BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN...

22
6 BAB BAB BAB BAB II II II II KAJIAN KAJIAN KAJIAN KAJIAN PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA 2.1 2.1 2.1 2.1 Kajian Kajian Kajian Kajian Pustaka Pustaka Pustaka Pustaka 2.1.1 2.1.1 2.1.1 2.1.1 Model Model Model Model Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Kooperatif Kooperatif Kooperatif Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Dalam kegiatan Kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1994) mengatakan bahwa Kooperatifadalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (dalam Etin Solihatin, 2008:4). Sanjaya,W (2006:242) mendefinisikan bahwa pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan /tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Transcript of BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN...

Page 1: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

6

BABBABBABBAB IIIIIIII

KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.12.12.12.1 KajianKajianKajianKajian PustakaPustakaPustakaPustaka

2.1.12.1.12.1.12.1.1 ModelModelModelModel PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan

bersama (Hamid Hasan, 1996). Dalam kegiatan Kooperatif, siswa secara individual

mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar

Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan

siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya

dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut,

Slavin (1994) mengatakan bahwa Kooperatifadalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat

heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung

pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara

kelompok (dalam Etin Solihatin, 2008:4).

Sanjaya,W (2006:242) mendefinisikan bahwa pembelajaran Kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan /tim kecil,

yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,

setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan

semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap

kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu

akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,

sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Page 2: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

7

a.a.a.a. Ciri-ciriCiri-ciriCiri-ciriCiri-ciri PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran kelompok dimana

siswa akan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Lundgren (1994:5) unsur-unsur dasar pembelajaran Kooperatif antara lain

sebagai berikut.

a. Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka”tenggelam”

atau ”berenang” bersama.

b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari

materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan

yang sama.

d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya diantara para anggota kelompok.

e. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar.

g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok Kooperatif.

PembelajaranKooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan

model lainnya. Arends (1997:111) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan

pembelajaran Kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara Kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Page 3: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

8

Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dan kelompok

pembelajaran tradisional. Kelompok pembelajaran kooperatif sebagai berikut;

Kepemimpinan bersama, Ketergantungan yang positif, Keanggotaan yang heterogen,

Mempelajari keterampilan- keterampilan Kooperatif, Tanggung jawab terhadap hasil

belajar seluruh anggota kelompok, Menekankan pada tugas dan hubungan Kooperatif,

Ditunjang oleh guru, Satu hasil kelompok dan Evaluasi kelompok. Sedangkan kelompok

pembelajaran tradisional sebagai berikut; Satu pemimpin, Tidak ada saling

ketergantungan, Keanggotaan yang homogeny, Asumsi adanya keterampilan-keterampilan

sosial yang efektif, Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri, Hanya menekankan

pada tugas, Diarahkan oleh guru, Beberapa hasil individual dan Evaluasi individual

(Mohammad Nur, 1996: 2)

b.b.b.b. TujuanTujuanTujuanTujuan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan

bekerja secara kolaboratif maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan

dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah

(Trianto, 2007: 42).Menurut Trianto (2007: 44) para ahli telah menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,

unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu

siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif mempunyai efek

yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,

strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

c.c.c.c. KeterampilanKeterampilanKeterampilanKeterampilan dalamdalamdalamdalam PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif

(Muslich, 2007: 230). Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan

kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota

kelompok selama kegiatan. Keterampilan kooperatif tersebut diuraikan oleh Lundgren

Page 4: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

9

dalam buku KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual oleh Masnur

Muslich (Muslich, 2007:230), yaitu antara lain:

a. Keterampilan Tingkat Awal, meliputi:

1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dan bersedia

mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok

untuk memberikan konstribusi.

4) Menggunakan Kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat/persepsi.

b. Keterampilan Tingkat Menengah, meliputi:

1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar

pembicara mengetahui bahwa informasi diserap secara energik.

2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut.

3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda.

4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa

jawaban tersebut benar.

c. Keterampilan Tingkat Mahir, meliputi:

1) Mengelaborasi

2) Memeriksa dengan cermat

3) Menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan

4) Berkompromi.

Keterampilan kooperatif tersebut di atas digunakan siswa dalam berinteraksi sehingga

dapat mempelancar tugas-tugas akademik yang harus diselesaikan yang nantinya akan

memperlancar pembelajaran yang diikuti oleh siswa. Siswa dalam pembelajaran kelompok

disamping belajar materi juga dilatihkan keterampilan kooperatif atau keterampilan

bekerjasama.

d.d.d.d. VariasiVariasiVariasiVariasi dalamdalamdalamdalam ModelModelModelModel PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun

terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Menurut Slavin (1995: 5) terdapat empat

pendekatan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan

Page 5: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

10

model pembelajaran kooperatif. Yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Tim

Ahli (Jigsaw), Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan

Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS), dan Numbered HeadTogether (NHT).

e.e.e.e. ModelModelModelModel PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif TipeTipeTipeTipe STADSTADSTADSTAD

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams AchiementDivision)merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang

memiliki tingkat yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok , setiap anggota

saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama

bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang

disajikan oleh guru dan saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan. Unsur–unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: siswa harus memiliki

konsepsi selalu bersama dan tanggung jawab terhadap terhadap siswa yang lain dalam

kelompok maupun terhadap dirinya sendiri dengan tujuan yang sama, tugas dan tanggung

jawab sama besar, evaluasi atau penghargaan ikut mempengaruhi terhadap evaluasi

seluruh anggota kelompok sehingga siswa memperoleh ketrampilan. Bekerja sama selama

belajar, siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dikerjakan

dalam kelompok kooperatif, perlu diajarkan keterampilan–keterampilan kooperatif yang

meliputi (1) Keterampilan dalam tugas, (2) Keterampilan mengambil giliran dalam berbagi

tugas, (3) keterampilan berpartisipasi, (4) Keterampilan mendengarkan dengan aktif,

serta (5) keterampila bertanya (Linda,:7-10).

2.1.22.1.22.1.22.1.2 HakikatHakikatHakikatHakikat ModelModelModelModel PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran KooperatifKooperatifKooperatifKooperatif

Menurut Kauchak dan Eggen (2001:9) pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam

mencapai tujuan.

Menurut Scot (2001:9) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa-siswa

bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen.

Page 6: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

11

Menurut Bennet(2001:17) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

menyangkut tehnik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan

belajar bersama dalam kelompok kecil yang pada umumnya terdiri 4 atau 5 orang.

Sedangkan menurut Watson (2002:10) membatasi pembelajaran kooperatif

sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang

kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas akademik.

Jadi, pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai sebuah proses

pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, lalu masing-masing

anggota kelompok bekerjasama dan saling membantu satu sama lain.

2.1.32.1.32.1.32.1.3 KelebihanKelebihanKelebihanKelebihan dandandandan kekurangankekurangankekurangankekurangan modelmodelmodelmodel pembelajaranpembelajaranpembelajaranpembelajaran kooperatifkooperatifkooperatifkooperatif tipetipetipetipe STADSTADSTADSTAD ((((StudentStudentStudentStudentTeamsAchiementDivision)TeamsAchiementDivision)TeamsAchiementDivision)TeamsAchiementDivision)

Kelebihan-kelebihan pembelajaran kooperatif STAD (Student TeamsAchiementDivision):a) Mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap.

b) Siswa lebih kreatif untuk belajar.

c) Dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman.

d) Memupuk sikap saling menghargai pendapat yang orang lain.

e) Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena siswa ikut aktif dalam

pembahasan sampai kesuatu kesimpulan.

f) Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat toleransi, siswa

yang demokratis, kritis dalam berfikir, tekun dan sabar.

Kekurangan – kekurangan pembelajaran kooperatif STAD (Student TeamsAchiementDivision):1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak

mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan

pembelajaran kooperatif.

