BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16298/4/T1_292013104_BAB...

38
76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dan pengembangan model pembelajaran multimedia interaktif android (MITRA) berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika sekolah dasar (SD) telah dilaksanakan dengan menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadobsi dari Sukmadinata (2016: 164). Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving ini mengadobsi model pengembangan 4D dari Endang Mulyatiningsih (2011: 179-183) yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika SD, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD. Pada sub bab deskripsi hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Rincian waktu dan kegiatan yang dilaksanakan penulis dalam mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Media Pembelajaran No. Bulan Nama Kegiatan Hasil yang Diperoleh 1. September 2017 Potensi dan Masalah Mengetahui masalah dalam pembelajaran matematika kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga melalui studi pendahuluan (studi pustaka dan studi lapangan).

Transcript of BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16298/4/T1_292013104_BAB...

76

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran multimedia

interaktif android (MITRA) berbasis problem solving untuk pemecahan

masalah matematika sekolah dasar (SD) telah dilaksanakan dengan

menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadobsi

dari Sukmadinata (2016: 164). Model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving ini mengadobsi model pengembangan 4D dari Endang

Mulyatiningsih (2011: 179-183) yaitu: pendefinisian (define), perancangan

(design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika

SD, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli, dan

mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD. Pada

sub bab deskripsi hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan

model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

Rincian waktu dan kegiatan yang dilaksanakan penulis dalam

mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Media Pembelajaran

No. Bulan Nama

Kegiatan Hasil yang Diperoleh

1. September 2017 Potensi dan

Masalah

Mengetahui masalah dalam

pembelajaran matematika

kelas 4 SD Negeri Tegalrejo

01 Salatiga melalui studi

pendahuluan (studi pustaka

dan studi lapangan).

77

No. Bulan Nama

Kegiatan Hasil yang Diperoleh

2. September 2017 Pengumpulan

Data

Data-data materi ajar

matematika yaitu pecahan.

3. Oktober 2017 Desain

Produk

Menghasilkan perangkat

pembelajaran berupa silabus

dan RPP, sebagai dasar untuk

membuat model

pembelajaran MITRA

berbasis problem solving.

4. November 2017 Validasi

Desain

Mengetahui kelebihan dan

kekurangan model

pembelajaran MITRA

berbasis problem solving oleh

dosen pembimbing, ahli

materi, dan ahli media.

5. November 2017 Revisi Desain

Produk

Model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving

yang sesuai dengan harapan

setelah adanya perbaikan

(revisi) berdasarkan penilaian

dosen pembimbing, ahli

materi, dan ahli media.

6. November 2017 Simulasi Melakukan latihan awal

sebelum uji coba terbatas

untuk mencocokkan waktu

serta kerja model

pembelajaran MITRA

berbasis problem solving

7. November 2017 Uji Coba

Produk

- Data peserta didik kelas 4

SD Negeri Tegalrejo 01

Salatiga

- Mempraktikkan model

pembelajaran MITRA

berbasis problem solving

dalam pembelajaran

- Dokumentasi uji coba

terbatas

78

No. Bulan Nama

Kegiatan Hasil yang Diperoleh

8. November 2017 s/d

selesai

Penulisan

Laporan

Penelitian

Pengembang

an Model

Pembelajaran

MITRA

Berbasis

Problem

Solving

Menghasilkan laporan tugas

akhir dengan judul

“Pengembangan Model

Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

untuk Pemecahan Masalah

Matematika SD”.

Berikut adalah proses-proses yang dilakukan pada penelitian ini.

Proses pertama, penulis melakukan studi pendahuluan yaitu dengan studi

pustaka dan survei lapangan. Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan

oleh penulis terhadap 6 guru di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu

bahwa guru: menguasai materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik,

memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika,

memaksimalkan penggunaan buku teks dan menyertakan sumber-sumber

lainnya terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, memberikan

tugas secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas,

memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik,

mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan menggunakan media

teknik informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana penyampaian

informasi kepada peserta didik. Hasil studi pendahuluan tersebut, maka

perlu ada langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving.

Proses kedua, penulis melakukan penyusunan draf produk awal

sebagai bentuk tanggapan terhadap hasil studi pendahuluan. Penulis

menentukan Kompetensi Dasar (KD), menyusun silabus pembelajaran

matematika kelas 4 SD, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) kelas 4 yang memuat pembelajaran MITRA berbasis problem solving

79

untuk pemecahan masalah matematika SD, dan membuat rancangan

storyboard MITRA.

Proses ketiga, penulis melaksanakan serangkaian pengembangan

produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Produk

model pembelajaran MITRA berbasis problem solving yang telah berhasil

dikembangkan untuk kemudian divalidasi oleh ahli materi dan ahli media.

Oleh keduanya, penulis melakukan revisi produk model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving. Revisi telah dilaksanakan sehingga

tampak perbedaan yang lebih baik sesuai dengan masukan ahli materi

maupun ahli media. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving sudah siap diuji coba terbatas kepada peserta didik SD Negeri

Tegalrejo 01 Salatiga. Hasil dari uji coba terbatas tersebut ternyata masih

terdapat revisi sehingga penulis melaksanakan revisi ulang. Hasil revisi

kedua produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

akhirnya dapat diuji coba luas dengan peserta didik SD Negeri Tegalrejo 01

Salatiga yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah peserta

didik saat uji coba terbatas. Seusai uji coba terbatas, proses pengembangan

produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving berarti

dinyatakan telah selesai. Berikut ini adalah uraian dari hasil penelitian dan

pengembangan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving.

4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving

Studi pendahuluan yang dilaksanakan menghasilkan

kesenjangan antara kondisi ideal yang seharusnya dengan kenyataan

yang terjadi di lapangan pada pembelajaran matematika di SD. Guru

di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga sudah memaksimalkan segala

bentuk penyampaian informasi kepada peserta didik dalam

pembelajaran matematika. Namun jika dilihat dari perspektif peserta

didik, kegiatan pembelajaran kolaboratif berbasis TIK belum

interaktif.

80

Berdasarkan hasil observasi dari 6 guru di SD Negeri Tegalrejo

01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 83,33% guru menyusun

rencana pembelajaran yang relevan secara tertulis sebelum

pembelajaran matematika berlangsung, 2) 100% guru menguasai

materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik, 3) 100% guru

memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran

matematika, 4) 100% guru memaksimalkan penggunaan buku teks

dan menyertakan sumber-sumber lainnya terkait materi pembelajaran

sebagai sumber informasi, 5) 100% guru memberikan tugas secara

terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, 6)

100% guru memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi

kepada peserta didik, 7) 66,67% guru mengoptimalkan penggunaan

media pembelajaran, dan 8) 33,33% guru menggunakan media TIK

sebagai sarana penyampaian informasi kepada peserta didik pada

pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil observasi terhadap peserta didik kelas 4 SD

Negeri Tegalrejo 01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 100%

peserta didik menyatakan bahwa telah menggunakan buku teks dan

sumber-sumber lainnya yang terkait materi pembelajaran sebagai

sumber informasi, 2) 90% peserta didik menanggapi tugas-tugas yang

diberikan oleh guru secara terstruktur kepada peserta didik di dalam

maupun di luar kelas, 3) 100% peserta didik mendapatkan respon

berupa penghargaan dan/atau sanksi, 4) 75% peserta didik termotivasi

untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, 5) 50% peserta

didik turut mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan 6)

20% peserta didik menggunakan media TIK sebagai sarana

penyampaian informasi pada pembelajaran matematika.

Berdasarkan kedua hasil studi pendahuluan, yaitu terhadap 6

guru dan peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 salatiga di atas

maka pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving untuk pemecahan masalah matematika dapat diatasi sehingga

81

bukan hanya guru saja namun peserta didik dapat turut menikmati

media TIK sebagai sarana penyampaian informasi. Penggunaan media

TIK sebagai sarana atau alternatif guru dalam menyampaikan

informasi kepada peserta didik. Peserta didik dapat memanfaatkan

TIK sebagai fasilitas yang dapat membantu menumbuhkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran

matematika khususnya pada materi pecahan. Jadi, ketertarikan peserta

didik terhadap TIK khususnya smartphone yang saat ini sangat besar

dan seakan-akan menjadi ketergantungan yang mungkin dapat

dikatakan sulit untuk dihindari, kini guru dapat turut mambantu

mengarahkan dalam penggunaannya secara positif.

4.1.2 Hasil Pengembangan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving

Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

merupakan perpaduan antara multimedia interaktif, penggunaan

smartphone dengan system operasi Android, dan model pembelajaran

problem solving. Penggunaan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving dalam pembelajaran matematika dapat menjawab

kebutuhan peserta didik. Peserta didik ikut terlibat aktif dengan

menggunakan media TIK sehingga pemecahan masalah matematika

dapat terurai. Selain itu, model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving yang dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari

kompetensi yang diajarkan. Susunan KD dalam materi pecahan pada

mata pelajaran matematika masih dapat berubah-ubah, namun secara

prinsip konten kompetensi tidak begitu jauh menyimpang. Berikut ini

adalah hasil pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD.

4.1.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving

Model pembelajaran MITRA (Multimedia Interaktif

Android) berbasis problem solving adalah model

82

pembelajaran yang berisi pemecahan terhadap suatu masalah

melalui multimedia interkatif dengan pemanfaatan TIK

berupa smartphone sistem operasi Android. Pelajaran ini

mencakup proses dengan menggunakan contoh program

dengan masalah atau masalah yang dibelajarkan kepada

peserta didik. Peserta didik dapat menggunakan proses

tersebut untuk mengembangkan solusi.

Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

dikembangkan dengan tujuan pendidikan: yaitu agar setiap

peserta didik memiliki pemahaman atas proses pemecahan

masalah dan dapat menghargai nilai proses pemecahan

masalah apa yang dapat peserta didik lakukan untuk dirinya

sendiri. Secara kognitif, peserta didik dapat menjelaskan

proses pemecahan masalah dengan menunjukkan penggunaan

proses pemecahan masalah. Secara afektif, peserta didik

dapat menghargai penggunaan proses pemecahan masalah

dengan mengevaluasi keefektifannya dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Jadi, model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving dapat memberikan pengalaman belajar

otentik kepada peserta didik sehingga dapat efektif diterapkan

dalam proses pembelajaran matematika SD menggunakan

smartphone sistem operasi Android.

Sintaks model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving. Sintaks tersebut adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk

mengidentifikasi informasi yang tidak relevan atau

tidak memadai dalam pemecahan masalah, atau untuk

mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab

dengan menggunakan peraturan yang diberikan oleh

guru.

83

2. Terapkan MITRA

Langkah ini diperlukan untuk memilih solusi

berdasarkan pertimbangan yang benar sebagai bentuk

pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan

MITRA.

3. Evaluasi MITRA

Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk

mengidentifikasi kembali masalah yang dapat

dipecahkan dengan cara sama seperti masalah yang

telah diberikan, untuk mengetahui efek dari berbagai

kondisi dalam masalah tertentu, atau untuk

mengevaluasi strategi dari solusi yang diberikan.

Kelebihan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving adalah:

1. Bersifat menyenangkan dan interaktif dapat

merangsang peserta didik untuk dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

2. Memecahkan topik yang sulit sampai pada potongan

informasi yang dapat diatur.

3. Membantu meningkatkan pemahaman peserta didik

terhadap berbagai topik pemecahan masalah.

4. Peserta didik dapat belajar mempraktikkan berbagai

keterampilan.

5. Dikembangkan sesuai dengan kurikulum nasional yang

berlaku

6. Menggabungkan warna-warni dan pendekatan visual

untuk belajar dengan konten sederhana namun

informatif sehingga memberikan pengalaman belajar

peserta didik yang sangat efektif.

7. Memuat evauasi teori yang dapat membantu peserta

didik reflek berpikir cepat, mengontrol emosi, tidak

84

melakukan kecurangan (supportive), dan kreatif dalam

mengatur strategi yang berpengaruh terhadap perilaku

peserta didik.

8. Membantu peserta didik terbuka dengan pengalaman-

pengalaman baru.

9. Membantu peserta didik mengembangkan tujuan

pembelajaran.

10. Meningkatkan harga diri peserta didik dalam

memahami dirinya secara utuh.

Pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

yaitu:

1. Menyusun silabus matematika kelas 4 SD.

2. Memilih danmenentukan kompetensi dasar materi

(pecahan).

3. Menyusun RPP yang memuat model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving. RPP memuat

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir seperti

pada Tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2

Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran pada RPP

Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

Awal

Apersepsi, motivasi, serta penyampaian

kompetensi dan rencana kegiatan.

Kegiatan

Inti

Serangkaian kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving yaitu:

memberikan pretest, penggunaan MITRA,

dan penggunaan MITRA pada bagian

akhir sebagai posttest.

85

Kegiatan

Akhir

Review/refleksi terhadap kegiatan yang

telah dilaksanakan pada kegiatan inti,

pemberian penguatan dan kesimpulan, dan

kegiatan penutup

Jadi, pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1

Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah

Matematika SD

Memilih dan Menentukan Kompetensi Dasar Materi

Menyusun Silabus Matematika Kelas 4 SD

Menyusun RPP

Kegiatan Akhir

Kegiatan Inti

Kegiatan Awal

Evaluasi MITRA

Terapkan MITRA

Identifikasi Masalah

Posttest

Pretest

86

4.1.2.2 Spesifikasi Produk Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

Spesifikasi produk model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving untuk pemecahan masalah

matematika SD yaitu:

1. Silabus Matematika Kelas 4 SD.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving disajikan dalam bentuk aplikasi dengan format

.apk

a. Tampilan Pembuka

Gambar 4.2

Tampilan Pembuka

b. Tampilan Kompetensi Dasar

Gambar 4.3

Tampilan Kompetensi Dasar

87

c. Tampilan Input Nama

Gambar 4.4

Tampilan Input Nama

d. Tampilan Menu Utama

Gambar 4.5

Tampilan Menu Utama

e. Tampilan Konten

1) Menu Utama 1

Gambar 4.6

Tampilan Menu Utama 1A Mengenal Pecahan

88

Gabar 4.7

Tampilan Menu Utama 1B Pecahan Interaktif

2) Menu Utama 2

Gambar 4.8

Tampilan Menu Utama 2A Pecahan Senilai

Gambar 4.9

Tampilan Menu Utama 2B Papan Pecahan

89

Gambar 4.10

Tampilan Menu Utama 2C Papan Pecahan

Interaktif

3) Menu Utama 3

Gambar 4.11

Tampilan Menu Utama 3A Menyederhanakan

Pecahan

Gambar 4.12

Tampilan Menu Utama 3B Mengurutkan Pecahan

90

4) Menu Utama 4

Gambar 4.13

Tampilan Menu Utama 4 Menemukan Angka

Pecahan

e. Tampilan Kuis

Gambar 4.14

Tampilan Kuis

f. Tampilan Soal Interaktif 1

Gambar 4.15

Tampilan Soal Interaktif 1

91

g. Tampilan Soal Interaktif 2

Gambar 4.16

Tampilan Soal Interaktif 2

h. Tampilan Soal Interaktif 3

Gambar 4.17

Tampilan Soal Interaktif 3

i. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Benar

Gambar 4.18

Tampilan Pemberitahuan Jawaban Benar

92

j. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah

Gambar 4.19

Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah

k. Tampilan Hasil

Gambar 4.20

Tampilan Hasil

l. Tampilan Konfirmasi Keluar

Gambar 4.21

Tampilan Konfirmasi Keluar

93

4. Smartphone dengan operating system Android.

5. Gantungan kunci MITRA Pecahan Matematika SD.

Gambar 4.22

Gantungan Kunci MITRA Pecahan Matematika SD

4.1.3 Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

Solving

Tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving untuk pemecahan masalah matematika SD menggunakan 4

orang ahli yaitu: 2 ahli materi dan 2 ahli media. 2 ahli materi yaitu:

Indri Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) dan Yustinus, M.Pd. (A2) serta 2

ahli media yaitu: Stefanus C. Relmasira, S.Pd., MS.Ed. (A3) dan

Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4). Berikut ini adalah hasil

tingkat uji validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving beserta hasil revisiannya.

4.1.3.1 Hasil Uji Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

Hasil uji tingkat validitas model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving menurut penilaian ahli materi

diperoleh data seperti pada Tabel 4.3 berikut.

94

Tabel 4.3

Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving oleh Ahli Materi

Aspek Indikator SKOR

A1 A2

Materi

Pembe-

lajaran

1. Kesesuaian judul dengan isi materi

pembelajaran

3 4

2. Kejelasan petunjuk belajar 4 5

3. Kejelasan kerangka isi 3 5

4. Kesesuaian indikator pencapaian

kompetensi dengan KD

4 4

5. Keoperasionalan indikator

pencapaian kompetensi

3 4

6. Kesesuaian indikator pencapaian

kompetensi dengan materi

pembelajaran

3 4

7. Kejelasan konsep materi

pembelajaran

3 4

8. Kesesuaian ilustrasi dengan materi

pembelajaran

3 4

9. Kejelasan contoh yang diberikan 4 4

10. Kesesuaian kasus argumentatif

dengan materi pembelajaran

4 3

Jumlah 34 41

Total 75

Rata-rata 37.5

Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor

penilaian ahli materi pembelajaran matematika yaitu 37.5

dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak

diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan

sesuai masukan atau saran ahli materi tersebut dengan

menggunakan rumus:

95

�� =SkorAktual

SkorIdealx100%

�� =75

100x100%

�� = 75%

Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori

materi yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80%

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut

menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli

materi. Saran yang diberikan oleh ahli materi Indri

Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) yaitu: ada beberapa materi

yang kurang tepat sehingga penulisan perlu diperbaiki yaitu

dari kata menyusun pecahan karena konsepnya salah diganti

dengan kata mengurutkan pecahan agar konsepnya benar.

Sedangkan komentar yang diberikan oleh ahli materi

Yustinus, M.Pd. (A2) yaitu: MITRA bisa digunakan untuk

penelitian dan disebarluaskan ke guru-guru SD serta saran

yang diberikan adalah penulis harus memastikan semua jenis

HP atau smartphone Android mampu mengeksekusi program.

Berikutnya adalah hasil uji tingkat validitas model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut

penilaian ahli media diperoleh data seperti pada Tabel 4.4

berikut.

96

Tabel 4.4

Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving oleh Ahli Media

Aspek Indikator SKOR

A3 A4

Tampil-

an

1. Relevansi konten 5 4

2. Tingkat ketertarikan background 4 3

3. Warna background 4 4

4. Relevansi gambar/foto dngan konten 4 4

5. Kesesuaian teks 4 3

6. Ukuran huruf 3 3

7. Tata letak gambar/foto 4 4

8. Kecukupan ukuran gambar 4 3

9. Ketersediaan multimedia interaktif 5 4

Akses 1. Tingkat kemudahan akses 4 4

2. Tingkat kemudahan pengoperasian 4 4

3. Kesesuaian bahasa 3 4

Inter-

aksi

1. Ketersediaan fasilitas interaktifitas 4 2

2. Kesesuaian topik atau pokok

bahasan yang dipelajari

4 4

3. Ketersediaan fitur umpan balik 4 4

4. Ketersediaan skor/grade 4 5

Desain

Materi

Pem-

belajar-

an

1. Tingkat ketertarikan peserta didik 4 4

2. Kejelasan tujuan 4 5

3. Kejelasan tugas 4 4

4. Desain materi 4 4

5. Desain tugas 4 4

6. Keterkaitan materi dengan masalah

sehari-hari peserta didik

4 2

7. Kesesuain materi 4 4

8. Fleksibilitas waktu 4 4

Kontrol 1. Kemudahan akses materi 4 4

2. Kemudahan akses tugas 4 4

3. Kemudahan navigasi interaktifitas 3 2

4. Kemudahan navigasi menu utama 4 3

Jumlah 111 103

Total 214

Rata-rata 107

97

Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor

penilaian ahli media pembelajaran matematika yaitu 107

dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak

diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan

sesuai masukan atau saran ahli media tersebut dengan

menggunakan rumus:

�� =SkorAktual

SkorIdealx100%

�� =107

140x100%

�� = 76.5%

Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori

media yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80%

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut

menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli media.

Saran yang diberikan oleh ahli media Stefanus C. Relmasira,

S.Pd., MS.Ed. (A3) yaitu: MITRA perlu diperjelas

instruksinya agar tidak membingungkan peserta didik sebagai

pengguna, alangkah baiknya ditambah contoh di awal atau

semacam tutorial, dan agar menggunakan bahasa yang lebih

mudah dipahami . Segangkan saran yang diberikan oleh ahli

media dan Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4) yaitu:

huruf terlalu kecil dan tidak bisa di zoom out, fasilitas

interaktif belum maksismal, dan masalah belum aktual.

Adapun komentarnya adalah bahwa MITRA Pecahan

Matematika SD menarik dan kreatif.

98

4.1.3.2 Revisi Produk Model Pembelajaran MITRA Berbasis

Problem Solving

Berikut ini adalah hasil revisi produk model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk

pemecahan masalah matematika SD:

1. Layout 1

Gambar 4.23

Perlu Perbaikan 1

Pada gambar 4.23 di atas, perlu perbaikan pada

judul tampilan yaitu: menyusun pecahan yang

seharusnya diganti menjadi mengurutkan pecahan

seperti pada Gambar 2.24 berikut:

Gambar 4.24

Layout Hasil Perbaikan 1

99

2. Layout 2

Gambar 4.25

Perlu Perbaikan 2

Pada gambar 4.25 di atas, perlu perbaikan yaitu:

belum terdapat tampilan skor seharusnya diganti

menjadi tampilan yang terdapat skor seperti pada

Gambar 2.26 berikut:

Gambar 4.26

Layout Hasil Perbaikan 2

3. Layout 3

Gambar 4.27 di berikut adalah hasil perbaikan

dimana sebelumnya hanya terdapat pada kuis saja,

namun sekarang pada paket ayo mencoba yang terdapat

dalam menu utama (lihat Gambar 4.5) sudah tersedian

pop-up pesan jawaban benar ataupun jawaban salah.

100

Gambar 4.27

Layout Hasil Perbaikan 3

4.1.4 Uji Kualitas Model melalui Uji Coba Lapangan Terbatas

Uji kualitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving dilaksanakan melalui uji coba lapangan terbatas. Uji coba

lapangan terbatas dilakukan terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri

Tegalrejo 01 Salatiga. Uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk

mengetahui tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik dan melihat

hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik.

berikut adalah penjabarannya.

4.1.4.1 Deskripsi Uji Tingkat Efektifitas Hasil Belajar Peserta

Didik

Tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik

menggunakan model pembeljaran MITRA berbasis problem

solving dilaksanakan dengan mengunakan uji coba terbatas

terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01

Salatiga sebagai subjek penelitian. Pada uji coba terbatas ini

dilaksanakan oleh guru kelas 4 yaitu Sri Rahayu, S.Pd.SD.

dan penulis berperan sebagai pengamat dan pengingat alur

implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dibantu oleh rekan sejawat. Pelaksanaan uji coba dilakukan

pada tanggal 28 November 2017 dengan alokasi waktu 3x35

menit.

Uji coba terbatas dilaksanakan dengan berpedoman

kepada silabus dan RPP yang telah disusun yang merupakan

101

bagian dari produk model pembeljaran MITRA berbasis

problem solving. RPP yang disusun memuat kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal

dilakukan dengan adanya apersepsi, motivasi, serta

penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan. Kegiatan inti

dilakukan dengan memberikan pretest dan serangkaian

kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving serta penggunaan MITRA

bagian akhir sebagai posttest. Pada kegiatan akhir dilakukan

review/refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan

pada kegiatan inti, pemberian penguatan dan kesimpulan,

serta kegiatan penutup.

Perolehan hasil pretest dan posttest peserta didik kelas

4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga dapat dilihat pada Tabel

4.5 berikut.

Tabel 4.5

Hasil Pretest dan Posttest

No. Kelas

Interval

Skor Pretest Skor Posttest

Freku-ensi

Persen-tase

Freku-ensi

Persen-tase

1 ≤20 0 0% 0 0% 2 20-40 0 0% 0 0% 3 41-60 0 0% 0 0% 4 61-80 15 40% 1 3% 5 81-100 23 60% 37 3%

Jumlah 38 100% 38 97%

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa skor pretest dan

posttest dari 38 peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01

Salatiga. Perolehan hasil skor pretest yaitu dengan perolehan

skor: kurang dari sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik

dengan persentase 0%, antara 20 sampai 40 terdapat 0 peserta

didik dengan persentase 0%, antara 41 sampai 60 terdapat 0

102

peserta didik dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80

terdapat 15 peserta didik dengan persentase 40%, dan antara

81 sampai 100 terdapat terdapat 23 peserta didik dengan

persentase 60%. Jika digambarkan dalam diagram dapat

dilihat pada Gambar 4.28 berikut.

Gambar 4.28

Kelas Interval Skor Pretest pada Uji Coba Terbatas

Sedangkan perolehan hasil posttest dari 38 peserta

didik SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu dengan

perolehan skor: yaitu dengan perolehan skor: kurang dari

sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik dengan persentase

0%, antara 20 sampai 40 terdapat 0 peserta didik dengan

persentase 0%, antara 41 sampai 60 terdapat 0 peserta didik

dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80 terdapat 1 peserta

didik dengan persentase 3%, dan antara 81 sampai 100

terdapat terdapat 37 peserta didik dengan persentase 97%.

Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada Gambar

4.29 berikut.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

Pretest

Pretest

103

Gambar 4.29

Kelas Interval Skor Posttest pada Uji Coba Terbatas

4.1.4.2 Hasil Uji Perbedaan Tingkat Efektifitas Hasil Belajar

Peserta Didik

Hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar

peserta didik dalam uji coba terbatas yaitu dengan melihat

hasil output dari Uji Wilcoxon yang menggunakan SPSS

(Statistical Product and Service Solution). Pada Bab III telah

dipaparkan bahwa untuk melihat ada dan/atau tidaknya

peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam

pemecahan masalah matematika SD maka dilaksanakan Uji

Wilcoxon menggunakan bantuan piranti lunak SPSS. Berikut

adalah hasil Uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 4.6

berikut.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

Posttest

Posttest

104

Tabel 4.6

Hasil Uji Wilcoxon

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Postest - pretest

Negative Ranks 1(a) 6,50 6,50

Positive Ranks 32(b) 17,33 554,50

Ties 5(c)

Total 38

a postest < pretest b postest > pretest c postest = pretest

Test Statistics (b)

posttest - pretest

Z -4.903 (b)

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Hasil Uji Wilcoxon seperti Tabel 4.6 di atas

menunjukkan bahwa:

1. Negative rank atau selisih negatif antara pretest dengan

posttest adalah 1, artinya adalah 1 data ada penurunan

dari hasil pretest ke posttes;

2. Positive ranks atau selisih positif antara pretes adalah

32, artinya ke-32 peserta didik mengalami peningkatan

hasil belajar, khususnya dalam pemecahan masalah

Matematika SD. Mean rank positif atau rata-rata

peningkatan tersebut sebesar 17,33, sedangkan Sum of

Ranks atau jumlah ranking sebesar 554,50.

3. Ties, yaitu kesamaan skor pretest dan posttest adalah 5,

artinya ada 5 peserta didik yang skornya sama antara

pretest dan posttest.

105

Pada ouput tentang Test Statistics diketahui bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai Z yaitu -4,903.

Dasar pengambilan keputusan Uji Wilcoxon berbantuan

program SPSS adalah menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) sebesar 0,000, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, sebaliknya

apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima

dan Ha ditolak.

Jika dirumuskan hipotesis:

H0: M-posttest ≤ M-pretest

Median hasil belajar Matematika setelah

melakukan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving

lebih rendah atau sama dengan sebelum

pembelajaran.

Ha: M-posttest> M-pretest

Median hasil belajar Matematika setelah

melakukan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving

lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hipotesisnya

menghendaki uji satu sisi (one-tail) maka nilai probabilitas

0,000 harus dibagi dua, sehingga diperoleh nilai 0,000/2 =

0,000. Nilai 0,000 ini ternyata < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya hasil belajar matematika setelah melakukan

pembelajaran menggunakan model MITRA berbasis problem

solving untuk pemecahan masalah matematika SD hasilnya

lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

106

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah

matematika SD. Tujuannya adalah mengembangkan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika

SD yaitu untuk mengetahui langkah-langkahnya, mengetahui tingkat

validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas

produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving menurut pendapat peserta didik SD. Pembahasan hasil penelitian ini

merupakan penjelasan dari deskripsi hasil penelitian. Berikut ini adalah

uraian pembahasan hasil penelitiannya.

4.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

Langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving untuk pemecahan masalah matematika SD yaitu: 1)

identifikasi masalah, 2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

Adapun langkah-langkah penerapannya yaitu dengan cara: 1)

menyusun silabus matematika kelas 4 SD; 2) memilih dan

menentukan KD materi (pecahan), dan 3) menyusun RPP yang

memuat model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

Keberhasilan penulis dalam menentukan langkah-langkah

tersebut di atas, tidak lain yang pertama karena terdapat teori

terdahulu mengenai model pembelajaran. Dimana model pembelajaran

menurut pendapat Darmadi (2017: 42), Trianto (2010: 51), dan

Rusman (2017: 244) merupakan pola perencanaan dalam

pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru, memuat: tujuan

pembelajaran, tahapan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan. Penulis juga sepakat dengan karakteristik model

pembelajaran menurut Suyanto dan Asep Jihad (2013: 137), yaitu:

memiliki prosedur sistematis, hasil belajar dirumuskan secara khusus,

107

penetapan lingkungan secara khusus, ukuran keberhasilan, dan

interaksi dengan lingkungan. Sehingga dalam keberhasilannya, model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving juga memiliki fungsi

sesuai dengan fungsi model pembelajaran yang seturut dengan kutipan

Suyanto dan Asep Jihad (2013: 137-138) oleh Chauhan yaitu sebagai:

pedoman, pengembangan kurikulum, penempatan bahan

pembelajaran, dan perbaikan pembelajaran.

Berikutnya yang kedua adalah keberhasilan pengembangan

langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

solving tidak lepas dari teori tentang model pembelajaran problem

solving. Penulis sepakat dengan Bambang Suteng Sulasmono (2012:

162), Winastwan Gora & Sunarto (2010: 94), Bey dan Asriani (2013:

226), Krulik & Rudnick (2013: 217), serta Hanlie Murray, Alwyn

Oliver, dan Piet Human dalam Miftahul Huda (2014: 273-274),

dimana model pembelajaran problem solving adalah suatu model

pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga dapat

merangsang peserta didik untuk praktik dan belajar memecahkan

masalah tersebut secara logis. Tujuannya adalah memberikan

rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian oleh peserta

didik dapat dilakukan pemecahan masalahnya sehingga dapat

menambah keterampilan dalam mencapai materi pembelajaran

(Darmadi, 2017: 118).

Ketigat, hasil penelitian berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Permainan Snakes And

Ladders terhadap Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa” oleh

Maretayani tahun 2017 dengan hasil rata-rata 72,77 dengan penerapan

model pembelajaran problem solving berbantuan media snakes and

ladders, menjadikan penguatan oleh penulis bahwasanya dengan

model pembelajaran problem solving berbantuan media dapat

menghasilkan penelitian yang dapat divalidasi sehingga praktis

diterapkan di SD.

108

Keempat, terakhir dalam mengerucutkan langkah-langkah

pembelajaran MITRA berbasis problem solving, penulis mengacu

kepada sintaks model pembelajaran problem solving menurut Bey dan

Asriani (2013: 226), six step proplem solving process

(www.cls.utk.edu), Darmadi (2017: 235), Deb Russel dalam Miftahul

Huda (2014: 274-275), dan Lefudin (2014: 235-236), sehingga penulis

dapat menentukan langkah-langkahnya yaitu: 1) identifikasi masalah,

2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

4.2.2 Pembahasan Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

Pembahasan tingkat validitas model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving berdasarkan ahli materi dengan skor rata-rata

3,75 dan persentase rata-rata yaitu 75% dan oleh ahli media dengan

skor rata-rata 214 dan persentase rata-rata yaitu 76.5%. Sehingga,

sesuai persentase pencapaian pada bab III nilai tersebut dapat

termasuk pada interpretasi kategori tinggi (Lihat Tabel 3.15).

Demikian model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

dapat dikatakan berkualitas sebagai bentuk pemecahan masalah untuk

pembelajaran matematika SD.

Keberhasilan penulis untuk mendapatkan kategori tinggi dalam

proses validasi oleh ahli materi karena terdapat ilmu matematika

menurut A. Ismunamto (2011: 15-17), John A. Van de Walle yang

diterjemahkan oleh Suyono (2008: 13), dan Suhendri (2011: 32).

Selain itu, penulis juga tidak membuat materi sendiri. Penulis

berpedoman kepada kompetensi dasar matematika untuk SD yang

terdapat dalam Dokumen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

2013 sehingga mendapatkan materi dan submateri pecahan.

Keberhasilan penulis dalam memperoleh kategori tinggi pada

proses validasi ahli media yaitu mengacu kepada teori multimedia

interaktif menurut Munir (2012:2), Dwi Maryani (2014: 19), Reddi &

Mishra (2012: 129), serta teori Android menurut Wikipedia yang

109

dikutip oleh Rahadi (2014: 662), Wicak Hidayat & Sudarma (2011:

192), Solechul Aziz (2012: 5), dan Yuliandi Kusuma (2011: 12).

Hasil penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Matematika yang Menunjang Pendidikan Karakter

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” oleh Layin Fauziyah & Jailani tahun

2014 yang menghasilkan perangkat pembelajaran multimedia

interaktif untuk menunjang pendidikan karakter pada materi pecahan

yang hasilnya ternyata layak untuk digunakan dengan kategori cukup

valid, praktis, dan efektif. Alasan inilah yang menguatkan penulis

untuk dapat mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD. Penulis

juga mengambil materi dan submateri pecahan sehingga memperoleh

hasil validitas pada kategori tinggi.

Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian : 1) berjudul

“Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika pada Materi

Bilangan Bulat Kelas IV SDN Lempuyangan I Yogyakarta” oleh

Fredy tahun 2013 dengan hasil uji Thitung lebih besar dari ttabel (4,034

> 2,01) dan hasil uji n-gain 0,57 > 0,42 dalam artian hasil belajar kelas

eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, sehingga penggunaan

multimedia efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik; 2)

berjudul “Pengimplementasian Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia Interaktif pada Mata Pelajaran Matematika di Sekolah

Dasar” oleh Mila C. Paseleng & Rizki Arfiyani dan hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis multimedia

interaktif dapat memberi pengaruh positif terhadap pembentukan

minat belajar peserta didik; 3) berjudul “Perancangan dan

Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Matematika tentang

Pengukuran Waktu, Panjang dan Berat untuk Sekolah Dasar (SD)

Kelas 2” oleh Harry Prima Putra & Wahyu Pujiyono tahun 2014 dan

menghasilkan multimedia interaktif pembelajaran matematika tentang

pengukuran waktu, panjang dan berat untuk Sekolah Dasar kelas 2

110

yang dapat dijadikan sebagai media pendukung pembelajaran bagi

guru maupun peserta didik Sekolah Dasar kelas 2; 4) berjudul

“Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Balok dengan

Aplikasi Multimedia Interaktif di SD Negeri Teguhan Sragen” oleh

Agus Hartanto tahun 2013 memperoleh hasil bahwa siswa merasa

tertarik sehingga timbul minat belajar yang lebih baik dan terbukti

mempermudah siswa dalam memahami materi matematika dengan

multimedia interaktif; dan 5) berjudul “Pengembangan Sistem

Visualisasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Bagi

Siswa SD” oleh Mohamad Saefudin dan Munich Heindari Ekasari

tahun 2015 dengan hasil implementasi aplikasi yang dikembangkan

sangat membantu siswa dan mendapat tanggapan positif dalam

pelajaran matematika dengan bantuan perangkat handphone seperti

smartphone maupun tablet. Kelima penelitian tersebut juga penulis

jadikan acuan walaupun kelima penelitian tersebut bukan berpacu

pada materi pecahan, namun penulis sepakat dalam pemilihan mata

pelajaran matematika, penggunaan multimedia interaktif, dan

diterapkan di sekolah dasar, sehingga hasilnya sama layak pakai.

4.2.3 Pembahasan Tingkat Efektifitas Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

Pembahasan tingkat efektifitas model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving dilihat dari hasil pretest dan posttest (Lihat

Tabel 4.5). Teknik analisis data yang digunakan penulis yaitu dengan

menggunakan Uji Wilcoxon berbantuan piranti lunak SPSS (Statistical

Product and Service Solution). Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan

bahwa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

termasuk dalam nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak

dan Ha diterima (M-posttest> M-pretest) yaitu: ouput tentang Test Statistics

diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai Z

yaitu -4,903. Maka hasil belajar matematika setelah melakukan

111

pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

Kategori yang diperoleh dalam penerapan model pembelajaran

MITRA berbasis problem solving yaitu mengacu pada hasil posttest

(3% dalam interval 61-80 dan 97% dalam interval 81-100) yaitu

berada pada rata-rata kelas interval 81-100, sehingga sangat efektif.

Keberhasilan penulis dalam memperoleh hasil yang demikian,

tidak lepas dari hasil penelitian sebelumnya yaitu kesepuluh kajian

hasil penelitian relevan yang terdapat pada bab II. Kesepuluh

penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media

berupa multimedia interaktif, penggunaan smartphone, dan penerapan

model pembelajaran problem solving di SD efektif menunjang hasil

belajar peserta didik yang lebih baik. Produk-produk yang dihasilkan

dikatakan relevan dan layak pakai. Oleh karena itu, model

pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan

masalah matematika SD dapat berhasil pula seperti pada kesepuluh

hasil penelitian relevan tersebut.

Jadi, kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik

peserta didik yang memperoleh model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving lebih baik daripada yang hanya memakai multimedia

interaktif saja atau yang hanya memakai model pembelajaran problem

solving saja.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving tentunya memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan

dalam penelitian ini di antaranya adalah:

1. Keterbatasan Tempat Penelitian

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving yang penulis laksanakan terbatas pada satu

tempat, yaitu di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Sehingga dalam

112

penelitian ini apabila dilaksanakan di tempat lainatau SD lain,

dimungkinkan hasilnya akan berbeda.

2. Keterbatasan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving yang penulis laksanakan selama pembuatan

tugas akhir skripsi, waktu yang tergolong singkat inilah yang dapat

mempersempit ruang gerak pada penelitian sehingga dapat

berpengaruh terhadap hasil penelitian yang penulis laksanakan.

3. Keterbatasan Jumlah Peserta Didik

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving yang penulis laksanakan dengan jumlah

peserta didik yang diobservasi dan diteliti hanya 38 peserta didik kelas

4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Hal ini dilaksanakan guna

memanfaatkan waktu, tenaga, dan biaya secara efisien. Demikian

dilaksanakan karena bagi penulis pengambilan sampel secara random,

maka 20 peserta didik ini dapat mewakili seluruh populasi.

4. Keterbatasan Objek Penelitian

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving yang penulis laksanakan terbatas pada

tingkat validitas dan tingkat efektifitas model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD,

khususnya pada kelas 4 dengan materi pecahan sehingga dapat

dijadikan objek dalam penelitian ini.

5. Keterbatasan dalam Melihat Kondisi Psikologis Peserta Didik

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA

berbasis problem solving yang penulis laksanakan dengan melihat

kondisi psikologis peserta didik yang tidak diamati secara khusus,

sehingga dapat dimungkinkan peserta didik kurang berkonsentrasi

dalam mengikuti penerapan model pembelajaran MITRA berbasis

problem solving. Namun, konsentrasi peserta didik dapat

dimaksimalkan dengan adanya guru sebagai fasilitator dan dapat

113

mengarahkan peserta didik untuk dapat kembali pada rules yang

seharusnya. Sehingga, kondisi psikologis peserta didik bagi penulis

dapat dieliminasi mengingat waktu yang sangat terbatas.

Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, maka

dapat dikatakan ini adalah kekurangan dari penelitian yang penulis

laksanakan. Akan tetapi, penelitian ini setidaknya dapat dijadikan sebagai

suatu kesimpulan yang sementara ini dapat diuji kelayakannya dan dapat

diuji kembali di tempat atau SD lain dengan hasil yang kemungkinan

berbeda. Jadi, model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat

berpengaruh kepada tingkat efektifitasnya terhadap peserta didik kelas 4 SD

negeri Tegalrejo 01 sehingga untuk hipotesis yang penulis ajukan dapat

diterima.