BAB1-5 (Repaired)

download BAB1-5 (Repaired)

If you can't read please download the document

Transcript of BAB1-5 (Repaired)

1

BAB PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem keuangan syariah semakin kuat dengan

ditetapkannya dasar-dasar hukum operasionalnya melalui UU No.7 tahun 1992 diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan perkembangan perbankaan syariah tumbuh pesat di Indonesia dalam bentuk bank umum syariah, unit usaha syariah (bank konvensional yang membuka cabang syariah), dan gerai syariah dikantor bank konvensional. Namun seiring berkembangnya bank syariah di Indonesia operasional bank syariah tersebut kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah. Maka munculah usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah. Baitul maal wattamwil atau sering disebut dengan BMT, merupakan salah satu jenis lembaga bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang bergerak berlandaskan syariah. BMT tidak hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Ini merupakan konsekuensi dari namanya itu sendiri yaitu baitul maal wattamwil yang merupakan gabungan dari kata baitul maal dan baitul tamwill. baitul maal memiliki arti lembaga pengumpul dana masyarakat yang

2

disalurkan tanpa tujuan profit dan baitul tamwill yang memiliki arti suatu lembaga pengumpul dana (uang) guna disalurkan dengan orentasi profit dan komersial. BMT sebagai baitul tamwill menjalankan dua jenis kegiatan yaitu pembiyaan dan penyertaan langsung atau investasi pada sektor riil. Pembiyaan adalah kegiatan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga yang membutuhkan dana tersebut untuk kegitan usaha produktif. Penyaluran dana ini didahuli dengan sebuah akad. Jenis- jenis pembiyaan yang dilakukan oleh BMT antara lain mudharabah, musyarkah, murabahah. Mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama ( Shahibul maal ) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi pengelola. Dasar mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga dalam kerangka pengeloalaan dana oleh mudharib, shahibul maal tidak diperkenankan melakukan campur tangan dalam bentuk apapun selain hak untuk melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dana di luar rencana yang telah disepakati. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian maka akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola. (Muhammad Antonio,2001) BMT memiliki sistem yang berbeda dengan sistem bank konvensional, yaitu dengan menggunakan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam BMT sangat berbeda dengan sistem bunga, di mana dengan sistem bunga dapat ditentukan keuntungannya di awal, yaitu dengan menghitung jumlah beban bunga dari dana yang disimpan atau dipinjamkan. Sedang pada sistem bagi hasil

3

ketentuan keuntungan akan ditentukan berdasarkan besar kecilnya keuntungan dari hasil usaha, atas modal yang telah diberikan hak pengelolaan kepada nasabah mitra BMT. Dalam penetapan besar kecilnya nisbah bagi hasil mudharabah tentunya terdapat hal- hal yang perlu dipertimbangkan dari pihak BMT. Dari BMT yang satu dengan BMT yang lain memiliki pertimbangan yang berbeda dalam penentuan besar kecilnya bagi hasil Mudharabah. Sehingga akan mempengaruhi nasabah dalam mengambil keputusannya, apakah nasabah jadi untuk melakukan pembiayaan atau tidak. Maka dalam penentuan besarnya nisbah bagi hasil menjadi sangat penting bagi BMT untuk dipetimbangkan dalam menarik nasabahnya sebanyak mungkin. Dari uraian di atas, perlu diketahui bahawa dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada mudharabah di BMT dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga penulis tertarik untuk mengetahui tentang FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL

WATTAMWIL (BMT) DI KABUPATEN SLEMAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah yang diambil dari penelitian ini adalah apakah faktor- faktor seperti prinsip syariah, pembiayaan, usaha, dan suku bunga bank konvensioanal berpengaruh terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah pada BMT di Kabupaten Sleman?

4

1.3

Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu adanya batasan penelitian

yang meliputi: Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner yang akan dibagikan kepada responden, berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian dan diisi langsung oleh responden dalam hal ini adalah BMT di Kabupaten Sleman. Faktor yang diteliti adalah prinsip syariah, pembiayaan, usaha, dan suku bunga bank konvensioanal. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah pada BMT di Kabupaten Sleman. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat tersebut antara lain: Bagi kalangan lembaga keuangan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk menentukan faktor yang dapat mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada lembaga keuangan syariah khususnya BMT. Bagi penulis, melalui penelitian ini penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang

5

mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada BMT. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran dalam rangka menambah mutu kelulusan sebagai pekerja intelektual yang siap pakai. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk penulisan skripsi dalam penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah: BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Sistematika Penulisan BAB II : KAJIAN TEORITIK 2.1 Baitul Maal Wattamwil (BMT) 2.2 Produk Pembiayaan Mudharabah 2.3 Metode Penentuan Nisbah Bagi Hasil 2.4 Penelitian Terdahulu 2.5 Pengembanagn Hipotesis

BAB III

: METODE PENELITIAN

6

3.1 Populasi dan Sampel 3.2 Sumber Data dan Teknik Pengambilan Sampel 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Data 3.5 Pengujian Hipotesis 3.6 Hipotesis Penelitian BAB IV : ANALISIS DATA 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.2 Deskripsi Responden 4.3 Uji Validitas 4.4 Uji Reliabilitas 4.5 Analisis Regresi Linier Berganda 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Keterbatasan dan Saran

BAB

7

KAJIAN TEORITIK

2.1

Baitul Maal Wattamwil Baitul maal wattamwil atau sering disebut dengan BMT, merupakan salah

satu jenis lembaga bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang bergerak berlandaskan syariah. BMT tidak hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Ini merupakan konsekuensi dari namanya itu sendiri yaitu baitul maal wattamwil yang merupakan gabungan dari kata baitul maal dan baitul tamwill. baitul maal memiliki arti lembaga pengumpul dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit dan baitul tamwill yang memiliki arti suatu lembaga pengumpul dana (uang) guna disalurkan dengan orentasi profit dan komersial. 2.1.1 Sejarah berdirinya BMT Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah. Dengan adanya BMT diharapkan mampu berperan aktif dalam memperbaiki kondisi ekonomi yang tidak menentu. Dengan kondisi tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peranan, antara lain: Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah

8

Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. Melepas ketergantungan usaha-usaha nasabah atau masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Akhir 2001 pinbuk mendata ada 2938 BMT terdaftar dan dan 1828 BMT yang melaporkan kegiatannya. Adapun rincian jumlah BMT adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Jumlah BMT per Propinsi Daerah Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Terdaftar 76 156 65 60 12 65 20 42 165 637 513 65 600 Melaporkan Kegiatan 50 80 51 48 9 32 13 8 15 433 447 42 519

9

Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Irian Jaya Jumlah (Pinbuk,2001) 2.1.2 Fungsi dan Peranan BMT

15 93 8 15 10 24 17 62 11 244 23 21 18 2938 5

9 41 5 11 6 14 9 36 7 110 12 13 1828

Baitul maal wattamwil dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki fungsi dan peranan sebagai baitul maal dan baitul tamwill. Dalam fungsi baitul maal pengelolaan BMT memiliki fungsi sebagai perantara antara muzakki (orang yang berzakat, berinfaq dan bershadaqah) dengan para mustahik (orang yang menerima zakat). Sedangkan dalam fungsi baitul tamwill, pengelolaan BMT memilki fungsi sebagai perantara investor (kreditur, penabung) dengan debitur (peminjam, usahawan kecil). Sehingga dalam peranannya, BMT harus

10

menjalankan fungsi optimalisasi pengelolaan ZIS dan upaya penyadaran umat akan nilai-nilai Islam dengan fungsi bisnis (ekonomi). 2.1.3 Prinsip operasional BMT Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh berbeda dengan BPR syariah, yakni menggunkan 3 prinsip : 2.1.3.1 Prinsip Bagi Hasil Merupakan bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT yang akan menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Atas dasar transaksi ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil. Dalam setiap periode akuntansi (pelaporan usaha) anggota atau nasabah akan berbagi hasil dari sesuai dengan kesepakatan. Sistem bagi hasil dapat diterapkan dalam bentuk pembiayaan mudharabah maupun pembiayaan musayarakah. Mudharabah Kerjasama usaha antara pihak BMT (shahibul maal) dengan nasabah (mudharib) yang seluruh modalnya berasal dari BMT. Musyarakah Kerjasama usaha antara BMT dengan nasabah yang kedua pihak menyertakan modalnya. Komposisi modal tidak harus sama.

2.1.3.2

Prinsip Jual Beli

11

Transaksi jual beli bertujuan untuk memenuhi permintaan akan barang (bukan uang), baik untuk investasi maupun barang modal. Karena bersifat jual beli , maka transaksi ini harus memenuhi persyaratan dan rukun jual beli. Transaksi jual beli dapat dibedakan kedalam: Murabahah Penyediaan barang oleh BMT pihak pembeli harus mengembalikan sejumlah pokok ditambah keuntungan tertentu yang disepakati. Ijaroh Penyediaan barang oleh BMT, yang pada awalnya transaksi ini berbentuk sewa namun setelah lunas barang menjadi milik nasabah. Salam Pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, tetapi pembayarannya dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. Bai Al Istshna Kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan dengan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau diangsur. 2.1.3.3 Prinsip Jasa BMT dapat mengembangkan produk penyaluran dananya ke dalam sistem

12

sewa. Dari akad ini BMT akan mendapatkan menajemen fee/jasa atas dana yang ditalangkan atau manajemen yang dilakukan. Akad jasa dapat dibagi menjadi: Wakalah BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah. Investor menjadi percaya kepada nasabah karena adanya BMT yang mewakilinya dalam menanamkan investasinya. Atas jasa ini, BMT menerapkan fee manajemen. Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dalam praktiknya BMT berperan sebagai penjamin atas transksi bisnis yang dilakukan oleh anggotanya. Hawalah Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Ar-rahn Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

Al-qard pemberian pinajaman tanpa mengharapkan imbalan tertentu.

13

2.2 2.2.1

Produk Pembiayaan Mudarabah Pengertian Pembiayaan Pembiayaan menurut Undang Undang Perbankan No. 10 tahun 1998,

pasal 1 ayat 12 menyatakan pembiayaan berdasrkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian pembiayaan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah suatu pemberian pinjaman berdasarkan prinsip kepercayaan dan persetujuan pinjam meminjam antara pemilik modal dan peminjam sebagai fungsi untuk menghasilkan usaha dimana peminjam berkewajiban mengembalikan uang yang telah dpinjam sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT antara lain: mudharabah BMT hanya menyediakan modal, sedangkan peminjam dana hanya menyediakan tenaga dan waktu untuk mengelola usaha. Jika ada keuntungan maka BMT menerima bagian dari keuntungan tersebut berupa bagi hasil. Besarnya nisbah atau prosentase bagi hasil ditentukan dalam akad. Jika ada kerugian maka kerugian menjadi tanggungan BMT. Pihak peminjam menanggung kerugian tenaga dan waktu. Musyarakah Di dalam pembiayaan musyarakah BMT mempunyai hak untuk mengelola

14

usaha sedangkan peminjam dana sendiri juga turut menyediakan modal. Keuntungan dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil yang ditetapkan dalam akad. Kerugian ditanggung maksimal sebesar modal yang diserahkan masing-masing pihak. Murabahah Jual beli barang dengan pembayaran yang ditangguhkan dan ada suatu tambahan berupa keuntungan diatas harga pokok barang yang besarnya ditetapkan dalam akad. Ijarah Di dalam pembiayaan ini BMT Barang atau sarana untuk berproduksi kepada pihak peminjam dan menerima pembayaran sewadari peminjam. 2.2.2 Pengertian Mudharabah

Menurut PSAK No. 105: Mudharabah adalah akad kejasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Dasar mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga dalam kerangka pengelolaan dana oleh mudharib, shahibul maal tidak diperlkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dana diluar rencana yang disepakati. BMT dapat menawarkan produk penghimpunan dana ini dengan

15

menunjukkan cara penentuan dan perhitungan porsi bagi hasil. Akan tetapi tidak diperkenankan menjajikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu. BMT akan memberikan keuntungan sesuai dengan hasil dari kegiatan usaha tersebut sesuai dengan porsi bagi hasil yang elah disepakati. Prinsip mudharabah yang dijalankan oleh BMT terbagi menjadi dua jenis, antara lain: Mudharabah Mutlaqah Kerja sama usaha dengan pilihan memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk melakukan jenis usaha yang layak tanpa ada batasan khusus Mudharabah Muqayyadah Kerja sama usaha tapi BMT memberikan batasan tertentu terhadap usaha yang akan dikelola nasabah. 2.2.3 Landsan hukum Mudharabah Mudharabah bukan merupakan perintah dan juga tidak larangan baik dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Mudharabah merupakan kegiatan yang bermanfaat dan menguntungkan, sesuai dengan ajaran pokok syariah, maka tetap dipertahankan dalam ekonomi islam. Dasar hukum yang mendasari konsep syariah adalah Al-Quran Dan jika dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT (QS. Al-Muzzamil 73:20) Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan cari karunia Allah SWT (QS. Al-Jumuah 63:10)

16

Al-Hadist Diriwayatkan dari abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mangarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun

membolehkannya. Dari shalih bin Suaibra bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiga hal yang di didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. 2.2.4 Syarat dan Rukun Mudharabah Sebelum melaksanakan kegiatan mudharabah maka harus dipenuhi syarat dan rukun mudharabah terlebih dahulu. Syarat mudharabah menurut Harahap dkk, 2007 dalam Agrian Tri Hartantio, 2009 adalah : Dana mudharabah yang dihimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta dinyatakan dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan usaha. Pembagian keuntungan harus didasarkan sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan dalam akad serta ketentuan jumlah keuntungan harus jelas. Selain syarat mudharabah, rukun mudharabah juga harus terpenuhi dalam

17

pembiayaan mudharabah. Rukun mudharabah menurut Harahap dkk, 2007 dalam Agrian Tri Hartanto, 2009 diantaranya adalah : Adanya Shahibul Maal (pemilik dana) Adanya Mudharib (pengelola dana) Adanya Amal (usaha/pekerjaan) Adanya Ijab Qabul

2.3

Metode Penentuan Nisbah Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau

ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem BMT merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Di BMT cara perhitungan bagi hasil terdapat dua mekanisme, yaitu : profit sharing dan revenue sharing. Profit sharing yang berarti perhitungan bagi hasil yang didasarkan kepada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Revenue sharing yang berarti perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total pendapatan

1-II 18

yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk pendapatkan pendapatan tersebut. Berikut ini rumus untuk menentukan margin dan bagi hasil yang dapat digunakan untuk penyaluran dana atau pembiayaan: R = AE + CF + LL + K + II

Dimana: R AE LL K II : Keuntungan yang perlu direalisasikan : Biaya administrasi : Biaya perolehan dana : Tingkat keuntungan yang diharapkan : Perbedaan investasi

Gambar 2.1 Skema Mudharabah Perjanjian Bagi Hasil

19

Nasabah Keahlian/ (mudharib) Ketrampilan

Modal 100%

Bank (Shahibul Maal)

Proyek/Usaha Nisbah X% Pembagian Keuntungan Modal Sumber : Antonio (2001) Nisbah Y%

2.4

Penelitian Terdahulu Tujuan penelitian ini adalh untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap penetapan besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Beberpa penelitian yang telah dilakuakan menjelaskan alasan-alasan yang mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudaharabah. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Zubaidah (2003) mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan nisbah sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah pada lembaga keuangan syariah Kota Malang, memiliki kesimpulan bahawa faktor syariah, faktor usaha, faktor pembiayaan

dipertimbangkan dalam penetapan nisbah bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah. Faktor ekternal tidak dipertimbangkan dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Herdiyanto (2004) dalam penelitiannya mengenai Mekanisme

Transmisi Syariah di Indonesia, mendapatkan kenyataan bahwa suku bunga pasar

20

uang antar bank (PUAB) secara signifikan mempengaruhi terhadap tingkat pembiayaan di bank syariah. 2.5 Pengembangan Hipotesa Ada beberapa alasan yang menyebabkan BMT menetapkan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudahrabah. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tersebut, maka dapat diformulasikan hipotesa sebagai berikut: 2.5.1 Prinsip Syariah Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana, pembiayaan dan kegiatan usaha yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Ahmad Sumiyanto, 2008). Semua kegiatan kerjasama yang dilakukan BMT dengan pihak lain dalam operasi kegiatannya harus berdasarkan dengan prinsip-prinsip syariah karena didalamnya terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi antara keadilan, peningkatn prestasi, kesejahteraan, kebersamaan, peningkatan prestasi, keterbukaan, tanggung jawab. Oleh karena itu hipotesa yang akan diuji adalah sebagai berikut: H1: Prinsip syariah berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. 2.5.2 Pembiayaan Pembiayaan adalah aktifitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada

21

pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai, agar diperoleh jnis usaha yang produktif dan menguntungkan (Ahmad Sumiyanto, 2008). Di dalam pembiyaan mudharabah BMT menyalurkan dana (100%) kepada mudharib sebagai pengelola untuk melakukan usaha yang produktif. Dalam menyalurkan dana tersebut BMT perlu mempertimbangkan beberapa hal diantarnya berapa besarnya modal pembiayaan yang disalurkan, jangka waktu, reputasi nasabah. Semakin besar modal yang diserahkan kepada nasabah maka nisabah bagi hasil yang ditetapkan oleh BMT juga semakin besar. Semakin lama nasabah dalam mengembalikan modalnya maka nisbah bagi hasil yang ditetapkan oleh BMT juga semakin besar. Oleh karena itu hipotesa yang akan diuji adalah sebagai berikut: H2: Pembiayaan berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. 2.5.3 Usaha Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mudharib (Ascarya, 2007). Kegiatan usaha pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa (Iwan P. Pontjowinoto, 2007). Jenis usaha seperti pertanian, perdagang, jasa, nelayan, atau yang lainnya akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang akan dihasilkan dan resiko yang mungkin terjadi (Siti Zubaidah, 2003). Berbagai jenis usaha tersebut akan membedakan keuntungan yang akan diperoleh, resiko yang akan dihadapi oleh mudharib karena kejadian

22

yang mungkin tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi, biaya yang dikelurkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Sehingga kegiatan usaha yang dilakukan oleh mudharib akan dipertimbangkan BMT dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil. Sehingga hipotesa yang dapat diambil adalah : H3 : Usaha berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. 2.5.4 Suku bunga bank konvensional Suku bunga adalah nilai yang ditetapkan sebagai balas jasa (Siti Zubaidah, 2003). Dominasi sistem perbankan nasional sitem perbankan konvensional, menjadi tingakt suku bunga masih akan menjadi rujukan bagi nasabah.(Dahlan Rosyidin, 2004) Dalam kondisi krisis dapat terjadi kemungkinan pada sektor riil ber-income kecil, maka bagi hasil pun akan kecil, bahkan mungkin akan lebih kecil daripada tingkat suku bunga. Hal tersbut mengakibatkan menyimpan di lembaga keuangan syariah kurang menarik. Herdiyanto Syariah (2004) di dalam

penelitiannya

menegenai

Mekanisme

Transmisi

Indonesia,

mendapatkan kenyataan bahwa suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) secara signifikan mempengaruhi terhadap tingkat pembiayaandi bank syariah. H4 : Suku Bunga berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. 2.5.5 Penetapan Besarnya Nisbah Bagi Hasil pada Produk Pembiayaan Mudharabah Nisbah bagi hasil dan margin digunakan agar terjadi keadilan dalam

