BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00130-AR Bab...

18
111 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan. Konsep ini sangat baik karena memanfaatkan potensi alam yang mendukung kenyamanan kegiatan didalam bangunan, serta mendukung kegiatan untuk penghematan energi listrik. Melihat segala permasalahan yang timbul pada kawasan beriklim tropis, misalnya suhu dan kelembaban yang relatif tinggi, bangunan berkonsep green design dengan penerapan kenyamanan thermal dengan ventilasi alami pada wisma atlet di Senayan diharapkan dapat menjawab permasalahan itu dengan penerapan dan aplikasi teknis berupa penyesuaian bentuk jendela, orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, sistem pencahayaan dan penghawaan, serta bagaimana mengupayakan pengaplikasian serta pengintegrasian bangunan yang hemat energi listrik dengan sistem bangunan yang dapat memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Hal inilah yang ingin diterapkan pada bangunan wisma atlet di Senayan. V.1.1. Data Proyek Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m 2 . Keliling tapak 477,74m 1 . GSB = 10m ( Utara ) dan 8m ( Selatan ) atau sesuai gambar. KDB = 20% Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 = 2.178.24m 2 . Maksimum lapis = 24 lapis. KLB = 2,5. Luas total bangunan yang boleh dibangun= 2,5 x 10.891,18 = 27.227,95 m 2

Transcript of BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00130-AR Bab...

111  

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan

Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat

menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan. Konsep ini

sangat baik karena memanfaatkan potensi alam yang mendukung kenyamanan

kegiatan didalam bangunan, serta mendukung kegiatan untuk penghematan

energi listrik. Melihat segala permasalahan yang timbul pada kawasan beriklim

tropis, misalnya suhu dan kelembaban yang relatif tinggi, bangunan berkonsep

green design dengan penerapan kenyamanan thermal dengan ventilasi alami

pada wisma atlet di Senayan diharapkan dapat menjawab permasalahan itu

dengan penerapan dan aplikasi teknis berupa penyesuaian bentuk jendela,

orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, sistem pencahayaan dan

penghawaan, serta bagaimana mengupayakan pengaplikasian serta

pengintegrasian bangunan yang hemat energi listrik dengan sistem bangunan

yang dapat memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Hal inilah yang ingin

diterapkan pada bangunan wisma atlet di Senayan.

V.1.1. Data Proyek

Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m2. Keliling tapak

477,74m1.

GSB = 10m ( Utara ) dan 8m ( Selatan ) atau

sesuai gambar.

KDB = 20%

Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 =

2.178.24m2.

Maksimum lapis = 24 lapis.

KLB = 2,5.

Luas total bangunan yang boleh dibangun= 2,5 x 10.891,18 =

27.227,95 m2

112  

V.1.2. Topik dan Tema

Wisma atlet di Senayan dirancang dengan pendekatan green

design, untuk pengupayaan penghematan konsumsi energi listrik. Untuk

keberlanjutan penggunaan energi, pada desain kali ini dihubungkan

dengan iklim kawasan terutama pada penghawaan alami. Penyusun

memilih hal ini karena bertujuan untuk menghemat penggunaan energi

listrik yang dibutuhkan untuk penghawaan. Pemanfaatan penghawaan

alami dengan memanfaatkan potensi-potensi alam yang ada di sekitar

lingkungan. Pengaplikasian green design yang mengacu pada penerapan

kenyamanan thermal dengan ventilasi alami pada wisma atlet di Senayan

agar dapat tercipta sebuah rancangan desain yang dapat menghemat

penggunaan energi listrik untuk penghawaan di dalam bangunan.

V.2. Konsep Perencanaan dan Perancangan Makro

V.2.1. Konsep Penentuan dan Pengolahan Pintu Masuk

Pengolahan pintu masuk bagi pejalan kaki adalah melalui sisi

lahan tapak, lalu menuju ke lobby atau tengah bangunan, sehingga tidak

menggangu sirkulasi kendaraan. Gambar V.2.1.1. Sirkulasi pejalan kaki

Sumber : Dokumentasi pribadi

Terdapat 2 akses bagi pejalan kaki untuk masuk ke dalam tapak

yaitu melalui sisi pedestrian tempat masuk mobil dan sisi tempat masuk

sepeda motor.

Sirkulasi pejalan kaki dari jl.Pintu Satu Senayan

Sirkulasi pejalan kaki dari jl.Manila

113  

Gambar V.2.1.2. Area pejalan kaki

Gambar V.2.1.3. Sirkulasi kendaraan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Posisi masuk antara kendaraan roda empat dan roda dua di

pisahkan, agar tidak terjadi gangguan sirkulasi didalam tapak. tempat

parkir mobil berada di basement, sedangkan tempat parkir motor dan

sepeda disediakan area khusus parkir motor dan sepeda. Gambar V.2.1.4. Sirkulasi servis

Sumber : Dokumentasi pribadi

Masuk mobil & bus

Keluar-masuk motor & sepeda

Parkir motor & sepeda

Area pejalan kaki yang berada di luar tapak

Keluar –masuk mobil

Keluar mobil & bus

Area pejalan kaki yang berada di dalam tapak

Keluar – masuk basement

Masuk basement

Keluar – masuk kendaraan servis hanya terdapat di area belakang tapak

114  

Sirkulasi servis dibuat satu jalur untuk keluar - masuk kendaraan

pada area tapak. Hal ini dimaksudkan agar tidak menggangu sirkulasi

kendaraan pengunjung maupun pejalan kaki yang ada di dalam area

wisma atlet.

V.2.2. Konsep Pengolahan Ruang Luar

Terdapat plaza dan ruang komunal pada tapak. Plaza merupakan

ruang publik yang dirancang sebagai ruang berkumpulnya orang-orang

dan melakukan aktivitasnya. Perancangan plaza juga akan diterapkan

pada bagian bangunan. Pada salah satu bagian bangunan akan dibuat

sebuah area terbuka untuk tempat duduk-duduk pengunjung dan tempat

bersantai. Gambar V.2.2.1. Konsep ruang luar plaza dan taman

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

Vegetasi-vegetasi yang ada dalam penerapan rancangan dapat

berfungsi selain sebagai penyejuk, keindahan juga sebagai pembatas

antar ruang.

V.2.3. Konsep Zoning Horizontal

Pada lantai dasar, semua difungsikan sebagai area publik, baik itu

sebagai tempat kumpul-kumpul, ruang bersama sampai kepenyediaan

fasilitas penunjang bagi penghuni.

Menciptakan konsep suasana ramai & hiburan-hiburan untuk refresing

Menciptakan konsep suasana nyaman, tentram & suasana bersantai

115  

Gambar V.2.3.1. Zoning horizontal

Sumber : Dokumentasi pribadi

V.2.4. Konsep Zoning Vertikal

Lantai dasar difungsikan sebagai area publik termasuk fasilitas-

fasilitas penunjangnya seperti restaurant, plaza, area bersama, dll.

Sedangkan untuk area privat dan semi privat diletakan di lantai-lantai

tipikal atas. Gambar V.2.4.1. Zoning vertikal

Sumber : Dokumentasi pribadi

Untuk unit hunian kamar dibuat menyatu dengan fasilitas

penunjangnya. Hal ini dimaksudkan agar penghuni dapat langsung

menuju ke area fasilitas penunjang tanpa menggangu area publik.

V.3. Konsep Perancangan Mikro

V.3.1. Konsep Pengolahan Fisik Bangunan

Massa bangunan menggunakan bentuk dasar persegi panjang

akan tetapi pengolahan massanya di buat bergelombang. Gelombang

pada bentuk bangunan berfungsi untuk mengatasi permasalahan

Unit kamar

Servis area

Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang

Lobby &fasilitas publik

Servis area

Unit kamar

Fasilitas penunjang

Lobby & fasilitas publik

Fasilitas penunjang

Unit hunian Unit hunian

116  

kecepatan angin yang menerpa bangunan dan pembayangan matahari

yang cukup baik dari bentuk masa lengkung atau gelombang dan juga

dari segi estetika dapat menciptakan suatu bentuk bangunan yang tampak

dinamis tidak monoton. Gambar V.3.1.1. Olahan massa bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Fisik bangunan akan diolah sesuai dengan analisa bentuk

bangunan, yaitu bentuk yang bergelombang. Maksud dari penerapan

bentuk ini adalah untuk menangkap view yang di tuju yaitu sekitar

kawasan GBK (Gelora Bung Karno). Gambar V.3.1.2. Bentuk massa bangunan yang tanggap terhadap lingkungan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Pola bentuk bangunan menggunakan pola linear yang berbelok.

Hal ini dimaksudkan untuk menanggapi bentuk tapak yang memanjang,

sehingga adanya keserasian antara tapak dan bangunannya.

View tengah bangunan tepat menuju ke stadion GBK

View bangunan menghadap ke stadion utama GBK & area RTH

Pemanfaatan bentuk lengkung bangunan untuk mengatisipasi arah datang cahaya matahari & sirkulasi angin/udara

117  

V.3.2. Konsep Olahan Tampak Bangunan

Pengolahan fasad bangunan terdiri dari bagian unit-unit kamar

yang diberi balkon pada masing-masing kamar. balkon ini selain sebagai

ruang bersantai, juga dimanfaatkan dengan memberi tanaman-tanaman

yang berfungsi selain sebagai estetika juga dapat menyejukan ruangan. Gambar V.3.2.1. Olahan tampak bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi Konsep desain pada bagian balkon akan diberi box-box tanaman

yang berfungsi untuk menaruh tanaman pada bagian atasnya, sedangkan

bagian bawahnya untuk menyembunyikan outdoor AC. Konsep

rancangan bentuk jendela dengan menambahkan bingkai kaca yang

dibagi menjadi 4 bagian agar dapat dibuka sesuai dengan ke inginan atau

kebutuhan.

V.3.3. Konsep Dimensi Ruang Tabel V.3.3.1. Kelompok ruang dan luasan

No Kelompok Ruang luasan

1 Unit kamar kapasitas 2 orang 12.000 m2/tower

2 Fasilitas penunjang 2.819,5 m2

Bingkai kaca yang dibagi menjadi 4 bagian & masing-masing dari kaca tersebut dapat dibuka sehingga udara yang masuk dapat disesuaikan

Aliran udara

118  

3 Ruang Pengelola 76 m2

4 Servis 750 m2

5 Parkir 3.725 m2

Total 19.370,5 m2

Sumber : Perhitungan kebutuhan luas bangunan wisma atlet Senayan V.3.4. Konsep Hubungan Ruang

Gambar V.3.4.1. Skema hubungan ruang

Sumber : Dokumentasi pribadi V.3.5. Konsep Sirkulasi Horizontal Pada Lantai Tipikal

Konsep koridor pada bangunan wisma atlet menggunakan sistem

double louded. Penggunaan sistem ini diupayakan untuk memaksimalkan

fungsi ruang dan menghemat lahan. Untuk menunjang kenyamanan

thermal maka penggunaan kombinasi penghawaan alami dan buatan,

diterapkan didalam bangunan unit hunian. Agar kerja AC tidak terlalu

berat maka perlu didukung pembuatan ventilasi alami yang menunjang

kenyamanan thermal dalam ruangan.

Lobby Hunian Hunian

Fasilitas Publik

Fasilitas Penunjang

Servis

Plaza

Entrance

Parkir Mobil

Entrance Mobil

Parkir Motor

Entrance Motor

Parkir Servis

entrance Servis

Taman

Retail

Restaurant

ATM

Fitness Room

Function Room

119  

Gambar V.3.5.1. Sirkulasi horizontal bangunan – double louded

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

V.3.6. Konsep Sirkulasi Vertikal

Sebagai alat sirkulasi vertikal penyusun menggunakan tangga dan

lift. Pada perancangan bangunan wisma atlet, ditempatkan 5 buah lift. 4

lift untuk hunian dan 1 lift sebagai bagian dari lift servis. Pada setiap

ujung bangunan pada area hunian di sediakan tangga darurat yang jarak

pencapaiannya tidak boleh lebih dari 30 meter berdasarkan standar

bangunan tinggi. Posisi lift akan berada pada tengah bangunan atau core,

yang diapit oleh dua tower yang berfungsi sebagai hunian.

