BAB V CREDIT UNION UNGGUL SEJAHTERA DAN MODAL SOSIAL

26
42 BAB V CREDIT UNION UNGGUL SEJAHTERA DAN MODAL SOSIAL 5.1. Pengetahuan Tentang Credit Union Unggul Sejahtera Credit Union Unggul Sejahtera (CUUS) awalnya diperkenalkan oleh Yayasan Truka Jaya 12 tahun 2010 namun hanya sebatas pengenalan mengenai pemahaman tentang CU melalui pelatihan dan pendidikan selama empat hari di Credit Union Cindelaras Tumangkar (CUCT), Gunung Kidul, Yogyakarta. Pelatihan dan pendidikan diikuti oleh perwakilan dari masing masing tempat pelayanan CUUS yaitu Salatiga, Lembu, Kendel, dan Randurejo. Sedangkan untuk pengenalan di Desa Kendel melalui sosialisasi yang bertempat di kediaman koordinator tempat pelayanan 03 (TP 03) yaitu Bapak Suyadi dengan mengundang sekitar 40 orang warga.Tempat pelayanan Kendel mulai melaksanakan kegiatan di Bulan Agustus 2011. Penggurus dan anggota CUUS TP 03 memahami sebagai sarana untuk mengatur keuangan rumah tangga agar lebih teratur dan terencana menuju perekonomian mandiri. CUUS merupakan Lembaga Keuangan Mikro non bank yang berwujud koperasi kredit, CU berarti sekumpulan individu yang saling percaya dan bekerjasama untuk membangun perekonomian sedangkan US merupakan bibit yang unggul dari kumpulan individu yang bertujuan untuk menciptakan perekonomian lokal yang lebih mandiri. Durkheim dalam buku The Rule of Sociological Method membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan non-material. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utama lebih tertuju kepada fakta sosial non-material 13 dibandingkan kepada fakta sosial material 14 . Perhatianya terhadap fakta sosial nonmaterial ini telah jelas dalam 12 Desa Kendel merupakan dampingan dari Yayasan Truka Jaya, terdapat kerja sama mulai dari tahun 2009 dan berkahir hingga Bulan Juli tahun 2014 untuk mewujudkan masyarakat mandiri. 13 Misalnya kultur, institusi sosial. 14 Birokrasi, Hukum.

Transcript of BAB V CREDIT UNION UNGGUL SEJAHTERA DAN MODAL SOSIAL

42

BAB V

CREDIT UNION UNGGUL SEJAHTERA

DAN MODAL SOSIAL

5.1. Pengetahuan Tentang Credit Union Unggul Sejahtera

Credit Union Unggul Sejahtera (CUUS) awalnya diperkenalkan oleh

Yayasan Truka Jaya12 tahun 2010 namun hanya sebatas pengenalan mengenai

pemahaman tentang CU melalui pelatihan dan pendidikan selama empat hari di

Credit Union Cindelaras Tumangkar (CUCT), Gunung Kidul, Yogyakarta.

Pelatihan dan pendidikan diikuti oleh perwakilan dari masing – masing tempat

pelayanan CUUS yaitu Salatiga, Lembu, Kendel, dan Randurejo. Sedangkan

untuk pengenalan di Desa Kendel melalui sosialisasi yang bertempat di kediaman

koordinator tempat pelayanan 03 (TP 03) yaitu Bapak Suyadi dengan

mengundang sekitar 40 orang warga.Tempat pelayanan Kendel mulai

melaksanakan kegiatan di Bulan Agustus 2011.

Penggurus dan anggota CUUS TP 03 memahami sebagai sarana untuk

mengatur keuangan rumah tangga agar lebih teratur dan terencana menuju

perekonomian mandiri. CUUS merupakan Lembaga Keuangan Mikro non – bank

yang berwujud koperasi kredit, CU berarti sekumpulan individu yang saling

percaya dan bekerjasama untuk membangun perekonomian sedangkan US

merupakan bibit yang unggul dari kumpulan individu yang bertujuan untuk

menciptakan perekonomian lokal yang lebih mandiri. Durkheim dalam buku The

Rule of Sociological Method membedakan antara dua tipe fakta sosial: material

dan non-material. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utama

lebih tertuju kepada fakta sosial non-material13 dibandingkan kepada fakta sosial

material14. Perhatianya terhadap fakta sosial nonmaterial ini telah jelas dalam

12Desa Kendel merupakan dampingan dari Yayasan Truka Jaya, terdapat kerja sama mulai dari tahun 2009 dan berkahir hingga Bulan Juli tahun 2014 untuk mewujudkan masyarakat mandiri. 13Misalnya kultur, institusi sosial. 14Birokrasi, Hukum.

43

karyanya paling awal, The Division of Labor in Society. Buku tersebut mengacu

perhatian kepada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang

membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan pra-industri atau

modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat pra-industri dipersatukan terutama

oleh fakta sosial non-material, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama,

atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat (Ritzer &

Goodman 2003 : 22). Mengacu kepada Durkheim bahwa masyarakat Kendel

adalah masyarakat pedesaan yang bergotong royong demi tujuan bersama yaitu

kesejahteraan masyarakat. Serupa dengan Durkheim tentang masyarakat Kendel

ketika CUUS hadir di tengah masyarakat maka ikatan moralitas muncul dengan

kesepakatan bersama dan tujuan bersama.

Bibit yang unggul mengadopsi dari istilah yang mudah dipahami oleh warga

Kendel karena sebagian besar mata pencaharian anggota adalah Petani, bukan

semata – mata bertujuan untuk menciptakan perekonomian lokal yang lebih

mandiri namun pendidikan adalah hal yang lebih utama ditekankan. Keadaan

Desa Kendel merupakan masyarakat Homogen, pekerjaan dan sistem religius

adalah Petani beragama Islam dengan adat tradisi kebudayaan Jawa. Hal tersebut

menimbulkan senasib dan sepenanggungan sehingga menimbulkan solidaritas

sosial. Solidaritas menunjuk kepada hubungan antara individu atau kelompok

yang didasarkan kepada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama

diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Durkheim memilah dua jenis

Solidaritas yaitu Solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Kebersamaan yang

menimbulkan solidaritas menjadikan warga Kendel berbondong – bondong untuk

berkembang menuju arah berkelanjutan melalui CUUS. Solidaritas positif tersebut

menimbulkan kesadaran bersama, suatu totalitas dari semua perasaan dan

keyakinan setiap orang yang berada suatu kelompok masyarakat yang sama

membentuk sistem yang terbatas memiliki kehidupan sendiri. Kesadaran

kelompok inilah yang mengatur semua perilaku dan tindakan manusia yang

tergabung di suatu kelompok.

44

Tabel 5.1.

Perbandingan Solidaritas Mekanis dan Organis.

Solidaritas Mekanis Solidaritas Organis

1. Pembagian kerja rendah. Pembagian kerja tinggi.

2. Kesadaran kolektif tinggi. Kesadaran kolektif lemah.

3. Individualitas rendah. Individualitas tinggi.

4. Hukum represif (menekan) dominan. Hukum restitutif (memulihkan) dominan.

5. Relatif ketergantungan rendah. Ketergantungan tinggi.

6. Karakteristik kekeluargaan Karakteristik kekeluargaan dan faktor

ekonomi.

7. Ikatan kepercayaan bersama, cita –

cita dan komitmen moral.

Ikatan sistem fungsional.

8. Bersifat pra-industri atau pedesaan. Bersifat industri atau perkotaan.

9. Bersifat religius. Bersifat sekuler.

Sumber: Materi mata kuliah Teori Sosiologi Klasik, FISKOM UKSW.

Kelompok yang dimaksud adalah CUUS, perlu waktu yang cukup untuk

dapat meyakinkan bahwa CUUS bukan sekadar simpan – pinjam namun

penekanan tentang nilai moral, gotong – royong adalah hal yang diperlukan ketika

mengelola keuangan. Penggurus CUUS yaitu koordinator pendidikan beserta

koordinator tempat pelayanan bekerjasama untuk memberikan penjelasan kepada

anggota yang belum jelas tentang CUUS. Sarana untuk memberikan penjelasan

tersebut adalah melalui sosialiasasi dan pendidikan dasar. Sarana penjelasan

dilakukan agar anggota mengerti dan terampil mengelola keuangan dengan nilai–

nilai moral kebersamaan. Mengelola tanpa mendidik menyebabkan individu

memulai dengan mental peminta–minta, mengelola dengan mendidik menjadikan

individu sadar akan kebersamaan dan perbuatan.

45

Kehadiran CUUS mengimplementasikan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 dan 4 berisi

sebagai berikut:

Pasal 33

”(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

Pasal 33 tercantum dasar demokrasi, ekonomi produksi dikerjakan oleh semua,

untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran perorangan.

Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas

kekeluargaan.

Selain sebagai sarana untuk mengatur perekonomian mandiri lokal, CUUS

dipahami sebagai sarana untuk saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan

pokok keluarga. Kebutuhan tersebut meliputi lumbung15, dan perkumpulan arisan

Ibu Rumah Tangga dengan memilah dan mengatur kebutuhan sekarang dan

kebutuhan yang akan datang melalui produk – produk simpanan dan pinjaman

CUUS.Sistem perekonomian mulai didominasi oleh peranan human capital yaitu

pengetahuan dan ketrampilan manusia. Kandungan lain dari human capital selain

pengetahuan dan ketrampilan adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan

interaksi satu sama lain. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan

hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial

yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan modal sosial, yaitu

kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama

dalam suatu kelompok dan organisasi (Coleman, 1990). Modal bukan hanya

sekadar alat-alat produksi, akan tetapi memiliki pengertian yang lebih luas dan

dapat diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu: (a) modal ekonomi, (b)

modal kultural, dan (c) modal sosial. Modal ekonomi, dikaitkan dengan

15CUUS sebagai cikal – bakal tujuan ditetapkan Desa Kendel sebagai Desa Lumbung pangan oleh pendamping dari Yayasan Truka Jaya.

46

kepemilikan alat-alat produksi. Modal kultural, terinstitusionalisasi dalam bentuk

kualifikasi pendidikan. Modal sosial, terdiri dari kewajiban - kewajiban sosial.

Kewajiban – kewajiban sosial adalah ketika anggota menyikapi kegiatan simpan –

pinjam, menyikapi sebab dan akibat menabung serta meminjam kepada satu

dengan anggota lain, kesepakatan – kesepakatan yang akan diberlakukan ketika

melakukan kegiatan demi tujuan bersama.

CUUS merupakan stimulus bagi warga menjadi lebih produktif dengan

pelatihan – pelatihan yang dilaksanakan oleh warga dengan implementasi usaha

kecil menengah kepada Ibu Rumah Tangga yang tidak mempunyai pekerjaan

dengan produksi criping tiwul, susu jagung, donat tiwul, dan semua makanan yang

terbuat dari sumber bahan pangan non – beras. Kehadiran LKM di Desa Kendel

mempermudah akses terhadap sarana perekonomian karena warga yang

berkeinginan melakukan kegiatan simpan – pinjam dapat melakukanya tanpa

perlu mengorbankan waktu untuk menuju ke Bank yang berlokasi di daerah

perkotaan, akses transportasi yang terbatas merupakan implementasi CUUS

kepada daerah dengan keterbatasan akses sarana perekonomian. Kemudahan akses

CUUS menyebar cepat melalui proses gethok tular16 sehingga sebagian

masyarakat Kendel yang menjadi anggota hanya sekadar mengetahui kegiatan

simpan – pinjam tanpa menyadari peranan CUUS sebenarnya. Hal tersebut

menjadi sesuatu pokok tinjauan karena temuan di lapangan terdapat anggota

CUUS yang belum mengetahui dasar – dasar dan sekadar hanya ikut – ikut saja.

5.2. Credit Union Unggul Sejahtera dan Agama Islam

Data monografi Kendel tahun 2012 menunjukan bahwa ada sekitar 5.547

Jiwa penduduk Desa Kendel. Penduduk Kendel sangat homogen dengan

seluruhnya Suku Jawa yang beragama Islam, jadi nilai – nilai yang digunakan

diantara penduduk adalah nilai – nilai Agama Islam dengan penerapan

kebudayaan Kejawen. Kearifan lokal disesuaikan dengan nilai – nilai religius

ketika menyikapi dinamika sosial di Desa Kendel. Nilai – nilai religius tersebut

adalah nilai – nilai Agama Islam yang seluruhnya dipercayai oleh masyarakat

16Bahasa di Daerah Jawa Tengah yang berarti proses penyampaian informasi melalui obrolan.

47

Kendel. Sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang

menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan yang lainya bersifat profan

(Ritzer & Goodman 2003 : 23). Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan

dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial non-material. Pemikiran Durkheim

mengungkapkan bahwa agama dapat membentuk kesadaran bersama dari setiap

kesadaran dan moralitas yang dimiliki manusia. Durkheim melihat fenomena

religius menjadi dua bagian yaitu :

1. Beliefs yaitu mengacu kepada berbagai bentuk pemikiran, pendapat, atau

opini, dan bentuk – bentuk lain yang menggambarkan suatu keyakinan.

2. Rites yaitu menggambarkan berbagai bentuk tindakan yang berupa

pemujaan atau penyembahan dari keyakinan yang dianut.

Pemikiran Durkheim mengenai kategori fenomena religius adalah sebagai dasar

gambaran tentang nilai – nilai yang dianut oleh masyarakat Kendel. Melalui

beliefspemikiran, pendapat dan opini tentang CUUS terangkum di sebuah forum

penggajian tentang nilai – nilai Islam kepada CUUS17.

Dinamika sosial muncul ketika hadirnya CUUS sebagai sarana untuk

membangun perekonomian mandiri dengan segala konsekuensinya18. Riba atau

bahasa sederhana bunga bank menurut cara pandang Agama Islam melalui Bapak

Mul yang seorang Uztadz ternama setempat mengungkapkan bahwa tidak ada

hukum yang pasti mengenai riba. Istilah riba untuk CUUS ialah Balas Jasa

Pinjaman (BJP) dan Balas Jasa Simpanan (BJS), CUUS memberikan deviden

(BJS) sebesar 14% per tahun dan membayar (BJP) sebesar 2% menurun.