Page 7: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

12

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

2.1.42.1.42.1.42.1.4 LangkahLangkahLangkahLangkah –––– langkahlangkahlangkahlangkah modelmodelmodelmodel pembelajaranpembelajaranpembelajaranpembelajaran kooperatifkooperatifkooperatifkooperatif tipetipetipetipe STADSTADSTADSTAD (((( StudentStudentStudentStudent TeamsTeamsTeamsTeams

AchiementAchiementAchiementAchiement DivisionDivisionDivisionDivision

Langkah-langkah pembelajaran STAD ( Student Teams AchiementDivision )

yaitu tim siswa kelompok prestasi sebagai berikut:

a) Membentuk kelompok yang anggotanya secara heterogen (campuran menurut

prestasi, jenis kelamin, ras, dsb).

b) Guru menyajikan pelajaran.

c) Guru membagi tugas kelompok untuk dikerjakan anggota-anggota kelompok.

Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua

anggota dalam kelompok itu mengerti.

d) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada menjawab

kuis tidak boleh saling membantu.

e) kepada masing-masing tim akan diberikan point berdasarkan tigkat kemajuan

yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Point ini

kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim

f) Tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat/

penghargaan lainnya.

g) Penutup.Pembelajaran koopertif tipe STAD terbagi dalam 6 fase atau langkah

utama yang didasarkan pada langkah-langkah kooperatif. Fase-fase dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD tersajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Page 8: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

13

Tabel 2.1Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

FaseFaseFaseFase KegiatanKegiatanKegiatanKegiatan GuruGuruGuruGuruFaseFaseFaseFase 1111Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingindicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasibelajar siswa

FaseFaseFaseFase 2222Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalanmendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

FaseFaseFaseFase 3333Mengorganisasikan siswadalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranyamembentuk kelompok belajar dan membantu setiapkelompok agar melakukan transisi secara efisien

FaseFaseFaseFase 4444Membimbing kelompokbekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saatmereka mengerjakan tugas mereka

FaseFaseFaseFase 5555Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telahdiajarkan atau masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerjanya

FaseFaseFaseFase 6666Memberikanpenghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upayamaupun hasil belajar individu dan kelompok

(Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto,2007:54)

Page 9: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

14

. Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam proses pembelajaran model

kooperatif type STAD adalah sebagai berikut:

No Tahap Tingkah Laku Guru

1Tahap

pendahuluan

Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi

yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan

motivasi agar siswa tertarik pada materi.

Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah

direncanakan. Mensosialisasikan kepada siswa tentang

model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar

siswa mengenal dan memahaminya.

Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi

yang akan dibahas.

2Tahap

Pengembangan

Guru mendemonstrsikan konsep dengan berbagai contoh

soal.

Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan

diskusi kepada masing –masing kelompok.

Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS

bersama dengan anggota kelompoknya. Guru membantu

kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan

3 Tahap Penerapan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu

yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu

tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar

pikiran dengan anggota yang lainnya.Setelah siswa selesai

mengerjakan soal lembar jawabannya kemudian

dikumpulkan untuk mecari skor

Page 10: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

15

2.1.52.1.52.1.52.1.5 HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada

guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) dalam kutipan Yahya Asnawi, hasil

belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target

atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing);

2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3)

melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being).

Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu

mendambakan keberhasilan. Begitu juga dalam proses pembelajaran di sekolah seorang

siswa melakukan kegiatan pembelajaran selalu mendambakan keberhasilan belajar. Hasil

belajar merupakan wujud dari keberhasilan siswa dalam belajar untuk menumbuhkan

kecakapan penguassaan materi pelajaran yang menuntut keseluruhan dan sesungguhan

dalam belajar.