Selain tangga dan lift, juga di sediakan ramp sebagai bagian dari

sirkulasi vertikal, yang berfungsi untuk sirkulasi bagi penyandang cacat

dan juga untuk mengangkut barang menggunakan troli yang di letakan

pada setiap pintu masuk dengan kemiringan 1:10. Gambar V.3.6.1. Sirkulasi vertikal bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

V.3.7. Konsep Kenyamanan Thermal

Penerapan kenyamanan thermal pada bangunan memiliki

beberapa cara untuk dilakukan, yaitu:

Core lift

Lobby

120  

1. Penempatan Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan yang ideal untuk daerah yang beriklim

tropis adalah menghadap ke arah Utara – Selatan. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari cahaya matahari yang berasal dari

Barat – Timur, karena pengaruh intensitasnya terlalu tinggi terhadap

bangunan. Gambar V.3.7.1. Orientasi bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Penggunaan Ventilasi Alami

Bukaan-bukaan alami dapat menurunkan suhu panas dalam

ruangan bangunan. Hal ini dikarenakan aliran udara yang bersirkulasi

di dalam ruangan sehingga menyebabkan udara sejuk di dalam

ruangan. Gambar V.3.7.2. Sirkulasi udara melalui ventilasi alami

Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis

3. Pembangunan Lingkungan

Lingkungan yang berada di sekitar bangunan wisma atlet

harus dibangun RTH (Ruang Terbuka Hijau) atau pembangunan

lingkungan yang dapat menghasilkan lingkungan yang produktif

untuk menunjang kenyamanan thermal, seperti penanaman tanaman

U

Sisi yang terkena cahaya matahari Barat

Sisi yang terkena cahaya matahari Timur

Lokasi pembayangan dari bangunan yang dapat menjaga area publik yang ada di sekitar tapak wisma atlet

121  

atau pohon sehingga dapat menciptakan oksigen yang baik untuk

lingkungan sekitar dan tempat duduk-duduk komunal di sekitar

taman sehingga dapat menunjang kenyamanan pada penghuni wisma

atlet yang duduk-duduk di daerah taman.

4. Penerapan Teknologi

Penerapan teknologi untuk menunjang kenyamanan thermal,

dapat berupa penggunaan bahan material Styrofoam yang dilapisi

pada dinding sebelum proses akhir pengolahan dinding. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi radiasi matahari terhadap bangunan

yang dapat meningkatkan suhu lingkungan. Selain penggunaan bahan

material, juga dapat menggunakan objek tanaman untuk mengatasi

radiasi matahari terhadap bangunan.

Penggunaan objek tanaman membutuhkan perawatan khusus

seperti penyiraman, pemupukan dan pengguntingan daun. Oleh sebab

itulah dibutuhkan sebuah sistem seperti menggunakan gondola untuk

mengerjakan perawatan tanaman tersebut. Foto V.3.7.1. Sistem servis menggunakan gondola

Sumber : Google web

Untuk mengurangi biaya perawatan yang mahal maka

dipilihlah tanaman yang perawatannya cukup mudah dan

membutuhkan jangka waktu lama untuk perawatan seperti tanaman

rosemary. Tanaman ini juga berfungsi untuk mengusir nyamuk

melalui wangi bunganya yang tertiup angin.

122  

Foto V.3.7.2. Tanaman rosemary

Sumber : Google web

Pada perancangan bangunan wisma atlet di Senayan akan

digunakan tanaman-tanaman yang di letakan di setiap balkon

ruangan dan juga penggunaan sun shading untuk mengurangi radiasi

matahari pada bangunan, sehingga kenyamanan thermal dalam

ruangan dapat tercapai.

V.3.8. Konsep Pencahayaan

Penggunaan sistem pencahayaan alami dan buatan pada setiap

ruangan pada wisma atlet. Perancangan mengikuti kondisi iklim yang

ada di Jakarta, dimana intensitas cahaya matahari cukup terang pada

siang hari. Oleh sebab itulah pemanfaatan cahaya alami perlu untuk di

terapkan untuk mengurangi penggunaan cahaya buatan. Gambar V.3.8.1. Pencahayaan alami pada bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Pembayangan yang terjadi akibat lekukan bangunan

Sinar matahari dapat dihalau dengan sun shading sehingga cahaya matahari yang masuk dapat terkontrol dengan baik.

Konsep desain dengan sun shading

123  

Pemanfaatan dari cahaya alami juga dapat dilakukan melalui

orientasi dan bentuk massa bangunan. Pada bangunan wisma atlet yang

berlokasi di Senayan menggunakan bentuk massa yang bergelombang

untuk menangkap cahaya matahari untuk masuk ke ruangan bangunan. Gambar V.3.8.2. Sirkulasi cahaya matahari

Sumber : Dokumentasi pribadi

V.3.9. Konsep Penghawaan

Sistem penghawaan juga menggunakan kombinasi antara

penghawaan alami dengan penghawaan buatan. Maksud dari penggunaan

sistem kombinasi ini adalah untuk menghemat konsumsi energi listrik

pada bangunan. Pada perancangan bangunan wisma atlet akan

menggunakan sistem waktu penggunaan penghawaan buatan.

Penghawaan buatan hanya akan diaktifkan pada jam-jam tertentu, seperti

malam hari dari jam 21.00 - 04.00 WIB. Untuk jam-jam di luar waktu

yang telah ditentukan menggunakan penghawaan alami. Gambar V.3.9.1. Sirkulasi udara alami

Sumber : Dokumentasi pribadi

Udara dominan dari arah selatan

Bentuk lengkung bangunan berfungsi untuk menangkap aliran udara

Area yang perlu penanganan khusus karena bagian samping bangunan langsung berhadapan dengan cahaya matahari Barat & Timur

U

124  

Agar dapat tercipta ventilasi silang maka massa bangunan

dirancang pipih dan bergelombang. Hal ini dimaksudkan agar bangunan

dapat menangkap udara ke dalam ruangan serta untuk membelokan

aliran udara yang melalui massa bangunan wisma atlet.

Untuk membelokan aliran udara dapat menggunakan tanaman-

tanaman seperti pepohonan, agar aliran angin yang datang tidak langsung

mengenai bangunan, tetapi mengenai tanaman terlebih dahulu sehingga

udara yang mengenai bangunan akan lebih baik dan bersih.

V.3.10. Konsep Utilitas 1. Plumbing

Berdasarkan kebutuhan air bagi penggunanya yaitu penghuni

wisma atlet, yang berdasarkan perhitungan yaitu :

Kebutuhan air bersih = volume air dingin + air hangat + air

kebakaran = 180.590L+ 209.510L+ 669.660L= 1.059.760L

Volume tangki bawah tanah = 40% x volume total

= 40% x 1.059.760L = 423.904L

= 450 m3 = 10m x 9m x 5m

Volume reservoir atas = 15% x volume total

= 15% x 1.059.760L = 158.964L

= 160 m3 = 8m x 5m x 4m

Perkiraan volume STP = 9m x 9m x 9m. Dimensi pipa

pembuangan air hujan 5” dan volume sumur resapan min. 32m3. Gambar V.3.10.1. Peletakkan bak penampungan air

Sumber : Dokumentasi pribadi

Peletakan reservoir atas

Peletakan reservoir bawah

125  

2. Instalasi Listrik

Kebutuhan listrik bersumber dari PLN, dialirkan ke gardu dan

melalui kabel-kabel tiang listrik di alirkanlah listrik ke ruang panel

induk pada bangunan. Setelah itu disalurkan ke panel-panel yang ada

pada setiap lantai. Dari setiap panel yang pada masing-masing lantai,

listrik di salurkan ke setiap ruangan yang membutuhkan.

Jika terjadi pemadaman lampu oleh PLN maka penggunaan

listrik yang berasal dari genset sangat diperlukan sebagai alternatif

sementara sampai listrik dari PLN hidup kembali. Karena mesin

genset yang diperlukan cukup besar maka mesin genset diletakan

pada ruang khusus yang ada di semi basement, agar tidak menggangu

aktivitas manusia.

3. Pengolahan Air Limbah

Air kotor yang berasal dari kamar mandi akan di tampung di

sumur resapan. Dari sumur resapan air akan mengalami proses

penyaringan dan air yang sudah bersih di tampung kembali untuk

digunakan untuk kebutuhan seperti menyiram tanaman, menyiram

kloset.

Air kotor yang berasal dari dapur sebelum dialirkan ke sumur

resapan, air yang mengandung lemak tersebut akan disaring oleh

penangkap lemak, dan setelah itu baru dialirkan ke sumur resapan. Gambar V.3.10.2. Penangkap lemak

Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi

Air yang berasal dari air hujan akan ditampung di sebuah

tangki, dan akan dimanfaatkan kembali untuk mencuci piring,

menyiram tanaman.

126  

4. Pengolahan Sampah

Sampah dibuang ke shaft penampungan sementara yang

berada di semi basement yang kemudian akan diangkut oleh truck

servis ke TPA.

5. Antisipasi Kebakaran

Bangunan akan menggunakan kosntruksi tahan api, yang

dapat menahan api minimal 2 jam agar penghuni dapat

menyelamatkan diri. Setiap komponen bangunan menggunakan

sistem ini, terutama pada bagian lift dan tangga darurat.

Penempatan tangga darurat tiap jarak 60 meter dengan radius

jangkauan kurang dari 30 meter. Sistem deteksi seperti smoke

detector, sprinkleri, diletakan pada setiap ruangan dan koridor

bangunan. Pemadam api berupa hidran di letakkan dekat tangga

darurat.

6. Penangkal Petir

Pada bangunan wisma atlet akan dipasang 2 buah penangkal

petir sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan

yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan

luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam

radius sekitar 125 m.

Sistem ini dianggap cocok karena cukup efisien tidak perlu

kepala penangkap petir yang banyak, cukup satu tiang yang di

salurkan ke tapak bumi. Jangkauan yang dilindungi cukup besar

sangat cocok sekali karena di sekitar bangunan terdapat area publik

dan pepohonan yang tinggi-tinggi.

V.3.11. Konsep Sistem Struktur

• Pondasi yang akan digunakan adalah kombinasi antara tiang pancang

dan bored pile karena dapat menahan beban yang cukup besar serta

tidak menimbulkan kebisingan atau gangguan lain pada lingkungan

sekitar pembangunan.

• Sistem struktur yang akan digunakan pada bangunan wisma atlet

adalah sistem struktur rangka dan konstruksi beton bertulang, karena

127  

konstruksi tersebut cukup kuat, tahan lama dan tidak dapat berkarat.

Untuk bentang lebar akan di gunakan truss, karena jangkauannya

yang cukup besar yaitu 8m – 24m.

• Jenis penutup atap bangunan, akan menggunakan roof garden dan

perpaduan atap skylight. penggunaan sistem ini sesuai dengan topik

yang telah diterapkan pada bangunan wisma atlet di Senayan yaitu

green design. Selain itu juga bertujuan untuk menciptakan

kenyamanan thermal suhu pada ruang yang berhubungan langsung

dengan atap bangunan. Gambar V.3.11.1. Proses pemasangan roof garden

Sumber : Web google

• Modul yang akan digunakan dalam bangunan wisma atlet di Senayan

ini adalah modul perencanaan dan modul struktur. Dengan modul

ini, ukuran unit hunian dapat disesuaikan dengan modul struktur

rangka sehingga kebutuhan luas ruang terpenuhi dan bahan struktur

yang digunakan dapat dihemat.

• Material yang akan digunakan adalah : Tabel V.3.11.1. Penggunaan bahan material

Lantai Dinding Pelapis Dinding

Plafond

Granit Hebel Cat Gypsum

Sumber : Dokumentasi pribadi

Pertimbangan penggunaan bahan material berdasarkan dari efisiensi

dari bahan tersebut dan dampak dari bahan material tersebut terhadap

bangunan serta yang paling penting adalah dapat menunjang

kenyamanan thermal bagi penghuninya.

128  

• Area parkir, plaza, dan pedestrian, menggunakan material yang dapat

meresapkan air hujan ke tanah seperti konblok atau grassblock.

Dengan begitu penyerapan air akan lebih maksimal dan akan

terhindar dari resiko banjir. Gambar V.3.11.2. Grassblock

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google