H1 (+) 23

memperoleh keuntungan, baik pada pihak mitra maupun lembaga, karena bagi hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului takdir (Ahmad Sumiyati, 2008 dalam Asita Endah Budihartati, 2009) dalam suatu BMT untuk menetapakan besarnya nisabah bagi hasil dalam produk pembiayaan mudharabah didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jika semua faktor mempengaruhi, maka besarnya nisbah yang ditetapkan oleh BMT lebih tinggi. Sebaliknya jika hanya beberapa faktor yang berpengaruh, maka besarnya nisbah yang ditetapkan oleh BMT tersebut aka semakin rendah. Dari ke empat hipotesa tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Hipotesa dan Kerangka Penelitian

H2 (+) H4 (+) H3 (+)

24

BAB METODE PENELITIAN

25

3.1

Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan

diteliti (Syamsul Hadi, 2006). Berdasarkan definisi tersebut, maka target populasi dari penelitian ini adalah semua individu yang bekerja dalam suatu BMT di Kabupaten Sleman yang mengetahui penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Sampel dalam penelitian ini adalah salah satu pegawai yang bekerja dalam suatu BMT di Kabupaten Sleman. Digunakan pegawai sebagai sampel dalam penelitian ini adalah karena pegawai dianggap mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah di suatu BMT. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan convinience sampling. Metode convinience sampling merupaka metode pemilihan sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. 3.2 Sumber data dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunkan teknik aksidental didasarkan pada kemudahan (convinience) dimana sampel dapat dipilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo & Lina, 2005). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari kuesioner yang akan dibagikan kepada responden (BMT), kuesioner tersebut berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian dan diisi secara langsung oleh responden. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dengan cara melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian serta menyebar kuesioner kepada

26

pegawai pada suatu BMT yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan tersebut adalah pegawai yang bekerja dalam suatu BMT di Kabupaten Sleman yang masih aktiv menjalankan kegiatan. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudaharabah dari satu BMT dengan BMT yang lain. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket atau kuesioner. Angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1992). Data diambil dengan menyebarkan kuesioner atau angket kepada salah satu pegawai suatu BMT yang memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu orang yang bekerja dalam suatu BMT dan status BMT tersebut masih aktif dalam menjalankan kegiatannya. Peneliti menggunakan kuesioner dalam metode pengumpulan data karena dengan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden maka peneliti akan memperoleh informasi dari obyek penelitian yaitu pegawai yang bekerja dalam suatu BMT di Kabupaten Sleman.

3.4

Variabel penelitian Di dalam penelitian ini terdapat satu varibel dependen yaitu penetapan

besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudhrabah. Sedangkan

27

variabel independennya terdiri dari syariah, pembiayaan, usaha, dan suku bunga bank konvensional. Setiap elemen penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala Likert antara 1-5 dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. 3.4.1 Prinsip syariah Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana, pembiayaan dan kegiatan usaha yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Ahmad Sumiyanto, 2008). Dengan prinsip ini diharapakan semua pihak dapat berusaha untuk melakukan kegiatan kerjasama dengan syariah, dana mampu berusaha memenuhi prinsip-prinsipnya. Adapun prinsip-prinsipnya adalah keadilan, peningkatn prestasi, kesejahteraan, kebersamaan, peningkatan prestasi, keterbukaan, tanggung jawab. 3.4.2 Pembiayaan Pembiayan menurut Undang Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 12 menyatakan pembiayaan berdasrkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 3.4.3 Usaha Usaha merupakan kegiatan yanga dilakukan oleh mudharib

(Ascarya,2007). Kegiatan usaha pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-

28

transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa (Iwan P. Pontjowinoto, 2007) 3.4.4 Suku bunga bank konvensional Suku bunga adalah nilai yang ditetapkan sebagai balas jasa (Siti Zubaidah, 2003). Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan ada yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 3.4.5 Penetapan besarnya nisbah bagi hasil mudharabah. Nisbah bagi hasil dan margin digunakan agar terjadi keadilan dalam memperoleh keuntungan, baik pada pihak mitra maupun lembaga, karena bagi hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului takdir (Ahmad Sumiyati, 2008). Di BMT cara perhitungan bagi hasil terdapat dua mekanisme, yaitu : profit sharing dan revenue sharing. Profit sharing yang berarti perhitungan bagi hasil yang didasarkan kepada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Revenue sharing yang berarti perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk pendapatkan pendapatan tersebut. 3.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Data Sebelum data diolah dan dianalisis, maka terlebih dahulu harus dilakukan

29

pengujian terhadap kualitas data untuk mengetahui kesungguhan data para responden dalam menjawab pertanyaan, yakni uji validitas dan uji reliabilitas. 3.5.1 Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya intrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka disebut valid dan sebaliknya apabaila tidak mampu untuk mengukur apa yang diukur maka dinyatakan tidak valid (Sudarmanto,2004). Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan Korelasi Product Moment. Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Untuk signifikansi 0,05 dengan jumlah responden sebanyak 40 BMT. Jika r hitung > r-tabel maka dinyatakan valid, dan sebaliknya jika r hitung < r-tabel maka dinyatakan tidak valid. Sedangkan penghitungannya menggunakan software komputer yaitu SPSS 17.0 for windows, dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 100.

3.5.2

Uji Reliabilitas Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik

apabila alat ukur atau instrumen tersebut selalu memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali baik oleh peneliti yang sama maupun oleh

30

peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian reliabilitas angket dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana konsistensi atau keajegan hasil pengukuran yang dilakukan. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa, suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk untuk memilih jawaban tertentu. Istrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya (Sudarmanto, 2004). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung Cronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel dikatakan handal (reliable) apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1978 dalam Asita Endah Budihartati, 2009). Nilai Cronbachs Alpha semakin mendekati angka 1 mengindikasikan bahwa instrumen semakin tinggi reliabilitasnya. Nilai Cronbachs Alpha antara 0,80 s.d 1,0 dikategorikan reliabilitas baik, nilai Cronbachs Alpha antara 0,60 s.d 0,79 dikategorikan

relibalilitas diterima, dan nilai Cronbachs Alpha kurang dari 0,60 dikategorikan reliabilitas kurang baik (Sekaran, 1992 dalam Asita Endah Budihartati, 2009 ). 3.6 Pengujian hipotesis Berikut ini persamaan yang merefleksikan pengujian hipotesis yang ditujukan untuk menguji hubungan penetapan besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah dengan varibel-variabel yang mempengaruhinya,

31

yaitu: syariah, pembiayaan, usaha dan suku bunga perbankan konvensional. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesa penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Analisis Regresi Berganda. Y = a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4+ e Keterangan : Y a i X1 X2 X3 X4 e = Penetapan besarnya bagi hasil Mudharabah = konstanta = koefisien regresi dari variabel independen ke i = prinsip syariah; = Pembiayaan ; = Usaha; = Suku bunga bank konvensional = faktor error

Hasil persaman regresi berganda tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji-t. Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu varibel penjelas secara individual dalam menerangkan varibel terikat. Adapun prosedurnya seagai berikut : Mementukan Ho dan H1 (hipotesis nihil dan hipotesis alternatif). Dengan melihat hasil melalui program SPSS for windows, diketahui nilai t-hitung dengan nilai signifikansi nilai t. Jika sig value < 0,05 maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan varibel terikat.

