BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5944/9/2012-1-88210-544409030-bab4... ·...

56
15 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Terbentuknya Kerajinan Mebel “ Rahmat Jaya ” Pada awalnya sekitar tahun 1998 kerajinan mebel Rahmat Jaya merupakan tempat penumpukan kayu dari hutan ,dulunya pemilik mebel Rahmat Jaya yaitu bapak Zainudin Rahman merupakan seorang penebang kayu ( tukang sensor ), bapak Zeni ( panggilan sehari-hari ) dangan bapak Hamid ( paman ) pemasok kayu dalam bentuk papan berbagai ukuran, konseng rumah, lata, serta kayu api ke kabupaten Gorontalo. Pada tahun 2000 bapak Zeni mendirikan mebel Rahmat Jaya dengan pekerja satu orang yaitu bapak Liko dengan alat apa adanya dan minimal produksi setiap bulannya mencapai sepuluh buah mebel yang di hasilkan yang siap jual, pada tahun 2002 para pekerja mulai betambah, menjadi dua orang tukang mebel, serta dua orang tukang sensor, dua orang pengangkut kayu dari hutan, serta satu supir yang mengangkut kayu. Ditambah lagi dengan kelengkapan alat alat yang lebih memadai untuk menunjang para pekerja agar menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam pengambilan bahan baku bapak Zeni mengingatkan pada para pekerja agar memilih kayu yang layak tebang, agar mendapatkan kayu yang ideal untuk digunakan pada bahan baku mebel, dulu penebangan kayu di hutan hanya untuk pembukaan lahan perkebunan bagi masyarakat dusun Didingga, dikarenakan kurangnya lahan pertanian, pada masa itu dusun Didingga didominasi oleh perbukitan dan hutan belantara.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5944/9/2012-1-88210-544409030-bab4... ·...

15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Terbentuknya Kerajinan Mebel “ Rahmat Jaya ”

Pada awalnya sekitar tahun 1998 kerajinan mebel Rahmat Jaya

merupakan tempat penumpukan kayu dari hutan ,dulunya pemilik mebel Rahmat

Jaya yaitu bapak Zainudin Rahman merupakan seorang penebang kayu ( tukang

sensor ), bapak Zeni ( panggilan sehari-hari ) dangan bapak Hamid ( paman )

pemasok kayu dalam bentuk papan berbagai ukuran, konseng rumah, lata, serta

kayu api ke kabupaten Gorontalo.

Pada tahun 2000 bapak Zeni mendirikan mebel Rahmat Jaya dengan

pekerja satu orang yaitu bapak Liko dengan alat apa adanya dan minimal produksi

setiap bulannya mencapai sepuluh buah mebel yang di hasilkan yang siap jual,

pada tahun 2002 para pekerja mulai betambah, menjadi dua orang tukang mebel,

serta dua orang tukang sensor, dua orang pengangkut kayu dari hutan, serta satu

supir yang mengangkut kayu. Ditambah lagi dengan kelengkapan alat alat yang

lebih memadai untuk menunjang para pekerja agar menghasilkan produk yang

berkualitas.

Dalam pengambilan bahan baku bapak Zeni mengingatkan pada para

pekerja agar memilih kayu yang layak tebang, agar mendapatkan kayu yang ideal

untuk digunakan pada bahan baku mebel, dulu penebangan kayu di hutan hanya

untuk pembukaan lahan perkebunan bagi masyarakat dusun Didingga,

dikarenakan kurangnya lahan pertanian, pada masa itu dusun Didingga didominasi

oleh perbukitan dan hutan belantara.

16

Dulunya jalan menuju desa Didingga berupa jalan berbatu yang memakan

waktu berjam-jam hingga sampai di desa Didingga. Sehingga itu terkendala dalam

distribusi bahan pelengkap untuk mebel yang harus di beli dari kota berupa cat,

kaca, paku, tempat kunci, lem, serta bahan-bahan lainnya. Dalam proses

pengiriman pesanan ke kota Gorontalo, kabupaten Gorontalo, kabupaten Bone

Bolango, dan kabupaten Gorontalo juga terkendala dangan jalan yang kondisinya

belum teraspal sehingga memperlambat pengiriman barang dua sampai tiga hari.

Dalam musim penghujan akan lebih memperlambat pengiriman mebel karena

kondisi jalan yang berair, berlubang, dan becek, sehingga mobil akan ditarik jika

sampai terjabak di kubangan lumpur, sehingga memakan waktu empat sampai

lima hari barangnya sampai ke tempat tujuan.

Karena kondisi demikian kerajinan mebel Rahmat Jaya mengalami

penuranan pesanan dari konsumen dari kota dan kabupaten Gorontalo, alasanya

karena lamanya pengiriman hasil produksi kerajinan mebel Rahmat Jaya. Hal ini

berlangsung sekitar beberapa tahun sampai tahun 2005.

Pada tahun 2005 kondisi kerajianan mebel Rahmat Jaya semakin membaik

karena pesanan mulai meningkat karena adanya perbaikan jalan itupun baru

sebagian jalan yang di aspal belum sampai di kecamatan Tolinggula, akan tetapi

kondisi ini mempengaruhi proses dalam pembelian bahan bahan pelengkap mebel

serta dalam pengiriman hasil kerajinan mebel Rahmat Jaya meskipun ada kendala

sedikit tapi tidak mempengaruhi dalam proses pembelian bahan-bahan pelengkap

dan proses pengiriman.

17

Pada tahun 2009 produksi hasil produksi kerajinan mebel Rahmat Jaya

semakin bervariasi dulunya hanya memproduksi empat macam betuk mebel,

sekarang sudah menghasilkan beberapa macam diantaranya: lemari pakaian terdiri

empat macam yaitu lemari satu badan, lemari dua badan, lemari tiga badan, dan

lemari makanan. tualet ( lemari hias ) terdiri dari dua macam, yaitu model yang

besar dan mini, bufet, tempat tidur terdiri dari model spanyol, model biasa. Meja

makan, serta konseng rumah. Kondisi ini masih bertahan sampai sekarang dengan

para pekerja yang kompak dan solid sehingga menghasilkan produk mebel yang

berkualitas tinggi.

