HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DAN SANITASI DENGAN …digilib.unila.ac.id/60673/3/3. SKRIPSI TANPA...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DAN SANITASI DENGAN …digilib.unila.ac.id/60673/3/3. SKRIPSI TANPA...
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DAN SANITASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KANGKUNG
KECAMATAN BUMI WARAS KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh :
RETNO ARIENTA SARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DAN SANITASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KANGKUNG
KECAMATAN BUMI WARAS KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh :
Retno Arienta Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER BEHAVIOR AND
SANITATION WITH THE INCIDENT OF DIARRHEA ON TODDLERS
IN KANGKUNG VILLAGE BUMI WARAS DISTRICT BANDAR
LAMPUNG CITY
By
RETNO ARIENTA SARI
Background: Diarrhea is still the second highest cause of child mortality in the
world after pneumonia. Diarrhea is related to various factors. Maternal behavior
and environmental sanitation are factors that are highly associated with the
occurrence of diarrhea in infants
Objective: To determine of the relationship between mother behavior and
sanitation with the incident of diarrhea on toddlers in Kangkung Village Bumi
Waras District Bandar Lampung City.
Methods: This study was an observational analytic study with cross sectional
approach. The study was conducted in Kangkung Village, Bumi Waras District,
Bandar Lampung City in October and November 2019. The study sample were all
toddlers in Kangkung Village, Bumi Waras District, Bandar Lampung City at
2019 and were taken with proportional random sampling technique. The research
data were collected using the observation checklist method and questionnaire
filling, then the data were analyzed using the chi square test.
Results: The results showed the proportion of diarrhea incidence were 29.4% and
non-diarrhea 70.6%. The results showed that the mother's hand washing behavior
(p = 0.035), boiling drinking water (p = 0.036) and the availability of clean water
(p = 0.049) were related to the incidence of diarrhea in toddlers. While the
availability of feces disposal (p = 0.078), availability of waste disposal (p = 0.068)
and waste water disposal facilities (p = 1,000) are not related to diarrhea.
Conclusion: Mother's behavior affects the incidence of diarrhea in toddlers.
Keywords: .Toddlers, diarrhea, mother’s behavior, sanitation
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DAN SANITASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KANGKUNG
KECAMATAN BUMI WARAS KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
RETNO ARIENTA SARI
Latar Belakang : Diare masih menjadi penyebab kematian balita tertinggi kedua
di seluruh dunia setelah pneumonia. Penyakit diare berkaitan dengan berbagai
faktor. Perilaku ibu dan sanitasi lingkungan menjadi faktor yang sangat terkait
dengan kejadia diare pada balita
Tujuan : Mengetahui hubungan antara perilaku ibu dan sanitasi dengan kejadian
diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar
Lampung.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung pada bulan Oktober dan
November 2019. Sampel penelitian adalah seluruh balita di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.tahun 2019 dan diambil dengan
Teknik proportional random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan
metode checklist observasi dan pengisian lembar angket, kemudian dilakukan
analisis data menggunakan uji chi kuadrat.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan proporsi kejadian diare sebanyak 29,4% dan
yang tidak diare 70,6%. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku cuci tangan
ibu (p = 0,035), memasak air minum (p= 0,036) dan ketersediaan air bersih (p=
0,049) berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan ketersediaan
pembuangan tinja (p= 0,078), ketersediaan pembuangan sampah (p= 0,068) dan
sarana pembuangan air limbah (p= 1,000) tidak berhubungan dengan diare. Kesimpulan : Perilaku ibu mempengaruhi kejadian diare pada balita.
Kata Kunci : balita, diare, perilaku ibu, sanitasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 20 Juni 1998, sebagai anak
kedua dari 3 bersaudara dari Bapak Drs. H. R.Herry Harnoto dan Ibu
Dra.Hj.Ermaita, M.Pd.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Rawa Laut
(Teladan) yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMP Negeri 1 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2013, dan Sekolah
Menengah Akhir (SMA) di SMA Negeri 10 Bandarlampung yang diselesaikan
pada tahun 2016.
Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswi, penulis
aktif mengikuti organisasi LUNAR Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
tahun 2016-2019 sebagai Anggota Muda dan Wakil Ketua Divisi Media dan
Jurnalistik. Penulis juga aktif mengikuti organisasi FSI Ibnu Sina Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung tahun 2016-2018 sebagai Kardiak dan Anggota
Divisi Akademik.
ii
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada
kemudahan, sesudah kesulitan ada kemudahan”
(QS.Al insyirah : 5-6)
“Siapa yang bersungguh-sungguh,
dia akan berhasil”
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta
salam semoga tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW dengan mengharap
syafaatnya di yaumil akhir kelak.
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Perilaku Ibu Dan Sanitasi Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras
Kota Bandarlampung”. terselesaikan oleh karena penulis banyak mendapat
masukan, kritik dan saran, serta dukungan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Karomani,, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Dyah Wulan Sumekar RW., SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dan Pembimbing I yang telah
memberikan kesempatan waktu dan tempatnya untuk memberikan kritik
dan saran untuk penulis. Serta senyuman yang selalu diberikan setiap
bimbingan sehingga memotivasi penulis untuk mengerjakan penyelesaian
skripsi ini dengan hal terbaik yang penulis bisa kerjakan.
iv
3. dr.Ratna Dewi PS., S.Ked., Sp.OG, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan masukan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
Serta selalu ramah pada setiap bimbingan.
4. Dr. dr. TA Larasati., S.Ked., M.Kes., selaku Pembahas atas kesediaannya
dalam membahas serta memberikan kritik dan dan saran yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pak Sutarto., SKM., M.Epid, selaku dosen Pembimbing Akademik penulis
selama penulis menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang telah memberikan masukan, dukungan, dan nasihat dalam
bidang akademik dan agama.
6. Kedua orang tua penulis, Drs. H. R. Herry Harnoto dan Dra. Hj. Ermaita,
M.Pd, yang telah melahirkan dan membesarkan penulis serta memberikan
dukungan ridho, dan segalanya kepada penulis.
7. Saudara kandung penulis, Ipda Rizky Akbar Kurniadi., S.Tr.K., M.Si., dr.
Uliana Nur Melin, dan Reny Arienta Putri. Terima kasih Mas, Aka, dan
Adek telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
8. Mba Indah yang selalu membantu penulis dan memberikan dukungan serta
semangat, juga Mba Risca, dan seluruh staff dosen dan karyawan FK
Unila yang telah membantu dalam pemenuhan berkas dan syarat sehingga
skripsi ini terselesaikan.
9. Bu Reno, Mba Yulia, Bu Bidan Vina, seluruh staff Puskesmas Sukaraja,
seluruh Kader Posyandu, dan seluruh ibu dan balita yang menjadi
responden di Kelurahan Kangkung yang telah memberikan waktu, tempat,
v
dan izinnya sehingga penulis dapat melakukan penelitian di lokasi dan
membantu penelitian skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan (Cupcup dan Dedek) Jihan, Arsyka, Mega,
Nisa, Ester, Maharani yang telah membantu, bekerja sama, dan menemani
penulis dari awal perkuliahan hingga penyelsaian skripsi ini dan
seterusnya.
11. A.Rizki yang telah membantu segala hal mengenai perkuliahan dari awal
masih menjadi mahasiswa baru hingga saat ini serta menjadi sahabat yang
baik bagi penulis
12. Teman-teman OSCE; Revina, Nia, Icha, Ayu, Lisa, Dina, Aulia, Irma,
Yunisa, dan Nana, juga Rezita yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam mengahadapi segala perkuliahan dan ujian di kampus.
13. Nurul Yasmine yang telah menemani penulis dari kecil hingga saat ini dan
menemani penulis dalam penelitian skripsi ini.
14. Teman-teman sejak SMP hingga saat ini; Nedia, Mae, Rizqia, Afif, Rozy,
Rega, Wisnu, dan Deni, yang telah mendukung dan memberikan semangat
kepada penulis.
15. Teman-teman seperjuangan FK Unila, khususnya Trigeminus yang telah
mendukung dan bekerja sama dengan penulis sejak mahasiswa baru.
16. Teman-teman di LK Lunar FK Unila dan FSI Ibnu Sina FK Unila.
17. DPA Auric yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
18. Kelompok Tutor 14 Semester 2, Gupek, atas dukungan, keceriaan, saran,
dan nasihat sejak awal hingga saat ini.
vi
19. Teman-teman seperbimbinganku, Edwina, Vidi, Angwen, yang telah
berjuang bersama dan membantu setiap ada kesulitan. Dan teman-teman
seperbimbinganku yang lain Sammy dan Dian, terima kasih karena selalu
mendukung dan berjuang bersama.
20. Teman-teman KKN Desa Sinar Gading, terima kasih atas 40 hari penuh
pengalamannya
21. Kak Ria dan Kak Neli, yang telah mendukung dan memberikan saran
kepada penulis sejak masuk perkuliahan hingga saat ini.
22. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan serta menyumbangkan ilmu, ide, dan pemikirannya
dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan ilmu baik kepada pembaca maupun penulis.
