BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

34
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus/ kondisi awal, deskripsi siklis I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi prasiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk didalamnya tanggung jawab dan hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi. Sama halnya dengan deskripsi siklus I, pada siklus II juga menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II. 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 1. Tanggung Jawab Kondisi Awal Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I terlebih dahulu menyebar lembar kuesioner tanggung jawab kepada semua siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa yang berjumlah 38 responden. Kuesioner tersebut berjumlah 26 item pernyataan mengenai tanggung jawab siswa. Hasil analisis kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus/

kondisi awal, deskripsi siklis I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi prasiklus

membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk didalamnya tanggung jawab

dan hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan penelitian. Selanjutnya

pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus

I yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan

refleksi. Sama halnya dengan deskripsi siklus I, pada siklus II juga menguraikan

tentang tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi

dari pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal

1. Tanggung Jawab Kondisi Awal

Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I terlebih dahulu menyebar lembar

kuesioner tanggung jawab kepada semua siswa kelas 2 SDN Panjang 02

Ambarawa yang berjumlah 38 responden. Kuesioner tersebut berjumlah 26 item

pernyataan mengenai tanggung jawab siswa. Hasil analisis kuesioner tanggung

jawab siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Setiap Indikator pada

Kondisi Awal

No. Indikator Skor Rata-

rata

Siswa yang Minimal

Cukup Bertanggung

Jawab Kriteria

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

1.

Membuat laporan

setiap kegiatan

yang dilakukan

dalam bentuk

lisan maupun

tulisan.

60 1,6 23 60,5

Cukup

Bertanggung

Jawab

2. Melakukan tugas

tanpa disuruh. 117 3,0 31 81,6

Cukup

Bertanggung

Jawab

3.

Menunjukkan

prakarsa untuk

mengatasi

masalah dalam

lingkup terdekat.

112 2,9 29 76,3

Cukup

Bertanggung

Jawab

4.

Menghindarkan

kecurangan dalam

pelaksanaan

tugas.

113 2,9 28 73,7

Cukup

Bertanggung

Jawab

5.

Pelaksanaan tugas

piket secara

teratur.

86 2,3 33 86,8

Cukup

Bertanggung

Jawab

6.

Peran serta aktif

dalam kegiatan

sekolah.

112 2,9 27 71,1

Cukup

Bertanggung

Jawab

7.

Mengajukan usul

pemecahan

masalah.

140 3,7 24 63,2

Cukup

Bertanggung

Jawab

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil analisis lembar kuesioner tanggung

jawab pada kondisi awal indikator 1 memperoleh skor 60 dengan nilai rata-rata

1,6; dan terdapat 23 siswa (60,5%) yang minimal cukup bertanggung jawab;

sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 2

memperoleh skor 117 dengan nilai rata-rata 3,0; dan terdapat 31 siswa (81,6%)

yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup

57

Bertanggung Jawab. Pada indikator 3 memperoleh skor 112 dengan nilai rata-rata

2,9; dan terdapat 29 siswa (76,3%) yang minimal cukup bertanggung jawab;

sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 4

memperoleh skor 113 dengan nilai rata-rata 2,9; dan terdapat 28 siswa (73,7%)

yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup

Bertanggung Jawab. Pada indikator 5 memperoleh skor 86 dengan nilai rata-rata

2,3; dan terdapat 33 siswa (86,8%) yang minimal cukup bertanggung jawab;

sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 6

memperoleh skor 112 dengan nilai rata-rata 2,9; dan terdapat 27 siswa (71,1%)

yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup

Bertanggung Jawab. Pada indikator 7 memperoleh skor 140 dengan nilai rata-rata

3,7; dan terdapat 24 siswa (63,2%) yang minimal cukup bertanggung jawab;

sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. (Data hasil setiap indikator

kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran

16).

Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, kemudian dapat dijabarkan ke

dalam analisis tanggung jawab pada setiap siswa secara keseluruhan. Hal tersebut

dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Secara Keseluruhan

Tingkat

Penguasaan

Kompetensi

Rentang

Skor Kriteria

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

80% - 89% 20,8 – 23,1 Bertanggung Jawab

(B) 15 39,5

65% - 79% 16,9 – 20,5 Cukup Bertanggung

Jawab (CB) 18 47,4

55% - 64% 14,3 – 16,6 Tidak Bertanggung

Jawab (TB) 5 13,1

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui tanggung jawab siswa pada

kondisi awal tidak ada siswa yang masuk pada kriteria Sangat Bertanggung

Jawab, 15 siswa dengan persentase 39,5% termasuk kriteria Bertanggung Jawab,

sedangkan 18 siswa dengan persentase 47,4% termasuk kriteria Cukup

58

Bertanggung Jawab, dan 5 siswa dengan persentase 13,1 termasuk pada kriteria

Tidak Bertanggung Jawab. (Data hasil kuesioner tanggung jawab siswa pada

kondisi awal secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 17).

Oleh karena itu, hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator

keberhasilan yang telah ditentukan peneliti yaitu minimal semua siswa kelas 2

SDN Panjang 02 Ambarawa harus memiliki kriteria Cukup Bertanggung Jawab.

Sehingga perlu diadakan penyebaran kuesioner lagi pada akhir siklus II atau

setelah diadakannya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan

tanggung jawab siswa.

2. Hasil Belajar Kondisi Awal

Sebelum melakukan tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan

studi awal dengan melakukan wawancara dengan guru kelas 2 SDN Panjang 02

Ambarawa, untuk mengetahui tanggung jawab dan hasil belajar siswa kelas 2.

Penelitian ini dilakukan di kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa semester 2

tahun pelajaran 2017/ 2018. Subjek penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini adalah siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa yang berjumlah 38

siswa, yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Karakteristik

tanggung jawab dan pemahaman terhadap pembelajaran siswa kelas 2 itu

termasuk heterogen. Sehingga memerlukan model pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi siswa agar tanggung jawab dan hasil belajar siswa dapat tercapai

dengan baik.

Studi awal penelitian dilakukan untuk mengetahui tanggung jawab dan

hasil belajar siswa. Pada studi awal ini dapat diketahui bahwa tanggung jawab dan

hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya kegiatan

yang dapat mengasah karakter tanggung jawab siswa. Seperti kegiatan mencontek

pekerjaan teman, membuang sampah di laci meja, tugas prakarya yang masih

dikerjakan orang tua, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hal

tersebut masih sering dilakukan oleh siswa. Serta belum adanya penerapan model

pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa.

59

Padahal sebuah model pembelajaran juga dapat membantu guru untuk

menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya

pengetahuan instan dari guru, tetapi siswa juga harus berperan langsung dalam

proses pembelajaran. Beberapa hal tersebut menjadi hambatan di dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SDN Panjang 02 Ambarawa, hambatan-

hambatan yang ada tersebut menyebabkan tanggung jawab siswa kurang terasah

dan pembelajaran kurang efektif menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam

memahami pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah.

Kondisi tersebut menyebabkan hasil belajar muatan Bahasa Indonesia,

PPKn, dan Matematika kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas

nilai KKM untuk muatan PPKn adalah 75, sedangkan batas nilai KKM untuk

muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65. Data hasil belajar siswa

sebelum dilakukannya tindakan diperoleh dari nilai ulangan harian pada tema 6.

(Data nilai ulangan dapat dilihat dalam lampiran). Data tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tema 6 Muatan Bahasa Indonesia

PPKn, dan Matematika Kondisi Awal

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 3 2 2 7,9 5,3 5,3

85 – 94 5 7 3 13,2 18,4 7,9

75 – 84 3 9 4 7,9 23,7 10,5

65 – 74 8 20 6 21 52,6 15,8

< 65 19 - 23 50 - 60,5

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi niai ulangan pada Tema 6 menunjukkan

hasil belajar yang masih rendah. Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada muatan Bahasa Indonesia sebanyak 19 siswa dan yang

sudah mencapai KKM sebanyak 19 siswa, nilai rata-rata kelasnya 72,1 dengan

nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 64. Pada muatan PPKn terdapat 20 siswa yang

60

belum mencapai KKM dan 18 siswa yang sudah mencapai KKM, nilai rata-rata

kelasnya 70,7 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 68. Sedangkan untuk

muatan Matematika yang belum mencapai KKM sebanyak 23 siswa dan yang

sudah mencapai KKM sebanyak 15 siswa, nilai rata-rata kelasnya 69,2 dengan

nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 60. (Daftar nilai kondisi awal dapat dilihat

pada lampiran 37).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah

75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data

nilai hasil belajar pada kondisi awal atau sebelum dilaksanakan tindakan dapat

disajikan dalam tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan

Kondisi Awal

Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 19 65 18 75 15 50 47,4 39,5

Belum Tuntas < 65 19 < 65 20 < 75 23 50 52,6 60,5

Jumlah 38 100

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah

mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang

belum berhasil mencapai ketuntasan minimal. Hal tersebut dikarenakan banyak

siswa yang kurang memahami materi yang diberikan.

Berdasarkan hasil belajar yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai

ulangan Tema 6 pada muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa

kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa, maka peneliti merasa perlu mengadakan

perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) sebagai upaya untuk meningkatkan tanggung jawab dan hasil

belajar siswa melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua

siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

61

4.1.2 Deskripsi Tindakan Siklus I

Pada siklus I ini akan menjelaskan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan yang

masing-masing pertemuan berlangsung selama 6 x 35 menit.

4.1.2.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan dijelaskan tentang perencanaan yang

dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan

tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menunjang

pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk

perencanaan soal evalusi yang akan dilakukan saat pertemuan terakhir pada

setiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga

kali pertemuan yaitu pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3. Dimana

masing-masing pertemuan berlangsung selama 6 x 35 menit, dengan rincian

sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil wawancara, maka peneliti

melakukan diskusi dengan guru kelas 2 mengenai materi pembelajaran pada

Tema 7 Subtema 2 pada Pembelajaran 3 yang akan disajikan dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penyusunan

RPP didiskusikan dengan Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 sekaligus

sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang

dilakukan mengenai waktu pelaksanaan penelitian, penyusunan indikator, dan

penyusunan tujuan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang

akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga

mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya

peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2

agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus I pertemuan 1

dapat dilihat pada lampiran 18).

62

2) Pertemuan 2

Rencana tindakan siklus I pada pertemuan 2 merupakan tindak lanjut dari

pertemuan pertama, Kompetensi Dasar yang digunakan sama dengan Kompetensi

Dasar pada pertemuan pertama. Hanya saja pembelajaran yang digunakan yaitu

Pembelajaran 4 Subtema 2 pada Tema 7. Selanjutnya peneliti menyiapkan media

yang akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga

mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya

peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2

agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus I pertemuan 2

dapat dilihat pada lampiran 19).

3) Pertemuan 3

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 3 merupakan tindak

lanjut dari pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pembelajaran pada pertemuan 3 ini

digunakan untuk melaksanakan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Tema 7 Subtema 2

Pembelajaran 3 dan 4 muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika setelah

dilaksanakan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Materi

evaluasi ialah materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2

yaitu Subtema 2 Kebersamaan di Sekolah. Soal yang diujikan berjumlah 25 butir

soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

peneliti menyiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam proses pembelajaran,

diantaranya adalah RPP, lembar soal evaluasi siklus I, dan lembar jawab.

