BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah...

12
BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara 7º02’-7º50’ lintang selatan dan 109º97’-108º25’ bujur timur (BT). Batas-batas wilayah di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut. Luas wilayah Kabupaten Tasikmalaya adalah 271.252 hektar dan 220.045 hektar diantaranya dipergunakan sebagai lahan pertanian dan 51.207 hektar merupakan lahan bukan pertanian. Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas 39 kecamatan yang dibagi lagi atas 351desa dan kelurahan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah perbukitan, khususnya di daerah Timur kabupaten. Beberapa berupa pegunungan, seperti yang terletak di bagian barat laut dimana terdapat pegunungan Galunggung.Ketinggian rata-rata dari kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter dpl.Hanya 13,05% bagian dari kabupaten yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian dari 0 hingga 200 meter diatas permukaan laut (DPL). Sisanya menjulang hingga ketinggian puncak Gunung Galunggung 2.168 meter. Perekonomian Tasikmalaya umumnya bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan perikananserta sektor pertambangan, seperti pasir Galunggung yang memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan. Komoditi unggulan Kabupaten Tasikmalaya sektor pertambangan lainnya adalah emas, andesit, batu gamping, bentonit, bijih besi, pasir besi. Pada sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa kakao, kopi, kelapa, karet, cengkeh, lada, nilam dan teh. Pada sektor pariwisata didominasi oleh wisata alam, wisata adat dan budaya. 39

Transcript of BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah...

Page 1: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

BAB V

GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara 7º02’-7º50’

lintang selatan dan 109º97’-108º25’ bujur timur (BT). Batas-batas wilayah di

sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya,

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah Selatan berbatasan

dengan Samudra Indonesia, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Garut. Luas wilayah Kabupaten Tasikmalaya adalah 271.252 hektar dan 220.045

hektar diantaranya dipergunakan sebagai lahan pertanian dan 51.207 hektar

merupakan lahan bukan pertanian. Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas 39

kecamatan yang dibagi lagi atas 351desa dan kelurahan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah

perbukitan, khususnya di daerah Timur kabupaten. Beberapa berupa pegunungan,

seperti yang terletak di bagian barat laut dimana terdapat pegunungan

Galunggung.Ketinggian rata-rata dari kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter

dpl.Hanya 13,05% bagian dari kabupaten yang terletak di dataran rendah dengan

ketinggian dari 0 hingga 200 meter diatas permukaan laut (DPL). Sisanya

menjulang hingga ketinggian puncak Gunung Galunggung 2.168 meter.

Perekonomian Tasikmalaya umumnya bertumpu pada sektor pertanian,

peternakan, dan perikananserta sektor pertambangan, seperti pasir Galunggung

yang memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan

perdagangan. Komoditi unggulan Kabupaten Tasikmalaya sektor pertambangan

lainnya adalah emas, andesit, batu gamping, bentonit, bijih besi, pasir besi. Pada

sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa kakao, kopi, kelapa,

karet, cengkeh, lada, nilam dan teh. Pada sektor pariwisata didominasi oleh

wisata alam, wisata adat dan budaya.

39  

Page 2: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

Gambar 4 Peta lokasi Kabupaten Tasikmalaya

Wilayah Kecamatan Cipatujah berjarak sekitar 75 Km dari Ibukota

Kabupaten Singaparna.Akses menuju Kecamatan Cipatujah tersedia transportasi

umum menyusuri jalan beraspal yang cukup lebar dari Kota Tasikmalaya atau

Singaparna. Kecamatan Cipatujah terdiri dari tanah darat, tanah sawah, hutan,

sungai serta pegunungan, dengan luas 24.465,450 Ha. Kecamatan Cipatujah

merupakan kecamatan yang terluas di Kabupaten Tasikmalaya. Topografi

Kecamatan Cipatujah terdiri dari 2 bagian, yaitu dataran sepanjang daerah timur

hingga selatan dan perbukitan landai tinggi sepanjang daerah utara hingga barat

yang terdiri dari 15 desa. Keadaan tanah umumnya berupa pasir yang

mengandung pasir besi, terutama dibagian garis pantai selatan sedangkan daerah

utara, tanahnya merupakan tanah biasa yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan

pertanian. Kondisi geografis yang beragam memunculkan pemanfaatan yang

beragam pula. Pada dataran rendah, terdapat banyak pohon kelapa, albasiah dan

padi tadah hujan. Pada daerah tepi pantai, terdapat kegiatan pengerukan pasir besi

seperti dibagian Barat Desa Ciheras, Ciandum dan CikawungAding.