Menurut Makmun (2002:167), pengertian hasil belajar adalah perubahan

perilaku seseorang pada kawasan kognitif, efektif dan priskomotorik. Kawasan kognitif

terdiri dari pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis (menguraikan dan

mengklasifikasikan) dan sistesis (menghubungkan dan menyimpulkan). Kawasan afektif

meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (penghargaan), interalisasi (pendalaman) dan

karakterisasi (penghayatan). Sedangkan kawasan priskomotorik terdiri dari ketrampilan

bergerak dan ketrampilan ekspresi verbal maupaun non verbal.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2003:102) hasil belajar merupakan

realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam

bentuk penguasaan, pengetahuan, ketramppilan berfikir maupun kemampuan motorik.

Hampir sebagian besar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.

Page 11: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

16

Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan pelajaran yang akan

ditempuhnya.

. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika

adalah pencerminan hasil belajar yang telah dicapai berupa seperangkat pengetahuan,

perubahan sikap, peningkatan ketrampilan setelah proses pembelajaran.

2.1.62.1.62.1.62.1.6 HakikatHakikatHakikatHakikat HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V tahun pelajaran 2009/2010

telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006.

Pelaksanaan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah untuk mencapai tujuan

pembelajaran maupun tujuan belajar yaitu untuk mendapatkan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran

di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara

sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan

proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar

tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati

dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas,

2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa

sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya

perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi

kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif

atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau

keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22)

Page 12: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

17

mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil

belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi

kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya

termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan

arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari

kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal,

pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan

yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan

tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang

disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28),

instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut

Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat

diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh.

Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati

dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya.

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan

sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu

interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif,

sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat

diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya.

2.1.72.1.72.1.72.1.7 HakikatHakikatHakikatHakikat IPAIPAIPAIPA

IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda

atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan

masalah. Para ilmuan selalu menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa alam. Mereka

selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang peristiwa itu (Winatapura,

1993: 123)

Page 13: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

18

Ada 3 unsur utama IPA, yaitu sikap manusia, proses atau metode ilmiah, dan

hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia berupa rasa ingin tahu

akan lingkungan, kepercayaan-kepercayaannya, nilai-nilai dan opini-opininya. Dari rasa

ingin tahu itu muncul masalah-masalah, dan untuk pemecahannya digunakan proses atau

metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi cara menyusun hipotesis, membuat desain

eksperimen dan evaluasi.

Jadi, dalam belajar IPA siswa tidak hanya mempelajari produk IPA yang

berupa teori atau konsep saja, tetapi melalui sikap, proses dan hasil. Cains dan Evans

(1993: 2) menjelaskan tentang hakikat sains. Dahulu sebelum tahun 1960 sains didekati

sebagai kumpulan ilmu pengetahuan atau fakta yang harus dihafal dan diulang-ulang pada

tes. Sains tidak hanya dipandang sebagai produk atau isi, melainkan juga dipandang

sebagai proses. Sains menjadi sesuatu yang lebih “hidup”. Pendidik sains mulai

menggunakan istilah Sciencing untuk memfokuskan pada perubahan ini.

Tahun 1980-an terlihat interest baru dalam sains di sekolah dasar dan

menengah, tema yang muncul waktu itu adalah sains untuk semua. Pengajaran sains

utamanya menekankan keterkaitan antara sains dengan kehidupan sehari-hari. Tugas

yang penting bagi guru IPA adalah mempersiapkan siswa untuk menjalani kehidupan pada

dunia teknologi yang terus meningkat yang mereka hadapi sekarang dan pada abad 21 ini.

Selanjutnya cukup penting untuk mempersiapkan pengajaran sains yang sesuai dengan

hakikat sains. What is science? What is science do I teach? These are questions that onemust ask in order to become aware of following components of science: (1) Content orproduct, (2) Process or methods, (3) Attitude, (4) Technology. Mengajarkan sains yang

benar harus mencakup keempat komponen tersebut. Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut (Cains dan Evans, 1993: 4).

1)1)1)1) IPAIPAIPAIPA sebagaisebagaisebagaisebagai produkprodukprodukproduk

IPA sebagai produk atau isi. Komponen ini mencakup fakta, konsep, prinsip,

hukum dan teori. Pada tingkat dasar IPA merupakan pengetahuan konseptual berdasarkan

materi yang dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang ada. Contoh produk dalam

penelitian ini adalah organ-organ dalam sistem pernapasan.

