Paten (Repaired)

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Peran pemerintah masih cukup dominan sebagai mesin penggerak pembangunan (engine of development). Menurut J.M. Keynes (dalam Said Zainal Abidin:2008:137), kebebasan pasar tanpa ada campurtangan pemerintah tidak akan mampu melakukan alokasi sumber daya dan output secara optimal (full employment of output), karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong kegiatan bisnis. Menurut Said Zainal Abidin (2008:26), strategi pembangunan diarahkan untuk menciptakan pemerataan

description

Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pada Panitia pengadaan Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar

Transcript of Paten (Repaired)

Page 1: Paten (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan

masyarakat yang damai, demokratis, berdaya saing, maju dan

sejahtera dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.

Peran pemerintah masih cukup dominan sebagai mesin

penggerak pembangunan (engine of development). Menurut J.M.

Keynes (dalam Said Zainal Abidin:2008:137), kebebasan pasar tanpa

ada campurtangan pemerintah tidak akan mampu melakukan alokasi

sumber daya dan output secara optimal (full employment of output),

karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara

lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk mengatasi pengangguran

yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong kegiatan

bisnis.

Menurut Said Zainal Abidin (2008:26), strategi pembangunan

diarahkan untuk menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya, yang berarti, pembangunan berlangsung diseluruh wilayah

yang dilaksanakan dengan partisipasi aktif secara meluas dari

masyarakat. Yang dimaksud dengan partisipasi aktif adalah

keikutsertaan banyak pihak atas dasar sukarela dalam proses

kegiatan pembangunan. Partisipasi aktif masyarakat hanya mungkin

dapat dilakukan bila rakyat mempunyai kemampuan, baik secara politik

maupun secara ekonomi dan tekhnologi. Mereka mampu ikutserta

Page 2: Paten (Repaired)

dan mampu mengambil manfaat dari keikutsertaan itu secara

wajar.

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik (publik service) dan memajukan

perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1)

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan

menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam

proses pembangunan (Mardiasmo:2002:59).

Dalam meningkatkan pelayanan publick dan memajukan

perekonomian daerah pada saat sekarang ini tidak akan terlepas dari

pengaruh perekonomian global.Pengaruh tersebut dapat berupa

peluang,sekaligus dapat pula berupa ancaman. Dari berbagai dampak

atau pengaruh negatif dari globalisasi yang mungkin ditimbulkan

terhadap perekonomian lokal dan nasional, peran pembinaan dari

pemerintah, baik pusat maupun daerah sangat diperlukan, agar pelaku

ekonomi daerah dan nasional mempunyai kekuatan untuk mengatasi

dampak negatif dari globalisasi terutama dalam mengantisipasi

masuknya kontraktor atau penyedia barang/jasa dari luar negeri.

Kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APBD disamping

bertujuan untuk kelancaran tugas pemerintahan, juga bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, yang dilaksanakan

Page 3: Paten (Repaired)

dalam bentuk kegiatan pembangunan. Secara ekonomi, akan

memberikan peluang usaha dan lapangan kerja kepada masyarakat.

Pemerintah dalam melakukan kegiatan pembangunan dapat

bertindak secara langsung, atau boleh jadi secara tidak langsung,

melalui kemitraan dengan pihak swasta dengan menggunakan lembaga

dan prosedur tertentu.

APBD mempunyai fungsi alokasi yang mengandung arti bahwa

anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,

serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian

(Permendagri nomor 13 tahun 2006, pasal 16 ayat 4).

Alokasi anggaran daerah yang dilaksanakan melalui

program/kegiatan pembangunan merupakan salah satu peluang bagi

masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif,terutama dalam

pengadaan barang/jasa pemerintah.

Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa

pada pasal 4 Keppres nomor 80 Tahun 2003 adalah;

pada huruf:

(a) Meningkatkan penggunaan pruduksi dalam negeri,rancang

bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah

memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri

dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing

barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan

internasional

Page 4: Paten (Repaired)

(b) Meningkatkan peranserta usaha kecil termasuk koperasi kecil

dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa.

