BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

download BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

of 13

Transcript of BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    1/13

    BAB V

    ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

    A. Kerangka Pikir MasalahMasalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan

    keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan

    keinginan untuk memecahkannya. Setelah mengadakan konsultasi dengan kepala

    Puskesmas, kami mengangkat masalah kurangnya balita dengan pneumonia yang

    ditemukan atau ditangani sesuai standar.

    Suatu masalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1.

    Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

    2.

    Dapat diukur

    3. Dapat diatasi

    Dengan demikian untuk memutuskan adanya masalah diperlukan tiga syarat yang

    harus terpenuhi, yaitu:

    1. Adanya kesenjangan

    2.

    Adanya rasa tidak puas

    3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut

    Pemecahan masalah sebaiknya dilakukan berurutan sesuai dengan siklus berikut

    ini :

    Gambar 3.Siklus Pemecahan Masalah

    1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah

    7. Penentuan rencana penerapan 3. Penentuan penyebab masalah

    8.Monitoring dan evaluasi 2. Penentuan proritas masalah

    1. Identifikasi Masalah

    4. Memilih penyebab yang paling

    mun kin

    6. Penetapan pemecahanmasalah terpilih

    5. Menentukan alternatif pemecahan

    masalah

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    2/13

    Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,

    kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Untuk hal

    ini digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu membandingkan antara hasil

    kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah

    ditentukan.

    2. Penentuan prioritas masalah

    Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya

    melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Metode

    yang kami gunakan adalah metode Hanlon kuantitatif.

    3.

    Penentuan penyebab masalah

    Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah

    dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis penyebab

    masalah antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan), analisis sistem,

    pendekatan H.L.Blum, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini,

    Kami menggunakan metodefish bone analysis.

    4.

    Memilih penyebab yang paling mungkin

    Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain

    dengan cara:

    a. menetapkan tujuan dan sasaran

    b. mencari alternatif pemecahan masalah

    Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung

    oleh data atau konfirmasi.

    5.

    Menentukan alternatif pemecahan masalah

    Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab

    yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada

    alternatif pemecahan.

    6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    3/13

    Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

    pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon

    kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

    7. Penyusunan rencana penerapan

    Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of

    Actionatau Rencana Kegiatan).

    8. Monitoring dan evaluasi

    Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

    masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut

    masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

    B. Analisa Penyebab Masalah

    Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab dari kurangnya balita

    dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar. Masalah tersebut dapat

    disebabkan oleh input, lingkungan dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man,

    Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1

    (perencanaan), P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan

    penilaian).

    Tabel 12. Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem

    INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

    MAN - Sumber daya manusia yang ada

    di program P2 ISPA terdiri dari

    dokter, perawat dan bidan

    - Terdapat koordinator P2 ISPA

    1.Yang melakukan pemeriksaan

    awal tidak selalu dokter, namun

    terkadang perawat yang belum

    mendapatkan pelatihan mengenai

    pneumonia.

    2.Petugas termasuk koordinator

    program P2 ISPA belum pernah

    mendapatkan pelatihan khusus

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    4/13

    pneumonia.

    MONEY - Dana tersedia dari Puskesmas

    untuk Operasional

    - Dana Pelaksanaan Posyandu dari

    Masyarakat

    3.Tidak terdapat dana khusus

    untuk P2 ISPA

    METHOD - Pasien Balita dibawa ke ruangan

    MTBS dan akan diperiksa oleh

    bidan

    -Terdapatnya SOP mengenai

    pneumonia

    4. Belum maksimalnya

    penggunaan SOP di MTBS.

    MATERIAL - Tersedia 67 buah Posyandu di

    10 desa yang termasuk ke dalam

    wilayah kerja Puskesmas Salaman

    I

    - Puskesmas mempunyai ruangan

    khusus yaitu ruangan Manajemen

    Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan

    balai pengobatan umum untuk

    penangan balita pneumonia

    MACHINE -Terdapat Stetoskop,thermometer,

    ARI Timer

    - Tersedia obat-obatan termasuk

    antibiotik yang dibutuhkan untuk

    pengobatan pneumonia

    -Terdapat SOP di buku paduan

    MTBS

    5.Tidak terdapat buku pedoman

    khusus mengenai penyakit dan

    program pneumonia

    6. Tidak terdapat poster dan

    brosur tentang pneumonia untuk

    masyarakat

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    5/13

    PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

    P1

    (Perencanaan)

    - Setiap bulan selalu dilakukan

    penyusunan rencana untuk

    kegiatan berikutnya

    7. Belum ada perencanaan untuk

    penyuluhan dan pembuatan poster

    dan brosur tentang pneumonia

    P2

    (Penggerakan

    ,Pelaksanaan)

    - Pelaksanaan program P2 ISPA

    dipuskesmas dilakukan setiap hari

    di MTBS dan dibalai pengobatan

    umum

    - Posyandu dilakukan setiap bulan

    8. Dalam pelaksanaan program

    petugas di MTBS kurang

    maksimal dalam penggunaan SOP

    P3

    (Penilaian,

    pengawasan,

    Pengendalian)

