BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

26
36 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Univariat 5.1.1Gambaran Frekuensi Konsumsi Makanan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Balita Di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puskesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 No Konsumsi Makanan f % 1 2 Baik Kurang 17 25 40,5 59,5 Jumlah 42 100 Dari tabel 5.1 diatas terlihat lebih dari separoh 25 (59,5%) responden dengan konsumsi makan kurang 5.1.2 Gambaran Frekuensi Status Ekonomi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Balita Di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puskesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 No Status Ekonomi f % 1 2 Mampu Tidak mampu 22 20 52,4 47,6

description

gizi

Transcript of BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

Page 1: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

36

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Univariat

5.1.1 Gambaran Frekuensi Konsumsi Makanan

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Balita Di Jorong

Bangko Wilayah Kerja Puskesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013

No Konsumsi Makanan f %

1

2

Baik

Kurang

17

25

40,5

59,5

Jumlah 42 100

Dari tabel 5.1 diatas terlihat lebih dari separoh 25 (59,5%) responden

dengan konsumsi makan kurang

5.1.2 Gambaran Frekuensi Status Ekonomi

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Balita Di Jorong

Bangko Wilayah Kerja Puskesmas Muara LabuhKabupaten Solok Selatan Tahun 2013

No Status Ekonomi f %

1

2

Mampu

Tidak mampu

22

20

52,4

47,6

Jumlah 42 100

Dari tabel 5.2 diatas terlihat lebih dari separoh 22 (52,4%) responden

dengan status ekonomi mampu

Page 2: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

37

5.1.3 Gambaran Frekuensi Pendidikan

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Di Jorong Bangko

Wilayah Kerja Puskesmas Muara LabuhKabupaten Solok Selatan Tahun 2013

No Pendidikan f %

1

2

Tinggi

Rendah

23

19

54,8

45,2

Jumlah 42 100

Dari tabel 5.3 diatas terlihat lebih dari separoh 23 (54,8%) responden

dengan pendidikan tinggi.

5.1.4 Gambaran Frekuensi Status Gizi Balita

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Di Jorong BangkoWilayah Kerja Puskesmas Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013No Status gizi f %

1

2

3

4

Gemuk

Normal

Kurus

Kurus sekali

4

24

11

3

9,5

57,1

26,2

7,1

Jumlah 42 100

Dari tabel 5.4 diatas terlihat lebih dari separoh 24 (57,1%) responden

dengan status gizi normal.

Page 3: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

38

5.1.5 Analisa Bivariat

5.1.5.1 Hubungan Konsumsi Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita

Tabel 5.5

Hubungan Konsumsi Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013

Konsumsi makan

an

Status Gizi Balita jumlah

% OR (95% CI) p valueGemuk Normal Kurus Kurus

sekali

F % F % F % F % F %Baik 4 23,5 12 70,

61 5,9 0 0 17 10

03,192

(1,049-9,710)0,004

Kurang 0 0 12 48 10 40 3 12 25 100

Jumlah 4 9,5 24 57,1

11 26,2 3 7,1 42 100

Dari tabel hubungan diatas terlihat 23,5% responden konsumsi makanan baik

dengan status gizi gemuk, 70,6% responden konsumsi makanan baik dengan

status gizi normal, 48% responden dengan konsumsi makanan kurang dengan

status gizi normal, 5,9% responden konsumsi makan baik dengan status gizi

kurus, 40% responden konsumsi makanan kurag dengan status gizi kurus,

12% responden konsumsi makanan kurang dengan status gizi kurus sekali.

Setelah dilakukan uji statisk didapatkan nilai p value 0,004 < 0,005 sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi

makanan balita dengan status gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja

Puskesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan OR

3,192 artinya responden yang konsumsi makanan baik mempunyai peluang

3,192 kali untuk status gizi normal dibandingkan dengan responden konsumsi

makanan ku

Page 4: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

39

5.1.5.2 Hubungan Status Ekonomi Dengan Status Gizi Balita

Tabel 5.6Hubungan Status Ekonomi Dengan Status Gizi Balita Di

Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013

Status Ekonomi

Status Gizi Balita Jumlah

% OR(95% CI)

p valueGemuk Normal Kurus Kurus

sekali

F % F % F % F % F %Mampu 3 13,6 17 77,3 2 9,1 0 0 22 100 1,287

(0,478-3,464)