Sebelum mengadakan tes evaluasi siklus I, guru mengulang kembali materi yang

telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. (RPP Siklus I pertemuan 3

dapat dilihat pada lampiran 20).

63

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan

dengan alokasi waktu 6 x 35 menit. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I

adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari

Rabu, 28 Maret 2018, yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru

kolaborator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02

Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto

Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus I pada pertemuan 1.

Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer

mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi

yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai

dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil

observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 1 ini yaitu pada kegiatan

awal masih terdapat langkah-langkah yang belum dilaksanakan oleh guru seperti

tidak mengajak siswa untuk menyanyikan lagu nasional sebelum pembelajaran

dimulai, guru belum mampu menarik perhatian siswa dan menyiapkan peralatan

yang dibutuhkan dalam mengikuti pembelajaran, belum dapat menampung semua

pernyataan siswa sebagi hipotesis pemecahan masalah, dan guru tidak

menyampaiakan tema, subtema, dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari

pada hari ini. Kemudian pada kegiatan inti guru belum mampu menjelaskan

materi dengan media yang memudahkan siswa memahami materi, guru tidak

membimbing siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan laporan. Lalu

pada kegiatan akhir guru belum mampu merefleksi kegiatan pemecahan masalah.

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada pertemuan

1 ini yaitu pada kegiatan awal siswa tidak menyanyikan lagu nasional sebelum

pemeblajaran dimulai, siswa tidak menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk

mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang belum mampu menyampaikan

64

pendapat dalam proses pemecahan masalah, dan siswa belum memahami tujuan

pemebelajaran yang akan dipelajari pada hari ini. Kemudian pada kegiatan inti

siswa belum mampu menyelesaikan permasalahan, siswa juga tidak dapat

menyelesaikan laporan dengan tepat waktu, sehingga siswa belum bisa saling

membantu satu sama lain dalam menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir

siswa belum mampu merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari ini.

2) Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari

Kamis, 29 Maret 2018 yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru

kolabolator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02

Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto

Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus I pada pertemuan 2.

Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer

mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi

yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai

dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil

observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 2 pada kegiatan awal

yaitu guru sudah mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan

baik. Namun pada kegiatan inti guru belum mampu mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi pemecahan masalah dalam pembelajaran, dan guru juga

belum mampu membimbing siswa untuk membantu dalam menyelesaikan

laporan. Begitupula dengan kegiatan akhir guru belum mampu merefleksi

kegiatan pemecahan masalah.

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan 2 yang

diperoleh yaitu, siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan awal dengan baik.

Namun pada kegiatan inti siswa belum mampu mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan pemecahan masalah dengan baik, dan siswa juga belum mampu

untuk saling membantu dalam menyelesaikan laporan. Sedangkan pada kegiatan

65

akhir, sudah dilakukan dengan baik oleh siswa, hanya saja siswa belum mampu

merefleksi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

3) Pertemuan 3

Pertemuan 3 merupakan akhir pelaksanaan dari siklus I yang dilaksanakan

pada hari Sabtu, 31 Maret 2018. Pada pertemuan 3 siswa bersama guru mengulas

kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Siswa

bersama guru juga melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami

oleh siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Setelah itu dilanjutkan dengan melaksanakan tes evaluasi siklus I. Soal

evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang

berjumlah 25 butir soal. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal

evaluasi siklus I tersebut pada lembar kerja siswa yang telah dibagikan oleh guru.

Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes

dari awal sampai akhir.

4.1.2.3 Observasi

Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil tindakan pembelajaran berupa

hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah,

Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan

Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh guru.

Hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah,

Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan

Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diperoleh melalui pelaksanaan tes

evaluasi diakhir siklus I yaitu pada pertemuan 3. Berikut tabel distribusi frekuensi

hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah,

Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan

Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/

2018. Disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut.

66

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 4 5 3 10,5 13,2 7,9

85 – 94 8 15 6 21,1 39,5 15,8

75 – 84 6 - 9 15,8 - 23,7

65 – 74 3 18 - 7,9 47,3 -

< 65 17 - 20 44,7 - 52,6

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, distribusi frekuensi hasil belajar Tema 7.

Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah, Pembelajaran 3 dan 4

mengalami peningkatan dari kondisi awal. Dapat diketahui nilai rata-rata siswa

kelas 2 muatan Bahasa Indonesia pada kondisi awal 72,1 menjadi 74,5; untuk

muatan PPKn pada kondisi awal 70,7 menjadi 80,3; sedangkan pada muatan

Matematika yang semula 69,2 menjadi 72 pada siklus I. (Daftar nilai siklus I

dapat dilihat pada lampiran 38).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah

75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data

nilai hasil belajar pada siklus I dapat disajikan dalam tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan

Siklus I

Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 21 65 20 75 18 55,3 52,6 47,4

Belum Tuntas < 65 17 < 65 18 < 75 20 44,7 47,4 52,6

Jumlah 38 100

67

Berdasarkan tabel 4.6 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat

dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM untuk muatan

Bahasa Indonesia sebanyak 17 siswa atau 44,7% dari jumlah siswa kelas 2,

sedangkan yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa dengan persentase 55,3% dari

jumlah siswa kelas 2. Lalu untuk muatan PPKn siswa yang belum tuntas KKM

sebanyak 18 siswa atau 47,4% dari jumlah siswa kelas 2, sedangkan siswa yang

sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 52,6% dari seluruh siswa kelas 2.