Kata Ar-Riba adalah isim maqshur, berasal dari rabaa yarbuu, yaitu akhir

kata ini ditulis dengan alif. Asal arti kata riba adalah ziyadah (tambahan)

adakalanya tambahan itu berasal dari dirinya sendiri, seperti firman Allah swt:

(ihtazzat wa rabat) “maka hiduplah bumi itu dan suburlah.” (QS Al-Hajj: 5).

17Pengajian diselenggarakan tanggal 22 April 2013 pukul 14.00 WIB dipimpin oleh Bapak Mul. 18Maksud dari segala konsekuensi adalah anggota CUUS harus melaksanakan dan mentaati kesepakatan – kesepakatan yang dibangun bersama.

48

Adakalanya lagi tambahan itu berasal dari luar berupa imbalan, seperti satu

dirham ditukar dengan dua dirham. Riba hukumnya berdasar Kitabullah, sunnah

Rasul-Nya dan ijma’ umat Islam:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

permaklumkanlah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan

jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kami tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah: 278-

279).

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila.” (QS Al-Baqarah: 275).

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.” (QS Al-Baqarah:

276).

Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Tak seorang pun memperbanyak

(harta kekayaannya) dari hasil riba, melainkan pasti akibat akhirnya ia jatuh

miskin.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5518 dan Ibnu Majah II: 765 no:

2279)19.Proses jual – beli mengharamkan riba namun apabila memberatkan berarti

termasuk riba, jika tidak memberatkan dihalalkan. Bedasarkan fatwa Majelis

Ulama Indonesia (MUI) menekankan bahwa tolong – menolong dalam kebaikan

tetapi tidak dengan kemurahan. Bapak Mul menghimbau mengenai dinamika

CUUS apabila bermanfaat maka halal tetapi jika memberatkan maka dapat

dikatakan haram.

Koperasi merupakan sarana untuk membangun rencana masa depan yang

lebih baik. Gotong royong dengan disertai kesepakatan – kesepakatan untuk

pencapaian tujuan yang sama menjadikan Koperasi sebagai sarana yang tepat.

Kesepakatan – kesepakatan tersebut diciptakan melalui peran aktor, norma, dan

jaringan yang disebut dengan modal sosial untuk membangun kesejahteraan yang

lebih baik. Modal sosial adalah sebuah konsep untuk dimanfaatkan demi

kepentingan bersama, lewat tindakan kolektif bertujuan anggota masyarakat dapat

menciptakan prospek serta manfaat bersama meski dalam waktu singkat. Menurut

19Mengutip dari situs http://de-kill.blogspot.com/2008/11/riba-dalam-islam.html Senin, 21 Mei 2013 pukul 09.45 WIB.

49

Anirudh Krisna strategi tindakan bertujuan memiliki dua dimensi yang berbeda

namun saling terkait:

1. Institutional Capital yaitu mengacu kepada hukum, prosedur, dan

organisasi yang menyediakan sarana untuk kepentingan bersama.

2. Relational Capital yaitu mengacu kepada nilai – nilai, sikap, norma, dan

sistem religius yang kemudian dijadikan dasar untuk bertindak.

Kedua strategi tersebut dapat digunakan untuk menciptakan dan memanfaatkan

modal sosial. Peran kedua dimensi dapat menimbulkan sebuah konsep CUUS

melalui ajaran agama Islam dengan tindakan institutional capital dimana seorang

Uztads bertindak sebagai imam yang mengajak masyarakat Kendel untuk

menyikapi CUUS sesuai dengan hukum Islam, meminta untuk saling membantu

jika ada kesusahan, ada prosedur untuk membantu tindakan bersama, ada aturan,

dapat dinilai oleh anggota masyarakat, ada peran – peran tertentu. Relational

capital didasarkan kepada nilai – nilai bersama, kesadaran untuk saling

membantu, saling percaya dan saling tergantung dan sebagainya.

Himbauan Bapak Mul sebagai Uztads mengenai kegiatan berkoperasi yen

awakmu loma aku yo loma menyang awakmu, yen awakmu medhit aku yo

medhit20. Segala kebutuhan pasti Tuhan sudah menyediakan bagi tiap – tiap

Manusia asalkan mengatur tujuan hidup dengan hati nurani. Himbauan Bapak

Mul tersebut mengindikasikan bahwa beliau menekankan konsep pertukaran

sosial yaitu ganjaran dan penghargaan. Teori pertukaran sosial secara umum

menganggap bahwa dasar pembentukan sesuatu hubungan sosial adalah melalui

transaksi dagang dimana orang berhubungan dengan orang lain mengharapkan

sesuatu untuk memenuhi keperluanya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka

utama dari model ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut :

“setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup

memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan cost.” Ganjaran,

cost, hasil, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep

pokok dalam teori ini. (Rakhmat,2003)

20Apabila dirimu mempunyai sikap dermawan maka sayapun demikian, tetapi apabila dirimu pelit maka begitu juga dengan saya.

50

Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari

suatu hubungan. Makna lain ganjaran ialah penerimaan sosial atau dukungan

terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara

seseorang dengan yang lain, dan berlainan dari waktu ke waktu menyesuaikan

dengan perkembangan zaman.

Teori pertukaran tidak hanya terbatas kepada hubungan antara orang –

orang yang senang satu sama lain atau merasa kegiatan bersamanya itu saling

menguntungkan. Orang mungkin berinteraksi dengan orang yang mereka tidak

sukai, meskipun perasaan tidak suka itu menjadi lebih besar jika interaksi itu

diteruskan. Pola ini dapat dengan mudah dijelaskan dalam hubunganya dengan

cost untuk menghindari interaksi. Jika biaya – biaya ini cukup tinggi, orang akan

terus berinteraksi meskipun disertai perasaan kurang enak. Banyak contoh

mengenai gejala ini yang dapat kita berikan, seorang pegawai mungkin sangat

tidak suka dengan bosnya tetapi terus saja berinteraksi hanya karena pekerjaan

lain tidak dapat diperoleh dengan mudah.Peneliti mencoba menjelaskan mengenai

teori pertukaran sosial melalui kasus yang menjadi perhatian dan fokus penelitian,

yaitu:

Berdasarkan pengakuan Ibu Suprapti21 penggurus CUUS beliau

mengatakan bahwa:

“Kriteria transaksi peminjaman yang diberlakukan di CUUS mengacu

kepada riwayat si peminjam ditinjau dari watak dan riwayat pengembalian

pinjaman, misalnya anggota meminjam uang untuk usaha dagang

pengembalian pinjaman tergolong lancar maka sewaktu – waktu anggota

tersebut meminjam lagi dan meminta tambahan pinjaman maka akan

direalisasikan oleh bagian kredit. Berbeda apabila anggota meminjam uang

pengembalian pinjaman tergolong tidak lancar maka peminjaman berikutnya jika mengajukan pinjaman tambahan tidak dapat direalisasi.

Bagi anggota yang tergolong tidak lancar tersebut apabila mengajukan

peminjaman kembali akan memperoleh pinjaman sesuai dengan jumlah

yang anggota pinjam sebelumnya.”

Pengakuan tersebut menguatkan teori yang dicetuskan oleh John Thibault dan

Harold Kelly tentang konsep pertukaran sosial yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

21Wawancara Jumat, 26 April 2013.

51

Ganjaran (Rewards)

Pihak bagian kredit menyampaikan bahwa akan merealisasikan tambahan

pinjaman apabila pengembalian pinjaman dari anggota sebagai peminjam

lancar22 dengan pertimbangan anggota tersebut meminta tambahan, maka

sebagai rewards peminjam mendapatkan tambahan dana segar.

Biaya (Cost)

Pencapaian usaha untuk memperoleh ganjaran anggota harus rela

mengorbankan kebutuhan–kebutuhan keluarga demi kelancaran pengembalian

pinjaman. Hal yang ditemukan sewaktu wawancara dengan Ibu Suprapti

selaku bendahara CUUS TP 03 beliau mengatakan bahwa:

“bukan bermaksud meremehkan kemampuan ekonomi anggota yang akan

mengajukan pinjaman, tetapi kami mempunyai riwayat pengembalian dari

setiap anggota. Riwayat pengembalian pinjaman tersebut menjadi dasar

untuk pengambilan keputusan penambahan pinjaman, dengan demikian

anggota yang akan mengajukan tambahan pinjaman tidak akan tersinggung”

Peminjam seringkali meremehkan ketika jatuh tempo pembayaran

pengembalian pinjaman terdapat sebuah pernyataan dari salah satu anggota

bahwa “lha wong sing penting mesti mbayar we kok, mengko yen telat yo

didouble sasi ngarep”23. Sebenarnya anggota mampu untuk membayar

pengembalian pinjaman, namun karena watak yang demikian maka ada harga

yang harus dibayar ketika melakukan pinjaman berikutnya. Harga yang harus

dibayar adalah pengurangan jumlah pengajuan pinjaman atau tidak diberikan

tambahan pinjaman apabila yang bersangkutan mengajukan tambahan.

Hasil (Outcomes)

Usaha dari sebuah hubungan timbal balik atau jika disebutkan oleh

Thibault & Kelley merupakan pertukaran sosial adalah menghasilkan sesuatu

keuntungan bagi kedua pihak. Keuntungan bukan hanya diperoleh dengan

22Bagian kredit meninjau riwayat pengembalian pinjaman dari track record tersebut bagian kredit dapat memutuskan tambahan dana apabila anggota yang bersangkutan meimintanya. 23Pasti akan membayar, apabila terlambat nantinya akan dibayarkan dua kali di bulan depan.

52

untung dan diuntungkan, tetapi dari interaksi tersebut terdapat interaksi yang

dirugikan. Interaksi yang merugikan ketika pengembalian pinjaman tidak

lancar, karena tersendatnya pengembalian pinjaman alur perputaran keuangan

CUUS menjadi tersendat. Anggota dengan riwayat tidak lancar mendapat

pengurangan jumlah pinjaman apabila yang bersangkutan kembali melakukan

pinjaman.

Tingkat perbandingan (Comparisons Level)

Meninjau dari sebelum dan sesudah kehadiran CUUS bahwa masyarakat

dapat mengatur keuangan sesuai dengan porsi kebutuhan. Ibu Tuminah

mengatakan:

“kehadiran CUUS membantu mengatur keuangan keluarga dapat ditinjau dari

sebelum CUUS hadir dan setelah CUUS hadir, keuangan keluarga lebih teratur

sesuai dengan kebutuhan. Tabungan SI CERDAS dapat memudahkan orang tua

untuk melengkapi biaya pendidikan anak yang diambil tiga tahun sekali”

Interaksi kegiatan CUUS TP 03 adalah kegiatan untuk kesejahteraan

perekonomian melalui lembaga keuangan yaitu CUUS, dengan demikian

selama proses interaksi tersebut ada hal yang dinginkan atau ganjaran selama

berinteraksi. Ganjaran tersebut adalah mendapatkan pinjaman dana atau modal

kepada para anggota, untuk mendapatkan ganjaran tersebut anggota diwajibkan

untuk mengikuti ketentuan–ketentuan yang diberlakukan oleh penggurus.

Lembaga berperan kepada interaksi antar anggota ketika melakukan interaksi

secara tidak langsung anggota menjalankan kaidah–kaidah dari CUUS. Tiap

anggota berhak atas kesejahteraan yang dibangun melalui CUUS, namun

penentuan anggota sejahtera atau tidak sejahtera merupakan dari kemauan

anggota. CUUS hanya berperan sebagai sarana untuk kesejahteraan melalui

pembangunan modal sosial.

5.3. Kegiatan Credit Union Unggul Sejahtera

Perkembangan perekonomian Kendel bawasanya melalui proses yang

dilakukan oleh CUUS TP 03. Hal–hal yang menyangkut kebutuhan pokok

53

khususnya dapat melalui perkumpulan yang diadakan di Desa yang mempunyai

prioritas tentang ketahanan pangan tersebut. Kegiatan seperti arisan beras dan

arisan untuk hari raya adalah dua diantara perkumpulan dari sekian perkumpulan

yang dilaksanakan di Desa Kendel. Sebelum hadirnya CUUS kegiatan

perekonomian hanya sebatas arisan saja, namun ketika hadirnya CUUS kegiatan

menjadi beragam dan membantu untuk lebih mengembangkan perekonomian

setempat.

Kegiatan CUUS antara lain Sosialisasi, Pendidikan, Arisan, kegiatan

simpan–pinjam dengan penerapan uang masuk dan uang keluar yang dilakukan

oleh penggurus. Kegiatan tersebut memerlukan pondasi yaitu aktor dan jaringan.

Kedua pondasi tersebut merupakan konsep dari modal sosial. Melalui lembaga

keuangan tersebut anggota dituntut untuk dapat menjalankan tiap–tiap aturan yang

diberlakukan. Kegiatan yang dilakukan lembaga bersinggungan dengan konsep

yang diutarakan oleh Piere Bordiue (1989 : 15) tentang hubungan dialektis antara

struktur – struktur objektif dan subyektif:

“di satu sisi struktur – struktur obyektif .... membentuk dasar bagi ....

representasi – representasi dan membentuk paksaan – paksaan struktural yang

dikenakan kepada interaksi – interaksi, tetapi di sisi lain representasi –

representasi itu juga harus dipertimbangkan khusunya jika orang ingin

menjelaskan perjuangan sehari – hari, individu dan kolektif, yang bermaksud

mengubah atau melestarikan struktur – struktur itu.“

Pemikiran Bordieu disebut dengan habitus yang memproduksi dan diproduksi

oleh dunia sosial. Di satu sisi, habitus adalah suatu “struktur yang

menstrukturkan” yaitu struktur yang menyusun dunia sosial. Di sisi lain ia adalah

“struktur yang distrukturkan” yaitu stuktur yang disusun oleh dunia sosial.

Konsep modal sosial menekankan kepada interaksi berdasarkan nilai kepercayaan

untuk pencapaian tujuan bersama. Modal sosial akan membentuk jaringan

horizontal yang akan memunculkan kondisi saling menguntungkan, karena akan

terjadi kerjasama dan koordinasi lebih baik.

Berdasarkan penelitianya di Italia, Putnam memahami modal sosial sebagai

bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat

meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan – tindakan

54

terkoordinasi (Field 2010 : 49). Berperan sebagai organisasi sosial secara lahiriah

CUUS memiliki interaksi guna memperoleh suatu tujuan yaitu kesejahteraan.

Berdasarkan pemikiran Putnam tentang modal sosial kepercayaan, norma dan

jaringan adalah tindakan – tindakan yang dilakukan secara tidak langsung namun

berperan penting. Sesuatu alat kepercayaan baru yaitu uang dapat menjaga

hubungan antar anggota untuk lebih saling mempercayai satu dengan yang lain.

Alat kepercayaan tersebut sangat sensitif karena uang berhubungan erat kepada

kebutuhan baik primer maupun tersier, akibatnya apabila antar anggota tidak

dapat menjaga kepercayaan dengan baik akan menimbulkan prasangka negatif.

Pemanfaatan norma dapat mengatasi masalah prasangka buruk agar hubungan

baik tetap terjalin. Adat budaya Jawa yang mementingkan kekeluargaan

memperkuat pemahaman bahwa setiap anggota mempunyai kebutuhan masing –

masing dengan rentan waktu yang berbeda – beda. Peran aktor yaitu penggurus

sebagai jaringan dapat mengarahkan anggota untuk mengatur keuangan sesuai

dengan kebutuhan agar menjaga stabilitas menghindari prasangka buruk diantara

anggota. Kegiatan dari penggurus dapat dideskripsikan melalui kegiatan CUUS.

Perlu penjelasan lebih lanjut untuk dapat menggambarkan kegiatan –

kegiatan penggurus dimulai dari proses anggota baru sampai dengan mengatasi

permasalahan yang ditemukan saat proses simpan – pinjam. Modal sosial

mementingkan aktor untuk dapat membangun pemikiran bersama sebagai dasar

menuju kepentingan bersama. Aktor mengambil peranan penting ketika

mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan CUUS, tindak lanjut tersebut dapat

ditemukan tugas – tugas penggurus yaitu koordinator tempat pelayanan,

koordinator pendidikan, kepala bagian kredit, dan bendahara.Berikut penjelasan

tentang kegiatan – kegiatan CUUS.

5.3.1. Sosialisasi

Proses pengenalan yang disebut dengan sosialisasi adalah cara yang

dilakukan penggurus untuk dapat menjaring anggota. Proses tersebut

dilaksanakan melalui undangan kepada warga Kendel untuk menghadiri

kumpulan di setiap bulan.Peranan CUUS jelas sangat penting sebagai wadah

55

untuk membangun modal sosial dalam bentuk kerjasama dan kepercayaan.

Jalinan kerjasama yang sudah terbentuk karena adat dan budaya menjadi lebih

kuat dengan adanya CUUS. Kemudian terjadi perubahan dalam masyarakat

bahwa kerjasama kemudian lebih didasarkan kepentingan ekonomi dengan

tetap melestarikan norma – norma adat budaya lokal.Bagi Coleman konsep

modal sosial adalah saran untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha

bekerjasama yang oleh Barbara Mitzel dikemukakan bahwa teori pilihan

rasional secara terus – menerus menjalankan tugas kerjasama sejalan dengan

dalil individualisme dan kepentingan diri (Mitzel, 2000). Modal sosial

memberikan pemecahan atas mengapa manusia memilih bekerjasama, bahkan

ketika kepentingan paling utama terkesan dapat dipenuhi melebihi kompetisi.

Sosialisasi diadopsi dari Yayasan Trukajaya yang mengenalkan CUUS

kepada warga Kendel. Proses sosialisasi hanya sebatas pengenalan mengenai

rencana dan penataan keuangan agar lebih teratur dan tepat guna. Bourdieu

memiliki pemikiran tentang habitus yang berupa skema persepsi, pikiran dan

tindakan adalah bagian dari langkah – langkah CUUS pusat khususnya untuk

dapat membangun persepsi Desa Kendel sebagai Desa lumbung. Skema

persepsi melalui sosialisasi yang akhirnya membentuk pemikiran bahwa CUUS

merupakan lembaga keuangan yang menjamin masa depan atau terlebih lagi

sebagai asuransi keluarga dengan nilai, moral dan etika sebagai agunan saat

bertransaksi. Pembangunan sikap melalui modal sosial memang sudah ada

sebelum kehadiran CUUS yaitu adat dan budaya lokal, namun CUUS menjadi

lembaga keuangan yang berperan untuk memperkuat modal sosial kepada

anggota CUUS melalui sosialisasi. Sosialisasi pertama dilakukan oleh Yayasan

Truka Jaya beserta penggurus yang telah mengikuti pelatihan di CUCT

Gunung Kidul, Yogyakarta. Hasil dari sosialisasi pertama tersebut

menghasilkan 20 orang anggota dan sampai dengan pertengahan Bulan April

2013 anggota sudah mencapai 160 anggota dengan aset sekitar Rp.

572.000.000,-. Gethok Tular adalah cara ampuh untuk menjaring anggota baru

di TP 03, gethok tular berperan aktif ketika terdapat kenaikan jumlah anggota

56

CUUS berawal dari 20 anggota menjadi 160 anggota dan diperkirakan masih

akan terus bertambah.

Kemudahan menjadi anggota CUUS dan produk–produk yang membantu

mengembangkan penataan perekonomian rumah tangga menjadi pilihan tepat

disaat pemerintah daerah tidak mampu menjangkau daerah–daerah dengan

akses yang terbatas. Sebagian besar berpendapat bahwa CUUS sangat

membantu dan bermanfaat. Berbagai keuntungan bisa didapat dengan menjadi

anggota CUUS. Kemudahantersebut menjadi bahan pertimbangan anggota

untuk menginformasikan dan mengajak warga Kendel yang belum menjadi

anggota CUUS untuk dapat bergabung menjadi CUUS TP 03 Kendel. Gethok

tular atau yang biasa disebut proses komunikasi melalui obrolan memudahkan

penggurus CUUS karena tidak perlu bersusah payah mencari anggota dengan

cara bersosialisasi. Penggurus hanya melakukan pendidikan dasar karena calon

anggota baru tersebut datang ke kantor TP 03 kemudian penggurus

memberikan pendidikan dasar.

57

Gambar 7. Alur menjadi anggota CUUS.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh CUUS dilaksanakan supaya calon

anggota baru dapat memahami secara lebih jelas dan mendalam tentang CUUS,

misalnya seperti keuntungan yang ditawarkan dan produk yang ditawarkan

beserta ketentuan denda atau sanksi yang akan diberikan apabila terjadi kredit

lalai, kredit macet. Kemudian mengikuti pendidikan dasar sebagai syarat untuk

dapat menjadi anggota diwajibkan mengikuti pendidikan dasar sebanyak dua

kali pertemuan. Setelah menjadi anggota baru, anggota diwajibkan mengisi

formulir pendaftaran, dilampiri dengan photo copy identitas diri yang masih

berlaku 1 lembar dan foto berukuran 3x4 sebanyak 2 lembar. Anggota dapat

membayar saham awal dengan perincian sebagai berikut:

1. Simpanan Pokok Rp. 30.000 (sekali selama menjadi anggota).

2. Simpanan Wajib Rp. 5.000 (setiap bulan).

3. Uang pangkal Rp. 10.000.

4. Solidaritas kematian Rp. 10.000 (setiap tahun).

Sosialisasi

CUUS

Keinginan

menjadi

anggota

Pendidikan

Dasar

Mengisi

formulir

Resmi menjadi anggota Meminjam /

Menyimpan

Menjadi

pengurus

CUUS

58

5. Dana Pendidikan Rp. 20.000.

6. Kontribusi gedung Rp. 5.000.

Perekonomian memang harus disusun atas dasar kekeluargaan dan asas

kegotong royongan, untuk itu setiap anggota dapat menjadi penggurus CUUS

ketika kepenggurusan mengalami pergantian. Selain itu ada pertimbangan lain

tentang kepenggurusan CUUS, yaitu anggota mengetahui tentang mekanisme

dari awal masuk CUUS sampai dengan mekanisme uang masuk dan uang

keluar. Kedua pertimbangan tersebut menjadi sarana pembangunan sosial dan

ekonomi untuk pengembangan masyarakat yang lebih sejahtera.

5.3.2. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah tahapan bagi calon anggota untuk dapat

bergabung dengan CUUS, calon anggota harus melalui pendidikan sebanyak

dua kali pertemuan untuk dapat bergabung menjadi anggota CUUS. Melalui

pendidikan dasar calon anggota mendapat pembekalan tentang pemahaman CU

mulai dari transaksi awal menjadi anggota sampai dengan kegiatan simpan–

pinjam. CUUS adalah lembaga yang mengelola keuangan namun yang

membedakan CUUS dengan lembaga keuangan lain adalah terdapat

pemahaman akan pentingnya nilai–nilai kemanusiaan. Anggota diarahkan

untuk mengelola keuangan secara teratur, anggota diarahkan agar lebih

sejahtera dalam segi finansial kehidupan keluarganya. Jadi bukan semata–mata

tentang simpan–pinjam namun yang terpenting adalah membentuk sikap

individu.

Pendidikan dilakukan setiap satu Bulan dengan pengecualian jika ada calon

anggota baru, namun terdapat cara lain melakukan pendidikan dasar dengan

melakukan sosialisasi kemudian dilanjutkan pendidikan dasar jumlah peserta

minimal 20 orang. Pendidikan dasar dilayani di tempat pelayanan setiap hari

Selasa dan Jumat.Anggota baru diarahkan untuk memilih produk–prouduk

CUUS yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Produk–produk tersebut

diantaranya:

59

Sikandi (Simpanan Kanggo Dino Iki)24

Sikandi adalah tabungan harian yang dapat melakukan transaksi setiap

hari dan dapat diambil setiap saat, khusus untuk TP 03 gula dan beras

dapat dijadikan tabungan untuk Sikandi. Mempunyai balas jasa simpanan

sebesar 6% dengan setoran pertama sebesar Rp. 10.000,- selanjutnya

setoran minimal Rp 1000,- dan maksimal Rp. 10.000.000,-. Sikandi tidak

dapat digunakan sebagai agunan pinjaman.

Simapan (Simpanan Untuk Masa Depan)

Simapan adalah tabungan pensiun dengan penarikan tabungan setelah

umur 54 tahun atau jumlah simpanan mencapai Rp. 100.000.000,-

dengan balas jasa simpanan 14 % per tahun. Pengambilan tabungan

Simapan disesuaikan dengan jumlah tabungan dan jenjang umur anggota,

jika anggota menabung di umur lebih muda maka pengambilan tabungan

akan lebih cepat karena belum memasuki umur 54 tahun tabungan sudah

mencapai Rp. 100.000.000,-. Namun apabila anggota mencapai umur 54

tahun tabungan belum mencapai seratus juta rupiah maka diberlakukan

pengecualian yaitu umur anggota yang bersangkutan diendapkan 5 tahun.

Saldo simpanan dapat menjadi jaminan pinjaman.

Sicerdas (Simpanan Pendidikan)

Sicerdas adalah tabungan untuk merencanakan kebutuhan pendidikan.

Setoran awal Rp. 100.000,- akumulasi setoran maksimal per bulan Rp.

2.500.000,- dengan balas simpanan sebesar 13 % per tahun. Tabungan

bisa diambil setelah mengendap 3 tahun, saldo simpanan dapat dijadikan

jaminan pinjaman.

Kresna (Kredit Serba Guna)

Kredit serba guna merupakan pinjaman dengan masa angsuran

maksimal 5 tahun, pinjaman maksimal Rp. 15.000.000,-. Menerapkan

kebijakan balas jasa pinjaman 2 % menurun dengan potongan jasa

24Simpanan untuk hari ini

60

pelayanan sebesar 1 %. Kresna tidak membutuhkan jaminan dengan

pengecualian jumlah pinjaman anggota sama dengan atau kurang dari

jumlah saldo simpanan di Simapan dan Sicerdas. Apabila pinjaman

melebihi jumlah saldo simpanan maka bagian kredit melihat karakter

peminjam dan jika karakter peminjam tidak sesuai dengan bagian kredit

maka disertakan agunan tambahan.

Melambung (Meminjam lalu Menabung)

Kredit Melambung diberikan kepada anggota yang tidak memiliki

uang tunai, tetapi mempunyai keinginan kuat untuk memiliki

Simpanan.Pinjaman yang dikabulkan tidak dibawa pulang, tetapi

disimpan di Simapan dan atau Sicerdas. Melambung mempunyai

kebijakan pinjaman maksimal Rp. 25.000.000,- dengan balas jasa

pinjaman 2 % dan potongan jasa pelayanan 1 %. Angsuran maksimal 5

tahun.

Solduka (Solidaritas Duka Cita)

Solduka merupakan bentuk solidaritas dan turut berbelasungkawa

terhadap anggota yang meninggal, berupa santunan secara tunai.Peserta

Solduka yang meninggal dunia, akan diberikan santunan tunai yang

diserahkan kepada ahli waris sesuai ketentuan, sebagai berikut:

Usia anggota pada waktu masuk : 0-20 tahun, besar santunan Rp.

750.000.-. Usia masuk> 20 - 40 tahun, besar santunan Rp. 600.000.-

Usia masuk> 40 – 55 tahun, besar santunan Rp 500.000.-. Usia masuk>

55 – 65 tahun, besar santunan Rp. 400.000.-. Usia masuk> 65 tahun,

besar santunan Rp. 300.000.-.Anggota dapat memilih produk – produk

CUUS tersebut dengan memahami dan melakukan kebijakan yang

ditentukan oleh seluruh pemegang saham. Segala kesepakatan dan

kebijakan–kebijakan diatur melalui Rapat Anggota Tahunan atau Rapat

Umum Pemegang Saham.

61

5.3.3. Rapat Anggota Tahunan

CUUS Kendel sudah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak

dua kali pelaksanaan. Pertama dilakukan di tahun 2012 namun peneliti tidak

mengikutinya karena penelitian dilakukan di bulan April dan Mei tahun 2013.

Peneliti mendapat informasi saat RAT pertama dilakukan yaitu kegiatan RAT

antara lain dengan laporan keuangan oleh penggurus dan kegiatan CUUS

Kendel sampai dengan RAT pertama dilaksanakan. Ketika itu anggota hadir di

tempat kediaman koordinator tempat pelayanan Kendel yaitu bapak Suyadi

dengan junlah anggota sekitar 60 anggota, turut hadir dari TP pusat bapak

Teguh Pambudi untuk mendampingi proses RAT yang pertama kali dilakukan

di Desa Kendel. RAT berlangsung kurang lebih selama dua jam dengan

membahas permasalahan pembayaran pengembalian pinjaman dan strategi

penjaringan anggota baru. Kebijakan yang dilakukan oleh penggurus tentang

pengembalian peminjaman mendapat indoktrinisasi dari bapak Teguh Pambudi

dengan mekanisme surat peringtan 1, peringatan 2, kunjungan lapangan, dan

penyitaan jaminan (jika disertakan). Mengenai penjaringan anggota ibu

Suprapti menganjurkan kepada anggota yang tergabung saat itu untuk dapat

mengabarkan CUUS di Desa Kendel, hasilnya di RAT tahun berikutnya

anggota bertambah menjadi 164 anggota.

RAT kedua tahun 2013 dilaksanakan 22 April 2013 dengan agenda

pelaporan keuangan dan penjelasan CUUS menurut Agama Islam. RAT

dihadiri oleh staff pendamping Desa Kendel bapak Eli Supriyanto, staff Truka

Jaya ibu Sri Rahayu Ambarwati, Ketua CUUS ibu Kristin Damayanti dan

peneliti. Agenda dilakukan sama dengan tahun kemarin namun karena

permasalahan CUUS Kendel sudah menghasilkan kebijakan maka agenda

tahun 2013 adalah CUUS menurut Agama Islam dengan mendatangkan bapak

Mul sebagai Uztads. Berawal dari para anggota yang mengusulkan

mengadakan pengajian tentang CUUS maka koordinator TP 03 Kendel

mengajukan kepada bapak Eli untuk mendatangkan pemuka agama supaya

dapat menjelaskan CUUS secara islami.

62

Gambar 8. Struktur Organisasi CUUS

RAT dilaksanakan penuh melalui koordinator dari TP1 (Pusat) yang berkantor

di Salatiga, namun karena batasan penelitian hanya berada di Desa Kendel

maka peneliti tidak mengikuti RAT yang dilaksanakan oleh TP pusat yang

diikuti oleh seluruh anggota CUUS baik tiap TP maupun seluruh penggurus.

RAT dilaksanakan tiap tahun dengan peserta rapat seperti yang telah

digambarkan di gambar 8.

5.4. Permasalahan Kegiatan CUUS dan Solusi

Asas demokrasi merupakan salah satu dasar yang dipegang oleh semua

penggurus dan anggota ketika menghadapi permasalahan–permasalahan

CUUS. Permasalahan ditanggapi dengan kekeluargaan dan solusi yang tidak

memberatkan pihak yang bersangkutan. Permasalahan yang pertama adalah

kredit macet jangka waktu sebulan ditanggani dengan anggsuran double yaitu

angsuran Bulan lalu dibayarkan bersamaan dengan Bulan berikutnya.

Kemudian permasalahan yang kedua adalah kredit lalai, kredit lalai adalah

angsuran yang tidak tepat waktu. Bagian kredit menyelesaikan masalah dengan

cara bertahap, hal yang dilakukan adalah kunjungan lapangan. Namun sebelum

melakukan kunjungan lapangan bagian kredit memberikan surat tagihan

kepada anggota yang mengalami kredit macet, apabila tidak ada perkembangan

63

maka bagian kredit tersebut melakukan kunjungan lapangan dengan cara

berkunjung ke rumah yang bersangkutan.

Sebagaimana dijelaskan Bourdieu, modal sosial hanya dapat dimiliki oleh

kaum elit yang dirancang untuk mengamankan posisi relatif mereka.

Pendidikan dan kekayaan misalnya, dapat digunakan untuk melakukan

kekerasan simbolis terhadap kelompok lainya yang kurang atau tidak memiliki

pendidikan dan kekayaan. Dalam bukunya tentang kekerasan simbolik dan

reproduksi sosial, Bourdieu percaya bahwa elit atau penguasa dapat

menggunakan kekerasan simbolis yaitu suatu pemaksaan sistem simbolisme

dan makna terhadap kelompok sedemikian rupa sehingga hal itu dialami

sebagai sesuatu yang sah. Kebudayaan dipakai sebagai sebuah sistem makna

untuk memperkuat konstribusi kepada reproduksi sistematis.

Penggunaan kekerasan simbolis prinsipnya merupakan tindakan pedagogis

berwujud pendidikan yang tersebar luas, pendidikan keluarga, dan pendidikan

institusional. Tindakan pedagogis ini mencerminkan kepentingan kelompok

yang mereproduksi distribusi modal kultural. Tindakan pedagogis dihasilkan

oleh kerja pedagogis yaitu proses indoktrinasi melalui apa yang oleh Bourdieu

disebut dengan habitus. Kerja pedagogis ini merupakan pengganti kerja fisik

dan koersi.

Pemikiran Bourdieu tentang kekerasan simbolik dipahami sebagai

pemaksaan untuk memperkuat melalui relasi kekuasaan melalui proses

indoktrinasi untuk menjadikan absah di mata penganutnya. Makna kekerasan

yang diutarakan Bourdieu melalui pemikiran kekerasan simbolik terkesan

merugikan salah satu pihak karena pelaksanaan cenderung kearah pemaksaan

untuk mengambil keuntungan. Namun bila pemikiran tersebut dipahami secara

seksama maka akan timbul konsep pemikiran untuk kemajuan lebih baik yang

saling menguntungkan. Indoktrinasi positif dilakukan oleh penggurus CUUS

melalui mekanisme simpan–pinjam yang akan menciptakan habitus baru.

Habitus baru tersebut diantaranya adalah masyarakat mulai dapat memilah atau

64

menyisihkan uang sesuai dengan kebutuhan. Proses terjadinya habitus baru

ketika anggota CUUS mentaati aturan–aturan yang menimbulkan sebab akibat

kepadanya, sehingga menimbulkan sikap menyisihkan uang untuk mengatasi

dari sebab dan akibat ketika anggota tersebut melakukan kegiatan simpan –

pinjam. Contohnya, sebagian besar masyarakat Kendel belum mempunyai

tabungan pensiun dalam bentuk uang maka yang dilakukan masyarakat tertarik

untuk menginvestasikan uang ke produk tabungan CUUS yaitu SIMAPAN

(Simpanan Masa Depan). Masyarakat yang menginvestasikan uang ke CUUS

tersebut mempunyai habitus baru bahwa mereka mulai dapat menyisihkan uang

mereka untuk kebutuhan masa depan.