0,006Tidak

mampu1 5 7 35 9 45 3 15 20 100

Jumlah 3 9,5 24 57,1 11 26,2 3 7,1 42 100

Dari hasil analisa hubungan diatas terlihat 13,6% responden status ekonomi

kategori mampu dengan status gizi gemuk, 5% responden status ekonomi

kategori tidak mampu dengan status gizi gemuk, 77,3% responden status

ekonomi dengan kategori mampu dengan status gizi normal, 35% responden

status ekonomi tidak mampu dengan status gizi normal, 9,1% responden status

ekonomi mampu dengan status gizi kurus, 45% responden status ekonomi

tidak mampu dengan status gizi kurus, 15% responden status ekonomi tidak

mampu dengan status gizi kurus sekali. Setelah dilakukan uji statistik

didapatkan nilai p value 0,006 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi balita dengan status

gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan OR 1,287 artinya responden

dengan status ekonomi mampu mempunyai peluang 1,287 kali dengan status

gizi normal dibandingkan dengan responden status ekonomi tidak mampu.

Page 5: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

40

5.1.5.3 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita

Tabel 5.7Hubungan Pendidikan Dengan Status Gizi Balita Di Jorong

Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara LabuhKabupaten Solok Selatan Tahun 2013

Pendidikan

Status Gizi Balita Jumlah

% OR(95% CI)

p valueGemuk Normal Kurus Kurus

sekali

F % F % F % F % F %Tinggi 4 17,4 15 65,2 3 13 1 4,3 23 100 2,354

(0,820-6,758)

0,050Rendah 0 0 9 47,4 8 42,1 2 10,5 19 100Jumlah 4 9,5 24 57,1 11 26,2 3 7,1 42 100

Dari hasil analisa hubungan diatas terlihat 17,4% responden dengan

pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi gemuk, 65,2%

responden dengan pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi

normal, 47,4% responden dengan pendidikan rendah mempunyai anak

dengan status gizi normal, 13% responden dengan pendidikan tinggi

mempunyai anak dengan status gizi kurus, 42,1% responden dengan

pendidikan rendah mempunyai anak dengan status gizi kurus, 4,3%

responden dengan pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi

anak kurus sekali dan 10,5% responden dengan pendidikan rendah

mempunyai anak dengan status gizi kurus sekali. Setelah dilakukan uji

statistik didapatkan nilai p value 0,050 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan

status gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan OR 2,354 artinya responden

dengan tingkat pendidikan tinggi berpeluang 2,354 kali untuk status gizi

normal dibandingkan dengan responden tingkat pendidikan rendah.

Page 6: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

41

5.2 Pembahasan

5.2.1 Univariat

5.2.1.1 Konsumsi Makanan Balita

Dari tabel 5.1 diatas terlihat lebih dari separoh 25 (59,5%)

responden dengan konsumsi makan kurang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2009) tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi status gizi balita di Desa Kembangan

Kebomas Kabupaten Gresik didapatkan 69,23% responden dengan

konsumsi makanan baik.

Konsumsi makanan merupakan semua yang dimakan yang masuk

kedalam tubuh untuk kelangsungan hidup manusia. Pengukuran

konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang

dimakan oleh masyarakat dan berguna untuk mengukur status gizi dan

menemukan faktor yang dapat menybabkan malnutrisi (Supariasa, dkk,

2008).

Asumsi peneliti sebagian besar responden dengan konsumsi

makanan kurang karena kesibukan bekerja dimana orang tua pergi untuk

bekerja dipagi hari dan pulang sore hari sehingga kebutuhan konsumsi

makanan anak meliputi waktu atau frekuensi makan, jenis makanan anak

dan lain sebagainya kurang diperhatikan, karena hal tersebut anak suka

mengkonsumsi makanan ringan untuk mengurangi kekosongan perut.

Tetapi sebagian keluarga dengan konsumsi yang kurang juga disebabkan

karena faktor ekonomi yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, jangankan untuk memenuhi berbagai jenis makanan yang

Page 7: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

42

mencakup semua zat gizi, untuk makan karbohidrat dalam satu hari saja

susah mereka untuk mendapatkannya.

5.2.1.2 Status Ekonomi

Dari tabel 5.2 diatas terlihat lebih dari separoh 22 (52,4%)

responden dengan status ekonomi mampu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) tentang

faktor-faktor yng mempengaruhi status gizi balita di Puskesmas Sepatan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 didapatkan lebih

dari separoh yaitu 98,1% dengan status ekonomi mampu.

