BAB V

4
BAB V PEMBAHASAN Proses pembuatan biodiesel yang dilakukan berbahan baku minyak jelantah. Ada 2 proses yang dilakukan dalam pembuatan biodiesel yang berupa proses esterifikasi dan transesterifikasi. Untuk reaksi esterifikasi telah dilakukan oleh kelompok sebelumnya, sehingga didapatkan senyawa ester dari minyak jelantah yang digunakan oleh kelompok kami sebagai bahan dasar dalam reaksi transesterifikasi. Pada reaksi esterifikasi dan transesterifikasi, keduanya membutuhkan katalis yang berguna untuk mempercepat reaksinya masing-masing. Reaksi esterifikasi membutuhkan katalis berupa senyawa asam kuat sedangkan reaksi transesterifikasi membutuhkan katalis senyawa basa kuat. Reaksi esterifikasi tidak bisa menggunakan katalis basa kuat. Begitu juga dengan reaksi transesterifikasi tidak bisa menggunakan katalis asam kuat. Reaksi esterifikasi memerlukan katalis asam kuat disebabkan karena katalis tersebut akan berusaha untuk membantu mempercepat senyawa asam karboksilat bereaksi dengan senyawa alkohol sehingga membentuk senyawa ester. Sedangkan pada reaksi transesterifikasi, katalis yang digunakan harus basa kuat disebabkan karena apabila senyawa yang digunakan basa kuat, maka senyawa trigliserida yang direaksikan dengan metanol yang merupakan senyawa alkohol, akan cenderung lebih menyukai senyawa basa kuat seperti kristal KOH ataupun NaOH. Apabila senyawa trigliserida itu

description

me

Transcript of BAB V

Page 1: BAB V

BAB V

PEMBAHASAN

Proses pembuatan biodiesel yang dilakukan berbahan baku minyak jelantah. Ada

2 proses yang dilakukan dalam pembuatan biodiesel yang berupa proses esterifikasi dan

transesterifikasi. Untuk reaksi esterifikasi telah dilakukan oleh kelompok sebelumnya,

sehingga didapatkan senyawa ester dari minyak jelantah yang digunakan oleh kelompok

kami sebagai bahan dasar dalam reaksi transesterifikasi. Pada reaksi esterifikasi dan

transesterifikasi, keduanya membutuhkan katalis yang berguna untuk mempercepat

reaksinya masing-masing. Reaksi esterifikasi membutuhkan katalis berupa senyawa

asam kuat sedangkan reaksi transesterifikasi membutuhkan katalis senyawa basa kuat.

Reaksi esterifikasi tidak bisa menggunakan katalis basa kuat. Begitu juga dengan reaksi

transesterifikasi tidak bisa menggunakan katalis asam kuat.

Reaksi esterifikasi memerlukan katalis asam kuat disebabkan karena katalis

tersebut akan berusaha untuk membantu mempercepat senyawa asam karboksilat

bereaksi dengan senyawa alkohol sehingga membentuk senyawa ester. Sedangkan pada

reaksi transesterifikasi, katalis yang digunakan harus basa kuat disebabkan karena

apabila senyawa yang digunakan basa kuat, maka senyawa trigliserida yang direaksikan

dengan metanol yang merupakan senyawa alkohol, akan cenderung lebih menyukai

senyawa basa kuat seperti kristal KOH ataupun NaOH. Apabila senyawa trigliserida itu

telah bereaksi dengan katalis basa kuat tadi, maka bukan reaksi pembentukan metil ester

yang terjadi, tetapi reaksi saponifikasi yang menghasilkan senyawa sabun. Jika kadar

asam lemak bebas (Free Fatty Acid) pada trigliserida di atas 5% maka dapat

mempercepat reaksi terbentuknya sabun dengan katalis basa kuat tadi. Selain itu juga,

katalis asam kuat di reaksi transesterifikasi ini berfungsi untuk memecah gugus OH-

pada senyawa trigliserida dan menggantikannya dengan gugus metil dari alkohol

sehingga akan membentuk senyawa metil ester.

Pada proses transesterifikasi yang dilakukan menggunakan katalis kristal NaOH

yang merupakan basa kuat. Katalis ini dilarutkan dengan metanol terlebih dahulu

dengan tujuan untuk menghomogenkan fasenya. Hal tersebut dilakukan agar katalis

dapat lebih mudah berfungsi ketika nanti alkoholnya yang telah direaksikan dengan

senyawa trigliseridanya yang juga berfase cair. Kristal NaOH dihomogenkan fasenya

dengan senyawa alkohol menggunakan magnetic stirrer, tujuannya yaitu agar proses

pengadukannya bisa membuatnya lebih cepat homogen dibanding menggunakan

Page 2: BAB V

pengadukan secara manual. Reaksi basa kuat dan metanol ini berlangsung secara

endotermis.

Reaksi transesterifikasi yang terjadi harus berlangsung setimbang. Syarat

terjadinya kesetimbangan gugus yang akan dipecah berkaitan dengan katalis yang

digunakan dan menambahkan salah satu reaktan. Pada percobaan ini, metanol yang

digunakan sebagai reaktan dapat ditambah volumenya saat penghomogenan dengan

katalis NaOH. Metanol yang diperbanyak bertujuan agar dapat memecah trigliserida

dan mencegahnya bereaksi dengan katalis.

Senyawa trigliserida harus dipanaskan sampai temperatur 700C dengan tujuan

menurunkan viskositasnya. Hal ini disebabkan karena akan sulit direaksikan dengan

metanol yang homogen dengan katalis NaOH tadi apabila viskositas trigliserida tinggi

atau sangat kental. Selain itu juga, reaksi transesterifikasi ini bersifat eksotermis. Ketika

proses transesterifikasi dilakukan, maka diperlukan pengadukan dan pemanasan.

Pengadukan tetap dilakukan secara magnetik pada alat heating mantle yang bertujuan

untuk mempercepat proses reaksi pembentukan metil ester. Sedangkan pemanasan

dilakukan untuk mencegah trigliserida tadi mengental.

Pada proses transesterifikasi yang dilakukan ini, tidak menghasilkan senyawa

metil ester. Ketika pengadukan dilakukan di dalam labu tiga lengan, terbentuknya zat

seperti busa putih yang mengental. Semakin lama pengadukan, semakin banyak pula

busa putih yang terbentuk. Pengadukan bukan penyebab terbentuknya sabun pada

transesterifikasi ini. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan trigliserida tidak

terkonversi menjadi senyawa metil ester.

Hal yang bisa jadi menyebabkan kegagalan yaitu kadar FFA pada trigliserida yang

digunakan dan kesalahan perhitungan komposisi katalis yang digunakan. Tidak adanya

pengujian kadar asam lemak bebas pada trigliserida menyebabkan kadar FFA yang ada

tidak diketahui secara pasti. Kadar pengotor berupa asam lemak bebas ini bila di atas

5% cenderung lebih suka untuk bereaksi kepada katalis NaOH yang telah homogen

fasenya yaitu cair dan cair. Kemudian, faktor yang kemungkinan menyebabkan

kegagalan berikutnya adalah kesalahan dari praktikan atau kelompok kami dalam

melakukan perhitungan komposisi katalis NaOH yang digunakan dalam proses

transesterifikasi. Komposisi katalis NaOH yang digunakan terlalu banyak melebihi

komposisi metanolnya yang menyebabkan NaOH lebih cenderung bereaksi dengan

metanol tersebut. Di samping itu, minyak yang digunakan pada transesterifikasi ini ada

campuran gum yang berasal dari bottom product dari proses esterifikasi.