4.1.1 Struktur Organisasi “ Rahmat Jaya”

Berikut ini adalah sturuktur organisasi usaha kerajinan mebel Rahmat

Jaya yang saya gambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Kerajinan Mebel “ Rahmat Jaya ”

Gambar 2 : skema stuktur organisasi kerajinan mebel Rahmat Jaya Sumber : mebel Rahmat Jaya

KETUA ZAINUDIN RAHMAN

BENDAHARA ELIS MADA

BAGIAN PEMASARAN 1. MARYAM SAMAN 2. ANCE DAUD 3. HAPSA KAI 4. ROHAYATI RAHMAN

BAGIAN PRODUKSI 1. NIKSON TAHIR 2. NIKSON HASAN 3. BASI MISI

BAGIAN PENGANGKUTAN KAYU

1. UDIN HUSAIN 2. FITLI HASAN 3. KAHAR DANIALI

PEMASOK BAHAN BAKU

1. HAMKA HASAN 2. OPSILAN MADA

18

4.1.2 Jenis jenis produk kerajinan mebel Rahmat Jaya

Dalam usaha kerajianan mebel Rahmat Jaya, memproduksi beberapa

macam jenis mebel yang memang di produksi secara terus menerus, dan juga

sesuai pesanan dari para konsumen diantaranya adalah:

a) Bufet

Produk ini merupakan produk yang diproduksi secara terus menerus

meskipun tidak ada pesanan, karena bufet ini banyak sekali peminatnya karena

untuk keperluan tempat perhiasan, pajangan di dalam rumah, serta berfungsi

untuk meletakan barang barang seperti gelas, bingkai foto, vas bunga dan barang

pecah lainnya, bufet ini di hargai dengan harga Rp 1.500 000.

Gambar 3 : Bufet Sumber foto : Penulis 2012.

b) Lemari Pakaian

Produk lemari pakaian terdiri dari tiga macam yaitu lemari satu badan,

lemari dua badan, lemari tiga badan. Lemari pakaian merupakan produk paling

banyak di pesan karena lemari merupakan kebutuhan untuk perlekapan rumah

tangga, yang sering diproduksi yaitu produk lemari dua badan dan tiga badan,

19

sedangkan lemari satu badan di produksi sesuai pesanan. Harga lemari

disesuaikan dengan bentuknya, yaitu lemari 1 badan dengan harga Rp 750 000,

lemari dua badan dengan harga Rp 1 500 000, dan lemari tiga badan di hargai

dengan Rp 2.000.000.

Gambar 4 : lemari 2 badan Sumber foto : Penulis , 2012 .

c) Lemari Makanan

Lemari makanan di produksi berdasarkan pesanan dari konsumen, lemari

makanan terdiri dari dua macam yaitu lemari dengan menggunakan kaca bunga,

dan yang menggunakan kaca polos. Lemari makanan yang menggunakan kaca

bunga di jual dengan harga Rp 1.750.000, sedangkan harga lemari yang

menggunakan kaca polos Rp 1. 500.000,-

20

Gambar 5: lemari makanan dengan kaca bunga. Sumber foto : Penulis, 2012.

d) Tempat Tidur

Tempat tidur yang di produksi terdiri dari dua macam yaitu tempat tidur

model spanyol dan model biasa, dengan berbagai ukuran dari 180 x 200, 160 x

200,120 x 200, dan 100 x 150. Harga jual dari tempat tidur model spanyol 160 x

200 yaitu Rp 1.500.000.

21

Gambar 6 : tempat tidur model spanyol Sumber foto : Penulis, 2012.

e) Meja Rias ( Tualet)

Meja rias merupakan produk yang paling banyak di pesan oleh konsumen,

karena modelnya unik dan harganya murah, meja rias dengan ukuran yang besar

di hargai Rp 900 000, sedangkan yang ukuran mini Rp 750.000

Gambar 7: meja rias dengan ukuran mini Sumber foto : Penulis , 2012.

Dari semua jenis mebel yang diproduksin oleh kerajinan mebel Rahmat

Jaya maka penulis akan mengkaji lebih dalam proses pembuatan bufet dan proses

pembuatan tempat tidur. Karena kedua produk tersebut mewakili dalam hal proses

22

produksi seluruh produk mebel dan kedua produk mebel tersebut terdapat banyak

ornamen serta menjadi produk yang paling banyak di pesan.

4.2 Proses Produksi

4.2.1 Bagan Proses Produksi

Dalam bagan ini di rincikan proses dari pengambilan bahan baku menjadi

bahan setengah jadi kemudian menjadi barang jadi kemudian di pasarkan.

Gambar 8 : bagan proses produksi kerajinan mebel Rahmat Jaya Sumber : mebel Rahmat Jaya

Penebangan kayu di hutan menggunakan mesin sensor

Penghalusan kayu dengan mesin skap

Penegringan dengan sinar matahari

Pengangkutan kayu dengan menggunakan mobil

Pengangkutan kayu dengan bantuan binatang (sapi)

Pengambilan bahan baku (kayu) di hutan

Bahan Setengah Jadi

Proses pembuatan lemari

Proses pembuatan meja rias

Proses pembuatan bufet

Proses pembuatan tempat tidur

Proses pembuatan konseng rumah

Pemasaran

Bahan Mentah

Produk Jadi

23

1.2.2 Menyiapkan Alat Dan Bahan

Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam membuat mebel

dikerajinan mebel Rahmat Jaya.

Gambar alat dan bahan Nama alat dan bahan

Mistar siku 30cm

Mistar siku 25cm

Meteran

24

Gergaji potong halus

Gergaji iris

Gergaji stik

Gergaji potong kasar

25

Palu

Pisau pahat 4cm

Pisau pahat 2cm

26

Skap manual

Gergaji listrik

Mesin bor

Gergaji listrik

27

Mesin gurinda

Mesin skap panel

Mesin skap

Paku,3,4,5,6, dan 8dm

28

Kunci

Cat

Kuas

Kertas pasir

29

Papan

1.2.3. Proses Pengolahan Bahan Mentah Menjadi Bahan Setengah Jadi

a) Pengambilan Bahan Baku ( Kayu) Di Hutan

Dalam proses pengambilan kayu di hutan, para pekerja harus malalui

jalan setapak dari desa menuju tempat pengambilan kayu dihutan. para pekerja

membawa perlengkapan untuk pengambilan kayu seperti mesin sensor,alat

pemberi tanda, bensin, serta alat-alat untuk memperbaiki mesin sensor, apabila

terjadi kerusakan.