Tingkat ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi dalam keluarga akan

turut menentukan hidangan yang disajikan. Bagi masyarakat ekonomi

rendah maka mereka tidak dapat mengkonsumsi zat gizi yang cukup bagi

tubuh sehingga status gizi menjadi kurang (Moehji, 2002).

Asumsi peneliti sebagian besar responden dengan status ekonomi

mampu karena sebagian besar responden adalah pegawai negeri yang

sudah mempunyai gaji tetap dari pemerintah, melakukan kegiatan proyek

yang ada di daerah baik pemerintah maupun swasta, ada yang

mempunyai harta turunan dari orangtuanya dan ada wiraswasta yang

mempunyai usaha dagang dan lain-lain sehingga keluarga tergolong

kepada keluarga mampu. Sebuah dikatakan mampu juga berhubungan

dengan kemampuan dia untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah

tangganya seperti makan sehari-hari.

Page 8: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

43

5.2.1.3 Pendidikan Ibu

Dari tabel 5.3 diatas terlihat lebih dari separoh 23 (54,8%)

responden dengan pendidikan tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) tentang

faktor-faktor yng mempengaruhi status gizi balita di Puskesmas Sepatan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 lebih dari separoh

yaitu 77,6% responden dengan pendidikan rendah

Tingkat Pendidikan adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan

pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan

manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat. Tingkat Pendidikan

terdiri atas SD, SLTP, SLTA,Perguruan Tinggi (Notoatmodjo, 2003).

Asumsi peneliti sebagian besar responden dengan pendidikan

tinggi karena sebagian besaar responden adalah keluaarga mampu yang

bisa menyediakan uang untuk melanjutkan pendidikan ke arah yang lebih

tinggi, ada juga keluarga yang memang karena kesadarannya bahwa

perlunya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk mengikuti kemajuan

zaman yang semakin canggih sehingga mereka mengutamakan

pendidikan, dan ada juga orang tua dengan prinsip bahwa dengan

pendidikan mereka dapat bekerja sebagai tenaga pegawai negeri atau

usaha swasta sehingga pendidikan sangat diperlukan.

Page 9: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

44

5.2.1.4 Status Gizi Balita

Dari tabel 5.4 diatas terlihat lebih dari separoh 24 (57,1%)

responden dengan status gizi normal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) tentang

faktor-faktor yng mempengaruhi status gizi balita di Puskesmas Sepatan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009 lebih dari separoh

yaitu 57% responden dengan status gizi balita kurang.

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang menggambarkan status

kesehatan seseorang atau masyarakat didalam kehidupan sehari hari

akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan

hidupnya. Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau

kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan

zat-zat lain yang diperoleh dari makanan yang dampaknya diukur secara

antopometri (Suharjo, 2003).

Asumsi peneliti sebagian besar responden dengan status gizi

normal karena sebagian besar responden adalah keluarga mampu dan

berpendidian tinggi sehingga kebutuhan keluarga terpenuhi, berbagai

jenis kebutuhan gizi dapat disediakan serta dengan adanya pengetahuan

serta pendidikan tinggi mengakibatkan responden berusaha mencukupi

gizi balita dan ingin pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi lebih

baik.

Page 10: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

45

5.2.2 Bivariat

5.2.2.1 Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Status Gizi Balita

Dari tabel hubungan diatas terlihat 23,5% responden konsumsi

makanan baik dengan status gizi gemuk, 70,6% responden konsumsi

makanan baik dengan status gizi normal, 48% responden dengan

konsumsi makanan kurang dengan status gizi normal, 5,9% responden

konsumsi makan baik dengan status gizi kurus, 40% responden konsumsi

makanan kurag dengan status gizi kurus, 12% responden konsumsi

makanan kurang dengan status gizi kurus sekali.

Setelah dilakukan uji statisk didapatkan nilai p value 0,004 < 0,005

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara konsumsi makanan balita dengan status gizi balita di Jorong

Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh Kabupaten Solok

Selatan Tahun 2013 dengan OR 3,192.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2009) didapatkan ada

hubungan konsumsi makanan balita dengan status gizi balita di Desa

Kembangan Kebomas Kabupaten Gresik.

Menurut Soeditomo (2000) anak balita merupakan kelompok yang

menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-

zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Oleh karena itu makanan

yang dimakan harus memenuhi syarat yaitu makanan harus mengandung

energi dan semua zat gizi yang dibutuhkan pada balita, susunan makanan

disesuaikan dengan pola menu seimbang, makanan harus bersih dan

Page 11: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

46

bebas dari kuman. Bentuk dan makanan disesuaikan dengan selera serta

daya terima balita.

Asumsi peneliti terdapat hubungan konsumsi makanan dengan

status gizi balita karena pertumbuhan dan perkembangan anak saat

balita tergantung kepada jenis makanan yang dikonsumsi, karena pada

makanan terdapat berbagai zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk

tubuh dan berkembang. Anak yang konsumsi makanannya baik maka

status gizi anak akan normal, jika konsumsi makanan berlebih dari yang

dibutuhkan tubuh maka status gizi akan gemuk sedangkan jika kurang

maka status gizi akan kurus. Sebagian anak ada konsumsi makan baik

tetapi gemuk, ini terjadi karena konsumsi makanan tidak seimbang

dengan penggunaan makanan oleh tubuh salah satunya karena lebih

banyak tidur atau tidak bekerja. Makanan merupakan alat bagi tubuh

untuk mematangkan semua fungsi dan alat tubuh, jika tidak ada

makanan maka tidak ada yang bisa mensuport untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak.

5.2.2.2 Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Balita

Dari hasil analisa hubungan diatas terlihat 13,6% responden status

ekonomi kategori mampu dengan status gizi gemuk, 5% responden status

ekonomi kategori tidak mampu dengan status gizi gemuk, 77,3%

responden status ekonomi dengan kategori mampu dengan status gizi

normal, 35% responden status ekonomi tidak mampu dengan status gizi

normal, 9,1% responden status ekonomi mampu dengan status gizi kurus,

45% responden status ekonomi tidak mampu dengan status gizi kurus,

Page 12: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

47

15% responden status ekonomi tidak mampu dengan status gizi kurus

sekali.

Setelah dilakukan uji statistik didapatkan nilai p value 0,006 <

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara status ekonomi balita dengan status gizi balita di Jorong

Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh Kabupaten Solok

Selatan Tahun 2013 dengan OR 1,287.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) didapatkan

nilai p 0,269 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara status ekonomi dengan status gizi balita di Puskesmas

Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009.

Menurut Supariasa (2008) faktor yang mempengaruhi gizi balita

adalah 1)konsumsi makanan, konsumsi makanan merupakan semua yang

dimakan yang masuk kedalam tubuh untuk kelangsungan hidup manusia.

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan berguna untuk

mengukur status gizi dan menemukan faktor yang dapat menybabkan

malnutrisi 2) status ekonomi, tingkat ekonomi keluarga sangat

berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Tidak dapat dipungkiri

bahwa ekonomi dalam keluarga akan turut menentukan hidangan yang

disajikan. Bagi masyarakat ekonomi rendah maka mereka tidak dapat

mengkonsumsi zat gizi yang cukup bagi tubuh sehingga status gizi

menjadi kurang 3) pendidikan pendidikan ibu balita tentang gizi

bertujuan menanamkan kesadaran makanan yang memenuhi keperluan

Page 13: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

48

tubuh sehingga terwujud dalam kebiasaan makan yang sehat. Gizi salah

bukan disebabkan karena kemiskinan tapi karena kekurangan

pengetahuan kesehatan.

Asumsi peneliti terdapat hubungan status sosial ekonomi dengan

status gizi anak karena sebuah keluarga dengan status sosial ekonomi

mampu, maka akan dapat membeli atau menyediakan berbagai jenis

makanan yang mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh dan sebaliknya

keluarga dengan status ekonomi tidak mampu kurang sanggup untuk

menyediakan berbagai jenis kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak,

misalnya seorang balita dari keluarga yang kurang mampu hanya

sanggup memberikan anak makan 1x dalam sehari dengan jenis makanan

yang diberikan hanya karbohidrat, sedangkan keluarga dengan status

ekonomi mampu akan sanggup memberikan anak makan 3x sehari

dengan jenis makanan lengkap, karbohidrat, protein, lemak, susu, buah

dan sayur. Ada responden dengan status ekonomi tidak mampu tetapi

status gizi normal karena kebutuhan gizi tubuh tidak semuanya harus

dibeli dengan harga mahal dan tidak harus semuanya didapatkan dengan

dibeli, tetapi bisa dimanfaatkan dari hasil bertanam dan berternak

misalnya sayur, protein bisa didapatkan dari telur, dan sebagainya.

5.2.2.3 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita

Dari hasil analisa hubungan diatas terlihat 17,4% responden dengan

pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi gemuk, 65,2%

responden dengan pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi

normal, 47,4% responden dengan pendidikan rendah mempunyai anak

Page 14: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

49

dengan status gizi normal, 13% responden dengan pendidikan tinggi

mempunyai anak dengan status gizi kurus, 42,1% responden dengan

pendidikan rendah mempunyai anak dengan status gizi kurus, 4,3%

responden dengan pendidikan tinggi mempunyai anak dengan status gizi

anak kurus sekali dan 10,5% responden dengan pendidikan rendah

mempunyai anak dengan status gizi kurus sekali.

Setelah dilakukan uji statistik didapatkan nilai p value 0,050 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan ibu dengan status gizi balita di Jorong Bangko

Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun

2013 dengan OR 2,354.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ucu Suhendri (2009)

didapatkan nilai p 1,000 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi balita

di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun

2009.

Menurut Supariasa (2008) faktor yang mempengaruhi gizi balita

adalah 1)konsumsi makanan, konsumsi makanan merupakan semua yang

dimakan yang masuk kedalam tubuh untuk kelangsungan hidup manusia.

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan berguna untuk

mengukur status gizi dan menemukan faktor yang dapat menybabkan

malnutrisi 2) status ekonomi, tingkat ekonomi keluarga sangat

berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Tidak dapat dipungkiri

Page 15: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

50

bahwa ekonomi dalam keluarga akan turut menentukan hidangan yang

disajikan. Bagi masyarakat ekonomi rendah maka mereka tidak dapat

mengkonsumsi zat gizi yang cukup bagi tubuh sehingga status gizi

menjadi kurang 3) pendidikan pendidikan ibu balita tentang gizi

bertujuan menanamkan kesadaran makanan yang memenuhi keperluan

tubuh sehingga terwujud dalam kebiasaan makan yang sehat. Gizi salah

bukan disebabkan karena kemiskinan tapi karena kekurangan

pengetahuan kesehatan.

Asumsi peneliti terdapat hubungan pendidikan dengan status gizi

balita karena pendidikan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan

yang lebih kompleks dari sebelumnya. Seorang ibu dengan pendidikan

tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tentang kebutuhan gizi

anak untuk meningkatkan status gizi anak, seorang ibu dengan

pendidikan tinggi juga akan mengharapkan anaknya lebih baik dari dia

sehingga untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sangat

diperhatikan kebutuhan gizinya. Dan sebaliknya seorang ibu dengan

pendidian rendah bahkan tidak tamat SD akan mempunyai pengetahuan

yang kurang tentang zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan ada diantara orangtua

yang menganggap bahwa anak akan tetap tumbuh menjadi dewasa tanpa

harus makan makanan yang lengkap dan berjenis-jenis.

Page 16: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

51

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

6.1.1 Lebih dari separoh 25 (59,5%) responden dengan konsumsi makan

kurang

6.1.2 Lebih dari separoh 22 (52,4%) responden dengan status ekonomi mampu

6.1.3 Lebih dari separoh 23 (54,8%) responden dengan pendidikan tinggi.

6.1.4 Lebih dari separoh 24 (57,1%) responden dengan status gizi normal.

6.1.5 Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan balita

dengan status gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puskesmas

Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan nilai p value

0,004 dengan OR 3,192.

6.1.6 Terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi balita dengan

status gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara

Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan nilai p value 0,006

dengan OR 1,287.

6.1.7 Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status

gizi balita di Jorong Bangko Wilayah Kerja Puslesmas Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan Tahun 2013 dengan nilai p value 0,050 dengan

OR 2,354.

Page 17: BAB V, pengaruh gizi pendidikan dan ekonomi orang rua terhadap tumbuh kembang anak

52

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan intitusi pendidikan memberikan pendidikan dan

pengetahuan kepada mahasiswa tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi gizi balita untuk diterapkan saat dilakukkannya praaktek

di lapangan misalnya praktek komunitas.

6.2.2 Bagi Lahan

Diharapkan lahan agar selalu memonitor pertumbuhan dan

perkembangan balita yang berada di wilayah kerja, serta memberikan

penyuluhan kesehatan tentang status gizi yang baik untuk balita seperti

konsumsi makanan, karena jenis makanan yang dikonsumsi

mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi anak.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan

berbagai faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita seperti usia,

pekerjaan, lingkungan dan lain-lain.