Dari kebijakan umum tentang pengadaan barang/jasa

pemerintah terutama pada huruf (a) dan huruf (b) tersebut ,pemerintah

berupaya untuk membangun kemampuan ekonomi nasional ,dengan

tetap dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar efisiensi, efektif, terbuka

dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dalam

menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional dalam

pembangunan.

Kegiatan pembangunan daerah yang dibiayai dengan APBD

dapat dikelompokan kedalam belanja daerah yang terdiri dari :

a. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dengan pelaksana program dan

kegiatan.

b. Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut

jenis belanja yang terdiri dari:

a. Belanja pegawai, belanja untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b. Belanja barang dan jasa, belanja digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

Page 5: Paten (Repaired)

Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa dimaksud mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa peralatan dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus hari-hari tertentu, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

c. Belanja modal, belanja digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangunan aset.

Kelompok belanja langsung; belanja barang dan jasa dan

belanja modal, pada prinsipnya menurut Keppres nomor 80 tahun 2003

pasal 17 ayat 1 harus dilakukan melalui pelelangan umum (tender

terbuka).

Menurut Hendry Faizal Noor (2007:336) tender terbuka

mempunyai manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi

pemilik proyek (project’s owner), dan peserta tender (bidders), maupun

secara makro (manfaat bagi perekonomian nasional).

Secara mikro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya tender atau

lelang terbuka ini adalah:

1. Bagi pemilik proyek

Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek.Melalui

tender terbuka pemilik dapat memilih kontraktor yang paling

Page 6: Paten (Repaired)

baik dari segi kualitas, dengan biaya atau harga penawaran

yang paling rendah.Dengan demikian efektifitas dan efisiensi

akan lebih baik.

2. Bagi peserta tender

Memperkecil resiko atau peluang kegagalan proyek, peserta

tender atau kontraktor akan terhindar dari menerima pekerjaan

yang bukan keahliannya. Sehingga melalui tender terbuka

peserta tender akan terhindar dari kerugian karena kurang

kompeten dibidang pekerjaan yang akan diikuti.

Secara makro manfaat dari adanya atau dilaksanakannya

tender atau lelang terbuka adalah:

1. Meningkatkan efisiensi ekonomi secara nasional.

Karena proyek yang ditenderkan dikerjakan dengan biaya yang

terendah, dengan kualitas yang terbaik, maka apabila ini

diberlakukan secara nasional, tentu ekonomi nasional akan

lebih efisien.

2. Meningkatkan daya saing ekonomi nasional

Para pelaku ekonomi (peserta tender) akan berusaha

menawarkan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, disamping

itu, peserta tender juga akan berusaha menawarkan harga

serendah mungkin. Hal tersebut akan dapat mendorong

inovasi, kreatifitas dan efisiensi yang akan dapat meningkatkan

daya saing ekonomi nasional.

Page 7: Paten (Repaired)

3. Mendorong iklim usaha yang lebih baik

Dengan adanya lelang atau tender terbuka, maka iklim

transparansi dan akuntabilitas akan menjadi persyaratan utama

yang akan dapat mendorong atau meningkatkan kualitas iklim

berusaha kearah yang lebih baik.

Program dan kegiatan pemerintah yang dibiayai dengan APBD

terutama terhadap pengadaan barang/jasa harus dapat dilaksanakan

dengan efektif,dan efisien, dengan prinsip persaingan sehat,

transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak,

sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,

keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan

pelayanan kepada masyarakat.

Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dengan nilai diatas

Rp.50.000.000. (lima puluh juta rupiah) wajib dibentuk panitia

pengadaan, dan untuk nilai sampai Rp.50.000.000. (ima puluh juta

rupiah) dapat dilaksanakan oleh panitia pengadaan atau pejabat

pengadaan. Anggota panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri,

baik dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya. (pasal 10

PerPres nomor 70 tahun 2005).

Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, pemilihan penyedia

barang/jasa dapat dilakukan melalui metodae pelelangan umum,

pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan langsung.

Pengadaan barang/jasa pemerintah selalu dipandang sarat

dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ( KKN ), sehingga berimplikasi

Page 8: Paten (Repaired)

terhadap sulitnya untuk menunjuk dan mengangkat panitia pengadaan,

yang pada akhirnya akan mempengaruhi efektifitas kegiatan dan

penyerapan APBD.

Menurut Rohim ( 2008:17 ),persoalan korupsi yang sekarang

telah menjadi gurita dalam sistim pemerintahan di Indonesia

merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan dinegeri ini.

Jaksa Agung juga telah membentuk tim khusus yang akan

menangani pengadaan barang/jasa pemerintah, sebagai petanda positif

dari keinginan Jaksa Agung untuk mencari terdakwa yang merugikan

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Menurut Barda Nawawi Arif (dalam Nurdjana : 2005:70),

korupsi disebabkan karena korupsi berkaitan erat dengan kompleksitas

masalah lain seperti masalah sikap mental/moral, masalah pola/sikap

hidup dan budaya sosial,masalah kebutuhan/tuntutan ekonomi dan

struktur/sistim ekonomi, masalah lingkungan hidup/sosial dan

kesenjangan sosial-ekonomi, masalah struktur/budaya politik, masalah

peluang yang ada didalam mekanisme pembangunan atau kelemahan

birokrasi/prosedur administrasi (termasuk sistim pengawasan) dibidang

keuangan dan pelayanan umum.

Keinginan yang kuat untuk membersihkan pengadaan

barang/jasa pemerintah dari KKN melalui perangkap hukum,

merupakan hal yang biasa dan wajar dinegara hukum. Hal yang tidak

wajar, adalah bagaimana menegakan hukum dinegara terkorup.

Page 9: Paten (Repaired)

Kondisi inilah yang membuat “gamang”, bahkan menjadi beban

phisikologis bagi PNS apabila ditunjuk/diangkat untuk menjadi anggota

panitia pengadaan.

Ruang lingkup Kebijakan Panitia Pengadaan

Berdasarkan peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8

tahun 2006 tentang perubahan keempat atas keputusan Presiden

nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan

barang/jasa pemerintah, pada pasal 10 mengatakan:

Ayat 1. Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua

pengadaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000. (lima puluh

juta rupiah).

Ayat 2. Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp.50.000.000.

(lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh panitia atau

pejabat pengadaan.

Ayat 3. Anggota panitia pengadaan/pejabat pengadaan/anggota

unit layanan pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik

dari instansi sendiri, maupun instansi teknis lainnya.

Persyaratan Panitia/Pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam

mlaksanakan tugas;

b. Memahami keseluruhan tugas yang akan diadakan;

Page 10: Paten (Repaired)

c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas

panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan yang

bersangkuta;

d. Memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur

pengadaan berdasarkan peraturan Presiden ini;

e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang

mengangkat dan menetapkan sebgai panitia/pejabat

pengadaan/anggota unit pelayanan pengadaan;

f. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah,

(pasal 4 ayat 10 PerPres nomor 8 tahun 2006).

Tugas, wewenang, dan tanggungjawab panitia/pejabat pengadaan/unit

layanan pengadaan meliputi sebagai berikut:

a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta

lokasi pengadaan;

b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri;

c. Menyiapkan dokumen pengadaan;

d. Mengumumkan pengadaan barang/jasa disurat kabar nasional

dan/atau propinsi dan/atau pengumuman resmi dan

diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau

prakualifikasi;

f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. Mengusulkan calon pemenang;

Page 11: Paten (Repaired)

h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan

kepada pejabat pembuat komitmen dan/atau pejabat yang

mengangkatnya;

i. Manandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan

pengadaan barang/jasa dimulai ( pasal 10 ayat 4 PerPres

nomor 8 tahun 2006 )

Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi

kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan dengan

mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam

prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

memperoleh apa dari suatu kebijakan.

