baby plus

4
Implementas yang dilakukan perawat pada diagnosis keperawatan : Harga d rendah situasional yang berhubungan dengan kegagalan yang dirasakan pada keja hidup sekunder terhadap kematian janin terutama ditekankan untuk mengembalika harga diri ibu secara positif. Pada awalnya, ibu terlihat agak tertutup dan menghabiskan waktunya dengan sering tidur. Saaat ditanyakan mengapa ibu serin tidur. Ny. menyampaikan bahwa badannya terasa lemah, merasa sering ngantuk. Hal ini terutama dilakukan bila suami sedang tidak berada di sampingnya. Pada kondisi saat itu persepsi ibu terhadap keadaannya sekarang adalah merasa harga dirinya rendah, karna kehilangan janin, ibu merasa tidak bias me kehamilannya seperti perempuan yang lain. Ny. sangat sedih dengan keadaan i khawatir bahwa tetangganyatidak mendukung kaadaannya saat ini, tetapi kemungkinan justru menjadikan peristiwa ini sebagai bahan pembicaraan. Perawa mendiskusikan dengan ibu dan suami tentang perilaku destruktif terhadap kehil menganjurkan untuk tidak menyalahkan diri sendiri dan menyerahkan semua ini kepada tuhan sesuai dengan keyakinan. !emberikan kesempatan pada ibu untuk menangis saat mengungkapkan perasaannya, perawat juga melakukan teknik komunikasi terapeutik sentuhan dan mendengarkan dengan aktif saat ibu menangi waktu berbicara. Selain hal tersebut diatas, perawat juga menanyakan kondisi kedua anakn yang dirumah, siapa yang mengasuh selama ibu dirawat, ibu mengatakan bahwa kedua anaknya tinggal bersama pamannya. Perawat juga menyampaikan potensi bahwa ibu masih memiliki " anak yang sehat, memiliki suami yang baik, dan de setia mendampingi selama Ny. dirawat, bahwa suaminya tidak pernah menyalahk N#. pada peristiwa ini. !emuji yang dilakukan perawat, bahwa ibu adalah perempuan hebat yang memiliki " anak yang sehat dan baik, mau minum obat dan berkeinginan untuk belajar duduk $selama ini ibu lebih banyak tidur%, &'( sudah bias dilakukan mandi. Hal tersebut dilakukan perawat dengan harapan agar Ny. kembali memil harga dirinya secara positif terhadap kondisi kematian janin yang dialaminya. Implementasi yang dilakukan pada diagnosis keperawatan respons berduka yang berhubungan dengan kematian janin adalah dipusatkan pada bagaimana Ny. dapat beradaptasi terhadap perasaannya yang berduka. Hal ini sesuai dengan mo konsep dan teori adaptasi )oy. *isamping itu, selama melakukan interaksi dan implementasi perawat selalu melibatkan keluarga $suami% sebagai pendukung uta koping ibu. Perilaku carring sesuai dengan konsep +atson juga ditetapan peraw melakukan implementasi keperawatan pada Ny. pada masalah keperawatan respon

description

keperawatan

Transcript of baby plus

Implementas yang dilakukan perawat pada diagnosis keperawatan : Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan kegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup sekunder terhadap kematian janin terutama ditekankan untuk mengembalikan harga diri ibu secara positif. Pada awalnya, ibu terlihat agak tertutup dan menghabiskan waktunya dengan sering tidur. Saaat ditanyakan mengapa ibu sering tidur. Ny. L menyampaikan bahwa badannya terasa lemah, merasa sering ngantuk. Hal ini terutama dilakukan bila suami sedang tidak berada di sampingnya.Pada kondisi saat itu persepsi ibu terhadap keadaannya sekarang adalah dia merasa harga dirinya rendah, karna kehilangan janin, ibu merasa tidak bias menjaga kehamilannya seperti perempuan yang lain. Ny. L sangat sedih dengan keadaan ini, khawatir bahwa tetangganyatidak mendukung kaadaannya saat ini, tetapi kemungkinan justru menjadikan peristiwa ini sebagai bahan pembicaraan. Perawat mendiskusikan dengan ibu dan suami tentang perilaku destruktif terhadap kehilangan, menganjurkan untuk tidak menyalahkan diri sendiri dan menyerahkan semua ini kepada tuhan sesuai dengan keyakinan. Memberikan kesempatan pada ibu untuk menangis saat mengungkapkan perasaannya, perawat juga melakukan teknik komunikasi terapeutik sentuhan dan mendengarkan dengan aktif saat ibu menangis waktu berbicara.Selain hal tersebut diatas, perawat juga menanyakan kondisi kedua anaknya yang dirumah, siapa yang mengasuh selama ibu dirawat, ibu mengatakan bahwa kedua anaknya tinggal bersama pamannya. Perawat juga menyampaikan potensi bahwa ibu masih memiliki 2 anak yang sehat, memiliki suami yang baik, dan dengan setia mendampingi selama Ny. L dirawat, bahwa suaminya tidak pernah menyalahkan NY. L pada peristiwa ini.Memuji yang dilakukan perawat, bahwa ibu adalah perempuan hebat yang memiliki 2 anak yang sehat dan baik, mau minum obat dan berkeinginan untuk belajar duduk (selama ini ibu lebih banyak tidur), BAK sudah bias dilakukan dikamar mandi. Hal tersebut dilakukan perawat dengan harapan agar Ny. L kembali memiliki harga dirinya secara positif terhadap kondisi kematian janin yang dialaminya.Implementasi yang dilakukan pada diagnosis keperawatan respons berduka yang berhubungan dengan kematian janin adalah dipusatkan pada bagaimana Ny. L dapat beradaptasi terhadap perasaannya yang berduka. Hal ini sesuai dengan model konsep dan teori adaptasi Roy. Disamping itu, selama melakukan interaksi dan implementasi perawat selalu melibatkan keluarga (suami) sebagai pendukung utama koping ibu. Perilaku carring sesuai dengan konsep Watson juga ditetapan perawat saat melakukan implementasi keperawatan pada Ny. L pada masalah keperawatan respons berduka. Perawat tidak membatasi keluarga dan teman untuk berkunjung, hanya saja yang sudah berkunjung masih terbatas keluarga, sementara suami selalu mendampingi. Ibu belum bersedia dikunjungi teman atau keluarga, dan bahkan kondisi janinnya yang sudah meninggal juga belum diketahui orang lain kecuali keluarganya saja.Alasan ibu belum bersedia dikunjungi teman maupun tentangga karna masih belum siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh teman-temannya. Perawat memahami hal tersebut dan tidak memaksa ibu untuk mengubah keinginanya saat itu dengan cepat. Perawat member kesempatan pada Ny. L dengan cara meminta untuk mengungkapkan terhadap hal-hal yang dirasakan pada saat itu, kesedihan, rasa tidak percaya janinnya telah meninggal dalam kandungan. Ibu masih berada pada tahap menolak terhadap kondisi kehilangan. Perawat memberikan penguatan bahwa hal tersebut normal, karna setiap orang akan memiliki respons yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah kematian janin yang diharapkan. Kebutuhan perawatan diri ibu masih dibantu, karna ibu merasa badannya masih lemas, kebutuhan tersebut terutama dalam hal eliminasi BAK ke kamar mandi dan kebersihan diri.Implementasi yang diberika perawat untuk membantu mengatasi diagnosa keperawatan cemas yang berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kehilangan perinatal adalah mengkaji kesiapan dan kemampuan keluarga dalam menyerap informasi. Saat ini kondisi pasangan masih memasuki malah berduka, jadi kemungkinan menyerap informasi dengan baik belum maksimal. Hanya saja ibu ibu dan keluarga menanyakan mengapa waktu itu janinnya bisa meninggal sebelum sempat dilahirkan. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan IUFD pada ibu dan suami dengan bahasa yang mudah dipahami.Ibu juga dijelaskan tentang respons seseorang tentang perubahan fisik maupun emosi dalam menghadapi keadaan berduka, hanya saja bahwa tahapan terhadap berduka itu sebaiknya dilalui sedikitnya sampai 6 bulan kehilangan. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa dan banyak berdoa agar perasaan menjadi lebih tenang. Menganjurkan pada ibu untuk mengungkapkan hal yang dirasakan pada suami, keluarga, atau petugas kesehatan (residen) agar dengan berbagai perasaan tersebut perasaan ibu akan lebih nyaman.5. EvaluasiMenurut Roy, evaluasi merupakan gambaran tentang pencapaian integritas adaptasi seseorang berkaitan dengan koping yang dimilikinya. Setelah melakukan implementasi pada Ny. L dengan menggunakan pendekatan model dan teori keperawatan, didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut.(tanggal 10 November 2006)Untuk evaluasi pada Ny. L didapatkan data yang dapat diuraikan dibawah ini :a. Diagnosa keperawatan : harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan kegagalan kejadian hidup sekunder terhadap kehilangan janin.Subjektif : ibu mengatakan bahwa orang terdekat adalah suami. Ibu mengukapkan bahwa seharusnya memang tidak perlu merasa bersalah dan rendah diri dengan peristiwa kematian janinnya. Ibu mengatakan akan merawat kedua anaknya dengan baik. Ibu mengatakan bahwa badannya sudah lebih segar, sudah berjalan kekamar mandi untuk aktifitas mandi, tidak ada mual, tidak ada muntah, dan tidak pusing. Objektif : Keadaan umum cukup baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, suhu 36,40C, Pernafasan 20x/menit. Analisis : ibu mulai mengungkapkan bahwa dirinya memiliki harga diri yang positif. Planning : Rencan tindakan masih dapat diteruskan, beri reinforcement positif pada pencapaian kemampuan ibu berkaitan dengan harga dirinya yang positif. b. Diagnosis keperawatan proses berduka yang berhubungan dengan kematian janin.Subjektif : ibu mengatakan bahwa suasana hatinya sudah lebih tenang, rileks, banyak berdoa, dan berusaha mengenbalikan kejadian ini kepada Yang Kuasa, serta mencoba mengikhlaskan janinnya yang telah meninggal. Ibu juga mengatakan bahwa dirinya merasa lebih tenang karna keadaan tubuhnya sudah terasa lebih nyaman, selain itu masih memiliki 2 anak lain yang juga sangat membutuhkan perhatian ibu dan suaminya, jadi tidak boleh merasa berlalut-larut dalam kesedihan. Objektif : Ekspresi wajah labih rileks, wajah terlihat lebih segar, rambut disisir rapi, ibu bercerita lebih terbuka tentang semua hal yang diraakan, suami selalu mendampingi ibu. Analisis : Respons berduka ibu mulai memasuki tahap bargaining. Planning : Pertahankan Intervensi yang telah direncanakan, evaluasi terus respons ibu terhadap kondisi berduka, libatkan social support secara optimal. c. Cemas yang berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kehilangan perinatal.Subjektif : ibu mengatakan bahwa cemasnya berkurang, sudah memahami kemungkinan yang dapat membuat janinnya meninggal sebelum sempat dilahirkan. Pasangan mengatakan akan menghadapi situasi ke depan secara bersama-sama untuk menjelaskan kepada keluarga lain, teman, ataupun tetangga mengenai kondisi yang dialaminya. Hal ini juga akan dijelaskan kepada kedua anaknya. Mengungkapkan kembali kemungkinan yang akan dirasakan pada waktu mendatang tentang perasaan sedih yang dirasakannya. Menyebutkan mungkin akan masih menginat janinnya yang mati, tetapi akan selalu mencoba mengikhlaskan kepergiannya. Objektif : Ekpresi wajah lebih tenang, terlihat senang saat diberi informasi bahwa besok boleh pulang. Ibu memahami hal yang terjadi pada peristiwa kematian anin yang dikandungnya. Analisis : kecemasan ibu berkurang dengan mengingatnya pemahaman. Planning : rencana tindakan dilanjutkan dengan menganjurkan pada ibu untuk mencoba menghadapi realitas kehilangan janin dengan terus memperhatikan pemulihan terhadap kesehatannya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diuraikan tersebut di atas, berdasarkan model konsep dan teori keperawatan adaptasi Roy, Ny. L mampu beradaptasi baik secara fisiologi maupun psikologis. Hal ini didukung adanya social support dari suami yang merupakan orang terdekat ibu disamping anggota keluarga yang lain (pamannya). Selain hal tersebut, dukungan dari petugas kesehatan juga memiliki peran yang besar bagi ibu dalam melalui proses adaptasi terhadap respons kehilangan janin yang sangat diharapkannya. Ibu diperbolehkan pulang tanggal 11 November 2006.