Bab Pembahasan Endokrin
Click here to load reader
description
Transcript of Bab Pembahasan Endokrin
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN
Pengkajian sistem endokrin bersifat menyeluruh terhadap semua sistem
tubuh, karena efek hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian pada sistem
endokrin meliputi data biografi, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik. Data penting yang harus digali baik melalui anamnesa
maupun pemeriksaan fisik antara lain :
1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa
gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses
patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan somatik harus
selalu dibandingkan dengan usia dan gender, misalnya berat badan dan tinggi
badan. Tenpat tinggal juga merupakan data yang perlu di kaji, khususnya
tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga tempat tinggal klien
sekarang. Daerah dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah berpolusi
menjadi penekanan yang perlu diketahui.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsumg dengan gangguan hormonal seperti:
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetes mellitus
e. Infertilitas
Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat
menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang
sederhana dan di mengerti oleh klien atau keluarga.
3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
1
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini
tidak dikeluhkan.
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore,
bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang, dan lain-lain.
b. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus
meskipun banyak makan, dll.
c. Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul, tidak
mampu berkonsentrasi, dll.
d. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila
klien dirawat beberpa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat
sekarang dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di
peroleh dari dokter atau petugas kesehatan maupun obat-obatan yang di
peroleh secara bebas. Jenis obat-obatan yang mengandung hormon atau yang
dapat merangsang aktivitas hormonal seperti hidrokortison, levothyroxine,
kontrasepsi oral, dan obat-obatan anti hipertensif.
4. Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan
yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi berikut ini
perlu dikaji :
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis.
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.
d. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar
tiroid.
5. Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi banyak
orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat
2
melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang
mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan
pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan bersama-sama
bagaimana klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan
bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan
upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat
mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-
sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
6. Masalah Kesehatan Sekarang atau disebut juga keluhan utama
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang di rasakan klien?
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
poerlahan dan sejak kapan dirasakan?
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari?
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine?
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi?
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu klien?
Hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
a. Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Perawat
mengakaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau
sama sekali klien tidak berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur
sepanjang hari merupakan informasi yang sangat penting. Kaji juga
bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih atau kurang.
b. Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin. Secara
langsung oleh ADH, Aldosteron, dan kortisol. Perawat menanyakan
tentang pola berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering
3
terbangun malam hari untuk berkemih. Nyatakan volume urine dalam
gelas untuk memudahkan persepsi klien. Eliminasi urine tentu sangat
berhubungan erat dengan keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Bila dari
hasil anamnesa ada hal yang mengindikasikan voume urine berlebih,
pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke kemungkinan klien kekurangan
cairan, kaji apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana
klien mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang
dikonsumsi setiap hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan
pola sebelum sakit untuk membandingan pola yang ada sekarang.
c. Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh
GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila
hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang seperti hipotiroid pada
ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi lahir artinya selama proses
tumbang terjadi disfungsi GH atau mungkin Gonad dan kelenjar tiroid.
Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi di lahirkan
dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhan dan
bahkan tidak dapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya
misalnya bagaimaa tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi,
inisiatif dan rasa tanggung jawab. Kaji pula apakah perubahan fisik
tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
d. Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien
wanita maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya
mencakup lama, volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi
nyeri atau kramp abdomen sebelum selama dan sesudah haid. Untuk
volume gunakan satuan jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada
umur berapa klien pertama kali menstruasi.
4
Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan.
Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara
tertentuuntuk membatasi kelahiran atau cara untuk mendapatkan
keturunan. Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme
dan bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan
puas dan menyenangkan. Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan
ukuran alat genitalnya. Mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks
masih seringkali menjadi hal yang tabu untuk di perbincangkan padahal
seharusnya itu tidak perlu terjadi. Jika perbincagan tentang seks dilakukan
dalam konteks therapi maka tidak perlu malu. Perawat perlu mawas diri
dengan perasaannya, bersikap dewasa, dan berwibawa sehingga perasaan
segan dan malu dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.
7. Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan
yaitu:
a. Kondisi kelenjar endokrin
b. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testis). Secara umum, pemeriksaan
fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi
adalah :
a. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik
sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan,
kesembangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi, metabolisme dan
energi. Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau
lebih gangguan endokri, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan
fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif
dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya
terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi
5
menggunakan pendekatan head to toe saja atau menggabungkannya
dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak
kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan
proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas
struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.
Pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah
ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan
bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila
digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid.
Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau
tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan
untuk meyakinkannya perlu dilakukan palpasi. Distensi atau bendungan
pada vena jugularis dapat mengidentifikasikan kelebihan cairan atau
kegagalan jantung. Amati warna kulit (hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat lokasinya dengan
jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa
lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur, penembuhan luka yang
lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan
hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut
dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau
hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas.
Penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang
biasa disebut Bufflow neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai
daerah clavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien
hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan
dan simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan
menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati
6
keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan
pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati
bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran
cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada
hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan
lemak centripetal dijumopai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada
pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan
labia terhadap kelainan bentuk.
b. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa
melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun
isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan
palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau
multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi. Pada saat melakukan
pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk menghindari
kelelahan klien sebaiknya posisi duduk. Untuk hasil yang lebih baik,
dalam melakukan palpasi pemeriksaan berada dibelakang klien dengan
posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari
lain ada diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes dilakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat
harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari
dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap
ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut,
peka terhadap sinar dan sinyal seperti karet.
c. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah
leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah
bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah
tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat
7
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid
sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan
pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate
jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan,
perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
8. Pengkajian Psikososial
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman , dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah
ganguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya
sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang dialami menyangkut
perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-lain yang akan
mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam
memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang
biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.
9. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
a. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme
akan dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan
dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping.
Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara
khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak
selama prosedur.Pemeriksaan darah dan urin.
8
KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-
bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah
darah venalebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc.
Tanpa persiapan secara khusus.
KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
b. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap iodida.
T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.
1) Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
T3 : 0.2-0.3 mg/dl
T4 : 6-12 mg/dl
2) Nilai normal pada bayi/anak:
T3 : 180-240 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas
meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan
spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada :
Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
9
Anak : pada umumya tidak ada
Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah
vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum
pemeriksaan 6-8 jam.
Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Nilai normal BMR : -10 s/d 15 %.
Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
1) Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul
tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi
atau tidak berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang
bersifat ganas.
2) Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium
dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.
c. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,
sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak
terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl.
Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsiun darah
normal (6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Pembacaan hasil secara kuantitatif :
Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus
Positif (++) : kekeruhan sedang
Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
10
Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika
Percobaan Ellwort – Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon.
Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar
serum kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila
pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper
paratiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada
hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi
pospor diuresis meningkat.
Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak.
Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang
menipis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium
serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai
gelombang Q – T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid
interval Q – T mungkin normal.
Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi
otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
d. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai
kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
11
Bayi : 50-80 mg/dl
Anak-anak :60-100 mg/dl
Persiapan :
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan.
e. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
Dewasa wanita :37-47 %
Pria : 45-54%
Anak-anak :30-40%
Neonatal :44-62%
Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl )
dengan nilai normal :
Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24
jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
Stimulasi test
Daimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi
terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.
12
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC Pustaka Utama Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC
Sihotang. 2015. Endocrine as a Master of Gland. Available at : https://www.academia.edu/4802039/Endocrine_as_a_master_of_gland diakses tanggal 6 Maret 2015.
Indarti. 2012. Pengkajian Umum Sitem Endokrin. http://www.slideshare.net/widipta/pengkajian-umum-sistim-endokrin diakses tanggal 6 Maret 2015.
13