Mengurai prasangka KKN dalam pengadaan barang/jasa

pemerintah, tentunya juga sama kompleksnya dengan KKN secara

umum, banyak variabel atau faktor yang saling berkaitan,sebagai mana

yang telah dikemukakan oleh Barda Nawawi Arif.

Dilihat dari Tugas, wewenang, dan tanggungjawab

panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan, akan selalu

berhadapan dengan masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

memperoleh apa dari pelaksanaan pengadaan.

Prasangka KKN dalam pengadaan barang/jasa

pemerintah,menjadi beban phisikologis bagi PNS apabila

Page 12: Paten (Repaired)

ditunjuk/diangkat sebagai Panitia pengadaan. Sebab panitia pengadaan

secara struktur birokrasi berada dalam sistim yang dianggap korup.

Menurut George Edwar III ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada

empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu;

1. Komunikasi

2. Sumber Daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Pada penilitian ini penulis tertarik untuk melihat implementasi

proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan

oleh panitia pengadaan,yang selama ini selalu dipandang sarat dengan

KKN. Fenomena yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya

mendorong minat peneliti untuk lebih mendalami kebijakan pengadaan

barang/jasa pemerintah, terutama dalam melihat peranan panitia

pengadaan dalam mengimplementasikan kebijakan.

Akhirnya, penelitian ini akan berangkat dari asumsi bahwa,

pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah akan dapat efektif dan

efisien, apabila adanya optimalisasi pemberdayaan Panitia pengadaan.

Page 13: Paten (Repaired)

B. Perumusan Masalah

Panitia pengadaan barang/jasa pemerintah memegang

peranan yang sangat penting dalam mewujudkan efektifitas dan

efisiensi kegiatan pembangunan.

Yang dimaksut dengan efektifitas dan efisiensi dalam

pengadaan barang/jasa menurut prinsip dasar Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003, pasal 3 mengatakan;

a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan

dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk

mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-

singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan,

b. Efektif, berart pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan

kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang

ditetapkan,

Peranan Panitia pengadaan yang sangat strategis dalam

mewujudkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan masih

diselubungi oleh pandangan yang penuh dengan KKN yang

berarti,implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Panitia

pengadaan belum optimal sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Isu yang berkembang, bahwa pengadaan barang/jasa

pemerintah sarat dengan prasangka KKN,ditambahlagi dengan adanya

“ancaman” Jaksa Agung ,akan membawa implikasi semakin

Page 14: Paten (Repaired)

mempersulit posisi PNS apabila ditunjuk/diangkat menjadi Panitia

Pengadaan.

Pada penelitian ini, penulis ingin melihat factor-faktor yang

mempengaruhi panitia pengadaan dalam mengimplementasikan

kebijakan diantaranya; factor komunikasi,sumber daya,dan disposisi

yang merupakan factor penentu dari keberhasilan panitia pengadaan

dalam mengimplementasikan kebijakan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pengadaan barang/jasa yang telah

dilaksanakan oleh panitia pengadaan

2. Apa faktor penghambat panitia pengadaan dalam

melaksanakan proses pengadaan?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan perumusan masalah

yang ada, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah;

1. untuk mengidentifikasi implementasi proses pelaksanaan

Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia

pengadaan.

2. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor penghambat proses

pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia

pengadaan.

Page 15: Paten (Repaired)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan akan dapat memberikan pemikiran

sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar

dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

2. Manfaat Akademis

Sebagai bahan telaahan, kajian dan analisa dalam

pengembangan teoritik dan konsep-konsep ilmiah yang

memiliki relevansi terhadap pengadaan barang/jasa

pemerintah, terutam proses pengadaan yang dilaksanakan

oleh Panitia pengadaan. .