Kondisi sarana jalan umum pada desa yang ada di Kecamatan Cipatujah

kurang dari memuaskan.Kondisi jalan terparah adalah jalur menuju Desa

Ciandum, Ciheras, Pamayang, dan Cikawungading yang mengalami kerusakan

hingga Desa Kalapagenep.Dapat kita lihat pada Tabel 4, ruas jalan Cipatujah-

Kalapagenep dengan total panjang 33,74 Km hanya 1,2 Km yang baik pada tahun

2011. Selebihnya dalam kondisi rusak sedang, rusak ringan dan rusak berat.Ini

menunjukkan kondisi dimana, keberadaan jalan tidak akan mampu melayani

aktivitas masyarakat.

40  

Page 3: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

Tabel 4 Panjang Kerusakan Kondisi Jalan Ruas Cipatujah Kalapagenep 2011Ruas Jalan Kondisi Panjang (Km)Cipatujah - Kalapagenap Baik 1,2Panjang 33,740 Km Sedang 5,95Lebar (4,5 - 5 M) Rusak Ringan 17,24

Rusak Berat 9,35Jumlah 33,74Sumber : Dinas Bina Marga Prov. Jabar (2012) Kondisi jalan lebih sulit lagi dan nyaris tak bisa dijangkau pada saat

hujan.Kerusakan ini diakibatkan olehbanyaknya kegiatan penambangan terutama

penambangan pasir besi di Kecamatan Cipatujah beberapa tahun terakhir.

5.2 Sosio Demografi Wilayah Penelitian

5.2.1 Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

Kecamatan Cipatujah adalah yang terluas di Kabupaten Tasikmalaya.

Mayoritas penduduknya adalah etnis sunda priyangan. Jumlah penduduk pada

tahun 2011 adalah sebanyak 61.631 jiwa dengan rincian laki-laki 30.865 jiwa,

perempuan 30.766 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari 17.163 kepala keluarga

dengan kepadatan penduduk adalah 370 Jiwa/ Ha.

Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani, diikuti pedagang

dan nelayan dengan jumlah persentase petani 45%, pedagang 25%, Nelayan 11%,

PNS/ TNI/ Polri 7%, Peternak 7 %, swasta 4 %, pensiunan 1 %. Dibidang

ekonomi, komoditas pertanian yang biasa ditemukan adalah padi, gula merah dari

kelapa, pisang, kelapa, kayu albasiah. Pola tanam lahan pertanian terutama

tanaman padi tidak beraturan tanpa ada irigasi sehingga pengairan untuk sawah

umumnya adalah tadah hujan.

Pada sektor peternakan, jenis ternak yang dominan dipelihara adalah sapi,

kambing, dan bebek. Pola ternak peternak dilakukan secara konvensional, yaitu

ternak dibiarkan merumput di lapang atau diberi makan di kandangnya. Pakan

bagi ternak berupa rumput alami, ampas tahu, dan konsentrat.Pada bidang

perikanan, perikanan tangkap adalah salah satu penggerak ekonomi masyarakat

Kecamatan Cipatujah. Pola melaut para nelayan yang diterapkan selama ini adalah

menjala, memancing dan kemudian hasil tangkapan dijual kepasar domestik

seperti Kota Cirebon dan Tasikmalaya serta ekspor ke beberapa negara tetangga.

