Bab Vii (Weiss)

25
BAB VII KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA Yudi Ariana

description

pkn

Transcript of Bab Vii (Weiss)

BAB VII

KETAHANAN NASIONAL

SEBAGAI

GEOSTRATEGI INDONESIA

Yudi Ariana

A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL

Terdapat tiga sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan nasional, sebagai

berikut :

1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, sudut pandang ini melihat

ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang

seharusnya dipenuhi.

2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan. Metode atau cara

dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.

3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan

salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual

tentang pengaturan dan penyelenggaraan bernegara.

B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada

kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama

SESKOAD.

Adanya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.

Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu

persatu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam

dan Kamboja. Bahkan infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand, Malasyia

dan Singapura. Akankah pengaruh (baca : ancaman komunis) itu akan masuk

ke Indonesia?

Untuk itu perlu adanya kekuatan nasional yang antara lain: berupa unsur

kesatuan dan persatuan serta kekuatan nasional untuk menghadapi

komunisme.

Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan SSKAD (Sekolah Staff dan

Komando Angkatan Darat) tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga

Pertahanan Nasional). Gagasan dan pemikiran perlunya kekuatan nasional

guna menghadapi ancaman dilembagakan dalam bentuk ketahanan nasional.

Pada tahun 1969 lahirlah istilah ketahanan nasional yang menjadi pertanda

dari ditinggalkannya konsep kekuatan nasional.

Konsepsi ketahanan nasional waktu itu dirumuskan sebagai keuletan dan

daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan

kekuatan yang membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa

Indonesia.

Kata segala berarti tidak hanya mencakup ancaman komunis, jadi spektrum

ancaman diperluas.

Kesadaran akan spektrum ancaman ini diperluas pada tahun 1972 menjadi

segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).

Selanjutnya Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan

dalam GBHN 1973 yaitu Ketetapan MPR No IV/MPR/1973. Perumusannya

sesuai dengan tahun 1972.

Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang sama berlanjut pada

GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988.

Pada GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan

nasional sampai GBHN 1998. Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998

adalah rumusan yang terakhir.

Pada GBHN 1999 - sebagai GBHN terakhir sebab sesudahnya tidak

menggunakan GBHN lagi - tidak lagi ditemukan perumusan akan konsepsi

ketahanan nasional.

Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki

dua sifat pokok :

1. Bersifat daya tangkal

Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan geostrategi

Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,

gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas,

eksistensi bangsa dan negara Indonesia.

2. Bersifat developmental/pengembangan

Yaitu pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya, hankam sehingga tercapai kesejahteraan

rakyat.

(Syahrial Syarbaini, 2010:298)

Hakikat Ketahanan Nasional :

Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan

suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju

kejayaan banga dan negara.

Sifat-Sifat Ketahanan Nasional :

1. Manunggal

2. Mawas ke dalam

3. Kewibawaan

4. Berubah menurut waktu

5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan

6. Percaya pada diri sendiri

7. Tidak bergantung pada pihak lain

C. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL

Ketahanan nasional sebagai kondisi memerlukan unsur-unsur yang

mempengaruhi sehingga negara memiliki kekuatan nasional.

Unsur/faktor/eleman/gatra apa saja yang dapat mempengaruhi kekuatan

nasional sebuah negara?

Banyak unsur/faktor/eleman/gatra yang mempengaruhi kekuatan negara

dalam menjalankan kehidupannya.

Para ahli memberikan pendapat-pendapat yang berbeda.

1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou, terbagi menjadi

dua faktor yaitu :

a. faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya

alam

b. faktor berubah (dinamic factors) terdiri atas kemampuan industri,

militer, demografi, karakter nasional, moral nasional dan kualitas

diplomasi.

2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray, terbagi menjadi dua

faktor yaitu :

a. Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri dan

militer;

b. Intagible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional dan

kualitas kepemimpinan

3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins, terdiri atas : tanah,

sumber daya, penduduk, teknologi, ideologi , moral dan kepemimpinan.

4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra, terdiri atas tiga

yaitu :

a. Alamiah terdiri atas : geografi, sumber daya dan penduduk;

b. Sosial terdiri atas : perkembangan ekonomi, struktur politik, dan

budaya & moral nasional;

c. lain-lain : ide, intelegensi, dan diplomasi, kebijaksanaan

kepemimpinan.

5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan, terdiri atas : letak

geografi, wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional &

sifat pemerintahan.

6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline, terdiri atas : sinergi antara

potensi demografi dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi

nasional dan kemauan nasional.

7. Unsur kekuatan nasional model Indonesia, diistilahkan dengan gatra

yang dikembangkan oleh Lemhanas. Dikenal dengan nama Asta Gatra

yang terdiri atas Tri Gatra dan Panca Gatra.

a. Tri gatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas :

penduduk, sumber daya alam, dan wilayah

b. Panca gatra adalah aspek sosial (intagible) yang terdiri atas :

ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Unsur-unsur Ketahanan Nasional tersebut dapat dielaborasi lebih lanjut.

• Penduduk yang bagaimana yang bisa berpengaruh positif bagi kekuatan

sebuah negara?

• Wilayah yang bagaimana yang mampu memberikan kontribusi bagi

kekuatan nasional suatu negara?

• Sumber daya alam yang bagaimana yang mempengaruhi kekuatan

nasional negara? dan seterusnya.

Jawaban eksploratif atas pertanyaan di atas sampai pada kesimpulan bahwa

pada hekekatnya ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.

Dalam prakteknya, kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui

pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil

pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan

nasional.

D. PEMBELAAN NEGARA

Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan

pembelaan negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan

usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.

Berdasarkan Pasal 27 dan Pasal 30 UUD 1945, masalah bela negara dan

pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara

Republik Indonesia.

Bela negara adalah setiap upaya untuk mempertahankan Republik Indonesia

terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.

1. Makna Bela Negara

Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 30 ayat (1) UUD

1945, dapat dikatakan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara

merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia, selain itu

di dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat

(1) disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan

pertahanan negara”. Bahwa upaya bela negara adalah sikap dan

perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan

hidup bangsa dan negara.

Konsep Bela Negara dapat diuraikan menjadi dua :

a. Secara fisik, yaitu dengan memanggul bedil

menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik

dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.

b. Bela negara secara non fisik , yaitu segala upaya untuk

mempertahankan NKRI dengan cara meningkatkan kesadaran

berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah

air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Bela negara perlu dipahami dalam arti sempit (fisik) dan dalam arti luas

(fisik dan non fisik).

2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara

Landasan hukum mengenai bela negara, antara lain :

a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Kedua

b. Pasal 30 UUD 1945 Perubahan Kedua

Pelaksanaan pasal ini terdapat dalam :

1). UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

2). UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

3). UU No, 34 Tahun 2004 tentang TNI

Peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No.

3 Tahun 2002

3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara

a. Bela Negara secara Fisik

Menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,

keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat

dilakukan dengan :

1). Menjadi anggota TNI

2). Pelatihan Dasar Kemiliteran, melalui program Rakyat Terlatih

(Ratih) yang mempunyai fungsi :

(a). Ketertiban umum dilakukan pada masa

(b). Perlindungan masyarakat damai/bencana alam/

(c). Keamanan rakyat darurat sipil

(d). Perlawanan rakyat

Terdapat beberapa unsur Rakyat Terlatih (Ratih), antara lain :

(a). Resimen Mahasiswa (Menwa)

(b). Perlawanan Rakyat (Wanra)

(c ). Pertahanan Sipil (Hansip)

(d). Mitra Babinsa

(e). Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)

(f). Wajib Militer (Wamil), bagi warga negara yang memenuhi

syarat, bila keadaan ekonomi dan keuangan negara

memungkinkan.

b. Bela Negara secara Non Fisik

Menurut UU No. 3 Tahun 2002, keikutsertaan warga negara dalam

bela negara secara non fisik dapat diselenggarakan melalui

pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan

profesi.

Keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik

dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa, dan

dalam segala situasi, misalnya dengan cara :

1). Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk

menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan

pendapat dan tidak memaksakan kehendak;

2). Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian

yang tulus kepada masyarakat;

3). Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan

berkarya nyata (bukan retorika);

LANJUTAN..

4). Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap

hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi HAM;

5). Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar

dapat menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai

dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan

lebih bertaqwa kepada Allah SWT, melalui ibadah sesuai

agama/kepercayaan masing-masing.

4. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Ancaman dapat diartikan sebagai setiap usaha dan kegiatan, baik dari

dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan

kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap

bangsa.

Ancaman bisa diketegorikan dalam dua jenis:

a. Ancaman militer

Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan

bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan

yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,

dan keselamatan segenap bangsa.

Bentuk-bentuk dari ancaman militer mencakup: agresi, spionase,

pelanggaran wilayah, sabotase, aksi teror bersenjata,

pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, perang saudara

b. Ancaman non militer/nir militer seperti konflik komunal, kejahatan

lintas negara, perusakan lingkungan, bencana alam, penyakit.

E. INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA

Bentuk ancaman dewasa ini semakin kompleks dan luas tidak sekedar fisik

dan politis. Globalisasi abad XXI diyakini berpengaruh besar terhadap

kehidupan suatu bangsa. Globalisasi memberikan peluang yang akan

berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa, namun di sisi lain

menimbulkan ancaman yang ditengarai bisa berdampak negatif bagi bangsa

dan negara. Kemampuan nasional yang dikembangkan diharapkan harus

mampu menghadapi ancaman global yang dapat membahayakan

kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan

menjadi anggota pasukan perdamaian (Kontingen Garuda/Konga) yang

dimulai sejak tahun 1957. Selain itu Indonesia tercatat sebagai anggota tidak

tetap Dewan Kemanan PBB.

Keanggotaan Indonesia dalam dewan keamanan PBB :

1. keanggotaan pertama peiode 1973-1974;

2. keanggotaan kedua periode 1995-1996;

3. keanggotaan ketiga periode 2007-2008.

Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya di

bidang diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alinea

IV, yang memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya

menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

Beberapa pendapat mengenai Global dan Globalisasi, sebagai berikut :

1. Globalisasi berasal dari kata global yang berarti universal atau

intenasional. Jadi globalisasi yang berarti universalisasi atau

internasionalisasi.

2. Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa

bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya

yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang

transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan

ekonomi internasional.

3. Globalisasi didefiniskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia

mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan oleh

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,

Sebagai sebuah proses, globalisasi memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi

yang lintas batas negara;

2. tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi kapital, tingginya arus

investasi, keuangan, dan perdagangan global;

3. berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia,

barang, jasa, dan pertukaran budaya yang lintas batas negara;

4. ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan

ketergantungan tidak hanya antarbangsa/negara tetapi juga antar

masyarakat (Poppy S. Winanti dalam Winarno, 2007:191)

Selamat belajar!