Page 16: Paten (Repaired)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep implementasi kebijakan

Grindel (dalam Sujianto : 2008:31) mengatakan, implementasi

kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan dengan

mekanisme penjabaran atau operasional dari keputusan politik kedalam

prosedor-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,

yaitu menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa akan

memperoleh apa dari suatu kebijakan.

Menurut konsepsi Lester (dalam Sujianto : 2008:33)

implementasi didefinisikan sejauhmana arah dan tujuan kebijakan yang

telah ditetapkan benar-benar tercapai.

Meter dan Horn (dalam Sujianto : 2008:35) menetapkan ada

enam variabel yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan

antara lain;

1. Standar dan tujuan Kebijakan (Policy Standars Objectives)

Perhatian utama pada faktor-faktor yang menentukan hasil

kerja

2. Sumber Daya Kebijakan (Policy Resources)

Sumber daya yang dimaksut meliputi dana dan insentif yang

diharapkan dapat menunjang implementasi yang efektif.

3. Aktifitas pengamatan dan komunikasi inter organisasi

Page 17: Paten (Repaired)

Implementasi yang akan berhasil memerlukan mekanisme dan

prosedur institusional dimana otoritas yang lebih tinggi dapat

memungkinkan pelaksana akan bertindak dengan cara

konsisten.

4. Karakteristik pelaksana

Karakteristik berhubungan dengan kemampuan dan kriteria

staf tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap keputusan-

keputusan sub unit dalam proses implementasi.

5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik

Hal yang berhubungan dengan ekosospol, yaitu;

a. Apakah sumber daya ekonomi yang tersedia dalam

organisasi pelaksana cukup memadai untuk menunjang

keberhasilan pelaksana.

b. Sejauh mana kondisi sosial ekonomi yang akan

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

c. Seberapa jelas masalah kebijakan yang terkait.

d. Apakah kelompok elit menyetujui atau menentang

pelaksanaan kebijakan.

e. Apakah karakteristik partisipan dari organisasi pelaksana

ada dukungan untuk kebijakan tersebut.

6. Disposisi atau sikap pelaksana

Ada tiga unsur yang mempengaruhi pelaksana dalam

mengimplementasikan kebijakan yaitu;

Page 18: Paten (Repaired)

1. Kognisi ( pemahaman dan pengetahuan ) pelaksana

terhadap kebijaka.

2. Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima

atau menolak.

3. Intensitas dari respon pelaksana.

Menurut George Edwar III ( dalam Sujianto:2008:38 ) ada

empat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu;

1. Komunikasi

2. Sumber Daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Soren Winter (dalam Riant Nugroho : 2007:85) mengidentifikasi

empat variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu;

1. Proses formasi kebijakan;

2. Prilaku organisasi pelaku implementasi;

3. Prilaku birokrasi pelaksana ditingkat bawah;

4. Respon kelompok target kebijakan dan perubahan dalam

masyarakat.

Struktur organisasi/birokrasi pelaksana pengadaan barang/jasa

pemerintah adalah struktur organisasi pelaksana intraorganisasional

yang berada didalam organisasi SKPD, yang terdiri dari ; Pengguna

Page 19: Paten (Repaired)

Anggaran (PA), Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) dan Panitia

Pengadaan.

Pengertian organisasi (Lubis dan Husaini, 1987) adalah

sebagai kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling

berinteraksi menurut suatu pola tertentu, sehingga setiap anggota

organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai

suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas

yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

Menurut Kasim (1984) organisasi merupakan pola kerjasama

antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang saling

berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.Menurut Hendry (1988)

organisasi adalah suatu koneksitas manusia yang kompleks dibentuk

untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat

resmi.

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melibatkan

banyak kepentingan, baik PA, PPK, Panitia Pengadaan dan Rekanan

(penyedia barang/jasa), yang masing-masingnya memperjuangkan

kepentingannya.