Page 14: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

19

2)2)2)2) IPAIPAIPAIPA sebagaisebagaisebagaisebagai prosesprosesprosesproses

IPA sebagai proses, tidak dipandang sebagai kata benda, kumpulan

pengetahuan atau fakta untuk dihafalkan melainkan sebagai kata kerja, bertindak

melakukan, meneliti, mengamati. IPA dipandang sebagai alat untuk mengamati. Dalam hal

ini siswa membutuhkan pengalaman langsung yang meliputi mengumpulkan data,

menganalisis dan evaluasi berkaitan dengan ketrampilan proses dalm pembelajaran IPA.

Contoh dalam proses pembelajaran adalah menjelaskan mekanisme proses pernapasan.

3)3)3)3) IPAIPAIPAIPA sebagaisebagaisebagaisebagai sikapsikapsikapsikap

Guru pada tingkat dasar harus memotivasi anak didiknya untuk

mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan rasional tentang fenomena

alam dan fisik. Sebagian guru hendaknya memanfaatkan keingintahuan anak dan

mengembangkan sikap tersebut untuk penemuan.

Memfokuskan pada pencarian jati diri anak mengapa dan bagaimana

fenoimena terjadi. Anak-anak sebaiknya jangan takut membuat kesalahan, karena dengan

melalui kesalahan-kesalahan akan dihasilkan pengetahuan ilmiah. IPA dapat bersifat

menyenangkan dan penuh stimulus. Anak-anak sebaiknya terlibat dalam aktivitas yang

dapat mengacaukan pengalamannya yang telah tersetruktur. Contohnya waspada

terhadap gangguan pernapasan, misal pencemaran udara, bahaya merokok, penyakit

yang menyerang organ pernapasan dan sebagainya.

4)4)4)4) IPAIPAIPAIPA sebagaisebagaisebagaisebagai teknologiteknologiteknologiteknologi

Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

menjadi bagian penting dari belajar IPA. Penerapan IPA dalam penyelesaian masalah

dunia nyata tercantum dalam kurikulum baru. Pada kurikulum tersebut siswa terlibat dalam

mengidentifikasi masalah dunia nyata dan merumuskan alternatif penyelesaiaanya dengan

menggunakan teknologi. Pengalaman ini membentuk suatu pemahaman penerapan IPA

yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari dan juga dalam memahami dampak

IPA dan teknologi pada masyarakat. Contoh IPA sebagai teknologi adalah penggunaan

tabung oksigen pada penderita gangguan pernapasan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA dapat dideskripsikan

sebagai isi, proses, sikap dan teknologi. Tiga komponen pertama yaitu isi atau produk,

proses dan sikap ilmiah merupakan komponen yang harus mendapat perhatian guru untuk

Page 15: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

20

menentukan apa yang harus dipelajari siswa dalam IPA. Komponen keempat, yaitu IPA

sebagai teknologi menekankan pada perlunya memerankan siswa dalam pembelajaran

IPA realistis. Anak harus diberikan kesempatan untuk mengidentifikasikan dan

menyelesaikan masalah duniua nyata dengan menggunakan teknologi.

2.1.82.1.82.1.82.1.8 TujuanTujuanTujuanTujuan dandandandan ruangruangruangruang lingkuplingkuplingkuplingkup PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPAIPAIPAIPA didididi SekolahSekolahSekolahSekolah DasarDasarDasarDasar

Pembelajaran IPA merupakan program pembelajaran yang memberikan

fasilitas kepada siswa untuk belajar IPA. Pembelajaran IPA dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam bidang IPA (Sutardhi, 1995: 56).