Gambar 9 : Para pekerja menuju hutan. Sumber foto : penulis 2012.

30

Dalam perjalanan menuju hutan para pekerja memerlukan waktu sekitar 1

jam dari desa berjalan kaki menuju hutan. Sesampainya dihutan, para pekerja

tidak langsung memotong kayu, melainkan mereka harus mencari kayu yang

layak untuk ditebang, maksudnya yang layak yaitu: kayu yang sudah besar atau

cukup umur untuk ditebang selain alasan tadi di ataspara pekerja juga mencari

kayu yang biasa di pakai untuk membuat mebel seperti kayu kuning (pohon

cempaka), kayu putih (pohon bunga), dan kayu merah (pohon durian), sedangkan

untuk konseng rumah menggunakan kayu las.

Gambar 10 : pekerja memilih pohon. Sumber foto : penulis.2012.

Setelah mencari para pekerja langsung memberi tanda pohon-pohon yang

akan di tebang. Alat yang digunakan untuk menebang pohon adalah mesin sensor.

Selanjutnya para pekerja yang berjumlah dua orang langsung melakukan

penebangan pohon dengan mesin sensor pada kayu yang sudah diberi tanda.

Setelah di sensor kayu tersebut dibersihkan, dengan menegeluarkan kulit kayu

tersebut. Setelah itu kayu tersebut diberi tanda, sesuai panjang yang diinginkan

31

dengan menggunakan tali yang dilumuri dengan bubuk warna hitam yang berasal

dari bubuk baterey bekas.

Gambar 11 : pekerja mebersihkan pinggiran kayu Sumber foto : penulis 2012.

Gambar 12 : pekerja memberi tanda pada kayu Sumber foto : penulis 2012.

Ukuran kayu yang akan dipotong untuk keperluan mebel yaitu dengan panjang 4

meter dan lebar 25 cm, dengan ketebalan 2 dm 3 dm.

Sedangkan untuk konseng rumah yaitu panjang 4 meter dan lebar16 cm,

dengan ketebalan 6 dm. Setelah kayu dipotong sesuai dengan ukuran , para

pekerja menyusunnya untuk di angkut ke pinggir jalan.

32

Gambar 13 : pekerja memotong kayu sesuai ukuran Sumber foto : penulis 2012.

b) Pengangkutan Kayu Dengan Bantuan Binatang ( Sapi )

Gambar14 : proses penyusunan kayu pada sapi. Sumber foto : penulis 2012.

Setelah kayu dipotong sesuai dengan ukuran, kayu tersebut disusun sesuai

ukuran. Selanjutnya kayu tersebut ditarik keluar hutan menggunakan seekor sapi .

33

pada mebel Rahmat Jaya, para pekerja yang bertugas untuk menerik kayu dari

hutan berjumlah tiga orang, dengan masing masing menggunakan seekor sapi

Gambar 15: proses pengangkutan kayu dengan sapi. Sumber foto : penulis 2012.

Sapi-sapi tersebut menarik kayu dari hutan, melalui jalan jalan setapak

yang cukup terjal, karena medan jalan yang dilalui itu sangat ekstrim. Melewati

bebatuan yang licin,melewati beberapa sungai dua sungai serta beberapa bukit

bukit yang tidak terlalu tinggi. Sehingga itu tenaga hewan sangat berpengaruh

untuk proses penarikan kayu tersebut.

Pada saat menarik kayu para pekerja lalu memperhatikan cuaca. Karena

cuaca sangat berpengaruh pada kelancaran dalam penarikan kayu, karena apabila

cuaca hujan pastinya sulit menarik kayu dari hutan di akibatkan karena medan

yang licin, itu akan membahayakan para pekarja dan sapi-sapi tersebut.

Jarak yang ditempuh para pekerja untuk menarik kayu sampai ke tempat

penumpukan kayu yang bisa dilalui mobil sekitar 5 km. Jarak itu bisa berubah

tergantung kayu yang di cari hingga masuk kedalam hutan.

34

Gambar 16 : tempat penumpukan kayu. Sumber foto : penulis 2012

c) Pengangkutan Kayu Dengan Mobil

Kayu kayu yang ditarik dari hutan kemudian ditumpuk dipinggir jalan.

Lokasi penumpukan kayu masih dibilang jauh dari jalan utama (jalan beraspal),

sedangkan jalan yang menuju lokasi tempat penumpukan kayu masih dalam

kondisi berbatu. Setelah ditumpuk dilokasi penumpukan. Selanjutnya kayu kayu

tersebut diangkut menuju mebel Rahmat Jaya untuk dilakukan proses berikutnya.

Gambar 17: proses pengangkutan kayu dengan mobil. Sumber: foto penulis 2012.

35

d) Pengeringan Kayu (Papan/Lata)

Proses berikutnya adalah pengeringan. Kayu kayu yang baru sampai dari

hutan kemudian langsung disusun dengan rapi di tempat untuk pengeringan. Kayu

kayu dipisahkan menjadi dua bagian yaitu kayu berbentuk papan dipisahkan

dengan kayu yang berbentuk lata yang di gunakan untuk konseng rumah.

Selanjutnya papan dan lata tersebut dibariskan dengan posisi berdiri.

Gambar 18 : proses pengaturan kayu. Sumber foto : penulis 2012.

Proses pengeringan tergantung dengan jenis kayu dan pengaruh cuaca

misalnya kayu cempaka memerlukan pengeringan waktu yang cukup lama bisa

1bulan sampai 2 bulan ,karena kayu cempaka mengandung banyak air sehingga

itu perlu pengeringan yang cukup lama untuk menghilangkan kandungan air di

dalam kayu cempaka,dalam industr mebal kayu yang kering akan menghasilkan

kuwalitas mebel yang bagus,sedangkan kayu yang masih setengah kering akan

cepat rusak apabila akan dibuat mebel.

36

Gambar 19 : proses pengeringan Sumber foto : penulis 2012.

e) Penghalusan Kayu

Pada proses penghalusan kayu, menggunakan mesin untuk menghaluskan

kayu yaitu mesin skap. Proses ini yang dilakukan dengan cara, papan dimasukan

kedalam mesin skap kemudian dikeluarkan. cara ini dilakukan sampai papan

tersebut menjadi halus.

Gambar 20 : cara menghaluskan kayu menggunakan mesin skap Sumber foto : penulis 2012.