    - Kepala puskesmas melakukan

    pengawasan langsung melalui

    laporan bulan yang diberikan oleh

    koordinator program

    - Dilakukan evaluasi terhadap

    data pasien pneumonia yang ada

    di SIMPUS

    9.Tidak pernah dilakukan

    pencatatan dan pelaporan kasus

    balita dengan pneumonia dari

    pelayanan kesehatan lain seperti

    RSU, dan praktek dokter swasta

    yang termasuk wilayah kerja

    Puskesmas Salaman I

    Lingkungan -

    Sarana transportasi untuk

    menjangkau puskesmas relatif

    mudah dan jarak tidak begitu

    jauh (< 1 Km)

    10. Mayoritas warga desa belum

    mengetahui tentang penyakit

    pneumonia

    11.Sebagian warga di desa kurang

    memiliki kesadaran untuk berobat

    ke puskesmas

    C. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem

    1.

    Petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, terkadang

    perawat yang belum mendapatkan pelatihan khusus mengenai pneumonia

    2.

    Petugas termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernahMendapatkan pelatihan

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    6/13

    3. Tidak terdapat alokasi dana khusus untuk Program P2 ISPA

    4. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS

    5.

    Tidak terdapat buku pedoman mengenai penyakit dan program pneumonia

    6. Tidak terdapat poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat

    7. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan,pembuatan poster dan brosur tentang

    pneumonia

    8. Dalam pelaksanaan program, petugas di MTBS bekerja tanpa pedoman SOP

    9. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

    pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta

    yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Salaman I

    10.Mayoritas warga desa belum mengetahui tentang penyakit pneumonia

    11.

    Sebagian warga di desa kurang memiliki kesadaran untuk berobat di puskesmas

    D. Konfirmasi Penyebab Masalah yang Paling Mungkin

    Setelah dilakukan konfirmasi dengan teknik wawancara kepada koordinator P2M,

    pengelola P2 ISPA Puskesmas Salaman I dan bidan Desa, maka didapatkan penyebab

    masalah yang paling mungkin adalah sebagai berikut :

    1.

    Petugas kesehatan termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernah

    mendapatkan pelatihan

    2. Petugas yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter,namun terkadang

    perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai pneumonia

    3. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS

    4. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

    pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta

    yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Salaman I

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    7/13

    PROSES

    P2

    Belum maksimalnya penggunaan SOP diMTBS

    P1

    Belum ada perencanaanuntuk penyuluhan dan

    perencanaan pembuatan

    poster dan brosur tentang

    pneumoni

    P3

    Tidak pernah dilakukan

    pencatatan dan pelaporan kasus balita

    dengan pneumonia dari pelayanan

    kesehatan lain

    Money

    Tidak terdapat dana

    khususuntuk P2 ISPA

    Method

    Belum maksimaln ya penggunaan

    SOP di MTBS

    INPUT

    Lingkungan

    Mayoritas warga

    desa belum

    mengetahutentang

    pneumonia

    Sebagian warga

    desa kurang

    memiliki kesadaran

    untuk berobat di

    puskesmas

    Material

    .