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) tidak hanya sekedar kumpulan fakta dan ide

yang harus dihafalkan saja, tetapi merupakan cara berpikir, khususnya mengenai gejala-

gejala alam. Kecuali itu, IPA juga merupakan cara pengumpulan data secara kritis, cara

penyajian dan menguji hipotesis, dan cara pengambilan keputusan untuk mendapatkan

kesimpulan mengenai data yang telah dikumpulkan (Philips, 1994: 6). IPA merupakan cara

berpikir untuk memecahkan masalah-masalah IPA dengan metode ilmiah. Cara itu meliputi

perumusan masalah, penyusunan dan pengujian hipotesis, menganalisis data dan menarik

kesimpulan terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian fungsi pembelajaran IPA

tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan tentang IPA kepada siswa saja, tetapi juga

dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan bertindak, dan

mengembangkan sikap-sikap tertentu mengenai gejala-gejala alam.

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk

belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan gejala-gejala alam di sekitarnya

termasuk dirinya sendiri.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman secara langsung kepada siswa. Karena itu siswa perlu dibantu untuk

mengembangkan ketampilan-ketrampilan proses agar mereka mampu memecahkan

masalah-masalah mengenai alam sekitar. Keterampilan-ketrampilan proses tersebut

meliputi keterampilan mengamati, ketramilan menggunakan dan bahan secara benar,

Page 16: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

21

keterampilan mengajukan pertanyaan, keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan

menafsirkan data dan keterampilan mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya.

2.1.92.1.92.1.92.1.9 PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPAIPAIPAIPA SDSDSDSD

a.a.a.a. PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan KognitifKognitifKognitifKognitif PiagetPiagetPiagetPiaget

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA diatas, perlu dikembangkan model-

model pembelajaran yang berlandaskan pada teori psikologi kognitif dalam

pembelajaran. Relevansi dari teori psikologi kognitif dijabarkan melalui teori kontruktivis.

Teori kontruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa

agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha

dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky,

teori-teori pemprosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain seperti teori

Bruner (Slavin, 1994:225).

Guru tidak hanya memberikan konsep saja tetapi memberi kesempatan

kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran.

Guru berperan sebagai fasilitator untuk membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Teori pembelajaran kognitif diantaranya adalah teori Piaget. Menurut Piaget,

seorang anak dapat memahami suatu konsep melalui pengalaman kongkrit .

Perkembangan kognitif anak atau masa Concrete Operational (usia 6 - 12 tahun), pada

tahap ini anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah pada saat bersamaan.

Anak sudah berpikir abstrak dan berpikir logis dalam memahami dan memecahkan

persoalan, serta mengenal simbol-simbol. Namun mereka masih memerlukan obyek

konkrit untuk belajar. Selain itu anak sudah dapat mengaitkan apa yang terjadi sekarang

dengan masa lalu (reversibility). Pemahaman yang baik yang terbentuk pada saat ini

sangat menentukan kemampuan anak dalam berpikir abstrak pada tahap berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, teori Piaget sesuai dengan salah satu prinsip-

prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu berpusat pada potensi,

perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Anak usia

Page 17: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

22

SD masih memerlukan obyek konkrit untuk belajar. Oleh karena itu, teori Piaget dapat

dijadikan landasan pengembangan dalam proses pembelajaran IPA.

b.b.b.b. PenerapanPenerapanPenerapanPenerapan PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan KognitifKognitifKognitifKognitif PiagetPiagetPiagetPiaget dalamdalamdalamdalam PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPAIPAIPAIPA didididi SDSDSDSD

Teori Piaget dapat dipakai dalam penentuan proses pembelajaran SD

terutama pembelajaran IPA. Implikasinya adalah Piaget beranggapan anak bukan

merupakan botol kosong yang siap diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun

pengetahuan dunianya. Teori Piaget mengajarkan bahwa seluruh anak mengikuti pola

perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan kemampuan anak

secara umum. Menurut Piaget, tidak ada belajar tanpa perbuatan, hal ini disebabkan

perkembangan intelektual anak dan emosionalnya dipengaruhi langsung oleh

keterlibatannya secara fisik dan mental dengan lingkungan. Oleh karena itu sebagai

seorang guru hendaknya mengupayakan pengajaran IPA melalui aktivitas konkret

(menggunakan alat peraga) untuk semua tingkat di SD.

Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak

menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda sehingga walaupun anak

mempunyai umur yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang

berbeda terhadap suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi sebagai seorang guru

sebaiknya dapat menyajikan berbagai variasi kegiatan dengan maksud agar dapat diikuti

dengan baik oleh anak dari berbagai tahap perkembangan.

Implikasi lainnya, apabila hanya kegiatan fisik yang diterima anak, tidak cukup

untuk menjamin perkembangan intelektual anak yang bersangkutan. Ide-ide anak harus

selalu dipakai. Piaget memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak,

beliau juga mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak

sehingga apabila ada seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada diluar gelas

berisi es berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas maka guru harus menjawab

pertanyaan itu dengan `bagus`. Tetapi setelah beberapa saat guru harus mengarahkan

sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya benda yang ringan itu

mengapung di atas air sedangkan benda yang memiliki air yang ada dipermukaan luar

gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas, melainkan berasal dari uap air di

udara yang mengembun pada permukaan gelas yang dingin. Jadi guru harus selalu

Page 18: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

23

secara tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak memaksakan kehendaknya.

Demikian anak akan menyadari bagaimana anak tersebut bisa mendapatkan idenya.

Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengemukakan idenya akan memberikan kesempatan pada mereka untuk menilai proses

pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai contoh, apabila

kelas telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya guru menanyakan kembali kepada

siswa tentang cara mendapatkan jawaban tersebut dan membantu kelas untuk mengulas

kembali tahapan-tahapan yang dilalui hingga menemukan jawaban atau kesimpulan itu.

Maka, guru akan membantu anak dalam proses perkembangan intelektualnya.

Kesimpulannya menurut Piaget, proses pembelajaran di kelas harus

menekankan anak sebagai faktor yang utama. Anak harus diberi kebebasan untuk

melakukan kegiatan-kegiatn konkrit dan mempresentasikan ide-ide mereka. Peran guru

sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat

memperoleh berbagai pengalaman belajar yang luas.

2.22.22.22.2 PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian yangyangyangyang relevanrelevanrelevanrelevan

a. Penelitian yang dilakukan olehIndah Sri Wulansaridengan judul penelitian “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar dan

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Malang pada

Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas

eksperimen secara keseluruhan dapat berlangsung dengan baik, hai ini terbukti dari

persentase keterlaksanaan pada setiap pertemuan (pertemuan (1 dan 2) 92%, pertemuan

ke-3 100%, pertemuan ke-4 100%); (2) terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan berdasarkan uji lebih lanjut menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar siswa kelas kontrol; (3)

hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotor siswa kelas eksperimen lebih baik dari

kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dari persentase penilaian psikomotor siswa kelas

eksperimen yang masuk kategori sangat baik lebih banyak dari kelas kontrol, yaitu 54,69%.

Sedangkan kelas kontrol 12,5%. Begitu juga hasil belajar ranah afektif menunjukkan

bahwa persentase siswa yang masuk kategori sangat baik pada kelas eksperimen

Page 19: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

24

mencapai 34,37%, sedangkan kelas kontrol 2,08%; (4) kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui dari

persentase kemampuan siswa dalam menjawab dengan benar pada tingkatan soal C4

dan C5 kelas eksperimen (80%) lebih tinggi daripada kelas kontrol (61%).