Dalam memperjuangkan masing-masing kepentingan agar

dapat sesuai dengan kebijakan pengadaan barang/jasa, masing-

masing kepentingan harus mempunyai keinginan yang sama untuk

melaksanakan kebijakan tersebut.

Page 20: Paten (Repaired)

Menurut Bekhard dan Harris (dalam Rhenald Kasali : 2007:100)

perubahan akan terjadi kalau ada sejumlah syarat, yaitu;

1. Manfaat-biaya. Manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada

biaya perubahan;

2. Ketidakpuasan. Adanya ketidak puasan yang menonjol

terhadap keadaan sekarang;

3. Persepsi hari esok. Manusia dalam suatu organisasi melihat

hari esok yang dipersepsikan lebih baik;

4. Cara yang praktis. Ada cara praktis yang dapat ditempuh untuk

keluar dari situasi sekarang.

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai

manfaat yang strategis, baik secara mikro, yaitu bagi pemilik proyek

(Project’s Owner), dan peserta tender (bidder), maupun secara makro

(manfaat perekonomian Nasional) (Hendry Faisal Noor : 2007:136).

Dalam proses pengadaan,bukan tidakmungkin akan terjadi

tindak kejahatan penyelewengan antara pelaku bisnis dengan

pelaksana pengadaan .

Menurut Igm. Nurdjana (2005), tindak kejahatan

penyelewengan dikalangan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku

bisnis dan birokrat termasuk jenis korupsi endemic (endemic

corruption).

Page 21: Paten (Repaired)

Prosese pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah

sangat rentan dengan prasangka (prejudice) KKN, untuk itu sangat

diperlukan pemberdayaan panitia pengadaan.

Menurut Rendi R. Wrihatnolo, Riant Nugroho D (2007),

pemberdayaan adalah sebuah proses yang mempunyai tiga tahapan,

yaitu;

1. Penyadaran

Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa

mereka perlu diberdayakan, dan dalam proses pemberdayaan

dimulai dari dalam diri mereka sendiri.

2. Pengkapasitasan

Memberikan daya atau kuasa (capacity building) untuk

membuat mereka cakap (skilfull)

Proses capacity building terdiri atas tiga jenis yaitu;

1. Manusia

Memampukan manusia baik sebagai individu, maupun

kelompok dengan training (pelatihan).

2. Organisasi

Restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya

atau kapasitas tersebut.

Page 22: Paten (Repaired)

3. Sistim nilai

Aturan main, pada tingkat yang lebih maju, sistim nilai

terdiri pula atas budaya organisasi, etika, dan good

governence.

3. Pendayaan (empowerment)

Kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau

peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan

yang telah dimiliki.

Menurut Ujang Nurohma (Figur:2007), banyak organisasi

mengalami kegagalan bukan karena tidak memiliki visi, misi, tujuan dan

strategi yang baik, melainkan tidak mampu mengimplementasikannya,

sehingga dapat saja gambaran citra (brand image) dan kinerja dari

personil yang terlibat didalam pengadaan barang/jasa umpamanya

kurang berhasil menjalankan tugas dan fungsinya sebagai motor

penggerak percepatan pelaksanaan kegiatan pembangunan,

disebabkan ketidakmampuannya mengimplementasikan kebijakan..

Pemberdayaan akan mampu mendemokratisasikan khususnya

proses pengadaan barang/jasa pemerintah dan pembangunan pada

umumnya yang dalam istilah internasionalnya dikenal sebagai prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Page 23: Paten (Repaired)

B. Konsep Operasional

Berdasarkan deskripsi dari aspek teoritis, implementasi

kebijakan pengadaan barang/jasa melalui panitian pengadaan dapat

diuraikan indikator variabel yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi yaitu:

1. Komunikasi

Komunikasi yang dimaksut disini adalah hubungan antara

pemilik pekerjaan,dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) dengan pelaksana pengadaan, dalam hal ini

Panitia pengadaan, yang antara lain bertugas merumuskan

dokumen pengadaan yang akan ditetapkan oleh PPK.

