Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang...

93
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang dikete- ngahkan pada BAB IV. Bahasan ini merupakan penafsiran peneliti tentang hasil pengolahan data tersebut untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang kaitan antara temuan penelitian dengan variabel- variabel lain. Pembahasan ini juga dimaksudkan untuk mengkaji faktor- faktor yang mungkin kontributif terhadap temuan penelitian ini. A. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai BA Pertanyaan pertama yang menjadi kepedulian dari penelitian ini adalah "Strategi belajar apa yang digunakan mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia sebagai BA?" Data menunjukkan bahwa dari keenam deskriptor SBB yang diliput dalam SILL, intensitas penggunaan deskriptor SBB yang paling tinggi yaitu dalam penggunaan strategi kompensasi, sedangkan intensitas penggunaan deskriptor SBB yang terendah ialah dalam strategi mengingat. Esensi pokok dari strategi kompensasi yang dicakup dalam instrumen penelitian ini meliputi penerkaan makna dari konteks, antisipasi yang akan diutarakan orang lain, penggunaan isyarat dengan gerak tubuh atau pengalihan ke bahasa ibu, dan penggunaan berbagai cara seperti penggunaan sinonim untuk mengutarakan gagasan. Strategi ini cenderung bersifat universal dan mudah digunakan oleh pembelajar bahasa dari berbagai tingkatan. Oleh karena itu, pantaslah apabila 451

Transcript of Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang...

Page 1: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang dikete­

ngahkan pada BAB IV. Bahasan ini merupakan penafsiran peneliti tentang

hasil pengolahan data tersebut untuk memperoleh gambaran yang lebih

mendalam tentang kaitan antara temuan penelit ian dengan variabel-

variabel lain. Pembahasan ini juga d imaksudkan untuk mengkaji faktor-

faktor yang mungkin kontributif terhadap temuan penelit ian ini.

A. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai BA

Pertanyaan pertama yang menjadi kepedul ian dari penelit ian ini

adalah "Strategi belajar apa yang digunakan mahasiswa yang belajar

bahasa Indonesia sebagai BA?" Data menunjukkan bahwa dari keenam

deskriptor SBB yang diliput dalam SILL, intensitas penggunaan deskriptor

SBB yang paling tinggi yaitu dalam penggunaan strategi kompensasi ,

sedangkan intensitas penggunaan deskriptor SBB yang terendah ialah

dalam strategi mengingat.

Esensi pokok dari strategi kompensasi yang dicakup dalam

instrumen penelit ian ini meliputi penerkaan makna dari konteks, antisipasi

yang akan diutarakan orang lain, penggunaan isyarat dengan gerak tubuh

atau pengalihan ke bahasa ibu, dan penggunaan berbagai cara sepert i

penggunaan sinonim untuk mengutarakan gagasan. Strategi ini

cenderung bersifat universal dan mudah digunakan oleh pembelajar

bahasa dari berbagai t ingkatan. Oleh karena itu, pantaslah apabila

451

Page 2: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

strategi ini merupakan strategi yang paling tinggi f rekuensi penggu­

naannya.

Hasil wawancara menunjukkan minat yang tinggi da lam

penggunaan strategi-strategi tersebut di antara pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA. Misalnya, Yohanes, salah seorang responden yang

diwawancarai yang TKB-nya termasuk tingkat LANJUTAN, menggunakan

strategi kompensasi sepert i mengerutkan kening tatkala t idak mengert i .

Dia berkali-kali melakukan hal seperti itu tatkala diwawancarai . Anastasia,

responden yang termasuk kelompok tingkat PEMULA menggunakan

isyarat dengan menggunakan intonasi dalam mengajukan pertanyaan.

Strategi kompensasi lainnya yang digunakan Yohanes yaitu beralih ke

bahasa ibu tatakala sedang berbicara dalam bahasa target. Ketika

diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan kata dari bahasa Inggris.

Karena t idak mengetahui kata to describe dalam bahasa Indonesia, dia

menggunakan kata dari bahasanya sendiri dengan mengatakan " . . lebih

banyak kata yah untuk describe." Wal len, pembelajar yang termasuk

kategori t ingkat M E N E N G A H sering sekali beralih ke bahasa Inggris

ketika berbicara. Anastasia, salah seorang responden dari kelompok

tingkat PEMULA, juga sering menggunakan strategi ini. Misalnya tatkala

dia menyatakan pendapatnya tentang harapannya agar guru senant iasa

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar da lam

mengajar, dia mengatakan "Walaupun kadang-kadang tidak mengerti

kalau guru berbahasa Indonesia tetapi belakang (maksudnya setelah itu)

akan mengerti."

Strategi penerkaan oleh Oxford (1990) d imasukkan ke da lam

strategi kompensasi , yang dalam beberapa studi yang di laporkannya,

4S2

Page 3: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

yaitu studi yang di lakukan Grandage (1986), Papalia dan Zampogna

(1977), dan Mc Donough dan McNemey (1986), strategi ini d igunakan

dalam menyimak pemahaman, membaca pemahaman, dan pembelajaran

kosa-kata. Dalam hal penggunaan strategi penerkaan gagasan pokok dari

konteks, temuan mereka sejalan dengan temuan penelitian ini.

Persentase intensitas penggunaan strategi ini t inggi sekali. Lebih dari 8 5 %

responden yang di jadikan sampel dalam penelit ian ini sering sekait a tau

bahkan selalu menggunakan strategi ini. Oleh Canale (dalam Richards

dan Schmidt 1983) strategi ini dikategorisasikan sebagai BAgian dari

strategic competence yang berfungsi untuk menghindari ketidak-lancaran

dalam berkomunikasi karena keterbatasan pengetahuan dalam bahasa

target dan untuk menciptakan keefektifan komunikasi itu sendiri.

Deskriptor SBB yang intensitas penggunaannya paling rendah

yaitu strategi mengingat. Esensi pokok dari strategi ini yang diliput dalam

instrumen penelit ian ini yaitu menghubungkan materi baru dengan mater i

yang telah dikuasai, menggunakan kata dalam kalimat, menghubungkan

bunyi kata baru dengan bunyi kata yang telah diketahuinya, menyena-

raikan kata-kata yang telah diketahui untuk dihubungkan dengan kata

baru, menggunakan flashcards, dan memperagakan kata baru.

Strategi mengingat memang termasuk strategi yang kurang diminati

oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Pertama yaitu karena

strategi ini memang akan dirasakan kurang bermakna apabila t idak

didukung oleh pendekatan pengajaran bahasa mutakhir seperti

pendekatan komunikat i f yang lebih menonjolkan penggunaan bahasa

daripada penghafalan kaidah-kaidah atau ungkapan-ungkapan bahasa.

Dalam hal pembelajaran bahasa Indonesia, strategi menghubungkan

453

Page 4: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

bunyi kata yang telah diketahui dengan bunyi kata baru t idak sepent ing

dalam pembelajaran bahasa Inggris karena bahasa Indonesia merupakan

bahasa fonetis yang ujarannya hampir keseluruhannya d i lambangkan

dengan huruf secara konsisten. Kira-kira 76,92% responden menyatakan

secara eksplisit bahwa mempelajari pengucapan bahasa Indonesia t idak

sulit karena ejaan dengan pelafalannya sama.

Penggunaan flashcards, yaitu salah satu indikator strategi

mengingat, intensitasnya sangat rendah. Ronny, salah seorang responden

yang termasuk kategori tingkat PEMULA menyatakan bahwa dia t idak

pernah menggunakan kartu kosa-kata untuk mengingat kata baru akan

tetapi dia mencoba menyenaraikan kata-kata baru tersebut secara

alfabetis. Pada waktu diwawancarai bahkan dia memperl ihatkan daftar

kata yang dibuatnya itu. Akan tetapi, dia berpendapat bahwa cara tersebut

tidak menunjangnya dalam mengingat kata baru. Bahkan sebaliknya,

setelah kata-kata yang ditulisnya itu dipelajarinya, tatkala akan

digunakannya, kata-kata tersebut malah t idak ada dalam ingatannya. Jadi,

menurut pendapatnya, dalam mengingat kata baru, yang paling efekti f

yaitu dengan jalan menggunakannya dalam kalimat, apakah dalam

wacana lisan maupun tertulis. Rendahnya intensitas penggunaan

flashcards mungkin karena strategi ini dipandang mengambi l wak tu yang / /

banyak dalam penyiapan dan penggunaannya.

Pemeragaan kata baru atau acting out the new word juga

intensitasnya rendah. Rendahnya intensitas penggunaan strategi ini

tampaknya lebih cenderung karena pembelajar bahasa Indonesia sebagai

BA yang dijadikan sampel dalam penelit ian ini kesemuanya orang dewasa

sehingga acting-out seolah-olah dirasakan kurang cocok di laksanakan di

454

Page 5: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

kelas maupun di luar kelas. Beberapa orang yang diwawancarai

berpendapat bahwa yang terpenting dalam belajar bahasa ialah unsur

kebermaknaan. Oleh karena itu, strategi acting-out ini tidak begitu disukai

karena dipandang hanya bisa di lakukan untuk kata-kata yang elementer

dan hanya untuk kata-kata yang memungkinkan untuk d iperagakan.

Untuk kata-kata yang abstrak, misalnya, strategi ini sangat sulit d i lakukan.

Mungkin indikator strategi ini hanya cocok untuk pembelajar bahasa

tingkat pemula. Akan tetapi ini sangat tergantung pada bagaimana

seseorang dapat memanfaatkannya. Strategi ini sebenarnya dapat

bermakna apabila siswa dapat menggunakannya secara tepat. Misalnya

j ika strategi ini d i lakukan dengan menggunakan metode total physical

response. Dalam hal inilah diperlukannya pengarahan dari guru agar

siswa dapat memanfaatkan strategi ini semaksimal mungkin. Dengan

demikian, rendahnya penggunaan strategi ini mungkin karena siswa t idak

begitu memahami pemanfaatan dari strategi ini.

Dari empat puluh butir indikator SBB yang diliput dalam SILL,

intensitas penggunaan setiap indikatornya beraneka. Pada bagian ini

akan diketengahkan butir indikator SBB yang intensitas penggunaannya

paling tinggi dan butir indikator yang intensitas penggunaannya paling

rendah. Indikator SBB yang dinyatakan intensitasnya tinggi yaitu yang

digunakan secara rata-rata oleh responden di atas 80%, sedangkan yang

dipandang termasuk rendah yaitu yang intensitas penggunaannya di

bawah 50%.

Dengan demikian, indikator SBB yang diliput dalam SILL, yang

intensitas penggunaannya di atas 8 0 % secara berurutan mulai dari yang

tertinggi intensitasnya yaitu butir 16, 39, 2 1 , 17, 18, 1 1 , 36, dan 24.

455

Page 6: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Indikator SBB butir 16 yang berbunyi 7 use reference matenals such as

gfossaries or dictionaries to help me use the new language" merupakan

indikator SBB yang intensitas penggunaannya paling t inggi. Sewaktu

peneliti melakukan observasi langsung ke kelas-kelas yang di jadikan

sampel penelit ian, di setiap kelas yang diobservasi, strategi ini terl ihat

sekali penggunaannya. Hampir semua mahasiswa pembelajar bahasa

Indonesia membawa kamus ke kelas dan setiap waktu terlihat para

mahasiswa menggunakannya tatkala mereka menemukan kata yang tidak

dipahaminya, baik sewaktu membaca buku pelajaran maupun sewaktu

menyimak gurunya yang sedang menerangkan pelajaran dengan

menggunakan bahasa Indonesia.

Kemudian, strategi yang juga termasuk tinggi intensitas penggu­

naannya adalah strategi butir 39 yaitu yang berbunyi 7 try to leam about

the culture of the place where the new language is spoken." Penggunaan

strategi ini cukup tinggi karena memang dalam program pengajaran di La

Trobe dan Deakin University ada program ekstra kurikuler tentang

pengenalan budaya Indonesia. Misalnya, di La Trobe University sebulan

sekali guru mengadakan kegiatan yang disebut Indonesian Night. Dalam

acara tersebut para siswa dibawa ke restoran Indonesia untuk mengenal

makanan-makanan Indonesia sambi l mempelajari budaya Indonesia

sedangkan di Deakin University ada program yang disebut in country

training. Program tersebut merupakan kerjasama antara Deakin University

dengan IKIP Bandung dan IKIP Yogyakarta. Dalam program tersebut,

mahasiswa diberi kesempatan untuk mendapat pengalaman belajar di

Indonesia selama satu bulan dengan sedikit mendapat subsaidi dari

universitasnya.

456

Page 7: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Selanjutnya, butir yang intensitas penggunaannya t inggi yaitu

intensitas penggunaan butir 21 yang berbunyi "When i don't understand a

word I read or hear, I guess the general meaning by using any clue I can

find for example clues from the context or situation." Teknik ini merupakan

teknik yang cukup efisien, dalam artian tidak terlalu mengambi l banyak

waktu dan tidak terlalu merepotkan seperti halnya membuka kamus.

Responden yang diwawancarai dari mulai t ingkat PEMULA hingga t ingkat

LANJUTAN kesemuanya sering atau bahkan selalu menggunakan strategi

ini, baik da lam mencoba memahami wacana lisan maupun wacana

tertulis.

Butir berikutnya adalan butir 17 yang berbunyi 7 take notes in the

class in the new language." Penggunaan strategi ini memang t idak

setinggi penggunaan strategi butir 21 yaitu menerka makna dari konteks

akan tetapi intensitasnya masih termasuk cukup tinggi. Sebanyak 80 ,3%

dari keseluruhan jumlah sampel menyatakan bahwa mereka sering atau

bahkan selalu mencatat dalam bahasa target. Tampaknya, kegiatan ini

merupakan kegiatan yang dapat dimanfaatkan siswa untuk melatih dir inya

dalam mentranfer informasi yang disimaknya dalam bahasa target

sekaligus mengapl ikasikannya untuk melatih dirinya dalam menul is

dengan menggunakan bahasa target. Disamping itu, mencatat pelajaran

dengan menggunakan bahasa target cebderung lebih mudah karena

siswa t idak perlu berpikir lagi untuk mengalihkannya ke dalam bahasa

sendiri.

Indikator yang kelima yang sering digunakan yaitu indikator SBB

butir 18 yang berbunyi 7 find the meaning of a word by dividing the words

into parts which I understand." Beberapa orang yang diwawancarai

457

Page 8: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

menyatakan bahwa untuk memahami bahasa Indonesia, mereka lebih

cepat memahami kata dasarnya daripada kata yang ber imbuhan.

Kassandra, yaitu responden yang TKB-nya termasuk kategori t ingkat

M E N E N G A H menyatakan bahwa baginya lebih mudah memahami

wacana lisan daripada wacana tulis karena dalam bercakap-cakap, orang

keseringannya menggunakan kata dasar.

Butir 11 berbuny i " / read a story or dialogue several times until I can

understand it." Responden pembelajar bahasa Indonesia pada umumnya

ju jur terhadap dirinya. Mereka pada umumnya tidak pernah berpura-pura

mengerti tatkala mereka tidak mengerti. Misalnya, dalam wawancara,

semua responden yang diwawancarai apabila tidak memahami kata yang

digunakan penelit i, mereka akan langsung menanyakan arti kata tersebut.

Dengan demikian, dalam memahami wacana tulis tentu saja mereka akan

mencoba memahami wacana tersebut hingga benar-benar memahaminya.

Butir 36 berbunyi "lf I do not understand I ask the speaker to slow

down, repeat, or clarify what was said." Data menunjukkan bahwa strategi

ini d igunakan oleh semua responden yang diwawancarai . Responden

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA memang hidup da lam

l ingkungan yang budaya keterus-terangan di tanamkan sejak keci l .

Pengaruh budaya ini terlihat jelas dalam penggunaan strategi ini.

Keterjadian penggunaan strategi ini ditemukan baik dalam wawancara

maupun dalam observasi . Dalam wawancara dengan penelit i dan juga

tatkala menyimak gurunya di kelas, mereka tidak segan-segan meminta

guru atau peneliti untuk berbicara agak lambat atau mengulangi

pernyatannya, atau meminta penjelasan tentang hal-hal yang dikatakan

guru atau peneliti tersebut apabila hal tersebut belum jelas bagi mereka.

45S

Page 9: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Bahkan kadang-kadang mahasiswa tidak segan-segan menentang

pendapat gurunya secara argumentatif.

Butir yang terakhir dari kelompok yang intensitas penggunaannya

t inggi yaitu butir 24 yang berbunyi "When I cannot think of the correct

expression to say or write, I find a different way to express the idea."

Strategi ini banyak digunakan oleh responden yang diwawancarai mulai

dari responden tingkat PEMULA hingga t ingkat LANJUTAN. Diana,

responden yang termasuk kelompok tingkat PEMULA, menggunakan

sebuah kata bahasa Inggris tatkala dia tidak mengetahui kata ago dalam

bahasa Indonesia. Tatkala dia akan mengatakan bahwa dia pernah

belajar bahasa Indonesia tiga puluh tahun lalu dia mengatakan "Ehm, ....

tiga puluh tahu ago, saya belajar bahasa Indonesia di Universitet

Melbourne." Lorina menggunakan kata out loud tatkala dia t idak tahu kata

membaca nyaring. Dia mengatakan bahwa untuk berlatih pelafalan, dia

menyatakan bahwa dia berlatih membaca nyaring di rumah dengan

mengatakan "Ada di rumah saya, saya membaca out loud." Natalia,

responden yang skor TBIBA-nya paling tinggi, mencoba mencari kata

yang bunyinya berdekatan dengan kata yang ingin diutarakannya itu tetapi

pemil ihan katanya tidak j i tu. Dia menggunakan kata pelacur langit untuk

kata pencakar langit. Dia berkata bahwa "Aneh sekali karena masih

kampung tapi tidak ada langit pelacur" {maksudnya pencakar langit.

Natalia juga sering menyel ipkan kata-kata bahasa Inggris tatkala

diwawancarai .

Jadi, strategi yang cenderung paling sering digunakan oleh

pembefajar bahasa Indonesia sebagai BA ialah:

1. menggunakan buku rujukan seperti kamus;

459

Page 10: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

2. mempelajari budaya bahasa target;

3. menerka gagasan pokok dari konteks;

4. mencatat pelajaran da lam bahasa target;

5. memenggal kata ke dalam suku kata yang dipahami;

6. membaca ceri tera/percakapan secara berulang-ulang hingga

memahaminya;

7. meminta lawan bicara untuk berbicara agak lambat atau untuk

mengulangi perkataannya; dan

8. menggunakan cara atau ungkapan lain untuk menyatakan gagasan.

Indikator SBB yang intensitas penggunaannya paling rendah ialah

intensitas penggunaan yang di bawah 50%. Jadi, indikator SBB yang

termasuk da lam kategori ini dari yang terendah secara berurutan sebagai

berikut: butir 35, 06, 04, 05, 14, dan 25. Butir 35 yang merupakan

indikator SBB dalam SILL yang intensitas penggunaannya paling rendah

berbunyi 7 keep a private diary orjoumal where I write my feelings about

language leaming." Sebagaimana diketengahkan pada bab sebelumnya,

dari 56 orang responden yang dil ibatkan dalam penelitian ini, hanya satu

orang yang menyatakan bahwa dia selalu melakukan kegiatan ini dan

tidak seorang pun yang menyatakan bahwa dia sering mencatat

perasaannya di buku harian. Bahkan 50 orang responden atau 89,29%,

menyatakan bahwa mereka t idak pernah melakukan kegiatan tersebut.

Butir ini termasuk strategi afektif. Secara keseluruhan strategi ini

merupakan strategi yang intensitas penggunaannya rendah juga setelah

strategi mengingat. A d a berbagai kemungkinan yang menyebabkan

intensitas penggunaan strategi ini rendah. Salah satunya, mungkin karena

diary biasanya d ipandang sebagai tempat untuk mencatatkan kegiatan

460

Page 11: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

tentang segala kejadian yang terjadi sehari-hari yang biasanya berkaitan

dengan segala aspek kehidupan dan bukan untuk hal-haf akademis.

Kalaupun ada guru yang mencoba mendorong siswanya untuk melakukan

kegiatan ini, biasanya hanya menyentuh siswa-siswa yang serius. Jadi,

pantaslah j ika penggunaan strategi ini rendah.

Kemudian, butir 06 yang berbunyi 7 physica/ly act out the new

word" juga termasuk indikator SBB yang intensitas penggunaannya

rendah. Pada bagian sebelumnya telah d ikemukakan beberapa

kemungkinan mengapa strategi ini intensitas penggunaannya rendah.

Selanjutnya, butir yang intensitas penggunaannya rendah juga yaitu

butir 04 yang berbunyi 7 list all the other words I know that are related to

the new words and draw lines to show retationships." Kegiatan ini hampir

serupa dengan penggunaan strategi butir 05 yang intensitas penggu­

naannya juga rendah yaitu yang berbunyi 7 use flashcards with the new

word on one saide and the definition or other information on the other."

Alasan rendahnya intensitas penggunaan butir ini telah dibahas pada

bagian sebelumnya. Pada dasarnya, kebanyakan responden menyatakan

bahwa menul iskan kata-kata baru di luar konteks dan t idak bermakna

kurang efisien karena j ika kata baru itu dipelajari tanpa digunakan secara

bermakna, kata-kata tersebut akan mudah di lupakan.

Indikator selanjutnya yang juga intensitas penggunaannya rendah

yaitu butir 14 yang berbunyi 7 read for pleasure 'm the new language."

Hanya dua orang responden yang mengaku selalu melakukan kegiatan

ini. Devy, responden dari keompok yang TKB-nya termasuk kriteria

SEDANG, senang membaca ceritera pendek terutama di hari-hari libur.

Akan tetapi t idak banyak respponden yang mengaku suka membaca

461

Page 12: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

novel yang berbahasa Indonesia. Salah satu penyebabnya kemungk inan

adalah kurangnya buku-buku yang ditulis dalam bahasa target yang bisa

di jadikan rujukan atau acuan dalam pengembangan keterampi lan

berbahasa. Misalnya, buku-buku novel Indonesia tidak mudah didapat

kecuali yang ada di perpustakaan mereka. Kalaupun ada di toko buku ,

harganya memang mahal. Lagipula, toko yang menjual buku-buku yang

berbahasa Indonesia t idak banyak. Akibatnya, kesempatan untuk

memperoleh pajanan terhadap bahasa target t idak memadai karenanya.

Kemungkinan lainnya yaitu karena tingkat kemahiran berbahasa mereka

masih rendah. Pembelajar bahasa Indonesia di kedua universitas ini t idak

khusus belajar bahasa Indonesia akan tetapi merupakan keterampi lan

tambahan. Dalam istilah mereka yaitu double degree.

Butir 25 berbunyi 7 preview the language lesson to get a general

idea of what rt is about. how tt /s organized, and how it relates to what I

already know." Intensitas penggunaan strategi ini t idak terlalu rendah.

Sallyna, responden yang termasuk kelompok t ingkat M E N E N G A H

menyatakan bahwa dia t idak suka melakukan hal ini di luar kelas. Dia

selalu berusaha untuk belajar sebisanya di kelas dan tidak belajar lagi di

luar kelas. Dia tidak belajar lagi di luar kelas mungkin karena ju rusan

utama dia adalah bussiness sehingga dia mampunya! banyak tugas lain

yang harus dikerjakannya selain bahasa Indonesia. Sebenarnya, Sal lyna

merupakan responden yang cukup potensial. Kalaulah dia mampunya i

cukup waktu untuk belajar di luar kelas, mungkin kemahi ran

berbahasanya akan lebih baik daripada yang didapatnya sekarang.

Jadi strategi-strategi yang paling jarang digunakan oleh pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA dalam sampel penelit ian ini ialah:

462

Page 13: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

1. mencatat perasaan sendiri tentang belajar bahasa;

2. memperagakan kata baru;

3. menyenaraikan kata yang telah diketahui untuk dihubungkan dengan

kata baru;

4. menggunakan f lashcards untuk mengingat kata baru;

5. membaca buku yang berbahasa target sebagai hobi; dan

6. mengkaji-ulang pelajaran untuk melihat organisasi bahan, memperoleh

gagasan pokok dan menemukan kaitannya dengan pelajaran

sebelumnya.

B. SBB Pembelajar Bahasa Inggris sebagai BA

Pertanyaan yang kedua dari penelitian ini yaitu "Strategi belajar

apa yang digunakan mahasiswa pembelajar bahasa Inggris sebagai

BA?" Secara kuantitatif, data menunjukkan bahwa dari keenam

deskriptor SBB yang diliput dalam ISBB, deskriptor yang intensitas

penggunaannya paling tinggi dan yang paling rendah keadaannya sama

dengan intensitas penggunaan SBB oleh pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA. Intensitas yang tertinggi yang digunakan pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA juga dalam penggunaan strategi kompensasi dan

yang terendah ialah dalam penggunaan strategi mengingat. Temuan ini

sejalan dengan temuan penelit ian yang di lakukan Lo Castro (1994) yaitu

yang mengungkapkan bahwa strategi-strategi yang sama sekali t idak

digunakan oleh respondennya yaitu strategi-strategi yang berkaitan

dengan strategi mengingat.

Esensi pokok dari starategi kompensasi yang diliput dalam ISBB

yaitu menerka makna dari konteks, menggunakan isyarat dengan

463

Page 14: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

menggerakkan anggota badan, menciptakan kata baru dalam bahasa

target, membaca wacana yang berbahasa terget tanpa melihat setiap

makna kata dalam kamus, mencoba menerka hal yang akan dikatakan

lawan bicara, dan menggunakan kata atau frase lain yang kira-kira

maknanya sama. Tampaknya memang strategi-strategi ini bersifat

universal karena mudah di lakukan oleh pembelajar bahasa dari segala

t ingkatan, dari t ingkat pemula hingga tingkat lanjutan. Data menunjukkan

bahwa strategi kompensasi ini merupakan strategi yang intensitas

penggunaannya paling tinggi di antara keenam deskriptor SBB yang

digunakan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dan bahasa

Ingris sebagai BA.

Dalam wawancara, strategi ini terlihat sekali intensitas

penggunaannya. Responden-responden yang diwawancarai sering sekali

menggunakan strategi ini. Misalnya, Wahyu , responden yang termasuk

kelompok t ingkat MENENGAH beberapa kali menggunakan kata lain

untuk mengungkapkan gagasannya. Tatkala peneliti bertanya apakah dia

suka menggunakan kata dalam kalimat untuk mengingat kata baru, dia

menjawab "lt is sometimes I make eh.... inovation..." (maksudnya

membuat kalimat dengan menggunakan kata baru). Nugraha, yang juga

dari kelompok t ingkat MENENGAH mengaku bahwa j ika dia ingin

mengutarakan sesuatu dalam bahasa target, akan tetapi dia lupa kata

yang akan digunakannya itu maka dia menggunakan isyarat, begitu juga

Wahyu. Hani, reponden dari kelompok t ingkat ini, sering menggambar

sesuatu untuk mengutarakan gagasannya tatkala dia berbicara dengan

orang asing yang dijumpainya di Pangandaran. Tak ada seorang pun dari

responden pembelajar bahasa Inggris sebagai BA yang tidak pernah

464

Page 15: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

menggunakan bahasa isyarat atau t idak menggunakan kata atau f rase

lain untuk mengemukakan gagasan.

Intensitas yang paling jarang digunakan oleh pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA yaitu dalam penggunaan strategi mengingat. Esensi

pokok dari strategi mengingat yang diliput dalam ISBB yaitu

menghubungkan materi baru dengan materi sebelumnya, menggunakan

kata baru dalam kalimat, membayangkan bentuk atau gambar dari kata

baru, membayangkan kata dalam sebuah situasi, mengasosiasikan bunyi

kata baru dengan kata lain dalam bahasa sendiri, menggunakan

flashcards, memperagakan kata, mempelajari kembali pelajaran baru, dan

mengingat kata baru dengan mengingat lokasi kata tersebut dalam buku

atau pada tanda-tanda jalan.

Hal yang paling menonjol dari intensitas penggunaan sembi lan butir

indikator strategi mengingat ini oleh pembelajar bahasa Inggris sebagai

BA yaitu bahwa kebanyakan responden yang diwawancarai mengakui

bahwa mereka jarang mengutang pelajaran baru yang diberikan guru di

kelas. Mereka mengakui bahwa mereka hanya belajar j ika akan

menghadapi tes, terutama sebelum ujian tengah semester (UTS) atau

ujian akhir semester (UAS). Keadaan ini perlu mendapat pemikiran yang

serius karena kebiasaan seperti ini t idak menunjang peningkatan

kemampuan siswa dalam belajar apapun. Dari sisi guru, guru hendaknya

mengintrospeksi diri dalam cara mengajarnya. Apakah guru telah

berupaya menciptakan kegiatan yang kondusif akan keterjadian strategi

ini dalam proses mengajarnya? Berdasarkan informasi yang didapat dari

kelas-kelas yang diobservasi , dan juga berdasarkan pengakuan reponden

dalam wawancara, kebanyakan responden menyatakan bahwa

465

Page 16: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

kebanyakan dosen tidak memberi tugas. Kalaupun ada dosen yang

memberi tugas, keseringannya tugas tersebut t idak diperiksa atau diberi

umpan balik. Salah seorang dosen menyatakan bahwa dia bukan t idak

mengetahui bahwa salah satu cara untuk mendorong siswa agar belajar di

luar kelas yaitu dengan memberi tugas. Akan tetapi, pemberian umpan

balik secara individual memang sulit d i laksanakan karena jumlah

mahasiswanya terlalu banyak. Jumlah siswa dalam satu kelas antara 30

sampai 70 orang. Misalnya, dalam pelajaran writing yang paling ideal,

mahasiswa mendapat tugas untuk membuat karya tulis pendek setiap

minggu. Akan tetapi bagaimana seorang guru dapat mengoreksi karya

tulis mahasiswa setiap minggu serta membahasnya secara individual

apabila jumlah mahasiswanya terlalu banyak. Disamping itu, dia juga tidak

hanya mengajar mata kuliah tersebut tetapi juga mata kuliah lainnya.

Setiap dosen di IKIP Bandung mampunyai kewaj iban mengajar s e d i k i t - /

dikitnya 12 SKS dalam satu semester.

Untuk mengatasi pemasalahan ini, tampaknya perlu penataan

tersendiri yang melibatkan pembuat keputusan di t ingkat institusi.

Pembenahan din tentu saja bukan hanya dituntut dari guru akan tetapi

juga harus ada kerja sama yang harmonis antara guru dengan siswa.

Siswa juga perlu membenahi diri dan menyadari bahwa guru t idak akan

dapat menyulap siswanya untuk mahir berbahasa target tanpa ada upaya

untuk belajar secara rutin. Belajar di akhir program saja tidak akan

membuat siswa untuk dapat menyimpan informasi secara baik di dalam

struktur kognitifnya.

Dalam penggunaan flashcards atau dalam menyenaraikan kata

baru untuk dipelajari, intensitasnya juga rendah sekal i . Ditinjau dari faktor

466

Page 17: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

sosial-ekonomi, bagi pembelajar bahasa Inggris sebagai BA, kata

flashcards konotasinya barang mewah dan mahal. Padahal sebenarnya

jika kreatif, kartu kosa-kata dapat dibuat dari karton-karton bekas,

misalnya bekas kartu undangan. Hampir semua responden mengatakan

bahwa mereka tidak pernah menggunakan flashcards atau

menyenaraikan kata baru untuk mengingat kata. Untuk mengingat kata

baru, kebanyakann responden menuliskan arti kata tersebut di dalam

buku yang dibacanya. Cara inipun baik untuk menggant ikan strategi

penggunaan flashcards dan penyenaraian kata. Dengan cara ini, s iswa

bahkan tidak kehi langan konteks di tempat kata tersebut d igunakan.

Beberapa orang responden malah mengakui bahwa menyenaraikan kata

baru atau menul iskan kata baru beserta artinya di flashcard memerlukan

waktu yang banyak dan setelah dibuatnya mereka cenderung t idak

membacanya sehingga pekerjaan tersebut dipandang sia-sia saja. Hani,

responden yang termasuk kelompok tingkat MENENGAH mengakui

bahwa dia t idak suka menul iskan kata-kata baru atau membuat kalimat

dengan menggunakan kata baru karena j ika dia menul iskannya, dia

biasanya lupa akan kata-kata tersebut. Dia lebih senang

menggunakannya dalam berbicara karena dengan jalan itu dia akan dapat

mengingatnya lebih lama.

1SBB, instrumen pengumpul data SBB pembelajar bahasa Inggris

sebagai BA, diliput dengan 50 butir indikator SBB. Pada bagian ini akan

diketengahkan indikator SBB yang intensitas penggunaannya paling t inggi

dan indikator yang intensitas penggunaannya paling rendah. Indikator

SBB yang dinyatakan intensitasnya t inggi dalam penelitian ini yaitu yang

digunakan secara rata-rata oleh responden di atas 80%, sedangkan yang

467

Page 18: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dipandang termasuk rendah yaitu yang intensitas penggunaannya di

bawah 50%.

Indikator SBB yang intensitas penggunaannya di atas 8 0 % hanya

ada empat butir. Butir-butir tersebut mulai dari yang intensitasnya paling

tinggi yaitu butir 32, 45, 15, dan butir 22. Butir 32 berbunyi "Saya

memperhatikan orang yang berbicara bahasa Inggris dengan sebaik-

baiknya." Data menunjukkan bahwa indikator SBB yang intensitas

penggunaannya paling tinggi ialah intensitas penggunaan indikator SBB

butir 32 yang berbunyi "Saya memperhatikan orang yang berbicara

bahasa Inggris." Banyaknya saluran televisi swasta yang menayangkan

film-film yang berbahasa inggris merupakan keuntungan bagi pembelajar

bahasa Inggris yang ingin memanfaatkan pajanan seperti ini. Data

menunjukkan bahwa t idak seorangpun dari 114 orang responden yang

skornya memperl ihatkan bahwa mereka t idak pernah menggunakan

strategi ini. Lebih dari setengahnya yaitu 51,75% atau sebanyak 59 orang

responden skornya menunjukkan bahwa mereka sering atau sering sekali

menggunakan strategi ini dan sebanyak 47 orang atau 41 ,23% skornya

memperl ihatkan bahwa mereka hampir selalu atau selalu menggunakan

strategi ini.

Yang selanjutnya, yaitu butir 45 yang berbunyi "Jika saya tidak

mengerti apa yang dikatakan lawan berbicara, saya memintanya untuk

berbicara agak lambat atau mengulangi apa yang dikatakannya." Strategi

ini sangat umum dan banyak digunakan oleh hampir setiap mahasiswa

karena tampaknya strategi ini merupakan strategi yang mudah di lakukan

oleh pembelajar bahasa asing dari t ingkat rendah hingga tingkat lanjutan.

468

Page 19: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Butir 15 berbunyi "Saya menonton film yang berbahasa Inggris."

Sama halnya dengan butir 32, banyaknya saluran televisi member i

kesempatan yang banyak kepada pembelajar bahasa inggris di Indonesia

untuk manyak berlatih menyimak wacana yang berbahasa Indobesia yang

disuguhkan lewat layar kaca ini. Walaupun demikian, perubahan

kebijakan yang menayangkan film-film yang berbahasa Inggris dengan

didabing bahasa Indonesia menyebabkan kesempatan untuk berlatih

menyimak menjadi hi lang. Hal ini amatlah disayangkan.

Yang terakhir yang intensitas penggunaanya tinggi yaitu butir 22

yang berbunyi "Untuk memahami wacana yang berbahasa Inggris, saya

tidak menerjemahkannya kata demi kata." Mahasiswa kebanyakannya

mengakui bahwa mereka selalu mencoba untuk memahami kal imat a tau

wacana dari konteksnya sehingga mereka t idak perlu memahami sat iap

kata dari wacana tersebut. Strategi ini digunakannya sewaktu membaca

wacana yang berbahasa Inggris dan juga sewaktu memahami bahasa

l isan.

Jadi, strategi yang cenderung paling sering d igunakan o leh

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA meliputi:

1. memperhat ikan orang yang berbicara bahasa target;

2. meminta lawan berbicara untuk berbicara agak lambat;

3. menonton film yang berbahasa target; dan

4. tidak menerjemahkan kata demi kata.

Dari 50 butir indikator SBB yang intensitas penggunaannya paling

rendah yaitu yang intensitas penggunaannya di bawah 5 0 % yaitu butir 48,

06, 46, 43, 07, dan 34.

469

Page 20: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Butir 48 yang berbunyi "Meminta bantuan penutur asli dalam

belajar bahasa Inggris." Secara kuantitatif, data menunjukkan bahwa dari

114 orang responden hanya 1,75% atau dua orang responden yang

menyatakan bahwa mereka selalu atau hampir selalu menggunakan

strategi ini dan 75 orang atau 65 ,8% hampir tidak pernah a tau mungk in

tidak pernah melakukan strategi ini. Kenyataan ini belum dapat ditafsirkan

bahwa responden menganggap strategi ini t idak penting akan tetapi

tampaknya strategi ini t idak begitu mudah di lakukan karena faktor internal

maupun faktor eksternal.

Situasi pembelajaran di kelas maupun di luar kelas kurang kondusif

terhadap pelaksanaan strategi ini. Beberapa orang responden yang

diwawancarai menyatakan bahwa sulit sekali di Bandung ini untuk dapat

berkomunikasi dengan penutur asli , baik di kampus maupun di luar

kampus karena IKIP Bandung memang tidak memiliki tenaga pengajar

yang penutur asli.

Di luar kampus, kalaupun ada penutur asli, sulit sekali bagi

mahasiswa jurusan bahasa Inggris untuk dapat mengadakan pendekatan

kepada mereka. Jangankan untuk meminta bantuan dalam hubungannya

dengan belajar bahasa Inggris, untuk mengobrol saja dengan mereka,

mahasiswa sulit mendapat kesempatan seperti itu. Dipandang dari sisi

budaya, kebanyakan orang asing yang tinggal di Indonesia tampaknya

tidak mau seolah-olah dimanfaatkan oleh orang-orang Indonesia untuk

berlatih berbahasa Inggris. Ini tentu saja dapat dipahami karena mereka

juga ingin berlatih berbahasa Indonesia. Kesempatan ini sesekal i bisa

juga terjadi akan tetapi sangat jarang. Misalnya, beberapa orang yang

diwawancarai menyatakan bahwa mereka pernah bercakap-cakap dengan

470

Page 21: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

orang asing akan tetapi i tupun bukan penutur asli bahasa Inggris. Mereka

adalah orang-orang Eropa atau orang kulit putih lainnya yang bukan

penutur asli bahasa Inggris. Kesempatan itu didapatnya tatkala mereka

bepergian naik kereta api atau di tempat rekreasi akan tetapi tidak semua

orang mendapat kesempatan seperti ini. Dari 114 orang responden,

hanya dua orang yang menyatakan bahwa mereka selalu menggunakan

strategi ini karena mereka kebetulan mengajar di sebuah institusi yang

memiliki tenaga pengajar yang pentutur asli bahasa Inggris.

Butir 06, yaitu yang berbunyi "Saya menggunakan flashcards (kartu

kosa-kata) untuk mengingat kata baru." Karena butir ini termasuk strategi

mengingat, kemungkinan penyebab rendahnya intensitas penggunaan

strategi ini telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu pada wak tu

membahas setiap indikator dalam strategi mengingat.

Butir selanjutnya yang juga intensitas penggunaannya rendah yaitu

butir 46 yang berbunyi "Saya meminta penutur asli untuk mengoreksi dan

membetulkan bahasa Inggris saya dalam menggunakan bahasa Inggris."

Butir ini pun telah dibahas pada waktu membahas butir 48 karena esensi

dari butir ini sama dengan butir tersebut.

Selanjutnya yaitu indikator SBB butir 07 yang berbunyi "Untuk

mengingat kata baru saya memperagakan kata baru tersebut dengan

menggerakkan anggota badan "Da r i keseluruhan jumlah responden yang

dil ibatkan dalam penelit ian ini, hanya dua orang responden yang

menyatakan bahwa mereka selalu menggunakan strategi ini. Sebanyak 95

orang responden, atau kira-kira 88,33% responden menyatakan bahwa

mereka jarang, jarang sekait, hampir tidak pernah, dan bahkan t idak

pernah melakukan kegiatan seperti ini.

471

Page 22: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

A d a beberapa kemungkinan mengapa strategi ini intensitas

penggunaannya rendah. Pertama, responden belum mengetahui benar

penggunaan dan pemanfaatan strategi ini. Yang kedua, responden

memandang bahwa kegiatan ini kurang cocok untuk t ingkat mereka.

Sebenarnya, apabila strategi ini di lakukan dalam konteks, penggunaan

strategi ini sangat menarik dan akan membantu penguatan siswa dalam

mengingat kata, frase, maupun konsep-konsep baru dalam bahasa

target. Agar strategi ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungk in ,

diperlukan guru yang kreatif untuk menciptakan dan menggunakan

metode yang kondusi f terhadap penggunaan strategi ini oleh siswa, baik

di kelas maupun di luar kelas. Pemanfaatan strategi ini dapat d i lakukan

dalam bentuk simulation gaming.

Butir yang terakhir dari kelompok indikator SBB yang intensitas

penggunaannya rendah yaitu butir 34 yang berbunyi "Saya membuat

jadwal belajar sehingga mampunyai cukup banyak waktu untuk belajar

bahasa Inggris." Sebagaimana telah ditampilkan di Bab IV, hanya dua

orang responden atau 1,8% yang menyatakan bahwa mereka hampir

selalu atau selalu menggunakan strategi ini. Pembuatan jadwal

merupakan petanda keteraturan dalam melakukan sesuatu. Pada

umumnya, siswa-siswa Indonesia belum biasa belajar dengan teratur.

Mereka belajar apabila ada waktu atau apabila sedang ingin belajar.

Dalam wawancara, Karyan, responden yang termasuk t ingkat PASCA

LANJUTAN, mengaku bahwa dia t idak mampunyai jadwal belajar yang

pasti. Dia baru akan belajar j ika dia sedang menginginkannya. Akan tetapi

Chicha, yaitu responden yang juga termasuk tingkat PASCA LANJUTAN,

selalu menjadualkan kegiatan belajarnya yang harus di lakukannya set iap

472

Page 23: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

minggu. Dia tidak peduli apakah kegiatan-kegiatan yang telah

di jadwalkannya itu terpenuhi atau t idak, dia tetap akan menjadwalkannya.

Chicha mendapat skor 603 dalam tes T O E F L dan skor ini merupakan skor

yang tertinggi di antara responden yang dijadikan sampel sedangkan skor

Karyan 553. Sungguh disayangkan, orang yang seperti Chicha itu t idak

banyak. Tampaknya, jadwal belajar memang diperlukan agar siswa dapat

memaksakan diri untuk belajar secara teratur. Biasanya, dalam kegiatan

apapun, apabila seseorang mampunyai jadwal yang pasti kegitannya itu

akan terorganisasikan secara baik dan banyak yang bisa di lakukan.

Sebaliknya, j ika seseorang t idak mampunyai jadwal yang pasti, sesedikit

apapun kegiatan, makin banyak yang tidak terkerjakan.

Perilaku belajar s iswa yang t idak terorganisasikan secara baik

perlu penataan yang komprehensif. Kebiasaan mampunyai jadwal belajar

perlu diinternalisasikan sejak t ingkat sekolah dasar. Hal ini perlu dimulai

dari guru sendiri yaitu dengan mendorong siswa untuk mampunyai buku

catatan jadwal kegiatan. Misalnya, dimulai dengan menyuruh siswa untuk

mampunyai buku catatan khusus untuk tugas-tugas yang harus dikerjakan

siswa di rumah.

Disiplin waktu perlu d i tanamkan bukan hanya di t ingkat SD, SLTP,

dan SLTA tetapi di t ingkat perguruan tinggi pun hendaknya di tanamkan

secara konsekuen. Dosen seyogyanya t idak ter lambat masuk ke kelas

untuk mengajar. Disiplin waktu bukan hanya berlaku untuk memulai dan

mengakhiri pertemuan perkul iahan, akan tetapi juga untuk kegiatan

akademik lainnya. Misalnya dosen sebaiknya t idak terlalu permisif

terhadap mahasiswa yang mampunyai kebiasaan ter lambat menyerahkan

tugas. Batas waktu penyerahan tugas-tugas sepert i makalah atau laporan

473

Page 24: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

buku harus pasti. Apabila keterlambatan itu terjadi perlu ada sangsi yang

sifatnya akademis. Sebaliknya, dosen juga perlu mentaati kedisiplinan

dalam melaksanakan tugas-tugasnya, misalnya kedisiplinan dalam

mengembal ikan tugas mahasiswa dan nilai UTS maupun UAS sehingga

siswa segera akan mendapat umpan balik untuk membenahi dirinya.

Akhirnya, perlu dipikirkan sampai sejauh mana toleransi itu dapat ditolerir.

Jadi, strategi-strategi yang cenderung paling jarang d igunakan oleh

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA yaitu:

1. meminta bantuan penutur asli dalam belajar bahasa Inggris;

2. menggunakan flashcards untuk mengingat kata/frase baru;

3. meminta bantuan penutur asli untuk mengoreksi dan membetulkan

bahasa Inggris; dan

4. membuat jadwal belajar.

C. Perbedaan Penggunaan SBB Pembelajar Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris sebagai BA

Pertanyaan berikutnya yang menjadi kepedulian penelit ian ini yaitu

pertanyaan penelitian nomor 03 yang berbunyi "Apa perbedaan

penggunaan SBB pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dengan

penggunaan SBB pembelajar bahasa Inggris sebagai BA?" Untuk

menjawab pertanyaan penelitian ini diformulasikan sebuah hipotesis, yaitu

hipotesis nomor 03 yang berbunyi "Terdapat perbedaan yang signifikan

antara intensitas penggunaan SBB oleh pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA dengan intensitas penggunaan SBB oleh pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA."

474

Page 25: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa dari keenam

deskriptor SBB yang diliput dalam SILL dan ISBB ada lima deskriptor yang

intensitas penggunaanya berbeda secara signifikan. Secara kuantiitatif, uji

analisis varians menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signif ikan

dalam intensitas penggunaan strategi mengingat, strategi kognitif, strategi

kompensasi , strategi afektif, dan strategi sosialisasi. Akan tetapi, t idak

terdapat perbedaan yang signifikan dalam intensitas penggunaan strategi

metakognit i f antara pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dengan

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA.

1. Perbedaan intensitas Penggunaan Strategi Mengingat

Intensitas penggunaan strategi mengingat oleh pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA lebih tinggi daripada intensitas penggunaan strategi

tersebut oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Perbedaannya

sangat signifikan dengan t ingkat signifikansi 0,0013. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa beberapa orang pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA, baik di La Trobe University maupun di Deakin University,

menyatakan secara eksplisit bahwa mengingat kata baru dengan cara

menyenaraikan kata-kata sulit dan kemudian menghafalkannya dirasakan

kurang efektif. Mereka menyatakan bahwa kata baru harus diingat da lam

konteks yang bermakna. Art inya, mereka memberi penekanan pada unsur

kebermaknaan dalam belajar bahasa daripada pada unsur hafalan yang

lepas dari konteks.

Beberapa orang yang termasuk kategori tingkat pemula dalam

TKB-nya secara eksplisit menyatakan bahwa mereka sering

menggunakan strategi mengingat da lam belajarnya. Akan tetapi mereka

475

Page 26: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

mengakui bahwa setelah dihafal, kata-kata tersebut cepat hilang dari

ingatannya sehingga sulit untuk digunakannya pada wak tu kata-kata

tersebut diperlukan. Penggunaan strategi oleh pembelajar bahasa Inggris

sebagai BA lebih tinggi daripada oleh pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA. Ini merupakan akibat dari sistem belajar hafalan atau yang

dikenal dengan rote leaming yang sudah sangat melekat dalam diri

mahasiswa pembelajar bahasa Inggris sebagai BA di Indonesia.

Tingginya intensitas penggunaan strategi mengingat oleh

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA merupakan bukti bahwa sistem

pengajaran bahasa Inggris di Indonesia pada umunya masih menekankan

pada unsur struktural. Selain itu, sistem pengajaran di Indonesia secara

umum masih terlalu menekankan pada pengenalan konsep-konsep

daripada pada pemecahan masalah atau problem solving. Banyak krit ikan

terhadap sistem evaluasi di Indonesia yang menggunakan model pil ihan

ganda. Walaupun sebenarnya, pilihan ganda dapat d i rancang untuk

menggali kemampuan siswa secara lebih komprehensif dar ipada esei dan

juga dapat sekaligus dirancang untuk menggali kemampuan siswa dalam

pemecahan permasalahan dengan memenuhi persyaratan keabsyahan,

kepraktisan, serta keterandalan sebuah tes. Baik t idaknya model pil ihan

ganda sangat tergantung pada kepandaian guru dalam menyusunnya.

2. Perbedaan intensitas Penggunaan Strategi Kognitif

Dalam intensitas penggunaan strategi kognitif, pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA secara signif ikan lebih t inggi daripada pembelajar

bahasa Inggris sebagai BA dengan tingkat signif ikansi perbedaannya

sebesar 0,0160. Secara kuantitatif dapat ditafsirkan bahwa pembelajar

476

Page 27: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

bahasa Indonesia sebagai BA lebih mengutamakan unsur kognitif

daripada pembelajar bahasa Inggris sebagai BA. Jika dikaitkan dengan

penggunaan strategi mengingat oleh kedua kelompok sampel ini,

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA lebih mendahulukan unsur

kognitif daripada unsur hafalan sedangkan pembelajar bahasa Inggris

sebagai BA lebih mengutamakan unsur mengingat daripada unsur

kognitif. Mungkin ini merupakan dampak daripada kenyataan proses

belajar mengajar di Indonesia yang secara umum, mulai dari t ingkat

sekolah dasar hingga t ingkat perguruan tinggi masih manganut paham

behavioristik yang memberi penekanan pada rote leaming.

Di Austral ia, sejak tingkat sekolah dasar, baik dari setting kelas

hingga ke proses belajar mengajar sudah menerapkan sistem pendekatan

komunikatif yang menekankan pada unsur kebermaknaan. Prinsip

Communicative Language Teaching (CLT) di Austral ia sudah di terapkan

sejak tingkat prep school. Hal ini terlihat dalam penataan kelas mulai dari

t ingkat prep school ditata untuk memudahkan penerapan pendekatan CLT

dalam proses belajar mengajar yang di antaranya belajar kelompok.

Di Indonesia, pada tahun 1970-an penataan kelas sepert i ini

pernah dicobakan di sekolah percobaan yang disebut dengan Lab School

yang kemudian namanya diganti dengan sekolah pembangunan sebagai

Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Penataan kelas sepert i itu

dicobakan untuk menerapkan pembelajaran dengan sistem modul. A k a n

tetapi, realisasinya hingga kini belum ada. Penataan kelas mulai t ingkat

SD hingga t ingkat perguruan tinggi masih tetap model tradisional sehingga

sulit bagi guru-guru bahasa Inggris untuk menerapkan pengajaran bahasa

Inggris dengan menggunakan pedektan komunikatif sebagaimana

477

Page 28: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

disarankan dalam kurikulum 1994 yang menekankan pada unsur

kebermaknaan. Wa laupun akhir-akhir ini telah ada sekolah-sekolah yang

sudah mulai menata kelasnya yang memungkinkan penerapan

pendekatan komunikati f akan tetapi jumlahnya masih sedikit.

3. Perbedaan Intensitas Penggunaan Strategi Kompensasi

Dalam penggunaan strategi kompensasi, pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA jauh lebih t inggi intensitas penggunaannya daripada

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA. Perbedaannya ini sangat

signifikan dengan t ingkat signif ikansi perbedaan sebesar 0,0000.

Sebagaimana d ikemukakan Oxford (1990) bahwa strategi kompensasi

merupakan strategi yang d igunakan siswa untuk mengatasi keterbatasan

pengetahuan dalam bahasa target agar komunikasinya dalam bahasa

terget lancar. Strategi ini dapat di lakukan oleh siswa yang motivasinya

tinggi dan kreatif. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA secara rata-rata intensitas penggunaan

SBB-nya lebih tinggi dar ipada pembelajar bahasa Inggris sebagai BA.

Dari kenyataan ini dapat di lakukan beberapa penafsiran. Pertama,

ini merupakan petanda bahwa mahasiswa pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA lebih kreat i f da lam hal memanfaatkan keterbatasan

pengetahuannya untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa target.

Kemungkinan lainnya, pembelajar bahasa Inggris sebagai BA t idak

memerlukan strategi tersebut karena TKB-nya lebih tinggi daripada

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Selain itu, penggunaan strategi

kompensasi merupakan patanda penekanan pada fungsi komunikasi pada

478

Page 29: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

bahasa. Art inya, mahasiswa Austral ia lebih menekankan pada fungsi

komunikasi dari bahasa.

4. Perbedaan Intensitas Penggunaan Strategi Metakognitif

Intensitas penggunaan strategi metakognit i f o leh pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA lebih tinggi daripada pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA akan tetapi perbedaannya t idak signif ikan. Jadi

boleh dikatakan tidak terdapat perbedaan yang signif ikan antara

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dengan pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA dalam penggunaan strategi metakognit i f karena

tingkat signifikansi perbedaannya 0,1032.

Strategi kognitif diliput dalam SILL oleh bitur 25 sampai dengan

butir 32 sedangkan dalam ISBB, strategi ini diliput oleh butir 30 sampai

dengan butir 33. SILL butir 26 dalam ISBB diliput dalam butir 32. Esensi

dari kedua indikator tersebut sama, yaitu memperhat ikan orang yang

berbicara bahasa target dengan sebaik-baiknya.

Dalam intensitas penggunaan kedua indikator SBB ini, pembelajar

bahasa Inggris sebagai BA lebih tinggi intensitas penggunaannya

daripada pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Perbedaan ini

d isebabkan oleh perbedaan banyaknya pajanan terhadap bahasa target.

Mahasiswa pembelajar bahasa Inggris sebagai BA pajanannya terhadap

bahasa target jauh lebih banyak daripada mahasiswa pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA di Australia. Film-film yang berbahasa Inggris di

program televisi, baik televisi swasta maupun televisi pemerintah banyak

sekali menayangkan film-film yang berbahasa Inggris sedangkan di

Auatralia t idak ada acara televisi yang berbahasa Indonesia.

479

Page 30: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Strategi metakognit i f lainnya, yaitu SILL butir 27 dan ISBB butir 34,

esensinya adalah membuat jadwal belajar. Skor rata-rata responden

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dalam Intensitas penggunaan

strategi ini jauh lebih tinggi daripada skor rata-rata yang dicapai

pembelajar bahasa Inggris sebagai BA di Indonesia. Dari perbedaan ini

terlihat bahwa mahasiswa Australia lebih menekankan pada kegiatan

yang terencana dan pasti dalam menentukan hal-hal yang akan

di lakukannya.

Ini tentu banyak dipengaruhi oleh budaya Austral ia yang pada

umumnya senantiasa ingin memegang ketepatan waktu sedangkan

mahasiswa Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya yang pada

umumnya tidak terencana secara pasti dan terlalu toleransi pada ketidak­

tepatan waktu. Jika orang Australia yang menginduk pada budaya barat

mampunyai moto time /s money, mahasiswa Indonesia pada umumnya

masih dipengaruhi oleh budaya yang disebut dengan jam karet.

Indikator strategi metakognit i f yang terkandung dalam SILL butir 28

dan juga diliput dalam ISBB butir 37, esensinya yaitu mampunyai sasaran

yang jelas dalam melakukan setiap kegiatan belajar. Dalam strategi ini,

mahasiswa Australia juga lebih tinggi dalam intensitas penggunaannya.

Hal ini je las sekali adanya peran budaya yang pada umumnya menempa

mereka untuk hidup dengan lugas dan pasti. Segala sesuatu yang

di lakukannya cenderung t idak take for granted. Dalam budaya mereka

segala yang di lakukan pada umumnya harus jelas sasaran dan tujuannya

sehingga segala sesuatu tidak mubadzir.

Indikator metakognitif selanjutnya yaitu indikator strategi dalam

SILL butir 30 yang juga diliput dalam ISBB butir 30. Esensi dari butir ini

480

Page 31: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

yaitu mencari berbagai cara dan kesempatan untuk menggunakan bahasa

target. Dalam intensitas penggunaan butir ini, pembelajar bahasa Inggris

intensitasnya lebih tinggi daripada pembelajar bahasa Indonesia. Tuntutan

untuk menggunakan bahasa target yang dalam hal ini bahasa Inggris, di

Indonesia lebih tinggi daripada tuntutan penggunaan bahasa Indonesia di

Austral ia sehingga intensitas penggunaan strategi ini lebih t inggi di

Indonesia daripada di Australia.

SILL butir 31 esensinya sama dengan ISBB butir 31 yaitu

mengidentif ikasi kesalahan untuk meningkatkan kemahiran berbahasa.

Dalam intensitas penggunaan butir ini, pembelajar bahasa Indonesia lebih

tinggi daripada pembelajar bahasa Inggris. Di dalam sistem pendidikan di

Austral ia, tampaknya kemampuan analistis d i tanamkan lebih intensif

daripada di Indonesia. Kemampuan mengidentif ikasi kesalahan

memerlukan keterampilan dalam kemampuan analitis.

Dalam intensitas penggunaan SBB dalam SILL butir 32 yang

esensinya sama dengan ISBB butir 38, yaitu memperhat ikan kemajuan

sendiri dalam belajar bahasa target, pembelajar bahasa Inggris

intensitasnya lebih tinggi daripada pembelajar bahasa Indonesia. Salah

satu kemungkinannya yaitu karena bahasa Indonesia di Deakin dan di La

Trobe University bukan merupakan bidang studi utama atau major.

Dengan demikian, mahasiswa tidak secara khusus belajar bahasa

Indonesia sebagai bidang studi utama akan tetapi sebagai bidang studi

ganda atau double degree. Sedangkan, bagi pembelajar bahasa Inggris

sebagai BA, bahasa Inggris merupakan bidang studi utama yang

dipelajarinya di perguruan tinggi sehingga perhatiannya terhadap

kemajuannya dalam bahasa target lebih tinggi.

481

Page 32: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

5. Perbedaan Intensitas Penggunaan Strategi Afektif

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam intensitas penggunaan

strategi afektif antara pembelajar bahasa Indonesia dengan pembelajar

bahasa Inggris. Tingkat signifikansi perbedaannya sebesar 0,0000.

Pembelajar bahasa Inggris lebih t inggi intensitas penggunaan strategi

afektifnya dar ipada pembelajar bahasa Indonesia.

Strategi afekti f dalam S1LL diliput oleh indikator butir 33 sampai

dengan butir 35 sedangkan dalam ISBB strategi ini diliput oleh butir 39

sampai dengan 44. SILL butir 33 esensinya sama dengan ISBB butir 39

dan 42 yaitu mencoba mengatasi ketegangan emosi tatkala menggunakan

bahasa target. Dalam strategi ini, pembelajar bahasa Inggris intensitas

penggunaannya lebih t inggi daripada pembelajar bahasa Indonesia.

Salah satu kemungkinan penafsirannya yaitu bahwa pembelajar

bahasa Inggris ini lebih mampu mengatasi emosinya daripada pembelajar

bahasa Indonesia. Ini mungkin karena jumlah jam perkul iahan di IKIP

Bandung jauh lebih banyak daripada di program bahasa Indonesia di

Deakin dan di La Trobe University. Dengan demikian, mahasiswa

Indonesia mampunyai lebih banyak kesempatan untuk menggunakan

bahasa Inggris dar ipada mahasiswa Australia dalam menggunakan

bahasa Indonesia.

SilLL butir 34 esensinya sama dengan ISBB butir 40. Esensi dari

kedua strategi ini yaitu mendorong diri untuk berbahasa target wa laupun

mungkin akan membuat kesalahan. Dalam penggunaan strategi ini

pembelajar bahasa Indonesia intensitas penggunaannya lebih t inggi

daripada pembelajar bahasa Inggris. Perbedaan ini mungkin d isebabkan

482

Page 33: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

oleh pengaruh budaya barat yang keberaniannya da lam mengemukakan

pendapat telah di tanamkan sejak kecil.

SILL butir 35 dalam ISBB diliput oleh butir 43 dan 44 yang

esensinya yaitu mencatat perasaan tentang belajar bahasa target dalam

buku harian. Baik di Australia maupun di Indonesia strategi ini intensitas

penggunaannya rendah tetapi apabila d ibandingkan skor rata-ratanya,

pembelajar bahasa Inggris lebih t inggi intensitas penggunaannya daripada

pembelajar bahasa Indonesia.

6. Perbedaan Intensitas Penggunaan Strategi Sosialisasi

Intensitas penggunaan strategi sosial isasi oleh pembelajar bahasa

Indonesia lebih tinggi daripada intensitas penggunaan strategi ini oleh

pembelajar bahasa Inggris. Perbedaannya sangat signif ikan dengan

tingkat signifikansi perbedaannya sebesar 0,0000.

Temuan penelitian ini cukup mengejutkan karena intensitas

penggunaan strategi sosialisasi di Austral ia malah lebih tinggi daripada di

Indonesia, padahal Indonesia menganut prinsip gotong royong. Art inya,

prinsip-prinsip atau falsafah yang terkandung dalam butir-butir Pancasila

kurang begitu tercermin dalam sistem pendidikan di Indonesia. Misalnya,

sila persatuan Indonesia yang secara eksplisit mensyaratkan prinsip

kegotong-royongan seharusnya tercermin dalam perilaku belajar mengajar

sehingga situasi belajar mengajar tidak searah akan tetapi mampu

menciptakan kerjasama yang serasi antara guru dengan siswa dan juga

antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam kelas seharusnya terpupuk

rasa keberanian bagi siswa untuk membuat siswa berani mengajukan

pertanyaan kepada guru.

483

Page 34: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Salah satu butir indikator strategi sosialisasi berbunyi "Dalam

mengajukan pertanyaan tentang bahasa Inggris, baik kepada guru

maupun kepada teman, saya menggunakan bahasa Inggris. Skor rata-

rata dalam intensitas penggunaan strategi ini 2.34. Skor ini termasuk

kriteria RENDAH yang menunjukkan bahwa responden J A R A N G atau

J A R A N G SEKALI menggunakan strategi ini dalam proses beajamya.

Kebanyakan dari responden yang diwawancarai menyatakan bahwa

mereka hampir t idak pemah bertanya kepada guru di kelas baik

menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Lismanda, salah

seorang responden yang diwawancarai yang skor TOEFL-nya termasuk

kategori t ingkat PASCA LANJUTAN, secara eksplisit menyatakan bahwa

dia t idak pernah bertanya kepada guru maupun kepada temannya. Dia

lebih suka belajar sendiri daripada belajar dengan teman. Dia t idak suka

bertanya kepada siapapun tentang masalahnya dalam belajar. Begitu pula

halnya dengan Andr ian, responden yang juga termasuk kategori t ingkat

PASCA LANJUTAN, mengaku bahwa dia larang sekal i mengajukan

pertanyaan baik kepada guru maupun kepada temannya karena malu.

Jika dia mampunyai masalah, lebih baik dia mencoba memecahkannya

sendiri dari buku-buku yang dibacanya. Memang pada umumnya

nahasiswa Indonesia malu bertanya terutama kepada guru dikelas.

Tampaknya ini banyak sekali pengaruh budaya yang pada umumnya

mengakibatkan anak didik menjadi malu bahkan kadang-kadang merasa

takut untuk mengajukan pendapat.

Strategi sosial isasi diliput dalam SILL butir 36 sampai dengan 40

dan da lam ISBB butir 45 sampai dengan butir 50. Indikator strategi

sosialisasi yang pertama diliput dalam SILL butir 36 yang esensinya sama

484

Page 35: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dengan ISBB butir 45 yaitu meminta lawan bicara untuk berbicara agak

lambat atau mengulangi pernyataannya apabila pernyataannya itu belum

bisa dipahami. Dalam intensitas penggunaan strategi ini, pembelajar

bahasa Indonesia secara rata-rata skornya lebih tinggi daripada

pembelajar bahasa Inggris. Keberanian mengemukakan pendapat da lam

budaya mereka pada umumnya telah di tanamkan sejak kecil sehingga

siswa-siswa Auatral ia t idak segan-segan untuk mengajukan pertanyaan,

mengemukakan pendapat, bahkan menentang pendapat guru pun mereka

berani selama mereka mampunyai argumentasi yang cukup kuat.

Secara rata-rata intensitas setiap indikator strategi sosialisasi oleh

pembelajar bahasa Indonesia skor rata-ratanya lebih tinggi daripada

pembelajar bahasa Inggris. Yang menarik adalah, mahasiswa Austral ia

yang hidup dalam budaya yang individu merupakan unsur utama,

intensitasnya dalam penggunaan strategi ini lebih tinggi daripada

mahasiswa pembelajar bahasa inggris. Data menunjukkan bahwa

mahasiswa Austral ia mau belajar bersama dengan teman. Mahasiswa

Indonesia da lam hal belajar masih boleh dikatakan individualistis.

Dalam hal mengajukan pertanyaan, mahasiswa Indonesia kurang

terbiasa ekspresif baik kepada guru maupun kepada teman. Ini juga

tampaknya ada pengaruh dari latar belakang budaya. Dulu orang tua pada

umumnya melarang anak-anaknya untuk mengemukakan pendapat

karena keseringannya dianggap membantah kepada orang yang lebih tua

walaupun yang d ikemukakannya itu benar. Kritik membangun di dalam

interaksi kelas-kelas di Indonesia agak jarang terjadi karena

keseringannya mahasiswa enggan untuk mengajukan pertanyaan kepada

guru. Beberapa mahasiswa pembelajar bahasa Inggris yang diwawancarai

485

Page 36: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

menyatakan bahwa ada beberapa dosen yang apabila ada mahasiswa

yang bertanya kepada gurunya dan kebetulan pertanyaan tersebut ta jam,

dosen tersebut seperti t idak seriang dan menuduh mahasiswa tersebut

bukan bertanya melainkan menguji kebolehannya. Kesalahpahaman

seperti ini mungkin saja disebabkan oleh cara mahasiswa tersebut da lam ¡

mengajukan pertanyaan yang memperl ihatkan sikap yang pongah.

Butir-butir dalam strategi sosialisasi ini pada dasarnya

mensyaratkan kerja sama antar siswa, baik di kelas maupun di luar kelas.

Tidak heran apabila dalam intensitas penggunaan strategi ini ternyata

pembelajar bahasa Indonesia lebih tinggi daripada pembelajar bahasa

Inggris. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah di

Indonesia yang kebanyakannya masih tradisional dan tidak dirancang

agar kondusif untuk terjadinya kerja kelompok.

Pembangunan sekolah-sekolah, kelas-kelas dan laboratorium di

Indonesia memang kurang kondusif untuk menerapkan pendekatan

komunikatif. Misalnya kelas bahasa yang dibentuk dalam bentuk pentagon

dengan trap-trap seperti untuk menonton konser ini agak menyul i tkan

guru untuk dapat menerapkan pendekatan komunikatif. Dalam kelas yang

bentuknya demikian itu guru berada di tengah yang menjadi pusat

perhatian siswa, sementara siswa hanya bisa terpaku dan hanya dapat

berkomunikasi dengan teman di kiri kanannya saja. Kondisi seperti ini

secara tidak langsung menghendaki ketidak-terjadian pendekatan

komunikatif di kelas.

Dengan perkataan lain, penataan bangunan untuk kelas-kelas di

indonesia pada umumnya secara eksplisit sudah 4 menyarankan

keterjadian interaksi kelas yang teacher-centered. Hal sepert i ini sangat

486

Page 37: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

bertolak belakang dengan Kurikulum Bahasa inggris 1994 yang

menyarankan penggunaan prisnsip-prinsip pendekatan komunikati f da lam

proses belajar mengajar. Penerapan prinsip pendekatan komunikat i f

dengan penekanan pada unsur kebermaknaan masih belum tercermin

dalam interaksi kelas-kelas bahasa Inggris di Indonesia.

Strategi sosialisasi di Indonesia tampaknya belum diterapkan sejak

dini. Alasan untuk tidak mampu menerapkan strategi ini dalam proses

belajar mengajar d idukung oleh kenyataan misalnya penataan kelas yang

kurang memudahkan guru untuk menerapkan pendekatan tersebut.

Jumlah siswanya di dalam setiap kelas juga terlalu banyak sehingga

komunikasi guru-siswa keseringannya hanya terjadi komunikasi satu arah.

Kerja kelompok di perguruan tinggi boleh dikatakan hampir jarang ada.

Kalaupun ada, kerja kelompok keseringannya hanya dikerjakan oleh satu

orang saja. Ini mungkin sebagai dampak dari ketidak-biasaan s iswa untuk

kerja kelompok dan kurangnya arahan serta supervisi dari dosen.

Supervisi kurang intensif karena mahasiswa yang harus dibimbingnya

terlalu banyak. Dalam kelas-kelas speaking dan whting yang mensyarat­

kan supervisi yang intensif, misalnya, idealnya jumlah mahasiswa dalam

satu kelas t idak lebih dari 20 mahasiswa. Akan tetapi kenyataannya di

IKIP Bandung jumlah mahasiswa di kelas tidak kurang dari 30 orang.

D. TKB Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai BA

Bagian ini merupakan pembahasan tentang temuan penelit ian yang

berkenaan dengan TKB Pembelajar Bahasa Indonesia untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang berbunyi "Pada tingkat apa kemahiran

berbahasa Indonesia mahasiswa pembelajar bahasa Indonesia sebagai

487

Page 38: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

BA?" dan hasil uji hipotesis yang berbunyi "Terdapat perbedaan yang

signifikan dalam TKB Indonesia sebagai BA antara pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA semester 4 dengan semester 6."

1. TKB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam TBIBA

Hasil penelit ian yang diketengahkan pada Bab IV menunjukkan

bahwa berdasarkan skor rata-rata TBIBA, TKB pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA yang di jadikan sampel dalam penelit ian ini secara

rata-rata termasuk kriteria SEDANG. Kriteria ini menunjukkan bahwa T K B

responden pembelajar bahasa Indonesia di La Trobe dan Deakin

University d ikelompokkan ke dalam kategori t ingkat MENENGAH.

Responden yang di l ibatkan dalam penelitian ini terdiri atas 8 orang

responden semester 6 kelas pemula, yaitu yang sama sekali belum

pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia di t ingkat SD, SLTP,

maupun SLTA. Kelompok ini disebut kelas IIIA di Deakin University.

Kelompok kedua yaitu 12 orang mahasiswa semester 6 kelas lanjutan,

yaitu yang pernah mengikut i pelajaran bahasa Indonesia di t ingkat SD,

SLTP, atau SLTA. Kelompok ini disebut kelas IIIC di Deakin University.

Kelompok ketiga yaitu sebanyak 15 orang mahasiswa semester 4 t ingkat

lanjutan yang pernah mengikut i kelas bahasa Indonesia di SD, atau SLTP,

atau SLTA. Kelompok ini yaitu kelas IIC di Deakin University. Kelompok

keempat yaitu 13 orang mahasiswa di La Trobe University yang terdiri

atas mahasiswa campuran antara mahasiswa semester 4 kelas lanjutan

yaitu yang disebut dengan kelas IIA dan mahasiswa semester 6 t ingkat

pemula yaitu yang disebut kelas HIB. Kelompok terakhir ialah kelompok

mahasiswa semester 6 t ingkat lanjutan yang terdiri atas 8 orang

488

Page 39: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

mahasiswa. Kelas ini di La Trobe University disebut kelas IIIA. Sebutan

kelas pemula dengan kelas lanjutan sebutannya berbeda di Deakin

dengan di La Trobe University. Sebagaimana diketengahkan pada Bab III,

di Deakin kelas pemula disebut kelas A dan kelas lanjutan disebut kelas C

sedangkan di La Trobe, kelas A yaitu sebutan untuk kelas lanjutan

sedangkan kelas B yaitu sebutan untuk kelas pemula.

Perhitungan statistik dengan menggunakan analisis var ians

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

mahasiswa pembelajar bahasa Indonesia semester 4 dengan semester 6

di kedua universitas ini dengan tingkat signifikansi perbedaan sebesar

0,0423. Skor rata-rata TBIBA mahasiswa semester 6 tingkat lanjutan atau

kelas III C di Deakin University merupakan skor yang paling t inggi di

antara kel ima kelompok responden pembelajar bahasa Indonesia sebagai

BA. Urutan kedua ialah skor rata-rata TBIBA mahasiswa semester 6 kelas

pemula di Deakin University yaitu mahasiswa kelas IIIA. Urutan ket iga

ialah skor yang diperoleh oleh mahasiswa semester 6 kelas lanjutan di La

Trobe University yaitu kelas IIIA. Urutan berikutnya yaitu skor yang

diperoleh oleh mahasiswa Deakin University kelas IIC. yaitu kelompok

mahasiswa semester 4 t ingkat lanjutan. Urutan terakhir yaitu skor TB IBA

mahasiswa kelas campuran semester 4 kelas lanjutan (IIA) dengan

semester 6 kelas lanjutan yaitu kelas IIIA di La Trobe University.

Temuan penelit ian ini memperl ihatkan bahwa kelas IIIA di Deakin

University secara rata-rata skornya dalam TBIBA lebih baik dar ipada

kelas IIC. Dari temuan ini dapat dipelajari bahwa pengalaman belajar di

jenjang sebelumnya t idak terlihat mampunyai dampak terhadap

pencapaian belajar di perguruan tinggi. Selain itu, temuan ini j uga

489

Page 40: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

memperl ihatkan bahwa proses belajar mengaiar di tingkat peguruan t inggi

Jebih baik daripada di jenjang-jenjang sebelumnya. Kemungkinan lainnya

yaitu adanya kejenuhan dari mahasiswa dalam belajar bahasa Indonesia

atau yang dikenal dengan Plato Effect sehingga terjadi fosilisasi da lam

upaya peningkatan kemampuannya.

Kelompok semester 6 kelas pemula di Deakin University juga skor

rata-rata TBIBA-nya lebih tinggi daripada skor rata-rata mahasiswa

semester 6 kelas lanjutan di La Trobe University. Padahal, sebagaimana

telah diketengahkan sebelumnya, kelas yang di La Trobe ini yaitu kelas

yang terdiri atas mahasiswa yang telah mendapat pelajaran bahasa

Indonesia di jenjang-jenjang sebelumnya. Salah satu kemungkinannya

yaitu materi yang digunakan di La Trobe kurang sesuai dengan kebutuhan

atau keinginan mahasiswanya.

Beberapa orang responden yang diwawancarai, misalnya

Kassandra dan Devy menyatakan bahwa materi yang diberikan di La

Trobe t idak menarik. Devy mengemukakan bahwa materi yang diberikan

di universitas ini t idak cocok baginya sebagai mahasiswa calon guru

bahasa Indonesia di sekolah dasar. Disamping itu, dia memandang bahwa

materi seperti pengenalan sistem pemerintahan di Indonesia atau

mengenal menteri-menteri Indonesia dan juga undang-undang yang

berlaku di Indonesia t idak menarik dan t idak penting baginya. Kassandra

juga tidak puas dengan materi yang digunakan di universitasnya ini. Dia

memandang bahwa mempelajari UUD 45 baginya tidak penting. Apabi la

materi kurang menarik, upaya siswa untuk belajar pun biasanya menurun.

Kemungkinan lainnya yaitu sistem pengelompokan mahasiswa yang

490

Page 41: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

homogin sepert i di kelas-kelas di Deakin University lebih efektif dar ipada

kelas campuran sepert i di La Trobe University.

Faktor lainnya yang terungkap dari wawancara, di atas 8 0 % dari

responden yang diwawancarai tidak menyukai salah seorang dosennya

karena dosen tersebut terlalu banyak menggunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar di kelas. Hanya ada dua orang dosen yang

mengajar bahasa Indonesia si universitas ini. Kedua-duanya penutur asli

bahasa Indonesia. Dengan nada yang sangat jengkel Kassandra

menyatakan bahwa sudah berkali-kali mahasiswa memintanya untuk

berbahasa Indonesia tetapi dosen tersebut tidak mau mengubah

kebiasaannya. Ketidak-puasan mahasiswa terhadap dosen ini terl ihat di

wajah para mahasiswa sewaktu peneliti mengadakan observasi di ke las-

kelas di universitas ini.

Di Deakin ada juga keluhan terhadap dosen yang terlalu banyak

menggunakan bahasa Inggris, yaitu terhadap seorang dosen yang juga

penutur asli bahasa Indonesia tetapi terlalu banyak menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa pengantar. Keadaan ini sangat t idak d iharapkan

oleh pembelajar bahasa Indonesia di kedua universitas ini. Mahasiswa

Deakin bangga sekali terhadap dosennya yang orang Austral ia karena

lebih banyak menggunakan bahasa target dalam mengajar. Kemampuan

dosen tersebut da lam bahasa Indonesia memang mendekat i penutur asli

bahasa Indonesia, Selama observasi , dia selalu mengajar dengan

menggunakan lebih banyak bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris.

Menurut mahasiswanya, memang dalam kesehariannya beliau lebih

banyak menggunakan bahasa Indonesia sewaktu mengajar di kelas.

495

Page 42: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

TKB bahasa Indonesia di Deakin University sebagaimana d iukur

dengan TBI BA berbeda secara signifikan antara kelompok semester 4

dengan semester 6 da n perbedaannya signif ikan dengan t ingkat

signif ikansi perbedaan sebesar 0,0473. Di La Trobe University hasil

analisis varians menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan dalam TKB-nya dengan tingkat signifikansi perbedaan sebesar

0,3471. Keadaan ini memperl ihatkan bahwa proses belajar mengajar di

Deakin University lebih efekti f dar ipada di La Trobe University.

2. TKB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam MENYIMAK

TKB pembelajar bahasa Indonesia dalam aspek menyimak secara

rata-rata termasuk kriteria SEDANG. Dengan skor rata-rata 8,02,

berdasarkan Tabel 3.20 TKB responden ini termasuk kategori t ingkat

MENENGAH atau Intermediate." Dalam aspek ini, yang skor rata-ratanya

paling tinggi ialah kelas HIC di Deakin University, yaitu ke lompok semester

6 kelas lanjutan. Urutan kedua yaitu skor mahasiswa kelas IIIA di La

Trobe University, yaitu mahasiswa semester 6 kelas lanjutan juga. Urutan

ketiga yaitu skor rata-rata yang diproleh oleh kelas IIIA dan urutan

selanjutnya yaitu skor mahasiswa La trobe University kelas campuran

semester 4 kelas lanjutan dengan semester 6 kelas pemula. Berdasarkan

skor rata-ratanya, kemampuan menyimak mahasiswa kelas IIIA di Deakin

University lebih baik daripada kemampuan menyimak mahasiswa kelas

campuran semester 4 kelas lanjutan dengan mahasiswa semester 6

kelas pemula di La Trobe University. Perbedaan ini tampaknya

disebabkan oleh pengelompokan siswa campuran memang kurang efekti f

dalam proses belajar mengajar menyimak. Secara statistik terdapat

492

Page 43: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

perbedaan yang signifikan dalam kemampuan menyimak antara kel ima

kelompok pembelajar bahasa Indonesia dengan t ingkat signif ikansi

perbedaan sebesar 0,0329. Ini menandakan adanya pengaruh dari proses

belajar mengajar terhadap aspek menyimak di kedua universitas yang

dijadikan sampel penelitian ini.

Terdapat perbedaan perolehan skor rata-rata dalam aspek

menyimak di antara kelompok-kelompok yang dipisahkan berdasarkan

lama belajar di pergurun tinggi dan berdasarkan pengalaman belajar di

t ingkat sebelum masuk ke perguruan tinggi. Di Deakin University, terdapat

perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok pembelajar bahasa

Indonesia dalam aspek ini. Tingkat signifikansi perbedaannya yaitu

sebesar 0,0244. Di La Trobe University, hasil uji statistik dengan

menggunakan analisis vahans t idak memperl ihatkan perbedaan yang

sgnifikan dalam kemampuan menyimak karena t ingkat signifikansi

perbedaannya sebesar 0,1356. Dari temuan ini terlihat bahwa tampaknya

proses belajar mengajar lebih mempunyai dampak di Deakin University

daripada di La Trobe University. Untuk melihat kemungkinan penyebab 'j

J/ dari kondisi ini perlu di lakukan penelaahan lebih lanjut. '

3. TKB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam ASPEK STRUKTUR

Skor rata-rata pembelajar bahasa Indonesia dalam aspek struktur

yaitu 9. Menurut Tabel 3 .21 , skor ini termasuk kriteria SEDANG yang

menunjukkan bahwa TKB pembelajar bahasa Indonesia da lam aspek ini

termasuk kategori t ingkat MENENGAH. Jika dilihat dari pengalaman

belajarnya, uji statistik dengan menggunakan analisis varians

memperl ihatkan bahwa t idak terdapat perbedaan yang signifikan dalam

493

Page 44: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

aspek struktur di antara kelima kelompok pembelajar bahasa Indonesia

ini. Art inya proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia di

Deakin dan di La Trobe University kurang mampunyai dampak terhadap

TKB siswa dalam aspek ini karena skor tingkat signif ikansi perbedaannya

lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,1577.

Baik di Deakin University maupun di La Trobe University, hasil

analisis varians menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara mahasiswa semester 4 dengan 6 dan juga antara

mahasiswa kelas pemula dengan kelas lanjutan. Kenyataan ini

memperl ihatkan bahwa tampaknya proses belajar mengajar baik di

Deakin University maupun di La Trobe University boleh dikatakan t idak

mampunyai dampak yang bermakna dalam meningkatkan kemampuan

siswa dalam aspek ini.

J ika dikaji dari proses belajar mengajarnya, pelajaran bahasa

Indonesia di Deakin dan La Trobe University diajarkan secara terintegrasi

dan tidak secara diskrit atau secara serpihan. Proses belajar mengajar

di tekankan pada unsur kebermaknaan dan memberi penekanan yang

lebih banyak pada kemampuan komunikatif. Aspek struktural tampaknya

tidak menjadi kepedul ian utama sehingga aspek ini t idak menjadi fokus

dalam proses belajar mengajar. Beberapa orang yang diwawancarai

menyatakan bahwa dalam belajar bahasa yang trpenting yaitu dapat

menggunakan bahasa secara lisan tanpa harus terlalu mer isaukan

kesalahan dalam gramatika. Akan tetapi, untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab mengapa kemampuan mahasiswa semeter 4 dan 6 atau t ingkat

pemula dan lanjutan dalam aspek struktur ini t idak berbeda secara

signifikan diperlukan penelit ian lebih lanjut.

494

Page 45: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

4. TKB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam ASPEK MEMBACA

Berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh pembelajar bahasa

Indonesia dalam aspek MEMBACA, TKB-nya dalam aspek ini termasuk

kriteria SEDANG. Kriteria ini menunjukkan bahwa TKB pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA dalam aspek ini termasuk kategori t ingkat

MENENGAH. Secara statistik, hasil perhitungan analisis varians tentang

perbedaan kemampuan responden berdasarkan pengalaman belajarnya

tidak memperl ihatkan perbedaan yang signifikan antara mahasiswa

semester 4 dan semester 6 maupun antara mahasiswa yang mampunyai

pengalaman di jenjang sebelum perguruan tinggi dengan yang tidak

mampunyai pengalaman tersebut. Art inya, proses belajar mengajar, baik

di tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun di perguruan tinggi tidak mampu

membedakan kemampuan membaca responden secara signif ikan.

Jika dikaji secara terpisah, baik di Deakin Universify maupun di La

Trobe Universify, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signif ikan dalam kemampuan membaca antara kelompok

mahasiswa semester 4 dengan semester 6 dan juga antara kelompok

kelas pemula dengan kelompok kelas lanjutan. Dengan demikian,

penafsiran sementara menunjukkan bahwa proses belajar mengajar

bahasa Indonesia baik di t ingkat sekolah dasar, menengah, maupun

perguruan tinggi belum mampu membedakan kemampuan siswa dalam

aspek ini.

495

Page 46: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

E. TKB Pembelajar Bahasa Inggris sebagai BA

Bagian ini merupakan pembahasan hasil penelit ian mengenai TKB

pembelajar bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan penelit ian yang

berbunyi "Pada tingkat apa TKB Inggris pembelajar bahasa inggris

sebagai BA?" dan hipotesis yang berbunyi "Terdapat perbedaan yang

signifikan dalam TKB pembelajar bahasa Inggris sebagai BA antara

mahasiswa semester 5 dengan semester 7."

1. TKB Pembelajar Bahasa Inggris dalam TOEFL

Hasil penelitian yang diketengahkan pada Bab IV menunjukkan

bahwa skor rata-rata mahasiswa pembelajar bahasa Inggris dalam

TOEFL sebesar 488,90. Berdasarkan kriteria pengukuran T K B

sebagaimana dikemukakan pada Tabel 3.23, skor ini termasuk kriteria

SEDANG. Dengan demikian TKB pembelajar bahasa Inggris ini termasuk

kategori t ingkat MENENGAH. Mengingat t ingkat kesulitan dalam T O E F L

ini cukup tinggi dan juga responden pembelajar bahasa Inggris ini adalah

mahasiswa semester 5 dan 7, maka kemampuan ini dinilai cukup baik.

Apabi la dipisahkan antara kelompok responden semester 5 dengan

semester 7, skor rata-rata dalam TOEFL antara keduanya berbeda. Skor

rata-rata mahasiswa semester 7 ialah 493,47. Dengan demikian

kemampuan mahasiswa semester 7 ini termasuk kriteria BAIK yang

dikategporisasikan ke dalam kategori t ingkat LANJUTAN. Skor rata-rata

mahasiswa semester 5 dalam TOEFL yaitu 481,64. Skor ini termasuk

kriteria SEDANG dan dikategorisasikan ke dalam tingkat M E N E N G A H .

Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan kemampuan

dalam T O E F L berdasarkan lama belajar di perguruan tinggi. Akan tetapi

496

Page 47: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

apakah perbedaan ini berbeda secara signifikan? Hasil uji statistik dengan

menggunakan analisis varians ternyata menunjukkan tidak adanya

perbedaan yang signif ikan antara mahasiswa semester 5 dengan

semester 7 dalam kemampuan TOEFL-nya dengan tingkat signif ikansi

perbedaan sebesar 0,1474. Keadaan ini memperl ihatkan kurangnya

dampak proses belajar mengajar untuk dapat membedakan kemampuan

mahasiswa jurusan bahasa Inggris di IKIP Bandung dalam kemahiran

berbahasa inggrisnya. Akan tetapi, apabila digunakan kriteria penafsiran

dengan mengambi l 0,20 sebagai batas tingkat signifikansi perbedaannya,

perbedaan ini masih dipandang signifikan. Artinya, proses belajar

mengajar di IKIP Bandung mampunyai dampak terhadap kemampuan

mahasiswa dalam TOEFL.

2. TKB Pembelajar Bahasa Inggris dalam ASPEK MENYIMAK

Skor rata-rata responden pembelajar bahasa Inggris dalam T O E F L

bagian pertama yaitu Listening Comprehension yaitu 26,26. Berdasarkan

kriteria pengukuran T K B dalam menyimak sebagaimana dapat diamati

pada Tabel 3.24, skor ini termasuk kriteria SEDANG dengan kategori

tingkat MENENGAH. Skor rata-rata mahasiswa semester 5 dalam aspek

ini yaitu 26,24 sedangkan skor rata-rata mahasiswa semester 7 yaitu

sebesar 26,34. Hasil perhitungan analisis varians memperl ihatkan bahwa

perbedaan ini sangat tidak signifikan dengan tingkat signif ikansi 0,90.

Dengan demikian, dalam aspek inipun dapat dimaknai bahwa proses

belajar mengajar t idak mampunyai dampak untuk membedakan

kemampuan siswa dalam aspek ini. A~dakah hal yang salah dalam proses

belajar mengajar? Keadaan ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

497

Page 48: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

3. TKB Pembelajar Bahasa Inggris dalam ASPEK STRUKTUR

Kemampuan mahasiswa pembelajar bahasa Ingris dalam aspek

struktur ditunjukkan dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam

aspek ini yaitu sebesar 25,47 dari kemungkinan skor tertinggi sebesar 40.

Artinya, secara rata-rata responden ini mampu menjawab soal secara

benar sebesar 63,68%. Berdasarkan Tabel 3.25, skor ini termasuk kriteria

BAIK dengan kategori t ingkat LANJUTAN. Skor rata-rata mahasiswa

semester 5 dalam aspek ini yaitu 24,21 sedangkan skor rata-rata

mahasiswa semester 7 yaitu sebesar 26,27. Hasil uji statistik yang

menggunakan analisis varians memperl ihatkan bahwa perbedaan ini

signifikan pada tingkat signif ikansi perbedaan sebesar 0,0463.

Bukti ini menunjukkan bahwa dalam aspek ini, proses belajar

mengajar mampunyai dampak dalam membedakan kemampuan siswa.

Keadaan ini merupakan salah satu ciri bahwa proses belajar mengajar di

jurusan bahasa Inggris IKIP Bandung ini memberi penekanan yang

istimewa terhadap aspek Struktur. Temuan ini juga memperl ihatkan

keberhasilan dosen mata kul iah structure dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam aspek ini.

4. TKB Pembelajar Bahasa Inggris dalam ASPEK MEMBACA

Skor rata-rata mahasiswa pembelajar bahasa Inggris dalam aspek

ini yaitu sebesar 36,75 dari kemungkinan skor tertinggi sebesar 60.

Art inya, secara rata-rata responden ini mampu menjawab soal 61,25%.

Berdasarkan Tabel 3.26, skor ini termasuk kriteria SEDANG dengan

kategori t ingkat MENENGAH. Skor rata-rata mahasiswa semester 5

498

Page 49: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dalam aspek ini yaitu 35,73 sedangkan skor rata-rata mahasiswa

semester 7 yaitu sebesar 37 r 40. Hasil uji statistik yang menggunakan

analisis varians menunjukkan bahwa perbedaan ini t idak signif ikan

dengan t ingkat signif ikansi perbedaan sebesar 0,2015.

Bukti ini menunjukkan bahwa dalam aspek ini proses belajar

mengajar t idak mampunyai dampak dalam membedakan kemampuan

siswa dalam membaca. Keadaan ini menunjukkan bahwa proses belajar

mengajar membaca di jurusan bahasa Inggris IKIP Bandung t idak

mampunyai dampak untuk mampu membedakan kemampuan responden

dalam aspek ini.

F. Kontribusi SBB terhadap TKB

Setelah mengkaji SBB dan T K B dari kedua kelompok responden

yang di jadikan sampel penelit ian ini, yaitu responden pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA di Australia dan pembelajar bahasa Inggris sebagai

BA di Indonesia, muncul keingintahuan tentang bagaimana kontribusi SBB

yang d igunakan kedua kelompok responden ini terhadap TKB-nya da lam

masing-masing bahasa target.

Bagian ini akan membahas kontribusi SBB terhadap T K B

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA dan bahasa Inggris sebagai BA

untuk menjawab pertanyaan penelit ian yang berbunyi "Berapa besar

kontribusi SBB terhadap TKB mahasiswa pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA?" Untuk menjawab pertanyaan ini telah d i rumuskan hipotesis

yang berbunyi "Terdapat kontribusi yang signifikan terhadap TKB bahasa

Indonesia sebagai BA." Pertanyaan penelit ian lainnya berbunyi "Berapa

besar kontribusi SBB terhadap TKB mahasiswa pembelajar bahasa

499

Page 50: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Inggris sebagai BA?" Untuk menjawab pertanyaan ini telah d i rumuskan

hipotesis yang berbunyi "Terdapat kontribusi yang signifikan terhadap TKB

bahasa Inggris sebagai BA."

1. Kontribusi SBB terhadap TKB Pembelajar Bahasa Indonesia

Adakah kontribusi dari SBB yang digunakan pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA terhadap TKB-nya? Hasil uji statistik dengan

menggunakan regresi jamak menunjukkan bahwa tidak terdapat kontribusi

yang signifikan dari SBB terhadap TKB bahasa Indonesia sebagai BA.

Dari keenam deskriptor SBB yang diliput dalam SILL, hanya ada satu

deskriptor SBB yang kontribusinya signifikan yaitu strategi afektif.

Jika dilihat dari skor korelasinya, ada dua butir indikator strategi

afektif yang korelasinya dengan TKB signifikan pada t ingkat signif ikansi

perbedaan antara 0,00 sampai 0,20. Butir-butir tersebut yaitu butir 33

dengan skor korelasi sebesar 0,2274 pada tingkat signifikansi 0,092 dan

34 dengan skor korelasi 0,2299 dengan tingkat signifikansi 0,088. Butir 33

berbunyi / try to relax whenever I feel anxious about using the language.

Dengan demikian, data menunjukkan bahwa pembelajar yang

berupaya untuk bersikap lebih santai dalam memakai bahasa sasaran

cenderung lebih baik dalam TKB-nya. Upaya untuk bersikap santai itu

memang cenderung akan membantu proses pemerolehan bahasa karena

sikap santai itu merupakan cara yang alami dalam pemerolehan bahasa.

Butir lainnya yang korelasinya juga signifikan yaitu butir 34 yang

berbunyi / actively encourage myself to take wise risk 'm language

leaming, such as guessing meaning or trying to speak, even though f

might make some mistakes. Sikap yang terus mendorong diri sendiri untuk

500

Page 51: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

berani mengambi l resiko da lam belajar bahasa merupakan faktor yang j

kontributif terhadap keberhasi lan dalam kemahiran berbahasa, j

Pengambilan resiko ini bisa berbentuk pendugaan makna atau upaya

untuk berbicara dalam bahasa target dengan tidak merasa takut akan

berbuat salah. Memang, proses pembelajaran yang alami itu selalu

mengikuti prinsip triai and error. Dalam analisis pemerolehan bahasa yang

menggunakan prinsip analisis kesalahan, salah satu pandangan yang

pokok ialah bahwa kesalahan itu merupakan hal yang alami dan

kemahiran siswa sebelum menjangkau tahap mendekat i kemampuan

penutur asli merupakan tahapan yang juga alami. Para kognitivis sendir i

bahkan berpendapat bahwa "...making mistakes is an important pari of the

leaming process, . . " {Nunan, 1991:233).

Temuan ini, yaitu tentang pentingnya strategi afektif dalam belajar

bahasa, sejalan dengan teori tentang faktor afektif dalam leaming cycle

dari Hutchinson dan Wal ter (1987). Mereka menyatakan bahwa dorongan

keinginan s iswa untuk belajar merupakan titik tolak dari keterjadian

belajar. Apabi la ada keinginan untuk belajar maka niscaya siswa akan

menggunakan kemampuan kognit i fnya untuk memperoleh pengetahuan.

Jika proses belajar tersebut terjadi maka siswa akan memperoleh

keberhasilan dalam belajar yang akan menjadikan siswa menjadi

kempeten dalam hal yang dipelajarinya itu. Bila kompetensi itu te lah

berkembang dalam diri siswa maka kompetensi siswa tersebut akan

menjadikan proses belajar menjadi lebih mudah. Apabi la siswa telah

merasa nyaman dalam belajar karena ternyata belajar itu mudah maka

belajar akan merupakan hal yang menyenangkan yang pada gil irannya

akan menyebabkan siswa termotivasi untuk terus belajar. Teori ini

501

Page 52: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

memperl ihatkan pentingnya faktor afektif dalam belajar yaitu siswa harus

mampunya! niat yang kokoh untuk mendorong dirinya agar belajar.

Dalam kemampuan menyimak, dari keenam deskriptor SBB yang

diliput dalam SILL, deskriptor strategi yang kontr ibusinya paling t inggi

ialah deskriptor strategi afektif. Dengan t ingkat signifikansi kontribusi

sebesar 0,1745, nilai beta yang diperoleh yaitu sebesar 0,2469. Indikator

strategi afekti f yang korelasinya signifikan terhadap aspek menyimak

yaitu butir 33 pada t ingkat signifikansi 0,127. Dalam menyimak, memang

diperlukan konsentrasi yang penuh sehingga sikap santai daiam

menyimak bahasa sasaran merupakan faktor yang sangat penting.

Dari keenam deskriptor SBB, deskriptor strategi yang kontribusinya

paling t inggi terhadap TKB siswa dalam struktur yaitu strategi afekti f

dengan nilai beta sebesar 0,2407 pada t ingkat signifikansi kontribusi

sebesar 0,0458. Dalam kemampuan struktur pun, strategi afektif

berkontribusi secara signif ikan. Indikator strategi afektif yang berkorelasi

secara signif ikan terhadap aspek ini yaitu butir 33 dan 34. Dengan

demikian, s ikap santai dan sikap yang selalu mendorong diri untuk belajar

dengan jalan menerka makna, mencoba untuk berbicara dalam bahasa

target dengan tidak takut untuk berbuat salah merupakan hal-hal yang

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan struktur da lam bahasa target.

Tatkala keenam strategi ini diregresikan terhadap aspek

membaca, t idak ada satu pun dari keenam deskriptor SBB yang

kontributif terhadap aspek ini. Dari 40 indikator SBB, terdapat 14 butir

indikator SBB yang berkorelasi secara signif ikan terhadap aspek

membaca, yaitu butir 6, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 20, 27, 29, 33, 38, dan 40.

Butir-butir yang t ingkat signifikansi korelasinya 0,05 atau kurang, yaitu

502

Page 53: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

butir 10 dan butir 38. Butir 10 t ingkat signifikansinya 0,011 dengan

korelasi sebesar 0,3364. Butir ini berbunyi / immitate the way native

speakers talk. Butir 38 berbunyi In conversation with others in the new

language, I ask questions in order to be as involved as possible and to

show I'm interested. Kedua strategi ini pada dasarnya esensinya sama

yaitu berupaya untuk terlibat secara aktif dalam berbicara dan menyimak

bahasa target. Tampaknya, upaya untuk berbicara dalam bahasa target

membutuhkan pengetahuan untuk dapat berkomunikasi dengan lancar.

Jadi, mungkin saja orang yang kemampuan membacanya baik, dia

mempunyai bekal yang cukup untuk dapat mengemukakan gagasannya.

Dengan demikian, dorongan untuk berbicaranya pun tinggi. Butir lainnya

yang korelasinya signif ikan dan berkaitan dengan kemampuan berbicara

dan menyimak bahasa target, yaitu butir 12 dan 13 akan tetapi t ingkat

signif ikansinya antara 0,10 sampai 0,16. Jadi, apabila penafsiran ini

berdasar pada t ingkat signif ikansi 0,20, maka kedua indikator strategi ini

korelasinya dipandang signif ikan. Butir 12 berbunyi / innitiate conversation

in the new language dan butir 13 berbunyi / watch TV shows or movies or

listen to the radio in the new language. Tampaknya dengan menonton

televisi, menonton fi lm-fi lm yang berbahasa target, dan mendengarkan

radio yang berbahasa target, s iswa dapat memperoleh pengetahuan dan

juga memper luas kosa-katanya yang diperlukan dalam memahami

bacaan. Jadi, kegiatan-kegiatan yang terkandung dalam strategi-strategi

ini bukan hanya bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan produktif,

yang dalam hal ini kemampuan berbicara, tetapi strategi ini juga

bermanfaat untuk meningkatkan kamapuan reseptif, yang dalam hal ini

kemampuan membaca.

503

Page 54: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Indikator SBB butir 06, yaitu yang berbunyi / physically act out the

new word, korelasinya dengan aspek membaca yaitu sebesar 0,2009

dengan tingkat signifikansi 0,138. Strategi ini dapat membantu siswa

dalam mengingat kosa-kata baru. Pengetahuan kosa-kata yang luas

sudah barang tentu akan membantu s iswa dalam memahami wacana.

Indikator SBB butir 14, yaitu tentang / read forpleasure /n the new

language korelasinya signifikan pada t ingkat signifikansi 0,114. Strategi

yang terkandung dalam butir ini akan membantu siswa dalam kemampuan

membaca, Dengan seringnya membaca, kecepatan dan pemahaman

dalam membaca akan baik. Dengan demikian, tentu saja strategi ini akan

kontributif terhadap kemampuan membaca.

Butir lainnya, yang juga korelasinya signifikan yaitu butir 15 dan 16.

Butir 15 t ingkat signif ikansinya 0,120 sedangkan butir 16 t ingkat

signifikansinya 0,127. Kedua strategi ini esensinya yaitu mencatat segala

hal, baik kegiatan akademis maupun non-akademis dalam bahasa target.

Kemampuan menulis memerlukan pengetahuan siswa yang cukup

sehingga dengan sering membaca, seseorang dapat memperoleh

pengetahuan yang luas. Kedua keterampilan ini sebenarnya sal ing

melengkapi.

Indikator SBB yang terkandung dalam butir 20, yaitu yang berbunyi

/ develop my own understanding of how the language works, even if

sometimes I have to revise my understanding based on new information.

Pemahaman terhadap sebuah wacana bukan hanya tergantung pada

banyaknya kosa-kata, akan tetapi juga pada kaidah gramat ikanya.

Dengan demikian, pemahaman terhadap kaidah bahasa sangat

diperlukan dalam pemahaman sebuah wacana.

504

Page 55: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Butir 27, yaitu indikator strategi yang berbunyi / arrange my

schedule to study and practice the new language consistently, not just

when there is the pressure of a test korelasinya cukup signif ikan dengan

tingkat signifikansi sebesar 0 .061. Strategi ini berkorelasi secara signif ikan

tidak hanya dengan aspek membaca akan tetapi juga dengan TBIBA,

struktur, dan menyimak. Art inya, belajar secara teratur dan terencana

diperlukan da lam setiap aspek keterampilan berbahasa.

2. Kontribusi SBB terhadap TKB Pembelajar bahasa Inggris

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis regresi jamak

menunjukkan bahwa dari enam deskriptor SBB yang diliput dalam ISBB

hanya ada satu deskriptor SBB yang berkontribusi secara signif ikan

terhadap TKB bahasa Inggris pada tingkat signifikansi 0,1996, yaitu

strategi kognitif. Indikator strategi kognitif yang korelasinya signif ikan yaitu

butir 11 , 12,13, 16, 17, dan 22.

Esensi dari butir 11 dan 12 pada dasarnya sama yaitu berlat ih

mengucapkan kata-kata dalam bahasa target seperti penutur asli. Butir-

butir ini berkorelasi secara signifikan dengan kemampuan responden

dalam menyimak, membaca, dan TOEFL. Tingkat signif ikansinya

dengan TOEFL yaitu sebesar 0,138, dengan menyimak pada t ingkat

signifikansi 0,045, dan dengan membaca pada t ingkat signif ikansi 0,056.

Tampaknya, dengan mencoba berlatih berbicara dan meniru

penutur asli, siswa akan mampu memahami wacana lisan secara lebih

baik. Kemampuan lisan yang baik memperl ihatkan kemampuan s iswa baik

dalam keluasan kosa-kata, kemampuan menggunakan kaidah gramat ika,

dan juga pemahaman isi wacana. Dengan demikian, strategi ini juga dapat

505

Page 56: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

membantu s iswa dalam memahami wacana tulis sehingga kemampuan

responden dalam membaca juga baik.

Strategi yang terkandung dalam butir 13, yaitu menggunakan kata

dalam konteks, berkorelasi secara signif ikan dengan TOEFL, menyimak,

struktur, dan membaca. Strategi ini berkorelasi dengan TOEFL pada

tingkat signif ikansi 0,025, dengan menyimak pada t ingkat signif ikansi

0 ,021, dengan struktur pada t ingkat signifikansi 0,096, dan dengan

membaca pada t ingkat signif ikansi 0,070.

Data menunjukkan bahwa strategi ini dapat membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuannya dalam keempat aspek tersebut. Dengan

selalu menggunakan kata dalam konteks, siswa akan memahami kata

tersebut bukan hanya makna dari kata tersebut tetapi juga tentang cara

kata tersebut digunakan sehingga bermakna. Cara ini membantu siswa

dalam mengingat kata sehingga kata tersebut akan hidup da lam

ingatannya.

Indikator strategi kognitif lainnya yang berkorelasi secara signif ikan

yaitu butir 15 yang berbunyi Saya menonton film yang berbahasa Inggris.

Strategi ini brekorelasi secara signifikan dengan menyimak dan

membaca. T ingkat signif ikansi korelasinya dengan menyimak yaitu pada

tingkat kepercayaan 0,035 sedangkan dengan membaca yaitu pada

tingkat kepercayaan 0,152.

Dengan menonton film yang berbahasa Inggris siswa akan terlatih

mendengarkan cara penutur asli berbicara sehingga kemampuan

menyimaknya akan baik. Dari menonton film yang berbahasa Inggris,

apabila yang ditontonnya banyak ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk

memperluas cakrawala berpikirnya, strategi ini juga akan mampu

506

Page 57: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

membantu s iswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam membaca

wacana yang berbahasa Inggris.

Indikator strategi butir 16, yaitu yang esensinya membaca buku-

buku berbahasa Inggris, berkorelasi secara signif ikan dengan

kemampuan s iswa dalam TOEFL, menyimak, struktur, dan membaca.

Dengan melihat kenyataan ini, sangat disarankan kepada pembelajar

bahasa Inggris sebagai BA untuk selalu menggunakan strategi ini da lam

upaya meningkatkan TKB-nya.

Indikator strategi butir 17, yaitu yang esensinya mencatat segala

hal dalam bahasa Inggris, berkorelasi dengan TOEFL, menyimak, dan

membaca. Berlatih menggunakan bahasa Inggris yaitu dengan cara

mencatat segala hal dalam bahasa terget dapat membantu s iswa

memperkokoh informasi yang diperolehnya dengan cara langsung

menggunakannya dalam konteks. Strategi ini berkaitan dengan strategi

butir 13 yang berkorelasi dengan semua aspek TKB yang di jadikan

ukuran da lam penelit ian ini yaitu dengan aspek TOEFL, menyimak,

struktur, dan membaca.

3. Kontribusi SBB Langsung dengan SBB Tidak Langsung terhadap

TKB

Pertanyaan berikutnya yang menjadi kepedulian penelit ian ini ialah

Apakah dengan melalui SL, STL berkontribusi lebih besar terhadap TKB

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA? Pertanyaan lainnya yaitu yang

berbunyi Apakah dengan melalui SL, STL berkontribusi lebih besar

terhadap TKB pembelajar bahasa inggris sebagai BA? Untuk menjawab

pertanyaan tersebut dirumuskan hipotesis-hipotesis.

507

Page 58: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

a. Kasus Bahasa Indonesia sebagai BA

Sebagaimana d iketengahkan pada bagian lain dari disertasi ini,

bahasan ini d imaksudkan untuk menguji ketepatan teori Oxford (1990)

yang menyatakan bahwa STL berkontribusi secara kuat terhadap

keterjadian belajar melalui SL. Terjadi t idaknya proses belajar dapat

diukur dengan hasil belajar yang dalam penelitian ini diukur dengan T K B

responden.

Untuk menguj i teori ini telah dibuat model analisis jalur untuk teori

Oxford ini sebagaimana diketengahkan pada Bab III. Uji statistik dengan

menggunakan perhi tungan regresi dan korelasi antar variabel-variabel

bebas dengan variabel terikat yang menggunakan data pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA untuk mencari nilai-nilai koefisien ja lur dan

juga nilai korelasi telah diketengahkan pada Tabel 4.62 di Bab IV.

Dalam kasus pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA, model

analisis jalur untuk teori Oxford yang diketengahkan pada Bagan 3 . 1 ,

tatakala d igunakan data yang menggunakan pembelajar bahasa

Indonesia sebagai BA, model tersebut harus direkonstruksi sebagaimana

terlihat pada Bagan 4 . 1 . Pada Bagan 3.1 terlihat tidak ada kontribusi

langsung dari STL terhadap TKB. Data menunjukkan adanya kontribusi

langsung dari ketiga STL yaitu strategi metakognitif, afektif, dan

sosialisasi terhadap TKB. Strategi metakognit i f dan afektif yang oleh

Oxford dikategorisasikan sebagai STL ternyata mampunyai kontr ibusi

yang signifikan terhadap TKB. Hal ini menunjukkan adanya interrelasi

yang jamak dari set iap SBB itu sendir i . Istilah strategi t idak langsung

hendaknya diart ikan hanya da lam kaitan dengan penggunaan bahasa

508

Page 59: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

sasaran saja sebagaimana ditunjukkan dalam definisi Oxford sendir i .

Dengan kata fain, STL tidak untuk ditafsirkan dalam kaitan dengan

ketiadaan kontribusi langsung terhadap TKB. Sedangkan STL yang

ketiga, yaitu strategi sosialisasi, berkontribusi negatif terhadap TKB

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Salah satu kemungkinan

penafsiran terhadap kenyataan data ini ialah adanya kontribusi yang

terbalik yaitu kemungkinan diperlukannya kemampuan TKB dalam

penggunaan strategi sosialisasi.

Strategi sosialisasi juga berkontribusi negatif terhadap strategi

mengingat. Tampaknya, bagi pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA,

sebelum mereka bisa memanfaatkan strategi ini, terlebih dahulu

diperlukan kemampuannya dalam menggunakan strategi mengingat.

Salah satu indikator strategi sosialisasi yang memerlukan kemampuan

siswa dalam bahasa target yaitu mengajukan pertanyaan tatkala

mengobrol dalam bahasa target. Untuk dapat menggunakan strategi ini,

s iswa harus sudah mampu mengemukakan gagasan dalam bahasa

target. Kemampuan ini dapat dicapai melalui strategi-strategi yang

terkandung dalam strategi mengingat.

Strategi lainnya yang juga berkontribusi negatif yaitu strategi

mengingat terhadap TKB pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Jadi ,

bagi pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA, agar mereka dapat

menggunakan strategi ini secara baik diperlukan TKB yang memadai

untuk dapat memanfaatkan strategi tersebut. Strategi afektif juga

berkontribusi negatif tehadap strategi mengingat. Salah satu kemungkinan

penafsiran dari kenyataan ini yaitu untuk dapat menggunakan strategi

509

Page 60: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

afektif diperlukan kemampuan yang cukup dalam menggunakan strategi

mengingat.

Bagan 4.1 memperl ihatkan tidak adanya kontribusi dari salah satu

SL yaitu strategi kompensasi . Garis kontribusinya harus dihi langkan

karena nilai koefisien jalurnya di bawah 0,05 yang menunjukkan t idak

adanya sumbangan efektif langsung dari strategi kompensasi terhadap

TKB. Dengan demikian, model analisis jalur ini harus direkonstruksi lagi

sebagaimana terlihat pada Bagan 4.2. Bagi pembelajar yang TKB-nya

masih belum memadai , penggunaan strategi kompensasi akan cenderung

melahirkan kesalahan-kesalahan berbahasa. Dengan kata lain, efektivitas

dari strategi kompensasi itu dalam kaitannya dengan TKB hanya akan

terjadi apabila pembelajar berada pada tingkat kemampuan berbahasa

yang cukup untuk dapat memanfaatkan strategi tersebut.

Dari gambaran kenyataan data pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA, dapat disimpulkan bahwa setiap deskriptor strategi akan

berfungsi secara efektif apabila digunakan secara bersama-sama dan

saling membantu antara strategi yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa STL tidak bisa diartikan hanya berkontr ibusi

melalui SL. Semua strategi tampaknya berkontribusi secara realtif

terhadap TKB pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA. Dalam kasus

pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA, misalnya, strategi afekti f

mampunyai kontribusi atau sumbangan efektif langsung yang signif ikan

terhadap TKB-nya.

510

Page 61: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

b. Kasus Bahasa Inggris sebagai BA

Untuk menguji ketepatan teori Oxford (1990) ini juga di lakukan uji

regresi dan korelasi dengan menggunakan data pembelajar bahasa

Inggris sebagai BA. Hasil perhitungan statistik yang mengetengahkan nilai

koefisien ja lur dan koefisien korelasi untuk pembelajar bahasa Inggris

dapat dilihat pada Tabel 4.63. Dengan menggunakan nilai-nilai koefisien

jalur dan koefisien korelasi yang diketengahkan pada Tabel 4.63, model

analisis jalur yang menggunakan data pembelajar bahasa Inggris dapat

diamati pada Bagan 4.3.

Pada Bagan 4.3 terlihat adanya kontribusi yang nilai koefisien

jalurnya di bawah 0,05, yaitu kontribusi dari strategi sosialisasi terhadap

TKB dan kontribusi dari strategi sosialisasi terhadap strategi mengingat.

Karena nilai koefisien jalur dari strategi sosialisasi ini terhadap TKB dan

juga terhadap strategi mengingat kurang dari 0,05, maka hubungan

tersebut dihi langkan. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kontribusi

atau sumbangan efektif langsung dari strategi sosialisasi terhadap T K B

dan terhadap strategi mengingat. Rekonstruksi Bagan 4.3 dapat diamati

pada Bagan 4.4.

Bagan 4.4 memperl ihatkan bahwa terdapat kontribusi langsung

atau sumbangan efektif yang langsung dari dua buah strategi STL yaitu

strategi afektif dan strategi metakognit i f terhadap TKB. Akan tetapi tidak

terdapat kontribusi atau sumbangan efektif langsung dari strategi

sosialisasi terhadap TKB dan juga terhadap strategi mengingat.

Strategi metakognit i f berkontr ibusi negatif terhadap T K B

pembelajar bahasa Inggris. Bagi pembelajar bahasa Inggris, sebelum

511

Page 62: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dapat menggunakan strategi metakognitif, tampaknya diperlukan TKB

yang lebih baik. Misalnya, salah satu dari indikator strategi metakognit i f

yang mungkin memerlukan TKB yang baik yaitu butir 31 yang berbunyi

Saya mengidentifikasi kesalahan-kesalahan saya dalam berbahasa

Inggris dan saya gunakan informasi itu untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa Inggris saya dengan menghindari kesalahan-kesalahan

tersebut. Dari butir ini jelas sekali bahwa untuk dapat mengidentif ikasi

apalagi menganalisis kesalahan sendiri dalam berbahasa target

diperlukan t ingkat kemampuan berbahasa yang cukup tinggi. Dengan

demikian, agar strategi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga

mampunyai dampak terhadap TKB siswa, diperiukan kemampuan

berbahasa siswa yang lebih t inggi. Kemungkinan lain, indikator-indikator

strategi yang terkandung dalam strategi metakognit i f kurang dapat

dipahami penggunaannya oleh pembelajar bahasa Inggris. Dengan

demikian, mungkin diperlukan semacam perlatihan sebelum

menggunakan strategi ini.

G. SBB Pembelajar Bahasa yang TKB-nya Baik

SBB yang diungkapkan pada bagian ini merupakan strategi-strategi

yang sering atau selalu digunakan pembelajar bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris sebagai BA yang kategori kemampuan bahasa targetnya

baik sebagaimana ditunjukkan oleh hasil TBIBA dan TOEFL-nya. Strategi-

strategi belajar bahasa yang diidentifikasi merupakan gambaran dari

pengalaman belajarnya sebagaimana diakuinya dalam SILL dan juga

dalam wawancara. Identifikasi strategi dari kedua kelompok pembelajar

bahasa ini d iharapkan bermanfaat dalam upaya perbaikan proses

S12

Page 63: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

pembelajaran bahasa asing para pembelajar bahasa da lam konteks

kebahasaan yang serupa.

1. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai BA

Bagian ini akan memaparkan strategi-strategi yang diidentif ikasi

dari pembelajar bahasa Indonesia, baik yang dikemukakannya dalam SILL

maupun dalam wawancara. Strategi-strategi ini disenaraikan dalam

bentuk senarai strategi yang dapat dijadikan rambu-rambu oleh

pembelajar lainnya, baik yang TKB-nya masih rendah atau yang masih

kurang untuk meningkatkan kemampuannya dalam belajar bahasa

Indoensia. O'Malley (1985) menyatakan bahwa apabila strategi belajar

bahasa yang biasa digunakan oleh pembelajar bahasa yang baik telah

teridentifikasi dan kemudian diajarkan dan digunakan oleh siswa-siswa

yang kurang baik, proses belajar tersebut akan membantu pembelajar

yang kurang baik itu untuk meningkatkan kemampuannya dalam bahasa

target.

a. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam SfLL

TKB pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA di kedua universitas

yang dijadikan sampel penelit ian ini secara rata-rata sedang. Terdapat 3

orang responden yang TKB-nya baik. Dari ketiga orang inilah dicoba

diangkat strategi-strategi yang akan disenaraikan untuk di jadikan rambu-

rambu strategi yang dapat dimanfaatkan oleh pembelajar bahasa lainnya.

Strategi-strategi yang diliput dalam SILL yang akan disenaraikan ini yaitu

strategi-strategi yang sering atau selalu digunakan oleh pembelajar yang

TKB-nya baik ini, yaitu yang skor pil ihannya 4 dan 5 saja. Indikator

513

Page 64: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

strategi dalam SILL yang sering dan juga selalu d igunakan oleh ketiga

pembelajar yang TKB-nya baik ini meliputi strategi-strategi berikut ini.

Strategi mengingat

- I use flashcards with the new word on one side and the definition or

other information on the other.

-1 review often

-1 go back to refresh my memory of things I learned much earlier.

Strategi kognitif

-1 immitate the way native speakers talk.

- I read a story or dialogue several times until I can understand it."

-1 initiate conversation in the new language.

-1 watch TV shows or movies or listen to the radio in the new language.

-1 read for pleasure in the new language.

- I write personal notes, messages, letters or reports in the new

language.

-1 take notes in the class in the new language.

- I use reference materials such as glossaries or dictionaries to help me

use the language.

- I find the meaning of a word by dividing the word into parts which I

understand.

- I try to understand what I have heard or read without translating it word

for word into my own language.

- I develop my own understanding of how the language works, even if

sometimes I have to revise my understanding based on new information.

514

Page 65: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Strategi kompensasi

- When t don't understand a word I read or hear, I guess the general

meaning by using any clue I can find, for example, clues from the

context or situation.

- In a conversation, I anticipate what a person is going to say based on

what has been said so far.

-If I'm speaking and cannot think the right expression, I use gestures or

switch back to my own language momentarily.

- When I cannot think of the correct expression to say or write, I find a

different way to express idea; for example, I use a synonym or describe

the idea.

Strategi metakognitif

- / arrange my schedule to study and practice the new language

consistently, not just when there is pressure of a test.

-1 plan my goal for language learning, for instance, how proficient I want

to become or how I might want to use the language in the long run.

- / clearly identify the purpose of the language activity; for instance, in the

listening task I might need to listen for the general idea or for specific

facts.

-1 actively look for people with whom I can speak the new language.

-1 learn from my mistakes in using the new language.

-1 evaluate the general progress I have made in learning the language.

515

Page 66: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Strategi afektif

-I try to relax whenever I feel anxious about using the new language.

-1 actively encourage myself to take wise risk in language learning, such

as guessing meaning or trying to speak, even though I might make some

mistakes.

Strategi sosialisasi

- If I don't undertand I ask the speaker to slow down, repeat, or clarify

what was said.

- In conversations with others in the new language, ask questions in order

to be as involved as possible and to show I'm interested.

-1 try to learn about the culture of the place where the new language is

spoken.

- / pay close attention to the thoughts and feelings of other people with

whom I interact in the new language.

Dari 40 butir SBB yang diiiput dalam SILL ini ternyata ada

sembilan butir yang tidak sering atau tidak selalu digunakan oleh ket iga

responden ini. Art inya, sebanyak 31 butir atau 77,5% dari butir-butir

indikator SBB yang sering atau selalu digunakan oleh ketiga pembelajar

bahasa Indonesia sebagai BA ini yang TKB-nya paling baik di antara

responden yang dijadikan sampel penelitian ini.

b. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia dalam Wawancara

Bagian ini akan mengetengahkan strategi belajar bahasa yang

biasa digunakan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagaimana

dikemukakannya dalam wawancara. Dari sejumlah strategi yang diperoleh

516

Page 67: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dari wawancara ini yang biasa digunakan oleh ketiga pembelajar bahasa

Indonesia yang baik dalam hasil TBIBA-nya meliputi strategi-strategi

berikut ini.

Strategi Mengingat

- Menggunakan kartu atau flashcards untuk mempelajari kosa kata;

- Menghafalkan seluruh kalimat daiam wacana yang akan digunakan

untuk kepent ingan bermain peran; dan

- Membuat sendiri daftar kosa kata baru serta mereviunya secara

berulang-ulang.

Strategi Kognitif

- Merujuk ke kamus untuk mengetahui makna kata baru pada bahan

bacaan dan membaca ulang bahan yang ada kata baru tersebut;

- Mencatat apa yang dikatakan guru dan mereviu agar bisa mengingat

terus apa yang dikatakan tersebut;

- Berupaya membuat catatan atau persiapan sebelum melakukan fungsi

bahasa tertentu seperti menelepon dan berbicara di depan kelas;

- Meniru secara berulang-ulang cara penutur asli mengucapkan kata-kata

atau ungkapan-ungkapan;

- Memperhat ikan struktur kalimat yang dapat digunakan untuk berbicara

atau menulis dalam konteks lain dengan menggunakan bahasa sasaran;

- Menyimak secara komprehensif untuk memperoleh makna keseluruhan

dan menduga makna kata atau ungkapan yang belum diketahui

berdasarkan konteksnya;

517

Page 68: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Membaca nyaring dan meniru ucapan penutur asli untuk memperbaik i

cara pengucapan;

- Menggunakan terus kata atau ungkapan yang baru diperoleh dalam

berbagai konteks;

- Berlatih secara terus menerus mengucapkan kata atau ungkapan yang

di dalamnya ada bunyi yang dipandang sukar diucapkan karena t idak

sama dengan bunyi dalam bahasa ibu;

- Mengerjakan tugas-tugas secara rutin setiap minggu yang diberikan

oleh setiap guru;

- Membuat catatan kecil sebelum melakukan tindak tutur tertentu.

Strategi Metakognitif

- Memonitor kesalahan sendiri secara konsisten;

- Berupaya terus untuk menggunakan bahasa sasaran, kendat ipun

sesekali harus didukung gerak tubuh {gestures).

Strategi Sosialisasi

- Memanfaatkan kesempatan belajar di l ingkungan tempat bahasa target

digunakan;

- Bertanya langsung kepada penutur tatkala dalam bercakap-cakap ada

kata atau ungkapan yang tidak dipahami.

c. SBB Pembelajar Bahasa Indonesia yang TKB-nya baik

Bagian ini akan mengemukakan strategi-strategi yang sering atau

selalu d igunakan oleh ketiga pembelajar bahasa Indonesia sebagai BA

yang diidentif ikasi dari SILL dan juga dari wawancara. Senarai strategi ini

518

Page 69: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

dapat digunakan sebagai rambu-rambu oleh pembelajar bahasa Indonesia

sebagai BA lainnya untuk meningkatkan kemampuannya dalam belajar

bahasa asing.

Strategi mengingat

(1) Penggunaan medium belajar yang mudah diakses di lakukan setiap

saat misalnya penggunaan kartu kosa kata. Mereka menyatakan:

7 use flashcards with the new word on one side and the definition or

other information on the other."

(2) Prinsip pengulangan dalam belajar dimanfaatkan untuk memperkokoh

dan memperbaiki hasil belajarnya, misalnya mereka berkata:

7 review often"

"i go back to refresh my memory of things I learned much earlier."

(3) Penghafalan kalimat-kalimat sebelaum bermain peran di lakukan untuk

berlatih menggunakan bahasa target. Dalam hal ini mereka

mengatakan:

7 try to memorize ell sentences I'm going to use in the role play."

(4) Penyenaraian kata-kata baru digunakan untuk mengingat kata baru

dalam bahasa sasaran. Dalam strategi ini mereka melakukan kegiatan

seperti:

7 make a list of new words and try to review them consistently."

Strategi kognitif

(1) Proses peniruan terhadap tuturan penutur asli d imanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Dalam hal ini mereka mengakui bahwa mereka:

7 immitate the way native speakers talk."

519

Page 70: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

7 read aloud and try to immitate native speakers pronunciation to

improve my pronunciation."

(2) Pengulangan bahan bacaan atau sirnakan di lakukan untuk

memperoleh pemahaman yang baik, mereka mengatakan bahwa:

7 read a story or dialogue several times until I can understand it. "

(3) Penggunaan bahasa sasaran misalnya dalam bentuk percakapan

sering di lakukan. Mereka menyatakan:

7 initiate conversation in the new language."

(4) Media teknologi informasi dimanfaatkannya untuk meningkatkan

kemampuannya dalam berbahasa target. Mereka berkata:

7 watch TV shows or movies or listen to the radio in the new

language."

(5) Pemanfaatan produk-produk media cetak yang berbahasa target

di jadikannya sebagai hobi dalam membaca. Mereka menyatakan:

7 read for pleasure in the new language."

(6) Penggunaan bahasa sasaran secara tertulis d iupayakan dalam

berbagai kepent ingan dan bentuknya, misalnya strategi yang

digunakannya yaitu:

"I write personal notes, messages, letters or reports in the new

language"

1 take notes in the class in the new \anguage."

7 take notes everything the teacher said in the class and review them

so that I can remember them."

7 wnte down everything I'm going to say before using the language

functions, for instance, before making a call or talking in front of the

class."

520

Page 71: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

7 always jot down things before speaking in the new language."

(7) Pemanfaatan bahan refenrensi di lakukan untuk membantu dalam

menggunakan bahasa target. Mereka menyatakan:

7 use reference matehals such as glossaries or dictionaries to help me

use the language."

7 look up the meaning of the words I find in the reading text in the

dictionary and read the text containing those new words several

times."

(8) Pemenggalan kata di lakukan untuk mempermudah pemahaman kata

baru. Strategi yang digunakannya misalnya:

7 find the meaning of a word by dividing the word into parts which I

understand."

(9) Penerjemahan kata demi kata ke dalam bahasa ibu senantiasa

dihindari dalam memahami apa yang didengar atau dibaca. Misalnya,

7 try to understand what I have heard or read without translating it

word for word into my own language."

(10) Pemahaman tentang kaidah bahasa sasaran dikembangkan bahkan

dengan kemungkinan merevisi kaidah yang telah diketahuinya.

Mereka menggunakan strategi seperti :

7 develop my own understanding of how the language works, even if

sometimes I have to revise my understanding based on new

information."

7 pay atention to the structrure of sentences which I can use for

speaking or writing in other contexts in the new language."

(11) Memfokuskan perhatian pada gagasan utama dan penerkaan makna

kata atau ungkapan dari konteksnya di lakukan untuk mengetahui

521

Page 72: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

makna kata yang t idak diketahuinya lewat konteksnya. Dalam hal ini

mereka berkata bahwa:

"I try to pay attention to get the general idea or to guess the meaning

of a word or phrase that I don't know from the context. "

(12) Berlatih menggunakan bahasa target dalam berbagai konteks.

Secara eksplisit mereka berkata:

7 try to use the new words or expressions in many context "

"I practice regularly the words which are difficult to pronouce. "

"I dilligently do the assignments given by the teacher. "

Strategi kompensasi

(1) Makna secara umum diperoleh dengan melakukan dugaan melalui

penanda-penanda yang didapat dari konteks atau situasi. Strategi

yang digunakannya yaitu

"When I don't understand a word I read or hear, I guess the general

meaning by using any clue I can find, for example, clues from the

context or situation"

"In a conversation, I anticipate what a person is going to say based on

what has been said so far. "

(2) Penggunaan ungkapan lain atau gerakan tubuh dan sesekali beral ih

ke bahasa target ke bahasa ibu di lakukan tatkala sukar menemukan

kata atau ungkapan yang tepat dalam bahasa sasaran. Strategi yang

digunakan mereka itu misalnya,

"If I 'm speaking and cannot think the right expression, I use gestures

or switch back to my own language momentarily"

522

Page 73: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(3) Penggunaan sinonim atau ungkapan lain untuk menyatakan gagasan

di lakukan untuk menjelaskan sesuatu. Dalam hal ini mereka berkata.

"When I cannot think of the correct expression to say or write, I find a

different way to express idea; for example, I use a synonym or describe

the idea."

Strategi metakognitif

(1) Jadwal belajar dirancang untuk belajar dan berlatih bahasa sasaran

setiap waktu bukan hanya apabila akan menghadapi tes. Secara

eksplisit mereka berkata: 7 arrange my schedule to study and practice

the new language consistently, not just when there is pressure of a

test."

(2) Tujuan belajar dirumuskan dan ditentukan terlebih dahulu agar

memahami benar setiap kegiatan belajar yang di lakukannya, misalnya,

7 plan my goal for language learning, for instance, how proficient I

want to become or how I might want to use the language in the long

run"

7 dearly identify the purpose of the language activity; for instance, in

the listening task I might need to listen for the general idea or for

specific facts."

(3) Teman bertutur dalam bahasa sasaran senantiasa diupayakan.

Mereka menyatakan:

7 actively look for people with whom I can speak the new language."

(4) Kesalahan dalam pemakaian bahasa digunakannya sebagai bahan

untuk memperbaiki kemampuannya dalam bahasa sasaran. Misalnya:

7 ieam from my mistakes in using the new language."

523

Page 74: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(5) Kemajuan dalam belajar bahasa sasaran senantiasa dievaluasi dan

dipantaunya sendiri. Dalam hal ini mereka menyatakan:

7 evaluate the general progress I have made in learning the

language."

Strategi afektif

(1) Upaya untuk bersikap tenang atau tidak gugup di lakukan dalam

menggunakan bahasa sasaran. Mereka menyatakan:

7 try to relax whenever I feel anxious about using the new language. "

(2) Sikap untuk berani membuat kesalahan dalam berbahasa target

d ikembangkannya dengan menggunakan pengetahuan kebahasaan

yang dimilikinya. Strategi yang digunakannya itu yaitu

7 actively encourage myself to take wise risk in language learning,

such as guessing meaning or trying to speak, even though I might

make some mistakes. "

Strategi sosialisasi

(1) Meminta penutur lain untuk berbicara lambat atau mengulang

tuturannya di lakukan untuk dapat memahami lawan bicara secara

baik. Strategi yang digunakannya itu yaitu

7f / don't undertand I ask the speaker to stow down, repeat, or clarify

what was said."

(2) Pertanyaan diajukan kepada penutur lain untuk membuat dir inya

terlibat secara akti f dalam percakapan. Strategi tersebut yaitu

"In conversations with others in the new language, ask questions in

order to be as involved as possible and to show I'm interested. "

524

Page 75: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(3) Budaya bahasa sasaran dipelajarinya untuk memperkokoh

pemahaman dan ketepatan penggunaan bahasa sasaran. Mereka

menggunakan strategi:

7 try to learn about the culture of the place where the new language is

spoken. "

(4) Pemikiran dan perasaan lawan bicara diperhatikan dengan baik agar

interaksi berjalan sebagaimana mestinya. Mereka menggunakan

strategi:

7 pay close attention to the thoughts and feelings of other people with

whom I interact in the new language. "

(5) Kesempatan belajar di tempat yang bahasa sasaran d igunakan

sebagai bahasa sehari-hari dimanfaatkan untuk meningkatkan

kemahiran berbahasa. Mereka menyatakan.

"I use any opportunities to study in the place where the target

language is used. "

b. SBB Pembelajar Bahasa Inggris sebagai BA

Bagian ini akan memaparkan strategi-strategi yang diidentif ikasi

dari pembelajar bahasa Inggris sebagai BA, baik yang d ikemukakannya

dalam ISBB maupun dalam wawancara untuk disenaraiklan menjadi

senarai strategi belajar yang dapat dijadikan rambu-rambu tau petunjuk

oleh pembelajar bahasa Inggris sebagai BA di l ingkungan Indonesia.

Perangkat strategi ini diharapkan akan dapat digunakan oleh pembelajar

bahasa Inggris lainnya yang TKB-nya masih belum baik untuk

meningkatkan kemampuannya dalam belajar bahasa Inggris sebagai BA.

S25

Page 76: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

a. SBB Pembelajar Bahasa Inggris dalam ISBB

TKB pembelajar bahasa Inggris sebagai BA di IKIP Bandung,

sebagaimana ditunjukkan oleh skor TOEFL-nya, secara rata-rata skornya

termasuk kriteria SEDANG dengan kategori t ingkat M E N E N G A H .

Terdapat 7 orang responden yang skor TOEFL-nya termasuk kriteria baik

sekali dengan kategori t ingkat pasca lanjutan. Dari ketujuh orang inilah

dicoba diangkat strategi-strategi yang akan dijadikan dasar penyusunan

model alternatif ini. Strategi-strategi yang diliput dalam ISBB yang akan

dijadikan dasar penyusunan model ini yaitu strategi-strategi yang sering

atau selalu di lakukan oleh pembelajar yang TKB-nya baik ini, yaitu yang

skor pil ihannya 3 dan 4. Indikator strategi dalam ISBB yang sering dan

juga selalu d igunakan oleh responden-responden yang TKB-nya baik

sekali meliputi strategi-strategi berikut ini.

Strategi mengingat

- Saya mencoba menghubungkan apa yang sudah saya ketahui dengan

ha-hal yang baru yang saya pelajari.

- Saya menggunakan kata-kata baru bahasa Inggris dalam kalimat agar j]

saya bisa mengingat kata-kata baru tersebut.

- Untuk mengingat sebuah kata, saya menghubungkan bunyi kata baru itu I

dengan bayangan benda atau gambar kata tersebut.

- Untuk mengingat kata baru, saya mengingat bunyi kata-kata tersebut

dengan mengasosiasikan bunyi kata tersebut dengan kata da lam

bahasa sendiri yang bunyinya mirip dengan kata baru tersebut.

- Untuk mengingat kata baru, saya memperagakan kata-kata baru J'

tersebut.

526

Page 77: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Saya mempelajar i kembal i pelajaran yang sudah diajarkan di kelas di

luar jam sekolah.

- Saya mengingat kata-kata dan frase-frase baru yang absrak dengan

mengingat lokasi kata-kata dan frase-frase baru tersebut dalam buku, di

papan tulis, atau pada tanda-tanda jalan

Strategi kognitif

- Dalam mempelajar i kata-kata baru, saya mengucapkan atau menul iskan

kata-kata baru itu beberapa kali. i ,

- Saya berupaya beriatih berbicara seperti penutur asli bahasa Inggris, j '

- Saya berlatih mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Inggris.

- Saya menggunakan kata-kata bahasa Inggris dalam berbagai konteks.

- Saya berinisiatif untuk memulai percakapan dengan menggunakan '

bahasa Inggris.

- Saya menonton film berbahasa Inggris, ji

- Saya membaca buku-buku berbahasa Inggris. •/

- Saya membuat catatan, pesan, surat-surat, atau laporan dalam bahasa

Inggris.

- Pada waktu membaca buku-buku bahasa Inggris, terlebih dahulu saya

membacanya untuk mencari esensi dari bacaan tersebut, kemudian

membacanya lagi dengan saksama

- Saya mencari kata-kata dalam bahasa saya sendiri yang serupa dengan

kata-kata baru dalam bahasa Inggris.

- Saya mencoba untuk mengetahui pola kalimat bahasa Inggris.

- Saya mencari makna kata bahasa Inggris dengan memenggal kata

tersebut ke dalam kata-kata yang saya ketahui.

527

Page 78: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Untuk memahami wacana bahasa Inggris, saya tidak mener jemahkan

kata demi kata.

- Saya membuat r ingkasan dari apa yang saya dengar atau saya baca

yang berbahasa Inggris.

Strategi kompensasi

- Untuk memahami kata-kata bahasa Inggris yang tidak saya ketahui,

saya mencoba menerka makna kata tersebut.

- Jika saya lupa sebuah kata sewaktu bercakap-cakap dalam bahasa

Inggris, saya menggunakan isyarat dengan menggunakan anggota

badan.

- Saya menciptakan sendiri kata baru dalam bahasa target yang kira-kira

maknanya mendekat i apa yang saya maksud untuk menyampaikan

sesuatu. Misalnya saya menggunakan kata paperhoider untuk kata note

book. Kata tersebut t idak ada dalam bahasa Inggris.

- Saya membaca bahasa Inggris tanpa melihat makna setiap kata di

dalam kamus.

- Saya mencoba untuk menerka apa yang akan dikatakan lawan bicara

tatkala sedang bercaka-cakap dalam bahasa Inggris.

- Jika saya lupa sebuah kata bahasa Inggris, saya menggunakan kata

atau frase lain yang kira-kira maknanya sama.

Strategi metakognitif

- Saya mencari berbagai cara dan kesempatan untuk menggunakan

bahasa Inggris.

528

Page 79: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Saya mengidenti f ikasi kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Inggris

dan saya gunakan informasi tersebut untuk meningkatkan kemampuan

bahasa Inggris saya dengan menghindari kesalahan-kesalahan tersebut.

- Saya memperhat ikan orang yang berbahasa Inggris dengan sebaik-

baiknya.

- Saya mencari informasi tentang cara agar menjadi pembelajar bahasa

Inggris yang baik.

- Saya mencari teman untuk berlatih berbicara dalam bahasa Inggris.

- Saya mencari kesempatan sebanyak mungkin untuk membaca apapun

yang berbahasa Inggris.

- Setiap kegiatan yang saya lakukan dalam belajar yang d imaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, saya mempunyai

sasaran yang jelas.

- Saya memperhat ikan kemajuan saya dalam belajar bahasa Inggris.

Strategi afektif

- Saya berupaya untuk t idak tegang atau gugup tatkala akan atau sedang

menggunakan bahasa Inggris.

- Saya mendorong diri saya sendiri untuk berbicara dalam bahasa Inggris / ' r

walaupun saya mungkin akan membuat kesalahan.