Bandarlampung, 2 Januari 2020
Penulis,
Retno Arienta Sari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................... 6
1.4.2 Bagi Masyarakat.............................................................................. 6
1.4.3 Bagi Instansi Terkait ....................................................................... 6
1.4.4. Bagi Peneliti Lain ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare ......................................................................................................... 8
2.1.1 Definisi ............................................................................................ 8
2.1.2 Klasifikasi ....................................................................................... 8
2.1.3 Etiologi .......................................................................................... 10
2.1.4 Gejala ............................................................................................ 12
2.1.5 Epidemiologi ................................................................................. 13
2.1.6 Faktor Risiko ................................................................................. 14
2.1.7 Penularan ....................................................................................... 18
2.1.8 Diagnosis ....................................................................................... 19
2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................................ 20
ii
2.2 Pengertian Sanitasi ................................................................................. 20
2.3 Sanitasi Lingkungan Terhadap Diare Pada Balita .................................. 20
2.4 Sanitasi Dasar ......................................................................................... 22
2.5 Perilaku Ibu ............................................................................................ 28
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 32
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................... 33
2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu ................................................................................. 35
3.2.1 Tempat........................................................................................... 35
3.2.2 Waktu ............................................................................................ 35
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................... 36
3.3.1 Populasi ......................................................................................... 36
3.3.2 Sampel ........................................................................................... 36
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 38
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 38
3.4.1 Variabel Penelitian ........................................................................ 38
3.4.2 Definisi Operasional...................................................................... 39
3.5 Alur Penelitian ........................................................................................ 42
3.6 Pengumpulan Data.................................................................................. 42
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 42
3.6.2 Instrumen Penelitian...................................................................... 43
3.7 Pengolahan Data ..................................................................................... 43
3.8 Analisa Data ........................................................................................... 44
3.9 Etika Penelitian ...................................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian ................................................................. 48
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 49
4.2.1 Karakteristik Responden .............................................................. 49
4.2.2 Analisis Univariat.......................................................................... 50
4.2.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 353
4.3 Pembahasan ........................................................................................... 60
4.3.1 Analisis Univariat ......................................................................... 60
iii
4.3.2 Analisis Bivariat ............................................................................ 72
4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 84
5.2 Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Diare Inflamasi dan Non Inflamasi ..................................... 12
2. Definisi Operasional ............................................................................ 39
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia Balita ............ .. 48
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita ............... .. 49
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia Ibu................. .. 49
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu ................. .. 50
7. Analisis Univariat................................................................................. .. 51
8. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 53
9. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 54
10. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 55
11. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 56
12. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 57
13. Analisis Uji Chi square ........................................................................ .. 59
14. Distribusi Hasil Observasi Ketersediaan Sarana Air Bersih ............... .. 63
15. Distribusi Hasil Observasi Ketersediaan Sarana Jamban .................... .. 65
16. Distribusi Hasil Observasi Ketersediaan Sarana Pembuangan Sampah 68
17. Distribusi Hasil Observasi Ketersediaan Sarana Pembuangan Limbah . 69
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses Penularan Penyakit Diare .......................................................... 18
2. Kerangka Teori Penelitian..................................................................... 32
3. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 33
4. Alur penelitian ....................................................................................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare masih menjadi penyebab kematian balita tertinggi kedua di seluruh
dunia setelah pneumonia. Diare menyumbang 526.000 kematian anak pada
tahun 2015, dengan 70% di antaranya berusia di bawah dua tahun (UNICEF,
2016). The 2018 Pneumonia and Diarrhea Progress Reports merilis 15
negara dengan jumlah kematian anak akibat pneumonia dan diare tertinggi,
termasuk Indonesia dengan angka kematian balita akibat diare mencapai
7.499 jiwa (International Vaccine Access Center, 2018).
Di Indonesia, angka perkiraan diare pada tahun 2017 cukup fantastis yaitu
sebesar 7.077.299 kasus dan yang ditangani hanya 4.274.790 kasus atau
hanya 60,4% (Kementerian Kemenkes RI, 2018). Sementara itu, angka
perkiraan diare di Provinsi Lampung adalah sebanyak 223.819 kasus dan
yang ditangani hanya 142.838 kasus. Hal ini menandakan bahwa penanganan
diare hanya 63,8%. Padahal Rencana Strategik Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung hingga tahun 2019 adalah cakupan penemuan dan penangan diare
menjadi 100% (Dinkes Lampung, 2019).
2
Penyakit diare berkaitan erat dengan berbagai faktor. Penyebab atau faktor
predisposisi diare secara tidak langsung adalah pemberian ASI eksklusif,
status gizi, kondisi lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
imunisasi dan sosial ekonomi (Fatmawati dkk, 2017). Selain itu, diare pada
balita berhubungan erat dengan perilaku ibu. Ibu merupakan orang yang
menghabiskan waktu paling banyak dengan anak. Apabila perilaku ibu tidak
mendukung kesehatan balita maka besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan balita (Mauliku dan Wulansari, 2010). Empat dari sepuluh
indikator PHBS sebaiknya dilakukan ibu untuk mencegah diare pada anak,
antara lain mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan air bersih dan
menggunakan toilet yang bersih (Faisal dkk, 2016).
Sanitasi merupakan salah satu faktor sangat berhubungan erat dengan tingkat
kejadian diare. Menurut World Health Organization (WHO), kurangnya
akses terhadap sanitasi dasar dan air minum yang bersih dan aman serta
higienitas yang buruk merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada
kematian balita akibat diare. Di berbagai negara berkembang, masih banyak
penduduk yang tidak memiliki jamban dan tidak mempraktikkan kebiasaan
cuci tangan dengan sabun (WHO, 2011). Padahal, cuci tangan dengan sabun
saja dapat menurunkan 40% angka kejadian diare (UNICEF, 2016).
Indonesia baru memiliki akses sanitasi yang baik sebanyak 61% tahun 2015.
Lebih dari 50 juta penduduk Indonesia masih melakukan open defecation dan
jumlahnya menempati peringkat kedua tertinggi di dunia setelah India. Hal
inilah yang dapat mengakibatkan kontaminasi air minum sehingga mudah
3
terjadi diare (WHO, 2017). Menurut kriteria Joint Monitoring Program
WHO/UNICEF, akses sanitasi disebut “baik” apabila rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri (tidak digunakan
bersamaan dengan rumah tangga lain), berjenis leher angsa atau plengsengan
dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik (Kemenkes RI, 2018).
Provinsi Lampung memiliki 88,1% penduduk yang menggunakan fasilitas
BAB milik sendiri. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,
prevalensi kejadian diare pada balita di Indonesia menurun, yaitu dari 18,5%
pada tahun 2013 menjadi 12,3% tahun 2018. Namun, angka ini masih
menjadi urgensi karena target penanganan diare adalah 100% pada tahun
2019 (Kemenkes RI, 2019).
Angka kejadian diare pada balita di Kota Bandar Lampung pada tahun 2017
mencapai 8225 kasus (Kartika, 2017), sedangkan pada tahun 2018 mencapai
6932 kasus (Kartika, 2018). Walaupun angka kejadian diare menurun, namun
kasusnya tetap menunjukkan angka yang tinggi (Dinkes Bandar Lampung,
2019). Puskesmas Sukaraja merupakan salah satu Puskesmas yang memiliki
angka kejadian diare balita yang tinggi di Kota Bandar Lampung dengan
angka kejadian diare sebanyak 334 kasus pada tahun 2017 (Kartika, 2017).
Pada tahun 2018, Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung tetap berada di
posisi tertinggi ke empat dengan angka kejadian diare yang meningkat
menjadi 337 kasus (Kartika, 2018). Angka kejadian diare pada bulan Januari
hingga Agustus 2019 mencapai 324 kasus (Ardiyanto, 2019).
4
Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja memiliki lima kelurahan, di mana
Kelurahan Kangkung merupakan kelurahan tertinggi yang memiliki angka
kejadian diare (Puskesmas Sukaraja, 2019). Pada tahun 2018, sebanyak
26,72% balita di Kelurahan Kangkung mengalami diare dengan peningkatan
sebesar 6,94%. Sedangkan pada bulan Januari hingga Agustus 2019, angka
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung meningkat menjadi 39,7%
(Benardi, 2019). Hal ini membuktikan bahwa angka kejadian diare pada
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung terus
meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan antara perilaku ibu dan sanitasi dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras,
Kota Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, makan penulis menemukan
rumusan masalah yaitu “Apakah terdapat hubungan antara perilaku ibu dan
sanitasi dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung?”
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perilaku ibu dan sanitasi dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi penderita diare pada balita di Kelurahan
Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan
Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
c. Mengetahui hubungan antara perilaku cara memasak ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan
Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
d. Mengetahui hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan
Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
e. Mengetahui hubungan antara ketersediaan pembuangan tinja
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
f. Mengetahui hubungan antara ketersediaan pembuangan sampah
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
6
g. Mengetahui hubungan antara ketersediaan pembuangan air limbah
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di
masyarakat umum dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai hubungan antara perilaku ibu dan sanitasi lingkungan
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan
Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kepada orang tua
mengenai perilaku ibu dan sanitasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi kejadian diare pada balita sehingga masyarakat,
terutama orang tua dapat melakukan tindakan pencegahan dan adanya
upaya perlindungan dari serangan penyakit diare.
1.4.3 Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan penanganan
terhadap penyakit diare pada balita, khususnya mengenai hubungan
antara perilaku ibu dan sanitasi dengan kejadian diare pada balita
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar
Lampung.
