sitokin dan mediator inflamasi seperti neutrofil dan makrofag (contohnya adalah
interleukin dan prostaglandin E2/PGE2) menstimulasi osteoklas untuk meresorpsi tulang
alveolar.
Neutrofil merupakan mekanisme pertahanan tubuh host yang pertama kali melawan
bakteri pada plak dan jumlahnya sangat mendominasi di sulkus gingiva dan junctional
epithelium. Jika neutrofil gagal mengontrol patogen, maka monosit akan diambil dari
darah dan kemudian menginfiltrasi jaringan ikat gingiva dan berkembang menjadi
makrofag. Makrofag bisa “memakan” atau memfagosit antigen sepenuhnya atau
berfungsi menjadi antigen presenting cells. Oleh sebab itu itu, neutrofil terlibat pada
respons akut awal pada periodontitis. Sementara makrofag dan limfosit terlibat pada
respons inflamasi kronik dan diaktivasi sebagai respons terhadap penetrasi yang lebih
dalam dari bakteri dan toksinnya.
Jika respons pertahanan tubuh bisa mengalahkan bakteri, progresi penyakitnya
berhenti. Namun jika pertahanan tubuh host melemah, penyakitnya bisa terjadi kembali.
Respons pertahanan tubuh host berperan penting dalam mengatur seberapa parah
penyakit yang dialami. Orang dengan sistem imun yang terganggu (contoh, pasien HIV)
memiliki risiko jauh lebih besar terserang penyakit periodontal dibandingkan orang-orang
dengan sistem imun yang normal.
inflamasi pada sulkus gingiva
↓
muncul sel-sel dan cairan inflamasi
↓
terjadi degenerasi dan pembengkakan
↓
serat kolagen pada junctional epithelium bagian apikal mulai rusak
↓
akibatnya sel-sel apikal junctional epithelium berproliferasi + pergerakan PMN dalam
jumlah banyak ke ujung koronal junctional epithelium
↓
junctional epithelium kehilangan sifat kohesifnya dan menjadi terpisah dari permukaan
akar
↓
dasar sulkus bergerak ke apikal (terbentuk poket)
C. Imunopatogenesis
Bakteri yang dapat menyebabkan periodontitis kronis adalah: P. gingivalis, B.
forshytus, P. intermedia, C. rectus, E. corrodens, F. nucleatum, A.
actinomycetemcomitans, P. micros, P. nigrescens, S. intermedius, dan T. denticola.
Bakteri berpenetrasi dinding sel bakteri memiliki rantai karbohidrat yang
kemudian dikenali sebagai antigen aktifnya sistem komplemen C1 – C1
mengaktifkan C2 - C2 mengaktifkan C3 – C3 membawa C5-C9 (membrane attack
complex) yang melubangi membran sel bakteri sehingga terjadi influks cairan sel
bakteri membengkak lisis.
Selain lewat sistem komplemen jalur alternatif, sistem imun juga melawan bakteri
dengan menghasilkan antibodi seperti skema berikut :
Bakteri berpenetrasi bakteri dikenali sebagai antigen oleh reseptor di permukaan
limfosit B maupun IgM limfosit B berubah menjadi sel plasma sel plasma
menghasilkan antibodi yang kemudian berikatan secara spesifik dengan bakteri
tersebut bakteri kemudian akan difagosit (oleh neutrofil atau makrofag) atau
dilisiskan (oleh sistem komplemen) atau dibunuh (oleh killer cells).
Sumber: Carranzas Clinical Periodontology 10th Edition