Bab v. Sarcoptes Scabiei

12
BAB V SARCOPTES SCABIEI I. DEFINISI Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya,Beberapa sinonim penyakit ini yaitu :Kudis,the Itch,guding,Budukan,Gatal agogo. II. EPIDEMIOLOGI Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini

description

kkk

Transcript of Bab v. Sarcoptes Scabiei

Page 1: Bab v. Sarcoptes Scabiei

BAB V

SARCOPTES SCABIEI

I. DEFINISI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya,Beberapa sinonim penyakit ini yaitu :Kudis,the Itch,guding,Budukan,Gatal agogo.

II. EPIDEMIOLOGI

Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur ,insidensi semua pada pria dan wanita.

Insidensi skabies pada negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat di jlaskan , interval dari akhir suatu  epidemik pada permulaan epidemik  berikutnya kurang lebih 10-15 tahun,Beberapa faktor yang dapat mempengaruh penyebarannya

Page 2: Bab v. Sarcoptes Scabiei

adalah kemiskinan,hygiene yang jelek,seksual promiskuitas,diagnosis yang salah,demogarfi ,ekologi dan derajat sensitasi individual,insidensi di indonesia masih cukup tinggi ,terendah di sulawesi utara ,dan tertinggi di jawa barat.

III. SIKLUS HIDUP

Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa berlangsung selama satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase kehidupan yaitu telur, larva nimfa dan dewasa.Berikut ini siklus hidup Sarcoptes scabiei :

a) Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit .b) Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mmc) Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk

larva yang kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubangmolting pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.,

d) Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir, terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki..

e) Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouchesatau di folikel rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih kecil. Perkawinan terjadi antara tungau jantan dengan tungau betina dewasa.

f) Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya. Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di lubang pada permukaan.

Page 3: Bab v. Sarcoptes Scabiei

IV. PATOFISIOLOGI

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

V. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIKMenurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:

a) Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk benang.

b) Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.

c) Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.

     Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perutbagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar, 2005).

Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelurSarcoptes scabiei (Siregar, 2005).

Page 4: Bab v. Sarcoptes Scabiei

PEMERIKSAAN PENUNJANGMenurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan

ditemukannya  tungau pada pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai  cara, yaitu:

a) Kerokan kulit.Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang  masih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk  mengangkat atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas  objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop.  Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.  Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada  bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif

b) Mengambil tungau dengan jarum.Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu  digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan  dapat diangkat keluar.

c) Epidermal shave biopsi.Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan  scalpel no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi  dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu  ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.

d) Tes tinta Burrow.Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus  dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang  karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini  mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif.

e) Kuretasi terowongan.Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi

Page 5: Bab v. Sarcoptes Scabiei

minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.

VI. PENATALAKSANAAN

Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:

a. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%  dalam bentuk salep atau krim.Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak   25 M.

Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.

 Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentukhydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.

Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.

b. Emulsi benzil-benzoat (20-25%)Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru.

Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.

 Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila

Page 6: Bab v. Sarcoptes Scabiei

digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima.

 Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini  dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.

c. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane

Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.

Cara Pemakaian:  Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.

Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi

Page 7: Bab v. Sarcoptes Scabiei

perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pancytopenia.

d. Krotamiton 10%Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.

Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.

Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.

e. Permetrin dengan kadar 5%

Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.

Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.

Page 8: Bab v. Sarcoptes Scabiei

Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.

Efek samping:  jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan  terekskoriasi.

VII. PENCEGAHAN

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005)

DAFTAR PUSTAKA

Aisah S.2007. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI.

Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2010 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Handoko R, Djuanda A, Hamzah M. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta: FKUI.

Handoko R. 2008. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar M, Siti A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.

Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates.