Bab V LAST

download Bab V LAST

of 6

description

k

Transcript of Bab V LAST

Bab VPembahasan

5.1.Sebaran Kebiasaan Minum kopi di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Pada tabel 4.1, didapatkan sebaran kebiasaan minum kopi pada pengunjung Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan jumlah subjek 54 orang dengan persentase 50,5%, dengan yang tidak meminum kopi sebanyak 53 orang dengan persentase 49,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada kalangan peminum kopi di Kotamadya Palembang tahun 2006-2007 didapatkan distribusi terbanyak pada orang yang memiliki kebiasaan minum kopi sebesar 69,3%, diikuti dengan yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi sebesar 30,7%.

5.2.Sebaran Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Pada tabel 4.2, didapatkan sebaran kadar glukosa darah sewaktu pada pengunjung Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan yaitu jumlah subjek dengan kadar glukosa darah sewaktu normal adalah sebanyak 86 orang dengan persentase 80,4%, dan kadar glukosa darah sewaktu tidak normal sebanyak 21 orang dengan persentase 19,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat dimana distribusi terbanyak didapatkan pada kadar glukosa darah normal sebesar 65,2%, diikuti kadar glukosa darah tinggi 34,8%.

5.3.Analisis Univariat Usia, Jenis Kelamin, Aktivitas Fisik, dan Sarapan di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Pada tabel 4.3 diketahui distribusi usia responden sebanyak 60 orang berusia di atas 35 tahun dengan persentase 65,1%, dan usia responden 18-35 tahun sebanyak 47 responden dengan persentase 43,9%. Distribusi jenis kelamin terbanyak pada responden perempuan dengan jumlah subjek 71 orang dengan persentase 66,4%, diikuti jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang dengan persentase 33,6%.Hal ini sesuai dengan penelitian pada kalangan peminum kopi di Kotamadya Palembang pada tahun 2006-2007 dimana kelompok usia terbanyak yang mengonsumsi kopi adalah kategori usia dewasa tua, yaitu lebih dari 35 tahun, dan proporsi wanita yang mengonsumsi kopi lebih banyak daripada laki-laki.Selain itu diketahui distribusi jenis aktivitas fisik sebelum dilakukan penelitian pada responden, dimana 96 orang (89,7%) beraktivitas ringan, 8 orang (7,5%) beraktivitas sedang, dan 3 orang (2,8%) beraktivitas berat. Hal ini sesuai dengan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat pada tahun 2012 dimana distribusi terbanyak padaaktivitas fisik ringan sebanyak 71,0%, aktivitas fisik sedang sebanyak 17,7%, dan aktivitas fisik berat sebanyak 11,3%. Diketahui pula distribusi sarapan pada responden, dimana 84 orang responden (78,5%) telah sarapan, sedangkan 23 orang responden (21,5%) tidak sarapan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap remaja SMP di Bogor pada tahun 2014 dimana distribusi terbanyak pada subjek yang melakukan sarapan sebesar 83,3%, diikuti subjek yang tidak melakukan sarapan sebesar 16,7%. Diketahui pula distribusi indeks glikemik pada responden, dimana distribusi terbanyak pada indeks glikemik tinggi, yaitu sebesar 61,7%, diikuti dengan indeks glikemik sedang dan indeks glikemik rendah masing-masing sebesar 8,4%, serta didapatkan 21,5% responden tidak sarapan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Kariadi, Semarang pada bulan Februari-Maret 2008 dimana distribusi terbanyak didapatkan pada indeks glikemik tinggi, yaitu sebesar 69,5 % diikuti dengan indeks glikemik sedang 28,3 %, dan indeks glikemik rendah 2,2%.

5.4.Hubungan Antara Kebiasaan Minum Kopi dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji Chi Square dengan Continuity Correction didapatkan nilai p = 1.000, karena p > 0,05 maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kadar glukosa darah sewaktu.Pada penelitian Arnlov dikatakan bahwa peningkatan konsumsi 1 gelas kopi sehari berhubungan dengan peningkatan sensitivitas insulin sehubungan dengan antioksidan yang terdapat di dalam kopi. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hu dimana pria yang meminum kopi setiap harinya dapat menurunkan resiko terjadinya kadar glukosa darah yang tinggi sebesar 29%. Begitu pula menurut Van Dam,dkk yang mengatakan konsumsi kopi selama 2-4 minggu pada orang dewasa yang sehat dapat meningkatkan konsentrasi insulin puasa. Dengan kata lain, penelitian-penelitian di atas mengatakan ada hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kadar glukosa darah. Namun masih diperdebatkan apakah kopi yang diminum berupa kopi manis atau kopi pahit. Beberapa sumber mengatakan bahwa yang dapat menurunkan resiko kadar glukosa darahyang tinggi adalah kopi pahit. Sedangkan pada hasil penelitian kami, didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kadar glukosa darah sewaktu. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti berapa banyak gula yang digunakan saat meminum kopi, faktor setelah sarapan, dan setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu kemungkinan besar karena kurangnya pembanding dimana dari 107 orang, kami hanya mendapatkan 4 orang saja yang meminum kopi pahit.

5.5.Hubungan Antara Usia dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan antara usia dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji Chi Square didapatkan p = 0,398, karena p > 0,05 maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan kadar glukosa darah sewaktu.Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan di kelurahan Cakung Timur, dimana dinyatakan adanya hubungan antara usia dan kadar glukosa darah responden. Pada penelitian tersebut didapatkan kadar glukosa darah sewaktu pada responden berusia di atas 55 tahun lebih tinggi dibandingkan yang berusia di bawah 55 tahun. Sesuai dengan teori, dimana kelenjar endokrin mulai mengalami kerusakan yang bersifat age related cell loss. Perubahan yang terjadi menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang selanjutnya menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena perbedaan pengelompokan usia menjadi kelompok usia dewasa muda (18-35 tahun) dan dewasa tua (>35 tahun). Responden penelitian kami dari kelompok usia dewasa tua tersebut persentasenya lebih tinggi tetapi jumlah responden yang berusia diatas 55 tahun jumlahnya hanya sedikit sehingga tidak cukup mewakili kelompok usia diatas 55 tahun tersebut.

5.6.Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan antara jenis kelamin dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji ChiSquare didapatkan p = 0,823, karena p > 0,05 maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kadar glukosa darah sewaktu.Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara latihan jasmani dengan kadar glukosa darah pada tahun 2014, dimana pada penelitian tersebut mengatakan bahwa perempuan lebih cenderung memiliki kadar glukosa darah sewaktu yang lebih tinggi, sehingga lebih cenderung menderita DM. Begitu pula penelitian kros seksional yang dilakukan di Hongkong memperlihatkan bahwa kadar glukosa sewaktu pada wanita cenderung lebih tinggi dibanding pria, dimana diduga bahwa terjadi peningkatan resistensi insulin pada wanita setelah menopause dimana mekanisme terjadinya belum diketahui. Hasil-hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang kami lakukan. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya faktor perbedaan umur pada subjek yang diambil dimana subjek yang berumur lebih tua dan telah mengalami menopause sehingga cenderung terjadi peningkatan resistensi insulin. Sedangkan subjek yang kami dapatkan pada penelitian kami kebanyakkan belum mengalami menopause.

5.7.Hubungan Antara Jenis Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan antara jenis aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji Fisher didapatkan p = 1,000, karena p > 0,05 maka H0 diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan antara jenis aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu.Hasil penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan pada penelitian di RSUP Kariadi Semarang, dimana dinyatakan penurunan kadar glukosa dipengaruhi oleh aktivitas fisik, yang berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi ketika beraktivitas. Peneliti di Semarang menyatakan penurunan kadar glukosa darah sebesar 30-40 mg/dl dapat dicapai dengan aktivitas fisik selama 45 menit. Hal ini juga sejalan dengan penelitian di Kabupaten Purbalingga, dimana dinyatakan adanya penurunan kadar glukosa darah sebelum dan setelah berjalan kaki dengan intensitas sedang-tinggi. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh dari sarapan pagi para responden, dimana rata-rata responden sarapan pagi dengan indeks glikemik yang tinggi, sehingga pada saat pengambilan sampel, meskipun telah melakukan aktivitas, tidak banyak berpengaruh terhadap kadar glukosa darah sewaktu. Selain itu, jenis aktivitas fisik terbanyak yang dilakukan pada penelitian kami adalah kategori ringan.

5.8.Hubungan Antara Sarapan dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan antara sarapan dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji Fisher didapatkan p= 0,040 , karena p< 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan antara sarapan dengan kadar glukosa darah sewaktu.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Diponegoro, dimana terdapat hubungan antara sarapan dengan kadar glukosa darah sewaktu. Pada kelompok responden yang telah sarapan, kadar glukosa darah sewaktunya cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak sarapan. Hal ini juga mendapatkan pengaruh dari jenis makanan yang dimakan, yang terkait pada indeks glikemik makanan tersebut, sehingga kadar glukosa darah akan lebih tinggi.

5.9.Hubungan Antara Indeks Glikemik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Tanggal 22 September 2015Hubungan indeks glikemik dengan kadar glukosa darah sewaktu melalui uji Chi Square dengan ContinuityCorrection didapatkan p = 0,015 , karena p < 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan antara indeks glikemik dengan kadar glukosa darah sewaktu.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada responden di RSUP Kariadi Semarang pada bulan Februari-Maret 2008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban glikemik terhadap kadar glukosa darah. Indeks glikemik sendiri memberi petunjuk tentang kadar glukosa darah. Dimana semakin tinggi indeks glikemik maka kadar glukosa darah juga akan semakin tinggi.