41  

Page 4: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

5.2.2 Pendidikan

Dibidang pendidikan, institusi pendidikan yang berada di Kecamatan

Cipatujah terdiri dari jenjang TK hingga SMAyang baru beberapa tahun terakhir

berdiri dipusat kecamatan. Pendidikan lain yang terselenggara adalah sekolah

diniyah untuk anak sekolah dasar. Sarana pendidikan di Kecamatan Cipatujah

yaitu terdapat empat SD negeri, satu MI, dan satu SMP, satu SMA. Sarana

pendidikan tersebut adalah SDN Ciheras, SDN Datarkihiang, SDN Cisanggar,

SDN Cipari, MI Al-Hasanah, dan SMPN 3 Cipatujah dan SMA Kecamatan

Cipatujah. Keberadaan sarana pendidikan tersebut sangat minim, sehingga

menyebabkan banyak penduduk Kecamatan Cipatujah yang tidak bisa

melanjutkan sekolah, kecuali bagi penduduk yang memiliki kemampuan untuk

bersekolah diluar kecamatan. Hal ini tergambar dengan tingkat pendidikan

Kecamatan Cipatujah pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Cipatujah

Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (jiwa) %

Tidak Tamat SD 28635 46%SD dan SMP 31224 51%SLTA/ Aliyah 1374 2%Perguruan Tinggi 398 1%Jumlah 61631 100%Sumber : Kecamatan Cipatujah Dalam Angka (2011) Sebanyak 46% penduduk tidak dapat menamatkan pendidikan dasar, dan

51% penduduk hanya menamatkan pendidikan dasar dan SMP. Bahkan penduduk

yang berhasil menamatkan pendidikan hingga jenjang SLTA dan perguruan tinggi

masing-masing hanya sekitar 2 dan 1%. Keadaan ini mengindikasikan bahwa

sektor pendidikan perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak.

5.3 Gambaran Umum Kegiatan Penambangan Kecamatan Cipatujah

5.3.1 Morfologi Bebatuan Pembentuk Pasir Besi di Lokasi Penelitian

Endapan pasir yang terdapat didaerah Kabupaten Tasikmalaya adalah

endapan Placer Mekanisa dengan mineral utama adalah magnetic( Fe3O4),

Hematite (Fe2O3), dan Ilmenit (FeTiO3). Batuan asal dari endapan ini

diperkirakan adalah batuan andesit dan breccia yang terdapat dipegunungan-

42  

Page 5: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

pegunungan sebelah utara Pantai Selatan Pulau Jawa. Andesit ini merupakan

batuan beku dari lelehan magma diorite yang umumnya berwarna kelabu. Akibat

proses pelapukan dan erosi, maka batuan andesit tersebut akan lapuk dan hancur,

kemudian dibawa kearah pantai melalui aliran sungai. Selama ditransformasikan

juga terjadi proses pemisahan antara mineral berat dan mineral ringan. Daerah ini

mempunyai topografi dengan elevasi berkisar 0-25 meter diatas permukaan laut.

Arus laut yang kuat menyebabkan mineral-mineral tersebut akan terhempas

kepantai dan terakumulasi membentuk endapan pasir besi.

5.3.2Institusional Penambangan Pasir Besi

Penambangan pasir besi sebenarnya telah dimulai semenjak awal tahun

2000an. Pada awalnya penambangan hanya bersifat tambang rakyat dan sekedar

memenuhi permintaan bahan bangunan. Kondisi ini berubah, dan puncaknya pada

tahun 2011 isu penambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya sudah menjadi

isu nasional akibat dari kerusakan lingkungan dan kerusakan infrastruktur jalan.

Beberapa permasalahan mencuat akibat kegiatan penambangan pasir besi.

Turunnya daya dukung lingkungan akibat rendahnya kesadaran pengelolaan

lingkungan. Hal ini tercermin pada kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas

tambang belum dilakukan secara optimal dan tidak memperhatikan ketentuan

yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). Pada tahapan

penambangan banyak kegiatan penambangan yang dilakukan di kawasan yang

tidak diperbolehkan (kawasan lindung) seperti sempadan pantai dan sungai.

Praktek seperti ini sangat tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang

baik dan benar. Sistem pengangkutan dengan memanfaatkan jalan umum, juga

menyebabkan terjadinya kerusakan infrastruktur jalan akibat pengangkutan hasil

tambang yang melebihi batas tonase angkutan yang diperbolehkan.

Secara administrasi para pemegang IUP operasi produksi tidak

menyampaikan pelaporan-pelaporan dan dokumen yang diperlukan yang menjadi

kewajibannya. Hal ini menyebabkan proses penambangan tidak terawasi oleh

pemerintah, baik secara operasional maupun administrasi. Akibatnya banyak

terjadi penyimpangan yang menyebabkan beragam tuntutan oleh masyarakat

mengharapkan ditutupnya kegiatan penambangan pasir besi. Dewan perwakilan

rakyat Kabupaten Tasikmalaya menanggapi permasalahan ini dengan

43  

Page 6: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

mengeluarkan surat dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Tasikmalaya Nomor 170/1600/DPRD tanggal 27 Juni 2011 perihal Pernyataan

Sikap DPRD Kabupaten Tasikmalaya yang mendorong Pemerintah Kabupaten

Tasikmalaya agar segera menertibkan kegiatan pertambangan pasir besi. Suratini

isinya berkaitan dengan :

• Penataan ulang proses perizinan pertambangan, kegiatan penambangan, wilayah pertambangan.

• Penghentian sementara pemrosesan perizinan pertambangan mineral logam baik baru maupun perpanjangan.

• Perencanaan pembangunan instalasi pengolahan dan pemurnian. • Penertiban dan penghentian kegiatan penambangan pasir besi tanpa izin

(Ilegal Mining).

Kemudian di tingkat provinsi juga dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nomor

31 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pertambangan Mineral Logam

Besi yang berisi :

• Sebagai pengganti Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2006, yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan terbaru (UU No. 4/2009, PP 22 dan 23 Tahun 2010);

• Perubahan penamaan dari “pasir besi” menjadi “mineral logam besi”. • Kewajiban penyiapan instalasi pengolahan dan pemurnian; • Pelarangan kegiatan penambangan pada :sempadan pantai, sempadan sungai,

lepas pantai/bawah permukaan laut • Pengaturan tentang pengangkutan dan penjualan terutama yang menggunakan

infrastruktur pemerintah provinsi. • Pemegang IUP wajib berperan serta melaksanakan pemeliharaan jalan

provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa yang dilalui.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berupaya melakukan pembenahan tata

kelola kegiatan pertambangan pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya. Kebijakan

tersebut diantaranya menerbitkan moratorium (penghentian sementara) berupa

penghentianpemrosesan dan penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Eksplorasi dan Operasi Produksi melalui Instruksi Bupati Tasikmalaya Nomor 2

Tahun 2011 tanggal 10 Mei 2011 tentang Penangguhan Penerbitan Izin Usaha

Pertambangan (IUP) di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Penghentian sementara

tersebut meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengangkutan dan penjualan.

Pencabutan/pembatalan IUP terhadap IUP-IUP yang bermasalah baik secara

44  

Page 7: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

administrasi, teknis dan termasuk IUP yang dokumen lingkungannya dinyatakan

tidak berlaku/kadaluarsa dan rekomendasi lingkungannya dicabut. Tindakan tegas

juga dilakukan berupa penertiban dan penindakan hukum terhadap para

penambang tanpa izin (PETI).

5.3.3 Dampak Ekonomi Penambangan Pasir Besi

a. Serapan Tenaga Kerja

Keberadaan suatu aktivitas ekonomi tentunya akan berdampak pada

terbukanya lapangan pekerjaan baru. Penambangan pasir besi selain berdampak

negatif juga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan

Cipatujah. Proses penambangan dan pencucian pasir besi yang sederhana

menyebabkan pekerjaan tidak harus dikerjakan oleh pekerja dengan keahlian

khusus. Secara garis besar pada tahap penambangan pasir besi membutuhkan 10-

15 orang/ hari pekerja kasar untuk menambang hingga 100-130 m3. Pada proses

pencucian pasir besi juga membutuhkan 8-10 orang tenaga buruh kasar/hari. Pada

umumnya pekerja ini dibayar sebanyak Rp.40.000-50.000/ hari.

b. Pajak Desa

Biaya yang dibayarkan untuk kas desa adalah rutin untuk setiap tonase pasir

besi yang dihasilkan. Besarnya pajak yang diterima oleh desa sangat tergantung

kepada negosiasi antara kepala desa dengan perusahaan penambangan pada saat

kontrak awal dilakukan. Sebagai contoh di Desa Cikawungading, perusahaan pasir

besi harus membayar uang pembangunan desa sebesar Rp.50.000 untuk setiap

tonase pasir besi yang dihasilkan.

5.3.4 Dampak Lingkungan

Keberadaan kegiatan penambangan tidak akan pernah luput dari kerusakan

lingkungan yang diakibatkannya. Begitu juga dengan kegiatan penambangan pasir

besi di Kecamatan Cipatujah. Pada setiap tahapan penambangan sebenarnya telah

ada standar operasional yang harus diterapkan agar kerusakan lingkungan dapat

diminimalisasi. Akan tetapi penyimpangan dalam praktek dilapangan sering

terjadi karena kurangnya kesadaran dan pengawasan pihak berwenang. Misalnya,

pada tahapan pengupasan tanah pucuk, dimana tanah yang mengandung humus

tinggi harus ditempatkan pada bidang lahan yang aman dari erosi dan ditanami

tanaman penutup. Kenyataannya perusahaan penambangan tidak melakukan

45  

Page 8: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

prosedur seperti ini, sehingga proses erosi tanah humus ini tidak terhindarkan saat

hujan terjadi. Ini berdampak terhadap pendangkalan sungai dan hilangnya sumber

tanah saat pasca tambang.

Proses pencucian pasir besi yang tidak berada pada lokasi penambangan,

menyebabkan adanya tahapan pengangkutan pasir besi menuju washing plant

yang melalui jalan umum. Proses pengangkutan melalui jalan umum juga

dilakukan pada saat penjualan hasil tambang. Pengangkutan ini menyebabkan

rusaknya ruas jalan dan meningkatnya volume debu akibat lalu lintas truk

pengangkut pasir besi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak puskesmas

Kecamatan Cipatujah saat penelitian, lalu lintas truk meningkatkan masyarakat

penderita penyakit gangguan saluran pernafasan dan iritasi mata.

Pada proses pencucian yang membutuhkan banyak air, mengharuskan

perusahaan melakukan pembendungan sungai untuk menjamin pencucian pasir

besi berjalan lancar. Pembendungan sungai ini akan menyebabkan beberapa lahan

pertanian akan kekurangan air terutama pada musim kemarau. Kegiatan pencucian

pasir besi juga tidak dilengkapi dengan proses pengolahan limbah yang benar,

seperti menyediakan instalasi pengolahan air limbah maupun kolam pengendapan.

Hasilnya, limbah hasil pencucian dibuang langsung ke sungai maupun laut

sehingga menyebabkan perairan tercemar dan terganggunya kehidupan biota

perairan sungai maupun laut.

Pada tahap akhir penambangan, beberapa perusahaan tidak melakukan

kegiatan reklamasi, sehingga lubang-lubang bekas galian dibiarkan menganga.

Lubang-lubang ini pada saat hujan akan menggenang dan memicu bersarangnya

nyamuk. Jika tidak segera ditutup maka perkembangan sarang nyamuk tersebut

menyebabkan berbagai penyakit seperti malaria dan cikungunya. Tentunya

kondisi ini sangat membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang mereka

yang tinggal dekat dengan lokasi penambangan.

Dalam jangka panjang kegiatan penambangan pasir besi dikawasan pesisir

juga dapat merubah struktur gumuk pasir disepanjang pantai. Struktur gumuk

pasir yang labil karena hilangnya penyangga alami dapat menimbulkan potensi

abrasi yang lebih besar bahkan memicu dampak tsunami yang lebih dahsyat.

Semakin meningkatnya luas penambangan pada daerah berhutan dan lahan

46  

Page 9: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

pertanian juga berakibat pada menurunnya keanekaragaman hayati dan

berkurangnya ketahanan pangan masyarakat.

5.3.5 Dampak Sosial

Pada umumnya disetiap daerah pertambangan terjadinya konflik antara

perusahaan pertambangan dengan pihak disekitarnya adalah hal hampir tidak

dapat dihindari. Apalagi kegiatan penambangan pasir besi di Kabupaten

Tasikmalaya telah menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum seperti jalan dan

gangguan pada sektor perikanan. Berdasarkan pengamatan saat penelitian,

walaupun tidak terjadi konflik yang anarkis, namun telah terjadi beberapa aksi

demonstrasi masyarakat nelayan menuntut ditutupnya kegiatan penambangan

pasir besi. Tuntutan ini menyusul berkurangnya tangkapan nelayan akibat air laut

yang tercemar limbah pencucian pasir besi. Aksi demonstrasi lainnya adalah

ketidakpuasan masyarakat akibat rusaknya ruas jalan akibat truk pengangkut pasir

besi yang melebihi daya dukung jalan.