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7500

b. Penelitian yang dilakukan oleh Drs.Pamujo, M.Mdengan judul “Peningkatan Motivasi

Belajar SiswaPada Pelajaran Sejarah Melalui PembelajaranKooperatif Tipe STAD (Student

Teams AchievementDivision) Di Madrasah Tsanawiyah (MTS)Muhammadiyah

Purwokerto.”Hasil penelitian juga menunjukkan pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi

belajaryaitu: ((((a). Motivasi dalam hal bertanya pada diskusi kelompok atau diskusi kelas

dari 19,74 % meningkat menjadi 67,11% pada akhir siklus III, (b). Motivasi dalam

menyampaikan pendapat pada proses pembelajaran meningkat, dari 06,58% menjadi

50,00% pada akhir sikuls III, (c). Motivasi dalam hal keberanian memberikan sanggahan

pada diskusi kelompok maupun diskusi kelas dari 00,00% menjadi 26,32% pada akhir

siklus III. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan partisipasi belajar

siswa pada mata pelajaran sejarah, yaitu: (a). Partisipasi kontributif bertanya meningkat

dari 19,74% meningkat menjadi 67,11% pada akhir siklus III, (b). Partisipasi kontributif

berpendapat meningkat dari 6,58% meningkat menjadi 50,00% pada akhir siklus III (Jurnal

Ilmiah Kependidikan, 2009Vol. I, No. 2, 177-184.http://educare.e-

fkipunla.net/index.php?option=com_ content&task =view&id=68.

c. Penelitian yang dilakukan olehIndriyah, Lestari (2008) dalam penelitian yang berjudul

Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada

siswa kelas IV SD Negeri Panca Karya Semarang, menunjukkan siklus I ketuntasan

belajar klasikal sebesar 22% setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 48%, siklus II

dilakukan presentasi ketuntasan belajar mengalami peningkatan 48% menjadi 70%, siklus

III mengaalmi ketuntasan belajar mencapai 91%.

2.32.32.32.3 KERANGKAKERANGKAKERANGKAKERANGKA BERPIKIRBERPIKIRBERPIKIRBERPIKIR

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian tersebut diatas,

di dapat satu kerangka berfikir yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan model

Page 20: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

25

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan kondisi siswa bersosialisasi baik

dengan kelompoknya maupun dengan kelompok lain, siswa berfikir kreatif, memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar, adanya proses antara bermain dan belajar,

mengamati, menganalisa, bahkan berlatih membuat suatu kesimpulan atau hipotesis yang

akan menjadi konsep dan pengalaman baru dalam kehidupannya, sehingga kondisi ini

akan membantu menanamkan konsep ilmiah yang akan mempengaruhi pola pikir siswa

juga meningkatklan rasa ingin tahu terhadap pembelajaran.

GambarGambarGambarGambar 2.12.12.12.1

SkemaSkemaSkemaSkema kerangkakerangkakerangkakerangka berpikirberpikirberpikirberpikir ::::

SIKLUSSIKLUSSIKLUSSIKLUS IIIIMenerapkan model

pembelajaran kooperatiftipe STADpada matapelajaran IPA pokok

bahasan Alat pernapasanManusia

SIKLUSSIKLUSSIKLUSSIKLUS IIIIIIIIMenerapkan modelpembelajaran kooperatiftipe STADpada matapelajaran IPA pokokbahasan Alat pernapasanManusia

Guru Belummenggunakan model

pembelajaran kooperatiftipe STAD dalampembelajaran IPA

Menerapkan modelpembelajaran kooperatif

tipe STAD dalampembelajaran IPA

GuruGuruGuruGuru

Hasil belajar IPArendah

Diduga denganmenggunakanpendekatankooperatif tipe STADdapatMeningkatkan Hasilbelajar IPA

SiswaSiswaSiswaSiswa

KONDISIKONDISIKONDISIKONDISIAWALAWALAWALAWAL

TINDAKANTINDAKANTINDAKANTINDAKAN

KONDISIKONDISIKONDISIKONDISIAKHIRAKHIRAKHIRAKHIR

Page 21: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

26

2.42.42.42.4 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis TindakanTindakanTindakanTindakan

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka

hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPAdi

kelas VSD Negeri Pesaren 02 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Semester 1

Tahun Pelajaran 20013 / 2014.

Page 22: BABBBABAB IIIIII KAJIANKKAJIANAJIAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3726/3/T1_262012003_BAB II.pdf · Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

27