BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Industri ...repository.unwira.ac.id/3707/6/BAB...
-
Upload
nguyenthuy -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Industri ...repository.unwira.ac.id/3707/6/BAB...
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Industri Kecil Furniture Kayu
5.1.1 Bahan Baku Dan Peralatan Industri Furniture Kayu Di Kecamatan
Kelapa Lima.
Bahan baku industri kerajinan funiture kayu merupakan faktor prouksi
mutlak yang harus ada yaitu kayu. Berbagai macam jenis kayu yang digunakan
sebagai bahan kerajinan furniture kayu yaitu jati, bayur, mahoni, lamtoro, nangka,
kayu hutan dan lain-lain. Hampir semua jenis kayu digunakan sebagai bahan baku
kerajinan furniture kayu. Akan tetapi jenis kayu yang bagus digunakan sebagai
bahan baku tidak banyak, hanya beberapa jenis saja yaitu yang mempunyai
karakteristik keras, tahan lama, mempunnyai serat dan warna yang bagus, tidak
mudah bengkok dan tahan terhadap penyakit kayu. Kayu yang mempunyai
kualitas bagus dan banyak digunakan sebagai bahan baku oleh industri kecil
kerajinan mebel di Kecamatan Kelapa Lima diantaranya yaitu kayu jati, bayur,
mahoni dan angka. Kualitas kayu yang digunakan sebagai bahan baku diatas
dibagi juga dalam beberapa kualitas menurut harga penjualan. Jika harga produk
murah digunakan kayu yang lebih muda umumnya terlihat pada diameter kecil
kayunya, dan jika harga produk lebi mahal dan berkualitas maka kayu yang
diguanakan adalah kayu yang tua dan berdaimeter besar.
Bahan baku yang digunakan industri dalam proses produksi, antara lain:
a) Kayu yang diperoleh dan membeli dari masyarakat sekitar dan daerah lain.
47
b) Paku, skrup, lem, dempul, ampelas, minyak tanah, bahan politur sirlak,
spritus, tiner, pewarna, cat dan gores.
c) Bahan tambahan seperti busa/spon, kaca, engsel, pegangan, kain, benang,
peer, kunci, assesoris dan lain-lain.
5.1.2 Peralatan Yang Digunakan Pada Industri Furniture Kayu
Peralatan yang digunakan pengusaha dalam proses produksi kerajinan
kayu berupa:
1. Peralatan mekanis yaitu dengan menggunakan tenaga listrik yaitu
peralatannya antara lain yaitu gergaji mesin, mesin pasrah, mesin bor, mesin
profil, mesin ampelas, mesin paku listrik, mesin tatah, mesin obeng, mesin
jahit, kompresor, mesin penggering dan lain-lain.
2. Peralatan manual terdiri dari pasrah manual, gergaji manual, palu, tatah atau
pahat, tatah ukir, tauto/raut, mistar, kuas, kain gosok politur dan lain-lain.
Penggunaan peralatan dalam industri mebel ini memerlukan keterampilan
serta keahlian khususbagi pekerja produksi, bagi dari segi pengoperasian alat
maupun kemampuan dalam membuat bentukan-bentukan kayu dengan
ketelitian tinggi untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan kualitas bagus.
5.1.3. Proses Produksi Industri Furniture Kayu
Proses produksi industri furniture kayu dilakukan beberapa tahan antara
lain:
1) Kayu gelondongan digergaji dengan mesin gergaji besar menurut bentuk
barang apa yang akan diproses selanjutnya.
2) Kayu dijemur sampai kering untuk menghilangkan kadar air.
48
3) Kayu digergaji/dipotong lagi dengan mesin atau manual yang lebih kecil
berdasarkan ukuran dan model produksi.
4) Kayu dipasrah untuk mendapatkan lapisan kayu yang lebih halus.
5) Kemudian kayu dirakit sesuai dengan model yang diinginkan menggunakan
lem, paku/skrup.
6) Setelah menjadi bentuk yang diinginkan kemudian dijemur lagi agar kadar air
betul-betul hilang dan untuk menggeringkan rakitan-rakitan lem.
7) Kemudain diampelas untuk menghaluskan dan meratakan permukaan kayu.
8) Kayu didempul pada sisi yang berlubang-lubang atau rusak.