Konflik lainnya berhubungan dengan penyerobotan lahan yang mengandung

mineral pasir besi. Hal ini terutama terjadi pada izin usaha pertambangan lahan

milik perhutani. Banyaknya kelompok-kelompok preman yang mem-backing

perusahaan penambangan pasir besi, menyebabkan kegiatan penambangan dapat

terus beroperasi walaupun status kepemilikan lahan belum jelas, keadaan ini

disebabkan lemahnya penegakan hukum oleh aparat. Konflik lahan juga sulit

dicegah pada pertambangan yang dilakukan oleh rakyat. Biasanya masyarakat

melakukan penambangan pasir besi secara ilegal pada lahan milik perhutani dan

sempadan sungai. Pengawasan penambangan ilegal ini sulit dilakukan karena

masyarakat menebang beberapa sisi hutan dan lahan secara berkelompok dan

berpencar.

5.4 Karakteristik Responden

5.4.1 Pengguna Jalan

Dalam menilai kerusakan jalan yang mengakibatkan bertambahnya waktu

tempuh dan konsumsi BBM kendaraan telah dilakukan pengamatan terhadap 67

orang sampel pengguna jalan. Komposisinya 11 pengendara kendaraan roda 4 dan

56 pengendara roda 2. Beberapa variabel yang diamati diantaranya, jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan, jarak yang ditempuh, lama waktu tempuh, frekuensi

47  

Page 10: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

menggunakan jalan dalam sebulan serta pendapatan responden untuk kendaraan

roda dua maupun roda empat. Sebaran jumlah jenis kelamin responden dan

tingkat pendidikan menurut jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 6. Sebagian

besar responden yang diwawancarai adalah berjenis kelamin laki-laki karena

memang pada kenyataanya yang lebih banyak mengendarai kendaraan didaerah

Cipatujah adalah laki-laki. Persentase pengendara laki – laki dengan perempuan

adalah 94% berbanding 6%.

Tabel 6 Jenis Kelamin, Pendidikan Responden

Roda 2 Roda 4 Jenis KelaminLaki - Laki 52 11 94%Perempuan 4 0 6%

PendidikanPendidikan tertinggi D III S 1pendidikan terendah SD SD≤ SMP 32 4 54%SMA 18 3 31%≥ DIII 6 4 15%Sumber : Data primer (2012)

Kategori Jenis Kendaraan %

Tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi tiga kelas tingkatan.

Kelas pendidikan SMP kebawah, SMA dan DIII keatas. Rata-rata responden

berpendidikan SMP kebawah dengan persentase 54%, dan SMA 31 % dan lebih

dari DIII sebanyak 15 %. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan responden relatif

rendah. Rendahnya pendidikan responden di Kecamatan Cipatujah salah satunya

disebabkan kurangnya lembaga sekolah, seperti SMA baru didirikan beberapa

tahun terakhir dan lokasinyapun berada di ibukota kecamatan sehingga sulit

diakses oleh responden. Pengakuan beberapa responden bahwa banyak penduduk

tidak sanggup melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi dari SMP, ini juga

disebabkan faktor ekonomi yang kurang memadai sehingga memaksa banyak

responden harus putus sekolah.

Variabel usia juga diamati pada responden pengguna jalan. Secara umum

usia responden masih berada pada usia produktif dan dewasa. Tabel 7

menunjukkan usia, dimana rata-rata usia responden adalah 36 tahun untuk

responden pengendara kendaraan roda dua dan 42 tahun untuk responden

kendaraan roda empat. Tingginya usia produktif tentunya menunjukkan semakin

48  

Page 11: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

tinggi nilai kehilangan waktu tempuh dalam perjalanan yang dialami oleh

responden.