7
1.4.4. Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya diharapkan dapat
memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare merupakan suatu penyakit di mana seseorang mengalami
perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair dari biasanya tapi tidak
berdarah dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam kurun waktu 24
jam. (Kemenkes, 2015). Menurut (Suriadi, 2010), diare adalah kondisi
di mana cairan dan elektrolit di dalam tubuh hilang secara berlebihan
akibat buang air besar dengan frekuensi satu kali atau lebih yang
berbentuk encer atau cair. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non
infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.
Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Simadibrata (2006) dalam Kusumawardani (2018), diare
diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare, yaitu :
2.1.2.1 Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Menurut Schiller et al. (2014), diare akut diartikan sebagai
pengeluaran tinja dengan konsistensi cair dengan jumlah
yang lebih banyak akibat infeksi virus atau bakteri yang
9
berlangsung kurang dari dua minggu. Kebanyakan kasus
diare akut ini sembuh dengan sendirinya dan mudah
ditangani hanya dengan antimikroba.
2.1.2.2 Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15
hari.
Menurut Lee (2012), diare kronik adalah peningkatan
frekuensi buang air besar yang konsistensinya lembek atau
cair dan berlangsung lebih dari dua minggu. Diare kronik ini
bisa disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi.
Sementara itu, menurut Depkes RI (2000) dalam Umiati (2010), jenis
diare dibagi menjadi empat yaitu :
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat yang ditimbulkan berupa
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yatu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
Anoreksia atau Penuruan berat badan secara cepat adalah salah
satu akibat dari disentri.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Diare ini juga disebut sebagai diare kronik
yang penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, yaitu seseorang yang menderita diare
(diare akut dan diare persisten), dan disertai dengan penyakit
lainnya seperti demam, gangguan gizi, dan penyakit lainnya.
10
2.1.3 Etiologi
Secara klinis penyebab diare dibagi dalam empat kelompok, tetapi
yang sering ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi terutama infeksi virus. Penyebab penyakit diare adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2015b):
2.1.3.1 Faktor Infeksi
a. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti
Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus
Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,
Camfylobacter dan Aeromonas.
b. Virus
Beberapa virus yang dapat menyebabkan diare yaitu
Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus, Coranovirus dan
Astrovirus. Diare karena virus ini paling banyak terjadi
pada anak dan balita yang biasanya tak berlangsung lama,
hanya beberapa hari (3- 4 hari) juga dapat sembuh tanpa
pengobatan (selft limiting disease).
c. Parasit
Mikroorganisme parasit yang dapat menyebabkan diare
seperti Protozoa, Entamoeba Histolytica, Giardia
Lamblia, Balantidium, Coli, Trichuris trichiura,
Cryptosporidium parvum, Strongyloides strercoralis.
11
2.1.3.2 Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi lakrosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
2.1.3.3 Keracunan Makanan
a. Keracunan Bahan-bahan kimia
b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi 1)
Jasad Renik 2) Ikan 3) Buah-buahan 4) Sayur-sayuran
2.1.3.4 Diare Terkait Penggunaan Antibiotik (DTA/AAD)
Penyebab utama dari diare hingga saat ini yaitu infeksi. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus
Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes pada pasien
anak di enam Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama
disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan
infeksi karena bakteri hanya 8,4%. Hal ini membuktikan
bahwa penyakit diare tertinggi masih akibat infeksi virus.
Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus)
mengakibatkan berkurangnya produksi enzim laktase
sehingga menyebabkan malabsorpsi laktosa.
12
Diare karena keracunan makanan disebabkan karena
kontaminasi makanan oleh mikroba misalnya : Clostridium
botulinum, Stap. Aureus, dan lain sebagainya. Sedangkan
diare terkait penggunaan antibiotika (DTA) terjadi karena
penggunaan antibiotika selama 3 sampai 5 hari yang
menyebabkan berkurangnya flora normal usus sehingga
ekosistem flora usus didominasioleh kuman pathogen
khususnya Clostridium difficile. Angka kejadian DTA
berkisar 20-25%.
2.1.4 Gejala
Secara klinis, gejala diare dibedakan menurut sifatnya menjadi diare
inflamasi dan diare non inflamasi. Perbedaan diare inflamasi dan diare
non inflamasi adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perbedaan Diare Inflamasi dan Non Inflamasi Manifestasi Diare Inflamasi Diare noninflamasi
Karakter tinja Volume sedikit, mengandung
darah dan pus
Volume banyak, cair, tanpa
pus atau darah
Patologi Inflamasi mukosa colon dan
ileum distal
Usus halus proksimal
Mekanisme
diare
Inflamasi mukosa mengganggu
absorbsi cairan yang
kemungkinan efek sekretorik
dari inflamasi
Diare sekretorik/osmotik
yang diinduksi oleh
enterotoksin atau
mekanisme lainnya. Tidak
ada inflamasi mukosa
Kemungkinan
patogen
Shigella, Salmonella,
Clampylobacter, E. Colli,
EIEC, Clostridium dificcile,
Yersinina enterocolitica.
Kolera, ETEC, EPEC,
keracunan makanan tipe
toksin, rotavirus,
Adenovirus, NLV,
cryptosporidia, Giardia
lamblia
Sumber : (Kemenkes RI, 2015).
13
Sementara itu, menurut Indriasari (2009), gejala diare pada balita
yaitu frekuensi buang air besar 4x atau lebih dalam sehari, tinja encer,
berlendir atau berdarah, tinja berawana kehijau-hijauan, muntah, lesu,
suhu badan meninggi atau demam, tidak nafsu makan, sakit dan
kejang perut, dan dehidrasi.
2.1.5 Epidemiologi
Penyakit diare adalah salah satu masalah kesehatan yang masih sangat
perlu diperhatikan. Penyakit ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kematian bayi dan balita di negara berkembang
termasuk Indonesia. Menurut WHO (2012), terdapat dua miliar kasus
penyakit diare di dunia setiap tahunnya di mana jumlah tersebut
termasuk 1,9 juta penderita anak-anak yang berusia kurang dari 5
tahun atau balita terutama di negara berkembang. (WHO, 2012)
Kejadian diare di Indonesia untuk semua kelompok umur berjumlah
3,5 % dan angka kesakitan diare semua umur tahun 2012 adalah
214/100.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare pada
balita adalah 900/1000 balita. Kematian diare pada balita adalah 75,3
per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua
umur (Kemenkes RI, 2018).
Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada tahun 2010 angka
morbiditas menurut kelompok umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu
sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi
14
terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes RI,
2011).
Di Indonesia, angka perkiraan diare pada tahun 2017 cukup fantastis
yaitu sebesar 7.077.299 kasus dan yang ditangani hanya 4.274.790
kasus atau hanya 60,4%. Sementara itu, angka perkiraan diare di
Provinsi Lampung adalah sebanyak 223.819 kasus dan yang ditangani
hanya 142.838 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Hal ini
menandakan bahwa penanganan diare hanya 63,8%. Sedangkan
prevalensi kejadian diare pada balita di Indonesia menurun, yaitu dari
18,5% pada tahun 2013 menjadi 12,3% tahun 2018. Namun hal ini
tetap menjadi urgensi karena rencana strategik Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung hingga tahun 2019 adalah cakupan penemuan dan
penangan diare menjadi 100% (Riskesdas, 2018).
2.1.6 Faktor Risiko
2.1.6.1 Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai
perkembangan kesehatan anak dan sangat berpengaruh
dengan imunitas manusia. Penyakit infeksi akan lebih cepat
menyebar jika seseorang menderita gizi buruk atau gizi
kurang. Anak dengan kondisi gizi kurang tubuhnya akan
rentan sakit karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuhnya. Kurang gizi juga berpengaruh kepada episode
15
diare seseorang, semakin buruk kondisi gizinya maka akan
semakin banyak episode diare yang dialami (Helmi, 2013).
2.1.6.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap
kejadian diare. Peranan lingkungan, enterobakteri, parasit
usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik
dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai
penyebab penyakit diare. Aspek sanitasi lingkungan yang
buruk seperti kondisi air bersih yang tercemar, pembuangan
tinja dan limbah yang tidak sesuai, dan sarana pembuangan
sampah yang tidak memadai dapat mempengaruhi kejadian
diare. Ketersediaan air yang terkontaminasi serta kebersihan
tangan pada orang tua ataupun pengasuh menjadi faktor
risiko terjadinya penyakit diare (Mattioli, 2014). Semakin
buruk kondisi lingkungannya maka akan semakin tinggi
angka kejadian diare di lingkungan tersebut (Dini, 2015).
2.1.6.3 Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkingan. Menurut teori Lawrence Green dalam
Notoadmodjo (2010), mengemukakan bahwa untuk mencoba
menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang
16
dapat dipengarhui oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam
perilaku (behavioral factors) dan faktor dari luar perilaku
(non-behavioural). Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu:
a. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, anatra
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai,
tradisi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin, adalah faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Seperti
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu,
rumah sakit, sarana sanitasi, makanan bergizi, dan
sebagainya.
c. Faktor penguat, adalah faktor yang mendorong terjadinya
perilaku. Seperti keluarga dan petugas kesehatan.
Penyakit diare biasanya tidak pernah terlepas hubungannya
dengan personal hygiene. Menurut penelitian Selaras (2014),
Seorang ibu dengan personal hygiene yang buruk
memberikan makanan atau minuman kepada anaknya, namun
makanan yang diberikan kepada anaknya tersebut menjadi
terkontaminasi sehingga anak tersebut berpotensi terkena
penyakit diare.