Kemudian untuk muatan Matematika siswa yang tidak tuntas KKM sebanyak 20

siswa atau 52,6% dari jumlah siswa kelas 2, sedangkan siswa yang sudah

melampaui KKM sebanyak 18 siswa dengan presentase 47,4%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil belajar

Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah, Pembelajaran 3 dan

4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika. Namun

hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah

ditentukan peneliti sebesar 100% atau hasil belajar siswa kelas 2 SDN Panjang 02

Ambarawa tuntas KKM semua.

4.1.2.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan

1 dan pertemuan 2 maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindaakan

pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang

dilaksanakan pada siklus I yang nantinya akan digunakan sebagai bahan perbaikan

dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan

indikator aktivitas yang telah ditentukan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk

diskusi yang dilakukan oelh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan

perwakilan dari siswa kelas 2. Dimana diskusi tersebut membahas mengenai

evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa

dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guru dapat memperoleh

pengalaman dan wawasan baru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,

selain itu guru juga merasa lebih mudah menarik perhatian siswa untuk mengikuti

68

pembelajaran dengan baik. Sementara itu bagi siswa, dengan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa

merasakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak

membosankan karena dikemas dalam suasana belajar sambil bermain, siswa

merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.

Kegiatan diskusi dan kerjasama atar anggota kelompok menjadikan materi

pembelajaran mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui kegiatan observasi

aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diketahui bahwa masih ada beberapa

indikator langkah-langkah pembelajaran yang belum mampu dilaksanakan dengan

baik. Pada pertemuan 2 juga masih ada langkah-langkah pembelajaran yang

belum dapat dilaksanakan dengan baik, namun tidak sebanyak pada saat

pertemuan 1. Dari hasil observasi siklus I yang mengalami meningkatan adalah

yang awalnya guru belum mampu mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang berkaitan dengan pemecahan masalah, pada pertemuan 2 guru

sudah mampu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan

dengan pemecahan masalah. Selanjutnya yang awalnya guru belum mampu

membimbing siswa dalam menyelesaikan laporan, pada pertemuan 2 guru sudah

mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan laporan pembelajaran.

Kemudian yang awalnya guru belum mampu merefleksi siswa terhadap proses

pemecahan masalah, menjadi sudah mampu membantu merefleksi siswa dalam

proses pemecahan masalah.

Sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan

langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) secara aktif

dengan bimbingan guru.

Dari hasil observasi pada tindakan siklus I dapat diketahui beberapa

kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan dengan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut.

69

1) Kelebihan

a. Langkah-langkah pembelajaran sudah tersusun dengan baik. Siswa sudah

mampu memahami materi dengan baik meskipun belum mencapai hasil

belajar yang maksimal.

b. Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang

dipelajari.

c. Siswa mampu berkerjasama antar anggota kelompok.

d. Guru mendominasi dalam pembelajaran menjadi berkurang karena guru

mengarahkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

2) Kekurangan

a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) belum

terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal pembelajaran siswa

masih merasa kebingungan.

b. Masih terdapat siswa yang belum dapat bekerjasama dengan baik.

c. Masih terdapat siswa yang malu dalam menyampaikan pendapatnya.

4.1.3 Deskripsi Tindakan Siklus II

Pada deskripsi siklus II ini, akan diuraikan mengenai tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan

pembelajaransiklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

4.1.3.1 Perencanaan

Rencana tindakan siklus II juga dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I.

Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi aktivitas guru dan

siswa, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 2 mengenai materi

pada Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata,

Pembelajaran 3 di dalamnya terdapat muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan

Mtematika yang akan disajikan dengan menggunakan model pebelajaran

Problem Based Learning (PBL). Penyususnan RPP didiskusikan dengan Ibu

Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 dan sekaligus sebagai guru kolaborator

70

dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan mengenai waktu

pelaksanaan penelitian, penyusunan indikator, dan penyusunan tujuan

pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan saat

pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar

observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya peneliti dan guru

kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2 agar

pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus II pertemuan 1 dapat

dilihat pada lampiran 22).

2) Pertemuan 2

Rencana tindakan siklus II pada pertemuan 2 merupakan tindak lanjut dari

pertemuan pertama, Kompetensi Dasar yang digunakan sama dengan Kompetensi

Dasar pada pertemuan pertama. Hanya saja pembelajaran yang digunakan yaitu

Pembelajaran 4 Subtema 4 pada Tema 7. Selanjutnya peneliti menyiapkan media

yang akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga

mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya

peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2

agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus II pertemuan 2

dapat dilihat pada lampiran 23).

3) Pertemuan 3

Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 3 merupakan tindak

lanjut dari pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pembelajaran pada pertemuan 3 ini

digunakan untuk melaksanakan tes evaluasi siklus II, kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Tema 7 Subtema 4

Pembelajaran 3 dan 4 muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika setelah

dilaksanakan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Materi

evaluasi ialah materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2

yaitu Subtema 4 Kebersamaan di Tempat Wisata. Soal yang diujikan berjumlah

25 butir soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan

71

pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran, diantaranya adalah RPP, lembar soal evaluasi siklus II, dan lembar

jawab. Sebelum mengadakan tes evaluasi siklus II, guru mengulang kembali

materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. (RPP Siklus II

pertemuan 3 dapat dilihat pada lampiran 24).

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan

tindakan pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap

pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan

dengan rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari

Rabu, 4 April 2018, yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolaborator

yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa.

Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa

saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono.

Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus II pada pertemuan 1. Selama

proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati

aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi

yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai

dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil

observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 1 ini yaitu pada kegiatan

awal langkah-langkah pembelajarannya sudah dapat dilaksanakan oleh guru

dengan baik. Kemudian pada kegiatan inti masih terdapat beberapa langkah

pembelajaran yang belum dilaksanakan yaitu, guru belum mampu mendorong

siswa untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pemecahan

masalah, dan guru juga tidak membimbing siswa untuk saling membantu dalam

menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir guru sudah mampu

menyelesaikan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang

terdapat dalam RPP siklus II.