Komunikasi juga dimaksudkan antara Panitia Pengadaan

dengan Penyedia pekerjaan dalam mengkomunikasikan

pedoman pengadaan yang tertuang didalam dokumen

pengadaan yang akan dijadikan pedoman bersama oleh Panitia

Pengadaan dalam mengevaluasi dan pengajuan penawaran

oleh penyedia pekerjaan (rekanan) didalam pengadaan.

Hubungan timbalbalik antara Panitia pengadaan dengan

penyedia pekerjaan juga dapat dilihat pada saat penjelasan

pekerjaan, dan pada saat pembukaan sampul penawaran.

2. Sumber daya

Sumber daya panitia pengadaan berjumlah gasal, sekurang-

kurangnya anggotanya berjumlah 3 orang yang memahami:

Page 24: Paten (Repaired)

a. Tatacara pengadaan

b. Substansi pekerjaan,

c. Dan lain yang di perlukan, baik unsur dari dalam maupun

dari luar instansi yang bersangkutan.

Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

memerlukan sumberdaya yang memadai, tanpa dukungan yang

memadai terhadap Sumber Daya Panitia Pengadaan,

implementasi akan mengalami hambatan, bahkan mungkin

mengalami kegagalan dalam arti, pemilihan terhadap

barang/jasa tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan.

3. Disposisi

Disposisi merupakan suatu sikap dari pelaksana (Panitia

Pengadaan) untuk mau, menerima atau menolak,atau motivasi

pelaksana untuk melaksanakan kebijakan.

Ada 4 unsur yang mempengaruhi disposisi,atau sikap

pelaksana untuk mau melaksanakan kebijakan, yaitu:

1. Pengetahuan dan pemahaman para pelaksana terhadap

kebijakan

2. Arah dari respon para pelaksana untuk menerima atau

menolak kebijakan yang akan diimplementasikan.

3. Insentif

4. Intensitas dari respon para pelaksana terhadap kebijakan.

Page 25: Paten (Repaired)

Dengan adanya sikap para pelaksana untuk menerima atau

menolak hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam

mengimplementasikan kebijakan ,maka mereka akan

mempunyai inisiatif dan kreatifitas untuk mengefektifkan

implementasi kebijakan tersebut.

Dari uraian tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir

penelitian sebagai berikut:

Komunikasi, sumber daya dan disposisi dari panitia pengadaan

akan mempengaruhi implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa

pemerintah.

Implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

yang ditinjau dari sisi panitia pengadaan, apakan panitia pengadaan

dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah telah

memenuhi kriteria baik/tidak baik yang didasarkan kepada variabel ;

komunikasi. Sumber Daya dan disposisi. didalam

mengimplementasikan kebijakan.

komunikasi

Sumber daya

disposisi

Keberhasilan implementasi/kinerja panitia pengadaanPanitia

Page 26: Paten (Repaired)

C. Teknik Pengukuran

Pengukuran variabel/indikator implementasi kebijakan

dijabarkan dalam pertanyaan/pernyataan dalam bentuk skala

pengukuran yaitu;

1. Baik, apabila pada masing-masing pertanyaan/pernyataan

memenuhi semua kriteria penilaian diberi skor 3

2. Cukup baik, apabila pada masing-masing

pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 2 kriteria penilaian

diberi skor 2

3. Tidak baik, apabila pada masing-masing

pertanyaan/pernyataan hanya memenuhi 1 kriteria penilaian

diberi skor 1.

Untuk lebih jelasnya dituangkan pada tabel berikut ini:

Tabel I Pengukuran Variabel Penelitian

Konsep Variabel Indikator Kategori SkorImplementasi

kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah

melalui panitia pengadaan

Komunikasi PPK1 PPK menetapkan paket

pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh panitia pengadaan.

2 PPK menetapkan do-kumen pengadaan, HPS, dan jadwal pelelangan yang telah disusun oleh Panitia

3. PPK menetapkan pe-menang pengadaan, atas usulan panitia pengadaan

Panitia1. Panitia menyusun jadwal,

dokumen, mengumumkan pengadaan secara terbuka.

BaikCukup baik

Tidak baik

32

1

Page 27: Paten (Repaired)

2. Panitia melaksanakan penjelasan pekerjaan, dan pembukaan sampul penawaran secara terbuka..

3. Panitia bersama anggota melakukan evaluasi,dan mengusulkan pemenang kepada PPK.

4. Panitia mengumumkan pemenang pengadaan

Sumber Daya

1. Persyaratan panitia2. Tugas,wewenang,tanggug

jawab panitia

Disposisi 1. Pengetahuan dan pema-haman Panitia

2. Respon panitia3. Insentif

Page 28: Paten (Repaired)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiono (1992), penelitian diskriptif adalah penelitian yang

dilakukan terhadap variabel tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel yang lain.Menurut Nasir (1988),

metode diskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran

mengenai situasi dan kejadian.

Dengan demikian, metode penelitian diskriptif akan digunakan

untuk mengetahui implementasi kebijakan pengadaan barang/jasa

pada bagian umum Sekretariat daerah Kabupaten Kampar.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yang menjadi objek pengamatan

adalah Pejabat Pembuat Komitmen, Panitia Pengadaan dan rekanan

pada bagian umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar yang

dipengaruhi oleh:

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi

Page 29: Paten (Repaired)

C. Populasi dan sampel

Pemilihan sampel/informan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Panitia Pengadaan

Yang melaksanakan proses pengadaan

2. Rekanan

Sebagai penyedia pekerjaan.

Untuk memudahkan pengambilan informan sebagai sampel

dari penyedia pekerjaan, dan proses pengadaan yang telah

dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan, maka diambillah data kontrak

tahun anggaran 2008 sebanyak 30 dokumen kontrak, dan dokumen

pelaksana anggaran tahun anggaran 2008 yang ada pada bagian

umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara dan

menggunakan dokumen kontrak yang ada. Pengumpulan data dengan

wawancara, agar peneliti dapat menggali tentang yang diketahui dan

dialami oleh objek yang diteliti dengan menggunakan daftar

pertanyaan.

Page 30: Paten (Repaired)

E. Teknik Analisa Data.

Teknik analisa data yang digunakan adalah kombinasi dari dua

teknis analisa data,yaitu analisis domain dan analisis taksononi.Analisa

domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum

dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam pokok

permasalahan yang diteliti.

Pada teknis analisis taksononi ,menjelaskan fenomena yang menjadi

sasaran penelitian .

Page 31: Paten (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, 2008, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Suara Bebas, Jakarta.

Faisal Noor Hehdry, 2007, Ekonomi Manajerial, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Igm. Nurdjana, 2005, Korupsi Dalam Praktek Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rendi R, Rian Nugroho, 2007, Manajemen Pemberdayaan, PT Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rohim, 2008, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Depok.

Kasim, Ashar, 1993, Pengukuran Efektifitas dalam Organisasi, UI, Jakarta.

Lubis, Hari, dan Husaini, 1987, Organisasi ( Suatu Pendekatan Makro ), Pusat Antar Universitas ilmu-ilmu Sosial, UI, Jakarta.

Kasali, Renald, 2007, Chane, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Nugroho, Riant, 2007, Analisis Kebijakan, PT Alex Media Komputindo, Jakarta.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.

Sugiono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Alfabet, Bandung

Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan Publik, Alaf Riau, Pekanbaru.

Kepres nomor 80 Tahun 2003, Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.

Page 32: Paten (Repaired)

Proposal Penelitian

Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pada Panitia pengadaan Bagian

Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar

Tugas akhir Fakhruddin

Penyusun:SUWARDI

NIM : 200701068

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK

PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAUPEKANBARAU