BAB IV Pembahasan Pneumonia

5
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan antara konsep dasar teori dan dengan kenyataan yang dijumpai pada kasus, argumentasi serta solusi yang penulis berikan. Dalam penguraiannya akan disesuaikan dengan proses keperawatan. A. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis), perumusan masalah dan diagnosa keperawatan. Pada pengumpulan data ada beberapa data yang ditemukan yaitu data yang dapat menunjang diagnose pola nafas tidak efektif, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orang tua. Saat pengkajian tampak retraksi otot dada saat bernapas, bayi terlihat dibantu pada saat bernapas dengan O2 nasal kanul 6 Lpm, RR 52 x/menit, tangis pasian lemah, bayi terlihat sesak ssat bernapas. Saat pengkajian bayi terlihat kurus, berat badan : 1500 gram, panjang/tinggi badan: 40 cm, lingkar kepala 25 cm, lingkar dada 22 cm, bayi tidak bias minum melalui mulut, bsyi minum 20 cc melalui NGT/ sonde tiap 3 jam, dar 20 cc yang dimasukan terdapat 15 cc, mukosa bibir kering, reflek hisap lemah, reflek menelan lemah.

Transcript of BAB IV Pembahasan Pneumonia

BAB IV

PEMBAHASANPada bab ini akan diuraikan antara konsep dasar teori dan dengan kenyataan yang dijumpai pada kasus, argumentasi serta solusi yang penulis berikan. Dalam penguraiannya akan disesuaikan dengan proses keperawatan.

A. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis), perumusan masalah dan diagnosa keperawatan. Pada pengumpulan data ada beberapa data yang ditemukan yaitu data yang dapat menunjang diagnose pola nafas tidak efektif, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orang tua.Saat pengkajian tampak retraksi otot dada saat bernapas, bayi terlihat dibantu pada saat bernapas dengan O2 nasal kanul 6 Lpm, RR 52 x/menit, tangis pasian lemah, bayi terlihat sesak ssat bernapas.

Saat pengkajian bayi terlihat kurus, berat badan : 1500 gram, panjang/tinggi badan: 40 cm, lingkar kepala 25 cm, lingkar dada 22 cm, bayi tidak bias minum melalui mulut, bsyi minum 20 cc melalui NGT/ sonde tiap 3 jam, dar 20 cc yang dimasukan terdapat 15 cc, mukosa bibir kering, reflek hisap lemah, reflek menelan lemah.

Saat pengkajian ibu pasien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, ibu pasien tampak gelisah dan terus bertanya-tanya tentang anaknya

B. Perencanaan

Terdapat dua langkah dalam perencanaan yaitu prioritas diagnosa dan rencana keperawatan. Prioritas diagnosa dilakukan dengan mempertimbangkan masalah yang mengancam jiwa, masalah yang paling dirasakan pasien dan sumber daya yang ada. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dijadikan prioritas utama karena masalah ini bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya apnea yang akan mengancam kehidupan pasien. Penyusunan rencana keperawatan pada prinsipnya sesuai pada teori. Rumusan kriteria waktu dan evaluasi didasarkan pada kebutuhan dasar manusia untuk mengatasi masalah pada pasien By. AS. C. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan yang diberikan pada prinsipnya sesuai dengan rencana keperawatan. Rencana tindakan dalam kasus kami adalah untuk Untuk mengurangi atau mencegah komplikasi serius dari pneumonia pada kelompok berisiko tinggi.

D. Evaluasi Evaluasi keperawatan dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses dilaksanakan setelah melakukan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi akhir mengacu pada kriteria evaluasi pada tujuan keperawatan. Pada pasien By.AS, dari tiga diagnosa keperawatan, tiga diagnosa belum teratasi pola nafas tidak efektif, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orang tua. dikarenakan pasien (bayi) dengan BBLR + Aspiksia berat tidak biasa pulih dengan cepat dalam BBRL memaang membutuhkan fase peningkatan tutrisi dan peningkatan pola pernapasan pasien kurang lebih 1 bulan karena bayi yang tubuhnya baru berdaptasi dengan dunia luar membutuhkan waktu untuk menyerap nutrisi yang diberikan dan juga oksigen tambahan utuk membantu pernapasan dan cemas sebelum pasien membaik kondisinya maka seorang ibu akan tetap merasa cemas dengan keadaan anakanya maka perlu sekali HE yang kontan agar pasien mengerti. Dengan melihat perkembangan pasien dimana saat di evaluasi dengan pola nafas tidak efektif didapatkan tanda- tanda vital S 36,8C, Heat Rate 143 x/menit, Respirasi 52x/menit, Spo2 99%, bayi tampak tenang setelah terpasang O2 bebas 4 Lpm, Ku pasien masih lemah, Pasien masih terpasang O2 4 Lpm/ melalui incubator, retraksi dada sudah berkurang, tangisan sudah menguat, RR 45x/menit. Untuk evaluasi dengan diagnose gangguan penuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didapatkan ibu pasien mengatakan bayinya belum bias disusui, ku pasien masih lemah, dan kesadaran compos mentis, BAB/BAK +/+, posisi yang diberikaan kepala diekstensikan pasien teerlihat nyaman, tanda-tanda vital S 36,8C, Heart Rate 143 x/menit, Respirasi 52 x/menit, SPO2 99% keadaan umum pasien masih lemah, gerakan aktif dan tangisan sedikit kuat Berat Baadan Pasien 1500 gram. Untuk evaluasi dengan diagnosa Ansietas orang tua didapatkan ibu pasien mengatakan masih cemas karena anaknya belum sembuh tetapi cemasnya sudah berkurang setelah deiberi penjelasan, ibu pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit dan perawatan pasien, ibu pasien kooperatif dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan.Dengan melihat perkembangan pasien dimana saat di evaluasi dengan diagnosa ketidakefektifan pola napas didapatkan keluarga pasien mengatakan pasien masih susah berbicara, keluarga pasien mengatakan pasien sesak dan batuk tetapi tidak mengeluarkan dahak, pasien terlihat lemah, adanya penggunaan otot bantu nafas, terdengar suara ronchi pada paru-paru durasi ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, RR= 26x/menit. Untuk evaluasi dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas didapatkan keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak dan hanya berbaring ditempat tidur, keluarga pasien mengatakan pasien lemas, adanya penggunaan otot bantu nafas, pasien masih terpasang O2, RR = 26 x/ menit. Untuk di evaluasi dengan dignosa intoleransi aktivitas didapatkan keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak dan hanya berbaring di tempat tidur, semua aktifitas pasien masih dibantu oleh keluarga, pasien terlihat lemah, Tanda-tanda vital pasien TD= 130/70 mmHg, N= 82 x/menit, RR= 26 x/menit, S= 36,3CSedangkan diagnosa defisiensi pengetahuan dapat teratasi dikarenakan perawat mampu memberikan HE tentang penyakit pasien dan mampu menjelaskan tentang proses penyakit, penyebab atau faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status kesehatan, sisio-ekonomi, fungsi-peran, dan pola interaksi pasien. Dengan melihat perkembangan pasien dimana saat di evaluasi keluarga pasien mengatakan keluarga sudah mengerti dengan penyakit yang diderita pasien, dan cara mencegah dan menanggulanginya dan keluarga pasien mengatakan akan mengikuti semua instruksi yang diberikan, keluarga pasien terlihaat kooperatif ketika diberikan penjelasan, keluarga pasien tersenyum dan menganggukan kepala ketika diberikan penjelasan. Maka rencana tindakan perlu dihentikan dan kondisi pasien perlu dipertahankan.