72

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada pertemuan

1 ini yaitu pada kegiatan awal siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam

RPP. Kemudian pada kegiatan inti siswa belum mampu mengumpulkan informasi

yang berkaitan dengan pemecahan masalah, sehingga siswa belum bisa saling

membantu satu sama lain dalam menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir

siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai

dengan RPP siklus II.

2) Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari

Kamis, 5 April 2018 yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolabolator

yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa.

Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa

saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono.

Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus II pada pertemuan 2. Selama

proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati

aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi

yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai

dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil

observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 2 pada kegiatan awal,

kegiatan inti, hingga kegiatan akhir guru sudah mampu melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran dengan baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa

pada pertemuan 2 yang diperoleh yaitu, pada kegiatan awal, kegiatan inti, hingga

kegiatan akhir sudah mampu dilaksanakan siswa sesuai dengan langkah-langkah

dalam RPP siklus II.

3) Pertemuan 3

Pertemuan 3 merupakan akhir pelaksanaan dari siklus II yang

dilaksanakan pada hari Jumat, 6 April 2018. Pada pertemuan 3 siswa bersama

guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan

73

pertemuan 2. Siswa bersama guru juga melakukan tanya jawab mengenai materi

yang belum dipahami oleh siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Setelah itu dilanjutkan dengan melaksanakan tes evaluasi siklus II. Soal

evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang

berjumlah 25 butir soal. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal

evaluasi siklus II tersebut pada lembar kerja siswa yang telah dibagikan oleh guru.

Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes

dari awal sampai akhir.

4.1.3.3 Observasi

1. Hasil Belajar

Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil tindakan pembelajaran berupa

hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata,

Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan

Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh guru.

Hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat

Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia,

PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diperoleh melalui

pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus II yaitu pada pertemuan 3. Berikut tabel

distribusi frekuensi hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan

di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa

Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa

Tahun Pelajaran 2017/ 2018. Disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut.

74

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 7 13 5 18,4 34,2 13,2

85 – 94 13 25 7 34,2 65,8 18,4

75 – 84 - - 11 - - 28,9

65 – 74 18 - 15 47,4 - 39,5

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, distribusi frekuensi hasil belajar Tema 7.

Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4

mengalami peningkatan dari siklus I. Dapat diketahui nilai rata-rata siswa kelas 2

muatan Bahasa Indonesia pada siklus I 74,5 menjadi 81,1; untuk muatan PPKn

pada siklus I 80,3 menjadi 90,1; sedangkan pada muatan Matematika pada siklus I

72 menjadi 81,6 pada siklus II. (Daftar nilai siklus II dapat dilihat pada lampiran

39).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah

75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data

nilai hasil belajar pada siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan

Siklus II

Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 38 65 38 75 38 100 100 100

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat

dijelaskan bahwa hasil belajar siswa untuk muatan Bahasa Indonesia

ketuntasannya naik menjadi 100% atau semua siswa tuntas KKM. Lalu untuk

75

muatan PPKn ketuntasan siswa juga naik menjadi 100% atau semua siswa tuntas

KKM. Kemudian untuk muatan Matematika ketuntasan siswa juga naik menjadi

100% atau semua siswa tuntas KKM.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memahami materi

yang disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL), siswa sangat antusias dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Sehingga hasil belajar siswa meningkat menjadi 100%.

2. Tanggung Jawab Kondisi Akhir

Setelah siklus II selesai dilakukan, kemudian peneliti menyebar kembali

lembar kuesioner kepada siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan tujuan

untuk mengetaui perubahan kondisi tanggung jawab siswa setelah dilakukannya

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL). Lembar kuesioner yang disebar masih sama dengan lembar

kuesioner pada kondisi awal yaitu terdiri dari 26 item pernyataan. Hasil analisis

kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Setiap Indikator

pada Kondisi Akhir

No. Indikator Skor Rata-

rata

Siswa yang Minimal

Cukup Bertanggung

Jawab Kriteria

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

1.

Membuat laporan setiap

kegiatan yang dilakukan

dalam bentuk lisan maupun

tulisan.

69 1,8 31 81,6 Sangat

Bertanggung Jawab

2. Melakukan tugas tanpa

disuruh. 140 3,7 37 97,4

Sangat

Bertanggung Jawab

3.

Menunjukkan prakarsa untuk

mengatasi masalah dalam

lingkup terdekat.

139 3,7 38 100 Sangat

Bertanggung Jawab

4. Menghindarkan kecurangan

dalam pelaksanaan tugas. 136 3,6 36 94,7

Sangat

Bertanggung Jawab

5. Pelaksanaan tugas piket secara

teratur. 101 2,7 37 97,4 Bertanggung Jawab

6. Peran serta aktif dalam

kegiatan sekolah. 136 3,6 37 97,4

Sangat

Bertanggung Jawab

7. Mengajukan usul pemecahan

masalah. 157 4,1 37 97,4 Bertanggung Jawab

76

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, hasil analisis lembar kuesioner tanggung

jawab pada kondisi akhir mengalami peningkat dari kondisi awal yaitu pada

indikator 1 skornya menjadi 69 dengan nilai rata-rata 1,8; dan siswa yang minimal

cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 31 siswa (81,6%); sehingga masuk

ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 2 skornya menjadi

140 dengan nilai rata-rata 3,7; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab

meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat

Bertanggung Jawab. Pada indikator 3 skornya menjadi 139 dengan nilai rata-rata

3,7; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 38

siswa (100%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada

indikator 4 skornya menjadi 136 dengan nilai rata-rata 3,6; dan siswa yang

minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 36 siswa (94,7%);

sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 5

skornya menjadi 101 dengan nilai rata-rata 3,7; dan siswa yang minimal cukup

bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke

dalam kriteria Bertanggung Jawab. Pada indikator 6 skornya menjadi 136 dengan

nilai rata-rata 3,6; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat

menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung

Jawab. Pada indikator 7 skornya menjadi 157 dengan nilai rata-rata 4,1; dan siswa

yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%);

sehingga masuk ke dalam kriteria Bertanggung Jawab. (Data hasil setiap indikator

kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir dapat dilihat pada lampiran

27).

Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, kemudian dapat dijabarkan ke

dalam analisis tanggung jawab pada setiap siswa secara keseluruhan. Hal tersebut

dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut.

77

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Secara Keseluruhan

pada Kondisi Akhir

Tingkat

Penguasaan

Kompetensi

Rentang Skor Kriteria Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

90% - 100% 23,4 – 26 Sangat Bertanggung

Jawab (SB) 16 42,1

80% - 89% 20,8 – 23,1 Bertanggung Jawab

(B) 22 57,9

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 16 siswa

dengan persentase 42,1% termasuk kedalam kriteria Sangat Bertaggung Jawab,

kemudian terdapat 22 siswa dengan persentase 57,9% termasuk kriteria

Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang termasuk ke dalam kriteria Cukup

Bertanggung Jawab, Tidak Bertanggung Jawab, dan Sangat Tidak bertanggung

Jawab. (Data hasil kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir secara

keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 28).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa seluruh siswa kelas 2 SDN

Panjang 02 Ambarawa sudah mampu bertanggung jawab. Seluruh indikator dalam

tanggung jawab sudah mampu dilaksanakan siswa dengan baik.

4.1.3.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan

1 dan pertemuan 2 maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi untuk

mengevaluasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan

tindakan siklus II. Diskusi dilakukan dengan guru kolaborator, guru observer,

peneliti, dan beberapa siswa kelas 2. Pada pelaksanaan tindakan siklus II berbagai

upaya telah dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang telah dilakukan sesuai

dengan hasil refleksi pada siklus I.

Dari refleksi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa guru kolaborator

yaitu guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa sudah mampu menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. Penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga menjadikan siswa terlibat

dalam proses pemecahan masalah secara aktif dan menyenangkan.

78

Dari hasil observasi pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru sudah dapat

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. Begitupun dengan

siswa juga sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik.

Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah 75 sedangkan untuk

muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, maka pada siklus II semua

siswa tuntas KKM dengan persentase 100%. Artinya jika dilihat dari indikator

keberhasilan yang ditentukan, hasil evaluasi siswa telah mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan observer pada siklus II secara keseluruhan hasil

refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut.

1) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru berhasil melakukan perbaikan

pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana

perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I.

2) Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), terlihat dari respon

positif siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai

berani menyampaikan pendapat, dan menaggapi jawaban.

3) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dan berdiskusi secara kondusif untuk

mencari informas pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada

pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik sesuai dengan yang

telah direncanakan pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan oleh

guru kolaborator pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II.

Permasalahan yang telah berhasil diatasi adalah sebagai berikut.

1) Peneliti dan guru kolaborator telah melakukan diskusi untuk membahas

mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran

79

Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga

pembelajaran berjalan secara sistematis sesuai dengan apa yang telah

direncanakan.

2) Guru sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan

baik. Penyampaian materinya dilakuakan secara terstruktur, dan guru juga

dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan permasalahan sehari-hari,

sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa.

3) Guru memberikan penguatan positif kepada siswa, seperti melatih siswa

untuk berani mengemukakan pendapat, dan berani tampil di depan kelas saat

mempresentasikan hasil pekerjaannya.

4.2 Analisis Komparatif Data

4.2.1 Peningkatan Tanggung Jawab Kondisi Awal dan Kondisi Akhir

Peningkatan tanggung jawab siswa pada kondisi awal dan kondisi akhir

sehingga diketahui peningkatannya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.11 Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Kondisi Awal dan

Kondisi Akhir

No. Indikator

Kondisi Awal Kondisi Akhir

Rata-

rata

Siswa yang

Bertanggung

Jawab

Rata-

rata

Siswa yang

Bertanggung

Jawab

f % f %

1.

Membuat laporan setiap

kegiatan yang dilakukan

dalam bentuk lisan maupun

tulisan.

1,6 23 60,5 1,8 31 81,6

2. Melakukan tugas tanpa

disuruh. 3,0 31 81,6 3,7 37 97,4

3.

Menunjukkan prakarsa

untuk mengatasi masalah

dalam lingkup terdekat.

2,9 29 76,3 3,7 38 100

4. Menghindarkan kecurangan

dalam pelaksanaan tugas. 2,9 28 73,7 3,6 36 94,7

5. Pelaksanaan tugas piket

secara teratur. 2,3 33 86,8 2,7 37 97,4

6. Peran serta aktif dalam

kegiatan sekolah. 2,9 27 71,1 3,6 37 97,4

7. Mengajukan usul

pemecahan masalah. 3,7 24 63,2 4,1 37 97,4

80

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui peningkatan tanggung

jawab siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir. Pada indikator 1 kondisi awal

nilai rata-ratanya 1,6 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 1,8; dan

siswa yang termasuk bertanggung jawab pada kondisi awal 23 siswa (60,5%)

kemudian meningkat menjadi 31 siswa (81,6%)pada kondisi akhir. Pada indikator

2 kondisi awal nilai rata-ratanya 3,0 kemudian meningkat pada kondisi akhir

menjadi 3,7; dan siswa yang termasuk bertanggung jawab pada kondisi awal 31

siswa (81,6%) kemudian meningkat menjadi 37 siswa (97,4%)pada kondisi akhir.

Pada indikator 3 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada

kondisi akhir menjadi 3,7; dan siswa yang termasuk bertanggung jawab pada

kondisi awal 29 siswa (76,3%) kemudian meningkat menjadi 38 siswa

(100%)pada kondisi akhir. Pada indikator 4 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9

kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6; dan siswa yang termasuk

bertanggung jawab pada kondisi awal 28 siswa (73,7%) kemudian meningkat

menjadi 36 siswa (94,7%)pada kondisi akhir. Pada indikator 5 kondisi awal nilai

rata-ratanya 2,3 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 2,7; dan siswa

yang termasuk bertanggung jawab pada kondisi awal 33 siswa (86,8%) kemudian

meningkat menjadi 37 siswa (97,4%)pada kondisi akhir. Pada indikator 6 kondisi

awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6;

dan siswa yang termasuk bertanggung jawab pada kondisi awal 27 siswa (71,1%)

kemudian meningkat menjadi 37 siswa (97,4%)pada kondisi akhir. Pada indikator

7 kondisi awal nilai rata-ratanya 3,7 kemudian meningkat pada kondisi akhir

menjadi 4,7; dan siswa yang termasuk bertanggung jawab pada kondisi awal 24

siswa (63,2%) kemudian pada kondisi akhir meningkat menjadi 37 siswa (97,4%).

Perbandingan peningkatan tanggung jawab siswa dari kondisi awal

sampai kondisi akhir dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

81

Gambar 4.1 Histogram Rata-rata Tanggung Jawab Siswa pada Kondisi Awal dan

Kondisi Akhir

Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat diketahui peningkatan rata-rata

tanggung jawab siswa yang diperoleh dari kondisi awal dan kondisi akhir. Pada

indikator 1 kondisi awal nilai rata-ratanya 1,6 kemudian meningkat pada kondisi

akhir menjadi 1,8. Lalu pada indikator 2 kondisi awal nilai rata-ratanya 3,0

kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,7. Kemudian pada indikator 3

kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada kondisi akhir

menjadi 3,7. Sedangkan pada indikator 4 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9

kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6. Begitu juga pada indikator 5

kondisi awal nilai rata-ratanya 2,3 kemudian meningkat pada kondisi akhir

menjadi 2,7. Lalu pada indikator 6 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian

meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6. Kemudian pada indikator 7 kondisi

awal nilai rata-ratanya 3,7 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 4,7.

4.2.2 Peningkatan Hasil Belajar pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II

Peningkatan hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2 Kebersamaan

di Sekolah dan Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4

yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa

kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II

sehingga dapat diketahui peningkatannya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Rata-rata Kondisi Awal

Rata-rata Kondisi Akhir

82

Tabel 4.12 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada

Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Ketuntasan

Rata-

rata

Tuntas Belum Tuntas

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Kondisi Awal 19 50 19 50 72,1

Siklus I 21 55,3 17 44,7 74,5

Siklus II 38 100 0 0 81,1

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar

muatan Bahasa Indonesia yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I,

dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara

klasikal nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar

siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang

telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian

tindakan dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan

belajar siswa pada muatan Bahasa Indonesia dapat mencapai indikator

keberhasilan yang diharapkan yaitu 100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai

ketuntasan. Rata-rata nilai siswa kondisi awal 72,1; mengalami meningkat pada

siklus I menjadi 74,5; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

Gambar 4.2 adalah grafik yang menunjukkan hasil penelitian nilai rata-rata

hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada muatan Bahasa

Indonesia.

83

Gambar 4.2 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, diketahui peningkatan hasil belajar pada

nilai rata-rata muatan Bahasa Indonesia kondisi awal 72,1; mengalami meningkat

pada siklus I menjadi 74,5; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi

90,1.

Kemudian peningkatan ketuntasan hasil belajar pada muatan PPKn dapat

dilihat pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.13 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar PPKn pada Kondisi

Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Ketuntasan

Rata-

rata

Tuntas Belum Tuntas

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Kondisi Awal 18 47,4 20 52,6 70,7

Siklus I 20 52,6 18 47,4 80,3

Siklus II 38 100 0 0 90,1

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar

muatan PPKn yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus

II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai

rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar siswa belum

mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan

sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan

66

68

70

72

74

76

78

80

82

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata

84

dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar siswa

pada muatan PPKn dapat mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu

100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai ketuntasan. Rata-rata nilai siswa

kondisi awal 70,7; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 80,3; kemuadian

pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

Gambar 4.3 adalah grafik yang menunjukkan hasil penelitian nilai rata-rata

hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada muatan PPKn.

Gambar 4.3 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar PPKn

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui peningkatan hasil belajar pada

muatan PPKn kondisi awal 70,7; mengalami meningkat pada siklus I menjadi

80,3; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

Selanjutnya peningkatan ketuntasan hasil belajar pada muatan Matematika

dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

KondisiAwal

Siklus I Siklus II

Rata-rata

85

Tabel 4.14 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Kondisi

Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Ketuntasan

Rata-

rata

Tuntas Belum Tuntas

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Kondisi Awal 15 39,5 23 60,5 69,2

Siklus I 18 47,4 20 52,6 72

Siklus II 38 100 0 0 81,6

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar

muatan Matematika yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan

siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal

nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar siswa belum

mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan

sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan

dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar siswa

pada muatan Matematika dapat mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan

yaitu 100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai ketuntasan.

Gambar 4.4 adalah grafik yang menunjukkan hasil penelitian nilai rata-rata

hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada muatan

Matematika.

62

64

66

68

70

72

74

76

78

80

82

84

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata

86

Gambar 4.4 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Matematika

Berdasaarkan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui peningkatan hasil belajar

pada muatan Matematika kondisi awal 69,2; mengalami meningkat pada siklus I

menjadi 72; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,6.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning pada pertemuan 1 dan petemuan 2 disetiap siklusnya. Berdasarkan

analisis kuesioner tanggung jawab pada kondisi awal tidak ada siswa yang masuk

pada kriteria Sangat Bertanggung Jawab, 15 siswa dengan presentase 39,5%

termasuk kriteria Bertanggung Jawab, sedangkan 18 siswa dengan presentase

47,4% termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab, 5 siswa dengan presentase

13,1 termasuk pada kriteria Tidak Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang

termasuk kriteria Sangat Tidak Bertanggung Jawab. Kemudian pada kondisi

akhir terdapat 16 siswa dengan presentase 42,1% termasuk kriteria Sangat

Bertaggung Jawab, kemudian terdapat 22 siswa dengan presentase 57,9%

termasuk kriteria Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang termasuk ke

dalam kriteria Cukup Bertanggung Jawab, Tidak Bertanggung Jawab, dan Sangat

Tidak bertanggung Jawab. Hal tersebut sejalan dengan pengertian tanggung

jawab ialah sikap atau perilaku yang dilakukan seseorang untuk menjalankan

kewajibannya (Wati & Kristin, 2017: 761).

Berdasarkan hasil belajar pada kondisi awal, evaluasi siklus I, dan evaluasi

siklus II diperoleh data sebagai berikut. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa

pada muatan Bahasa Indonesia 72,1 dengan ketuntasan belajar sebesar 50%,

kemudian pada siklus I rata-rata siswa meningkat menjadi 74,5 dengan

ketuntasan belajar sebesar 55,3%, lalu terjadi peningkatan kembali pada siklus II

nilai rata-rata siswa menjadi 81,1 dengan ketuntasan belajar mencapai 100%.

Untuk muatan PPKn nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 70,7 dengan

ketuntasan belajar sebesar 47,4%, lalu terjadi peningkatan pada siklus I rata-rata

siswa menjadi 80,3 dengan ketuntasan belajar sebesar 52,6%, kemudian pada

siklus II terjadi peningkatan kembali nilai rata-rata siswa menjadi 90,1 dengan

87

ketuntasan belajar mencapai 100%. Lalu untuk muatan Matematika nilai rata-rata

siswa pada kondisi awal 69,2 dengan ketuntasan belajar sebesar 39,5%, lalu pada

siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 72 dengan ketuntasan

belajar sebesar 47,4%, kemudian pada siklus II terjadi peningkatan kembali nilai

rata-rata siswa menjadi 81,6 dengan ketuntasan belajar mencapai 100%. Dari

hasil tersebut dapat dikatakan hasil belajar berarti hasil yang diperoleh seseorang

dari aktivitas yang dilakukan dan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah

laku (Kristin, 2016:78).

Berdasarkan pengamatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II terlihat

rata-rata kemampuan siswa di dalam proses pembelajaran semakin baik dan

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif

mengikuti setiap kegiatan pembelajaran, siswa lebih berani dalam menyampaikan

pendapat dan melakukan tanya jawab bersama guru, siswa juga lebih

bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pembelajaran

yang berlangsung jauh lebih menarik dan bermakna bagi siswa, karena

pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru namun siswa juga ikut terlibat

langsung dalam segala kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuktikan dengan

adanya peningkatan tanggung jawab dan hasil belajar siswa pada Tema 7.

Kebersamaan, Subtema 2 Kebersamaan di Sekolah dan Subtema 4. Kebersamaan

di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa

Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa.

Selain itu, penelitian ini telah melengkapi penelitian yang dilakukan oleh

Nuraini dan Kristin pada tahun 2017, penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas yang berjudul “Penggunaan Model Problem Based Learning

(PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD”. Hasil penelitian

menunjukkan, hasil belajar kognitif yang tuntas dari pra siklus 7 siswa (44%)

meningkat menjadi 12 siswa (76%) pada siklus I dan meningkat menjadi 16

siswa (100%) pada siklus II.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan enelitian yang dilakukan oleh

Listiani, W dan Radia, E. H pada tahun 2017, penelitian ini merupakan

88

merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas

4”. Penggunaan model pembelajaran problem based learningberbantu media

visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 4 SD Negeri Ngablak 05

Semester I Tahun Pelajaran 2017-2018. Hal ini terlihat dari ketuntasan hasil

belajar siswa yang mulanya pada pra siklus sebesar 36%. Pada pembelajaran

siklus I meningkat dengan tingkat ketuntasan sebesar 59,1%. Kemudian

meningkat lagi pada siklus II menjadi 90,9% dari keseluruhan siswa.

Keunggulan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang

sebelumnya yaitu, penelitian ini mengukur tanggung jawab sekaligus hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam

Tema 7 Kebersamaan, Subtema 2 dan Subtema 4 pada sekolah dasar kelas 2.

Kemudian dalam mengukur tanggung jawab peneliti menggunakan angket.

Selain itu, hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda.

Observas juga dilakukan untuk memperkuat hasil yang diperoleh dari

peningkatan tanggung jawab dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning. Selain itu, penelitian ini menggunakan

permasalahan nyata sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi

pembelajaran. Siswa juga mengamati langsung mengenai keanekaragaman

karakteristik antar siswa, sehingga siswa mudah memahami karakter antar siswa

yang berbeda jenis kelamin maupun kegemaran.