17
Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan Agustina
(2013), higenitas makanan yang buruk yang disajikan oleh
ibu kepada anaknya menyebabkan terjadinya diare pada anak
<2 tahun. Faktor lain dari kebiasaan ibu yang buruk dapat
menjadi faktor risiko kejadian diare pada anak dan balita,
seperti tidak menyiapkan dan menyimpan makanan yang
akan diberikan, cara penyapihan yang tidak baik, dan tidak
maksimalnya pemberian ASI (Subagyo dan Santoso, 2010).
Maka dari itu, perilaku merupakan salah satu faktor risiko
penting yang mempegaruhi kejadian diare (Depkes RI, 2008
dalam Siregar, 2016).
2.1.6.4 Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi memiliki pengaruh terhadap faktor-
faktor penyebab diare. Sebagian besar penderita diare berasal
dari keluarga yang memiliki daya beli yang rendah, tidak
terpenuhinya sarana penyediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan, kondisi rumah yang tidak layak, dan rendahnya
pendidikan orang tua. Oleh sebab itu, upaya pencegahan dan
penanggulangan melalui edukasi dan perbaikan ekonomi
dapat memberikan dampak yang signifikan untuk
menurunkan kejadian diare tersebut (Suhartino 2008 dalam
Meliyanti, 2016).
18
2.1.7 Penularan
Penularan penyakit diare disebabkan oleh agen penyebab yang dimana
akan terjadi bila memakan makanan/air minum yang terkontaminasi
tinja/muntahan penderita diare. Akan tetapi, penularan penyakit diare
adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor,
bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/mainan apapun ke dalam mulut. Hal ini
dikarenakan virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai
beberapa hari, penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak
memasak air dengan benar, dan pencucian dan pemakaian botol susu
yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai
buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi,
sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang
(WHO, 2006).
Gambar 1. Proses Penularan Penyakit Diare (Sumber : WHO, 2006).
19
2.1.8 Diagnosis
Pasien dengan penyakit diare biasanya dating dengan berbagai
keluhan. Jika keluhan diarenya kurang dari 15 hari maka tergolong
diare akut dan jika lebih dari 15 hari tergolong diare kronik. Adanya
nyeri abdomen, tinja berkonsistensi cair atau lembek dengan frekuensi
lebih sering hingga lebih dari tiga kali sehari biasanya merupakan
keluhan khas pada pasien diare (Abdullah, 2013) . Pasien dengan diare
akibat penyakit pada usus halus biasanya mengeluh tinjanya
berjumlah banyak, berair, dan merasa dehidrasi. Sementara itu, pasien
dengan diare karena kelainan kolon seringkali mengeluh tinja
berjumlah kecil tapi sering,bercampur darah dan ada sensasi ingin ke
belakang (Kemenkes RI, 2011).
Pemeriksaan fisik pada penyakit diare sama seperti pemeriksaan fisik
pada umumnya, yaitu ada berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainnya seperti nyeri abdomen dan adanya tanda
dehidrasi. Tanda dehidrasi tersebut antara lain ubun-ubun kepala yang
cekung, kurang atau bahkan tidak adanya air mata, mukosa mulut dan
lidah kering, dan capillary refill time yang menurun (Guandalini,
2018).
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada penyakit diare sebenarnya
tidak terlalu diperlukan. Namun jika ingin mengetahui penyebab dasar
20
diare secara pasti apakah akibat infeksi atau bukan maka dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium menggunakan darah lengkap
ataupun pemeriksaan tinja (Maryanti, 2014).
2.1.9 Penatalaksanaan
Tata laksana yang umum dilakukan pada penyakit diare adalah
rehidrasi. Namun rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
menatalaksana diare. cara lain yang tidak kalah penting adalah
memperbaiki kondisi usus dan mengentikan diare. Departemen
Kesehatan menetapkan penatalaksanaan diare pada balita dan
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia yang merujuk pada
panduan WHO. Tatalaksana ini sudah dilakukan di beberapa rumah
sakit di Indonesia. Lima pilar yang ditetapkan oleh Depkes bagi kasus
diare balita yaitu (Kemenkes RI, 2011) :
a. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
c. ASI dan makanan tetap diteruskan
d. Antibiotik selektif
e. Nasihat kepada orang tua
2.2 Pengertian Sanitasi
Sanitasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “sanitation” yang artinya adalah
penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Sanitasi menurut World
Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa
21
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap
hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan,
dan kelangsungan hidup. Sedangkan menurut Notoadmojo, sanitasi
merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
tujuan mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
limbah berbahaya lainnya dengan harapan akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan,
sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
2.3 Sanitasi Lingkungan Terhadap Diare Pada Balita
Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor yang penting terhadap
terjadinya diare dimana interaksi antara penyakit, manusia, dan faktorfaktor
lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan, enterobakteri, parasit usus,
virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada
berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare
(Suharyono, 2008).
Sedangkan menurut Ahira (2008), lingkungan yang tidak bersih bisa menjadi
pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh manusia.
Sistem penyebaran diare pada manusia diantaranya melalui air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari bila memiliki kebersihan yang minim,
bisa membawa bakteri masuk dan menginfeksi dalam perut selanjutnya tanah
22
yang kotor dapat menghantarkan bakteri E. Coli menuju perut, sehingga
selalu membiasakan mencuci bahan makanan yang akan dimasak dengan
bersih sebelum dikonsumsi. Berikut yang bisa ikut membantu penyebaran
diare pada manusia adalah tangan manusia itu sendiri. Tangan yang kotor
berisiko mengandung banyak kuman dan bakteri. Kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar dan melakukan beragam aktivitas.
Kemudian serangga yang menyebabkan penyakit diare sangat menyukai
tempat-tempat yang memang kotor. Mereka akan tumbuh dan berkembang
biak di sana.
Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69% penduduk Indonesia dapat
mengakses air minum yang layak dan 72,5% memperoleh layanan sanitasi
yang memadai. Faktanya, hanya 18% penduduk yang memiliki akses ke
sumber air minum dan sekitar 45% mengakses sarana sanitasi yang memadai.
Kemudian untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik yaitu
diantaranya dengan mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat,
membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, membersihkan
kamar mandi dan toilet, menguras, menutup dan menimbun, tidak
membiarkan adanya air yang tergenang, membersihkan saluran pembuangan
air, dan menggunakan air yang bersih (Badu, 2012).
2.4 Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan
pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
23
kesehatan manusia. Upaya yang termasuk bentuk dari sanitasi dasar tersebut
meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan
sampah, dan pengelolaaan air limbah (Badu, 2012).
2.4.1 Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan dalam keperluan hidup sehari –
hari yang kualitasnya harus memenuhi syarat – syarat kesehatan dan
dapat diminum bila telah dimasak (Permenkes RI, 2017). Air bersih
untuk keperluan higienitas sanitasi digunakan untuk pemeliharaan
kebersihan perorangan seperti mandi, sikat gigi, mencuci bahan
pangan, peralatan makan dan pakaian (Kemendikbud, 2018).
Untuk keperluan minum maupun memasak, kualitas air yang
digunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan layak. Air
minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Air tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan baik dari segi fisik, kimiawi, dan bekteriologi agar tidak
menimbulkan penyakit bagi pengonsumsinya termasuk diare
(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat dan pengawasan
kualitas air. Air minum yang sehat dan agar dapat diminum dan tidak
menimbulkan penyakit harus memenuhi syarat – syarat antara lain:
a. Syarat fisik: bening tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
tidak mengalami kekeruhan, tidak terdapat zat padat terlaurt dan
suhu air + 30 dari suhu udara sekitar.
24
b. Syarat bakteriologis : tidak mengandung bakteri penyebab
penyakit (patogen) yang melampaui batas yang diijinkan. Bakteri
patogen misalnya bakteri E.coli yang dapat menyebabkan diare,
jika ada tidak boleh lebih dari 3 bakteri koliform/100 ml air secara
berturut turut dan bakteri Salmonella sp. yang mengakibatkan
tifus. Kedua bakteri tersebut biasanya terdapat dalam kotoran
manusia. Dalam kondisi normal, air tidak mengandung kedua
bakteri tersebut.
c. Syarat kimia: memiliki PH netral antara 6,5 – 9,0, kandungan
mineral-mineralnya terbatas, dan tidak mengandung zat kimia
atau mineral berbahaya misalnya CO2, H2S, NH4, dan sebagainya.
Air tidak mengandung zat yang mempunyai sifat radioaktif
(Kemenkes RI, 1990).
Air bersih yang digunakan di rumah dapat diperoleh melalui sistem
jaringan (air PAM), mata air yang terlindungi (sumur gali/sumur bor)
atau penampungan air hujan. Ketersediaan air bersih di lingkungan
rumah mempunyai standar atau indikator yang dapat dikatakan
sebagai air yang layak untuk kehidupan sehari – hari. Standar tersebut
di antaranya sebagai berikut.
a. Setiap rumah memiliki jumlah ketersediaan air yang cukup,
idealnya adalah 10 liter/orang/hari.
b. Secara kualitas dan fisik, air tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.
25
c. Jarak sumber air dari sumber pencemaran atau tanki septik
minimal 10 meter (Kemendikbud, 2018).