9) Kemudian dilapisi dengan cairan yang bisa menutupi pori-pori
10) Setelah kering kemudian permukaan kayu dibersihkan lagi dengan kain.
11) Setelah kayu dipolitur atau disepet sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk bahan tambahan seperti spon, kain, benang, engsel, peer, kaca,
pegangan, kunci, lis, grendel, dan lain-lain, maka digunakan setelah barang selesai
difinishing dengan cara politur ataupun disepet dan pemasangan bahan tambahan
ini disesuaikan dengan produk yang akan dohasilkan. Misalnya kaca akan
dipasangkan pada meja rias, spon dan kain pada tamu dan lain-lain.
5.1.4 Pemasaran Hasil Produksi Industri Furniture Kayu
Pemasaran hasil produksi kerajinan industri kecil furniture kayu di
Kecamatan Kelapa Lima langsung dijual di tempat mereka melakukan produksi
dan tidak dijual ditoko-toko besar, karena memang tempat/lokasi mereka
mendirikan industri furniture kayu berada di sepanjang jalan. Dalam hal ini pelaku
49
usaha juga menerima pesanan dari luar kota kupang maupun kota-kota lainnya di
Indonesia. Dan cara penyerahan barang dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Ditempat pembeli atau konsumen, maka harga akan lebih tinggi karena
ditambah ongkos angkut.
b) Ditempat produksi, yaitu pembeli langsung datang ketempat industri dan
membeli produk furniture kayu sehinnga tidak ada ongkos angkut.
5.1.5 Jam Kerja Industri Furniture Kayu Di Kecamatan Kelapa Lima
Jam kerja yang digunakan oleh industri kecil furniture kayu di
Kecamatan Kelapa Lima berdasarkan status tenaga kerja, kalau tenaga kerja
borongang jam kerjanya tidak tentu karena mereka bekerja sesuai dengan
keinginan mereka dengan para pemilik usaha. Sedangkan tenaga kerja bukan
tenaga kerja borong mereka bekerja mulai dari jam 08.00-05.00 wita. Rata-rata
jam kerja mereka 8 jam per hari.
Lamanya tenaga kerja bekerja di industri furniture kayu di Kecamatan Kelapa
Lima sekitar 8 bulan samapi yang palin lama 1 tahun. Di karena tenaga kerja yang
bekerja di industri tersebut kebanyakan berasal dari luar kota kupang.
5.1.6 Jumlah Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi
menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi
produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input
untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum.
50
Tabel 5.1
Distribusi Persentase Responden Pengusaha Industri Furniture Kayu Di
Kecamatan Kelapa Lima Berdasarkan Jumlah Produksi Per Unit/Perbulan Pada
Tahun 2018
Jumlah produksi
per unit/per bulan
Frekuensi Presentase (%)
10 – 19 5 9,81
20 – 29 20 39,21
30 – 45 11 21,56
46 – 55 0 0
56 – 60 10 19,61
≥ 60 5 9,81
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun, 2018
Berdasarkan jumlah total produksi furniture kayu, sebanyak 5 atau 9,81%
responden industri furniture kayu mampu memproduksi sebanyak lebih dari 60
unit/bulan. Sedangkan sebanyak 11 atau 21,56% responden industri furniture
kayu di kecamatan kelapa lima mampu memproduksi sebanyak 30-45 unit per
bulan. Sementara itu, sebanyak 5 atau 9,81% responden industri furniture kayu
hanya mampu menghasilkan sebanyak 10-19 unit per bulan. Dan jumlah
responden yang paling banyak memproduksi adalah sebanyak 20 atau 39,21%
responden industri furniture kayu memproduksi sebanyak 20-29 unit per bulan.
5.1.7 Responden Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin
Bedasarkan hasil penelitian jumlah responden berdasarkan umur dan
jenis kelamin di kecamatan kelapa lima kota kupang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
51
Tabel 5.2
Jumlah Dan Jenis Kelamin Responden Menurut Kelompok Umur Di kecamatan
Kelapa Lima Pada Tahun 2018
Umur Responden
(Tahun)
Jumlah Responden
(orang )
Jenis kelamin Persentase
(%)
25 – 30 9 Laki-laki 18
31 – 35 6 Laki-laki 12
36 – 40 12 Laki-laki 24
41 – 45 10 Laki-laki 20
46 – 50 8 Laki-laki 16
51 – 55 3 Laki-laki 6
56 – 60 3 Laki-laki 6
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2018
Ditinjau dari jenis kelamin pada tabel 4.5 maka pada dasarnya laki-laki
masih memiliki peranan besar dibandingkan perempuan. Kondisi ini berkaitan
langsung dengan posisi laki-laki yang menjalankan usaha ini sudah sejak lama.