Tabel 7 Tingkat Umur Responden

Roda 2 Roda 4 Umur Rata - Rata 36 42Umur tertua (tahun) 49 50Umur termuda (tahun) 21 32Jumlah Responden 56 11Sumber : Data primer (2012)

Kategori Jenis Kendaraan

Jenis pekerjaan, responden pengguna jalan cukup bervariasi penyebarannya

dapat dilihat pada Tabel 8. Ini menandakan pemanfaatan jalan ini sangat vital

untuk beragam kegiatan masyarakat. Pekerjaan responden pengguna jalan di

Kecamatan Cipatujah antara lain pengusaha, pedagang, PNS/ swasta, petani padi

sawah, penyadap kelapa, nelayan, buruh, tukang ojeg dan lain-lain.

Tabel 8 Jenis Pekerjaan Responden Pengguna Jalan

Roda 2 Roda 4 Pengusaha/ Pedagang 1 3 6%PNS/ Swasta 7 4 16%Petani/Penyadap kelapa 15 0 22%Nelayan 11 0 16%Buruh 5 0 7%Supir/ T. ojeg 4 4 12%Lain - Lain 13 0 19%Jumlah Responden 56 11 100%Sumber : Data primer (2012)

Kategori Jenis Kendaraan %

arkan hasil survei pekerjaan terbanyak adalah petani dan penyadap

endapatan dapat dilihat dari Tabel 9 berikut ini, dengan membagi

pada

Berdas

kelapa dengan persentase sebanyak 22%, selanjutnya nelayan 16%, pegawai

negeri dan pegawai swasta sebanyak 16% sedangkan supir dan tukang ojeg

sebanyak 12% dan yang berprofesi sebagai pengusaha serta masing-masing

sebanyak 6%.

Tingkat p

tiga kelas tingkat pendapatan. Pendapatan responden sebagian besar masih

kurang dari Rp.1.500.000/ bulan atau bisa dikategorikan rendah. Nilai ini terutama

untuk responden pengendara sepeda motor dengan jumlah mencapai 50%.

Responden yang memiliki pendapatan sedang dengan nilai Rp. 1.500.000-

49  

Page 12: BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Wilayah …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59448/8/BAB V... · yang tertuang dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL – UPL). ...

2.500.000/bulan sebanyak 30%. Terakhir, responden yang berpendapatan tinggi

diatas 2.500.000/ bulan sebanyak 19% dan didominasi oleh pengendara kendaraan

roda empat. Pendapatan yang lebih tinggi untuk pengendara kendaraan roda empat

sangat lazim, karena harga dan perawatan kendaraan roda empat relatif lebih

tinggi sehingga hanya responden berpendapatan cukup tinggi yang dapat memiliki

kendaraan roda empat. Responden pengendara kendaraan roda empat memiliki

rata-rata pendapatan Rp. 2.913.000/bulan atau dapat dikatakan responden yang

memiliki tingkat kehidupan lebih mapan, dibandingkan dengan pengendara

kendaraan roda dua dengan pendapatan Rp.1.360.000/ bulan.

Tabel 9 Klasifikasi Pendapatan Responden Pengguna Jalan Dalam Rupiah Kategori Tingkat Jenis Kendaraan Pendapatan Roda 2 Roda 4 500000 – 1500000 Rendah 34 0 1500000 – 2500000 Sedang 15 5 >2500000 Tinggi 7 6 Jumlah Responden 5 6 11 Sumber : Data primer (2012)

5.4.2 Nelayan

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan di PPI

Pamayangsari kecamatan Cipatujah, diperoleh karakteristik sosial ekonomi

responden nelayan seperti tertera pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Karakteristik Responden NelayanInisial Responden Umur (Tahun) Pendidikan

A 27 SB 47C 40D 45E 30 S

Jumlah Res

MPSDSDSDMP

ponden 5Sumber : Data primer (2012)

nden rata-rata masih pada kisaran umur produktif, dimana umur tertua Respo

adalah 47 tahun dan termuda 27 tahun. Tingkat pendidikan responden secara

umum adalahrendah, dan mayoritas berpendidikan sekolah dasar. Dari kelima

responden, responden yang berprofesi sebagai nelayan tangkap tidak memiliki

pekerjaan lain selain nelayan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai

nelayan tangkap membutuhkan waktu satu malam untuk melaut.

50