H2 (+) H1 H4 (+) H3 (+)

32

Jika sig value > 0,05 maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan varibel terikat

Gambar 3.1 Model penelitian

Varibel independen adalah syariah, pembiayaan, usaha, suku bunga bank konvensiona. Sedangkan varibel dependen adalah penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. 3.7 Hipotesis Penelitian

33

H1 :

Varibel syariah berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah

bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ho : Varibel syariah tidak berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah Ha : Varibel syariah berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah H2 : Varibel pembiayaan berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya

nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ho: Varibel pembiayaan tidak berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ha : Varibel pembiayaan berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. H3 : Varibel usaha berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ho : Varibel usaha tidak berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ha : Varibel usaha berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. H4 : Varibel suku bunga bank konvensional berpengaruh positif terhadap

penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Ho : Varibel suku bunga bank konvensional tidak berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk

34

pembiayaan mudharabah Ha : Varibel suku bunga bank konvensional berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah

35

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini menyajikan hasil penelitian setelah semua data-data yang diperlukan penelitian ini terkumpul. Berdasarkan teori yang ada, penulis akan menganalisis data yang terlah terkumpul tersebut sesuai dengan pokok permasalahan dan formulasi hipotesisi yang telah dikemukakan pada bab dua. Hasil pengolahan data merupakan informasi yang digunakan untuk mengetahui apakah formulasi hipotesisi dapat diterima atau tidak. Analisis ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Bagian Pertama, hasil pengumpulan data yang menjelaskan mengenai jumlah data yang siap dianalisis. Kedua, deskripsi responden merupakan target penelitian, yaitu nama BMT dan jabatan pengisi kuesioner. Ketiga, hasil pengujian data yang berkaitan dengan uji validitas dan reliabilitas. Keempat, pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan uji hipotesis. 4.1 Hasil Pengumpulan Data Metode pengumpulan data seperti yang telah dijelaskan dalam bab tiga dengan menggunakan kuesioner. Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sampling aksidental Dalam hal ini sebagai subyek responden adalah pegawai BMT yang masih aktif dalam mejalankan kegiatannya. Hasil pengumpulan data berupa kuisioner yang berhasil

dikembalikan dan layak untuk dianalisis adalah sebagai berikut:

36

Tabel 4.1 Hasil Pengumpulan Data Keterangan Jumlah Kuesioner yang disebar 40 Kuesioner yang tidak kembali 0 Kuesioner yang kembali 40 Kuesioner yang memenuhi syarat 40 Sumber: Data Primer yang Diolah 2009.

% 100% 0% 100% 100%

Jumlah kuisioner yang disebarkan ke responden sebanyak 40 (100%). Dari kuisioner yang disebarkan tersebut, tidak ada kuesioner yang tidak dikembalikan dan dikembalikan pada peneliti (100%), sehingga kuesioner yang memenuhi syarat penelitian ini sebanyak sebanyak 40 (100%). 4.2 Deskripsi Responden Deskripsi responden yang menjadi target penelitian adalah BMT yang ada di Kabupaten Sleman yang diklasifikasikan berdasarkan lama beroperasi, besarnya asset yang dimiliki oleh BMT, jumlah nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan mudharabah, presentase pembiayaan mudharabah dari total pembiayaan. Deskripsi responden dapat dilihat dalam tabel berikut berdasrkan klasifikasi masing-masing sebagai berikut: Tabel 4.2 Klasifikasi responden berdasarkan lama beroperasi LAMA OPERASI JUMLAH PRESENTASE < 3 tahun 4 10% 3-6 tahun 19 47,5% 6-10 tahun 15 37,5% >10 tahun 2 5% JUMLAH 40 100% Sumber: Data Primer yang Diolah 2009. Dari tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar BMT belum lama beroperasi (42,5% baru beroperasi selam 3-6 tahun). Sehingga dapat disimpulkan

37

bahwa BMT yang menetapakan besarnya nisbah bagi hasil dalam produk pembiayaan mudaharabah 3-6 tahun yaitu sebanyak 19 responden atau 47,5%. Tabel 4.3 Klasifikasi responden berdasarkan besarnya asset ASSET JUMLAH PRESENTASE < Rp 100 juta 0 0% Rp 100 juta- Rp 500 juta 23 57,5% >Rp. 500 juta 17 42,5% JUMLAH 40 100% Sumber: Data Primer Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahawa sebagian besar BMT memiliki asset antara Rp. 100 juta sampai Rp. 500 juta, artinya sebagian besar BMY yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah BMT yang berada pada kelompok menengah. Dapat disimpulkan bahwa BMT yang menetapkan besarnya nisbah bagi hasil dalam produk pembiayaan mudahrabah yang paling banyak adalah BMT yang mempunyai asset yang dimiliki antara Rp. 100 juta sampai Rp. 500 juta yaitu sebanyak 23 responden atau 57,5% Tabel 4.4 Klasifikasi berdasarkan jumlah nasabah yang melakukan pembiayaan mudharabah JUMLAH NASABAH JUMLAH PRESENTASE < 10 nasabah 18 45% 10-50 nasabah 14 35% >50 nasabah 8 20% JUMLAH 40 100% Sumber: Data Primer Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan mudharabah kurang dari 10 nasabah. Dapat disimpulkan bahwa BMT yang menetapkan besarnya nisbah bagi hasil dalam produk pembiayaan mudahrabah yang paling banyak adalah BMT yang mempunyai

38

nasabah kurang dari 10 nasabah yaitu sebanyak 18 responden atau 45%. Tabel 4.5 Klasifikasi responden berdasarkan % pembiayaan mudharabah % PEMBIAYAAN JUMLAH PRESENTASE MUDHARABAH < 10 % 31 77,5% 10%-20% 6 15% >20% 3 7,5% JUMLAH Sumber: Data Primer 40 100%

Dari tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa presentase pembiayaan mudharabah dengan prosentase pembiayaan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa BMT yang menetapkan besarnya nisbah bagi hasil dalam produk pembiayaan mudharabah yang paling banyak adalah BMT yang presentase pembiayaan mudharabah dari total pembiayaan yaitu sebanyak 31 responden atau 77,5%. 4.3 Uji Validitas Uji validitas adalah uji untuk mengukur validitas dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen tersebut dapat dikatakan valid

apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang sebenarnya diukur. Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas berjumlah 40 responden. Uji validitas menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Kriteria validitasnya adalah r-hitung > r-tabel (;n-2), dimana tingkat signifikansi () 0,05 dan df = n-2 = 40-2 = 38 yaitu 0,267. Apabila r-hitung > 0,207 maka butir pertanyaan dinyatakan valid, sebaliknya jika r-hitung < 0,267 maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan progam SPSS maka diperoleh nilai r-hitung

39

untuk masing-masing butir pertanyaan pada setiap variabel yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini: Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel syariah (X1) Pembiayaan (X2) Butir Sya1 Sya2 Pmb1 Pmb2 Pmb3 Pmb4 Ush1 Ush2 Ush3 Ush4 Suku1 Suku2 Suku3 Suku4 PNB1 r hitung 0,548 0,548 0,388 0,596 0,416 0,449 O,487 0,553 0,759 0,449 0,527 0,572 0,309 0,528 0,445 r tabel 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 0,267 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Usaha (X3)

Suku Bunga (X4)

Penetapan Besarnya Nisbah (Y)

PNB2 0,506 0,267 PNB3 0,345 0,267 Sumber: Data primer yang diolah 2009, Lampiran

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji validitas variabel syariah menghasilkan r-hitung (sya1) 0,548, dan (sya2) 0,548. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,267). Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji validitas variabel pembiayaan menghasilkan r-hitung (pmb1) 0,388, (pmb2) 0,596, (pmb3) 0,416, dan (pmb4) 0,449. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan

40

dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,267). Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji validitas variabel usaha menghasilkan r-hitung (ush1) 0,487, (ush2) 0,553, (ush3) 0,759, dan (ush4) 0,449. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,267). Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji validitas variabel suku bunga menghasilkan r-hitung (suku1) 0,527, (suku2) 0,572, (suku3) 0,309 dan (suku4) 0,528, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,267). Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji validitas variabel pentapan besarnya nisabah menghasilkan r-hitung (PNB1) 0,445, (PNB2) 0,506,dan (PNB3) 0,345, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,267). Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung Cronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel dikatakan handal (reliable) apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1978 dalam Asita Endah Budihartati, 2009). Nilai Cronbachs Alpha semakin mendekati angka 1 mengindikasikan bahwa instrumen semakin tinggi reliabilitasnya. Nilai Cronbachs Alpha antara 0,80 s.d 1,0 dikategorikan

41

reliabilitas baik, nilai Cronbachs Alpha

antara 0,60 s.d 0,79 dikategorikan

relibalilitas diterima, dan nilai Cronbachs Alpha kurang dari 0,60 dikategorikan reliabilitas kurang baik (Sekaran, 1992 dalam Asita Endah Budihartati, 2009 ). Hasil pengujian reliabilitas variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.7. Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan program SPSS 17.0 for windows, maka diperoleh hasil pengujian sebagai berikut: Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian No Nama Variabel Cronbachs Alpha Keterangan Reliabilitas diterima Reliabilitas diterima Reliabilitas diterima Reliabilitas diterima Reliabilitas diterima

1 Syariah (sya) 0,703 2 Pembiayaan (pmb) 0,678 Usaha (ush) 3 0,758 Suku Bunga (suku) 4 0,664 Penetapan Besarnya Nisbah (pnb) 6 0,614 Sumber: Data Primer yang diolah 2009, lampiran

Berdasarkan pada Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian dapat diandalkan atau reliable, karena memiliki nilai Cronbachs Alpha di atas nilai kritis (>0,60).

4.5

Analisis Regresi Linier Berganda Untuk melakukan pengujian hipotesisi pertama, hingga hipotesisi ke empat

digunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang terdiri syariah, pembiayaan, usaha, suku bunga berpengaruh terhadap penetapan besarnya nisabah bagi hasil pembiayaan mudaharabah pada BMT di Kabupaten Sleman. Dalam mempermudah perhitungan regresi dari data yang cukup banyak, maka dalam penelitian ini

42

diselesaikan dengan perangkat lunak (software) komputer program SPSS 17.0 for windows. Hasil pengujian model regresi linier berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hail pembiayaan mudharabah pada BMT di Kabupaten Sleman berdasarkan hasil jawaban kuesioner, dapat dilihat dalam tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Uji Regresi Linier Berganda Koef. Regresi t hitung

Varibel Independen (Constan) 0,021 0,24 Syariah 0,241 2,432 Pembiayan 0,222 2,601 Usaha 0,436 5,127 Suku Bunga 0,128 1,823 Adjusted R Square = 0,665 F. statistik = 17,387 P. Value = 0,000 Sumber: data primer yang diolah 2009, lampiran.Signifikan pada level 5%

Sig 0,981 0,020 0,014 0,000 0,077

Pada penelitian ini model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,021 + 0,241X1 + 0,222X2 + 0,436X3 + 0,128X4 + e Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan besarnya nisabah bagi hasil pembiayaan mudaharabah, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut. Nilai konstan sebesar 0,021 yang berarti bahawa jika variabel bebas terdiri dari syariah, pembiayaan, usaha, suku bunga bernilai nol (X=0), maka besarnya penetapan nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah sebesar 0,021.

43

Dari persamaan di atas dapat dilihat nilai positif pada variabel syariah, pembiayaan, usaha dan suku bunga, ini mengambarkan bahwa hubungan antara variabel syariah, pembiayaan, usaha dan suku bunga dengan variabel penetapan nisbah bagi hasil adalah searah. Yang memiliki arti setiap kenaikan satu satuan variabel syariah akan menyebabkan kenaikkan penetapan nisbah bagi hasil sebesar 0,241. Begitu juga pada varibel pembiayaan setiap kenaikan satu satuan variabel pembiayaan akan menyebabkan kenaikkan penetapan nisbah bagi hasil sebesar 0,222. Pada variabel usaha setiap kenaikan satu satuan variabel usaha akan menyebabkan kenaikkan penetapan nisbah bagi hasil sebesar 0,436 dan variabel suku bunga setiap kenaikan satu satuan variabel suku bunga akan menyebabkan kenaikkan penetapan nisbah bagi hasil sebesar 0,128. 4.6 Hasil Pengujian hipotesis Untuk melakukan pengujian hipotesisi dalam penelitian ini dilakukan pengujian secara simultan dan parsial. Pengujian secara simultan digunakan Uji F, sedangkan pengujian secara parsial digunakan Uji t. 4.6.1 Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F) Hasil Uji F pada model regresi berdasrkan jawaban kuesioner seperti pada tabel 4.8 di atas didapat signifikansi F (p-value) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa signifikan F jauh lebih dari nilai signifikan 0, 05 (p 0,05) maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap varibel terikat. 4.6.2.1 Pengujian variabel Syariah Hasil perhitungan terhadap variabel syariah diperoleh koefisien regresi sebesar 0,241 dan nilai signifikansi sebesar 0,020. Berdasarkan hasil jawaban responden variabel syariah secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah, dikarenakan t-hitung lebih kecil dari 0,05 . Dengan demikian hipotesisi pertama yang menyatakan variabel syariah berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah dapat didukung. Salah satu faktor yang dijadikan pertimbangan oleh BMT di Kabupeten Sleman dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudaharabah adalah faktor syariah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam syariah

45

adalah keadilan dan kesejahteraan. Tidak merugikan salah sutu pihak akan mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil yang dilakukan oleh BMT. Distribusi pendapatan yang akan meningkatkan kesejahteraan nasabah akan mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil. 4.6.2.2 Pengujian Variabel Pembiayaan Hasil perhitungan terhadap variabel pembiayaan diperoleh koefisien regresi sebesar 0,222 dan nilai signifikansi sebesar 0,014. Berdasarkan hasil jawaban responden variabel pembiyaan secara parsial berpengaruh signifikan postif terhadap penetapan besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah, dikarenakan t-hitung lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesisi kedua yang menyatakan variabel pembiayaan berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah dapat didukung. Faktor pembiayaan juga merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh BMT di Kabupaten Sleman dalam menetapakan besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam

pembiayaan adalah besarnya modal, jatuh tempo pengembalian dana, jaminan, dan karakteristik nasabah. Semakin banyak jumlah modal yang diberikan kepada nasabah dalam kegiatan pembiayaan maka nisbah yang ditetapkan oleh BMT juga semakin tinggi. Semaikin lama jangka waktu pengembalian modal yang dipinjamkan kembali maka nisbah yang ditetapkan semakin besar. Jaminan yang Semakin besar nilai jaminan maka nisbah bagi hasil juga akan semakin besar.

46

4.6.2.3 Pengujian Variabel Usaha Hasil perhitungan terhadap variabel usaha diperoleh koefisien regresi sebesar 0,436 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 Berdasarkan hasil jawaban responden variabel usaha secara parsial berpengaruh signifikan postif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah, dikarenakan t-hitung lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesisi ketiga yang menyatakan variabel usaha berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisabah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah dapat didukung. Faktor usaha merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh BMT di Kabupaten Sleman dalam penetapan besarnya nisabah bagi hasil pada pembiayaan mudharabah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam kegiatan usaha mudahraib adalah keuntungan, resiko,jenis usaha, biaya operasional jika dalam melaksanakan jenis usaha tersebut memilki resiko yang besar, nasabah akan medapatkan keuantungan yang besar maka akan besarnya nisbah akan semakin besar. 4.6.2.4 Pengujian Variabel Suku bunga Bank Konvensional Hasil perhitungan terhadap variabel suku bunga diperoleh koefisien regresi sebesar 0,128 dan nilai signifikansi sebesar 0,077 Berdasarkan hasil jawaban responden variabel suku bunga secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah, dikarenakan t-hitung lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesisi keempat yang menyatakan variabel suku bunga bank

47

konvensional berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah tidak dapat didukung. Hal tersebut dikarenakan pada saat ini BMT menjalankan kegiatan bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah. Sehingga tidak mengacu pada suku bunga pada bank konvensional.

BAB V

48

PENUTUP

5.1

Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudaharabah pada BMT di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dianalisa dengan regresi linier berganda. Dari hasil analisis yang telah dilakukan atas dasar hasil pengolahan data penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Faktor syariah terbukti berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,020. Faktor pembiayaan terbukti berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,014. Faktor usaha terbukti terbukti berpengaruh positif terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Faktor suku bunga bank konvensional tidak terbukti secara signifikan terhadap penetapan besarnya nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,077.

5.2

Keterbatasan dan Saran

49

Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasn yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang diinginkan, antara lain: Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini hanya mencakup 1 wilayah penelitian, yaitu hanya di Kabupatan Sleman. Penelitian yang akan datang sebaiknya juga mengumpulkan data dari seluruh Wilayah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data primer, sehingga olahan dan analisis data berdasarkan pada kuesioner persepsi jawaban responden. Skala Daerah

pengukuran yang digunakan adalah skala interval berupa rating, skala ini bukan menunjukan ukuran yang sesungguhnya. Untuk mendapatkan hasil yang lengkap, kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan data-data keuangan untuk menambah pendekatan analisi yang lebih komprehensif.

50

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad, Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendikia, 2001 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007 Dahlan, Rosyidin, Ahmad. Lembaga Mikro dan pembiayaan Mudharabah, Yogyakarta: Global pustaka Utama, 2004 Endah, Budihartati, Asita, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Besaran Margin Pada Produk Murabahah, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2009 Hadi, Syamsul, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonisia, 2006 Herdiyanto. 2004, Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia. Diakses dari http://www.google.co.id Mustafa, Zainal, Pengantar Statistik Deskriptif , Yogyakarta: Ekonesia, 1998 Pontjowinoto, Iwan, 2007, Konsep Aqad Transaksi Syariah, Diakses dari http://fossei.org Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, Yogyakarta: UII Pers, 2004 Sekaran, Dahlan, Reserch Methods for Bussines. 2nd Edition. New York: John Willey & sons, pp.120-130, 1999 Sudarsono, Heri, Bank Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2003 Sudarmanto, gunawan, R, Analisis regresi Linier Ganda dengan SPSS. Edisi pertama, Yogyakarta: penerbit Graha Ilmu, 2004 Sudjana, Metoda Statistika, Edisi kelima, Bandung: Tarsito, 1992 Sumiyanto, Ahmad, BMT menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: ISES Publishing, 2008 Tri, Hartantio, Agrian, Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Amratani Group Yogyakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas

51

Islam Indonesia, 2009 Zubaidah, Siti, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nisbah Pada Sistem Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah Di Kota Malang, Penelitian Bidang Ilmu, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2003.

52

LAMPIRAN 1 KUESIONER Kepada Yth. Bpk/ Ibu pimpinan BMT......................... Di tempat Assalamualaikum Wr. Wb Ditengah kesibukan Bpk/ Ibu perkenankan saya mohon bantuan untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi angket berikut ini. Angket ini dimaksudkan sebagai tahapan penelitian dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) DI KABUPATEN SLEMAN. Oleh karena itu, saya sangat mengaharap bantuan Bpk/ Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan secara lengkap. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih Wassalamualikum Wr. Wb Yogyakarta, Dosen Pembimbing April 2009 Peneliti

Sigit Handoyo,,S.E., M.Bus.

Riza Fanani

53

BIODATA Nama BMT Syariah :................................................... Alamat BMT Syariah :................................................... Jabatan responden :...................................................

Mohon jawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda checklist ( ) pada jawaban yang anda pilih. Lama BMT beroperasi ( ) < 3 tahun ( ) 3 6 tahun ( ) 6 - 10 tahun ( ) > 10 tahun Besarnya asset yang dimiliki BMT ( ) < 100 juta ( ) 100 500 juta ( ) > 500 juta Nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan mudharabah ( ) < 10 nasabah ( ) 10 50 nasabah ( ) > 50 nasabah Presentase pembiayaan mudharabah dari total pembiayaan ( ) < 10 % ( ) 10 20 % ( ) > 20 %

Mohon jawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda checklist ( ) pada

54

jawaban yang anda pilih. KUESIONER Keterangan : SS S N TS STS = Sangat setuju = Setuju = Netral = Tidak setuju = Sangat tidak setuju

Berilah tanda checklist ( ) pada setiap jawaban atas pertanyaan dibawah ini :

No. Prinsip Syariah 1.

Pertanyaan Keadilan (tidak merugikan salah satu pihak ) antara nasabah dengan BMT sangat dipertimbangkan dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah

SS

S

N

TS 55

2.

Kesejahteraan

bagi

nasabah

sangat

diperhitungkan sehingga akan mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah Pembiayaan 1. Besarnya dana yang diberikan kepada nasabah akan mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah 2. Pengembalian modal sebelum jatuh tempo oleh mudharib akan besarnya 3. Besar nisbah kecilnya mudharabah nilai jaminan akan mempengaruhi 4. dalam penetapan besarnya mempengaruhi penetapan bagi hasil pembiayaan

nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Karaktristik nasabah mempengaruhi dalam penetapan Usaha Jenis usaha yang dijalankan oleh nasabah akan mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah Keuntungan yang akan diperoleh nasabah dalam kegiatan usahanya mempengaruhi dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah Resiko kegiatan usaha yang akan ditangung oleh nasabah dipertimbangkan nisbah bagi dalam hasil dalam BMT penetapan Biaya-biaya menjalankan besarnya yang usaha besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah

pembiayaan mudharabah dikelurakan oleh nasabah,

dipertimbangkan dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Suku bunga bank konvensional

56

LAMPIRAN 2 TABEL DATAResponden 1 2 3 4 5 6 7 8 Syariah Sya1 Sya2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 Pembiayaan Pmb1 Pmb2 Pmb3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 Usaha Ush1 Ush2 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5

Pmb4 5 5 5 5 4 5 4 5

Ush3 5 5 5 4 3 4 5 4

57

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4

4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5

4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4

4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 3 5 4 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 4

5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 3 5

4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 3 5

4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4

4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4 5

4 5 4 3 3 4 4 5 4 3 3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4

58

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Ush4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 5 5 5 4 4 3 4 4 5 4 3 5 3 4 4 4 3 4 3

Suku bunga Suku1 Suku2 Suku3 4 2 1 4 2 1 1 2 2 4 2 2 1 2 3 5 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 4 2 2 4 1 2 1 1 1 2 2 1

Suku4 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1

Penetapan Nisbah Bagi hasil Pnb1 Pnb2 Pnb3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 5 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3

59

40

4

2

2

2

2

4

4

5

60

LAMPIRAN 3 OUTPUT UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS SYARIAHReliability Statistics Cronbach's Alpha .703 N of Items 2 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Sya1 Sya2 4.1500 4.2500 Item Deleted .182 .244 Corrected ItemTotal Correlation .548 .548 Cronbach's Alpha if Item Deleted .a .a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

PEMBIAYAANReliability Statistics Cronbach's Alpha .678 N of Items 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Pmb1 Pmb2 Pmb3 Pmb4 13.1500 13.3250 13.2750 13.1250 Item Deleted 2.438 1.917 2.256 2.163 Corrected ItemTotal Correlation .388 .596 .416 .449 .641 .620 Cronbach's Alpha if Item Deleted .656 .516

61

USAHAReliability Statistics Cronbach's Alpha .758 N of Items 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Ush1 Ush2 Ush3 Ush4 12.2250 12.1500 12.3250 12.3500 Item Deleted 2.487 2.285 1.866 2.285 Corrected ItemTotal Correlation .487 .553 .759 .449 .577 .763 Cronbach's Alpha if Item Deleted .736 .703

SUKU BUNGA BANK KONVENSIONALReliability Statistics Cronbach's Alpha .664 N of Items 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Suku1 Suku2 Suku3 Suku4 5.8000 6.2250 6.3000 6.3500 Item Deleted 1.908 2.948 3.549 3.464 Corrected ItemTotal Correlation .527 .572 .309 .528 .675 .583 Cronbach's Alpha if Item Deleted .590 .523

PENETAPAN BESARNYA NISABAH BAGI HASIL

62

Reliability Statistics Cronbach's Alpha .614 N of Items 3 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Pnb1 Pnb2 Pnb3 8.1500 8.0250 8.1250 Item Deleted .592 .743 .830 Corrected ItemTotal Correlation .445 .506 .345 Cronbach's Alpha if Item Deleted .498 .414 .618

63

LAMPIRAN 4 HASIL REGRESIRegression

Variables Entered/Removed Variables Model 1 Variables Entered suku bunga, usaha, syariah, pembiayaana a. All requested variables entered. Removed . Method Enter

Model Summaryb Std. Error of the Model 1 R .816a R Square .665 Adjusted R Square .627 Estimate .237

a. Predictors: (Constant), suku bunga, usaha, syariah, pembiayaan b. Dependent Variable: Penetapan nisbah bagi hasil

ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 3.901 1.963 5.864 df 4 35 39 Mean Square .975 .056 F 17.387 Sig. .000a

a. Predictors: (Constant), suku bunga, usaha, syariah, pembiayaan b. Dependent Variable: Penetapan nisbah bagi hasil

64

Coefficientsa Standardized Model Unstandardized Coefficients B 1 (Constant) syariah pembiayaan usaha suku bunga .012 .241 .222 .436 .128 Std. Error .517 .099 .086 .085 .070 .252 .269 .539 .180 Coefficients Beta t .024 2.432 2.601 5.127 1.823 .014 .000 .077 Sig. .981 .020

a. Dependent Variable: Penetapan nisbah bagi hasil