bab7

10
BAB 7 INSTRUMEN PENELITIAN 7.1 VALIDITAS INSTRUMEN Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukukur apa yang hendak diukur (Gay,1983). Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu : (1) isi, (2) konstruk, (3) konkuren, (4) dan prediksi. Keempat macam validitas tersebut sering pula dikelompokkan menjadi dua macam menurut rentetan berpikirnya. Kedua macam validitas itu, yaitu validitas logik dan validitas empirik. Validitas logik pada prinsipnya mencakup validitas isi, yang ditentukan umumnya atas dasar pertimbangan (judgment) dari para pakar. Kelompok validitas yang lain adalah validitas empirik. Dinamakan demikian karena validitas tersebut ditentukan dengan menghubungkan performansi sebuah tes terhadap kriteria penampilan tes lainnya dengan menggunakan formulasi statistik. Yang termasuk dalam validitas logik di antaranya adalah

Transcript of bab7

Page 1: bab7

BAB 7

INSTRUMEN PENELITIAN

7.1 VALIDITAS INSTRUMEN

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat

mengukukur apa yang hendak diukur (Gay,1983). Validitas suatu instrumen penelitian,

tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang

hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang

diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu

saja.

Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam

yaitu : (1) isi, (2) konstruk, (3) konkuren, (4) dan prediksi. Keempat macam validitas

tersebut sering pula dikelompokkan menjadi dua macam menurut rentetan berpikirnya.

Kedua macam validitas itu, yaitu validitas logik dan validitas empirik.

Validitas logik pada prinsipnya mencakup validitas isi, yang ditentukan

umumnya atas dasar pertimbangan (judgment) dari para pakar. Kelompok validitas

yang lain adalah validitas empirik. Dinamakan demikian karena validitas tersebut

ditentukan dengan menghubungkan performansi sebuah tes terhadap kriteria

penampilan tes lainnya dengan menggunakan formulasi statistik. Yang termasuk dalam

validitas logik di antaranya adalah validitas konkuren dan prediksi. Jika dibandingkan

antara validitas logik dan validitas empirik maka validitas empirik pada umumnya

menunjukkan lebih objektif.

Penilaian validitas konstruk pada prinsipnya mencakup dua aspek di atas

pertimbangan dan kriteria eksternal.

Dalam penelitian, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam

yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan prediksi yang akan

diuraikan dengan lebih jelas seperti berikut.

1.Validitas Isi

Yang dimaksud validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan

substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek

penting, yaitu valid isi dan valid teknik samplingnya. Valid isi mencakup khususnya,

Page 2: bab7

hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran

dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas sampling pada umumnya

berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasekan total

cakupan isi.

2. Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur

sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct. Konstruk, secara defenitif

merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan

pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita.

Proses melakukan validasi konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan

hipotesis testing yang direduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruksi yang

relevan. Misalnya, jika suatu teori kecemasan menyatakan bahwa seseorang yang

memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan bekerja lebih lama dalam menyelesaikan

suatu masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat kecemasan rendah.

Jika lebih cepat, ini bukan berarti bahwa tes yang sudah baku tadi berarti tidak

mengukur kecemasan orang. Atau dengan kata lain hipotesis yang berhubungan

dengan tingkah laku seseorang dengan kecemasan tinggi tidak benar. Dari kasus

tersebut mengindikasikan bahwa konstruk yang berhubungan dengan orang yang

memiliki kecemasan tinggi memerlukan kaji ulang, guna mengadakan koreksi dan

penyesuaian kembali.

3.Validitas Konkuren

Validitas konkuren adalah derajat di mana skor dalam suatu tes dihubungkan

dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validitas konkuren biasanya

diadministrasikan dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada.

Cara-cara membuat tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa

langkah seperti berikut :

a) Administrasikan tes yang baru dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok.

b)Catat tes baku yang ada termasuk berapa koefisien validitasnya jika ada.

c) Hubungan atau korelasikan dua tes skor tersebut.

4. Validitas Prediksi

Page 3: bab7

Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat

memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau

pekerjaan yang direncanakan. Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi

bentuknya tergantung beberapa faktor, misalnya kurikulum yang digunakan, buku

pegangan yang dipakai, intensitas mengajar, dan letak geografis atau daerah sekolah.

Validitas prediksi suatu tes pada umumnya ditentukan dengan membangun

hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran keberhasilan dalam situasi tertentu yang

digunakan untuk memperdiksi keberhasilan, yang selanjutnya disebut sebagai

predicktor. Sedangkan tingkah laku yang hendak diprediksi pada umumnya disebut

sebagai criterion.

Ketika kriteria telah diidentifikasi dan ditentukan, prosedur selanjutnya adalah

menentukan validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut :

1)Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

2)Tentukan grup yang dijadikan subjek dalam polot study

3)Identifikasi criterion prediksi yang hendak dicapai

4)Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau variabel criterion muncul.

5)Capai ukuran-ukuran criterion tersebut

6)Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.

Yang menarik antara validitas konkuren dengan validitas prediksi di antaranya

adalah bahwa kedua validitas tersebut hampir sama cara pelaksanaannya. Perbedaan

utama yang terjadi adalah dalam hal ketika pengukuran criterion. Dalam melakukan

tes validasi konkuren pelaksanaan tes dapat dilakukan dalam waktu sama atau dengan

penentuan prediktor atau beda sedikit.

7.2 RELIABILITAS

Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas.

Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian

dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai

hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel

suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa

dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

Page 4: bab7

Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam

bentuk koefisien. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya jiga

koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu tes mempunyai

teliabilitas sempurna, berarti bahwa tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.

Reliabilitas tinggi menunjukkan kesalahan varian yang minim. Jika sebuah tes

mempunyai reliabilitas tinggi maka pengaruh kesalahan pengukuran telah terkurangi.

Kesalahan pengukuran mempengaruhi skor dalam tampilan cara-cara rendom yang

ditunjukkan dengan beberapa skor, mungkin bertambah selagi yang lainnya berkurang

secara tidak beraturan.

1.Reliabilitas Tes-Retes

Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi

hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang

diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai

akibat kesalahan pengukuran.

Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk

menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan

bermanfaat, jika ternyata menujukkan hasil yang selalu berubah-ubah secara signifikan

saat diberikan kepada responden. Reliabilitas tes-reset dapat dilakukan dengan cara

seperti berikut :

a.Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.

b.Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan

kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang sama tersebut.

c.Korelasikan hasil kedua tes tersebut.

Tes-reset juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya permasalahan

tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan tes pertama

dengan tes kedua.

2. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi

Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur

reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada

dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.

Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya mengukur variabel yang sama,

Page 5: bab7

mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan

mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.

Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk konsistensi

alternatif, yaitu dapat menunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk tes atau

dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa pengambilan tes reliabilitas

ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat, jika pengambilan tes hafal

terhadap jawaban tes yang dibuat dalam tesis pertama, sehingga mereka dapat

menjawab kembali tes yang kedua.

Mengenai pertanyaan bagaimanakah proses melaksanakan tes reliabilitas secara

ekuivalen? Berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah yang perlu diambil oleh

seorang peneliti. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah seperti berikut :

a. Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.

b.Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.

c. Administrasikan hasilnya secara baik.

d.Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua kalinya

pada grup tersebut.

e. Korelasikan kedua hasil tes skor.

3.Reliabilitas Belah Dua

Reliabilitas belah dua ini, termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi

internal. Yang dimaksud dengan konsistensi ialah salah satu tipe reliabilitas yang

didasarkan pada keajegan dalam tes. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaannya hanya

memerlukan satu kali. Ada beberapa kemungkinan dengan cara ini. Termasuk

perbedaan kondisi tes yang terjadi ketika menggunakan metode tes-reset dapat

dihilangkan. Reliabilitas belah dua juga tepat ketika tes itu terlalu panjang. Cara

melakukan reliabilitas belah dua pada garis besarnya dapat dilakukan dengan urutan

seperti berikut :

1.Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.

2.Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item yang paling umum dengan

membagi ganjil dan genap pada kelompok tersebut.

3.Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.

Page 6: bab7

4.Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan

dengan teknik pengukuran.

7.3 MENGUKUR HOMOGENITAS

Cara mengukur konsistensi internal lain yang tidak harus dengan membagi tes

menjadi dua bagian. Prosedur ini menilai konsistensi antaritem atau homogenitas item-

item dalam suatu tes-tes yang direncanakan. Mengukur homogenitas pada dasarnya

adalah memperhitungkan dua sumber kesalahan yang muncul pada tes yang

direncanakan. Kedua sumber kesalahan tersebut yaitu :

1) Content atau isi sampling dari tes yang dibelah, dan

2) Heterogenitas tingkah laku daerah (domain) yang disampel. Semakin heterogen

suatu domain pada umumnya dapat diterjemahkan sebagai semakin rendah

konsistensi datar item suatu tes. Sebaliknya semakin homogen suatu domain dalam

tes semakin tinggi tingkat konsistensi antaritem.

7.4 KESALAHAN BAKU DALAM PENGUKURAN

Konsep lain yang juga merefleksikan konsistensi suatu tes adalah nilai kesalahan

baku pengukuran atau standard error of measurement. Kesalahan baku pengukuran

merupakan estimasi tentang bagaimana seorang peneliti mengharapkan kesalahan dari

tes yang telah dibuat.

Kesalahan baku pengukuran pada umumnya dapat juga menunjukkan tingkat

reliabilitas tes. Jika nilai kesalahan baku pengukuran suatu tes yang telah dibuat kecil,

berarti reliabilitas tes tersebut tinggi. Sebaliknya jika nilai kesalahan baku pengukuran

besar, berarti bahwa tes yang telah dibuat mempunyai reliabilitas rendah.

Alfa Cronbach digunakan ketika pengukuran tes sikap yang mempunyai item

standar pilihan ganda atau dalam bentuk tes esei. Alfa Cronbach pada prinsipnya

termasuk mengukur homogenitas yang di dalamnya memfokuskan dua aspek, yaitu

aspek isi atau content dan aspek heterogenitas dari tes tersebut. Penerapan Alfa

Cronbach misalnya seorang peneliti menentukan varian semua skor dari 1-5 tergantung

option yang dipilih atau tes esai dengan angka yang berbeda-beda diberikan untuk

setiap jawaban.

Dengan perkembangan teknologi informasi dan semakin intensifnya

penggunaan komputer untuk mendukung suatu penelitian maka perhitungan formula

Page 7: bab7

sudah banyak dilakukan menggunakan komputer dengan alfa sebagai indeks

reliabilitas. Jika item tes heterogen maka berarti mereka mengukur lebih dari satu

intareristik, traits atau atribut dan akan menyebabkan koefisien alfa semakin rendah.

Sebaliknya jika tes semakin homogen maka harga koefisien alfa akan semakin tinggi

yang berarti juga tes tersebut semakin konsisten.