    Man

    Petugas termasuk kordinator program P2 ISPA

    belum pernah mendapatkan pelatihan mengenaipneumonia

    Machine

    Tidak terdapat buku pedoman khusus

    mengenai pneumonia

    Tiak terdapat poster dan brosur tentang

    neumonia

    Cakupan

    Balita dengan

    Pneumonia

    yang

    ditemukan/dita

    ngani sesuai

    standar di

    Puskesmas

    Salaman I

    17.31 % dari

    target 100%

    Gambar 10. DiagramFish Bone

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    8/13

    E. Alternatif Pemecahan Masalah

    Tabel 13.Alternatif Pemecahan Masalah

    PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN

    MASALAH

    1.Petugas kesehatan termasuk

    koordinator program P2 ISPA belum

    pernah mendapatkan pelatihan

    Memberikan pelatihan bagi petugas

    kesehatan program P2 ISPA

    2.Petugas yang melakukan

    pemeriksaan awal tidak selalu

    dokter,namun terkadang perawat

    yang belum mendapatkan pelatihan

    kesehatan tentang pneumonia

    Memberikan pelatihan bagi petugas

    kesehatan tentang pneumonia dan

    penangannya

    3.Belum maksimalnya penggunaan

    SOP di MTBS

    Melakukan penyegaran kembali

    penggunaan SOP kepada petugas

    kesehatan di MTBS

    4.Tidak pernah dilakukan pencatatandan pelaporan kasus balita dengan

    pneumonia dari pelayanan kesehatan

    lain seperti RSU, dan praktek dokter

    swasta yang termasuk wilayah kerja

    Puskesmas Salaman I

    Melakukan pencatatan dan pelaporantentang kasus balita dengan

    pneumonia yang ditangani di

    pelayanan kesehatan selain

    Puskesmas Salaman I namun masih di

    wilayah kerja Puskesmas Salaman I

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    9/13

    F. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

    Tabel 14. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

    PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN

    MASALAH

    1.Petugas kesehatan termasuk

    koordinator program P2 ISPA belum

    pernah mendapatkan pelatihan

    1.Memberikan pelatihan bagi petugas

    kesehatan program P2 ISPA tentang

    pneumonia dan mensosialisasikan

    penggunaan SOP

    2. Petugas yang melakukan

    pemeriksaan awal tidak selalu

    dokter,namun terkadang perawat

    yang belum mendapatkan pelatihan

    kesehatan tentang pneumonia

    3.Belum maksimalnya penggunaan

    SOP di MTBS

    4.Tidak pernah dilakukan pencatatan

    dan pelaporan kasus balita denganpneumonia dari pelayanan kesehatan

    lain seperti RSU, dan praktek dokter

    swasta yang termasuk wilayah kerja

    Puskesmas Salaman I

    2.Melakukan pencatatan dan

    pelaporan tentang kasus balita denganpneumonia yang ditangani di

    pelayanan kesehatan selain

    Puskesmas Salaman I namun masih di

    wilayah kerja Puskesmas Salaman I

    G. Pemecahan Masalah Terpilih

    1)

    Memberikan pelatihan dan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang

    pneumonia dan penanganannya dan mensosialisasikan penggunaan SOP

    2) Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang

    ditangani di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Salaman I namun masih di

    wilayah kerja Puskesmas Salaman I.

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    10/13

    H. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

    Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

    penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan

    masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks. Penentuan pemecahan

    masalah dengan kriteria matriks menggunakan rumus :

    1. Efektivitas program

    Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

    Magnitude (M) : Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin

    besar atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.

    Importancy (I) : Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara

    penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.

    Vulnerability (V) : Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive

    maka akan semakin efektif.

    2. Efisiensi pogram

    Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (Cost). Kriteria cost (C) diberi

    nilai 1-5. Bila costnya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

    Skor :

    Magnitude Importancy Vulnerability Cost

    1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

    2 = Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

    3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

    4 =Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = Kurang Murah

    5 = Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = Tidak murah

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    11/13

    Tabel 15. Penentuan Prioritas

    Pemecahan Masalah

    Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria Nilai akhir UrutanM I V C (MxIxV/C)

    1.Memberikan pelatihan bagi

    petugas kesehatan program P2 ISPA

    tentang pneumonia dan

    penanganannya dan

    mensosialisasikan penggunaan SOP

    3 4 3 3 12 I

    4.Melakukan pencatatan dan

    pelaporan tentang kasus balita

    dengan pneumonia yang ditangani di

    pelayanan kesehatan selain

    Puskesmas Salaman I namun masih

    di wilayah kerja Puskesmas Salaman

    I.

    3 3 2 3 6 II

    Urutan prioritas masalah setelah dilakukan perhitungan dengan metode matrix

    terdapat urutan skala prioritas penyelesaian masalah, yaitu :

    1. Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia

    dan penanganannya serta mensosialisakian penggunaan SOP

    Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang ditangani

    di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Salaman I namun masih di wilayah kerja

    Puskesmas Salaman I.

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    12/13

    Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

    Tabel 16

    No. Kegiatan Tujuan Waktu Lokasi Pendanaan Sasaran Pelaksana1. Memberikan

    pelatihan bagi

    petugas

    kesehatan

    program P2 ISPA

    tentang

    pneumonia dan

    penanganannya

    sertamensosialisasikan

    penggunaan SOP

    Agar petugas

    kesehatan terampildalam mengenali

    dan menangani

    pneumonia

    1 tahun sekali Puskesmas BOK Bidan dan

    perawat

    Dokter

    fungsional

    2. Melakukan

    pencatatan dan

    pelaporan tentang

    kasus balita

    denganpneumonia yang

    ditangani di

    pelayanan

    kesehatan selain

    Puskesmas

    Tempuran namun

    masih di wilayah

    kerja Puskesmas

    Tempuran

    Agar terdapat angka

    yang pasti mengenai

    balita yang

    ditangani/ditemukan

    di wilayah kerja

    Puskesmas

    Tempuram

    1 bulan sekali Puskesmas RS,praktek

    dokter

    swasta, balai

    pengobatan

    Kordinator

    program P

    ISPA

  • 8/10/2019 BAB v Analisis Penyebab Balita Pneumoni

    13/13

    F .Gann Chart

    No. KegiatanApril Mei Juni

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

    1.

    Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan

    program P2 ISPA tentang pneumonia danpenanganannya serta mensosialisasikan

    penggunaan SOP

    2.

    Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus

    balita dengan pneumonia yang ditangani di

    pelayanan kesehatan selain Puskesmas Salaman I

    namun masih di wilayah kerja Puskesmas Salaman

    I

    No. KegiatanSeptember Oktober November D

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

    1.

    Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan

    program P2 ISPA tentang pneumonia dan

    penanganannya serta mensosialisasikan

    penggunaan SOP

    2.

    Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus

    balita dengan pneumonia yang ditangani di

    pelayanan kesehatan selain Puskesmas Salaman I

    namun masih di wilayah kerja Puskesmas Salaman

    I