Namun masyarakat tidak seluruhnya dapat mengikuti proses habitus baru

tersebut, masyarakat yang tidak dapat mengikuti proses peralihan sebenarnya

mempunyai pemikiran sama dengan masyarakat yang dapat melakukan habitus

baru tetapi terkendala dengan aktualisasi. Proses aktualisasi penerapan habitus

baru tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena terkendala pemikiran lain

yang merangsak masuk ke dalam pemikiran masyarakat. Pemikiran lain

tersebut yaitu sikap keengganan untuk membayarkan pinjaman karena

kebutuhan yang bersangkutan lebih penting, akibat dari hal itu maka timbul

permasalahan seperti kredit macet dan kredit lalai. Selain kredit lalai dan kredit

macet, pemikiran apatis dari masyarakat tentang CUUS yang menekankan

mekanisme menabung terlebih dahulu ketika akan meminjam adalah sikap

masyarakat yang belum bisa menerima proses habitus baru tersebut.

Tahap demi tahap untuk menyelesaikan permasalahan sudah dilakukan oleh

penggurus CUUS, tahap penyelesaian masalah tersebut berjenjang dari yang

paling ringan hingga yang paling berat. Bagian kredit sudah melakukan

pemberian surat tagihan, kunjungan lapangan sampai akhirnya melakukan

penyitaan jaminan oleh karena anggota tidak mampu menepati janji yang sudah

disepakati. Tidak ada sikap keberatan dari anggota ketika melakukan penyitaan

jaminan karena dari awal sudah sepakat dan mempunyai pemikiran bahwa

CUUS merupakan lembaga bersama untuk kebutuhan bersama.

65

Permasalahan ketiga adalah anggota belum sepenuhnya mengetahui tentang

dasar- dasar dan mekanisme operasional CUUS. Sikap gotong royong adalah

ciri khas masyarakat di daerah pedesaan, sikap tersebut terlihat ketika warga

Kendel berbondong–bondong menjadi anggota CUUS tanpa memahami

dengan benar dasar–dasar CUUS. Kurangnya pemahaman tentang CUUS oleh

anggota dapat diatasi oleh bagian pendidikan dengan melakukan pendidikan

dasar dalam kurun waktu tidak terbatas artinya agar anggota benar–benar

memahami dasar–dasar CUUS. Peneliti menemukan anggota hanya memahami

CUUS lembaga penyetor dana.

Terlepas dari itu bagian pendidikan mencoba lebih menjelaskan kepada

calon anggota baru tentang mekanisme peminjaman uang karena calon anggota

baru tersebut keberatan “mau pinjam kok harus nabung dulu”. bagian kredit

kemudian melakukan ide–ide untuk memudahkan anggota agar lebih mengerti

mekanisme peminjaman yaitu memperbolehkan anggota untuk meminjam uang

namun sebagian uang yang dipinjam disisihkan untuk menabung. Butuh

pertimbangan etika dan moral terhadap calon peminjam menjadi hal yang

utama ketika mencairkan dana tersebut.

Permasalahan–permasalahan lain diatur melalui kesepakatan–kesepakatan

yang diatur di Rapat Anggota Tahunan (RAT). Tempat pelayanan 03 sudah

melakukan RAT sebanyak dua kali pertemuan. Salah satu solusi yang diajukan

ketika mengajukan permasalahan apabila ada anggota yang tidak disiplin

adalah kebersamaan. Maksud dari kebersamaan ialah seluruh anggota

mengingatkan dan berkunjung ke anggota yang tidak disiplin tersebut, solusi

diambil karena untuk menghindari perkara hukum kepada anggota yang tidak

disiplin. Solusi tersebut dilakukan ketika melalui tahap–tahap penagihan yang

telah diatur di CUUS TP-03.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan apabila meminjam pemikiran

Bourdieu ia menyebutnya sebagai medan. Medan adalah suatu jaringan relasi

antar pendirian–pendirian objektif yang ada di dalamnya (Bourdieu &

66

Waquant, 1992 : 97). Bourdieu melihat medan menurut definisinya sebagai

suatu arena pertempuran: “medan juga adalah suatu medan perjuangan”

(Bourdieu & Waquant, 1992 : 101). Struktural medan itulah yang menunjang

dan menuntun strategi–strategi yang digunakan para pemangku posisi tersebut

secara individual atau kelompok untuk melindungi atau meningkatkan posisi

mereka dan memaksakan prinsip hierarkisasi yang paling baik bagi produk –

produk mereka sendiri.

Bourdieu menjelaskan proses tiga langkah untuk menganalisis suatu medan.

Langkah pertama, yang mencerminkan keunggulan medan kekuasaan ialah

melacak hubungan setiap medan spesifik ke medan politis. Langkah kedua

ialah memetakan struktur obyektif relasi – relasi antarposisi–posisi yang ada di

dalam medan itu. Akhirnya, sang analis harus berusaha menentukakn habitus

para agen yang menduduki aneka tipe posisi di dalam medan itu. Berikut

pemetaan langkah –langkah untuk menganalisa pemikiran Bourdieu tentang

medan. Langkah pertama bahwa lembaga keuangan yang berada di Kendel

yaitu CUUS bertujuan untuk membantu kesejahteraan masyarakat melalui

kemandirianya, untuk implementasi dari lembaga tersebut terdapat beberapa

perangkat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan. Langkah kedua, perangkat

tersebut terdiri dari koordinator tempat pelayanan Kendel, Bendahara,

koordinator bagian pendidikan, dan kepala bagian kredit. Keempat perangkat

saling bersinergi untuk dapat melakukan kegiatan demi tujuan bersama.

Koordinator tempat pelayanan bertugas untuk mengkoordinator kegiatan

CUUS di Kendel kemudian Bendahara bertugas sebagai pengawas keuangan

yaitu perputaran uang masuk dan uang keluar, koordinator pendidikan bertugas

sebagai fasilitas kepada anggota baru dan anggota yang belum memahami

mekanisme yang diterapkan CUUS, kepala bagian kredit adalah yang bertugas

menentukan baik kegiatan menyimpan maupun meminjam. Keempat perangkat

mempunyai medan atau ruang masing – masing yang telah seperti dijelaskan

atau bila diterjemahkan ke bahasa dunia kerja adalah mempunyai job

description masing - masing.

67

Para pemangku di dalam medan menggunakan berbagai strategi. Ide itu

menunjukan bahwa para aktornya setidaknya mempunyai kebebasan tertentu:

“habitus tidak menyangkal kemungkinan perhitungan strategik di pihak para

agen” (Bourdieu, 1993 : 5). Tetapi strategi–strategi tidak mengacu kepada

pengejaran bertujuan dan sudah direncanakan sebelumnya untuk mencapai

tujuan –tujuan yang sudah diperhitungkan. Mengacu kepada penggunaan garis

– garis tindakan yang diorientasikan secara objektif yang mematuhi keteraturan

dan membentuk pola–pola yang koheren dan dapat dipahami secara sosial

kendati mereka tidak mengikuti aturan–aturan sadar atau ditujukan kepada

tujuan–tujuan yang sudah direnungkan sebelumnya yang diusulkan oleh

seorang ahli strategi (Waquant, 1992 : 25).