37

4.2.4 Proses Pengolahan Bahan Setengah Jadi Menjadi Produk Mebel

1. Proses Pembuatan Bufet

a. Pemotongan dan pengirisan kayu.

Dalam proses pembuatan bufet kayu yang dibutuhkan untuk satu buah

bufet berjumlah 11 lembar papan dan 1 potong kayu lata, dengan rincian 2 lembar

untuk rangka bufet, 3 lembar untuk bis profil, pemasangan ornamen dan pintu

bufet. 6 lembar untuk rak bufet, atap bufet, dan dinding bufet. Jenis papan yang

digunakan untuk bufet yaitu dengan ketebalan 2,5 dm sebanyak 3 lembar untuk

pintu dan profil, serta papan dengan ketebalan 2 dm sebanyak 8 lembar untuk

diding blakang, rangka, atap, rak bufet.

Kayu yang dipotong-potong pertama yaitu kayu untuk profil dan rangka

bufet dan rangka bufet. Dalam pengirisan kayu untuk profil menggunakan gergaji

listrik, guna gergaji listrik untuk mengiris lebarnya kayu profil karena gergaji

tersebut sudah dilengkapi dengan ukuran otomatis, sedangkan untuk mengiris

panjang profil tersebut menggunakan gergaji manual.

Kayu profil bagian atas dipotong dengan ukuran panjang panjang dari

60cm, 45cm, dan 120cm dengan lebar irisan keseluruhan 4cm dengan jumlah

masing masing yaitu 60cm 4 potong, 45cm 2 potong, dan 120cm 1potong.

Sedangkan profil bagian bawah di potong dengan ukuran panjang 200cm. Dengan

irisan lebar masing masing 3cm dan 11 cm. Dengan jumlah masing masing

berjumlah 2 lembar.

38

Gambar 21: proses pemotongan kayu profil Sumber: foto penulis 2012.

Kemudian memotong kayu bis profil bagian atas dan bagian bawah bufet

dengan ukuran panjang yang sama untuk profil, tetapi ukuran lebarnya berbeda

dengan kayu profil, lebar untuk bis yaitu 5cm dan 3cm, jumlah bis profil yangdi

gunakan sama dengan jumlah kayu profil, kemudian bis profil tersebut dibentuk

bagian pinggiranya dengan mesin profil agar tidak terkesan plat melainkan

terkesan lebih berisi. Setelah pemotongan dan pengirisan kayu/ papan, kayu

tersebut dihaluskan dengan mesin skap agar kayunya menjadi halus.

Untuk pemotongan dan pengirisan kayu/ papan untuk pintu, rak, atap, dan

dinding bufet di ptong pada saat proses pemasangan masing masing guna hasil

yang lebih baik.

39

Gambar 22: proses pembetukan bis pada kayu profil Sumber foto : penulis

Gambar 23: bentuk bis dari kayu profil Sumber: foto penulis 2012

40

b. Pembuatan Ornamen Pada Kayu Profil.

Pembuatan ornamen pada kayu profil dipahat pada kayu yang berukuran

45cm,6ocm dan 120cm. kayu profil tersebut diletakan pada bagian depan, tengah

dan samping dari bufet.

Gambar 24: kayu profil Sumber foto : penulis 2012.

kayu profil tersebut diberi garis tengah agar memudahkan dalam

menggambar ornamen geometris. Ornamen yang digunakan yaitu gabungan antara

garis miring yang bertemu di bagian tengah sehingga berbentuk siku, sedangkan

pada pada bagian tengah berbentuk sidu. Setelah kayu profil diberi garis

tengah, kemudian membuat garis miring bagian atas dan bawah dengan jarak

41

Gambar 25 : proses penggambaran ornamen pada kayu

sumber foto : penulis 2012

masing masing 4cm. Ornamen geometris yang terdapat pada bagian samping kiri

dan masing masing sembilan garis siku.bagian depan kiri dan kanan masing

masing berjumlah 10 garis sikudan 1 berbentuk sidu,sedangkan bagian tengah

berjumlah 22 garis siku 1 berbentuk sidu.

Gambar 26: hasil proses penggambaran ornamen sumber foto : penulis 2012.

42

Selanjutnya melubangi garis garis tersebut menggunakan pabole {pisau

pahat ukuran 4cm} agar terlihat bervolume. Setelah itu kayu profil yang telah

selesai di pahat kemudian di amplas dengan menggunakan mesin gurinda supaya

terlihat halus, tidak kasar serta memperindah ornamen tersebut

Gambar 27:Proses pemahatan ornamen sumber foto : penulis 2012.

Gambar 28: Hasil pemahatan ornamen sumber foto : penulis 2012.

43

Gambar 29: Proses penghalusan dengan mesin gurinda sumber foto : penulis 2012.

c. Pembuatan Rangka Bufet

Dalam proses ini terlebih dahulu papan yang ukuran 100 x 25cm

berjumlah 8 potong disambungkan masing masing 2 lembar menjadi 4 lembar

dengan menggunakan lem fox didiamkan selama 25 menit dengan menggunakan

alat penjepit, dan diletakan pada sinar matahari. Setelah kering pinggiran kayu

tersebut diratakan dengan mesin skap. Kemudian lebar papan tersebut diukur

menjadi 40 cm dengan tinggi 1m setelah itu di iris dengan gergaji mesin.

44

Gambar 30: Proses penyambungan papan dengan lem fox menggunakan alat penjepit sumber foto : penulis 2012.

Gambar 31: Proses pengukuran kembali dan pemotongan dengan gergaji mesin sumber foto : penulis 2012.

Selanjutnya diskap kembali secara menyeluruh guna menghilangkan bagia

bagian kasar pada papan untuk tiang rangka tersebut kemudian menyiapkan kayu

lata yang digunakan untuk kaki bufet bagian blakang dengan ukuran lata 5 x 5

dengan panjang 200cm selanjutnya di haluskan dengan mesin skap.

45

Gambar 32 : Penghalusan secara menyeluruh sumber foto : penulis 2012.

Setelah semua papan bagian depan dan bagian belakang selesai dikerjakan

kemudian membuat miringan pada bagian tengah dengan menggunakan papan

2.5dm dengan ukuran 82cmx125cm, gunanya untuk memberi kesan bervolume

pada bagian tengah dengan bentuk travesium. Setelah bahan semua selesai

dikerjakan selanjutnya seluruh bahan tersebut di amplas menggunakan mesin

gurinda gunanya untuk memperhalus seluruh permukaan papan tersebut.

Gambar 33 : Proses penghalusan permukaan papan dengan mesin gurinda sumber foto : penulis 2012.

Sebelum mendirikan bahan rangka bufet para pekerja memeriksa kembali

tinggi dari papan tersebut, apabila ukurannya lebih maka papan tersebut dipotong

46

kembali menggunakan gergaji manual. Dalam pembuatan bufet, tiang bagian

tengah berbeda dengan tiang bagian samping kiri dan kanan, berbeda dalam hal

memotong bagian bawahnya, karena tiang bagian tengah dipotong miring sekitar

3cm sampai 4cm sedangkan bagian samping kiri dan kanan dipotong lurus. Ini

bertujuan untuk memberi ruang pada bagian tengah karena tiang bagian tengah

tidak menyentuh lantai sedangkan tiang bagian samping kiri dan kanan

menyentuh lantai sebagai titik tumpu agar tidak goyang dan roboh.

Setelah semua bahan disiapkan kemudian mendirikan rangka bufet dangan

langkah pertama yaitu tiang samping kirai dan kanan dipaku pada bagian muka

dengan kayu profil yang berukuran 200 x 11 cm, dimulai dari samping kiri

Gambar 34 : Pemasangan rangka bufer dari samping kiri sumber foto : penulis 2012.

kemudian pada samping kanan, sebelum dipaku kayu profil dilumuri dengan lem

fox kemudian dipaku dengan paku 5 dm, setelah itu bagian belakang di paku

dengan kayu lata yang telah disiapkan. Paku yang digunakan berbeda dengan

bagian muka yaitu 8dm.

47

Selanjutnya memasang tiang bagian tengah kiri dan tengah kanan. Dengan

ukuran jarak dari samping masing-masing 48cm serta bagian tengah menjadi

95cm

Gambar 35 : Memasang tiang bagian tengah sumber foto : penulis 2012.

Pada tiang bagian tengah, bagian belakang bawahnya diiris dengan gergaji sampai

berbentuk sudut siku-siku agar tiang bagian tengah tidak menyentuh lantai.

Gambar 36 : Bagian tengah belakang di gergaji berbentuk siku Sumber foto : penulis 2012.

48

Kemudian memasang miringan pada bagian tengah yang berbentuk

travesium, terlebih dahulu bagian bawah dari miringan itu diiris dengan gergaji

berbentuk siku-siku, kemudian miringan bagian sisi dilumuri dengan lem selanjut

miringan tersebut disambung dengan tiang bagian tengah menggunakan paku

8dm. Setelah kedua miringan terpasang selanjutnya penutup depan bagian bawah

dari miringan tersebut.

Gambar 37 : Memasang miringan pada bagian depan sumber foto : penulis 2012.

Setelah terpasang seluruh tiang rangka bufet kemudian bagian belakang

dari tiang tersebut dipaku dengan kayu lata yang panjangnya 2 meter guna untuk

menahan sementara tiang rangka tersebut agar tidak goyang, sampai proses

pemasangan diding belakang.

49

Gambar 38 : Pemasangan penahan pada rangka bufet sumber foto : penulis 2012.

Selanjutnya memasang kaki untuk lantai dimulai dari bagian kanan dengan

menggunakan kayu 48 x 6 cm sebelum dipasang kayu tersebut diskap,kemudian

dioleskan dengan lem fox pada bagian samping kemudian dipaku dengan paku

5dm. Proses ini sama dengan pemasangan pada bagian samping kiri , tengah ,dan

bagian sisi luar, akan tetapi seluruh kayu untuk kaki lantai tersebut dpotong-

potong secara bersamaan kemudian dipasang pada tempatnya masing-masing.

Gambar 39 : Pemasangan kak bufet sumber foto : penulis 2012.

50

d. Pemasangan Ornamen Dan Bis Profil.

Pemasngan ornamen dimulai dari bagian depan sebelah kiri dan kanan

dengan cara bagian samping kayu profil yang telah ada gambar ornamen di

gergaji bagian samping sampai berbentuk siku kemudian bagian belakang dan

samping dari ornamen tersebut dioleskan lem fox selanjutnya dipaku dengan paku

3dm agar tidak terbelah.

Gambar 40 : Proses pemasangan ornamen pada bagian samping sumber foto : penulis 2012.

Selanjutnya memasang ornamen bagian tengah dan bagian sisi miringan

caranyapun sama dengan pemasangan ornamen bagian samping akan tetapi pada

pemasangan pada bagian sisi miringan ketebalan ornamen tersebut dibagi 2 dari

ketebalan sebenarnya.sopil baian setelah ornamen terpasang kemudian memasang

bis profil bagian atas dimulai dari bagian samping kemudian bagian tengah bis

profil yang dipasang yaitu dua susun, agar telihat bertumpuk tumpuk.

51

Gambar 41 : Proses pemasangan ornamen pada bagian tengah sumber foto : penulis 2012.

e. Pemasangan penutup bagian atas bufet.

Setelah pemasangan ornamen dan bis profil, kemudian memasang penutup

bagian atas bufet, papan yang digunakan untuk penutup bufet sebanyak satu

lembar papan. Pertama tama mengiris papan dengan gergaji potong dengan

ukuran untuk bagian samping 49 x 38 cm sedangkan bagian tengah berukuran

45 x 95 cm penutup bagian tengah berbentuk trapesium.

Gambar 42 : proses pemasangan penutup bagian atas bufet Sumber foto : penulis 2012

Setelah dipotong kemudian para pekerja menghaluskan papan tersebut dengan

mesin skap disusul dengan mesin gurinda agar lebih halus dan bersih,selanjut

bagian pinggiran papan untuk penutup bufet di bentuk menggunakan mesin

pembentuk profil agar lebih terlihat bervolume, setelah semua proses

52

pemotongan,penghalusan dan pembentukan profil kemudian para pekerja

langsung mesangkan panutup tesebut dengan terlebih dahulu mereka melumuri

papan tersebut dengan lem fox, selanjutnya dipaku dengan paku 4 dm.

Pemasangan penutup bufet dimulai dari bagian samping-samping kemudaian pada

bagian tengah.

f. Pemasangan rak bufet dan dinding bagian belakang bufet.

Selanjutnya para pekerja memasang rak bufet dan diding lemari, jumlah papan

yang dibutuhkan yaitu 5 lembar papn yang berukuran 2 dm. Dalam pemasangan

rak bufet hal yang harus diperhatikan oleh pekerja yaitu jarak antara bufet bagian

samping dan bagian tengah berbeda, karena rak bagian samping berjumlah tiga

susun dangan jarak masing masing 23cm, sadangkan rak bagian tengah berjumlah

dua susun dengan jarak masing masing 30cm. Sebelum memasang rak bufet

papan terlebih dahulu dipotong oleh para pekerja, dengan ukuran 37 x 48 untuk

rak bagian samping, sedangkan ukuran kayu untuk rak bagian tengah yaitu 95 x

44.

Setelah itu para pekerja menghaluskan kayu tersebut dengan mesin skap

disusul dengan mesin gurinda. Kemudian para pekerja memasang rak lemari

tersebut dimulai dari bagian samping kemudian bagian tengah. Cara

memasangnya yaitu terlebih dahulu para pekerja mekur jarak antar rak bufet,

kemudian memberi kayu penyangga pada bagian dinding bufet, setelah itu papan

tersebut dipaku pada kayu penyangga tersebut menggunakan paku 3 dm.

53

Kemudian para pekerja memasang dinding bufet bagian blakang yang

terlebih dahulu papan tersebut dipotong sesuai dangan tinggi dari bufet,selanjunya

menghaluskan dengan mesin skap,setelah itu para pekerja memasangnya dengan

paku 4 dm, pemasangan dinding bagian balkang dimulai dari sebelah kanan agar

mendapatkan hasil yang lebih baik.

gambar 43 : proses pemasangan rak bufet sumber foto: penulis 2012

g. Proses pemasangan pintu dan kucnci bufet.

Pada proses ini para pekerja terlebih dahulu membuat pintu dengan

kebutuhan papan sebanyak 1 1/5 lembar dengan ketebalan 2 1/5 dm, selanjutnya

para pekerja memotong kayuuntuk pintu bufet dengan ukuran untuk pintu

samping yaitu 84 x 48 cm sedangkan untuk pintu bagian tengah 66 x 42 cm, kayu

untuk bagian bawah pintu lebarnya 9 cm, bagian samping-samping 6 cm dan

bagian atas 18 cm, sedangkan untuk bis lebarnya 2cm.setelah selesai pemotongan

kayu kemudian menghaluskan kayu tersebut dangan mesin skap dilanjutkan

dengan mesin gurinda, sedangkan untuk bis dibentuk menggunakan mesin

54

roter.selanjtnya menyambung pintu tersebut antara bagian atas ,bawah dan

samping-samping,dengan menggunakan lem yang di oleskan pada bagian

sambungan kemudian dipaku 3 dm.

Setelah semua pintu tersambung kemudian memasangkannya pada bufet,

masing masing pintu menggunakan 2 hensel, total penggunaan hensel pada pintu

berjumlah 8 buah.setelah pintu terpasang kemudian memasang kunci pada bagian

samping-samping dan bagian tengah.

Gambar 44 : proses pemasangan pintu pada bufet. Sumber foto : penulis 2012

h. Proses pengecetan dan finising.

Pada proses ini para pekerja terlebih dahulu mengamplas dengan

menggunakan kertas amplas no 180, kemudian para pekerja mncampu bahan cat

impra Wood Filler yaitu bahan untuk dumpul yang berfungsi untuk pengisi pori

pori kayu, bahan ini memiliki daya isi pori yang baik untuk kayu, cepat kering dan

dapat menyerap warna. Para pekerja mencampurnya dengan bahan tiner dengan

takaran 1 banding ½. Setelah itu para pekerja mulai menutupi pori pori kayu yang

55

lubang agar terlihat rata. Selanjutnya para ekerja mengamplas kayu yang telah

diberi dumpul menggunakan kertas amplas no 240, dengan cara searah serat kayu,

sampai benar benar halus.

Kemudian para pekerja melakukan proses pengecetan dasar dengan

campuran cat impra Wood Stain-162b yang dicampur dengan tiner secukupnya.

Bahan tadi dicat menggunakan kuas atau disemprot agar warna lebih merata.

Kemudian disemprotkan cat impra Melamine Sanding Sealer Mss 123. Tipis-tipis

dibiarkanlah cat itu sampai kering kemudian para pekerja mengaplas kembali

bufet tersebut dengan kertas amplas no 360. Guna untuk menghilangkan

gumpalan cat dasar agar lebih rata sebelum finising untuk pengecetan.

Gambar 45 : proses pengecetan Sumbar foto : penulis 2012.

Selanjutnnya para pekerja melkukan finising pengecetan menggunakan cat

impra Melamine Lack Ml 131 Clear Gloss dengan di campur dengan tiner dan

Melamine Harder ( pengering cat ) dengan perbandingan 1 botol cat tiner dan

56

pengering ditambahkan secukupnya. Kemudian para pekerja menuangkan cat

yang telah dicampur tadi kedalam tempat penyemprotan,selanjutnya disemprot

dengan bantuan mesin kompresor, pada proses penegecatan para pekerja

memulainya dari bagian atas bufet , kmudaian bagian depan dan bagian samping,

setelah itu didiamkan selama 20 menit kemudian di cat kembali agar menghasikan

warna yang lebih meratasetelah pengecatan bagian luar kemudian mengecet

bagian dalam bufet menggunakan cat kayu warna putih agar warna bagian timbul

dari bagian luar.

i. Proses pemasangan kaca dan tarikan bufet

Pada proses ini merupakan prose paling ahir dalam pembuatan bufet.

Sebelum memasang kaca para pekerja menyiapkan kayu yang berukuran lebar 1

cm untuk penahan kaca panjang disesuaikan dangan panjang kaca yang di

gunakan. Selanjutnya para pekerja memasang kaca dimulai pada samping-

samping kemudian bagian tengah.pada proses ini kaca yang digunakan adalah

kaca dengan ketebalan 2ml. Setelah kaca terpasang kemudian memasang tarikan

bufet, dengan cara terlebih dahulu melubangi bagian untuk meletakan tarikan

yaitu pada bagian tengah pinggiran dari bufet, menggunakan mesin bor.

Kemudian menahan tarikan tersebut dengan skrup sampai tidak bisa terlepas lagi.

Pada pemasangan tarikan dimulai dari pintu bagian tengah, kemudian pintu bagian

samping.

57

2. Proses pembuatan tempat tidur

Pada proses pembuatan tempat tidur papan yang dibutuhkan sebanyak 5

lembar dengan waktu pengerjaan hingga 10 hari.

a. Proses pembuatan mahkota tempat tidur.

Dalam proses pembuatan mahkota, papan yang dibutuhkan sebanyak 2

lembar papan, terlebih dahulupara pekerja membuat ornamen pada bagian atas

mahkota berupa motif bunga, para pakerja menggambar pada papan dengan

pensil dengan ukuran panjang 50cm,

Gambar 46: proses menggambar ornamen pada kayu. Sumber foto: penulis 2012

kemudian para pekerja memahat ornamen yang sudah digambar pada

kayu dengan menggunakan pisau pahat 4cm, pisau pahat 2 cm dan pisau pahat 1

cm, dalam proses pembuatan ornamen membutuhkan tingkat ketelitian yang

sangat tinngi, guna dari piasau pahat tadi untuk membuat lekukan dari yang kecil

sampai yang besar, serta membuat ornamen tersebut lebih terkesan bervolume.

58

Gambar 47 : proses pembuatan ornamen motif bunga Sumber foto : penulis 2012

Gambar 48 : hasil pembuatan ornamen sumber foto: penulis 2012

Setelah selesai proses pemahatan pada kayu kemudian mengiris sesuai

dengan bentuk ornamen bunga tersebut daam proses pengirisan alat yang

digunakan yaitu gergaji iris, pisau pahat 4cm dan pisau pahat 1cm . gergaji iris

59

digunakan untuk mengiris bagian yang lurus pada ornamen, diteruskan dengan

pisau pahat ukuran 1 cm untuk ornamen yang terlalu melengkung dan pisau pahat

ukuran 4 cm untuk ornamen yang tidak terlalu melengkung.

kemudian ornamen tersebut di haluskan dengan kertas pasir nomor satu,

selanjutnya ornamen bunga tersebut di tambahkan garis garis geometris pada

bagian bagian tertentu dari motif bunga tersebut berupa garis lengkung dan bentuk

sidu agar terlihat cantik.

Prose pembuatan mahkota para pekerja memerlukan waktu selama 3 hari

guna menghasilkan mahkota yang lebih bekualitas dalam segi penerapan

ornamenya.

Gambar 49: proses pengirisan ornamen motif bunga. Sumber foto : penulis 2012

60

Gambar 50 : hasil proses pembuatan ornamen motif bunga sumber foto: penulis 2012

Gambar 51: penambahan ornamen geometris pada ornamen motif bunga sumber foto : penulis 2012

61

Selanjutnya membuat mahkota bagian depan. Terlebih dahulu para

memotong papan tersebut dengan ukuran 160cm sebanyak 4 lembar kemudian

pekerja mengaluskan papan tersebut dengan mesin skap, empat lembar papan

tersebut disambung , dengan terlebih dahulu dioleskan lem pox pada bagian

pinggiran dari masing masing papan, kemudian disambung dengan menggunakan

alat ban skrup ( penahan ). Proses ini dilakukan selama 1 hari agar papan tersebut

tidak lepas pada saat mebentuk mahkota.

Setelah papan telah tersambung, kemudian para pekerja meratakan kembali

permukaan papan tersebut dengan mesin skap, dalam meratakan permukaan

teknik yang dilakukan yaitu melakukannya dengan cara searah. Kemudian papan

tersebut dibuat garis tengah sebagai garis bantu untuk menyamakan antara lebar

sebelah kiri dan kanan.

Gambar 52: proses meratakan papan dengan mesin skap. Sumber foto: penulis 2012

62

Selanjutnya para pekerja membuat lengkungan pada bagian samping

samping dengan ukuran yang sama, pada saat menggambar lenggkungan

menggunakan pensil, ukuran lengkungan pada bagian samping kiri sama dengan

samping kanan. Kemudian menggergaji lengkungan pada bagian samping

samping, sedangkan lengkungan pada bagian tengah dibentuk dengan pisau pahat

4 cm dan 2 cm, guna mendapatkan hasil yang baik.

Gambar 53 : proses pembuatan lengkungan pada papan mahkota.

Sumber foto: penulis 2012

63

Gambar 54: papan mahmkota tempat tidur. Sumber foto: penulis 2012

Gambar 55: pemasangan bis profil bagian atas. Sumber foto : penulis 2012

Selanjutnya membuat bis pada mahkota, lebar bis profil bagian atas yaitu 7

cm. setelah semua bagian bagian sudah disiapkan selanjutnya papan mahkota

tersebut dihaluskan dengan gurinda diseluruh bagian papan mahkota.setelah itu

mema sang motif ornamen bunga dan bis profil bagian atas yang telah dikerjakan

64

terlebih dahulu pada papan mahkota. yang terlebih dahulu dipasang yaitu ornamen

bunga pada bagian tengah papan mahkota sebelum dipasang ornamen bunga

tersebut dilumuri dengan lem pox pada bagian blakang setelah itu di paku dengan

paku 5 dm. Selanjutnya pemasangan bis profil pada bagian samping kiri dan

kanan, proses pemasangannya sama dengan pemasangan ornamen bunga.

kemudian memasang bis profil bagian bawah , bis profil bagian bawah berukuran

lebar 2 cm, pemasangannya sama dengan bis profil bagian atas.

Gambar 56: hasil pemasangan ornamen dan bis profil. Sumber foto: penulis 2012

Kemudian para pekerja menggambar ornamen geometris pada papan

mahkota tempat tidur berupa ornamen geometris yang berbentuk sidu, pertama

tama para pekerja menggaris dengan jarak 7cm masing masing garis, setelah itu

dipahat garis yang telah dibuat menggunakan pisau pahat segitga, agar terlihat

ada ruang antara garis garis yang dipahat, setelah dipahat kemudian diamplas

menggunakan mesin gurinda agar terlihat halus.

65

b. Proses pembuatan palang tempat tidur.

Proses pembuatan palang terlebih dahulu yang dibuat adalah palang bagian

tengah yang menggunakan kayu lata dengan ukuran 5x5 dengan panjang dua

meter, terlebih dahulu kayu lata tersebut di haluskan dengan mesin skap.

Selanjutnya membuat palang bagian samping kiri dan kanan, kayu yang

digunakan berukuran 200cm x 24cm,pada pembuatan palang bagian samping

papan tersebut di skap terlebih dahulu sampai rata dan halus.

Selanjutnya memasang bis profil pada bagian atas dari palang bagian

samping. bis tersebut berukuran lebar dua cm. Pemasangan bis pada palang bagian

samping menggunakan paku 5 dm. Selanjutnya membuat palang bagian belakang

dengan lebar kayu 160cm dengan tinggi 60 cm. Pada pembuatan palang bagian

belakang berbentuk lengkungan paba bagian tengah dengan tinggi lengkungan

60cm sedangkan pada bagian samping dari palang bagian belakang dengan tinggi

bersih 45cm.

Setelah proses pembutan palang tempat tidur kemudian membuat tempat

meletakan palang bagian tengah yang terletak pada bagian tengah dari mahkota

dan palang bagian belakang dengan tinggi dari bagian atas 20cm.

c. Pembuatan kaki tempat tidur

Pada pembuatan kaki tempat tidur kayu yang digunakan adalah kayu lata

yang berukuran 5x5. Tinggi kaki bagian depan dan belakang ukuran tingginya

berbeda yaitu tinggi bagian depan 100cm sedangkan bagian belakang berukuran

50cm. pada bagian ujung atas dari kaki tempat tidur berbentuk bulat yang cara

pengerjaanya dibubut, sedangkan bagian bawah dari kaki tempat tidur berbentuk

66

plat / rata. Pemasangan kaki tempat tidur ditempelkan pada bagian sudut dari

tempat tidur, pemasangannya menggunakan paku 5 dm.

d. Proses Penghalusan Secara Keseluruhan.

Proses penghalusan menggunakan cat impra untuk bahan dumpul, terlebih

dahulu tempat tidur di dumpul secara keseluruhan dengan cat impra, para pekerja

mendumpul bagian dari tempat tidur yang masih kasar atau lubang lubang kecil

yang terdapat pada papan. Proses mendumpul menggunakan kertas pasir no nol,

teknik pengerjaannya yaitu pada saat menggosok menggunakan kertas pasir

dilakukan dengan searah . proses pendumpulan dilakukan selama satu hari.

e. Proses pengecatan

Selanjutnya melakukan pengecetan pada tempat tidur, para pekerja terlebih

dahulu melakukan pengecetan dasar dengan menggunakan cat impra, kemudian

didiamkan sampai kering selanjutnya pelakukan pengecatan utama dengan

menggunkan cat impra Melamine Lack Ml 131 Clear Gloss dengan di campur

dengan tiner dan Melamine Harder { pengering cat} dengan perbandingan 1 botol

cat tiner dan pengering ditambahkan secukupnya. Cat yang digunakan pada

tempat tidur sama dengan cat yang digunakan pada produk mebel lainnya. Tehnik

yang digunakan dalam pengecatan tempat tidur sama dengan tehnik pengecatan

pada bufet.

67

4.2.5 Distribusi Barang

Proses distribusi produk rahmat jaya di antar langsung kepada konsumen.

Dengan alur para konsumen terlebih dahulu memesan produk yang diinginkan

kemudian melakukan administrasi pembayaran kemudian apabila produknya

sudah selesai para pekerja di bagian distribusi barang langsung mengantar ke

rumah konsumen. Jangka waktu pengiriman kerumah konsumen paling lambat

satu minggu setelah barangnya sudah selesai. Proses distribusi mebel rahmat jaya

paling banyak dilakukan di kabupaten Bone Bolango, karena pemesan paling

banyak dari kabupaten Bone Bolango

1.3 Proses Penerapan Ornamen

Pada kerajinan mebel Rahmat Jaya jenis ornamen yang digunakan yaitu

motif geometris dan motif tumbuh-tumbuhan. Ornamen yang sering digunakan

adalah ornamen geometris yang berbentuk garis siku dan bentuk bulat. Ornamen

tersebut terdapat pada lemari, bufet, dan meja rias. Sedangkan ornamen tumbuh-

tumbuhan digunakan pada tempat tidur.

Gambar 57: Motif Geometris dan Motif Tumbuh-Tumbuhan Sumber foto: penulis 2012

68

Ornamen geometris pada bufet yaitu berupa gabungan garis diagonal yang

bertumpu pada satu titik sehingga berbentuk siku. Proses ini dikerjakan secara

berulang-ulang, teknik ini disebut teknik rotasi yaitu teknik penciptaan dengan

menyusun motif secara berulang memutar bertumpu pada satu titik pusat.

Gambar 58: Teknik Rotasi Sumber foto: penulis 2012

Ornamen tumbuhan digunakan pada mahkota tempat tidur. Ornamen

tumbuhan berupa motif bunga tersebut terletak pada bagian tengah dari mahkota

tempat tidur. Ornamen motif bunga tersebut dikombinasikan dengan motif

geometris yang diletakkan secara acak pada motif bunga tersebut berupa garis

lengkung, bentuk sidu, titik-titik dan lingkaran. Teknik ini dinamakan teknik

rondom yaitu teknik penyusunan motif secara acak tanpa ada ikatan pola tertentu,

beberapa pola ditempatkan secara menyebar bebas.

69

Gambar 59: Teknik Rondom Sumber foto: penulis 2012

Teknik pengerjaan ornamen menggunakan pisau pahat yang berukuran 1

cm, 2 cm, 4 cm, serta pisau pahat yang bermata segitiga. Terlebih dahulu ornamen

tersebut di gambarkan pada kayu sesuai ukuran dengan menggunakan pensil,

kemudian di pahat sesuai motif. Pada ornamen geometris menggunakan pisau

pahat ukuran 2 cm dan 1 cm. sedangkan untuk motif tumbuh-tumbuhan

menggunakan seluruh alat untuk proses pemahatan. Setelah melakukan pemahatan

ornamen kemudian membersihkan serta menghaluskan ornamen tersebut dengan

kertas pasir atau menggunakan mesin gurinda agar menghasilkan pahatan

ornamen yang indah.

70

Gambar 60: Proses Pembersihan dan Penghalusan Ornamen Sumber foto: penulis 2012

Dalam pengerjaan ornamen para pekerja mebel Rahmat jaya

mengutamakan kreatifitas dan keuletan yang tinggi agar menghasilkan produk

yang berkualitas.