- Saya memberi pujian kepada diri saya sendiri j ika saya mendapat nilai /;

baik dalam pelajaran bahasa Inggris.

- Saya mengatasi emosi atau perasaan saya sehingga t idak merasa

tegang atau gugup dengan mendengarkan musik atau melakukan

kegiatan (ain yang menyenangkan.

529

Page 80: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Saya mencatat perasaan saya tentang belajar bahasa Inggris da lam

buku harian.

- Saya mengungkapkan perasaan saya tentang belajar bahasa Inggris

kepada orang lain, misalnya kepada teman saya sendir i .

Strategi sosialisasi

- Jika saya tidak mengerti apa yang dikatakan lawan bicara, saya

meminta dia untuk melambatkan ucapannya atau mengulangi apa yang

dikatakannya.

- Saya meminta penutur asli untuk mengoreksi dan membetulkan bahasa

Inggris saya dalam menggunakan bahasa Inggris.

- Saya berlatih berbicara bahasa Inggris dengan siswa lainnya. /

- Dalam mengajukan pertanyaan tentang bahasa Inggris, baik kepada

guru di kelas maupun kepada teman di luar kelas, saya menggunakan

bahasa Inggris.

- Saya mencoba mempelajari budaya penutur asli bahasa Inggris, apakah

dengan menonton fi lm tentang penutur asli bahasa Inggris atau dengan

membaca buku-buku yang menggambarkan budaya mereka.

Dari 50 indikator SBB yang diliput dalam ISBB, hanya dua butir

yang sama sekali t idak dipilih sebagai strategi yang sering atau selalu

digunakan oleh ketujuh pembelajar ini. Kedua indikator ini yaitu butir 6

yang berbunyi "Saya menggunakan ftashcards untuk mengingat kata-kata

baru," dan butir 34 yang berbunyi "Saya membuat jadwal belajar sehingga

saya mempunyai banyak waktu untuk belajar bahasa Inggris. Art inya, 9 6 %

dari jumlah indikator yang diliput dalam ISBB sering atau bahkan selalu

530

K a m p u s ,

- Berlatih menyimak dengan sangat sering melalui kaset di laboratorium

dan berlatih dengan menggunakan hasil rekam ulang di rumah pada

berbagai kesempatan, misalnya sewaktu memasak;

Page 81: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

- Membaca koran berbahasa Inggris dan berlangganan majalah ber­

bahasa Inggris;

- Meringkas hasil bacaan terutama yang berkaitan dengan masalah

pengajaran bahasa;

- Membaca berbagai bahan bacaan dalam bidang yang berbeda-beda,

termasuk novel untuk kesenangan;

- Segera merujuk ke kamus manakala berjumpa dengan kata baru

terutama bila tidak bisa diduga dari konteks dan kata tersebut

menentukan gagasan pokok tul isan yang sedang dibaca;

- Menggunakan dengan berulang-ulang kata atau tuturan yang baru

didengar atau dibaca pada kesempatan lain sesegera mungkin;

- Menonton hampir setiap hari program-program tertentu yang

menggunakan bahasa Inggris di TV, seperti Cosby Show;

- Membaca sumber-sumber bacaan yang relevan sebelum melakukan

presentasi di kelas;

- Mempelajari gramatika bahasa Inggris untuk digunakan dalam

berbahasa Inggris;

- Membaca kembali buku bahasa Inggris SLTP/SMU sebelum membaca

bahan yang sama pada buku pegangan di IKIP.

Strategi Metakognitif

- Mulai belajar bahasa Inggris pada usia dini, yaitu tatkala di sekolah

dasar;

- Menggunakan fasilitas perpustakaan secara teratur; j

- Membuat jadwal kegiatan belajar seminggu sebelum kegiatan itu akan

di lakukan.

532

Page 82: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Strategi Afektif

- Berusaha memahami tuturan penutur asli dengan memanfaatkan

konteks tuturan;

- Berusaha berteman dengan penutur asli bahasa sasaran dan berbicara

sesering mungkin dalam bahasa sasaran dengan penutur asli tersebut.

- Menulis di buku harian dalam bahasa Inggris meskipun membuat banyak

kesalahan.

Strategi Sosialisasi

- Meminta guru untuk sering menggunakan bahasa Inggris pada waktu

mengajar;

- Berupaya mengajarkan bahasa Inggris kepada orang lain untuk

mendorong diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berbahasa

Inggris.

c. SBB Pembelajar Bahasa Inggris yang TKB-nya Baik

Bagian ini akan mengetengahkan strategi-strategi yang sering atau

selalu d igunakan oleh ketujuh pembelajar bahasa Inggris yang skor

TOEFL-nya di atas 550 ini, yaitu strategi-strategi yang diidentif ikasi dari

ISBB dan juga dari wawancara. Strategi-strategi tersebut meliputi hal-hal

berikut ini.

533

Page 83: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

Strategi mengingat

(1) Advanced organizer digunakan dalam mempelajari hal yang baru agar

hal yang baru itu dapat diingat secara lebih baik. Strategi ini tercermin

pada pengakuan mereka yang mengatakan:

"Saya mencoba menghubungkan apa yang sudah saya ketahui

dengan ha-hal yang baru yang saya pelajah."

(2) Penggunaan kata yang baru dipelajari di dalam konteks di lakukan agar

kata-kata yang baru itu bisa diingat dengan baik. Mereka berkata:

"Saya menggunakan kata-kata baru bahasa Inggris dalam kalimat agar

saya bisa mengingat kata-kata baru tersebut."

(3) Kaitan antara kata yang baru dipelajari dengan bayangan benda atau

hal yang dirujuknya dan juga kaitan antara kata yang baru itu dengan

kata yang serupa dalam bahasa ibu dimanfaatkan untuk mengingat

dan mempelajari kata yang baru tersebut. "Untuk mengingat sebuah

kata, saya menghubungkan bunyi kata bani itu dengan bayangan

benda atau gambar kata tersebut"

"Untuk mengingat kata baru, saya mengingat bunyi kata-kata tersebut

dengan mengasosiasikan bunyi kata tersebut dengan kata dalam

bahasa sendiri yang bunyinya mirip dengan kata baru tersebut."

"Saya mengingat kata-kata dan frase-frase baru yang absrak dengan

mengingat lokasi kata-kata dan frase-frase baru tersebut dalam buku,

di papan tulis, atau pada tanda-tanda jalan."

(A) Unsur kinesik khususnya gerak tubuh dimanfaatkan untuk mengingat

kata baru. Mereka menyatakan bahwa:

"Untuk mengingat kata baru, saya memperagakan kata-kata baru

tersebut."

534

Page 84: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(5) Prinsip pengulangan dalam belajar dimanfaatkan untuk memperkokoh

dan memperbaik i hasil belajarnya, misalnya mereka berkata:

"Saya mempelajari kembal/ pelajaran yang sudah diajarkan di kelas di

luar jam sekolah."

(6) Proses peniruan terhadap tuturan penutur asli d imanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Dalam hal ini mereka berkata:

"Saya meniru pengucapan penutur asli yang saya dengar tatkala saya

menonton televisi."

Strategi kognitif

1) Belajar dengan melalui proses pengulangan baik dalam latihan

pelafalan maupun cara penulisan di lakukan untuk mengingat kata

baru. Dalam hal ini, mereka berkata:

"Dalam mempelajari kata-kata baru, saya mengucapkan atau

menuliskan kata-kata baru itu beberapa kati."

"Saya berlatih mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Inggris."

(2) Proses peniruan terhadap tuturan penutur asli d imanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Dalam hal ini mereka mengakui bahwa mereka:

"Saya berupaya berlatih berbicara seperti penutur asli bahasa Inggris."

(3) Berlatih menggunakan bahasa target dalam berbagai konteks. Secara

eksplisit mereka berkata:

"Saya menggunakan kata-kata bahasa Inggris dalam berbagai

konteks."

(4) Media teknologi informasi dimanfaatkannya untuk meningkatkan J;

kemampuannya dalam berbahasa ta rge t Mereka berkata: •(/

"Saya menonton film berbahasa Inggris."

535

Page 85: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(5) Pemanfaatan produk-produk media cetak yang berbahasa target

digunakan dalam proses belajar bahasa target. Mereka menyatakan:

"Saya membaca buku-buku berbahasa Inggris."

(6) Penggunaan bahasa sasaran secara tertulis diupayakan dalam

berbagai kepent ingan dan bentuknya, misalnya strategi yang

digunakannya yaitu:

"Saya membuat catatan, pesan, surat-surat, atau laporan dalam

bahasa Inggris."

"Saya membuat ringkasan dari apa yang saya dengar atau saya baca

yang berbahasa Inggris."

(7) Penggunaan bahasa sasaran misalnya dalam bentuk percakapan

sering di lakukan. Mereka menyatakan:

"Saya berinisiatif untuk memulai percakapan dengan menggunakan

bahasa Inggris."

'Saya berbicara sendiri atau memikirkan sesuatu dalam bahasa Inggris

jika tidak mampunyai teman untuk berlatih berbicara."

"Saya menggunakan bahasa Inggris secara konsisten dengan teman

di kampus."

"Saya membaca sumber-sumber bacaan yang relevan sebelum

melakukan presentasi di kelas."

"Saya mempelajari tata bahasa bahasa Inggris untuk digunakan dalam

bercakap-cakap dalam bahasa Inggris."

(8) Teknik membaca sepert i skimming dan scanning d imanfaatkan untuk

memahami bahasa target. Dalam hal ini mereka berkata:

536

Page 86: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

"Pada waktu membaca buku-buku bahasa Inggris, terlebih dahulu saya

membacanya untuk mencari esensi dari bacaan tersebut, kemudian

membacanya lagi dengan saksama."

(9) Pengetahuan dalam bahasa ibu dimanfaatkan untuk mengingat kata

atau ungkapan baru dalam bahasa target. Dengan demikian mereka

berkata:

"Saya mencari kata-kata dalam bahasa saya sendiri yang serupa

dengan kata-kata baru dalam bahasa Inggris."

(10) Pemahaman tentang kaidah bahasa sasaran d ikembangkan dalam

mempelajari bahasa target. Mereka menggunakan strategi seperti :

"Saya mencoba untuk mengetahui pola kalimat bahasa Inggris."

(11) Pemenggalan kata di lakukan untuk mempermudah pemahaman kata

baru. Strategi yang digunakannya misalnya:

"Saya mencari makna kata bahasa Inggris dengan memenggal kata

tersebut ke dalam kata-kata yang saya ketahui."

(12) Penerjemahan kata demi kata ke dalam bahasa ibu senant iasa

dihindari dalam memahami apa yang didengar atau dibaca. Misalnya,

"Untuk memahami wacana bahasa Inggris, saya tidak

menerjemahkan kata demi kata."

"Saya menonton film benoahasa Inggris dengan berupaya tanpa

membaca teks terjemahannya."

(13) Pengulangan bahan bacaan atau sirnakan di lakukan untuk berlatih

bahasa target. Mereka mengatakan bahwa:

"Saya berlatih menyimak dengan sangat sering melalui kaset di

laboratorium dan berlatih dengan menggunakan hasil rekam ulang di

rumah pada berbagai kesempatan, misalnya sedang memasak."

537

Page 87: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

"Saya menggunakan kata atau tuturan yang baru didengar atau

dibaca berulang-ulang pada kesempatan lain sesegera mungkin."

(14) Pemanfaatan bahan referensi seperti kamus dan buku-buku

pelajaran di lakukan untuk membantu dalam menggunakan bahasa

target. Mereka menyatakan:

"Saya membaca kembali buku pelajaran bahasa Inggris sekolah

menengah, yaitu buku-buku SLTP/SMU sebelum membaca bahan

yang sama pada buku pegangan di perguruan tinggi."

"Saya segera merujuk ke kamus manakala berjumpa dengan kata

baru terutama bila tidak bisa diduga dari konteks dan kata tersebut

menentukan gagasan pokok tulisan yang sedang dibaca."

Strategi kompensasi

(1) Makna secara umum diperoleh dengan melakukan dugaan melalui

penanda-penanda yang didapat dari konteks atau situasi. Mereka

menyatakan:

"Untuk memahami kata-kata bahasa Inggris yang tidak saya ketahui, 'i

saya mencoba menerka makna kata tersebut."

"Saya membaca bahasa Inggris tanpa melihat makna setiap kata di

dalam kamus."

(2) Penggunaan ungkapan lain atau gerakan tubuh dan sesekal i beralih

ke bahasa target ke bahasa ibu dilakukan tatkala sukar menemukan

kata atau ungkapan yang tepat dalam bahasa sasaran. Strategi yang

digunakan mereka itu misalnya,

538

Page 88: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

'Jika saya lupa sebuah kata sewaktu bercakap-cakap dalam bahasa

Inggris, saya menggunakan isyarat dengan menggunakan anggota

badan."

"Jika saya lupa sebuah kata bahasa Inggris, saya menggunakan kata

atau frase lain yang kira-kira maknanya sama."

(3) Penggunaan potensi diri dalam menciptakan kaidah bahasa target

yang dalam hal ini mereka berkata:

"Saya menciptakan sendiri kata baru dalam bahasa target yang kira-

kira maknanya mendekati apa yang saya maksud untuk menyam­

paikan sesuatu. Misalnya saya menggunakan kata paper holder untuk

kata note book. Kata tersebut tidak ada dalam bahasa Inggris. "

Strategi metakognitif

(1) Jadwal belajar dirancang untuk belajar dan berlatih bahasa sasaran

setiap waktu bukan hanya apabila akan menghadapi tes. Secara

eksplisit mereka berkata:

"Saya membuat jadwal kegiatan belajar seminggu sebelum kegiatan itu

akan dilakukan."

(2) Tujuan belajar dirumuskan dan ditentukan terlebih dahulu agar

memahami benar setiap kegiatan belajar yang di lakukannya, misalnya,

"Setiap kegiatan yang saya lakukan dalam belajar yang dimaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, saya mempunyai

sasaran yang jelas."

(3) Penggunaan bahasa target untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa tersebut sangat diupayakan. Mereka menyatakan bahwa:

539

Page 89: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

"Saya mencari berbagai cara dan kesempatan untuk menggunakan

bahasa Inggris."

"Saya mencari teman untuk berlatih berbicara dalam bahasa Inggns."

(4) Kesalahan dalam pemakaian bahasa sasaran digunakannya sebagai

bahan untuk memperbaiki kemampuannya dalam bahasa sasaran.

Misalnya,

"Saya mengidentifikasi kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Inggris

dan saya gunakan informasi tersebut untuk meningkatkan kemampuan

bahasa Inggris saya dengan menghindari kesalahan-kesalahan

tersebut."

(5) Kemajuan dalam belajar bahasa sasaran senant iasa dievaluasi dan

dipantaunya sendiri. Dalam hal ini mereka menyatakan:

"Saya memperhatikan kemajuan saya dalam belajar bahasa Inggris."

(6) Pemat ian yang saksama diberikan kepada lawan bicara untuk

memperoleh pemahaman dan kemampuan dalam penggunaan bahasa

sasaran. Mereka menyatakan bahwa

"Saya memperhatikan orang yang berbahasa Inggris dengan sebaik-

baiknya. "

(7) Informasi tentang cara belajar agar bisa menjadi pembelajar yang baik

ditelusuri untuk dimanfaatkan dalam proses belajar bahasa sasaran.

Mereka menunjukkan bahwa:

"Saya mencari informasi tentang bagaimana caranya agar menjadi

pembelajar bahasa Inggris yang baik."

(8) Berbagai kesempatan untuk dapat meresepsi bahan-bahan yang

berbahasa sasaran dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Dalam hal

ini mereka menyatakan:

540

Page 90: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

"Saya mencari kesempatan sebanyak mungkin untuk membaca

apapun yang berbahasa inggris."

(9) Pemanfaatan sarana belajar secara teratur. Secara ekspl isi t mereka

menyatakan:

"Saya menggunakan fasilitas perpustakaan secara teratur."

Strategi afektif

(1) Upaya untuk bersikap tenang atau t idak gugup di lakukan dalam

menggunakan bahasa sasaran. Mereka menyatakan:

'Saya berupaya untuk tidak tegang atau gugup tatkala akan atau

sedang menggunakan bahasa Inggris."

"Saya mengatasi emosi atau perasaan saya sehingga tidak merasa

tegang atau gugup dengan mendengarkan musik atau melakukan

kegiatan lain yang menyenangkan."

(2) Sikap untuk berani membuat kesalahan dalam berbahasa target

d ikembangkannya dengan menggunakan pengetahuan kebahasaan

yang dimil ikinya. Strategi yang d igunakannya itu yai tu

"Saya mendorong diri saya sendiri untuk berbicara dalam bahasa

Inggris walaupun saya mungkin akan membuat kesalahan."

"Saya memberi pujian kepada diri saya sendiri jika saya mendapat

nilai baik dalam pelajaran bahasa Inggris."

(3) Pengekspresian perasaan sendir i dengan menggunakan bahasa

sasaran untuk meningkatkan kemampuan dalam bahasa tersebut.

Strategi yang digunakannya yai tu:

"Saya mencatat perasaan saya tentang belajar bahasa Inggris dalam

buku harian."

541

Page 91: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

'Saya mengungkapkan perasaan saya tentang belajar bahasa Inggris

kepada orang la/n, m/salnya kepada teman saya sendiri."

(4) Pemanfaatan konteks untuk memahami penutur asti d imanfaatkan

sehingga t ingkat pemahaman akan lebih baik lagi.

'Saya berusaha memahami tuturan penutur asli dengan

memanfaatkan konteks tuturan."

(5) Jal inan persahabatan dengan penutur asli bahasa sasaran

diupayakan untuk berlat ih bahasa sasaran.

"Saya berusaha berteman dengan penutur asli bahasa sasaran dan

berbicara sesering mungkin dalam bahasa sasaran dengan penutur

asli tersebut."

Strategi sosialisasi

(1) Meminta penutur lain untuk berbicara lambat a tau mengu lang

tuturannya di lakukan untuk dapat memahami lawan bicara secara

baik. Strategi yang d igunakannya itu yai tu

"Jika saya tidak mengerti apa yang dikatakan lawan bicara, saya

meminta dia untuk melambatkan ucapannya atau mengulangi apa

yang dikatakannya."

(2) Pertanyaan diajukan kepada penutur lain da lam bahasa sasaran

untuk membuat dir inya terl ibat secara aktif da lam percakapan.

Strategi tersebut yaitu

"Dalam mengajukan pertanyaan tentang bahasa Inggris, baik kepada

guru di kelas maupun kepada teman di luar kelas, saya menggunakan

bahasa Inggris. "

542

Page 92: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan

(3) Budaya bahasa sasaran dipelajarinya untuk memperkokoh

pemahaman dan ketepatan penggunaan bahasa sasaran. Mereka

menggunakan strategi.

"Saya mencoba mempelajari budaya penutur asli bahasa Inggris,

apakah dengan menonton film tentang penutur asli bahasa Inggris

atau dengan membaca buku-buku yang menggambarkan budaya

mereka."

(4) Pemanfaatan penutur asli di t ingkatkan untuk membetu lkan

penggunaan bahasa sasaran. Mereka menyatakan:

"Saya meminta penutur asli untuk mengoreksi dan membetulkan

bahasa Inggris saya dalam menggunakan bahasa Inggris."

(5) Teman-teman, baik teman di sekolah maupun di luar sekolah

dimanfaatkan untuk berlatih berbahasa sasaran.

"Saya bedatih berbicara bahasa Inggris dengan siswa lainnya."

(6) Belajar sambil melakukan persiapan mengajar d imanfaatkan untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa target.

"Saya mengajarkan bahasa Inggris kepada orang iain untuk

mendorong diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan bahasa

Inggris saya."

543

Page 93: Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang diketedigilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_b.ind_9233077_nenden_sri... · Ketika diwawancarai oleh peneliti, dia menggunakan