Karena indutri pengolahan yang membutuhkan tenaga dan kerja keras, maka
posisi laki-laki dominan atas pekerjaan ini. Dari 51 responden, 51 atau 100 persen
adalah laki-laki dan 0% adalah perempuan. Sebagian besar responden usaha
industri furniture kayu berada dalam usia yang produktif, usia paling rendah
antara 25 – 30 hanya terdapat 9 atau 18% orang responden dan usia paling tinggi
antara 56 – 60 hanya 3 atau 6% orang responden di Kecamatan Kelapa Lima Kota
Kupang.
5.1.8 Pendidikan Responden
Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan terakhir responden bervariasi.
Jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir pada usaha industri furniture
kayu di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
52
Tabel 5.3
Jumlah Dan Presentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di
Kecamatan Kelapa Lima Pada Tahun 2018
Tingkat pendidikan Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)
Tidak tamat SD 0 0
Tamat SD 6 11,77
Tamat SMP 20 39,22
Tidak tamat SMP 6 11,77
Tidak tamat SMA 7 13,72
Tamat SMA 12 23,52
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2018
Tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan paling rendah yaitu SD
sebanyak 6 orang responden atau 11,80% kemudian disusul dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 7 orang responden atau 13,90% dan tingkat
pendidikan yang paling banyak yaitu SMP sebanyak 20 orang responden atau
39,54% pada usaha industri furniture kayu di Kecamatan Kelapa Lima.
Tingkat pendidikan akan berkaitan dengan pola pikir pekerja. Namun
demikian untuk kegiatan usaha industri furniture kayu tidak berdampak sangat
signifikan, hal ini berkaitan baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung
terhadap jenis usaha yang mereka lakukan dimana, kapan, dan oleh siapa pun
karena bisa bekerja. Tingkat pendidikan sendiri baru akan terlihat pada sistem
manajemen pengolahan produksi yang mereka lakukan diikuti dengan
pengalaman usaha yang mereka dapatkan.
5.1.9 Klasifikasi Tenaga Kerja Berdasarkan Kualitasnya
Berdasarkan hasil penelitian, kualitas tenaga kerja yang bervariasi.
Jumlah tenaga kerja yang ada pada industri furniture kayu di Kecamatan Kelapa
Lima Kota Kupang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
53
Tabel 5.4
Distribusi Persentase Responden Pengusaha Industri Furniture Kayu Di
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Berdasarkan Kualitas Tenaga Kerja
Kualitas Tenaga Kerja Frekuensi Presentase %
Tenaga kerja terdidik 72 34
Tenaga kerja terlatih 54 25
Tenaga kerja tidak
terlatih dan tidak terlatih
87 41
Total 213 100
Sumber : hasil pengolahan data primer, 2018
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kualitas tenaga kerja yang
paling rendah yaitu tenaga kerja terlatih sebanyak 54 orang tenaga kerja atau 25%
kemudian disusul dengan tingkat kualitas tenaga kerja terdidik sebanyak 72 orang
tenaga kerja atau 34% dan tingkat kualitas tenaga kerja yang paling banyak yaitu
sebanyak 87 orang tenaga kerja atau 41% pada usaha industri furniture kayu di
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
5.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini respondennya adalah para pengusaha yang memiliki
usaha industri furniture kayu yang ada di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
Adapun variabel yang diteliti adalah jumlah modal responden, jumlah tenaga
kerja, jumlah upah responden dan jumlah pendapatan responden.
5.2.1 Jumlah Modal Responden
Menurut hasil penelitian dari 51 jumlah sampel usaha industri furniture
kayu di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Berikut perhitungan jumlah
modal yang digunakan oleh pengusaha indutri furniture kayu di Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang. Perhitungan modal dalam penelitian ini menggunakan
54
pendekatan biaya, besarnya biaya yang dikeluarkan usaha industri furniture kayu
dalam jangka waktu satu bulan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap terdiri dari peralatan dan perlengkapan sedangkan biaya variabel terdiri dari
bahan baku kayu, cat, kunci, paku, lem, thiner, oranmen-ornamen, biaya
pemeliharaan dan lain-lain berdasarkan hasil penelitian perhitungan besarnya
modal usaha industri furniture kayu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5
Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Modal Yang Digunakan Di Kecamatan
Kelapa Lima pada Tahun 2018
N
o
Jumlah Modal (Rp) Jumlah Responden
(orang)
Presentase (%)
1 10.000.000 - 20.000.000 14 27,45
2 21.000.000 - 30.000.000 14 27,45
4 41.000.000 - 50.000.000 15 29,42
4 51.000.000 - 60.000.000 3 5,89
5 71.000.000 - 80.000.000 1 1,97
6 81.000.000 - 90.000.000
7 91.000.000 - 100.000.000
≥ 100 4 7,82
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.4 menurut hasil penelitian dari 51 jumlah sampel
menunjukkan bahwa jumlah modal yang dikeluarkan oleh pengusaha industri
furniture kayu berbeda–beda. Adapun responden yang mengeluarkan modal yang
paling rendah antara Rp10.000.000 - Rp20.000.000 juta sebanyak 14 atau 27,45%
responden, sedangkan responden yang mengeluarkan modal yang paling tinggi
sebesar Rp100.000.000 juta adalah sebanyak 4 atau 7,82% orang responden.
Sedangkan sumber modal yang digunakan dalam menjalankan proses
produksinya, unit usaha menggunakan bantuan pinjaman modal dari berbagai
pihak baik berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman dari berbagai pihak.
55
Tabel 5.6
Distribusi Persentase Responden Pengusaha Industri Furniture Kayu Di
Kecamatan Kelapa Lima Menurut Sumber Modal Pada Tahun 2018
Sumber modal Frekuensi Persentase (%)
Modal sendiri 13 25,50
Modal pinjam 38 74,50
Pihak ketiga 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2018
Untuk kota kupang, pengusaha furniture kayu yang menggunakan modal
usaha yang berasal dari modal sendiri sebanyak 13 orang responden atau sebesar
25,50 persen, untuk usaha yang sumber modalnya yang berasal dari pinjaman
sebanyak 38 orang responden atau sebesar 74,50 persen.
5.2.2 Tenaga Kerja
Tenaga kerja berkaitan dengan tenaga kerja yang pemilik usaha industri
furniture kayu gunakan, apakah menggunakan tenaga kerja yang berasal dari
keluarga atau berstatus buruh. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 5.7
Jumlah Responden Pengusaha Industri Furniture Kayu Di Kecamatan Kelapa
Lima Menurut Status Tenaga Kerja Pada Tahun 2018
Status tenaga kerja Frekuensi Presentase (%)
Bekerja sendiri 2 4
Bekerja dibantu anggota keluarga 0 0
Pekerja keluarga dengan upah 1 2
Buruh dengan upah 48 94
Jumlah 100
Sumber : hasil pengolahan data prime, 2018
Untuk pengusaha industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota
kupang, pada umumnya mereka memperkerjakan yang tenaga kerja yang berasal
56
dari keluarga yang dibayar dengan upah kerja, dimana sebesar 1 orang responden
atau sebesar 2% berstatus pekerja keluarga dengan upah. Sebesar 0 responden
atau 0 persen pekerja usaha industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota
kupang bekerja dibantu anggota keluarga tanpa upah. Sedangkan untuk pekerja
furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota kupang yang memperkerjakan
tenaga kerja buruh dengan upah sebesar 48 orang responden atau sebesar 94% .
5.2.3 Besarnya Upah
Dalam proses produksi tenaga memperoleh pendapatan sebagai balas jasa
dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Upah merupakan variabel yang
sangat vital bagi kelangsungan industri furniture kayu.
Tabel 5.8
Distribusi Presentase Responden Pengusaha Furniture Kayu Berdasarkan
Besarnya Upah Di Kecamatan Kelapa Lima Pada Tahun 2018
Besar upah (Rp) Frekuensi Presentase (%)
100.000 – 1.000.000 48 94
1.100.000 – 2.000.000 2 4
2.100.000 – 3.000.000 0 0
3.100.000 – 4.000.000 1 2
4.100.000 – 5.000.000 0 0
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2018
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari 51 responden. Responden
pengusaha industri furniture kayu yang memberikan upah kepada pekerjanya
sebesar Rp100.000 – Rp1.000.000.000 per bulan dengan presentase 94% atau
sebanyak 48 responden. Dengan upah yang paling besar yang diterima oleh tenaga
kerja adalah sebesar ≥ Rp4.000.000 atau 1% responden.
57
5.2.4 Jumlah Pendapatan Responden
Pendapatan merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh setiap
pengusaha industri furniture kayu maupun pengusaha di bidang lain. Adapun
jumlah pendapatan yang diterima oleh pengusaha industri furniture kayu, dapat di
lihat pada tabel berikut.
Tabel 5.9
Distribusi Presentase Pengusaha Furniture Kayu Berdasarkan Jumlah Pendapatan
Yang Diperoleh Di Kecamatan Kelapa Lima Pada Tahun 2018
No Jumlah pendapatan Frekuensi Presentase (%)
1 ≤ Rp 5.000.000 1 2
2 Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000 20 39,30
3 Rp 10.000.001 – Rp 15.000.000 17 33,70
4 Rp 15.000.001 – Rp 20.000.000 3 5,90
5 ≥ Rp 20.000.000 10 19,70
Jumlah 51 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer,2018
Berdasarkan hasil penelitian dari 51 responden tentang pendapatan yang
diperoleh oleh pengusaha industri furniture kayu di Kecamatan Kelapa Lima.
Responden yang memiliki pendapatan yang paling rendah terdapat 1 atau 2%
orang responden dengan total pendapatannya antara 4.500.000 – 4.950.000,
sedangkan responden yang memiliki pendapatan yang paling tinggi sebanyak 24
atau 48% orang responden dengan total pendapatan yang diperoleh sebesar Rp
15.000.000.
5.3 Analisis Data
5.3.1 Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang
berdistribusi normal atau tidak model regresi yang baik adalah memiki distribusi
58
data normal atau mendekati normal. Metode yang lebih bagus adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal
dan ploting data residual akan membandingkan dengan garis diagonal. Tetapi
dengan cara ini sangat fatal karena pengambilan keputusan data berdistribusi atau
tidak normal hanya berpatok pengamatan gambar saja. Tetapi disini saya mau
mengambil cara lain untuk bisa menentukkan data berdistribusi normal atau
dengan menggunkan rasio skewnees dan kurtosis.
Gambar 5.1
Histogram dan normal p-plot hasil uji normalitas
Skewness Kurtosis
Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual .987 .333 2.162 .656
Valid N (listwise)
Berdasarkan hasil output SPSS diatas maka dapat disimpulkan bahwa
rasio skewnes = 0,987/0,481 = 2,051 sedangkan rasio kurtosis = 2,162/0,656 =
3,295. Karena rasio skewness dan kurtosis tidak berada diantara -2 hingga +2,
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.
59
5.3.2 Uji Multikolineritas
Tabel 5.10
Hasil perhitungan Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 210879.647 1.577E6
.134 .894
MODAL KERJA .080 .036 .193 2.250 .029 .528 1.893
TENAGA KERJA 2.552E6 313286.047 .660 8.147 .000 .591 1.693
UPAH 2.005 .510 .265 3.930 .000 .854 1.171
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Berdasarkan hasil dari output multikolineritas diatas bahwa seluruh
variabel independent memiliki nilai VIF >10 maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi ini memiliki masalah multikolineritas.
5.3.3 Uji Autokorelasi
Tabel 5.11
Hasil Perhitungan Model Summary
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .904a .818 .806 6941832.159 2.381
a. Predictors: (Constant), UPAH , TENAGA KERJA , MODAL KERJA
b. Dependent Variable: PENDAPATAN
Berdasarkan hasil output SPSS 16 diatas kita dapat menetapkan nilai
Durbin-Watson sebesar 2.381, nilai ini kita bandingkan dengan nilai tabel
Durbin-Watson dengan k = 3 dan n = 51 di dapat nilai d1 = 0.046 dan du = 0,255
60
oleh karena nilai durbin watson 2.381 berada di atas nilai du=0,046 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi antara residual.
5.3.4 Uji Heteroskedasitas
Gambar 5. 2
Scatterplot hasil uji heteroskedasitas
Berdasarkan hasil yang terdapat pada grafik scatterplots terlihat bahwa
titik-titik tidak menyebar secara acak baik diatas maupun di bawah angka o pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan terjadi heteroskedasitas pada model regresi.
Hasil uji Glejser yang meregresi nilai absolut dari residual (pendapatan_ res1)
terhadapvariabel independent modal kerja, tenaga kerja dan upah.
61
5.3.5 Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil analisis regresi linear berganda digunakan untuk menentukan ada
tidaknya pengaruh antara modal kerja (x1), tenaga kerja (x2) dan upah (x3)
dengan pendapatan (Y) industri furniture kayu. Hasil hitung dapat dilihat pada
tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 5.12
Hasil Perhitungan Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 210879.647 1.577E6 .134 .894
MODAL .080 .036 .193 2.250 .029
TENGA
KERJA 2.552E6 313286.047 .660 8.147 .000
UPAH 2.005 .510 .265 3.930 .000
Sumber: Hasil Olahan Spss 16,2018
Berdasarkan data dalam tabel 4.12 di atas, maka persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut;
Y = 210879.647 + 0.080X1 + 0.25526X2 + 2.005X3
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan:
a. Nilai konstanta sebesar 210879.647 menunjukkan bahwa pada saat modal
kerja, tenaga kerja, upah responden yang bekerja bernilai konstan, maka
pendapatan industri furniture kayu diperkirakan sebesar 210879.647
ribu/bulan.
b. Koefisien regresi dari variabel modal kerja sebesar 0.080 yang berarti
bahwa setiap kenaikan satu tahun modal kerja, maka akan meningkatkan
pendapatan industri furniture kayu sebesar 0.080 ribu/bulan.
62
c. Koefisien regresi dari variabel tenaga kerja sebesar 2.5526 yang berarti
bahwa setiap kenaikan satu tahun tenaga kerja, maka akan meningkatkan
pendapatan industri furniture kayu 2.5526 sebesar ribu/bulan.
d. Koefisien regresi dari variabel upah sebesar 2.005 yang berarti bahwa
setiap kenaikan upah bagi tenaga kerja, maka akan meningkatkan maka
akan meningkatkan pendapatan industri furniture kayu sebesar 2.005
ribu/bulan.
B0 = 210879.647 artinya modal kerja (X)tidak berubah atau konstan (tetap),
maka pendapatan industri furniture kayu (Y) kecamatan kelapa lima kota
kupang.
β1 = 0.080 artinya apabila terjadi perubahan modal kerja sebesar 1% akan
menyebabkan peningkatan pendapatan industri furniture kayu di
kecamatan kelapa lima kota kupang sebesar 0.080.
5.3.5.1 Pengujian Hipotesis
5.3.5.1.1 Pengujian secara parsial (menggunakan uji “t” atau uji keberartian
koefisien)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Dalam regresi menggunakan analisis Uji Parsial pengaruh
modal kerja, tenaga kerja, dan upah, terhadap pendapatan industri furniture kayu
di kecamatan kelapa lima kota kupang dengan menggunakan Program SPSS versi
16 diperoleh hasil sebagai berikut:
63
Tabel 5.13
Hasil perhitungan Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 210879.647 1.577E6
.134 .894
MODAL KERJA .080 .036 .193 2.250 .029 .528 1.893
TENAGA KERJA 2.552E6 313286.047 .660 8.147 .000 .591 1.693
UPAH 2.005 .510 .265 3.930 .000 .854 1.171
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Berdasarkan hasil output SPSS diatas kita dapat melihat dimana nilia f dari
masing-masing variabel dapat di lihat pada kesimpulan dibawah ini;
1. Modal (X1)
Hasil perhitungan statistik diperoleh untuk variabel modal (X1), diperoleh
nilai t-hitung sebesar 2,250 dengan signifikansi t sebesar 0,029. Dengan
menggunakan signifikansi (α) 0,05 dan df (degree of freedom) sebesar 94, maka
diperoleh nilai t-tabel sebesar 70,225. Maka diperoleh t-hitung (2,250) > t-tabel
(70,225) menunjukkan bahwa modal memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota
kupang pada tingkat signifikansi 5 persen.
2. Tenaga kerja (X2)
Hasil perhitungan statistik diperoleh untuk variabel tenaga kerja (X2),
diperoleh nilai t-hitung sebesar 8,147 dengan signifikansi t sebesar 0,000. Dengan
menggunakan signifikansi (α) 0,05 dan df (degree of freedom) sebesar 94, maka
diperoleh nilai t-tabel sebesar 70,225. Maka diperoleh t-hitung (8,147) > t-tabel
(70,225) menunjukkan bahwa upah memiliki pengaruh positif dan signifikan
64
terhadap pendapatan industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima pada
tingkat signifikansi 5 persen.
3. Upah (X3)
Hasil perhitungan statistik diperoleh untuk variabel upah (X3), diperoleh
nilai t-hitung sebesar 3,390 dengan signifikansi t sebesar 0,000. Dengan
menggunakan signifikansi (α) 0,05 dan df (degree of freedom) sebesar 94, maka
diperoleh nilai t-tabel sebesar 70,225. Maka diperoleh t-hitung (3,390) > t-tabel
(70,225) menunjukkan bahwa upah memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota
kupang pada tingkat signifikansi 5 persen.
5.3.5.1.2 Pengujian secara simultan (menggunakan uji “F” atau uji
linearitas)
Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independent didalam model
dapat dilakukan dengan uji simultan atau uji linearitas (Uji-F). Uji simultan F
pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependent.
Tabel 5. 14
Hasil perhitungan Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.015E16 3 3.384E15 70.225 .000a
Residual 2.265E15 47 4.819E13
Total 1.242E16 50
a. Predictors: (Constant), UPAH , TENAGA KERJA , MODAL KERJA
b. Dependent Variable: PENDAPATAN
65
Berdasarkan hasil dari output SPSS ANOVA di atas memberikan nilai
uji F statistik 70.225 diperoleh nilai probabilitas F sebesar 0.000 < 0,05 sehingga
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan Bahwa
ketiga variabel independent modal kerja (x1), tenaga kerja (x2), dan upah (x3)
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pendapatan (Y) industri
furniture kayu di kecamatan kelapa lima.
5.3.5.1.3 Pengujian koefisien determinasi menggunakan uji “R2”
Tujuan analisis koefisien regresi determinasi adalah untuk menghitung
besarnya kemampuan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 5. 15
Hasil perhitungan model summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .904a .818 .806 6941832.159
a. Predictors: (Constant), UPAH , TENAGA KERJA , MODAL KERJA
Berdasarkan hasil output SPSS model summary menunjukkan besarnya
nilai adjusted R2 sebesar 0.806 yang berarti variasi tiga variabel independent
modal kerja (x1), tenaga kerja (x2) dan upah (x3) mampu menjelaskan 80.6%
variasi variabel pendapatan (Y) industri furniture kayu di Kecamatan Kelapa Lima
Kota Kupang. Jadi model regresi sangat baik, sedangkan sisanya 19.4% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
66
5.4 Pembahasan Dan Interpretasi Hasil
Dalam regresi pengaruh modal kerja, tenaga kerja dan upah terhadap
pendapatan industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota kupang, dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Pengaruh modal terhadap pendapatan industri furniture kayu
Berdasarkan hasil regresi ditemukan bahwa besarnya modal kerja
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan industri industri
furniture kayu di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Jika diasumsikan
semua variabel independent lain tetap, maka setiap kenaikan 1 persen
modal akan meningkatkan 0,080 persen pendapatan industri furniture kayu
di kecamatan kelapa lima kota kupang.
2. Pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan industri furniture kayu.
Berdasarkan hasil regresi ditemukan bahwa tenaga kerja berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pendapatan industri industri furniture kayu
di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Jika diasumsikan semua
variabel independent lain tetap, maka setiap kenaikan 1 orang tenaga kerja
akan meningkatkan 2.5526 persen pendapatan industri furniture kayu di
kecamatan kelapa lima kota kupang.
3. Pengaruh upah terhadap pendapatan industri furniture kayu Berdasarkan
hasil regresi ditemukan bahwa besarnya upah berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pendapatan industri industri furniture kayu di Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang. Jika diasumsikan semua variabel independent
67
lain tetap, maka setiap kenaikan 1 persen upah akan meningkatkan 2.005
persen pendapatan industri furniture kayu di kecamatan kelapa lima kota
kupang.