2.4.2 Sarana Sanitasi Jamban
Jamban layak adalah jamban yang memenuhi standar kesehatan,
berjenis kloset duduk/jongkok dengan saluran berbentuk leher angsa.
Fasilitas jamban yang layak merupakan hal yang wajib untuk
mendukung perilaku hidup bersih dan sehat bagi seluruh penghuni
rumah (Kemendikbud, 2018). Diperlukan jamban yang sehat sebagai
fasilitas pembungan tinja yang efektif sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya penularan berbagai penyakit akibat kotoran manusia yang
tidak dikelola dengan baik (Kemenkes RI, 2017).
Dalam pengelolaan jamban, metode pembuangan tinja memenuhi
syarat jamban sehat, seperti tanah permukaan tidak boleh
tekontaminasi, tidak boleh tejadi kontaminasi pada air tanah yang
mungkin memusuki mata air atau sumur, jamban harus bebas bau
yang tidak sedap, metode pembuatan dan pengoperasian harus
sederhana dan tidak mahal, dan tidak boleh tekontaminasi dengan air
permukaan (Kemenkes RI, 2011).
Syarat-syarat jamban sehat di atas harus dipenuhi dengan
memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
a. Luas minimun satu unit jamban sebesar 2 meter persegi.
b. Aktivitas penggunaan jamban tidak mudah terlihat dan terdengan
dari luar.
26
c. Jamban dilengkapi dengan pintu bermutu baik yang dapat dikunci
dan dibuka untuk keamanan dan keselamatan pengguna jamban.
d. Jamban harus dalam keadaan bersih sebelum dan setelah
digunakan.
e. Ruangan jamban mempunyai pencahayaan yang memadai dan
ventilasi untuk pertukaran udara. Apabila tidak ada listrik,
sebagian atap jamban dapat menggunakan fiber glass atau plastik
kaca di atap sehingga jamban tidak gelap.
f. Tersedia air bersih, sabun, tempat sampah tertutup, cermin,
gantungan baju, tempat cuci tangan, wadah penampung air dan
gayung di setiap unit jamban.
g. Memiliki saluran pembuangan limbah cair dari jamban yang
tertutup atau disemen agar tidak mencemari lingkungan, dengan
pembuangan akhir melalui tanki septik.
h. Kontruksi bangunan sesuai dengan ukuran kemiringan untuk
menghindari genangan air (Departemen PU, 2007).
2.4.3 Pengelolaan Sampah
Menurut Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat. Karena sifat, konsentrasi dan
volumenya, diperlukan pengelolaan khusus. Penanganan sampah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang
biaknya vector penyakit seperti lalat, tikus dan kecoak. Selain itu
27
dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan
gangguan kenyamanan dan estetika (Pemerintah Indonesia, 2008).
Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan sehari – hari terdiri dari
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organic adalah
sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup seperti tumbuhan dan
hewan dan berbagai macam olahan yang kemudian dibuang yang
dapat mengalami pelapukan dan dapat terurai. Contohnya, sampah
dedaunan/ranting pohon, sisa makanan dan lain – lain. Sampah
anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari berbagai macam proses
yang tidak terurai secara alami oleh bakteri dan membutuhkan waktu
yang lama dalam penguraiannya. Contohnya sampah plastik, kaca,
kaleng bekas dan lain – lain (Kemendikbud, 2018).
Syarat – syarat standar dalam pengelolaan sampah di lingkungan
antara lain.
a. Tersedianya kotak sampah yang tertutup di dalam rumah
b. Sampah harus dipilah sebelum dimasukan ke tempat pembuangan
sementar. Pemilahannya berdasarkan sampah organik dan sampak
anorganik.
c. Terdapat tempat pembuangan sampah sementara yang terletak
minimal 10 meter dari sumber air.
d. Tempat sampah mudah dibersihkan (Kemendikbud, 2018).
28
2.4.4 Pengelolaan Limbah Cair
Aktivitas sanitasi warga akan menghasilkan limbah buangan limbah
cair yang pada umumnya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup. Untuk mengurangi resiko kesehatan pada keluarga, sebaiknya
membangun pengelolaan limbah cair yang berfungsi mengurangi
kandungan bahan pencemar di dalam limbah cair. Limbah cair terdiri
dari black water dan grey water. Black water adalah air buangan dari
jamban yang mencakup air tinja dan urin. Sedangkan grey water
adalah air buangan yang dihasilkan dari limpasan air hujan dan sisa
rumah tangga (Kemendikbud, 2018).
Adapun syarat – syarat pembuangan limbah cair adalah :
a. Tempat pembuangan limbah cair minimal berjarak 10 meter dari
sumber air.
b. Memiliki saluran yang tidak bocor dan tidak mencemari
lingkungan.
c. Tertutup dan mudah dibersihkan (Kemendikbud, 2018).
2.5 Perilaku Ibu
Ibu sebagai pengasuh dan yang memelihara balita merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare. Hal ini disebabkan karena
perilaku ibu yang kurang baik. Perilaku ibu dipengaruhi tingkat pendidikan
yang ibu peroleh, biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu baik dalam
29
mencegah ataupun merawat balita yang menderita diare (Kemenkes RI,
2011).
Pada kasus penyakit diare biasanya selalu dihubungkan dengan aspek
personal hygiene. Karena penyakit diare merupakan penyakit saluran
pencernaan, yang penyebarannya lebih sering akibat konsumsi makanan
maupun minuman yang terkontaminasi, sehingga masyarakat dengan kondisi
personal hygiene yang buruk akan berpotensi terkena penyakit diare
(Marissa, 2015).
Perilaku ibu dalam mengasuh balita yang baik adalah memberikan ASI secara
eksklusif, penggunaan jamban dan membuang tinja sehat, menyimpan
makanan masak di tempat tertutup, air minum yang bersih atau tidak tercemar
dengan bakteri tinja, dan mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan (Nursalam, 2005).
2.5.1 Perilaku cuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan
dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebagian besar kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman
tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar
mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum.
Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena
lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar
kuman penyakit masuk ke tubuh manusia (Mukono, 2011).
30
Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang sangat penting
dalam penyebaran penyakit diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, memberi makanan pada
anak serta setelah buang air besar dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit diare sebesar 47% (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Widoyono (2008) upaya perilaku pencegahan diare dapat
dicegah melalui cuci tangan menggunakan air bersih. Perilaku tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah BAB atau BAK, setelah buang
sampah dan sebelum makan akan menyebabkan penyebaran kuman
yang dalam penyebaran kuman dapat dilakukan dengan mencuci
tangan. Perilaku mencuci tangan sebelum makan dan melakukan
kegiatan apapun yang berhubungan dengan balita tidak hanya
dilakukan oleh ibu saja, akan tetapi oleh semua anggota keluarga yang
berada di dekat balita. Selain itu kondisi lingkungan yang bersih
meliputi kebersihan kamar mandi, perabotan tumah tangga, alat – alat
dapur dan makanan yang dikonsumsi oleh balita harus dijaga
kebersihannya.
2.5.2 Memasak air minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Air yang tidak dikelola dengan standar pengelolaan air
minum rumah tangga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Oleh
karena itu, air untuk minum harus diolah terlebih dahulu (dimasak
hingga mendidih) menggunakan wadah yang bersih dan tertutup.
31
Penggunaan air minum isi ulang tanpa proses sterilisasi baik dapat
beresiko terhadap pencemaran terhadap mirkoorganisme. Diare yang
terjadi karena air minum yang tidak bersih umumnya berhubungan
dengan agen mikrobiologis dan kimia yang masuk ke saluran
pencernaan (Hairani dkk., 2017).
Arimbawa dkk (2016) mengatakan bahwa dengan meningkatkan
perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga, angka
kejadian diare akan menurun. Sinthamurniwaty (2006) dalam
penelitiannya mengenai faktor risiko kejadian diare akut pada balita
menyimpulkan bahwa kebiasaan memasak air minum merupakan
faktor protektif terhadap kejadian diare dengan OR = 0.39 (95% CI :
0.08-2.05). Penularan diare dapat terjadi melalui mekanisme fecal-
oral, termasuk melalui air minum yang tercemar atau terkontaminasi.
Proses memasak/merebus air hingga mendidih, yakni hingga 1000 C
efektif membunuh kuman-kuman penyakit, termasuk kuman-kuman
penyebab diare yang kemungkinan besar terdapat pada air minum.
32
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Teori Kejadian Diare Berdasarkan Teori Lawrence Green
Predisposising Factors
- Pengetahuan
- Sikap
- Usia
- Status Ekonomi
Kontaminasi makanan
Infeksi virus, bakteri, dan parasit
Kejadian diare pada balita
Sanitasi Lingkungan
- Sarana Air Bersih
- Sarana Sanitasi Jamban
- Sarana Pembuangan Limbah
Rumah Tangga
- Sarana Pembuangan Sampah
Enabling Factors
- Lingkungan Fisik
- Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Fasilitas
Kesehatan
ReinforcingFactors
- Sikap dan Perilaku
Keluarga
- Sikap dan Perilaku
Penyedia Pelayanan
Kesehatan
Perilaku Ibu
- Cuci tangan
dengan sabun
- Memasak air
minum
33
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian.
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah :
a. Terdapat hubungan antara perilaku mencuci tangan ibu dengan kejadian
diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota
Bandar Lampung.
b. Terdapat hubungan antara perilaku cara memasak air ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
c. Terdapat hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian
diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota
Bandar Lampung.
d. Terdapat hubungan antara ketersediaan pembuangan tinja dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
Sanitasi Lingkungan
- Sarana Air Bersih - Sarana Sanitasi Jamban - Sarana Pembuangan Limbah
Rumah Tangga - Sarana Pembuangan Sampah
Kejadian Diare Pada
Balita
Perilaku Ibu
- Cuci tangan dengan sabun
- Memasak air minum
34
e. Terdapat hubungan antara ketersediaan pembuangan sampah dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
f. Terdapat hubungan antara ketersediaan pembuangan air limbah dengan
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap hubungan
antar variabel dengan pengumpulan data dalam satu periode waktu tertentu
dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama
penelitian. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana,
menghemat waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. (Machfoedz,
2007).
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi
Waras, Kota Bandar Lampung.
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2019.
36
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Kelurahan
Kangkung, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.tahun
2019.
3.3.2 Sampel
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus
Lemeshow yang diketahui jumlah populasinya (Notoatmodjo, 2010),
yaitu sebagai berikut :
n = Zα x p (1 − p) x N
d2(N − 1) + Zα x p (1 − p)
Keterangan:
n : Besar sampel
Zα : Kesalahan tipe 1 (ditetapkan sebesar 5% = 1,96)
p : Proporsi balita yang diare = 0,216 (Benardi, 2019)
N : Populasi balita di kelurahan Kangkung bulan Agustus
2019 = 305 balita (Benardi, 2019)
d : derajat akurasi (5% = 0,05)
Maka didapatkan nilai perhitungan sebagai berikut.
n = 1,96 x 0,216 x 0,784 x 305
(0,05)2 x 304 + (1,96 x 0,216 x 0,784)
n = 92,73 , dibulatkan menjadi 93 sampel
Dari perhitungan rumus di atas maka dibutuhkan minimal sampel
adalah 93 sampel. Untuk menghindari terjadinya bias dalam penelitian
37
ini maka sampel ditambahkan 10% dari hasil perhitungan sehingga
didapatkan total sampel sebesar 102 balita.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik proportional
random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara
acak dengan memperhatikan pertimbangan persentase dari unsur –
unsur atau kategori dalam populasi (Murti, 2014).
Pada pengambilan sampel balita dilakukan berdasakan data pada saat
balita melakukan pemeriksaan di posyandu – posyandu di Kelurahan
Kangkung, Kecamatan Bumi Waras. Diketahui terdapat 10 posyandu
di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras. . Metode
pengacakan sampel dilakukan dengan cara memberikan urutan balita
yang datang ke posyandu, kemudian diambil secara acak dengan
aplikasi komputer menggunakan program simple random generator.
Dari 10 posyandu tersebut diambil sampel berdasarkan persentase dari
masing – masing populasi balita di setiap posyandu.
a. Posyandu Anggrek Kangkung : 42
305x102 = 14
b. Posyandu Lili Kangkung : 32
305x102 = 11
c. Posyandu Tulip Kangkung : 27
305x102 = 9
d. Posyandu Matahari Kangkung : : 37
305x102 = 12
e. Posyandu Mawar Merah Kangkung : 37
305x102 = 12
f. Posyandu Mawar Putih Kangkung : 29
305x102 = 10
g. Posyandu Mawar 2 Kangkung : 17
305x102 = 6
38
h. Posyandu Flamboyan Kangkung : 36
305x102 = 12
i. Posyandu Cempaka Putih Kangkung: 13
305x102 = 4
j. Posyandu Cempaka Kangkung : 35
305x102 = 12
Jumlah = 102 Sampel
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi kasus adalah :
a. Balita yang tinggal di wilayah Kelurahan Kangkung, Kecamatan
Bumi Waras.
b. Balita yang memiliki status gizi baik.
Kriteria Eksklusi
a. Ibu yang menolak menjadi responden
b. Ibu yang tidak memiliki waktu untuk diobservasi rumahnya
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel terikat adalah kejadian diare pada balita.
b. Variabel bebas adalah perilaku cuci tangan ibu, perilaku cara
memasak air ibu, ketersediaan air bersih, pembuangan tinja,
pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah.
39
3.4.2 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional (DO) Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Terikat
Diare
pada
Balita
Balita yang mengalami
BAB dengan feses
lebih cair dari biasanya
dan frekuensi lebih dari
3 kali dalam waktu 24
jam dan telah
terdiagnosis diare oleh
dokter Puskesmas
Sukaraja (Kemenkes,
2015).
Rekam
medik
Melihat
catatan
rekam medik
di
Puskesmas
Sukaraja
0 = balita
tidak
mengalami
diare
1 = balita
yang
mengalami
diare
Nominal
Bebas
Perilaku
Ibu
Cuci
Tangan
dengan
sabun
Aktivitas kebiasaan ibu
untuk cuci tangan
dengan sabun setelah
buang air, sebelum
menyiapkan makanan
dan memberi makan
balita. Penilaian
perilaku cuci tangan
ibu adalah apakah ibu
selalu mencuci tangan
atau tidak pernah
mencuci tangan
(Kemenkes RI, 2011).
Lembar
angket
Wawancara
terpimpin
0 = Ya
1 = Tidak
Nominal
Memasak
air minum
Memasak air yang
digunakan untuk
minum hingga
mendidih atau
menggunakan air
minum kemasan
(Hairani dkk., 2017)
Lembar
angket
Wawancara
terpimpin
0 = Ya
1 = Tidak
Nominal
Ketersediaan
Air Bersih
Air yang digunakan
dalam keperluan hidup
sehari – hari yang
kualitasnya harus
memenuhi syarat –
syarat kesehatan dan
dapat diminum bila
telah dimasak
(Permenkes RI, 2017).
a. Tersedia air yang
cukup, idealnya 10
liter/orang/hari.
b. Air tidak
berwarna, tidak
berbau dan tidak
berasa.
c. Jarak sumber air
dari sumber
pencemaran atau
Panduan
observasi
Observasi
0= Memenuhi
3 kriteria
ketersediaan
air bersih yang
sesuai standar
kesehatan
1 = Tidak
memenuhi 3
kriteria
ketersediaan
air bersih
sesuai standar
kesehatan
Nominal
40
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur
tanki septik
minimal 10 meter
(Kemendikbud,
2018).
Pembuangan
Tinja/jamban
layak
Jamban yang
memenuhi standar
kesehatan, berjenis
kloset duduk/jongkok
dengan saluran
berbentuk leher angsa
(Kemenkes, 2017).
a. Luas minimun satu
unit jamban
sebesar 2 meter
persegi.
b. Aktivitas
penggunaannya
tidak mudah
terlihat dan
terdengan dari
luar.
c. Keadaannya bersih
sebelum dan
setelah digunakan.
d. Pencahayaan yang
memadai dan
ventilasi baik.
e. Tersedia air bersih,
sabun, tempat
sampah tertutup,
gantungan baju,
tempat cuci
tangan, wadah
penampung air dan
gayung.
f. Memiliki saluran
pembuangan
limbah cair dari
jamban yang
tertutup atau
disemen dengan
pembuangan akhir
melalui tanki
septik.
g. Lantai tidak mudah
ada genangan air
(Departemen PU,
2007).
Panduan
Observasi
Observasi
0 = Memenuhi
7 kriteria
pembuangan
tinja yang
sesuai standar
kesehatan.
1= Tidak
memenuhi 7
kriteria
pembuangan
tinja yang
sesuai standar
kesehatan
Nominal
Pembuangan
Sampah
Pengelolaan sisa
kegiatan manusia dan
atau proses alam yang
berbentuk padat (UU
No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan
Sampah)
Panduan
Observasi
Observasi
0= Memenuhi
4 kriteria
pembuangan
sampah sesuai
standar
kesehatan.
Nominal
41
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur
a. Tersedianya kotak
sampah di dalam
rumah
b. Sampah harus
dipilah sebelum
dimasukan ke
tempat
pembuangan
sementara.
c. Terdapat tempat
pembuangan
sampah sementara
yang terletak
minimal 10 meter
dari sumber air.
d. Tempat sampah
mudah dibersihkan
(Kemendikbud,
2018).
1 = Tidak
memenuhi 4
kriteria
pembungan
sampah sesuai
standar
kesehatan.
Pembuangan
Air Limbah
Kondisi sarana
pembuangan air
limbah dari kamar
mandi, dapur, tempat
cuci, dan air hujan.
a. Tempat
pembuangan
limbah cair
minimal berjarak
10 meter dari
sumber air.
b. Memiliki saluran
yang tidak bocor
dan tidak
mencemari
lingkungan.
c. Tertutup dan
mudah dibersihkan
(Kemendikbud,
2018).
Panduan
Observasi
Observasi 0 = Memenuhi
3 kriteria
pembungan air
limbah sesuai
standar
kesehatan.
1 = Tidak
memenuhi 3
kriteria
pembungan air
limbah sesuai
standar
kesehatan.
Nominal
42
3.5 Alur Penelitian
Gambar 4. Alur penelitian
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur dalam pengumpulan data penelitian ini memerlukan
beberapa tahap diantaranya:
a. Meminta surat pengantar pada FK Unila untuk melakuan
penelitian setelah proposal disetujui oleh pembimbing.
b. Mengajukan surat permohonan izin kepada Kepala Puskesmas
Sukaraja.
c. Mengajukan surat permohonan izin kepada calon responden yang
bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
1. Tahap Pra-Penelitian
2. Tahap Penelitian
3. Tahap Pasca Penelitian
Pengurusan perijinan dan koordinasi
Pengisian lembar inform consent dan kuesioner
Wawancara dan observasi
Pengumpulan data
Editing, Coding, Entry Data, dan Tabulating
Analisis Data
43
d. Menjelaskan tentang manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan
kerahasiaan informasi yang akan diperoleh dari responden serta
meminta kerja sama responden untuk bersedia mengisi kuesioner
dan di observasi rumahnya.
e. Melakukan pengisian kuesioner dan observasi di rumah
responden
f. Data yang didapat dari kuesioner dan observasi diproses dan
dianalisis.
3.6.2 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini alat pengambilan data yang digunakan berupa
panduan checklist observasi dan lembar angket. Cara pengambilan
data melalui pengisian kuesioner mengenai perilaku ibu dan
observasi yang digunakan dalam bentuk checklist yaitu mengenai
mengenai pembuangan tinja, pembuangan sampah, ketersediaan air
dan pembuangan air limbah.
3.7 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah melalui beberapa tahapan,
yaitu :
3.7.1 Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi
maupun antar jawaban pada kuesioner.
44
3.7.2 Coding
Memberikan kode tertentu pada instrumen untuk memudahkan proses
pengolahan data dari masing-masing variabel dalam pengolahan data.
3.7.3 Entry
Memasukkan data untuk diolah dengan menggunakan komputer.
3.7.4 Tabulating
Mengelompokkan data hasil pengkodean untuk disajikan dalam
bentuk tabel atau grafik sehingga memudahkan pengolahan data.
3.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua
teknik analisis yakni analisis univariat dan analisis bivariat.
3.8.1 Analisis Univariat
Pada analisis ini, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi
sentral atau grafik (Saryono, 2008). Analisis univariat dilakukan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik
variabel bebas (perilaku cuci tangan, cara memasak air, ketersediaan
air bersih, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air
limbah), variabel terikat (kejadian diare pada balita) maupun deskripsi
karakteristik responden (Hastono & Sutanto, 2007).
45
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara masing-masing
variabel meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Skala data
penelitian yaitu skala nominal dengan nominal maka uji statistiknya
chi square. Uji chi square adalah uji yang digunakan untuk
membandingkan frekuensi observasi dengan frekuensi ekspektasi.
Frekuensi yang diharapkan pada masing – masing sel tidak boleh
telalu kecil (Dahlan, 2014).
Adapun syarat uji chi square adalah sebagai berikut:
a. Data variabel independen berskala kategori.
b. Tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol.
c. Sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20%
dari jumlah sel.
d. Hasil uji bivariat pada tabel 2x2 diambil dari continuity
correction
e. Alternatif uji chi square untuk tabel 2x2, jika terdapat sel yang
memiliki nilai expected kurang dari 5 digunakan uji fisher’s exact
(Besral, 2010).
Adapun pada tabel kontigensi db lebih besar dari 1. Bila nilai k lebih
besar dari 2 (maka db > 1), uji chi square dapat digunakan jika kurang
dari 20% diantara sel – sel yang mempunyai frekuensi ekspektasi
kurang dari 5 dan jika tidak ada satu sel pun yang memiliki frekuensi
ekspektasi yang kurang dari 1. Bila ada tabel kontigensi 2x2,
46
penggunaan uji chi square hendaknya memikirkan pertimbangan
sebagai berikut.
a. Bila n > 40, penggunaan uji chi square dengan continuity
correction.
b. Bila 20 < n < 40, uji chi square dapat dipakai bila semua
frekuensi ekspektasi adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi ekspektasi
yang terkecil kurang dari 5, dapat digunakan uji alternatif fisher’s
exact.
c. Bila n < 20, makan uji yang digunakan untuk kasus apapun adalah
fisher’s exact (Siegel, 1997).
3.9 Etika Penelitian
Telah mendapat persetujuan etika penelitian dari Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dengan No. 3173/UN26.18/PP.05.02.00/2019 pada
tanggal 5 November 2019.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan antara perilaku ibu
dan sanitasi dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Kangkung
Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Proporsi kejadian diare sebanyak 29,4% dan yang tidak diare 70,6%
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan ibu
dengan kejadian diare pada balita (p = 0,035).
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara memasak air minum dengan
kejadian diare pada balita (p= 0,036).
4. Ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan air bersih dengan
kejadian diare pada balita (p= 0,049).
5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan
kejadian diare pada balita (p= 0,078).
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan pembuangan
sampah dengan kejadian diare pada balita (p= 0,068).
7. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sarana pembuangan air
limbah dengan kejadian diare pada balita (p= 1,000).
48
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai
berikut.
1. Bagi Puskesmas Sukaraja
a. Hendaknya puskesmas meningkatkan promosi kesehatan lebih rutin
terkait perilaku hidup bersih sehat terutama sanitasi di lingkungan
rumah tangga.
b. Hendaknya puskesmas menggalakkan kader – kader posyandunya
untuk melaksanakan pencatatan dini kepada balita – balita yang
mengalami diare dan melaporkannya ke puskesmas.
c. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai sarana pembuangan tinja, sarana
pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat karena hal tersebut masih banyak masyarakat yang
sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan sampah, dan sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
2. Bagi Masyarakat
a. Bagi masyarakat di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Sukaraja, Kota
Bandar Lampung diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan
sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan sampah, dan sarana
pembuangan limbah agar dapat mengurangi angka kejadian diare pada
balita.
49
b. Diharapkan kepada masyarakat untuk melakukan pemeriksaan balita
rutin ke posyandu sehingga dapat terpantau status kesehatan balitanya
dan membawa anak yang sakit ke fasilitas layanan kesehatan contohnya
puskesmas agar dapat ditangani dengan baik dan maksimal.
3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melalukan penelitian terkait dengan
faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M, Firmansyah MA. 2013. Clinical Apporach and Management of
Chronic Diarrhea. The Indonesian Journal of Internal Medicine. 45(2): 157–
65.
Ahira A. 2008. Epidemiologi Diare : Karena Lingkungan yang Kotor. [diakses 15
November 2018]. Tersedia dari http://AnneAhira.com.
Aini N, Raharjo M, Budiyono B. 2016. Hubungan Kualitas Air Minum dengan
Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuasin
Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(1):
309-406.
Amaliah S. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Faktor Budaya dengan
Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. Prosiding Seminar Nasional Unimus. 91-97.
Angeline L Y. 2012. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dengan Keluhan
Kesehatan Diare Serta Kualitas Air pada Pengguna Air Sungai Deli di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012. [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ardiyanto B. 2019. Rekapitulasi Laporan Diare Dinkes Kota Bandar Lampung
Tahun 2019. Bandar Lampung: Bagian P2 Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
Arimbawa IW, Dewi KAT, Ahmad Z. 2016. Hubungan Faktor Perilaku dan
Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati,
Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Intisari Sains Medis, 6(1), 8-15.
Armanji. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar [skripsi]. Makassar:
Universitas Hasanuddin
Armin dkk. 2017. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Penyakit
Diare di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat
Tahun 2017. JIMKESMAS. 2(7).
Badu A. 2012. Gambaran Sanitasi Dasar Pada Masyarakat Nelayan di Kelurahan
Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo Tahun 2012. Jurnal
51
Kesehatan Masyarakat. 1(1):1-7.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2012.
Kehamilan ideal usia 20-35 tahun. Diakses tanggal 30 November 2019.
Tersedia dari:
http://maluku.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List...View...ID=
Badan Pusat Statistik. 2013. Profil dan Tren Pendapatan Pekerja Bebas di
Indonesia 2010-2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Basailin M, Agrina, Zulfitri N. 2018. Hubungan Durasi Riwayat Pemberian ASI
Terhadap Kejadian Diare pada Bayi. JOM FKp. 5(2): 98-104.
Benardi TR. 2019. Laporan Rekapitulasi Diare di Daerah Puskesmas Rawat Inap
Sukaraja. Bandar Lampung: Pengelola Program Diare Puskesmas Rawat
Inap Sukaraja.
Besral. 2010. Pengolahan Data dan Analisis Data-1 Menggunakan SPSS. Jakarta:
Departemen Biostatistika FKM UI.
Bhakti RTB. 2010. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar [skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan.
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Dahlan S. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Jakarta:
Salemba Medika.
Dahyuniar. 2018. Hubungan Antara Sanitasi dengan Kejadian Diare di Wilayah
Rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo. [skripsi]. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Departemen PU. 2007. Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2015. Profil Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun 2014. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2019. Profil Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun 2018. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2019. Profil Kesehatan ProvinsiLampung
52
Tahun 2018. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Dini F, Machmud R, Rasyid R. 2015. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan
Kejadian Diare Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4(2): 453–61.
Echols JM, Shadily H. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Faisal N, Sriwahyuni E, Afandhi A. 2016. The Influence of The Environment and
Mother’s Behaviour Towards Toddlers’ Diarrhea in Banjarbaru, South
Kalimantan. J-PAL. 7(2): 112-21.
Fatmawati, Arbianingsih, Musdalifah. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Diare Anak Usia 3-6 Tahun di TK Raudhatul Athfal Alauddin Makassar.
JOIN. 1(1):21-32.
Guandalini S, Frye RE, Tamer MA, et al. 2018. Diarrhea Clinical Presentation.
[diunduh 15 November 2018]. Tersedia dari
https://emedicine.medscape.com
Hairani B, SUriani, Andiarsa D, Juhairiyah. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu
dan Perilaku Memasak Air Minum Dengan Kejadian Diare Balita di
Puskesmas Baringin Kabupaten Tapin Tahun 2014. JHECDs. 3(1):10-14.
Hastono, Sutanto P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Helmi R. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo. Jurnal Kesehatan. IV(1): 233–242.
Hidayat AA. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Indriasari. 2009. A-Z Deteksi, Obati, dan Cegah Penyakit. Yogyakarta: Pustaka
Grahatama.
International Vaccine Access Center (IVAC). 2018. Pneumonia & Diarrhea
Progress Report 2018. [diunduh 1 Mei 2019]. Tersedia dari
https://stoppneumonia.org/wp-content/uploads/2018/10/JHSPH_PDPR_2018
_Final_small.pdf
Kartika DP. 2017. Rekapitulasi Laporan Diare Dinkes Kota Bandar Lampung
Tahun 2017. Bandar Lampung: Bagian P2 Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
Kartika DP. 2018. Rekapitulasi Laporan Diare Dinkes Kota Bandar Lampung
Tahun 2018. Bandar Lampung: Bagian P2 Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.
53
Kemendikbud RI. 2018. Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemenkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MEN.KES/PER/IX/
1990 Tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan P2 Diare. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2008. Laporan Nasional Riskesdas 2007. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes Kesehatan RI. 2011. Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. [diunduh 20 November 2018]. Tersedia dari https://Doi.Org/1
Desember 2013
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Higiene dan Diare. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Diare di Indonesia. Jurnal Buletin
Jendela Data & Informasi Kesehatan. [diunduh 15 November 2018]. Tersedia
dari https://Doi.Org/10.1017/Cbo9781107415324.004
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 Tentang
Pedoman penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. [diunduh 15
November 2018]. Tersedia dari https://Doi.Org/10.1037/0022-
3514.51.6.1173
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Kumaladewi BR. 2008. Faktor-Faktor Sanitasi yang Berpengaruh Terhadap
Timbulnya Penyakit Diare di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo [skripsi]. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.
Kusumasari, R. D. 2015. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Usia 3 Bulan – 2 Tahun Di Desa Pulosari Kecamatan
Kebakramat Kabupaten Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta, Universitas
54
Muhammadiyah Surakarta.
Kusumawardani A. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Umbi
Eleutherine palmifolia (L.) Terhadap Escherichia coli dengan Metode Difusi
Cakram [skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Kusumawati O, Nugroho HA, Hartono R. 2012. Hubungan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus di
Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan. Karya Ilmiah.
Laksmi NPA, Windiani IT, Hartawan INB. 2013. Hubungan Perilaku Ibu
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati
I Periode Bulan November Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana. 4(7): 1-9
Lee KS, Kang DS, Yu J, Chang YP, Park WS. 2012. How To Do In Persistent
Diarrhea Of Children?: Concepts And Treatments Of Chronic Diarrhea.
Pediatric Gastroenterology Hepatology & Nutrition. 15(4): 229–36.
Machfoedz. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan
danKebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Mafazah L. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan
Kejadian Diare. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8(2): 176-182
Mahalini DS, Aryasa IKN, Suraatmaja S. (Abstr). Gangguan elektrolit dan
keseimbangan asam basa pada diare akut dehidrasi berat. Abstrak
disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II.
Batam, 12-14 Juli 2004.
Mahyudin. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak
Usia Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Salotungo Kabupaten Soppeng.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 3(4): 47–54.
Marissa OJ. 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Sosial Ekonomi dan Perilaku
Ibu terhadap Kejadian Diare dengan Dehidrasi Sedang pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2015. [skripsi]
Semarang: Universitas Negeri Semarang).
Maryanti E, Dwintasari SW, Lesmana SD, Mandela H, Herlina S. 2014. Profil
Penderita Diare Anak Di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru. JIK. 1(9): 14–9.
Mattioli MC, Boehm AB, Davis J, et al. 2014. Enteric Pathogens In Stored
Drinking Water And On Caregiver Hands In Tanzanian Households With
And Without Reported Cases Of Child Diarrhea. PLoS ONE. 9(1): e84939.
Mauliku N, Wulansari E. 2010. Hubungan Antara Perilaku Ibu Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat.
Kesehatan Masyarakat STIKes Ahmad Yani. [diunduh 14 Desember 2018].
Tersedia dari http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-
55
journal/filesx/2009/200912/200912-005.pdf
Meliyanti F. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Pada Balita. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan. 1(2) : 9-15.
Muliawan TA. 2009. Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat pada Tatanan
Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 6 - 12 Tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes Tahun 2008. [skripsi].
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Mukono HJ. 2011. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi kedua. Surabaya :
UAP.
Mundiatun, Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
Gava Media.
Murti B .2014. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kesehatan. Edisi 2.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Myrnawati. 2004. Buku Ajar Epidemiologi. Jakarta: FK Yarsi.
Notoadmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo S. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, Susilaningrum R, Utami S. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika
Pemerintah Indonesia, 2008. Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Prawati DD. 2019. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare di Tambak Sari,
Kota Surabaya. Juenal Promkes:The Indonesian Journal of Health Promotion
and Health Promotion and Health Education. 7(1) : 34-35.
Puskesmas Sukaraja. 2019. Profil Puskesmas Rawat Inap SUkaraja Tahun 2018.
Bandar Lampung: Puskesmas Sukaraja.
Rahman HF. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di
DesaSolor Kecamatan Cermee Bondowoso. NurseLine Jurnal. 1(1) : 24-35.
Rohmah N. 2016. Hubungan Antara PHBS,Penggunaan Air Bersih, Dan Jamban
Sehat DiRumah Tangga Dengan Kejadian Diare PadaBalita Di Wilayah Kerja
56
Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo. [skripsi]. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Rosidi, Handarsari, Mahmudah. 2010. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dan
Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Anak SD Negeri Podo 2
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 6(1): 76 - 84.
Rudolph JA, Rufo PA. Diarrhea. 2004. Dalam: Benson JB, Haith MM,
penyunting. Disease and disorder in infancy and early childhood. Edisi
pertama. San Diego: Elsevier. Hal.130-137.
Sambas A, Maman A. 2007. Analisis Korelasi Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian. Bandung; Pustaka Setia.
Sapei A, Purwanto MYJ, Sutoyo, Kurniawan A. 2011. Desain Instalasi Pengolah
Limbah WC Komunal asyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus.
Bogor: Institut Pertanian Bogor: Teknik Sipil dan Lingkungan.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Schiller LR, Pardi DS, Spiller R, Semrad CE, Surawicz CM, Giannella RA, Sellin
JH. 2014. Gastro 2013 APDW/WCOG Shanghai Working Party Report:
Chronic Diarrhea: Definition, Classification, Diagnosis. Journal Of
Gastroenterology And Hepatology. 29(1): 6–25.
Selaras R. 2014. Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih Dan Perilaku Ibu Terhadap
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Tahun 2013 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita.
[skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sirait, E. D. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Ibu dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 1 – 4 Tahun di Puskesmas
Siantan Hilir Tahun 2013. [Skripsi]. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Siregar W. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Ibu
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan
Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utarakota Sibolga Tahun 2016 [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Soamole S. 2018. Analisis Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan Kejadian
Diare di Puskesmas Siko Kota Ternate Tahun 2017. Vol2 P.1SSH 2549-7049
E. ISSN 2620-7729.
57
Subagyo B, Santoso N. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Sudigdo S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunardi. 2017. Perilaku Mencuci Tangan Berdampak pada Insiden Diare pada
Anak Usia Sekolah di Kabupaten Malang. Jurnal UMM. 8(1) :85-95.
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Umar FS. 2016. Sanitasi Lingkungan yang Buruk Sebagai Faktor Resiko Kejadian
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Kecamatan Kedaton
Kota Bandar Lampung. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Umiati. 2010. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare
Pada Balota Di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali
Tahun 2009 [skripsi]. Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta.
United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2016. One is too Many: Ending
Child Deaths from Pneumonia and Diarrhea. New York: UNICEF.
Wandansari AP. 2013. Kualitas Sumber Air Minum dan Pemanfaatan Jamban
Keluarga dengan Kejadian Diare. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat.
9(1): 24-29.
World Health Organization (WHO). 2006. Implementing the New
Recommendation on the Clinical Management of Diarrhea: Guidelines for
Policy Makers and Programme Managers. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization (WHO). 2011. Water, Sanitation and Hygiene
Interventions and the Prevention of Piarrhoea. Diunduh tanggal 4 Mei 2019.
tersedia dari https://www.who.int/elena/titles/bbc/wsh_diarrhoea/en/.
World Health Organization (WHO). 2017. Progress on Drinking Water,
Sanitation and Hygiene : 2017 Update and SDG Baseline. New York and
Geneva: WHO & UNICEF.
Wibisono AF, & Dewi P. 2014. Sosialisasi Bahaya Membuang Sampah
Sembarangan dan Menentukan Lokasi TPA di Dusun Deles Desa Jagonayan
Kecamatan Ngablak. [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Widyastuti P. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya : Erlangga.